blok 18 lbm 5

10
Metode Thomson dan Brodie Jika pasiennya deep over bite Caranya : Pasien duduk dengan kepala tegak memandang lurus ke depan dan bidang frankfurt horisontal sejajar lantai. Tentukan titik Spina Nasalis Anterior (NSA), tandai. Tentukan titik Nation (Na), tandai. Tentukan titik Gnation (Gn), tandai. Dengan slinding ukurlah jarak SNA ke Na Metode Thomson dan Brodie Jika pasiennya deep over bite Caranya : Pasien duduk dengan kepala tegak memandang lurus ke depan dan bidang frankfurt horisontal sejajar lantai. Tentukan titik Spina Nasalis Anterior (NSA), tandai. Tentukan titik Nation (Na), tandai. Tentukan titik Gnation (Gn), tandai. Dengan slinding ukurlah jarak SNA ke Na Catatan : menurut Strang dalam keadaan rest position Jarak Na ke SNA = 43 % x jarak Na ke Gn Na – SNA = 43 x Na – Gn 100 Dengan rumus tersebut SNA sampai Gn dapat dihitung. Misal : Na – SNA = 43, maka SNA – Gn = 57 sebab menurut rumus diatas Na Fungsi METODE THOMPSON & BRODIE • Menentukan lokasi (daerah) sebab-sebab terjadinya deep overbite. • Deep overbite: suatu kelainan gigi dimana tutup menutup (over lapping) gigi-gigi depan atas bawah sangat dalam menurut arah bidang vertikal. Normal overbite: rata-rata tutup menutup = 1/3 panjang mahkota 1 . normalnya adalah = 2 - 4 mm • Dapat terjadi pada ketiga klas maloklusi Angle: kelas I, II, III • Keadaan ini sangat tidak menguntungkan untuk kesehatan di kemudian hari serta keawetan gigi geligi tersebut.dan melihat bagaimana pengaruhnya pada gigi anak- anak. Beberapa hubungan yang mungkin terjadi : 1. Deep overbite 2. Palatal bite / Closed bite 3. Shallow bite 4. Edge to edge bite 5. Cross bite = reversed bite 6. Open bite Deep overbite dapat disebabkan: 1. Dental: a. Supra oklusi gigi-gigi anterior. b. Infra oklusi gigi-gigi posterior. c. Kombinasi a dan b. d. Inklinasi lingual gigi-gigi P dan M. 2. Skeletal: a. Ramus mandibulae yang panjang b. Sudut gonion yang tajam c. Pertumbuhan procesus alveolaris yang berlebihan.

Upload: agus-prabowo

Post on 25-Nov-2015

119 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Metode Thomson dan Brodie

Jika pasiennya deep over bite Caranya : Pasien duduk dengan kepala tegak memandang lurus ke depan dan bidang frankfurt horisontal sejajar lantai. Tentukan titik Spina Nasalis Anterior (NSA), tandai. Tentukan titik Nation (Na), tandai. Tentukan titik Gnation (Gn), tandai.

Dengan slinding ukurlah jarak SNA ke Na

Metode Thomson dan Brodie

Jika pasiennya deep over bite Caranya : Pasien duduk dengan kepala tegak memandang lurus ke depan dan bidang frankfurt horisontal sejajar lantai. Tentukan titik Spina Nasalis Anterior (NSA), tandai. Tentukan titik Nation (Na), tandai. Tentukan titik Gnation (Gn), tandai.

Dengan slinding ukurlah jarak SNA ke Na

Catatan : menurut Strang dalam keadaan rest position Jarak Na ke SNA = 43 % x jarak Na ke Gn Na SNA = 43 x Na Gn 100 Dengan rumus tersebut SNA sampai Gn dapat dihitung.

Misal : Na SNA = 43, maka SNA Gn = 57 sebab menurut rumus diatas Na

Fungsi METODE THOMPSON & BRODIE Menentukan lokasi (daerah) sebab-sebab terjadinya deep overbite.

Deep overbite: suatu kelainan gigi dimana tutup menutup (over lapping) gigi-gigi depan atas bawah sangat dalam menurut arah bidang vertikal.

