metabolisme vitamin c -skenario b blok 8 mutia
TRANSCRIPT
METABOLISME VITAMIN C
Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Vitamin C yang
disebut juga sebagai asam askorbik merupakan vitamin yang larut dalam air.
Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin
C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama apabila
terkena panas. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil
dalam larutan asam (Sunita, 2004).
Di dalam tubuh, vitamin C terdapat di dalam darah (khususnya leukosit),
korteks anak ginjal, kulit, dan tulang. Vitamin C akan diserap di saluran cerna
melalui transpor aktif (Sherwood, 2001).
Susunan kimia Vitamin C
Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan
sebagai karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat
disintesis dari D-glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian
besar hewan. Vitamin C terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam
askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi).
Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam dehidro askorbat
terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali (Akhilender,
2003).
Metabolisme Vitamin C
Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada
bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-
rata arbsorbsi adalah 90% untuk konsumsi diantara 20-120 mg/hari. Konsumsi
tinggi sampai 12 gram hanya diarbsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian
dibawa ke semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan
adrenal, pituitary, dan retina. Vitamin C di ekskresikan terutama melalui
urin,sebagian kecil di dalam tinja dan sebagian kecil di ekskresikan melaului kulit
(Yuniastuti, 2008).
Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila dikonsumsi
mencapai 100 mg/hari. Status vitamin C di dalam tubuh ditetapkan melalui tanda-
tanda klinik dan pengukuran kadar vitamin C di dalam darah. Tanda- tanda klinik
antara lain, perdarahan gusi dan perdarahan kapiler di bawah kulit. Tanda-tanda
dini kekurangan vitamin C dapat diketahui apabila kadar vitamin C darah di
bawah 0,20 mg/dl (Sunita, 2004).
Fungsi Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin
C adalah sebagai sintesis kolagen. Karena vitamin C mempunyai kaitan yang
sangat penting dalam pembentukan kolagen. Karena vitamin C diperlukan untuk
hidroksilasi prolin dan lisin menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan
penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang
mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulang
rawan, matriks tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon. Dengan
demikian maka fungsi vitamin C dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam
penyembuhan luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi.
Asam askorbat penting untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase, yang
menunjang tahap hidroksilasi dalam pembentukan hidroksipolin, suatu unsure
integral kolagen. Tanpa asam askorbat, maka serabut kolagen yang terbentuk di
semua jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah. Oleh sebab itu, vitamin ini
penting untuk pertumbuhan dan kekurangan serabut di jaringan subkutan,
kartilago, tulang, dan gigi (Guyton, 2007).
Fungsi yang kedua adalah absorbsi dan metabolisme besi, vitamin C
mereduksi besi menjadi feri dan menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah
untuk diabsorbsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sulit
dibebaskan oleh besi apabila diperlukan. Absorbsi besi dalam bentuk nonhem
meningkat empat kali lipat apabila terdapat vitamin C. Fungsi yang ketiga adalah
mencegah infeksi, Vitamin C berperan dalam meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap infeksi. Pauling (1970) pernah mendapat hadiah nobel dengan bukunya
Vitamin C and the common cold, di mana pauling mengemukakan bahwa dosis
tinggi vitamin C dapat mencegah dan menyembuhkan serangan flu (Pauling,
1971).
Penelitian menunjukkan bahwa vitamin C memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya aterosklerosis. Vitamin C mempunyai hubungan dengan
metabolisme kolesterol. Kekurangan vitamin C menyebabkan peningkatan
sintesis kolesterol. Peran Vitamin C dalam metabolism kolesterol adalah melalui
cara: 1) vitamin C meningkatkan laju kolesterol dibuang dalam bentuk asam
empedu, 2) vitamin C meningkatkan kadar HDL, tingginya kadar HDL akan
menurunkan resiko menderita penyakit aterosklerosis, 3) vitamin C dapat
berfungsi sebagai pencahar sehingga dapat meningkatkan pembuangan kotoran
dan hal ini akan menurunkan pengabsorbsian kembali asam empedu dan
konversinya menjadi kolesterol (Khomsan, 2010).
