mutia mandallassari, lbm 5 blok 17
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
1/20
Mutia Mandallassari
31101200266, SGD
Bahan belajar LI blok 17 LBM 5, Perawatan pasien dengan kodisis sistemk kelainan darah, Idiopatic
Trombocitic Purpura.
I.
Manifestasi penyakiit sistemik pada rongga mulut
Penyakit-penyakit darah
a. Anemia defisiensi besiadalah penyakit darah yang paling umum.
Manifestasi pada rongga mulut berupa:
-
atropik glossitiAtropik glossitis, hilangnya papila lidah,
menyebabkan lidah lunak dan kemerahanyang menyerupai migratori
glossitis. Migratori glossitis, dikenal juga dengan sebutan geographic
tongue, merupakan suatu kondisi lidah yang tidak diketahui
penyebabnya. Hal tersebut mengakibatkan lesi kemerahan, non-
indurasi, atropik dan dibatasi dengan sedikit peninggian pada lidah,
pinggir yang nyata dengan warna yang bermacam-macam dari abu-abu
sampai putih. Pada atropik glossitis, area-nya tidak mempunyai batas
keratotik putih dan cenderung meningkat ukurannya daripada
perubahan posisinya. Pada kasus yang lebih parah, lidah menjadi lunak
-
mukosa pucat
-
angular cheilitis.Angular cheilitis, terjadi pada sudut bibir, yang
disebabkan karena infeksi candida albicans, menyebabkan kemerahan
dan pecah-pecah, serta rasa ketidaknyamanan. Manifestasi Plummer-
Vinson syndrome juga termasuk disfagi akibat ulserasi
pharyngoesophageal. Komplikasi-komplikasi rongga mulut muncul
bersamaan dengan anemia sickle sel berupa osteomyelitis salmonella
mandibular yang tampak sebagai area osteoporosis dan erosi yang
diikuti oleh osteosklerosis. Anesthesia atau paresthesia pada nervus
mandibular, nekrosis pulpa asymptomatik mungkin juga dapat terjadi.
Kondisi-kondisi tersebut semakin parah apabila terjadi proliferasi
sumsum tulang yang hebat. Deformitas dentofacial yang berhubungan
dicirikan secara radiograpfik sebagai area dengan penurunan densitas
dan pola trabekular kasar yang paling mudah dilihat diantara puncakakar gigi dan batas bawah mandibula. Osteosklerosis dapat terjadi
bersamaan dengan trombosis dan infarksi.
b. Leukimia
Komplikasi oral leukimia:
-
hipertrofi gingival
- petechie
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
2/20
-
ekimosis
- ulkus mucosa
- hemoragik
- neuropati nervus mentalis, yang dikenal dengan numb chin syndrome
-
Ulserasi palatum dan nekrosis dapat menjadi pertanda adanya
mucormycosis cavum nasalis dan sinus paranasalis-
. Infeksi bakterial rongga mulut, yang dapat menjadi sumber septisemia,
merupakan hal yang sering dan harus segera dideteksi dan diobati
secara agresif.
-
Pengobatan leukimia dengan agen kemoterapi dapat mengakibatkan
reaktivasi Herpes Simplex Virus (HSV) yang dapat mengakibatkan
terjadinya mukositis. Namun mukositis akibat kemoterapi dapat terjadi
tanpa reaktivasi HSV, karena penipisan permukaan mukosa dan/atau
supresi sumsum tulang yang mengakibatkan invasi organisme
oportunistik pada mukosa
c.
Multiple Myeloma (MM)
Bila MM melibatkan rongga mulut, biasanya berupa manifestasi sekunder
pada rahang, terutama mandibula, yang dapat mengakibatkan
pembengkakan rahang, nyeri, bebal, gigi goyah, fraktur patologik. Punched
out lesions pada tengkorak dan rahang merupakan gambaran radiografik
yang khas. MM mengakibatkan immunosupresi, maka timbul beberapa
infeksi seperti oral hairy leukoplakia dan candidiasis . Timbunan amyloid
pada lidah menyebabkan macroglossia
Penyakit 2heumatologic
a. Sjogrens syndrome
Pasien Sjogrens syndrome(SS) sering mengalami xerostomia
dan pembengkakan kelenjar parotis (11). SS sering dihubungkan
dengan arthritis reumatoid. Pada suatu penelitian (12), 88% pasien
dengan SS mengalami abnormalitas aliran ludah pada
submandibular/sublingual, dan 55% mengalami abnormalitas aliran
kelenjar parotis. Pembengkakan kelenjar parotis atau kelenjar
submandibular ditemukan pada 35% pasien SS. Xerostomia dapatdihubungkan dengan fissure tongue, depapilasi dan kemerahan yang
terdapat pada lidah, cheilitis, dan candidiasi.
Fungsi menelan dan bicara menjadi sulit karena adanya
xerostomia persisten. Parotitis bakterial yang biasanya disertai
demam dan discharge purulen dari kelenjar juga dapat terjadi. Hal
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
3/20
tersebut meningkatkan karies gigi, terutama pada servik gigi (13).