Normal overbite:

rata-rata tutup menutup = 1/3 panjang mahkota 1 . normalnya adalah = 2 - 4 mm

Dapat terjadi pada ketiga klas maloklusi Angle: kelas I, II, III

Keadaan ini sangat tidak menguntungkan untuk kesehatan di kemudian hari serta keawetan gigi geligi tersebut.dan melihat bagaimana pengaruhnya pada gigi anak-anak.

Beberapa hubungan yang mungkin terjadi :

1. Deep overbite

2. Palatal bite / Closed bite

3. Shallow bite

4. Edge to edge bite

5. Cross bite = reversed bite

6. Open bite Deep overbite dapat disebabkan:

1. Dental:

a. Supra oklusi gigi-gigi anterior.

b. Infra oklusi gigi-gigi posterior.

c. Kombinasi a dan b.

d. Inklinasi lingual gigi-gigi P dan M. 2. Skeletal:a. Ramus mandibulae yang panjang

b. Sudut gonion yang tajam

c. Pertumbuhan procesus alveolaris yang berlebihan.

3. Kombinasi

Pada keadaan normal dalam keadaan physiologic rest position (istirahat) proporsi muka pada ukuran vertikal : Nasion ke Spina Nasalis Anterior (SNA) = 43% dari jumlah panjang Nasion ke Mentum (Gnathion).

Ukuran ini sangat penting untuk mengetahui prognosis dari deep overbite yaitu koreksinya ditujukan pada elevasi (ekstrusi) gigi-gigi bukal dan atau depresi (intrusi) gigi-gigi anterior.

Analisis deep overbite dapat dipelajari dari:

1. Cetakan model gigi-gigi penderita

2. Foto profil penderita

3. Langsung dari penderita

4. Dengan sefalometri radiografik

1. Mempelajari model gigi-gigi penderita :

- Sempurna tidaknya kalsifikasi dilihat adanya benjolan yang tidak sempurna rata pada model, pada palatum, prosesus alveolaris, dan lain-lain.

- Adanya benjolan berarti kalsifikasi tidak sempurna.

- Adanya gingiva tebal.

- Kurva Von Spee yang tajam.

2. Dari foto profil penderita

a. Jika Nasion SNA > 43%, maka SNA ke Mentum lebih pendek, berarti ada infraklusi gigi-gigi posterior.

b. Jika NA SNA < 43% maka SNA ke Mentum lebih panjang, berarti ada supraoklusi gigi-gigi anterior.

3. Langsung dari penderita

A. Digit Sucking Penatalaksanaan Salah satu cara untuk menghentikan kebiasaan menghisap jari adalah dengan menggunakan thumb splint maupun sarung tangan sehingga ketika dalam kondisi tidur anak akan terbiasa tidak menghisap jarinya. Jika anak tidak kooperatif dengan pemakaian alat fungsional lepasan seperti palatal crib, perawatan pada open bite anterior akibat kebiasaan menghisap jari dapat dilakukan dengan alat cekat mekanik. Pada dasarnya perawatan terhadap open bite anterior ini dapat dilakukan dengan penghilangan habit, modifikasi pertumbuhan, kamuflase ortodontik, dan pembedahan (Millett dan Welbury, 2005). Perawatan dalam menghilangkan finger sucking habit diantaranya memberikan sarung, perekat, atau material termoplastik yang digunakan pada jari yang sering digunakan anak untuk menghisap. Benda tersebut menimbulkan ketidaknyaman dalam menghisap jarinya sehingga kebiasaan tersebut dapat dihentikanB. Tongue Thrusting Manajemen Manajemen melibatkan intervensi terhadap habit, yaitu untuk menghilangkan etiologi diikuti dengan perawatan untuk memperbaiki maloklusi tersebut. Setelah kebiasaan itu dapat dikurangi, maloklusi dirawat menggunakan peralatan ortodontik lepasan atau cekat. Perawatan tongue thrust dapat dibagi ke dalam berbagai langkah:

a. Terapi Myofungsional: latihan menelan dan postur lidah yang benar. Pasien diajarkan pola menelan normal dengan meminta pasien untuk menjaga ujung lidah pada perbatasan palatum lunak dan keras. Berbagai latihan otot lidah dapat membantu dalam untuk beradaptasi dengan pola menelan baru.

