tugas og, hiperemesis gravidarum

18
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala- gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana kelainan gestasional, khususnya hiperemesis gravidarum dalam kehamilan ? 1.3 Tujuan 1

Upload: yudhikaiway

Post on 11-Feb-2015

95 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

sering terjadi pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi

dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6

minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10

minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi

gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan

mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG

(Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon

ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang

berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun

demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan.

Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan

inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis

menentukan berat ringannya penyakit.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana kelainan gestasional, khususnya hiperemesis gravidarum dalam

kehamilan ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penulis mempunyai tujuan umum yaitu memahami kelainan gastrointestinal,

khususnya hiperemesis gravidarum dalam kehamilan

1.3.2 Tujuan Khusus

Selain mempunyai tujuan umum, penulis juga mempunyai tujuan khusus yaitu :

a. Mengetahui definisi hiperemesis gravidarum

b. Mengetahui etiologi dan patofisiologi hiperemesis gravidarum

c. Mengetahui diagnosis dari hiperemesis gravidarum

d. Mengetahui komplikasi hiperemesis gravidarum

e. Mengetahui pencegahan hiperemesis gravidarum

f. Mengetahui penatalaksanaan hiperemesis gravidarum

1

Page 2: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

g. Mengetahui prognosis hiperemesis gravidarum

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat khususnya

untuk menambah referensi perpustakaan untuk bahan acuan penulisan yang

akan datang.

1.4.2 Bagi Penulisan

Sebagai pengalaman dalam melakukan penulisan ilmiah, menambah

pengetahuan dan wawasan penulis dalam bidang kesehatan masyarakat.

2

Page 3: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Mual dan muntah (Morning Sickness, Emesis Gravidarum) adalah mual dan

muntah selama kehamilan yang terjadi antara 4 dan 8 minggu kehamilan dan terus

berlanjut hingga 14-16 minggu kehamilan dan gejala biasanya akan membaik. Mual

dan muntah selama kehamilan dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Mual dan

muntah adalah keluhan utama pada 70 %-80 % kehamilan.

Hiperemesis Gravidarum adalah kondisi mual dan muntah yang berat terjadi pada

awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu, yang terjadi pada 1 – 2 % dari

semua kehamilan atau 1-20 pasien per 1000 kehamilan.

Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat di mana segala yang dimakan dan

diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu

pekerjaan sehari-hari, ketidak seimbangnya cairan, elektrolit, asam-basa, defisiensi

nutrisi dan kehilangan berat badan yang cukup berat. Pada hiperemesis gravidarum

dapat terjadi dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam

hidroklorida pada saat muntah, hipokalemia dan ketonuria, sehingga mengharuskan

pasien masuk dan dirawat di rumah sakit.

2.2 Etiologi dan Patofisiologi

Hingga saat ini penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti

dan multifaktorial. Teori yang dikemukakan untuk menjelaskan patogenesis

hiperemesis gravidarum, yaitu faktor endokrin dan faktor non endokrin. Yang terkait

dengan faktor endokrin antara lain Human Chorionic Gonodotrophin, estrogen,

progesteron, Thyroid Stimulating Hormone, Adrenocorticotropine Hormone, human

Growth Hormone, prolactin dan leptin. Sedangkan yang terkait dengan faktor non

endokrin antara lain immunologi, disfungsi gastrointestinal, infeksi Helicobacter pylori,

kelainan enzym metabolik, defisiensi nutrisi, anatomi dan psikologis.

3

Page 4: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

4

Page 5: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum dipengaruhi oleh peningkatan kadar hormon HCG yang

dihaasilkan oleh plasenta pada masa kehamilan., dimana hormon HCG menstimulasi

saraf pada traktus gastrointestinal bagian atas yang mengakibatkan terjadinya distensi.

Hal tersebut menyebabkan adanya rangsangan ke pusat muntah di daerah formasio

retikular pontin dan medula oblongata dan menyebabkan muntah. Hormon HCG juga

meransang TSH yang menghasilkan T4 yang meningkat dan bersifat racun bagi tubuh,

akibat adanya T4 yang bersifat racun maka tubuh merespon dengan muntah.

Plasenta juga memicu disekresikannya hormon estrogen dan progesteron yang

menyebabkan beberapa keadaan patologis bagi tubuh ibu hamil yaitu, terjadinya

hiperaktivasi sistem imun, defisiensi vitamin, peningkatan enzim metabolik, perubahan

motilitas, peningkatan kadar sex steroid pada sistem portal hepar, dan meningkatkan

jalur saraf yang memicu muntah.