Penting untuk mengenal SS dengan cepat dan merujuk ke dokter gigi
karena karies gigi dapat berkembang cepat. Diagnosa sering
dipastikan dengan biopsi glandula salivarius labialis minor. Secara
histologik, terdapat infiltrat limfosit periduktal.
b. Scleroderma (Sclerosis sistemik progresif)
Scleroderma merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
adanya sklerosis difus dari kulit, saluran gastrointestinal, otot jantung,
paru-paru dan ginjal. Bibir pasien sclerodermatampak berkerut
karena konstriksi mulut, menyebabkan kesulitan membuka mulut.
Fungsi stomatognatik termasuk mulut dan rahang juga mengalami
kesulitan. Fibrosis esophageal menyebakan hipotensi sphincter
esophageal bawah dan gastroesophageal reflux, terjadi pada 75%
pasien scleroderma (14). Disfagia dan rasa terbakar termasuk
gejalanya. Mukosa mulut tampak pucat dan
kaku. Telangietacsias multiple dapat terjadi. Lidah dapat kehilangan
mobilitasnya dan menjadi halus seperti rugae palatal yang menjadi
datar. Fungsi glandula saliva dapat menurun walaupun tidak
separah Sjogrens syndrome. Ligamen periodontal sering tampak
menebal pada gambaran radiografik.
c. Lupus erythematosus (LE)
Lupus erythematosus terbagi menjadi discoid lupuserythematosus (DLE) dan sistemik lupus erythematosus (SLE). Lesi-
lesi mulut terjadi pada 25-50% pasien DLE dibandingkan dengan 7-
26% pasien SLE (15). Pada DLE, lesi ini biasanya mulai tampak
sebagai area keputihan irregular yang kemudian meluas kearah
perife.
Setelah lesi ini meluas, bagian tengah daerah ini menjadi
merah dan menjadi ulcer sedangkan bagian tepi meninggi dan
hyperkeratotik. Lesi mulut lichen planus mirip lesi mulut pada DLE
baik secara klinis maupun histologi (16). Kriteria histologik yang jelas
harus dilakukan untuk membedakan keduanya.
Ulserasi mulut dan nasopharyngeal diketahui sebagai
manifestasi diagnostik mayor pada SLE oleh American Rheumatism
Association Commite on Diagnostic and Therapeutic Criteria. Ulserasi-
ulserasi ini biasanya tidak menimbulkan nyeri dan melibatkan
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
4/20
palatum(17). Lesi-lesi purpurik seperti ecchymosis dan petechiae juga
dapat terjadi. Lebih dari 30% pasien SLE, sering melibatkan glandula
saliva, yang mendorong terjadinya Sjogrens syndromesekunder dan
xerostomia yang parah.
d.
Arthritis Rheumatoid
Sendi Temporomandibular (TMJ) sering terlibat
dalam arthritis rheumatoid. Hal ini sering dicirikan dengan erosi pada
condylus yang mengakibatkan berkurangnya gerakan mandibula dan
disertai nyeri ketika digerakkan. Mulut kering dan pembengkakan
kelenjar ludah dapat juga ditemukan pada pasien arthritis
rheumatoid (18). Pada pasien-pasien tersebut dapat juga timbul SS
sekunder. Fungsi rahang yang menurun penting untuk dilakukan
rekonstruksi TMJ segera setelah penyakit utamanya terkontrol. Sendi
prosthetik dapat menjadi solusi sementara pada pasien tersebut.
Penyakit Onkologi
a.
Kanker Metastase
Tumor metastase rongga mulut dapat menyerang pada
jaringan lunak atau keras. Namun hal ini sangat jarang, hanya sekitar
1% neoplasma maligna rongga mulut. Tumor lebih sering
bermetastase ke rahang daripada jaringan lunak rongga mulut. Tumor
pada rahang sering terdeteksi bila timbul keluhan bengkak, nyeri,
paresthesia, atau setelah menyebar ke jaringan lunak. Secara
keseluruhan, tempat tumor primer metastase ke rahang berasal dari
payudara, sedangkan paru-paru merupakan tempat tumor primer
tersering untuk metastase ke jaringan lunak rongga mulut. Pada laki-
laki, paru-paru merupakan tempat primer tersering baik untuk
metastase ke rahang dan jaringan lunak rongga mulut. Regio molar
mandibula merupakan tempat metastase tersering. Pada 30% kasus,
lesi metastase rongga mulut merupakan indikasi pertama adanya
malignansi yang tidak terdeteksi dari tubuh (19).
Manifestasi awal metastase ke attached gingiva dapat
menyerupai satu dari 3 macam lesi hyperplastik reaktif pada gingivadan harus ditegakkan dengan biopsi. Fibroma ossifikasi perifer
biasanya muncul dengan bentuk kecil, berbatas tegas, bermassa padat
dengan dasar berbentuk sessile atau pedunculated pada margin
gingiva bebas.