b. Pemakaian alat untuk memandu posisi lidah yang benar. Jika pasien sudah akrab dengan posisi lidah baru, maka alat diberikan untuk melatih posisi lidah yang benar. Tongue trainer dapat membantu dalam posisi yang benar lidah dengan bantuan dari tongue tag. Tongue guard untuk mencegah memajukan lidah. Dapat juga digunakan untuk meningkatkan kebiasaan mulut pernapasan.

c. Terapi mekanis. Baik alat cekat dan lepasan (cribs atau rakes) dapat dibuat untuk menahan gerakan lidah ke anterior selama menelan dengan tujuan untuk melatih bagian belakang lidah ke posisi superior posterior di rongga mulut. Peralatan ini cenderung memaksa lidah ke bawah dan belakang selama menelan. Cribs ditempatkan di palatal berfungsi sebagai dinding penghalang lidah selama menyodorkan (thrusting). Alat ini juga mengkondisikan refleks dan memandu posisi lidah sehingga dorsum lidah berada di palatal dan ujung lidah berada pada rughae palatina selama proses menelan. Hasilnya adalah lidah akan menyebar ke lateral dan tekanan pada daerah bukal maksila akan tersebar sehingga mencegah penyempitan lengkung rahang.

Pemilihan Alat

1). Lingual arch yang disolder dengan taji yang pendek dan tajam dapat diadaptasikan dengan baik, akan menjaga posisi lidah dengan benar saat menelan

2). Oral screen untuk pasien kooperatif

3). Alat lepasan dengan tongue spur atau spikes dapat digunakan juga pada pasien kooperatif

4). Crib cekat dapat dipakai bersamaan dengan alat korektif cekat.C. Mouth Breathing Mekanisme Menurut Fin (1962) kebiasaan bernafas melalui mulut yang kronis mengakibatkan perubahan pada pertumbuhan tulang rahang dan keseimbangan otot-otot wajah. Untuk mendapatkan suatu oklusi yang baik, perlu dijaga keseimbangan dari ketiga otot yang disebut triangular force conseps, yaitu otot lidah, pipi dan bibir. Apabila terjadi ketidakseimbangan dari ketiga otot ini maka, akan terjadi maloklusi. Pada saat bernafas lewat mulut, bibir dalam keadaan istirahat tidak bertemu (Moyers, 1973). Bernafas lewat mulut memerlukan posisi postural yang berubah dari mandibula. Mandibula diturunkan dan jarak interoklusal meningkat berlebihan (Foster, 1993), kepala akan bertambah tinggi, posisi tulang hyoid semakin rendah, dan lidah akan bertambah ke depan dan bawah (Faria dkk., 2002). Posisi lidah yang ke depan mengakibatkan lengkung mandibula lebih mendapat pelebaran ke arah lateral dibanding dengan lengkung maksila yang menjadi sempit oleh karena pertumbuhannya tidak sempurna, sehingga sebagian gigi posterior miring ke lingual.

Ciri mouth breathing ialah memiliki wajah adenoid yaitu wajah panjang dan sempit, hidung dan jalan udara nasal yang sempit, bibir lemah dengan bibir atas yang pendek, tahanan bibir yang tidak adekuat, selain itu skeletal open bite atau sindrom wajah panjang yaitu erupsi gigi posterior yang berlebihan, lengkung maksila yang sempit, overjet yang berlebihan dan pertumbuhan mandibula yang buruk (Kohli, 2010), palatum sempit dengan bentuk huruf V, cekungan palatal yang tinggi, insisivus yang protrusif dan oklusi Angle kelas II divisi 1, gigi berjejal pada lengkung rahang bawah dan atas, gangguan pertumbuhan vertikal, posisi lidah yang rendah yang menganggu fungsi (Gartika, 2008).