Studi yang dilakukan WHO (1976) meyimpulkan bahwa progresi pengapuran
koroner bertambah sebesar 3% per tahun sejak usia seseorang melewati 20 tahun.
Kenyataan ini membuktikan bahwa progresivitas pengapuran pembuluh koroner
sesungguhnya memang menggulir secara tersembunyi dan menimbulkan bahaya
yang bersifat laten. Penelitian klinis menunjukkan bahwa vitamin C menurunkan
kolesterol dan trigliserida pada orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol
yang tinggi, tetapi tidak pada orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol yang
normal. Ini membuktikan bahwa vitamin C berperan sebagai homeostatis untuk
mencapai. Konsumsi vitamin C 1g per hari setelah tiga bulan akan menurinkan
kolesterol 10% dan trigliserida 40% (Khomsan, 2010).
Bahan Makanan Sumber Vitamin C
Vitamin C pada umumnya hanya terdapat pada bahan makanan nabati,yaitu
sayur dan buah terutama yang mengandung asam (Sunita, 2004).
Tabel 2.1. Bahan Makanan Sumber Vitamin C (mg Vit.C/100 g bahan)
(Sumber: Daftar Analisa Bahan Makanan, Dep.Kes.RI, 1964)
Sayur
Asparagus 33 Jambu Batu 302
Kacang-kacangan 19 Jeruk Lemon 50
Brussel’s sprout 94 Jeruk nipis 27
Sawi 50 Jeruk Orange 49
Kol Kembang 69 Mangga 41
Selada Air 77 Nanas 24
Cabe hijau 120 Peaches 26
Angka Kecukupan Gizi Vitamin C
Asupan vitamin C yang ditetapkan Recommended Daily Allowance (RDA)
untuk remaja usia 11-14 tahun adalah 50 mg/hari dan usia 15-18 tahun 60
mg/hari. Peningkatan kebutuhan vitamin C dalam keadaan stress psikologik atau
fisik, seperti pada luka, panas tinggi, atau suhu lingkungan tinggi.
Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan untuk vitamin C (sumber:
Widya Karya Pangan dan Gizi, 1998)
Golongan Umur AKG (mg) Golongan Umur AKG (mg)
0-6 bulan 30 Wanita
7-13 bulan 35 10-12 tahun 50
1-3 tahun 40 13-15 tahun 60
4-6 tahun 45 16-19 tahun 60
7-9 tahun 45 20-45 tahun 60
45-60 tahun 60
Pria >60 tahun 60
10-12 tahun 50
13-15 tahun 60 Hamil +10
16-19 tahun 60 Menyusui
20-45 tahun 60 0-6 bulan +25
45-60 tahun 60 7-12 bulan +10
>60 tahun 60
Kelebihan dan Kekurangan Vitamin C
Skorbut dalam bentuk berat sekarang jarang terjadi,karena sudah diketahui
cara mencegah dan mengobatinya. Tanda-tanda awal antara lain adalah lemah,
nafas pendek, kejang otot, tulang dan persendian sakit serta berkurangnya nafsu
makan, kulit menjadi kering, kasar, dan gatal, warna merah kebiruan di bawah
kulit, perdarahan gusi, kedudukan gigi menjadi longgar, mulut dan mata kering
dan rambut rontok. Di samping itu luka akan menjadi sulit sembuh. Gejala
skorbut akan terlihat apabila taraf asam askorbat dalam serum menurun di bawah
0,20 mg/dl. Kekurangan asam askorbat juga menyebabkan terhentinya
pertumbuhan tulang. Sel dari epifise yang sedang tumbuh terus berproliferasi,
tetapi tidak ada kolagen baru yang terdapat diantara sel, dan tulang mudah fraktur
pada titik pertumbuhan karena kegagalan tulang untuk berosifikasi. Juga, apabila
terjadi fraktur pada tulang yang sudah terosifikasi pada pasien dengan defisiensi
asam askorbat, maka osteoblas tidak dapat membentuk matriks tulang yang baru,
akibatnya tulang yang mengalami fraktur tidak dapat sembuh. Pada skorbut
(defisiensi vitamin C) dapat meyebabkan dinding pembuluh darah menjadi sangat
rapuh karena terjadinya kegagalan sel endotel untuk saling merekat satu sama lain
dengan baik dan kegagalan untuk terbentuknya fibril kolagen yang biasanya
terdapat di dinding pembuluh darah (Guyton, 2007).
