metabolisme vitamin c -skenario b blok 8 mutia

22
METABOLISME VITAMIN C Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C yang disebut juga sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama apabila terkena panas. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam (Sunita, 2004). Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit), korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna melalui transpor aktif (Sherwood, 2001). Susunan kimia Vitamin C Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh- tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi).

Upload: mutia-agustria-nur-syifa

Post on 02-Dec-2015

148 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

METABOLISME VITAMIN C

Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C yang

disebut juga sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air.

Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin

C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama apabila

terkena panas. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil

dalam larutan asam (Sunita, 2004).

Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit),

korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna

melalui transpor aktif (Sherwood, 2001).

Susunan kimia Vitamin C

Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan

sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat

disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian

besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam

askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi).

Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidro askorbat

terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali (Akhilender,

2003).

Page 2: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

Metabolisme Vitamin C

Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada

bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-

rata arbsorbsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20-120 mg/hari. Konsumsi

tinggi sampai 12 gram hanya diarbsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian

dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan

adrenal, pituitary, dan retina. Vitamin C di ekskresikan terutama melalui

urin,sebagian kecil di dalam tinja dan sebagian kecil di ekskresikan melaului kulit

(Yuniastuti, 2008).

Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi

mencapai 100 mg/hari. Status vitamin C di dalam tubuh ditetapkan melalui tanda-

tanda klinik dan pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda- tanda klinik

antara lain, perdarahan gusi dan perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda-tanda

dini kekurangan vitamin C dapat diketahui apabila kadar vitamin C darah di

bawah 0,20 mg/dl (Sunita, 2004).

Page 3: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

Fungsi Vitamin C

Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin

C adalah sebagai sintesis kolagen. Karena vitamin C mempunyai kaitan yang

sangat penting dalam pembentukan kolagen. Karena vitamin C diperlukan untuk

hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan

penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang

mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang

rawan, matriks tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon. Dengan

demikian maka fungsi vitamin C dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam

penyembuhan luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi.

Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase, yang

menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan hidroksipolin, suatu unsure

integral kolagen. Tanpa asam askorbat, maka serabut kolagen yang terbentuk di

semua jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah. Oleh sebab itu, vitamin ini

penting untuk pertumbuhan dan kekurangan serabut di jaringan subkutan,

kartilago, tulang, dan gigi (Guyton, 2007).

Fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin C

mereduksi besi menjadi feri dan menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah

untuk diabsorbsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit

dibebaskan oleh besi apabila diperlukan. Absorbsi besi dalam bentuk nonhem

meningkat empat kali lipat apabila terdapat vitamin C. Fungsi yang ketiga adalah

mencegah infeksi, Vitamin C berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh

terhadap infeksi. Pauling (1970) pernah mendapat hadiah nobel dengan bukunya

Vitamin C and the common cold, di mana pauling mengemukakan bahwa dosis

tinggi vitamin C dapat mencegah dan menyembuhkan serangan flu (Pauling,

1971).

Penelitian menunjukkan bahwa vitamin C memegang peranan penting dalam

mencegah terjadinya aterosklerosis. Vitamin C mempunyai hubungan dengan

Page 4: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

metabolisme kolesterol. Kekurangan vitamin C menyebabkan peningkatan

sintesis kolesterol. Peran Vitamin C dalam metabolism kolesterol adalah melalui

cara: 1) vitamin C meningkatkan laju kolesterol dibuang dalam bentuk asam

empedu, 2) vitamin C meningkatkan kadar HDL, tingginya kadar HDL akan

menurunkan resiko menderita penyakit aterosklerosis, 3) vitamin C dapat

berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan pembuangan kotoran

dan hal ini akan menurunkan pengabsorbsian kembali asam empedu dan

konversinya menjadi kolesterol (Khomsan, 2010).

Studi yang dilakukan WHO (1976) meyimpulkan bahwa progresi pengapuran

koroner bertambah sebesar 3% per tahun sejak usia seseorang melewati 20 tahun.

Kenyataan ini membuktikan bahwa progresivitas pengapuran pembuluh koroner

sesungguhnya memang menggulir secara tersembunyi dan menimbulkan bahaya

yang bersifat laten. Penelitian klinis menunjukkan bahwa vitamin C menurunkan

kolesterol dan trigliserida pada orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol

yang tinggi, tetapi tidak pada orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol yang

normal. Ini membuktikan bahwa vitamin C berperan sebagai homeostatis untuk

mencapai. Konsumsi vitamin C 1g per hari setelah tiga bulan akan menurinkan

kolesterol 10% dan trigliserida 40% (Khomsan, 2010).

Bahan Makanan Sumber Vitamin C

Vitamin C pada umumnya hanya terdapat pada bahan makanan nabati,yaitu

sayur dan buah terutama yang mengandung asam (Sunita, 2004).

