hiperemesis gravidarum.mego

32
HIPEREMESIS GRAVIDARUM Definisi Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu aktifitas sehari-hari karena keadaan umum pasien yang buruk akibat dehidrasi. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar terjadi pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan tetapi dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala-gejala ini biasanya terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Epidemologi Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2% diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000 kehamilan. Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu. Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald (1938-1953)

Upload: mega-sidhiartha

Post on 11-Dec-2015

240 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fiodjfgoibjdfgoihjfdoihjfioghjofigjhiofghjfdgoihjofighjfgiohjfoighjfgoihjfgiohjfgiohjfihjfoighf

TRANSCRIPT

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Definisi

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil

sampai mengganggu aktifitas sehari-hari karena keadaan umum pasien yang buruk

akibat dehidrasi. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar terjadi pada

usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan tetapi dapat

juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala-gejala ini biasanya terjadi 6

minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10

minggu.

Epidemologi

Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-90%

dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60%

multi gravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2%

diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000

kehamilan. Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai

pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu,

dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-

10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.

Kejadian hiperemesis dapat berulang pada wanita hamil. J. Fitzgerald (1938-1953)

melakukan studi terhadap 159 wanita hamil di Aberdeen, Skotlandia, menemukan

bahwa hiperemesis pada kehamilan pertama merupakan faktor risiko untuk

terjadinya hiperemesis pada kehamilan berikutnya. Berdasarkan penelitian, dari 56

wanita yang kembali hamil, 27 diantaranya mengalami hiperemesis pada kehamilan

kedua dan 7 dari 19 wanita mengalami hiperemesis pada kehamilan ketiga.

Etiologi

Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan pada 1.301 kasus hiperemesis gravidarum di Canada

diketahui beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya hiperemesis

gravidarum diantaranya komplikasi dari kelainan hipertiroid, gangguan psikiatri,

kelainan gastrointestinal, dan diabetes pregestasional. Beberapa faktor predisposisi

dan faktor lain yang telah ditemukan adalah sebagai berikut : Primigravida, mola

hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor

hormon memegang peranan dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk

berlebihan. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan

metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap

perubahan tersebut. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap

anak, Faktor psikologis seperti depresi, gangguan psikiatri, rumah tangga yang

retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut

terhadap tanggung jawab sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan

memegang peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis

gravidarum. Menurut Goodwin, dkk. (1994) dan Van de Ven (1997), hiperemesis

nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan bertahap kadar hormon

korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam serum. Selain itu,

pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait dengan faktor psikologis. Namun

adanya hubungan dengan serum positif terhadap Helicobacter pylori sebagai

penyebab ulkus peptikum tidak dapat dibuktikan oleh beberapa peneliti.

2.4 Patofisiologi

Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila

terjadi iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah

merupakan refleks terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama

yaitu detektor muntah, mekanisme integratif dan efektor yang bersifat otonom

somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan melalui saraf vagus dan

aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima rangsangan

dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari Chemoreceptor Trigger Zone

(CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa

signal perifer mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nukleus

traktus solitarius. Pusat muntah sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi

retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah ini berdekatan dengan pusat

pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat muntah dihantarkan

melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui saraf

spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen. Ketika pusat muntah sudah cukup

terangsang akan timbul efek: (1) bernafas dalam, (2) terangkatnya tulang hioid dan

laring untuk mendorong sfingter krikoesofagus terbuka, (3) tertutupnya glotis, (4)

terangkatnya palatum mole untuk menutup nares posterior. Berikutnya timbul

kontraksi yang kuat dari otot abdomen yang dapat menimbulkan tekan intragastrik

yang meninggi. Akhirnya sfingter esofagus mengalami relaksasi, sehingga

memungkinkan pengeluaran isi lambung. Patofisiologi dasar hiperemesis

gravidarum hingga saat ini masih kontroversial. Hiperemesis gravidarum dapat

menyebabkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan

energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan

tertimbunya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah.

Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan akibat muntah akan

menyababkan dehidrasi, sehingga cairan ekstra vaskuler dan plasma akan

berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian juga dengan klorida urine.

Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehigga aliran darah ke

jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan zat makanan dan oksigen ke jaringan

berkurang dan tertimbunya zat metabolik dan toksik. Kekurangan kalium sebagai

akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, meningkatkan

frekuensi muntah yang lebih banyak, merusak hati, sehigga memperberat keadaan

penderita. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat

terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Mallory-Weiss

Syndrom), dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini

ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Hiperemesis gravidarum diyakini

terjadi akibat adanya interaksi antara faktor biologis, psikologi dan sosiokultural.

Patofisiologi Mual dan Muntah pada Hiperemesis Gravidarum.

Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya keluhan hiperemesis

gravidarum diantaranya: Perubahan hormonal. Wanita dengan hiperemesis

gravidarum biasanya memiliki kadar Human Chorionic Gonadotrophine (HCG) yang

tinggi. Secara fisiologis HCG dapat merangsang reseptor Thyroid Stimulating

Hormones (TSH) sehingga menyebabkan terjadinya transient hyperthyroidism.

Pada 50-70% kasus terdapat penurunan kadar TSH dan pada 40-73% kasus terjadi

peningkatan kadar FT4, namun perubahan kadar ini tidak selalu diikuti dengan

gejala klinis hipertiroid ataupun pembesaran kelenjar tiroid. Semakin besar

peningkatan konsentrasi HCG maka akan diikuti oleh peningkatan kadar FT4 yang

semakin tinggi dan penurunan kadar TSH. Pada beberapa kasus hiperemesis,

peneliti menemukan korelasi positif antara beratnya keluhan mual dan muntah

dengan tingkat stimulasi tiroid. Namun demikian teori ini masih kontroversial

karena belum banyak didukung oleh hasil penelitian yang lain. Beberapa studi

menghubungkan tingginya kadar estradiol terhadap beratnya mual dan muntah

pada wanita hamil, sementara yang lain menemukan tidak adanya korelasi antara

kadar estrogen dengan beratnya mual dan muntah pada wanita hamil. Intoleransi

terhadap kontrasepsi oral terkait dengan mual dan muntah dalam kehamilan.

Progesteron juga mencapai puncaknya pada trimester pertama dan menurunkan

aktivitas otot polos, tetapi penelitian gagal untuk menunjukkan keterkaitan antara

kadar progesteron dan gejala mual muntah pada wanita hamil. Namun demikian

dipercaya bahwa peningkatan kadar hormon estrogen dapat meningkatkan

pengeluaran asam lambung. Sementara itu peningkatan kadar hormon progesteron

akan menurunkan motilitas usus sehingga memicu mual dan muntah. Kelainan

gastrointestinal. Pada hiperemesis gravidarum terjadi peningkatan kadar hormon

estrogen dan progesteron, gangguan fungsi tiroid, abnormalitas saraf simpatik, dan

gangguan sekresi vasopressin sebagai respon terhadap perubahan volume

intravaskular. Semua ini pada akhirnya mempengaruhi peristaltik lambung

sehingga menimbulkan gangguan motilitas lambung. Pada penderita hiperemesis

gravidarum biasanya saluran gastrointestinal lebih sensitif terhadap perubahan

saraf / humoral. Kelainan hepar. Peningkatan kadar serum transaminase secara

ringan terjadi pada hampir 50% dari pasien dengan hiperemesis gravidarum.

