bab v hiperemesis

21
Historia Medieval Resumen Para el Primer Parcial: Wickham, Toubert, Bonnassie y Duby Cat: Astari ta Cuat. de 2009 Altillo .com Wickham: Siglos VI-X. Explica la primera transición: transición del Bajo Imperio Romano a la sociedad feudal. Método comparativo: a partir del estudio de casos particulares, el autor trata de reconstruir una lógica de totalidad. Comparando semejanzas y diferencias de estos casos particulares (Italia, Túnez, Galia), logra ponderarlos dentro de una lógica de totalidad (sociedad altomedieval europea). Problema de las fuentes: Las fuentes escritas que existen en este período son pocas. Prácticamente los únicos documentos escritos que hay son los códigos legales. Wickham critica la historia legalista, la cual reconstruye la historia basándose solo en los códigos legales; él plantea que las leyes no necesariamente reflejan las prácticas sociales. Wickham utiliza fuentes arqueológicas. Hallazgo de cerámica roja: puede determinar la existencia de redes de intercambio, sus momentos de funcionamiento y también de su parálisis. Hallazgo de distintos niveles de riqueza: puede determinar la presencia o no de élites. A través de la arqueología busca identificar prácticas económicas inherentes a la totalidad: áreas productivas y consumidoras integradas en un marco supraregional. En los primeros siglos altos medievales, la arqueología muestra una riqueza material pobre, lo cual no implica que los campesinos sean efectivamente pobres, sino que las relaciones de explotación son débiles, lo cual a su vez se traduce en un estancamiento o un bajo desarrollo de las fuerzas productivas.

Upload: kutulucu

Post on 12-Aug-2015

559 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab v Hiperemesis

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan

pembahasan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di Puskesmas

Mattirobulu Kabupaten Pinrang tahun 2011.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitiandeskriptif

dengan pendekatan cross sectional study (potong lintang) yaitu

menggambarkan hubungan faktor usia, paritas dan pekerjaan dengan

kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I, dengan

analisa data menggunakan uji statistic Chi-Square Test dengan tingkat

kemaknaan α 0,05.

Hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan kuisioner

tentang hubungan faktorusia, paritas dan pekerjaan dengan kejadian

hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I. pengambilan data

dilakukan mulai tanggal 6 Februari sampai dengan 25 Februari 2012 di

Puskesmas Mattirobulu Kabupaten Pinrang.

Hasil penelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu data umum

melalui analisa univariat dan data khusus, melalui analisa bivariat

1. Analisa Univariat

a. Faktor risiko umur

41

Page 2: Bab v Hiperemesis

Berdasarkan kelompok umur responden diperoleh

gambaran bahwa sebagian besar responden berumur antara 20

– 35 tahun (68%), sebagaimana tampak pada tabel 1. di bawah

ini :

Tabel 1.Distribusi Frekuensi Umur Ibu hamil trimester I di PKM

Mattirobulu Kabupaten Pinrang tahun 2011Umur Frekuensi Presentase

< 20 dan >35tahun 16 32%

20 – 35 tahun 34 68%

Jumlah 50 100%

Sumber : Data primer Nopember – Desember 2011

b. Faktor risiko paritas

Berdasarkan kelompok paritas responden diperoleh

gambaran bahwa sebagian besar responden mempunyai paritas

2-3 kelahiran (56%), sebagaimana tampak pada tabel 2. di

bawah ini :

Tabel 2.Distribusi Frekuensi Paritas Ibu hamil trimester I di PKM

Mattirobulu Kabupaten Pinrang tahun 2011Paritas Frekuensi Presentase

Jumlah kelahiran 1 orang

20 40%

Jumlah kelahiran 2-3 orang

28 56%

Jumlah kelahiran 4 orang atau lebih

2 4%

Jumlah 50 100%

Sumber : Data primer Nopember – Desember 2011

42

Page 3: Bab v Hiperemesis

c. Faktor risiko pekerjaan

Berdasarkan kelompok pekerjaan responden diperoleh

gambaran bahwa sebagian besar responden mempunyai

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 36 orang (72%),

sebagaimana tampak pada tabel 3. di bawah ini :

Tabel 3.Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu hamil trimester I di PKM