Kelainan orthodontik yang terjadi pada anak yang bernafas melalui mulut adalah:

1. Maloklusi Klas II divisi 1. Anak yang bernafas melalui mulut memiliki bibir pendek sehingga diperlukan usaha otot yang besar untuk mendapatkan penutupan bibir, maka diperoleh penutupan lidah-bibir bawah dan ini terdapat hubungan Klas II divisi 1 (Houston, 1990). Akibat dorongan lidah ketika pasien mencoba membasahi bibir yang kering mengakibatkan mahkota insicivus terdorong ke labial

2. Anterior open bite. Tanimoto dkk. (2008) menyatakan bahwa mouth breathing dapat mengakibatkan open bite dengan susunan gigi maksila yang sempit. Penutupan bibir pada anak yang bernafas melalui mulut yaitu penutupan lidah-bibir bawah, di mana ujung lidah berada pada incisal insicivus mandibula yang mencegah erupsi lebih lanjut dan menghalangi perkembangan vertical dari segmen insicivus tersebut (Foster, 1993; Houston, 1990). Hal ini yang menyebabkan anterior open bite pada anak yang bernafas melalui mulut.

3. Maksila yang sempit dengan palatum tinggi. Perubahan pola pernapasan dapat mengubah ekuilibrium tekanan pada rahang dan gigi dan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan posisi gigi. Lidah tergantung di antara lengkung maksila dan mandibula menyebabkan konstriksi segmen bukal sehingga menyebabkan bentuk v maksila dan palatum yang tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya stimulasi muskulus yang normal dari lidah dan tekanan yang meningkat pada kaninus dan area molar pertama akibat tegangnya

muskulus orbicularis oris dan bucinator, segmen bukal maksila tidak berkembang dan memberikan bentuk v pada maksila dan palatum yang tinggi dan pasien biasanya mengalami cross bite posterior (Singh, 2009).

Penatalaksanaan Manajemen dilakukan terapi myofungsional, yaitu (1) setiap hari: pegang pensil diantara kedua bibir, (2) malam hari: plester bibir atas dan bawah bersama-sama dengan tape surgical (plester bedah), (3) pegang selembar kertas diantara bibir atas dan bawah (4) meregangkan/melebarkan bibir atas untuk menjaga agar bibir menutup atau merenggangkan dengan melengkungkan kebawah kearah dagu untuk pasien dengan hipotonus bibir atas yang pendek (Singh, 2007). Manajemen dengan menggunakan alat dilakukan jika anak masih melakukan kebiasaan oral ketika anak telah berumur 6 tahun/ ketika gigi permanennya mulai erupsi. Oral screen merupakan salah satu alat fungsional yang digunakan untuk mencegah mouth breathing (Gartika, 2008). Oral screen adalah alat untuk mengepaskan vestibulum yang akan mengunci aliran udara melewati mulut dan langsung berkontraksi oleh bibir untuk melawan beberapa gigi depan yang labioversi. Oral screen didesain untuk mengaktifkan otot-otot bibir dan muka sehingga dapat menggerakkan gigi-gigi incisivus atas ke posisi yang lebih baik dan meningkatkan fungsi bibir sebagai upaya untuk mengimbangi gaya dari lidah yang melawan gigi-gigi. Oral screen dapat digunakan untuk meretraksi bibir, mengoreksi labioversi ringan pada gigi depan rahang atas, membantu retrain dan memperkuat gerakan bibir (Singh, 2007).

D. Bruxism Penatalaksanaan Berdasarkan Singh (2007) dan Rosenthal (2007) penatalaksanaan bruxism dapat dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu:

1. Obat seperti vapocoolant (etil klorid) untuk nyeri pada TMJ, injeksi anestesi lokal pada area TMJ untuk menganastesi otot-otonya,dan obat penenang serta obat pengurang ketegangan otot.

2. Occlusal adjusment untuk mengoreksi rahang ke keadaan relaks selama pergerakan fisiologis. Dapat pula disertai dengan bite plane. 3. Restorasi dimensi vertikal yang hilang dengan mahkota tuang/ mahkota stainless steel

4. Bite plane/occlusal splint/bite guards merupakan pembimbing bidang oklusal,biasanya terbuat dari resin akrilik dan didesain menutupi seluruh permukaan aklusal dan insisal gigi.