Selain faktor endokrin, hiperemesis gravidarum juga dipengaruhi oleh faktor non-

endokrin. Beberapa faktor non-endokrin yaitu sistem imun, traktus gastrointestinal yang

berubah karena posisi anatomi pada saat hamil, adanya infeksi. Pembentukan corpus

luteum pada masa kehamilan, dimana corpus luteum menghasilkan hormon estrogen

dan progesteron yang berpengaruh juga pada traktus gastroimtestinal yang memicu

refleks muntah. Sistem imun berpengaruh pada hiperemesis gravidarum karena pada

masa kehamilan vili khorialis masuk dalam sirkulasi maternal, hal tersebut diduga

memicu terjadinya mual dan muntah. Letak anatomi dari traktus gastrointestinal yang

berubah pada masa kehamilan karena adanya pembesaran uterus, juga menjadi

penyebab mual dan muntah pada hiperemesis gravidarum. Pada masa kehamilan, tubuh

rentan terhadap infeksi dari luar. Infeksi dari Helicobacter pylori memperburuk

keadaan hiperemesis gravidarum, keadaan yang lebih buruk sampai dapat terjadi

robekan pada daerah traktus gastrointestinal atas.

2.3 Diagnosis

2.3.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

1. Tingkat I

Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan

minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, meuntah pertama keluar

makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah.

Nadi meningkat sampai 100 x / menit dan tekanan darah sistolik menurun. 5

Page 6: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit kurang, dan urin sedikit tapi

masih normal.

2. Tingkat II

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum diuntahkan,

haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih cepat 100-400 x / menit, tekanan

darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang

ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.

3. Tingkat III

a. Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah

gangguan kesadaran

b. (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi

ikterus, sianosis, nistagmus, ganguan jantung, bilirubin, dan proteinuria

dalam urin.

2.3.2 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan untuk menemukan tanda-tanda

kehamilan, yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan dengan

konsistensi lunak dan serviks yang livid

2. Pemeriksaan kadar b-hCG dalam urin pagi hari dapat membantu menegakkan

diagnosis kehamilan

3. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat

diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan

hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria.

2.4 Komplikasi

Hiperemesis gravidarum yang terjadi terus-menerus dapat menyebabkan

dehidrasi pada penderita. Dehidrasi muncul pada keadaan ini akibat kekurangan cairan

yang dikonsumsi dan kehilangan cairan karena muntah. Keadaan ini menyebabkan

cairan ekstraseluler dan plasma berkurang sehingga volume cairan dalam pembuluh

darah berkurang dan aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah

zat makanan (nutrisi) dan oksigen yang akan diantarkan ke jaringan mengurang pula.

6

Page 7: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah menurunnya keadaan umum,

munculnya tanda-tanda dehidrasi (dalam berbagai tingkatan tergantung beratnya

hiperemesis gravidum), dan berat badan ibu berkurang. Risiko dari keadaan ini

terhadap ibu adalah kesehatan yang menurun dan bisa terjadi syok serta terganggunya

aktivitas sehari-hari ibu. Dampak dari keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah

berkurangnya asupan nutrisi dan oksigen yang diterima janin. Risiko dari keadaan ini

adalah tumbuh kembang janin akan terpengaruh.

Selain dehidrasi, hiperemesis gravidarum dapat menyebabkan ketidakseimbangan

elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit muncul akibat cairan ekstraseluler dan plasma

berkurang. Natrium dan klorida darah akan turun. Kalium juga berkurang sebagai

akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal. Dampak dari keadaan ini

terhadap kesehatan ibu adalah bertambah buruknya keadaan umum dan akan muncul

keadaan alkalosis metabolik hipokloremik (tingkat klorida yang rendah bersama dengan

tingginya kadar HCO3 & CO2 dan meningkatnya pH darah). Risiko dari keadaan ini

terhadap kesehatan ibu adalah bisa munculnya gejala-gejala dari hiponatremi,

hipokalemi, dan hipokloremik yang akan memperberat keadaan umum ibu. Dampak

keadaan ini terhadap kesehatan janin adalah juga akan mempengaruhi pertumbuhwean

dan perkembangan janin.