Lesi merah muda pucat sampai merah diatas dapat menjadi
besar dan dapat terjadi pada semua umur (insidensi puncak pada
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
5/20
umur 20 th). Tumor pyogenik atau pregnancy tumor yang
mempunyai kecenderungan berdarah, juga dapat terjadi
pada attached gingiva. Lesi ini biasanya kecil (diameter kurang dari
1cm), merah, dan berulserasi. Lesi lain yang juga kecil, berbatas tegas,
bermassa padat merah gelap, sessile atau pedunculated pada attached
gingiva adalah granuloma giant cell perifer (20). Sebagai kesimpulan,
penting untuk mengetahui macam-macam tumor yang bermetastase
ke rongga mulut.
e. Histiocytosis sel Langerhans (Histiocytosis X)
Histiocytosis sel Langerhans (HSL) mewakili spectrum
ganguan klinik dari yang sangat agresive dan penyakit mirip leukemia
parah pada bayi sampai lesi soliter pada tulang (21).Hilangnya tulang
alveolar pada anak-anak dengan eksfoliasi prekok gigi susu harus
diduga adanya HSL. HSL dapat juga terjadi pada usia remaja dan
dewasa. Dari tulang-tulang rahang, mandibula yang paling seringterlibat. Tanda-tanda yang muncul adalah nyeri, pembengkakan,
ulserasi, gigi tanggal (ompong). Gambaran radiografik menunjukkan
gigi tampak melayang di udara (floating in air) dikelilingi daerah
radiolusen yang luas. Hal ini berkaitan dengan hilangnya tulang
alveolar yang cepat. Istilah granuloma eosinofilik tulang (eosinophilic
granuloma of bone) digunakan bila lesi soliter ditemukan, namun lesi
multipel dapat muncul kemudian
Kelainan Endokrin
a.
Diabetes Mellitus (DM)Banyak manifestasi rongga mulut pada DM, beberapa
diantaranya dapat diketahui sejak awal tahun 1862. Pada umumnya
gejala-gejalanya tampak parah, dan sangat progresive pada pasien
IDDM (Independent Insulin DM) yang tidak terkontrol dari ada pasien
NIDDM yang terkontrol. Penelitian menunjukkan bahwa umur, lama
penyakit, dan tingkat kontrol metabolik memegang peranan penting
timbulnya manifestasi-manifestasi rongga mulut pasien diabetes
daripada jenis diabetes apakah IDDM atau NIDMM (22). Sekitar
sepertiga pasien diabetes mempunyai keluhan xerostomia yang mana
hal ini berkaitan dengan menurunnya aliran saliva dan meningkatnya
glukosa saliva. Kemudian, pembesaran glandula parotis bilateral difus,
keras, yang disebut sialadenosis dapat timbul. Proses ini tidak
reversibel meskipun metabolisme karbohidrat terkontrol baik.
Perubahan pengecapan dan sindrom mulut terbakar juga dilaporkan
pada pasien DM tak terkontrol. Xerostomia merupakan faktor
predisposisi berkembangnya infeksi rongga mulut. Mukosa yang
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
6/20
kering dan rusak lebih mudah timbulnya infeksi oportunistik oleh
Candida albican. Candidiasis erytematosus tampak sebagai atropi
papila sentral pada papila dorsal lidah dan terdapat pada lebih dari
30% pasien DM. Mucormycosis dan glossitis migratory benigna juga
mempunyai angka insidensi yang tinggi pada IDDM di populasi umum
Telah ditemukan bahwa terdapat insidensi yang tinggi karies
gigi pada pasien dengan DM yang tidak terkontrol. Hal ini
dihubungkan dengan tingginya level glukosa saliva dan cairan
krevikuler. Penyembuhan luka yang tidak sempurna, xerostomia yang
diikuti dengan penimbunan plak dan sisa makanan, kerentanan
terhadap infeksi, dan hiperplasi attached gingiva, semua memberi
kontribusi meningkatnya insidensi penyakit periodontal pada pasien
diabetes
f. Hypoparatiroidisme
Penurunan sekresi hormon paratiroid (PTH) dapat terjadisetelah pengambilan glandula paratiroid, begitu juga destruksi
autoimun terhadap glandula paratiroid. Sindrom-sindrom yang
jarang, seperti Digeorge Syndrome dan Endocrine-candidiasis
syndrome sering dihubungkan dengan keadaan ini. Hipocalcemia
terjadi mengikuti turunnya hormon paratiroid(24). Chvostek sign,
tanda khas hipokalsemia, dicirikan dengan berkedutnya bibir atas bila
nervus facialis diketuk tepat dibawah proccesus zygomaticus. Jika
hipoparatiroid timbul di awal kehidupan, selama proses
odontogenesis/pertumbuhan gigi, dapat terjadi hipoplasi email dan
kegagalan erupsi gigi. Adanya candidiasis oral persisten pada pasien
muda menunjukkan mulai terjadinya sindrom endocrine-candidiasis
g.
