hiperemesis gravidarum

28
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terdapat pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan 1

Upload: pangastuti-ningtyas

Post on 03-Jan-2016

189 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hiperemesis Gravidarum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar

dan sering terdapat pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi

hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini

kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung

selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi

gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala –

gejala ini menjadi lebih berat.

Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon

estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh

fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat

atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita

dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan

muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari

menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang

disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis

menentukan berat ringannya penyakit.

Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai

pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16

minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami

mual- mual dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan

segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor

kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut

hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan

insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan.

Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira

– kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan

koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi

1

Page 2: Hiperemesis Gravidarum

selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah

HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan

perasaan pada awal kehamilan.

Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan

atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi,

ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan.

Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus

hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil

akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan

sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering

umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung

terjadi lagi pada kehamilan berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan hiperemesis gravidarum ?

2. Apa etiologi hiperemesis gravidarum ?

3. Bagaimana patofisiologi hiperemesis gravidarum ?

4. Apa gejala dan tanda hiperemesis gravidarum ?

5. Bagaimana cara menentukan diagnosis hiperemesis gravidarum ?

6. Apa komplikasi hiperemesis gravidarum ?

7. Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarum ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi hiperemesis gravidarum

2. Untuk mengetahui etiologi hiperemesis gravidarum

3. Untuk mengetahui patofisiologi hiperemesis gravidarum

4. Untuk mengetahui gejala dan tanda hiperemesis gravidarum

5. Untuk mengetahui diagnosis hiperemesis gravidarum

6. Untuk mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum

1.4 Manfaat

2

Page 3: Hiperemesis Gravidarum

Diharapkan kepada pembaca untuk mengerti dan memahami tentang

hiperemesis gravidarum sehingga dapat melakukan pencegahan dan

penatalaksanaan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.

BAB II

3

Page 4: Hiperemesis Gravidarum

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual

dan muntah selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan

terus berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan

membaik. Mual dan muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan

hingga berat. Mual dan muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan (1).

Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat

selama kehamilan, yang terjadi pada 1 %-2 % dari semua kehamilan atau 1-20

pasien per 1000 kehamilan. (4,5)

Hiperemesis gravidarum menyebabkan tidak seimbangnya cairan,

elektrolit, asam-basa, defisiensi nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup

berat. Pada hiperemesis gravidarum dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat

kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida pada saat muntah,

hipokalemia dan ketonuria, sehingga mengharuskan pasien masuk dan dirawat di

rumah sakit. (2,10,11)

2.2 Klasifikasi

Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi tiga

tingkat, yaitu1:

Tingkat I

Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang terus

menerus disertai dengan intoleransi terhadap makan dan minum. Terdapat

penurunan berat badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan

adalah makanan, kemudian lendir beserta sedikit cairan empedu, dan kalau

sudah lama bisa keluar darah. Frekuensi nadi meningkat sampai 100

kali/menit dan tekanan darah sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisis

ditemukan mata cekung, lidah kering, turgor kulit menurun, dan urin sedikit

berkurang.

4

Page 5: Hiperemesis Gravidarum

Tingkat II

Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan segala yang

dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang

hebat. Frekuensi nadi 100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang

dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan

ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.

Tingkat III

Kondisi tingkat III ini sangat jarang, ditandai dengan berkurangnya

muntah atau bahkan berhenti, tapi kesadaran menurun (delirium sampai

koma). Pasien mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, dan

dalam urin ditemukan bilirubin dan protein.

2.3 Epidemiologi

Mual dan muntah terjadi dalam 50-90% kehamilan. Gejalanya biasanya

dimulai pada gestasi minggu 9-10, memuncak pada minggu 11-13, dan berakhir

pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala dapat berlanjut melewati 20-

22 minggu. Hiperemesis berat yang harus dirawat inap terjadi dalam 0,3-2%

kehamilan1.