Tabel 2.1. Bahan Makanan Sumber Vitamin C (mg Vit.C/100 g bahan)

(Sumber: Daftar Analisa Bahan Makanan, Dep.Kes.RI, 1964)

Sayur

Asparagus 33 Jambu Batu 302

Kacang-kacangan 19 Jeruk Lemon 50

Brussel’s sprout 94 Jeruk nipis 27

Page 5: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

Sawi 50 Jeruk Orange 49

Kol Kembang 69 Mangga 41

Selada Air 77 Nanas 24

Cabe hijau 120 Peaches 26

Angka Kecukupan Gizi Vitamin C

Asupan vitamin C yang ditetapkan Recommended Daily Allowance (RDA)

untuk remaja usia 11-14 tahun adalah 50 mg/hari dan usia 15-18 tahun 60

mg/hari. Peningkatan kebutuhan vitamin C dalam keadaan stress psikologik atau

fisik, seperti pada luka, panas tinggi, atau suhu lingkungan tinggi.

Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk vitamin C (sumber:

Widya Karya Pangan dan Gizi, 1998)

Golongan Umur AKG (mg) Golongan Umur AKG (mg)

0-6 bulan 30 Wanita

7-13 bulan 35 10-12 tahun 50

1-3 tahun 40 13-15 tahun 60

4-6 tahun 45 16-19 tahun 60

7-9 tahun 45 20-45 tahun 60

45-60 tahun 60

Pria >60 tahun 60

10-12 tahun 50

13-15 tahun 60 Hamil +10

16-19 tahun 60 Menyusui

20-45 tahun 60 0-6 bulan +25

45-60 tahun 60 7-12 bulan +10

>60 tahun 60

Page 6: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

Kelebihan dan Kekurangan Vitamin C

Skorbut dalam bentuk berat sekarang jarang terjadi,karena sudah diketahui

cara mencegah dan mengobatinya. Tanda-tanda awal antara lain adalah lemah,

nafas pendek, kejang otot, tulang dan persendian sakit serta berkurangnya nafsu

makan, kulit menjadi kering, kasar, dan gatal, warna merah kebiruan di bawah

kulit, perdarahan gusi, kedudukan gigi menjadi longgar, mulut dan mata kering

dan rambut rontok. Di samping itu luka akan menjadi sulit sembuh. Gejala

skorbut akan terlihat apabila taraf asam askorbat dalam serum menurun di bawah

0,20 mg/dl. Kekurangan asam askorbat juga menyebabkan terhentinya

pertumbuhan tulang. Sel dari epifise yang sedang tumbuh terus berproliferasi,

tetapi tidak ada kolagen baru yang terdapat diantara sel, dan tulang mudah fraktur

pada titik pertumbuhan karena kegagalan tulang untuk berosifikasi. Juga, apabila

terjadi fraktur pada tulang yang sudah terosifikasi pada pasien dengan defisiensi

asam askorbat, maka osteoblas tidak dapat membentuk matriks tulang yang baru,

akibatnya tulang yang mengalami fraktur tidak dapat sembuh. Pada skorbut

(defisiensi vitamin C) dapat meyebabkan dinding pembuluh darah menjadi sangat

rapuh karena terjadinya kegagalan sel endotel untuk saling merekat satu sama lain

dengan baik dan kegagalan untuk terbentuknya fibril kolagen yang biasanya

terdapat di dinding pembuluh darah (Guyton, 2007).

Kelebihan vitamin C yang berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala.

Tetapi konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan setiap harinya

akan menimbulkan hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi untuk menderita batu

ginjal (Sunita, 2004).

Suplemen memang memberikan kemudahan untuk mendapatkan vitamin C

dalam dosis tinggi. Namun mendapatkan vitamin C langsung dari buah segar

lebih dianjurkan, karena lebih mudah diserap dan mampu bertahan lebih lama di

Page 7: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

dalam tubuh. Selain itu, makan buah juga memberikan manfaat yang lebih banyak

dibanding minum suplemen karena buah tidak hanya mengandung vitamin C. Di

samping vitamin, buah-buahan mengandung serat dan senyawa fitokimia lainnya

yang penting bagi tubuh. Pakar gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Dr Fiastuti Witjaksono, MS, SpGK menyampaikan hal itu dalam

media workshop di Restoran Merah Delima, Kebayoran Baru, yang

diselenggarakan oleh pemasar buah Kiwi asal Selandia Baru. Untuk bisa diserap

oleh tubuh, vitamin C butuh lingkungan yang mendukung. Buah memiliki

lingkungan semacam itu karena mengandung komponen lain seperti serat dan

berbagai fiktokimia.