Gangguan Fatty Acid Oxidation (FAO) mitokondria telah berperan dalam

patogenesis ibu hamil dengan gangguan hati terkait dengan hiperemesis

gravidarum. Ibu hamil dengan defek FAO heterozigot dapat berkembang menjadi

hiperemesis gravidarum yang terkait dengan gangguan hati dengan defek FAO pada

fetusnya sebagai akibat akumulasi asam lemak di dalam plasenta dan generasi

berikutnya dari spesies oksigen reaktif. Atau, mungkin, kelaparan menyebabkan

lipolisis perifer dan meningkatkan beban asam lemak dalam sirkulasi ibu-fetus,

dikombinasikan dengan penurunan kapasitas mitokondria untuk mengoksidasi

asam lemak pada ibu dengan defek FAO heterozigot, juga dapat menyebabkan

hiperemesis gravidarum dan cedera hati saat fetus tidak mengalami defek

FAO.Perubahan kadar lemak Jarnfelt-Samsioe et al menemukan kadar yang lebih

tinggi dari trigliserida, kolesterol total, dan fosfolipid pada wanita dengan

hiperemesis gravidarum dibandingkan dengan wanita hamil yang tidak muntah dan

kontrol. Hal ini mungkin terkait dengan kelainan pada fungsi hepatik pada wanita

hamil. Infeksi. Helicobacter pylori adalah bakteri yang ditemukan di dalam perut

yang dapat memperburuk mual dan muntah dalam kehamilan. Penelitian telah

menemukan bukti yang bertentangan dengan peranan H.pylori dalam hiperemesis

gravidarum. Penelitian terbaru di Amerika Serikat belum menunjukkan asosiasi

dengan hiperemesis gravidarum. Namun, mual dan muntah yang menetap di luar

trimester kedua mungkin disebabkan oleh ulkus peptikum aktif yang disebabkan

oleh infeksi H.pylori. Vestibular dan penciuman. Sistem penciuman yang tajam

kemungkinan merupakan faktor yang ikut berperan terhadap mual dan muntah

selama kehamilan. Banyak ibu hamil melaporkan bau makanan yang dimasak,

terutama daging, sebagai pemicu untuk mual. Kesamaan antara hiperemesis

gravidarum dengan motion sickness menunjukkan petanda dari gangguan

vestibular subklinis dan dapat menjelaskan beberapa kasus hiperemesis

gravidarum

Gejala dan Tanda

Batasan seberapa banyak terjadinya mual muntah yang disebut hiperemesis

gravidarum belum ada kesepakatannya. Akan tetapi jika keluhan mual muntah

tersebut sampai mempengaruhi keadaan umum ibu dan sampai mengganggu

aktivitas sehari-hari sudah dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.

Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga

tingkatan, yaitu:

Tingkat I.

Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa

lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada

epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik

menurun, turgor kulit menurun, lidah mengering dan mata cekung.

TingkatII.

Penderita tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah

mengering dan nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan

mata sedikit ikterus. Berat badan turun dan mata menjadi cekung, tensi turun,

hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam bau

pernapasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam

kencing.

Tingkat III.

Keadaan umum lebih buruk, muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen

sampai koma, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi menurun. Komplikasi

fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai Encephalopathy Wernicke

dengan gejala nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini terjadi akibat

defisiensi zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus

menunjukan adanya gangguan hati.

Diagnosis

Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik, serta pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis

Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.

Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus,

dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari-

hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan terjadinya hiperemesis gravidarum seperti stres,

lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya

(hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes mellitus, dan tumor serebri).

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda

dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan

tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan

menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah

lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, Ultra Sonographic (USG) (pemeriksaan

penunjang dasar), analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal.2 Pada keadaan

tertentu, jika pasien dicurigai menderita hipertiroid dapat dilakukan pemeriksaan

fungsi tiroid dengan parameter TSH dan T4. Pada kasus hiperemesis gravidarum

dengan hipertiroid 50-60% terjadi penurunan kadar TSH. Jika dicurigai terjadi

infeksi gastrointestinal dapat dilakukan pemeriksaan antibodi Helicobacter pylori.

Pemeriksaan laboratorium umumnya menunjukan tanda-tanda dehidrasi dan

pemeriksaan berat jenis urin, ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin

dan hematokrit. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk mendeteksi adanya

kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.

Diagnosis Banding

Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai gejala

muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut antara

lain:

1. Appendicitis akut.

Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan pada perut sangat

menonjol sedangkan pada pasien hamil yang tanpa appendicitis akut keluhan

tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance musculare, dan rebound

tenderness juga bisa dijadikan petunjuk untuk membedakan wanita hamil dengan

appendictis akut dan tanpa appendicitis akut.

2. Ketoasidosis diabetes.

Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil mempunyai

riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil apalagi disertai dengan

penurunan kesadaran dan pernafasan Kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan

keton urine untuk mendapatkan badan keton pada urine, pemeriksaan gula darah,

dan pemeriksaan gas darah.

3. Gastritis dan ulkus peptikum.

Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien mempunyai

riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan Non-Steroidal Anti

Inflammation Drugs (NSAID). Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat

membedakan dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena

hampir semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri

epigastrium yang hebat. Pemeriksaan endoskopi perlu dihindari karena berisiko

dapat menyebabkan persalinan preterm. Pasien dengan gastroenteritis selain

menunjukkan gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien

hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare.