Kelebihan vitamin C yang berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala.
Tetapi konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan setiap harinya
akan menimbulkan hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi untuk menderita batu
ginjal (Sunita, 2004).
Suplemen memang memberikan kemudahan untuk mendapatkan vitamin C
dalam dosis tinggi. Namun mendapatkan vitamin C langsung dari buah segar
lebih dianjurkan, karena lebih mudah diserap dan mampu bertahan lebih lama di
dalam tubuh. Selain itu, makan buah juga memberikan manfaat yang lebih banyak
dibanding minum suplemen karena buah tidak hanya mengandung vitamin C. Di
samping vitamin, buah-buahan mengandung serat dan senyawa fitokimia lainnya
yang penting bagi tubuh. Pakar gizi dari Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Dr Fiastuti Witjaksono, MS, SpGK menyampaikan hal itu dalam
media workshop di Restoran Merah Delima, Kebayoran Baru, yang
diselenggarakan oleh pemasar buah Kiwi asal Selandia Baru. Untuk bisa diserap
oleh tubuh, vitamin C butuh lingkungan yang mendukung. Buah memiliki
lingkungan semacam itu karena mengandung komponen lain seperti serat dan
berbagai fiktokimia.
Sebuah eksperimen pada mencit yang dilakukan para ilmuwan di Otago
University menunjukkan, vitamin C dari buah bisa diserap 5 kali lebih cepat
dibanding suplemen vitamin C. Bioavailibilitas atau kadar vitamin C di dalam
tubuh juga bertahan lebih lama ketika diberikan dalam bentuk buah. Dalam
penelitian tersebut, buah yang digunakan adalah buah Kiwi atau Chinese
Gooseberry. Dibandingkan jenis buah lainnya, Kiwi termasuk jenis buah dengan
kandungan vitamin C paling tinggi yakni 105,4 mg dalam tiap 100 g daging buah
yang siap dimakan (edible flesh).
Di dalam tubuh manusia, vitamin C diperlukan sebagai antioksidan.
Normalnya seseorang membutuhkan asupan vitamin C sebanyak 45 mg/hari,
sedangkan pada kondisi tertentu misalnya ibu hamil butuh 60 mg/hari dan pada
masa menyusui butuh 85 mg/hari. Vitamin C dibutuhkan dalam kadar lebih
banyak lagi jika seseorang sering terpapar polusi dari lingkungan, terutama bagi
yang hidup di kota-kota besar. Polusi yang tinggi memicu radikal bebas, pemicu
kanker yang bisa ditangkal dengan antioksidan.
Pilihan penggunaan vitamin C lewat jarum suntik yang sebenarnya sudah
dikenal sejak tahun ‘40an ini namun bertujuan terbatas bagi penyembuhan
pascabedah, berprinsip sama seperti terapi lainnya dimana dibandingkan dengan
konsumsi cara oral, dimana cara injeksi akan lebih efektif dalam distribusinya
karena zat-zat tersebut langsung masuk ke dalam peredaran darah sekaligus
mengurangi kemungkinan kadar vitamin terutama asam askorbat yang mudah
larut dalam air ini hilang selama proses metabolisme dalam cara oral, kemudian
juga pertimbangan atas sifat suplemen vitamin C oral yang bisa mengakibatkan
iritasi lambung.
Penggunaan obat dengan dosis tinggi dapat dikatakan menimbulkan
ketergantungan jika pada penggunaan berulang memerlukan peningkatan dosis
untuk mencapai efek yang sama. Fenomena ini disebabkan adanya proses
adaptasi dalam tubuh yang disebut dengan toleransi. Toleransi biasa disebabkan
oleh down-regulation pada target-reseptor, sehingga diperlukan dosis yang lebih
tinggi agar jumlah obat yang masuk melintasi suatu membran (dengan mediasi
reseptor) tetap sama (ingat jumlah ikatan obat-reseptor atau association rate
berbanding lurus dengan konsentrasi masing-masing substrat dan konstanta
asosiasi).