Bite Plane/occlusal splint yang dapat digunakan menurut Rosenthal (2007) adalah

a. Full-mouth occlusal splint. Alat ini kurang dianjurkan karena ukurannya relatif besar dan membutuhkan beberapa waktu kunjungan untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan dalam rangka mencapai hubungan simultan pada semua gigi yang berlawanan untuk menghambat terjadinya bruxism. b. Anterior splints. Alat ini dihunakan untuk mencegah gigi posterior tidak menyentuh permukaan oklusal pada saat terjadi gerakan mandibula. Anterior splints memerlukan waktu kunjungan yang minimal, karena kontak dengan hanya 2 sampai 4 gigi saja yang diperlukan untuk mencapai efek penghambatan pada bruxism.

c. Night Guard/Occlusal guard. Merupakan plat yang dibuat untuk menutupi permukaan oklusal gigi. Alat ini dipakai ketika tidur untuk menghentikan kebiasaan bruxism dan clenching habit ketika tidur, melindungi gigi dan mengurangi penyebab primer dari mobilitas gigi (Rahmadhan, 2009; Finn, 2003; Bishara,2001).

E. Lip Sucking Penatalaksanaan i. Latihan bibir. Latihan bibir yang dapat dilakukan adalah memanjangkan bibir atas melewati gigi incisivus dan menempatkan bibir bawah di atas bibir atas (Muthu dan Sivakumar, 2009).

ii. Memainkan alat musik tiup. Alat musik tiup dapat memperkuat otot-otot bibir dan memberikan tekanan dengan arah yang benar (Muthu dan Sivakumar, 2009).

iii. Lip bumper. Alat ini digunakan untuk mendapatkan ruang pada lengkung untuk mengkoreksi kondisi gigi berjejal ringan hingga sedang pada lengkung gigi, gigi molar

rotasi, mengontrol kehilangan penjangkaran, memperbaiki aktivitas otot-otot bibir, dan menghiangkan kebiasaan menghisap maupun menggigit bibir. Kebiasaan menghisap bibir dicegah dengan labial shield pada alat ini. Posisi bibir bawah akan terkoreksi setelah perawatan (Germe dan Taner, 2005).

Kedua gigi molar I rahang bawah dipasang molar band, kemudian bagian-bagian lip bumper dipasang 2-3 mm di anterior gigi insicivus rahang bawah dan 4-5 mm di lateral gigi posterior/segmen bukal. Lip bumper dicekatkan pada molar tube yang ada pada molar band untuk mencegah pasien melepasnya dan kontrol disarankan 1 minggu sekali untuk dilepas dan dibersihkan. Lip bumper disesuaikan secara berurutan untuk mengembalikan gigi ke posisi yang diharapkan. Biasanya, setelah 3 bulan kebiasan menghisap bibir bawah akan hilang (Germe dan Taner, 2005).Inklinasi labial gigi insicivus rahang bawah dan overjet akan terkoreksi karena pengurangan tegangan muskulus labialis inferior dan muskulus mentalis sebagai respon tidak adanya lawan tekanan dari lidah. Gigi molar pertama rahang bawah akan bergeser tegak lurus karena transmisi tekanan labial pada molar tubes yang ada pada alat (Germe dan Taner, 2005).

Setelah penggunaan lip bumper appliance, jarak interkaninus rahang bawah akan berkurang, lebar intermolar tidak berubah, dan panjang lengkung akan bertambah. Penurunan jarak interkaninus rahang bawah disebabkan karena gigi kaninus rahang bawah bergerak ke anterior. Peningkatan panjang lengkung disebabkan karena proklinasi gigi insicivus rahang bawah dan pergerakan gigi molar pertama rahang bawah (Germe dan Taner, 2005).

iv. Metal Button. Metal button pada permukaan lingual dari gigi anterior rahang atas. Button harus dipasang tanpa menggangu kontak oklusi dan pasien harus menjaga oral hygiene dengan baik. Untuk pasien yang memiliki kebiasaan mengisap bibir yang berat, button dipasan pada seluruh gigi anterior rahang atas. Tetapi jika menggunakan alat ini, alat lain seperti oral screen, lingual arches with soldered cribs, dan lip bumpers tidak dapat digunakan.