4. Hepatitis.

Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat biasanya sudah

menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai peningkatan Serum Glutamic

Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase

(SGPT) yang nyata. Kadang-kadang sulit membedakan pasien hiperemesis

gravidarum tingkat III (tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak

menderita hepatitis dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah

menderita hepatitis. Anamnesa yang cermat dapat membantu menegakkan

diagnosis.

5. Pankreatitis akut.

Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum alkohol berat.

Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium, kadang-kadang agak ke kiri

atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang nyeri

menyebar di perut dan menjalar ke abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum

amylase dapat membantu menegakkan diagnosis.

Penatalaksanaan

Pencegahan

Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak menjadi hiperemesis.

Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum dapat dilakukan dengan berbagai

cara, antara lain :

1. Menjelaskan pada pasien bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses

fisiologis.

2. Menjelaskan pada pasien bahwa mual dan muntah adalah gejala yang normal

terjadi pada kehamilan muda, dan akan menghilang setelah usia kehamilan 4 bulan.

3. Anjurkan untuk makan dalam jumlah yang sedikit tapi dengan frekuensi yang

lebih sering.

4. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan

untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.

5. Hindari makanan yang berminyak dan berbau lemak, dan makanan atau

minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

6. Makan makanan yang banyak mengandung gula dianjurkan untuk menghindari

kekurangan karbohidrat.

7. Defekasi yang teratur

Terapi obat-obatan

Jika dengan tindakan pencegahan diatas tidak dapat mengurangi gejala dan keluhan

maka perlu dilakukan pengobatan. Pada pasien dengan hiperemesis gravidarum

tingkat II dan III harus dilakukan rawat inap dirumah sakit, dan dilakukan

penanganan yaitu :

1. Obat-obatan.

Obat-obatan yang dapat diberikan diantaranya suplemen multivitamin,

antihistamin, dopamin antagonis, serotonin antagonis, dan kortikosteroid. Vitamin

yang dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6 seperti pyridoxine (vitamin B6).

Pemberian pyridoxin cukup efektif dalam mengatasi keluhan mual dan muntah. Anti

histamin yang dianjurkan adalah doxylamine dan dipendyramine. Pemberian

antihistamin bertujuan untuk menghambat secara langsung kerja histamin pada

reseptor H1 dan secara tidak langsung mempengaruhi sistem vestibular,

menurunkan rangsangan di pusat muntah. Selama terjadi mual dan muntah,

reseptor dopamin di lambung berperan dalam menghambat motilitas lambung. Oleh

karena itu diberikan obat dopamin antagonis. Dopamin antagonis yang dianjurkan

diantaranya prochlorperazine, promethazine, dan metocloperamide.

Prochlorperazin dan promethazine bekerja pada reseptor D2 untuk

menimbulkan efek antiemetik. Sementara itu metocloperamide bekerja di sentral

dan di perifer. Obat ini menimbulkan efek antiemetik dengan cara meningkatkan

kekuatan spincter esofagus bagian bawah dan menurunkan transit time pada

saluran cerna. Pemberian serotonin antagonis cukup efektif dalam menurunkan

keluhan mual dan muntah. Obat ini bekerja menurunkan rangsangan pusat muntah

di medula. Serotonin antagonis yang dianjurkan adalah ondansetron. Ondansetron

biasanya diberikan pada pasien hiperemesis gravidarum yang tidak membaik

setelah diberikan obat-obatan yang lain. Sementara itu pemberian kortikosteroid

masih kontroversial karena dikatakan pemberian pada kehamilan trimester

pertama dapat meningkatkan risiko bayi lahir dengan cacat bawaan.

2. Terapi Nutrisi.

Pada kasus hiperemesis gravidarum jalur pemberian nutrisi tergantung pada

derajat muntah, berat ringannya deplesi nutrisi dan peneriamaan penderita

terhadap rencana pemberian makanan. Pada prinsipnya bila memungkinkan

saluran cerna harus digunakan. Bila peroral menemui hambatan dicoba untuk

menggunakan Nasogastric Tube (NGT). Saluran cerna mempunyai banyak

keuntungan misalnya dapat mengabsorsi banyak nutrien, adanya mekanisme

defensif untuk menanggulangi infeksi dan toksin. Selain itu dengan masuknya sari

makanan ke hati melalui saluran porta ikut menjaga pengaturan homeostasis

nutrisi. Bila penderita sudah dapat makan peoral, modifikasi diet yang diberikan

adalah makanan dalam porsi kecil namun sering, diet tinggi karbohidrat, rendah

protein dan rendah lemak, hindari suplementasi besi untuk sementara, hindari

makanan yang emetogenik dan berbau sehingga menimbulkan rangsangan muntah.