Mattirobulu Kabupaten Pinrang tahun 2011Pekerjaan Frekuensi Presentase

Resiko rendah 36 72%

Resiko tinggi 14 28%

Jumlah 50 100 %

Sumber : Data primer Nopember – Desember 2011

d. Kejadian hiperemesis gravidarum ibu trimester I

Berdasarkan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu

hamil trimester I diperoleh gambaran bahwa sebagian besar

responden tidak mengalami hiperemesis gravidarum 34 orang

(68%), sebagaimana tampak pada tabel 4. di bawah ini :

Tabel 4.Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperemesis Gravidarum Ibu

hamil trimester I di PKM Mattirobulu Kabupaten Pinrang tahun 2011

Kejadian hiperemesis gravidarum

Frekuensi Presentase

Hiperemesis 16 32%

Tidak hiperemesis 34 68%

Jumlah 50 100 %

Sumber : Data primer Nopember – Desember 2011

43

Page 4: Bab v Hiperemesis

2. Analisa Bivariat

Untuk menilai hubungan variabel independen yaitu umur,

paritas, dan pekerjaan dengan variabel dependen yaitu kejadian

hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.

Analisa bivariat dengan menggunakan uji statistic Chi-

Square Test dengan tingkat kemaknaan α 0,05.

a. Hubungan Umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum

Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari

50 responden didapatkan 16 orang (32 %) mempunyai umur

berisiko tinggi, terdapat 9 orang (18%) mengalami hiperemesis

gravidarum dan 7 orang (14%) tidak mengalami hiperemesis

gravidarum. Sedangkan dari 34 orang (68%) mempunyai umur

berisiko rendah, terdapat 7 orang (14%) mengalami hiperemesis

gravidarum dan 27 orang (54 %) yang tidak mengalami

hiperemesis gravidarum.

Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p =

0,012. dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan

demikian dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan

umur dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum pada

ibu hamil trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan

Mattirobulu, Kabupaten Pinrang. Sebagaimana tampak pada

tabel 5 di bawah ini.

44

Page 5: Bab v Hiperemesis

Tabel 5Hubungan Umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di PKM Mattiobulu Kab. Pinrang tahun 2011

UmurKejadian hiperemesis

gravidarum Total PYa Tidak

Berisiko tinggi

9 18% 7 14% 16 32%

0,012Berisiko rendah

7 14% 27 54% 34 68%

Jumlah 16 32% 34 68% 50 100%

Keterangan : P = probabilitas hasil uji Chi Square Test

b. Hubungan Paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum

Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari

50 responden didapatkan 16 orang (32 %) mempunyai paritas

berisiko tinggi, terdapat 15 orang (30 %) mengalami

hiperemesis gravidarum dan 1 orang (2%) tidak mengalami

hiperemesis gravidarum. Sedangkan dari 34 orang (68%)

mempunyai paritas berisiko rendah, terdapat 16 orang (32%)

mengalami hiperemesis gravidarum dan 34 orang (68%) yang

tidak mengalami hiperemesis gravidarum.

Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p =

0,041. dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan

demikian dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan

paritas dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum pada

ibu hamil trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan

45

Page 6: Bab v Hiperemesis

Mattirobulu, Kabupaten Pinrang. Sebagaimana tampak pada

tabel 6 di bawah ini.

Tabel 6Hubungan Paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum

pada ibu hamil trimester I di PKM Mattiobulu Kab. Pinrang tahun 2011

ParitasKejadian hiperemesis

gravidarum Total PYa Tidak

Berisiko tinggi

15 30% 1 2% 16 32%

0,041Berisiko rendah

1 2% 33 66% 34 68%

Jumlah 16 32% 34 68% 50 100%Keterangan : P = probabilitas hasil uji Chi Square Test

c. Hubungan Pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum

Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari

50 responden didapatkan 36 orang (72 %) mempunyai

pekerjaan berisiko rendah, terdapat 7 orang (14 %) mengalami

hiperemesis gravidarum dan 29 orang (58%) tidak mengalami

hiperemesis gravidarum. Sedangkan dari 14 orang (28%)

mempunyai pekerjaan berisiko tinggi, terdapat 9 orang (18%)

mengalami hiperemesis gravidarum dan 5 orang (10 %) yang

tidak mengalami hiperemesis gravidarum.

Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p =

0,002. dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan

demikian dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan

pekerjaan dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum

46

Page 7: Bab v Hiperemesis

pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan

Mattirobulu, Kabupaten Pinrang.