Hyperparatiroidisme
Manifestasi awal hiperparatiroid adalah hilangnya lamina dura
di sekitar akar gigi dengan perubahan pola trabecular rahang yang
muncul kemudian. Terdapat penurunan densitas trabecular dan
kaburnya pola normal yang menghasilkan penampakan ground
glass pada gambaran radiografiknya(26). Dengan menetapnya
penyakit, lesi tulang lainnya muncul, seperti hiperparatiroid brown
tumor. Nama ini berasal dari warna spesimen jaringan yangmencolok, biasanya merah tua-coklat akibat perdarahan dan
tumpukan hemosiderin dalam tumor. Gambaran radiografik
menunjukkan lesi ini unilokuler atau multiloculer radiolusen yang
berbatas tegas yang biasanya merusak mandibula, clavicula, iga, dan
pelvis. Lesi ini soliter, namun lebih sering multipel. Lesi yan bertahan
lama dapat mengakibatkan ekspansi cortical yang nyata. Secara
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
7/20
histologik, lesi ini dicirikan sebagai proliferasi hebat jaringan
granulasi vascular yang menjadi latar belakang timbulnya multi-
nucleated osteoclast-type giant cells. Hal ini identik dengan lesi lain
yang dikenal dengan lesi giant cell sentral pada rahang.
h.
Hypercortisolisme
Hypercortisolisme atau Cushings syndrome, berasal dari
meningkatnya glukokortikoid darah yang terus-menerus. Hal ini juga
bisa berkaitan dengan terapi kortikosteroid lain atau produksi
berlebih endogen dari glandula adrenal. Horman adrenokorticotropik
(ACTH) yang berlebih dari tumor pituitari juga menyebabkan
hipercortisolisme dan penyakit Cushings. Penumpukan jaringan
lemak di area wajah dikenal sebagai moon facies. Pasien juga
mengalami facial hirsutism yang bervariasi. Fraktur patologis
mandibula, maxilla atau tulang alveolar juga dapat terjadi karena
trauma benturan ringan akibat osteoporosis. Penyembuhan fraktur,begitu juga penyembuhan tulang alveolar dan jaringan lunak setelah
pencabutan gigi menjadi tertunda.
i.
Hypoadrenocortisisme
Hypoadrenocortisisme berasal dari kurangnya produksi
horman kortikosteroid adrenal karena adanya kerusakan cortex
adrenal, kondisi ini dikenal sebagai hypoadrenocortisisme primer
atau Addisons disease. Hal ini biasanya berkaitan dengan
autoimmune, juga dapat disebabkan karena infeksi seperti
tuberculosis, tumor metastase, amyloidosis, sarcoidosis atau
hemochromatosis. Hypoadrenocortisisme sekunder berkembang
karena fungsi glandula pituitary yang inadequate. Manifestasi
orofacial termasuk A bronzing hyperpigmentasi pada kulit,
terutama pada area yang paling banyak terpapar matahari (sun-
exposed area). Hal ini disebabkan karena meningkatnya kadar beta-
lipotropin atau ACTH, yang keduanya dapat menstimulasi melanosit.
Perubahan kulit ini didahului oleh melanosis mukosa mulut.
Pigmentasi kecoklatan difus atau bercak sering terjadi di mukosa
buccal, namun dapat terjadi di dasar mulut, ventral lidah dan bagian
lain mukosa mulut.
Gangguan jantung
a.
PENYAKIT JANTUNG ISKEMIK(ISCHEMIC HEART DISEASE)
Manifestasi oral Apabila pasien mengkonsumsi antikoagulan
atau antiplatelet, dapat terjadi perdarahan, bermanifestasi sebagai
hematoma, petechiae dan perdarahan gusi.
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
8/20
Congenital Heart Deseases (CHD)
CHD berhubungan dengan abnormalitas struktur jantung dan
dapat menjadi salah satu gejala dan sindrom atau abnormalitas
kromosom. 70% pasien dengan sindrom down mengalami CHD. CHD
mengenai 8-10 kasus per 1000 anak lahir hidup dengan gender yang
seimbang. Mayoritas kasus menunjukkan bahwa tidak ada factor
genetik tertentu sebagai penyebab, tetapi faktor yang berisiko tinggi
untuk terjadinya penyakit jantung bawaan ini diantaranya maternal
rubela diabetes, alcoholism, konsumsi obat-obatan selama hamil
seperti phenitoin dan warfain. Keparahan penyakit tergantung dari
hemodinamik lesi. Gangguan aliran darah disebabkan oleh
abnormalitas struktur atau defek obstruktif yang
mengakibatkan shunting aliran darah.
Yang termasuk CHD adalah :
b.