Sebuah eksperimen pada mencit yang dilakukan para ilmuwan di Otago

University menunjukkan, vitamin C dari buah bisa diserap 5 kali lebih cepat

dibanding suplemen vitamin C. Bioavailibilitas atau kadar vitamin C di dalam

tubuh juga bertahan lebih lama ketika diberikan dalam bentuk buah. Dalam

penelitian tersebut, buah yang digunakan adalah buah Kiwi atau Chinese

Gooseberry. Dibandingkan jenis buah lainnya, Kiwi termasuk jenis buah dengan

kandungan vitamin C paling tinggi yakni 105,4 mg dalam tiap 100 g daging buah

yang siap dimakan (edible flesh).

Di dalam tubuh manusia, vitamin C diperlukan sebagai antioksidan.

Normalnya seseorang membutuhkan asupan vitamin C sebanyak 45 mg/hari,

sedangkan pada kondisi tertentu misalnya ibu hamil butuh 60 mg/hari dan pada

masa menyusui butuh 85 mg/hari. Vitamin C dibutuhkan dalam kadar lebih

banyak lagi jika seseorang sering terpapar polusi dari lingkungan, terutama bagi

yang hidup di kota-kota besar. Polusi yang tinggi memicu radikal bebas, pemicu

kanker yang bisa ditangkal dengan antioksidan.

Pilihan penggunaan vitamin C lewat jarum suntik yang sebenarnya sudah

dikenal sejak tahun ‘40an ini namun bertujuan terbatas bagi penyembuhan

pascabedah, berprinsip sama seperti terapi lainnya dimana dibandingkan dengan

Page 8: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

konsumsi cara oral, dimana cara injeksi akan lebih efektif dalam distribusinya

karena zat-zat tersebut langsung masuk ke dalam peredaran darah sekaligus

mengurangi kemungkinan kadar vitamin terutama asam askorbat  yang mudah

larut dalam air ini hilang selama proses metabolisme dalam cara oral, kemudian

juga pertimbangan atas sifat suplemen vitamin C oral yang bisa mengakibatkan

iritasi lambung.

Penggunaan obat dengan dosis tinggi dapat dikatakan menimbulkan

ketergantungan jika pada penggunaan berulang memerlukan peningkatan dosis

untuk mencapai efek yang sama. Fenomena ini disebabkan adanya proses

adaptasi dalam tubuh yang disebut dengan toleransi. Toleransi biasa disebabkan

oleh down-regulation pada target-reseptor, sehingga diperlukan dosis yang lebih

tinggi agar jumlah obat yang masuk melintasi suatu membran (dengan mediasi

reseptor) tetap sama (ingat jumlah ikatan obat-reseptor atau association rate

berbanding lurus dengan konsentrasi masing-masing substrat dan konstanta

asosiasi).

Page 9: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

Sumber :

Dr. Daniel Irawan. Perlukah Sutik Vitamin C http://waspada.co.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=1142:perlukah-suntika..

Hembing. Makanan Sehat Untuk Asam Urat.

http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Hembing&y=cybermed

%7C0%7C0%7C8%7C105

Biokimia Harper

METABOLISME PURIN

Kandungan Purin dalam Bahan Makanan

KATEGORI MAKANAN ANJURAN

KELOMPOK 1 Otak Sebaiknya dihindari

Kandungan Purin Tinggi Hati

(100-1000 mg/100 g) Jantung

Ginjal

Jeroan

Ekstrak Daging / Kaldu

Daging Bebek

Ikan Sarden

Makarel

Kerang

KELOMPOK 2

Kandungan Purin Sedang Daging Sapi & Ikan Boleh di konsumsi

(9-100 mg/100 g) (Kecuali yang terdapat Tidak berlebihan/dibatasi

Page 10: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

dalam kelompok 1)

Ayam

Udang

Tahu

Tempe

Asparagus

Bayam

Daun Singkong

Kangkung

Daun dan Biji Melinjo

KELOMPOK 3 Nasi Boleh dikonsumsi

Kandungan Purin Rendah Ubi setiap hari

Singkong

Jagung

Roti

Mie / Bihun

Cake / Kue Kering

Puding

Susu

Keju

Telur

Sayuran dan Buah

(kecuali sayuran dalam

kelompok 2)

Sumber : Penuntun Diet, Instalasi Gizi RSCM dan assosiasi Dietesien Indonesia

Biosintesis Purin

Page 11: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan

(salvage pathway).

1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui

prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah

melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam

guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme

yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu:

5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase

(amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh

nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah

pembentukan yang berlebihan.

2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa

purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini

tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas

(adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk

Page 12: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua

enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin

fosforibosiltransferase (APRT).