2.4 Etiologi

Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara

pasti dan multifaktorial. Walaupun beberapa mekanisme yang diajukan bisa

memberikan penjelasan yang layak, namun bukti yang mendukung untuk setiap

penyebab hiperemesis gravidarum masih belum jelas. Beberapa teori telah

diajukan untuk menjelaskan penyebab hiperemesis gravidarum. Teori yang

dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis hiperemesis gravidarum, yaitu

faktor endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait dengan faktor endokrin

antara lain Human Chorionic Gonodotrophin, esterogen, progesteron, Thyroid

Stimulating Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human Growth Hormone,

prolactin dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor non endokrin antara

lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, infeksi Helicobacter pylori, kelainan

enzym metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologis.

5

Page 6: Hiperemesis Gravidarum

Gambar 2.1 Hubungan antara puncak kadar hCG dengan kejadian mual dan

muntah pada kehamilan.

2.5 Patofisiologi

Etiologi mual dan muntah yang terjadi selama kehamilan masih belum

diketahui, namun terdapat beberapa teori yang dapat menjelaskan terjadinya

hiperemesis gravidarum. Faktor sosial, psikologis dan organobiologik, yang

berupa perubahan kadar hormon-hormon selama kehamilan, memegang peranan

dalam terjadinya hiperemesis gravidarum. Disfungsi pada traktus gastrointestinal

yang disebabkan oleh pengaruh hormon progesteron diduga menjadi salah satu

penyebab terjadinya mual dan muntah pada kehamilan. Peningkatan kadar

progesteron memperlambat motilitas lambung dan mengganggu ritme kontraksi

otot-otot polos di lambung (disritmia gaster).3 Selain progesteron, peningkatan

kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG) dan estrogen serta

penurunan kadar thyrotropin-stimulating hormone (TSH), terutama pada awal

kehamilan, memiliki hubungan terhadap terjadinya hiperemesis gravidarum

walaupun mekanismenya belum diketahui5,6.

Pada studi lain ditemukan adanya hubungan antara infeksi kronik

Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Sebanyak 61,8%

perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum yang diteliti pada studi tersebut

menunjukkan hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif.

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah

pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan

tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.

6

Page 7: Hiperemesis Gravidarum

Gambar 2.2 Etiologi dan Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan

lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak

7

Page 8: Hiperemesis Gravidarum

sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam

hidroksi butirik dan aseton dalam darah8.

Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah

menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.

Natrium dan klorida darah dan klorida air kemih turun. Selain itu juga dapat

menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.

Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi

lewat ginjal menambah frekuensi muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan

terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan. Selain dehidrasi dan

terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir

esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan

gastrointestinal4,6.

2.6 Gejala Klinis

Gejala klinis hiperemesis gravidarum sering tidak spesifik. Gejala utama

hiperemesis gravidarum adalah muntah secara berlebihan, terjadi minimal 5x

dalam satu hari. Tanda klinis berupa dehidrasi, kehilangan berat badan lebih dari

5% dari berat badan semula, dan ketoasidosis metabolik serta ketonemia mungkin

dapat terjadi. Selain itu, hiperemesis gravidarum juga dapat ditandai dengan

demam dan gejala kelainan hepar, seperti ikterus. Gejala yang jarang ditemukan

yaitu mengantuk yang kemudian dapar berlanjut menjadi delirium7.

8

Page 9: Hiperemesis Gravidarum

2.7 Diagnosis

Gambar 2. 3 Algoritma Penegakan Diagnosa Hiperemesis Gravidarum

Secara klinis penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dilakukan

dengan menegakkan diagnosis kehamilan terlebih dahulu (amenore yang disertai

dengan tanda-tanda kehamilan). Lebih lanjut pada anamnesis didapatkan adanya

keluhan mual dan muntah hebat yang dapat mengganggu pekerjaan sehari-hari.