Ventricular Septal Defect/ VSDVSD adalah defek septum dalam dinding ventrikel yang paling
banyak terjadi. Defek kecil biasanya tanpa gejala dan diketahui saat
pemeriksaan rutin. Defek besar dapat menyebabkan sesak nafas,
kesulitan makan dan buruknya peitinbuhan. 30%-50% defek kecil
dapat menutup sendiri dan terjadi di tahun pertama, sedangkan defek
besar biasanya ditutup dengan pembedahan.
c.
Atrial Septal Defect/ASD
Atrial Septal Defect/ASD adalah defek septum dekat foramen ovale,
lebih sering pada orang dewasa.
d.
Patent Ductus Arteriosus /PDA
Patent Ductus Arteriosus /PDA merupakan kegagalan penutupan
duktus yang menghubungkan areteri pulmonalis dengan aorta, hal ini
sering terjadi pada bayi lahir
dengan prematur.
e.
Tetralogy of fallot (TOF)
Tetralogy of fallot (TOF) meliputi kelainan jantung bawaan tipe
sianotik yang paling banyak terjadi dengan persentase 7 10% dari
seluruh Congenital Heart Defect (CHD),merupakan kasus yang cukup
berat, karena terdiri dari 4 defek yaitu Ventricular) septaldefect,pulmonarhy stenosis, dextroposition aorta, right ventricular
hypertrophy.TOF ini merupakan kelainan pertumbuhan jantung
dimana terjadi defek atau lubang dari infundibulum septum
intraventrikular dan umumnya TOF menyebabkan sianosis saat lahir
dan saat bayi.
4 Berdasarkan manifestasi klinis, CHD terdiri dan 2 tipe yaitu tipe
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
9/20
sianosis dan asianosis. Tipe sianosis sepertipulmonary stenosis,
tetralogy of fallot (TOF). Manifestasi klinis tipe sianosis;sianosis
sistemik, clubbing finger, dyspnea dan heart murmur. Adapun
prognosisnya tergantung dan berat ringannya malformasi. Pada tipe
sianosis aliran adalah right to leftt shunt.Tidak ada tanda oral spesifik
pada pasien dengan CHD, manifestasi klinis tergantung dan anomaly
struktur yang diderita.4,5 Manifestasi oral dan CHD adalah sianosis
gusi dan stomatitis, glositis, defek email terutama pada gigi sulung,
meningkainya risiko karies dan penyakit periodonta1
Penyakit Ginjal Kronis
Apabila aspek fungsional ginjal terganggu pada tahp terminal, maka fungsi ginjal
hampir tidak ada sehingga glomerulus filtration rate terus menurun dan retensi
dari berbagai produk buangan sistemik akan memberikan gambaran penyakit
ginjal kronis pada rongga mulut apabila kondisi tubuh dari azotemik menjadi
uremik. Beberapa manifestasi penyakit ginjal kronis pada rongga mulut:
a. Oral malodor / Bau mulut tidak sedap
Merupakan gejala paling awal apabila ginjal gagal berfungsi adal oral
malodor atau tibulnya rasa kecap logam akibat alterasi sensasi pengecpan
terutama pada pagi hari. Rasa kecap logam ini berupa bau ammonia
terutama pada pasien hemodialisis. Hal ini terjadi karena tingginya
konsentrasi urea pada rongga mulut, kemuadian pecah menjadi ammonia
pada penderita uremia.
b. Serostomia atau mulut kering
Biasanya terjadi sebagai hasil dari beberapa manifestasi beberapa factor
seperti inflamasi kimia, dehidrasi , pernafasan melalui mulut, keterlibatan
langsung kelenjar salivarius, retriksi konsumsi cairan dan sebagai efek
samping dari suatu obat.
Serostomia cenderung meningkatkan kerentanan pwnderita terhadap
karies, inflamasi gusi, kanididiasis, kesulitan bicara, menurunnya retensi
protesa, disfagia dan gangguan penciuanman.
c.
Plak, kalkulus, karies
d.
Pembesaran gusi
Pembesaran gusi sekunder akibat dari konsumsi obat-obatan seprti
cyclosphorin dan calcium channel blocker.
e.
Lesi mulut
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
10/20
f.
Perubahan warna mukosa
Warna mukosa pada penderita penyakit ginjal sering terlihat lebih pucat, hal
ini karena dipengaruhi oleh anemia penderita, kaeadaan ini sering disebut
pallor. Hal lain sring ditemukan adalah warna kemerahan pada mukosa hal
ini kerana terjadi penumpukan beta karoten.
g. Lesi keganasan
h.
Infeksi rongga mulutAngular chelitis merupkan infeksi jamur yang sering dijunpai pada pasien
hemodialisis.
i. Kelainan gigi
Yang biasa terjadi adalah hipoplasia gigi, enamel, peningkatan mobility gigi,
dan malokulusi.
II.
Medical compromise, bagaimana penatalaksanaan dentalnya
a.
Diabetes
In patients with controlled diabetes, no special treatment is required for
routine dentistry including prophylaxis and dental restorative care. The patientshould be told to continue with their normal eating and injection regimen.