Tabel 7Hubungan Pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di PKM Mattiobulu Kab. Pinrang tahun

2011

PekerjaanKejadian hiperemesis

gravidarum Total PYa Tidak

Berisiko tinggi

7 14% 29 58% 36 72%

0,002Berisiko rendah

9 18% 5 10% 14 28%

Jumlah 16 32% 34 68% 50 100%

Keterangan : P = probabilitas hasil uji Chi Square Test

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisa data yang didapatkan dan

disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian hiperemesis gravidarum

pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Mattirobulu Kabupaten

Pinrang, maka sistematika pembahasan diuraikan sebagai berikut :

1. Hubungan umur dengan kejadian hiperemesis gravidarum

Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari 50

responden didapatkan 16 orang (32 %) mempunyai umur berisiko

tinggi, terdapat 9 orang (18%) mengalami hiperemesis gravidarum

dan 7 orang (14%) tidak mengalami hiperemesis gravidarum.

Sedangkan dari 34 orang (68%) mempunyai umur berisiko rendah,

terdapat 7 orang (14%) mengalami hiperemesis gravidarum dan 27 47

Page 8: Bab v Hiperemesis

orang (54 %) yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum. Hasil

ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami hiperemesis

gravidarum sangat dipengaruhi oleh faktor umur dibandingkan

dengan ibu hamil yang tidak mengalami hiperemesis gravidarum.

Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p = 0,012.

dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan demikian

dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan faktor risiko

umur dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu

hamil trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan Mattirobulu,

Kabupaten Pinrang.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor risiko umur sangat

berhubungan kejadian hiperemesis gravidarum khususnya pada ibu

hamil trimester I. Hasil ini juga didukung oleh Penelitian Yunita

2005 bahwa umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan

perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan

fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan

mendukung perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia

perkawinan atau mengakhiri fase tertentu dalam kehidupannya

yaitu umur repoduksi.

Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh teori Manuaba 2003,

yang mengatakan bahwa kehamilan dikatakan beresiko tinggi

adalah kurang dari 20 tahun dan diatas 35 tahun.Usia dibawah 20

tahun bukan masa yang baik untuk hamil karena organ-organ

48

Page 9: Bab v Hiperemesis

reproduksi belum sempurna, hal ini tentu menyulitkan proses

kehamilan dan persalinan. Sedangkan kehamilan diatas usai 35

tahun mempunyai resiko untuk mengalami komplikasi dalam

kehamilan dan persalinan antara lain perdarahan, gestosis, atau

hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ridwan A dan

Wahidudin (2007) umur reproduksi yang sehat dan aman adalah

umur 20-35 tahun. kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35

tahun dapat menyebabkan hiperemesis karena pada kehamilan

diusia kurang 20 secara biologis belum optimal emosinya,

cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah

mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya

perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama

kehamilanya. sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan

kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai

penyakit yang sering menimpa di usia ini.

2. Hubungan paritas dengan kejadian hiperemesis gravidarum

Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari 50

responden didapatkan 16 orang (32 %) mempunyai paritas berisiko

tinggi, terdapat 15 orang (30 %) mengalami hiperemesis

gravidarum dan 1 orang (2%) tidak mengalami hiperemesis

gravidarum. Sedangkan dari 34 orang (68%) mempunyai paritas

berisiko rendah, terdapat 16 orang (32%) mengalami hiperemesis

49

Page 10: Bab v Hiperemesis

gravidarum dan 34 orang (68 %) yang tidak mengalami

hiperemesis gravidarum. Hasil ini menunjukkan bahwa ibu hamil

yang mengalami hiperemesis gravidarum sangat dipengaruhi oleh

faktorparitas dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami

hiperemesis gravidarum.

Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p = 0,041.

dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan demikian

dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan faktor paritas

dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil

trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan Mattirobulu,

Kabupaten Pinrang.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor risiko paritas berpengaruh

terhadap kejadian hiperemesis gravidarum khususnya pada ibu

hamil trimester I. Faktor risiko paritas dipengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, sosial

ekonomi, dan latar belakang budaya.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin

mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga

kemampuan ibu hamil dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang

mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa

jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.