Pada pemeriksaan fisis diijumpai tanda-tanda vital abnormal, yakni peningkatan

frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, dan dengan

semakin beratnya penyakit dapat dijumpai kondisi subfebris dan penurunan

kesadaran. Pada pemeriksaan fisis lengkap dapat dijumpai tanda-tanda dehidrasi,

kulit tampak pucat dan sianosis, penurunan berat badan, uterus yang besarnya

sesuai dengan usia kehamilan dengan konsistensi lunak, dan serviks yang livide

saat dilakukan inspeksi dengan spekulum. Pada pemeriksaan laboratorium dapat

diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan

hipokalema, benda keton dalam darah, dan proteinuria.

Tabel 2.1 Diagnosa banding mual dan muntah pada kehamilan

9

Page 10: Hiperemesis Gravidarum

2.8 Komplikasi

Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan

dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan

cairan yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini

menyebabkan cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga volume cairan

dalam pembuluh darah berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini

menyebabkan jumlah zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke

jaringan mengurang pula. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah

menurunnya keadaan umum, munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai

tingkatan tergantung beratnya hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu

berkurang. Risiko dari keadaan ini terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun

10

Page 11: Hiperemesis Gravidarum

dan bisa terjadi syok serta terganggunya aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari

keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah berkurangnya asupan nutrisi dan

oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini adalah tumbuh kembang

janin akan terpengaruh.

Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan

ketidakseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan

ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun.

Kalium juga berkurang sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi

lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah bertambah

buruknya keadaan umum dan akan muncul keadaan alkalosis metabolik

hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan tingginya kadar

HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini terhadap

kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari hiponatremi, hipokalemi,

dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum ibu. Dampak keadaan

ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin.

Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan

energi (nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan

karbohidrat dan lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan

pemenuhan kebutuhan energi jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi

dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, maka terjadilah

ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton

dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan ke jaringan berkurang dan

tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak dari keadaan ini terhadap

kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya metabolisme baru

yang memecah sumber energi dalam jaringan, berkurangnya berat badan ibu, dan

terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah kesehatan dan

asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah

berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah pertumbuhan dan

perkembangan akan terganggu.

Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya

robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat

11

Page 12: Hiperemesis Gravidarum

menyebabkan perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi

berupa robekan kecil dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan ini

dapat berhenti sendiri. Keadaan ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan

tidak diperlukan transfusi.

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal mual dan muntah pada kehamilan dapat mencegah

hiperemesis gravidarum. Penatalaksanaan utama sering melibatkan istirahat dan

penghindaran dari rangsangan yang berperan sebagai pemicu. Di bawah ini adalah

penatalaksanaan dalam kondisi kegawatdaruratan:

Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di

rumah sakit dan membatasi pegunjung.

Penghentian pemberian makanan per oral 24 – 48 jam.

Penggantian cairan dan pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Larutan

normal saline atau ringer laktat dapat digunakan dalam kondisi itu.

Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, dan atau

tiamin dapat dipertimbangkan. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin,

tiamin 100 mg dapat diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.

Lanjutkan penatalaksanaan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per

oral dan sampai hasil uji menunjukkan jumlah keton urin hilang atau

sedikit.

Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan dengan vitamin B6

atau vitamin B6 ditambah doxylamine sangat aman dan efektif serta dapat

digunakan sebagai terapi farmakologis lini pertama. Pemberian multivitamin pada

saat terjadinya konsepsi juga menurunkan derajat keparahan gejala.6

2.9.1 Penatalaksanaan Konvensional

Sampai saat ini belum ada penatalaksanaan farmakologi yang terbukti.

Modalitas terapi dan obat-obatan yang telah diteliti efektivitasnya dapat dilihat

dalam tabel 1 dan 2. Pasien yang mengalami mual dan muntah yang berat pada

kehamilan sebelumnya dapat mengkonsumsi antiemetik sebagai profilaksis atau

segera setelah mengalami gejala pada kehamilan berikutnya, yang dikenal sebagai

pre-emptive therapy.7

12

Page 13: Hiperemesis Gravidarum

Gambar 2.4 Algoritma Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

Farmakoterapi dengan antiemetik dan piridoksin telah terbukti efektif.