Morning appointments are recommended because cortisol levels are highest at
this time and will provide the best blood glucose level. The morning meal should
not be skipped.
Likewise, the type 1 patientshould not be scheduled immediately after an
insulin injection because this may result in a hypoglycemic episode. No more
than 2 carpules of lidocaine 1:100,000, prilocaine HCL (1:200,000), or
bupivacaine with 1:200,000 epinephrine should be delivered for anesthesia.
In the moderately-controlled diabetic patient, a maximum of 2 carpules of
bupivacaine or prilocaine should be used and, if a major procedure is planned
(eg, multiple extractions, periodontal surgery), an antibiotic should be
prescribed following therapy. Following surgery the patients food intake should
include the proper caloric content and protein/carbohydrate/fat ratio to
maintain glucose balance.
In the uncontrolled or brittle diabetic patient, only acute dental infection
should be treated on an outpatient basis. Delivered anesthetic should not include
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
11/20
epinephrine. Antibiotics should be prescribed following treatment and
monitored carefully for sensitivity and efficacy. In-patient intervention is
recommended for more complicated dental treatment because precise insulin
management and post treatment care with respect to infection and electrolyte
balance may be needed
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
12/20
III.
Pemeriksaan penunjang pasien dengan medical compromised
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu
jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan
atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit.
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
13/20
Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan
atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.
Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu
1.
Hemoglobin
2.
Hematokrit3.
Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (platelet)
5.
Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7.
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8.
Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10.
Red Cell Distribution Width (RDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiappasien yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala
klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan
pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut,
sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya
waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan
ini berkisar maksimal 2 jam.
Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh
jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paruparu. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah
berwarna merah.
Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin
seseorang kita harus memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-
beda di tiap laboratorium klinik, yaitu :
Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
Anak anak : 11-13 gram/dl Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah
anemia. Ada banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
14/20
perdarahan, kurang gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi
dan penyakit sistemik (kanker, lupus,dll).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang
yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti
radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll.
Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah
dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk
pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%.
Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar
hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-
penyakit yang sama.
Leukosit (White Blood Cell / WBC)
Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi yangdisebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.
Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.
Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus,
penyakit sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit
infeksi bakteri, penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll
Trombosit (platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses
pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi
trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit
bergerombol).
Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah.
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak adakeluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus
demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang,
dll.
Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
https://lh6.googleusercontent.com/-KPBbS2MIFBs/TX4G6ECX3XI/AAAAAAAAANY/8noazwXELyg/s1600/trombosit.png -
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
15/20
Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak, dan
berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke
seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai normal
eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar
4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus
hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif,perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia,
leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di
mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :
MCV(Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu
volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
EritrositNilai normal = 82-92 fl
MCH(Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER),
yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg
MCHC(Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi Hemoglobin
Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per eritrosit,
dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah gr/dl) MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %
Laju Endap Darah
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED
merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut,
infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid,malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan
untuk menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan
panjang pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang
sangat tinggi masih terdeteksi.
Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0 15 mm/jam
Perempuan : 0 20 mm/jam
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
16/20
Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat
lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan
patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung
jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses
penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis
sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/l.
Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%
Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan
pada sickle cell disease dan trombositosis,sedangkan kadar PDW yang rendah dapat
menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
Red Cell Distribution Width (RDW)RDW merupakan koefisien variasi dari volume
eritrosit. RDW yang tinggi dapat mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan
biasanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi
vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosityang mempunyai ukuran variasi yang kecil.
IV.
Penyakit infeksi yang dapet menyebar melalui infeksi gigi
Pengertian Fokal infeksi gigi, adalah penyakit gigi merupakan / sebagai sumber
suatu penyakit umum yang dapat diderita oleh pasien (Nawawi, 1992).Sumber (fokus
infeksi) yaitu pusat atau suatu daerah didalam tubuh dari mana kuman atau basil
basil dari kuman tersebut dapat menyebar jauh ketempat lain dalam tubuh dan bisa
menyebabkan penyakit. Jadi apabila dikatakan gigi sebagi sumber (fokus) infeksi
berarti bahwa pusat atau sumber infeksi dari salah satu organ tubuh berasal dari gigi.
Adapun salah satu jalan penjalaran kuman dari pusat infeksi sampai keorgan tubuh
tersebut, dibawa melalui aliran darah / limfe atau dapat pula secara kontaminasi
(Moestopo, 1982).
https://lh6.googleusercontent.com/-Y-pWvQm6w-U/TX4Hixm0n5I/AAAAAAAAANc/lLK__IzlXaI/s1600/hitung+jenis.gif -
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
17/20
Fokal infeksi merupakan suatu tempat yang dinyatakan sebagai pusat penyebaran
suatu infeksi yang dapat mempengaruhi / mengganggu organ lain dalam tubuh bila
kondisi jaringan setempat memungkinkan. Hipotesa fokal infeksi dan infeksi lokal
sampai saat ini masih bersifat kontrofersial. Sebab tinjauan laboratorium masih belum
dapat menunjukkan hasil yang memuaskan akan tetapi pengalaman klinis maupun
pengamatan klinis sering kali mendukung dugaan tersebut (Nawawi, 1992).