BionatorBionator merupakan salah satu alat fungsional lepasan yang dikembangkan oleh Wilhelm Balters (1950-an). Bionator adalah sebuah alat orthodontic lepasan yang didesain untuk mengkoreksi fungsi dan perbedaan skeletal anteroposterior antara maksilla dan mandibula. Menurut Graber & Neuman (1984), terdapat dua konsep dasar Balters tentang bionator, yaitu :1. Bionator, tidak setebal aktivator. Tidak ada bagian yang menutupi palatum anterior, dan tidak menutupi lidah sehingga pasien dapat bicara normal walupun alat ada di dalam mulut. Bionator dipakai siang dan malam hari kecuali waktu makan, sehingga dapat digunakan selama beraktivitas.2. Bagian yang penting dari konsep Balters adalah lidah. Keseimbangan antara lidah dan pipi, serta antara lidah dan bibir harus memberikan ruang yang cukup bagi lidah untuk berfungsi, sehingga lidah dapat menjaga keseimbangan alami lengkung gigi dan hubungan satu sama lain. Perawatan dengan bionator bertujuan untuk memperbaiki hubungan bibir dan gigi-gigi, membawa lidah berkontak dengan palatum, membawa gigi insisif ke dalam hubungan yang normal, memperbesar rongga mulut dan memperbaiki posisi lidah dengan mengubah posisi mandibula, serta memperbaiki hubungan rahang. (Graber,dkk.,1997).Selain itu juga, tujuan penggunaan bionator dapat digunakan untuk membentuk koordinasi otot yang baik dan menghilangkan potensiyang dapatmerusak bentuk pembatasan pertumbuhan, sementarapembongkarankondilus melalui posisi mandibula protusive. Gigi seri atas dan bawah biasanya berada dalam kontak selama pakai.

1.2 Indikasi dan Kontraindikasi Penggunaan BionatorIndikasi penggunaan bionator adalah pada penderita maloklusi kelas II dengan tinggi muka bagian bawah sangat pendek. Pada kasus dengan tinggi muka yang besar, bionator ini dapat juga digunakan untuk mencegah bertambahnya erupsi gigi posterior dengan menggunakan akrilik interoklusal. (Graber dan Neuman, 1984)

Menurut Rakosi dkk (1993), maloklusi kelas II divisi 1 pada periode gigi bercampur merupakan indikasi yang tepat untuk menggunakan bionator dengan beberapa kondisi, yaitu lengkung gigi baik, tidak ada crowding, mandibula retruded, kelainan skeletal tidak terlalu parah dan gigi-gigi insisif atas tiping ke labial.

Kontraindikasi penggunaan bionatorHubungan kelas II yang disebabkan maksila protruded, ada pola pertumbuhan vertikal dan insisif bawah tiping ke labial. Perawatan akan berhasil baik apabila ada deepbite yang disebabkan oleh infraoklusi gigi-gigi molar dan premolar, terutama karena posisi lidah ke lateral, sebaliknya tidak akan berhasil apabila deepbite disebabkan supraklusi gigi-gigi insisif. (Graber dan Neuman, 1984). Selain itu menurut Graber dan Neuman kontraindikasi penggunaan bionator ialah pada kasus gigi berjejal. Maloklusi dengan gigi berjejal dan pergeseran midlinemaka posisigigiyang demikianmerupakan kontraindikasi penggunaan bionatorkarenamemerlukan pencabutandan pergeseran gigigeligi.1.3 Prinsip Kerja Bionator1. Untuk maloklusi klassII-Gigiincisivusmaksilaakandiretraksi,makalabialbowharusdalamkeadaan aktif. Pada beberapa kasus dengan modifikasi labial bow bawah dimana gigi insisivus mandibula akan diprotraksi, maka labial bow harus dalam keadaan pasif.