Piridoksin dijual dalam bentuk formulasi kombinasi dengan doxylamine.

Walaupun dalam bentuk kombinasi, Benedektin dihetikan dari pasaran di USA

pada tahun 1980 karena isu ketidakpastian, ACOG 2004 merekomendasikan 10

13

Page 14: Hiperemesis Gravidarum

mg piridoksin ditambah setengah dari 25 mg doxylamine (antihistamin) yang

dikonsumsi per oral setiap 8 jam sebagai farmakoterapi lini pertama. Piridoksin

merupakan obat kelas A dan aman diberikan pada kehamilan.

Antiemetik konvensional, seperti penyekat reseptor H1, fenotiazin dan

benzamin, telah terbukti efektif dan aman. Antiemetik seperti proklorperazin,

prometazin, klorpromazin dapat menyembuhkan mual dan muntah dengan

menghambat postsynaptic mesolimbic dopamine receptors melalui efek

antikolinergik dan penekanan reticular activating system. Terapi kombinasi

dengan pyridoxine dan metoklopramid terbuti lebih baik dibandingkan monoterapi

lain.8 Jika terapi itu gagal, cairan kristaloid dapat diberikan untuk memperbaiki

dehidrasi, ketonemia, defisit elektrolit, dan gangguan asam basa. Tiamin 100 mg

dapat ditambahkan dalam 1 liter pertama dan pemberian cairan dilakukan sampai

muntah terkontrol.10

Tabel 2.2 Terapi Farmakologi Hiperemesis Gravidarum

2.9.2 Penatalaksanaan Diet

Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan yang

diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama

14

Page 15: Hiperemesis Gravidarum

makanan tetapi 1 – 2 jam setelah makan. Diet itu kurang mengandung zat gizi,

kecuali vitamin C, sehingga diberikan hanya selama beberapa hari.

Diet hiperemesis II diberikan jika rasa mual dan muntah berkurang.

Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi.

Minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet itu rendah dalam semua zat gizi,

kecuali vitamin A dan D.

Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis

ringan. Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukup

dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

2.9.3 Terapi Alternatif

Ada berbagai terapi alternatif lain yang sangat efektif. Akar jahe (Zingiber

officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang

cukup baik. Bahan aktifnya, disebut gingerol, dapat menghambat pertumbuhan

seluruh galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang

sering menyebabkan infeksi. Ekstrak jahe ini sangat direkomendasikan oleh

ACOG.13 Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, 4 kali sehari.

The Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan stimulasi

akupunktur P6 pada pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat

mengurangi risiko mual. National Evidence-based Clinical (NICE) Guidelines

Oktober 2003 merekomendasikan jahe, akupunktur P6 dan antihistamin untuk tata

laksana mual dan muntah dalam kehamilan, dengan evidence level I. Juga telah

ditunjukkan bahwa terapi stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek volar

pergelangan tangan dapat menurunkan mual dan muntah serta merangsang

kenaikan berat badan.12

Dengan muntah yang persisten, kita harus mencari adanya penyebab lain

seperti gastroenteritis, kolesistitis, pankreatits, hepatitis, ulkus peptikum,

pielonefritis, dan perlemakan hati dalam kehamilan.

Hampir semua wanita hamil akan memberikan respon yang baik dengan

penatalaksanaan yang telah disebutkan di atas. Bila masih ada muntah

berkepanjangan, maka pemberian nutrisi enteral harus dipikirkan. Vaisman dkk.

(2004) telah menunjukkan keberhasilan pemberian makan nasojejunal selama 4-

15

Page 16: Hiperemesis Gravidarum

21 hari pada 11 wanita hamil dengan mual dan muntah refrakter.16 Pada sedikit

sekali perempuan, nutrisi parenteral mungkin diperlukan.