Sumber (fokus) infeksi dalam rongga mulut, terutama yang berhubungan erat
dengan gigi dapat berada di jaringanjaringan (Moestopo, 1982) :
1. Periodontium, yaitu jaringan untuk mengikat gigi didalam tulang alveolus, kalau serabut
periodontium ini rusak, gigi akan goyang, dan kuman kuman akan lebih mudah
mencapai daerah ujung akar gigi dan masuk saluran darah. Keadaan ini yang biasa
disebut pyorhoea yaitu gejala keluarnya nanah dari saku gusi yang berasal dari
peradangan karena rusaknya periodontium.
2. Periapikal, yaitu ujung akar gigi
3. Pulpa gigi.
Bahkan dapat berasal dari kuman kuman penyakit didaerah gusi, juga sisa sisa
fragmen gigi yang tertinggal, gigi dan lubang lubang baru setelah pencabutan, bekas
akar gigi (socket) dapat pula merupakan fokus infeksi.
Cara dari kuman kuman tersebut dapat menembus masuk kedalam aliran darah,
haruslah melalui lubang / perlukaan pada pembuluh darah atau kelenjar limfe (getah
bening), yaitu melalui lesi (kerusakan) yang ditimbulkan oleh trauma mekanis, misalnya
pada tindakan pencabutan gigi, gerakan mengunyah pada gigi yang rusak dan goyang,
sehingga pada keadaan ini selain terjadi trauma mekanis juga timbul gerakan memompa
yang dengan sendirinya akan mempermudah penularan dengan memompakan kuman
kuman dari sekeliling akar gigi ke dalam aliran darah dan kelenjar getah bening melalui
pembuluh darah (Moestopo, 1982).
Penyakit umum yang disebut
sebut disebabkan fokal infeksi dari gigi, diantaranya :
1. Demam rheumatic
Salah satu penyakit jantung didapat yang sering didapatkan adalah demam
reumatik akut
(DRA). Demam rematik sendiri merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non supuratif
yang digolongkan pada penyakit vaskular kolagen atau kelainan jaringan ikat, dimana
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
18/20
proses reumatiknya merupakan suatu reaksi peradangan yang mengenai banyak organ
terutama jantung.
Kerusakan yang timbul di jantung merupakan manifestasi kerusakan terberat,
sedangkan keterlibatan organ lain hanya bersifat sementara.Kemampuan bakteri penyebab
demam rematik untuk mengakibatkan katup jantung menjadi fibrosis inilah yang kemudiandikenal sebagai penyakit jantung rematik.
Tentang terjadinya infeksi sekunder, pada permulaan konsepsi infeksi ini secara
luas dikemukakan, bakteri dari suatu fokal infeksi kronis diyakini memiliki afinitas yang
kuat terhadap jaringan atau cairan tertentu.
Selanjutnya bakteri dari dalam peredaran darah akan tersangkut pada tempat
tertentu yang merupakan locus minoris resistentiae, yaitu tempat dengan daya tahan
rendah yang tentunya akan meningkatkan permeabilitas kapiler dengan hasil akhir
mempermudah kuman untuk berlokalisasi.
Hipotesis lain menyatakan adanya keterlibatan toksin dari bakteri ini untuk dapat
menimbulkan efek pada daerah yang jauh dari sumbernya. Bersama dengan reaksi
imunologi yang terjadi, toksin ini merusak jaringan yang mudah cedera. Akan tetapi,
mekanisme definitif tentang kronologi infeksi masih belum diketahui secara jelas.
Keterlibatan gigi pada kerusakan jantung tidak berlangsung secara langsung. Katup
jantung yang telah rusak karena penyakit demam rematik terdahulu akan sangat mudah
terkena penyakit ulangan tersebut ketika dimasuki oleh Streptokokus viridians yang justru
seringkali banyak terdapat di dalam aliran darah setelah dilakukan pencabutan gigi.
2. Rheumatoid arthritis (rematik pada persendian)
3. Poly arthritis, ini empunyai gejala ngilu gi banyak persediaan, sehingga sering
dikacaukan dengan syphilis stadium kedua yang mempunyai gejala sama.
4. Sub-acute bacterial endocarditis (infeksi pada katup jantung).
Endocarditis infektif atau endocarditis bacterial adalah infeksi lapisan
dalam jantung yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau arganisme lain
yang menyebabkan abses myocardium (otot jantung) dan gagal jantung. Mills
(2006) menjelaskan bahwa endocarditis / endokarditis merupakan infeksi yang
terjadi pada endocardium, katup jantung atau prosthesis jantung yangdiakibatkan oleh invasi bakteri atau jamur.