-Gigiposteriormaksilaakandigeserkedistaldandicegahagartidakbergerak ke mesial yaitu dengan mengasah lempeng akrilik pesawat secara benar,sehinggajalurerupsigigiposteriorkearahdistal.Pengasahandilakukan pada daerah distal gigi, sedangkan pada bagian mesial tetapmenyentuh gigi.Sebaiknya gigigeligimandibula jalurerupsinya kearahmesial maka lempeng akrilik menyentuh bagian distal dan bebas di daerah mesial.

2. Untuk maloklusi klass IIIBagian akrilik dari alat Kelas III adalah sama dengan jenis standar. Sebuah plat mandibula dan dua bagian rahang lateral yang membentang dari premolar pertama ke premolar pertama yang bergabung bersama-sama, membuka gigitan hanya cukup untuk memungkinkan gigi seri atas untuk bergerak kearah labial dari gigi seri bawah. Pembukaan gigitan ini harus memberikan ruang kurang dari 2 mm antara tepi gigi seri rahang atas dan mandibular. Dengan ruang tertutup, menuju lidah, dengan perpanjangan plat dari bagian rahang bawah dari kaninus ke kaninus. Tepi gigi seri atas melampaui batas atas akrilik sekitar 2mm. Dengan cara ini, gigi seri rahang atas diposisikan langsung di depan penghalang akrilik, agar tidak mengerahkan segala bentuk tekanan, dengan jarak sekitar 1mm dari ketebalan akrilik yang akan dihilangkan dari belakang gigi seri rahang bawah. Hambatan ini menghalangi setiap gerakan maju dari lidah menuju ruang depan. Tujuannya adalah untuk mengajarkan lidah agar mendapat rangsangan proprioseptif untuk tetap ditarik dan tepat di ruang fungsionalnya. Serta menghubungkan bagian anterior yang tidak tercakup langit-langit mulut, untuk merangsang komponen pertumbuhan ke sekitar di daerah depan.3. Untuk maloklusi dengan open biteOpen bite appliance diakui dalamsebagian besar kasus baik di lidah biasanya menyebabkan atau membuatinfraocclusionpada gigiinsisivusmaksiladan mandibula, yang memungkinkan terjadinya over eruptiondi bagianbukal.Dalam kasus biasanya ditandai dengan adanya interocclusal sedikit atau tidak adayang disebabkan karena fungsilidahyang abnormal. Ini penting untuk mencegahlidahmasuk keaperture.Untuk tujuan penggunaan alat dalam kasus ini, maka bagianrahang atasdariakrilikanterior, yang berlawanan denganjenishanya menjelaskan dimanaakrilikdibatasi untukkontakdengan gigibukalsaja. Dimana bagian anteriortidak bersentuhandengan gigiatau tulangalveolar, karena tidakboleh mengganggu perubahan pertumbuhan yang diharapkan.Sebagaimana dengan tampilan vestibular, diharapkanbahwa respon dari perawatan tidakhanya akan meningkatkanoklusipada gigitetapi juga akan mengubah bagianalveolaryang berdekatan.Bagian akrilik dimandibula danmaksilabergabung denganslight bite block.denganopen bite appliance, bite block oklusal kecil digunakanuntuk stabilisasi danmemilikilekukanpada gigidi permukaan.Tujuan darilateral bite block adalahuntuk mencegahgigi posteriorerupsi, saat dimanagigi anterioryang ditujukan untuk erupsi dengan bebas.Ini harusmembentuk kembalipembukaan interocclusaldan dimensivertikalposturalyangberhubungan dengan dimensi vertical oklusal. Block jangan terlalu tebal untuk mencegah lip seal.1.4 Jenis Jenis BionatorBionator memiliki beberapa jenis diantaranya yaitu:

1. Open bite (bionator untuk membuka gigitan) memudahkan terjadinya pergerakan secara vertikal gigi-geligi posterior dan tetap mempertahankan posisi gigi-geligi anterior

2. Close bite (bionator untuk menutup gigitan) posterior bite block

3. Maintain bite (bionator untuk mempertahankan gigitan) mereposisi mandibula kedepan dengan tetap mempertahankan dimensi vertikal yang telah ada.