Pemberian diet diperhitungkan jumlah kebutuhan basal kalori sehari-hari ditambah

dengan 300 kkal perharinya.

3. Cairan parenteral.

Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah mekanisme

kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus. Selama terjadi

gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital sehingga pasokan darah

berkurang. Pada kasus hiperemesis gravidarum, jenis dehidrasi yang terjadi

termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan cairan (pure dehidration). Maka

tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang

ke volume normal, osmolaritas yang efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk

keseimbangan asam basa.

Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan secara cermat

berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium, defisit kalium

dan ada tidaknya asidosis. Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit,

karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis

sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan kalium dan vitamin,

terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat diberikan pula asam amino

secara intravena apabila terjadi kekurangan protein.1 Dibuat daftar kontrol cairan

yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin perlu diperiksa setiap hari terhadap

protein, aseton, klorida, dan bilirubin. Suhu tubuh dan nadi diperiksa setiap 4 jam

dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada

permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila dalam 24 jam pasien tidak

muntah dan keadaan umum membaik dapat dicoba untuk memberikan minuman,

dan lambat laun makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan

penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan aman

bertambah baik. Daldiyono mengemukakan salah satu cara menghitung kebutuhan

cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan sistiem poin. Adapun poin-poin gejala

klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Penatalaksanaan sesuai dengan Protap Ginekologi.

Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum menurut Protap Ginekologi RSUP

Sanglah:

Hari 0 :

Pasien dipuasakan Infus

Dextrosa 10%/ 5 % : RL = 4 : 1, 36 tetes/menit per 24 jam

Injeksi Primperan (Metokloperamid) 3 x 1 amp/hari

Injeksi Neurobion 500 (Vitamin B1, B6, B12) 1 x 1 amp/hari

Monitoring urin keton I, berat badan

Hari 1 :

Cabut infus

Primperan (Metokloperamid) tab 3 x 1 / hari

Neurobion 500 (Vitamin B1, B6, B12) tab 2 x 1 / hari

Diet hiperemesis I (roti kering/bakar)

Monitoring urin keton II, berat badan

Hari 2 :

Primperan (Metokloperamid) tab 3 x 1 / hari

Neurobion 500 (Vitamin B1, B6, B12) tab 2 x 1 / hari

Diet hiperemesis II (bubur)

Monitoring urin keton III, berat badan

USG

Hari 3 :

Primperan (Metokloperamid) tab 3 x 1 / hari

Neurobion 500 (Vitamin B1, B6, B12) tab 2 x 1 / hari

Diet hiperemesis III (nasi).

BPL

2.8 Komplikasi

Penyulit yang perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang

timbul dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata

(oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung. Penyulit lainnya

yang mungkin timbul adalah ruptur esofagus, robekan Mallory-Weiss pada esofagus,

pneumotoraks dan neuropati perifer. Pada janin dapat ditemukan kematian janin,

pertumbuhan janin terhambat, preterm, berat badan lahir rendah, kelainan

kongenital.

Prognosis

Gardsby melaporkan semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan

merasakan awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut

menurun 30% pada kehamilan 10 minggu, turun lagi 30% pada kehamilan 12

minggu, dan menjadi 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami

mual dan muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap mengalaminya setelah

usia kehamilan 20 minggu. Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis

gravidarum sangat memuaskan. Sebagian besar penyakit ini dapat membaik dengan

sendirimya pada usia kehamilan 20-22 minggu, namun demikian pada tingkatan

yang berat, penyakit ini dapat membahayakan jiwa ibu dan janin.