Pathophysiology
Ketika lapisan dalam jantung (endokardium) menjadi radang, klot
(gumpalan) fibrin terbentuk. Klot fibrin ini akan menjadi koloni oleh pathogen
selama episode bakteremia yang dapat diakibatkan dari prosedur invasive
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
19/20
(kanulasi arteri dan vena, penanganan gigi yang menyebabkan perdarahan gusi,
pembedahan gastrointestinal (GI), biopsy hati, sygmoidoscopy), kateterindwelling, infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan luka.
Platelet dan fibrin, selanjutnya mengelilingi mikroorganisme yang
menginvasi membentuk suatu selubung pelindung dan menyebabkan vegetasiyang terinfeksi menjadi luas. Vegetasi yang meluas (lesi dasar endocarditis)
menjadi rusak, menebal, kaku dan meninggalkan parut pada lembar katup dan
cincin fibrous penopang katup jantung. Vegetasi mungkin juga berjalan ke
berbagai organ dan jaringan (seperti limpa, ginjal, arteri koroner, otak dan paru)
dan membendung aliran darah. Penutup pelindung yang mengelilingi vegetasi
membuat sulit bagi sel darah putih (WBC) dan agent antimikroba untuk masuk
dan menghancurkan lesi yang terinfeksi.
Etiology
Bakteri penyebab endokarditis antara lain:
1.
Streptococcus Viridan bakteremia terjadi setelah penanganan gigi atauinfeksi saluran pernafasan atas.
2.
Staphylococcus aureus bakteremia terjadi setelah pembedahan jantung
atau penyalahgunaan obat parenteral.
3.
Staphylococcus epidermidis bakteremia terjadi karena katup jantung
prosthetis dan prosedur akses intravena (IV).
4.
Enterococci bakteremia biasanya terjadi pada pasien lansia (umur> 60
tahun) dengan infeksi traktus genitourinary.
5.
Bakteri gram negative seperti Haemophilus, Actinobacter dan
Cardiobacterium tidak umum tetapi dapat menyebabkan komplikasi serius.
6.
Jamur (Candida albican, Aspergillus) dan rickettsiae merupakan penyebab
lain.7.
Endokardiris infeksius juga dapat terjadi pada katup jantung yang
sebelumnya cidera karena demam rheumatic, defek congenital, katup jantung
normal, katupjantung biologis dan mekanis.
Manifestasi Klinis Umum
1.
Demam, menggigil, berkeringat (demam mungkin tidak ditemukan pada pasien
lansia atau uremia).
2.
Anoreksia, penurunan berat badan, lemah
3. Batuk, nyeri sendi dan punggung (khususnya pada pasien > 60 tahun)
4.
Splenomegali
Selanjutnya, secara spesifik manifestasi klinis dapat ditunjukkan oleh adanyaperubahan dalam perubahan system organ seperti:
1.
Manifetasi pada kulit dan kuku
- Petechiae conjunctiva, membrane mukosa.
-
Perdarahan pada bantalan kuku
- Nodus Osler Nodus merah dan nyeri pada telapak jari dan
jempol: biasanya tanda akhir infeksi dan ditemukan dengan
infeksi sub akut.
-
8/10/2019 Mutia Mandallassari, LBM 5 Blok 17
20/20
-
Lesi Janeway macula berwarna pink cerah pada telapak kaki,
tidak megeras, mungkin berubah menghitam dalam beberapa hari;
biasanya tanda awal infeksi endokardium / endocardyum.
- Clubbing fingers dan jempol utamanya pada pasien yang
mempunyai kondisi infeksi yang tidak diobati dan meluas.
2.
Manifestasi klinis jantung- Murmur yang berubah atau patologis tidak adanya murmur
dengan tanda dan gejala lain mungkin mengindikasikan infeksi
jantung sebelah kanan.
-
Tachycardia berhubungan dengan penurunan cardiac output
(CO).
3.
Manifestasi sistem saraf pusat
- Sakit kepala
-
Iskemia sereblal sesaat
- Perubahan status mental, aphasia
-
Hepiplegia
-
Kehilangan sensoris kortikal- Roths spot pada fundi (perdarahan retina)
4.
Manifestasi paru
- Biasanya terjadi dengan keterlibatan jantung sebelah kanan
-
Pneumonitis, pleuritis, edema pulmonal, infiltrate.
5. Fenomena embolik
-
Paru hemoptysis, nyeri dada, nafas pendek.
- Ginjal hematuria, warna urine abnormal
-
Limpa nyeri kuadran atas kiri abdomen ke bahu kiri.
- Jantung Myocardial infarct, insufisiensi aorta, gagal jantung.
-
Otak kebutaan mendadak, paralysis, abses otak, meningitis.
-
Pembuluh darah aneurysme mycotik.- Abdomen melena, nyeri akut
5. Penyakit tertentu pada saluran pencernaan.
6. Beberapa penyakit mata.