5Alat Myofungsional Lainnya1. Pesawat FrankelPesawat fungsional Frankel, kadang disebut juga dengan pesawat Frankel ditemukan pertama kali oleh Dr. Rolf Frankel dari Zwickau, Jerman Timur tahun 1966 sebagai alternatif pesawat aktivator. Pesawat ini menggunakan prinsip gabungan dari pesawat Andersen maupunoral screen.Prinsip dasar kerja pesawat ini adalah rahang dan prosesus dento-alveolar kemungkinan akan mengalami deposisi tulang dan resorpsi selama periode pertumbuhan. Selain itu, jumlah dan arah deposisi tulang tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan tekanan rahang dan prosesus alveolar karena postur dan aktivitas lidah, bibir, dan pipi. Oleh karena itu, korektor berfungsi untuk memodifikasi posisi jaringan lunak dan aktivitasnya sehingga mempengaruhi jumlah dan arah deposisi tulang yang terjadi pada kompleks dento-alveolar.Pesawat Frankel bisa mengaplikasikan tekanan pada gigi-geligi dan otot-otot mastikasi. Pesawat ini bekerja dalam tiga cara berlainan, yaitu:1. Posisi postural ke depan mendorong terjadinya pertumbuhan pada kondilus mandibula dan sendi temoporomandibular.

2. Bantalan vestibular, dengan aksinya yaitu mencegah tekanan otot yang merugikan pada gigi-geligi, akan mendorong terjadinya pertumbuhan dari tulang basal rahang, jadi memungkinkan lengkung gigi membesar dan mengurangi susunan gigi yang berjejal.

3. Bantalan vestibular labial, dengan mengubah posisi otot dan aksinya, bisa mendorong terjadinya pertumbuhan bibir.

Pesawat Frankel sebagai perawat korektor fungsional efektif untuk perawatan maloklusi Angle klas II divisi 1, klas II divisi 2, klas III danopen bite anterior.Perawatan maloklusi menggunakan pesawat Frankel perawatan ini dilakukan pada masa aktif pertumbuhan, terutama pada periode gigi bercampur.2. Pesawat HerbstPesawat Herbst pertama kali diperkenalkan oleh Emil Herbst pada International Dental Congress di Berlin, Jerman pada tahun 1905. Pesawat ini merupakan jenis pesawat fungsional tipe cekat yang dirancang untuk merawat kasus kelas II. Komponen utama pesawat ini yang disebut telescope terdiri dati tube dan plunger.

Indikasi pesawat Herbst dirancang untuk menstimulasi pertumbuhan kondilus mandibula dan secara khusus digunakan pada maloklusi kelas II dengan mandibula yang retrognasi. Pasien yang memiliki riwayat obstruksi jalan napas lewat hidung dan tidak memungkinkan untuk memakai pesawat lepas, dapat menggunakan pesawat Herbst. Peswat Herbst dapat juga di indikasikan pada pasien yang tidak kooperatif karena pesawat dicekatkan ada gigi dan bekerja 24 jam sehari tanpa bantuan pasien.

3. Twin BlockTwin block merupakan pesawat fungsional sederhana dengan kontak oklusi bite block yang didesain untuk memajukan mandibula. Twin block mempunyai desain pesawat yang terdiri dari upper block dan lower block.

Indikasi :

- Maloklusi kelas II divisi 1 dengan bentuk gigi normal

- Terdapat overjet ringan sampai berat dan deep overbite

- Pasien kasus disto-oklusi pada segmen bukal

- Pasien harus dalam masa pertumbuhan aktif yaitu masa gigi bercampur

- Twin block lebih idel bagi pasien yang tidak memiliki kelainan pertumbuhan arah vertical secara berlebihan

Kontraindikasi :

- Kelas II dimana maksila mengalami prognasi dan mandibula dalam posisi normal

- Pada kasus gigi yang sangat berjejal