BAB III

16

Page 17: Hiperemesis Gravidarum

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak

terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan

elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Perasaan mual ini

desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam

serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena

sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang berkurang.

Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan

adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi

keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan

penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat

pula memberikan gejala muntah.

Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan

kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga

pengobatan perlu segera diberikan.

Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-

limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi.

Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi

pada kehamilan berikutnya.

3.2 Saran

Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti

hiperemesis gravidarum agar pengobatan penyakit ini dapat ditangani dengan

tepat.

DAFTAR PUSTAKA

17

Page 18: Hiperemesis Gravidarum

1. Siddik D. Kelainan gastrointestinal. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,

Wiknjosastro GH, ed. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo,`ed. 4. Jakarta:

PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2008: 814-28.

2. Cunningham FG, dkk. Williams Obstetric, ed. 22. McGraw-Hill; 2007.

3. Ogunyemi DA, Fong A. Hyperemesis Gravidarum [halaman di Internet].

Diperbarui 19 Juni 2009. Dikutip 7 November 2010. Medscape; 2010.

Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/254751-overview

4. Miller AWF, Hanretty KP. Vomiting in pregnancy. Dalam: Miller AWF,

Hanretty KP, eds. Obstetrics Illustrated, 5th ed. London: Churchill

Livingstone; 1998: 102-3.

5. Quinlan JD, Hill DA. Nausea and vomiting of pregnancy. Am Fam Physician

(serial online) 2003 (dikutip 2010 Nov 6); 68(1): 121-8. Diunduh dar::

http://www.aafp.org/afp/2003/0701/p121.html.

6. ACOG (American College of Obstetrics and Gynecology): Practice Bulletin

No. 52: Nausea and Vomiting of Pregnancy. Obstet Gynecol. 2004;103:803-

14.

7. Koren G, Maltepe C. Pre-emptive therapy for severe nausea and vomiting of

pregnancy and hyperemesis gravidarum. J Obstet Gynaecol. 2004;24:530-3.

8. Bsat FA, Hoffman DE, Seubert DE. Comparison of three out patient regimens

in the management of nausea and vomiting in pregnancy. J Perinatol.

2003;23:531-5.

9. Sorenson HT, Nielsen GL,Christensen K et al. Birth outcome following

maternal use of metoclopramide. Br J Clin Pharmacol. 2000;49:264-8.

10. Jewell D, Young G. Interventions for nausea and vomiting in early pregnancy.

The Cochrane Database of Systematic Reviews 2003, Issue 4.Art.

No.:CD000145. doi:10.1002/14651858.CD000145.

11. Koren G, Maltepe C. Pre-emptive therapy for severe nausea and vomiting of

pregnancy and hyperemesis gravidarum. J Obstet Gynaecol. 2004;24:530-3.

12. Heazell AE, Langford N, Judge JK . The use of levomepromazine in

Hyperemesis Gravidarum resistant to drug therapy – a case series. Reprod

Toxicol. 2005;20:569-72.

18

Page 19: Hiperemesis Gravidarum

13. Magee LA, Mazzotta P, Koren G: Evidence-based view of safety and

effectiveness of pharmacologic therapy for nausea and vomiting of pregnancy

(NVP). Obstet Gynecol. 2002;186:S256.

14. Duggar CR, Carlan SJ: The efficacy of methylprednisolone in the treatment of

hyperemesis gravidarum: A randomized double-blind controlled study

[abstract]. Obstet Gynecol. 2001;97:45S.

15. Hansen WF, Yankowitz J: Pharmacologic therapy for medical disorders

during pregnancy. Clin Obstet Gynecol. 2002; 45:136.

16. Vaisman N, Kaidar R, Levin I, et al: Nasojejunal feeding in hyperemesis

gravidarum—a preliminary study. Clin Nutr 23:53, 2004

17. Sonkusare S. Hyperemesis Gravidarum: A Review. Med J Malaysia.

2008;63:3.

19