Sumber :
Dr. Daniel Irawan. Perlukah Sutik Vitamin C http://waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=1142:perlukah-suntika..
Hembing. Makanan Sehat Untuk Asam Urat.
http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Hembing&y=cybermed
%7C0%7C0%7C8%7C105
Biokimia Harper
METABOLISME PURIN
Kandungan Purin dalam Bahan Makanan
KATEGORI MAKANAN ANJURAN
KELOMPOK 1 Otak Sebaiknya dihindari
Kandungan Purin Tinggi Hati
(100-1000 mg/100 g) Jantung
Ginjal
Jeroan
Ekstrak Daging / Kaldu
Daging Bebek
Ikan Sarden
Makarel
Kerang
KELOMPOK 2
Kandungan Purin Sedang Daging Sapi & Ikan Boleh di konsumsi
(9-100 mg/100 g) (Kecuali yang terdapat Tidak berlebihan/dibatasi
dalam kelompok 1)
Ayam
Udang
Tahu
Tempe
Asparagus
Bayam
Daun Singkong
Kangkung
Daun dan Biji Melinjo
KELOMPOK 3 Nasi Boleh dikonsumsi
Kandungan Purin Rendah Ubi setiap hari
Singkong
Jagung
Roti
Mie / Bihun
Cake / Kue Kering
Puding
Susu
Keju
Telur
Sayuran dan Buah
(kecuali sayuran dalam
kelompok 2)
Sumber : Penuntun Diet, Instalasi Gizi RSCM dan assosiasi Dietesien Indonesia
Biosintesis Purin
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalur de novo dan jalur penghematan
(salvage pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui
prekursor nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah
melalui serangkaian zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam
guanilat, asam adenilat). Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme
yang kompleks, dan terdapat beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu:
5-fosforibosilpirofosfat (PRPP) sintetase dan amidofosforibosiltransferase
(amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme inhibisi umpan balik oleh
nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk mencegah
pembentukan yang berlebihan.
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa
purin bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini
tidak melalui zat-zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas
(adenin, guanin, hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk
prekursor nukleotida purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua
enzim: hipoxantin guanin fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin
fosforibosiltransferase (APRT).
Salah satu kelainan herediter yang menyebabkan produksi asam urat berlebih
adalah defisiensi enzim HPRT (Hypoxantine Phosporibosyltransferase). Enzim ini
berperan dalam mengubah purine bases menjadi purin nukleotida melalui syntesis de
novo. Kelainan ini bersifat pautan-X. Pada kelainan yang sedang seperti sindrom
Kelley-Seegmiller hanya didapatkan produksi berlebih asam urat, tetapi pada
kelainan yang berat seperti pada sindrom Lesch-Nyhan, akan disertai gangguan
susunan saraf pusat yang mengakibatkan retardasi mental, spasitas dan korea atetosis.
Defisiensi HPRT akan menyebabkan hipoxantine tidak dapat diubah menjadi IMP
sehingga terjadi peningkatan oksidasi menjadi AU atau dengan kata lain akan terjadi
peningkatan produksi AU.
Kelainan herediter lain yang juga menyebabkan produksi asam urat berlebih
adalah aktifitas berlebihan dari enzim PRPP-sintase, suatu kelainan yang juga bersifat
pautan-X, dimana wanita pembawa gen ini bersifat asimtomatik. Enzim ini berperan
dalam pembentukan purin nukleotida melalui syntesis de novo. Hiperurisemia dan
gout sekunder dapat disebabkan oleh peningkatan de novo biosyntesis, peningkatan
degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang menyebabkan
underexcretion. Kelainan karena de novo syntesis terjadi karena kekurangan
menyeluruh enzim HPRT pada sindrom Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa 6-
phospatase, dan kekurangan enzim fruktosa-1-phospate aldolase. Karena defisiensi
enzim glukosa 6-phospatase (G 6-Pase) Glukosa 6-phospate tidak bisa diubah
menjadi glukosa, sehingga terjadi hipoglikemi dan penumpukan Glukosa 6 Phospate
yang menyebabkan peningkatan pembentukan AU. Di lain pihak, pada glikolisis
anaerob, terjadi pemecahan glukosa menjadi G6P dengan pemecahan ATP dengan
hasil lain berupa peningkatan asam laktat, dll. Peningkatan asam laktat ini
menyebabkan hambatan pengeluaran AU pada ginjal sehingga terjadi underexcretion.