Hal ini sejalan dengan tujuan dilakukannya pendidikan

kesehatan yakni peningkatan pengetahuan masyarakat di bidang

50

Page 11: Bab v Hiperemesis

kesehatan khususnya ibu hamil trimester I, tercapainya perubahan

perilaku ibu hamil sebagai sasaran utama pendidikan kesehatan

dalam membina dan memelihara janin yang dikandungnya dalam

keadaan sehat serta berperan aktif dalam upaya meningkatkan

derajat kesehatan ibu dan anak secara optimat sebagai indikator

makro peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia

melalui penurunan angka kesakitan (morbiitas) dan angka kematian

(mortalitas) ibu dan anak. (Notoatmojo, 2007)

Demikian pula pekerjaan, di mana banyak anggapan bahwa

status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai

anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup

sehari-sehari.

Faktor lain yang berpengaruh pada paritas adalah faktor

latar belakang budaya yakni dengan adanya anggapan bahwa

semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rezeki.

Sehingga dengan melalui peningkatan pendidikan dan

pengetahuan ibu hamil secara berkesinambungan melalui

pemberian informasi kesehatan pada setiap kali berkunjung ke

puskesmas untuk memeriksakan kehamilannya diharapkan secara

berangsur-angsur akan menyadari bahwa paradigma banyak anak

banyak rezeki itu ternyata keliru.

51

Page 12: Bab v Hiperemesis

3. Hubungan pekerjaan dengan kejadian hiperemesis gravidarum

Berdasarkan hasil analisis bivariat ditemukan bahwa dari 50

responden didapatkan 36 orang (72 %) mempunyai pekerjaan

berisiko rendah, terdapat 7 orang (14 %) mengalami hiperemesis

gravidarum dan 29 orang (58%) tidak mengalami hiperemesis

gravidarum. Sedangkan dari 14 orang (28%) mempunyai pekerjaan

berisiko tinggi, terdapat 9 orang (18%) mengalami hiperemesis

gravidarum dan 5 orang (10 %) yang tidak mengalami hiperemesis

gravidarum. Hasil ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang

mengalami hiperemesis gravidarum sangat dipengaruhi oleh

faktorpekerjaan dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak

mengalami hiperemesis gravidarum.

Hasil uji statistik Chi Square Test, diperoleh nilai p = 0,002.

dengan demikian nilai p lebih kecil dari 0,05 dengan demikian

dapat dibuktikan secara statistik adanya hubungan faktor pekerjaan

dengan kejadian kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu hamil

trimester I di Puskesmas Mattirobulu, Kecamatan Mattirobulu,

Kabupaten Pinrang.

Hal ini menunjukkan bahwa faktor risiko pekerjaan sangat

berpengaruh terhadap kejadian hiperemesis gravidarum khususnya

pada ibu hamil trimester I. Selama masa kehamilan, para ibu rumah

tangga perlu berhati-hati melakukan pekerjaan rumah tangga.

Alasannya, rutinitas pekerjaan rumah tangga yang terlalu berat dan

52

Page 13: Bab v Hiperemesis

monoton bisa berdampak buruk pada bayi dalam kandungan dan

juga si calon ibu

Hal tersebut sejalan dengan hasil sebuah studi membuktikan

bahwa kegiatan rumah tangga adalah aktivitas pengulangan yang

cenderung membosankan.Karenanya, para calon ibu rentan

terkena stress dan hiperemesis gravidarum yang bisa memicu

kelahiran prematur.Berbeda dengan olahraga, yang bisa membantu

para calon ibu dan bayi agar tetap sehat.Dari 12.000 ibu yang baru

saja melahirkan, peneliti menganalisa data mengenai pekerjaan

ibu, berat bayi dan apakah bayi mereka lahir prematur.Dari situ

ditemukan, para calon ibu yang mengerjakan pekerjaan rumah

tangga -kemungkinan melahirkan 3 minggu lebih cepat- meningkat

hingga 25 persen.Bisa jadi penyebabnya karena tugas yang

membosankan menjadi pemicu meningkatnya hormon stres.

Studi lainyang diterbitkan dalam jurnal Epidemiologi

Perinatal juga membeberkan beberapa hasil menarik lainnya.

Wanita yang bekerja pada malam hari memiliki berat bayi lebih

rendah. Para ibu yang memiliki gaya hidup berpindah-pindah,

cenderung akan melahirkan bayi yang kurus

53