KASUS

Identitas Pasien

Nama : NWS

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 36 tahun

Agama : Hindu

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat : Tulikup, Gianyar

Suku/Bangsa : Bali/Indonesia

Status Nikah : Menikah

Tanggal MRS : 28 juli 2015

Anamnesis

Keluhan utama : Mual dan muntah

Perjalanan penyakit :

Pasien datang dengan keluhan mual dan muntah sejak 3 hari yang lalu. Muntah-

muntah awalnya hanya terjadi pada pagi hari dan setelah makan dan minum, namun

sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit muntah dialami lebih dari 5 kali per hari

dengan volume ± 1/2-3/4 gelas. Yang dimuntahkan berupa makanan dan minuman

yang dikonsumsi sebelumnya, pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual

dan muntah semakin bertambah berat setelah makan dan minum, dan berkurang

saat istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemah hingga tak

mampu melakukan aktivitas sehari-hari, merasa haus dan bibir terasa kering. Nafsu

makan dirasakan menurun karena pasien takut muntah. BAB dan BAK dirasakan

semakin menurun. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati. Penderita mengatakan

keluhan ini menyebabkan dia tidak bisa beraktifitas sperti biasa karena lemas. 2

minggu yang lalu pasien sempat di rawat di RS swasta selama 5 hari karena keluhan

yang sama

- Riwayat Haid

Menarche pada usia 17 tahun dengan siklus haid yang teratur setiap 28 hari, dengan

lama menstruasi 3 - 4 hari, pasien tidak merasakan keluhan saat menstruasi.

Hari pertama haid terakhir (HPHT) 27 maret 2015 dan taksiran partus dikatakan

tanggal 4 Ferbruari 2015.

- Riwayat Perkawinan

Penderita menikah 1 kali dan telah berlangsung selama 10 tahun.

- Riwayat Persalinan

1. Partus th 2005, aterm, spontan,perempuan, BB 3500 gr, penolong persalinan

bidan.

2. Hamil ini

- Riwayat ANC

Perawatan antenatal dilakukan dua kali di dr ahli kandungan.

Pasien sudah pernah melakukan pemeriksaan USG.

- Riwayat Kontrasepsi

Menggunakan KB suntik selama 1 th, kemudian dilanjutkan dengan coitus

interuptus

- Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita

Riwayat hipertensi, kencing manis, sakit jantung, asma, dan tumor disangkal. Saat

hamil pertama pasien juga mengalami hal yang sama.

- Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Riwayat hipertensi, kencing manis, sakit jantung, asma, dan tumor pada keluarga

disangkal.

Pemeriksaan Fisik

Status present

Keadaan Umum : Lemas

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 100/60 mmHg

Nadi : 100 x/menit

Respirasi : 24 x/menit

Suhu : 37 º C

Berat badan : 50 kg

Tinggi badan : 150 cm

Status general

Kepala : Normal

Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, cowong +/+

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Tidak ada kelainan

Leher : Tidak ada kelainan

Thorax Cor : S1S2 Tunggal, Reguler, Murmur (-)

Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : ~ st. ginekologi

Ekstremitas : Oedem (superior -/inferior -), Hangat (-/-)

Status Ginekologi

Abdomen :

TFU 2 jari diatas simpisis, distensi (-), BU (+)N

Turgor menurun

Nyeri tekan (-),

Vagina

Inspeksi V/V : Flx (-), Fl (-)

PØ (-),

Livide (+)

VT : tidak dilakukan

Pemeriksaan Penunjang

28-7-2015

Tes DL Nilai Tes UL Nilai

WBC 7,3 (N) Warna Kuning

RBC 4,66 (N) PH 7.0

HGB 14,4 (N) Protein 1 (+)

MCV 85,4 (N) Keton 3 +

MCH 30,9 (N) Tes kehamilan (+)

PLT 218 (N)

USG

Blas isi cukup

CU antefleksi

Tampak fetus intra uteri

Ukuran CRL 5,1 ~ 12W3D

Tidak tampak massa di AP

Cairan bebas (-)

Assesment

G2P1001 13 W 1D T/H + Hiperemesis Gravidarum

Terapi

Diet Roti

IVFD D10 : RL 4:1 28 tpm

Ondansentron 3 x 8mg IV

Neurobion 1 x 1amp drip

Antasida syr 3 x cthII

Monitoring keluhan dan vital sign

Cek UL @ hari

Tgl 29-7-2015

S : mual (+), muntah (+) 3 x , lemas (+), makan (-), minum (+), BAK (+), BAB (-)

O: Status present

Keadaan Umum : Lemas

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x/menit

Respirasi : 18 x/menit

Suhu : 37 º C

Status general

Kepala : Normal

Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, cowong +/+

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Tidak ada kelainan

Leher : Tidak ada kelainan

Thorax Cor : S1S2 Tunggal, Reguler, Murmur (-)

Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : ~ st. ginekologi

Ekstremitas : Oedem (superior -/inferior -), Hangat (-/-)

Status Ginekologi

Abdomen :

TFU 2 jari diatas simpisis, distensi (-), BU (+)N

Turgor menurun

Nyeri tekan (-),

Vagina

Inspeksi V/V : Flx (-), Fl (-)

PØ (-),

Livide (+)

VT : tidak dilakukan

UL : keton 2(+)

A: G2P1001 13 W 1D T/H + Hiperemesis Gravidarum

P : Diet Roti

IVFD D10 : RL 4:1 28 tpm

Ondansentron 3 x 8mg IV

Neurobion 1 x 1amp drip

Antasida syr 3 x cthII

Monitoring keluhan dan vital sign

Cek UL @ hari

Tgl 30-7-2-15

S : mual (+), muntah (+) 1 x , lemas (+), makan (+), minum (+), BAK (+), BAB (+)

O: Status present

Keadaan Umum : Lemas

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36 º C

Status general

Kepala : Normal

Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, cowong -/-

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Tidak ada kelainan

Leher : Tidak ada kelainan

Thorax Cor : S1S2 Tunggal, Reguler, Murmur (-)

Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : ~ st. ginekologi

Ekstremitas : Oedem (superior -/inferior -), Hangat (-/-)

Status Ginekologi

Abdomen :

TFU 2 jari diatas simpisis, distensi (-), BU (+)N

Turgor menurun

Nyeri tekan (-),

Vagina

Inspeksi V/V : Flx (-), Fl (-)

PØ (-),

Livide (+)

VT : tidak dilakukan

UL : keton (-)

A: G2P1001 13 W 2D T/H + Hiperemesis Gravidarum

P : Diet Roti

IVFD D10 : RL 4:1 28 tpm

Ondansentron 3 x 8mg IV

Ranitidin 2 x 1 amp IV

Neurobion 1 x 1amp drip

Monitoring keluhan dan vital sign

Cek UL @ hari

31-8-2015

S : mual (+), muntah (-) , lemas (+) berkurang, makan (+), minum (+), BAK (+), BAB

(-)

O: Status present

Keadaan Umum : Lemas

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 36 º C

Status general

Kepala : Normal

Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, cowong -/-

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Tidak ada kelainan

Leher : Tidak ada kelainan

Thorax Cor : S1S2 Tunggal, Reguler, Murmur (-)

Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : ~ st. ginekologi

Ekstremitas : Oedem (superior -/inferior -), Hangat (-/-)

Status Ginekologi

Abdomen :

TFU 2 jari diatas simpisis, distensi (-), BU (+)N

Turgor menurun

Nyeri tekan (-),

Vagina

Inspeksi V/V : Flx (-), Fl (-)

PØ (-),

Livide (+)

VT : tidak dilakukan

UL : keton (-)

A: G2P1001 13 W 3D T/H + Hiperemesis Gravidarum

P : Diet bubur

IVFD D10 : RL 4:1 28 tpm

Ondansentron 3 x 8mg IV

Ranitidin 2 x 1 amp IV

Neurobion 1 x 1amp drip

Monitoring keluhan dan vital sign

Aff infus

Cek UL @ hari

Tgl 1-8-2015

S : mual (-), muntah (-) , lemas (-), makan (+), minum (+), BAK (+), BAB (+)

O: Status present

Keadaan Umum : Lemas

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 20 x/menit

Suhu : 37 º C

Status general

Kepala : Normal

Mata : Anemis -/-, ikterus -/-, cowong -/-

Telinga : Tidak ada kelainan

Hidung : Tidak ada kelainan

Leher : Tidak ada kelainan

Thorax Cor : S1S2 Tunggal, Reguler, Murmur (-)

Pulmo : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-

Abdomen : ~ st. ginekologi

Ekstremitas : Oedem (superior -/inferior -), Hangat (-/-)

Status Ginekologi

Abdomen :

TFU 2 jari diatas simpisis, distensi (-), BU (+)N

Turgor menurun

Nyeri tekan (-),

Vagina

Inspeksi V/V : Flx (-), Fl (-)

PØ (-),

Livide (+)

VT : tidak dilakukan

UL : keton (-)

A: G2P1001 13 W 4D T/H + Hiperemesis Gravidarum

P : BPL

Diet Bebas

Neurobion tab 2x1 po