Faktor yang mempengaruhi pengurangan sekresi urat adalah alkoholisme,
obesitas, dan keracunan timah. Pada alkoholisme, terjasi perubahan keseimbangan
antara piruvat dan laktat di dalam plasma meningkat dan ekspresi urat akan menurun.
Selain itu, pada alkoholisme juga terjadi degradasi berlebih nukleotida adenin,
sehingga terjadi produksi berlebih asam urat. Pada obesitas juga terjadi penurunan
eksresi urat melalui ginjal, tetapi mekanismenya belum diketahui secara pasti.
Keadaan ini akan makin berat ketika disertai peningkatan asupan purin dan alkohol.
Pada keracunan timah hitam, sekresi urat yang menurun dihubungkan lewat
nefropatinya.
Pada penyakit gout-arthritis, terdapat gangguan kesetimbangan metabolisme
(pembentukan dan ekskresi) dari asam urat tersebut, meliputi:
1. Penurunan ekskresi asam urat secara idiopatik
2. Penurunan eksreksi asam urat sekunder, misalnya karena gagal ginjal
3. Peningkatan produksi asam urat, misalnya disebabkan oleh tumor (yang
meningkatkan cellular turnover) atau peningkatan sintesis purin (karena
defek enzim-enzim atau mekanisme umpan balik inhibisi yang berperan)
4. Peningkatan asupan makanan yang mengandung purin
Peningkatan produksi atau hambatan ekskresi akan meningkatkan kadar asam urat
dalam tubuh.
Mekanisme nyeri :
Pada kasus penyebab nyerinya ialah karena terjadinya peradangan (inflamasi).
Peradangan bisa timbul karena adanya penimbunan asam urat yang paling banyak
terdapat di sendi dalam bentuk kristal mononatrium urat. Mekanismenya hingga saat
ini masih belum diketahui.
Adanya kristal mononatrium urat ini akan menyebabkan inflamasi melalui beberapa
cara:
1. Kristal bersifat mengaktifkan sistem komplemen terutama C3a dan C5a.
Komplemen ini bersifat kemotaktik dan akan merekrut neutrofil ke jaringan
(sendi dan membran sinovium). Fagositosis terhadap kristal memicu
pengeluaran radikal bebas toksik dan leukotrien, terutama leukotrien B.
Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.
2. Makrofag yang juga terekrut pada pengendapan kristal urat dalam sendi akan
melakukan aktivitas fagositosis, dan juga mengeluarkan berbagai mediator
proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, dan TNF. Mediator-mediator ini akan
memperkuat respons peradangan, di samping itu mengaktifkan sel sinovium
dan sel tulang rawan untuk menghasilkan protease. Protease ini akan
menyebabkan cedera jaringan.
Kematian neutrofil menyebabkan keluarnya enzim lisosom yang destruktif.
Makrofag juga ikut serta dalam cedera sendi ini. Setelah menelan Kristal urat, sel ini
mengeluarkan berbagai mediator proinflamasi, seperti IL-1, IL-6, Il-8, dan TNF.
Mediator ini di satu pihak memperkuat respons peradangan dan di pihak lain
mengaktifkan sel sinovium dan sel tulang rawan untuk mengeluarkan protease
(missal, kolagenase) yang menyebabkan cedera jaringan.
Perlu di ingat bahwa sinovium dan kapsul sendi diinervasi oleh
mekanoreseptor, pleksus saraf, dan ujung bebas saraf yang tidak dibungkus myelin.
Ujung saraf ini merupakan neuron aferen primer yang berfungsi sebagai saraf
sensoris dan memiliki neuropeptida yang disebut substansi-P (SP). Hal ini mengapa
ketika cedera mengenai sinovium maka akan terasa nyeri, berupa nyeri tekan.
Sumber :
Robbins, L Stanley et al.2004. Buku Ajar Patologi Robbins, Ed 7, Vol.2. Jakarta:
EGC
Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. 2012. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta: EGC.