Salah satu kelainan herediter yang menyebabkan produksi asam urat berlebih

adalah defisiensi enzim HPRT (Hypoxantine Phosporibosyltransferase). Enzim ini

berperan dalam mengubah purine bases menjadi purin nukleotida melalui syntesis de

novo. Kelainan ini bersifat pautan-X. Pada kelainan yang sedang seperti sindrom

Kelley-Seegmiller hanya didapatkan produksi berlebih asam urat, tetapi pada

kelainan yang berat seperti pada sindrom Lesch-Nyhan, akan disertai gangguan

susunan saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental, spasitas dan korea atetosis.

Defisiensi HPRT akan menyebabkan hipoxantine tidak dapat diubah menjadi IMP

sehingga terjadi peningkatan oksidasi menjadi AU atau dengan kata lain akan terjadi

peningkatan produksi AU.

Kelainan herediter lain yang juga menyebabkan produksi asam urat berlebih

adalah aktifitas berlebihan dari enzim PRPP-sintase, suatu kelainan yang juga bersifat

pautan-X, dimana wanita pembawa gen ini bersifat asimtomatik. Enzim ini berperan

dalam pembentukan purin nukleotida melalui syntesis de novo. Hiperurisemia dan

gout sekunder dapat disebabkan oleh peningkatan de novo biosyntesis, peningkatan

degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang menyebabkan

underexcretion. Kelainan karena de novo syntesis terjadi karena kekurangan

menyeluruh enzim HPRT pada sindrom Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa 6-

phospatase, dan kekurangan enzim fruktosa-1-phospate aldolase. Karena defisiensi

enzim glukosa 6-phospatase (G 6-Pase) Glukosa 6-phospate tidak bisa diubah

menjadi glukosa, sehingga terjadi hipoglikemi dan penumpukan Glukosa 6 Phospate

yang menyebabkan peningkatan pembentukan AU. Di lain pihak, pada glikolisis

anaerob, terjadi pemecahan glukosa menjadi G6P dengan pemecahan ATP dengan

hasil lain berupa peningkatan asam laktat, dll. Peningkatan asam laktat ini

menyebabkan hambatan pengeluaran AU pada ginjal sehingga terjadi underexcretion.

Page 13: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

Faktor yang mempengaruhi pengurangan sekresi urat adalah alkoholisme,

obesitas, dan keracunan timah. Pada alkoholisme, terjasi perubahan keseimbangan

antara piruvat dan laktat di dalam plasma meningkat dan ekspresi urat akan menurun.

Selain itu, pada alkoholisme juga terjadi degradasi berlebih nukleotida adenin,

sehingga terjadi produksi berlebih asam urat. Pada obesitas juga terjadi penurunan

eksresi urat melalui ginjal, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti.

Keadaan ini akan makin berat ketika disertai peningkatan asupan purin dan alkohol.

Pada keracunan timah hitam, sekresi urat yang menurun dihubungkan lewat

nefropatinya.

Pada penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme

(pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:

1. Penurunan ekskresi  asam urat secara idiopatik

2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal

3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang

meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena

defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan)

4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin

Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat

dalam tubuh.

Page 14: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

Mekanisme nyeri :

Pada kasus penyebab nyerinya ialah karena terjadinya peradangan (inflamasi).

Peradangan bisa timbul karena adanya penimbunan asam urat yang paling banyak

terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat

ini masih belum diketahui.

Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa

cara:

Page 15: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

1. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a.

Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan

(sendi dan membran sinovium). Fagositosis terhadap kristal memicu

pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B.

Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.

2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi akan

melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai mediator

proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator ini akan

memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel sinovium

dan sel tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease ini akan

menyebabkan cedera jaringan.

Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.

Makrofag juga ikut serta dalam cedera sendi ini. Setelah menelan Kristal urat, sel ini

mengeluarkan berbagai mediator proinflamasi, seperti IL-1, IL-6, Il-8, dan TNF.

Mediator ini di satu pihak memperkuat respons peradangan dan di pihak lain

mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan untuk mengeluarkan protease

(missal, kolagenase) yang menyebabkan cedera jaringan.

Perlu di ingat bahwa sinovium dan kapsul sendi diinervasi oleh

mekanoreseptor, pleksus saraf, dan ujung bebas saraf yang tidak dibungkus myelin.

Ujung saraf ini merupakan neuron aferen primer yang berfungsi sebagai saraf

sensoris dan memiliki neuropeptida yang disebut substansi-P (SP). Hal ini mengapa

ketika cedera mengenai sinovium maka akan terasa nyeri, berupa nyeri tekan.

Sumber :

Robbins, L Stanley et al.2004. Buku Ajar Patologi Robbins, Ed 7, Vol.2. Jakarta:

EGC

Page 16: Metabolisme Vitamin C -Skenario b Blok 8 Mutia

Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Jakarta: EGC.