Hiperemesis gravidum juga dapat mengakibatkan berkurangnya asupan energi

(nutrisi) ke dalam tubuh ibu. Hal ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan

lemak dalam tubuh ibu habis terpakai untuk keperluan pemenuhan kebutuhan energi

jaringan. Perubahan metabolisme mulai terjadi dalam tahap ini. Karena oksidasi lemak

yang tidak sempurna, maka terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,

asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Hal ini menyebabkan jumlah zat

makanan ke jaringan berkurang dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Dampak

dari keadaan ini terhadap kesehatan ibu adalah kekurangan sumber energi, terjadinya

metabolisme baru yang memecah sumber energi dalam jaringan, berkurangnya berat

badan ibu, dan terciumnya bau aseton pada pernafasan. Risikonya bagi ibu adalah

kesehatan dan asupan nutrisi ibu terganggu. Dampak keadaan ini terhadap kesehatan

janin adalah berkurangnya asupan nutrisi bagi janin. Risiko bagi janin adalah

pertumbuhan dan perkembangan akan terganggu.

Frekuensi muntah yang terlalu sering dapat menyebabkan terjadinya robekan

pada selaput jaringan esofagus dan lambung. Keadaan ini dapat menyebabkan 7

Page 8: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan yang terjadi berupa robekan kecil

dan ringan. Perdarahan yang muncul akibat robekan ini dapat berhenti sendiri. Keadaan

ini jarang menyebabkan tindakan operatif dan tidak diperlukan transfusi.

2.5 Pencegahan

1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses

yang fisiologik 

2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologi

pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.

3. Ibu dianjurkan untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam

jumlah kecil tetapi sering.

4. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk

makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.

5. Hindari makan yang berminyak dan berbau lemak.

6. Makan makanan dan minum minuman jangan terlalu panas atau terlalu dingin.

7. Usahakan defekasi teratur

2.6 Penatalaksanaan

Indikasi masuk rumah sakit

Yang menjadi pegangan yang memasukkan pasien ke RS adalah :

1. Segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi kalau berlangsung sudah

lama

2. Berat badan turun dari 1/10 dari berat badan normal

3. Turgor kurang, lidah kering

4. Adanya aseton dalam urin

Terapi di RS ditunjukkan untuk :

a. Mengatasi dehidrasi dengan pemberian infuse

b. Mengatasi kelaparan dengan pemberian Glucosa dengan infuse atau makanan

dengan nilai kalori tinggi dengan sonde hidung; juga diberi vitamin-vitamin yang

cukup

c. Mengobati neurose dengan psikoterapi sedative dan isolasi

8

Page 9: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

Pada 24 jam yang pertama di RS tidak di berikan apa-apa. Makanan diberikan per

infuse berupa glucosa 10% dan larutan garam fisiologi; cairan yang masuk dan keluar

dicacat dengan tetilti masuk muntah. Cairan yang diberikan 3000 cc sehari atau lebih

menurut kebutuhan.

Selain masuk rumah sakit, ibu dengan hiperemesis graviradum juga mendapatkan

pengobatan dan terapi :

1. Obat-obatan

Sedativa yang sering digunakan adalah Luminal. Vitamin yang dianjurkan

Vitamin B1 dan B6 Keadaan yang lebih berat diberikan antiemetik seperti

Avopreg, Avomin. Anti histamin ini juga dianjurkan seperti Dramamin, Avomin.

Antasida.

2. Isolasi

Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran

udara yang baik. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejaia-gejala akan berkurang

atau hilang tanpa pengobatan.

3. Terapi psikologik

Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,

hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan yang serta

menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang

penyakit ini.

4. Cairan parenteral

Berikan cairan - parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein

dengan Glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter per hari. Bila

perlu dapat ditambah Kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan

vitamin C. Bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara

intra vena.

5. Penghentian kehamilan

Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur.

Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatri bila keadaan memburuk.

Delirium, kebutaan, tachikardi, ikterus anuria dan perdarahan merupakan

manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan

untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik 9

Page 10: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat,

tetapi dilain pihak tak boleh menunggu sampai terjadi gejala ireversibel pada organ

vital.

6. Diet

a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya

berupa roti kering dan buah - buahan. Cairan tidak diberikan bersama makanan

tetapi 1 - 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam semua zat - zat gizi,

kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama beberapa hari.

b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara

berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak

diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat-zat gizi

kecuali vitamin A dan D.

c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.

Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.

Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium.

2.7 Prognosis

Dengan penanganan yang baik, prognosis sangat memuaskan. Namun, pada tingkat

yang berat dapat menyebabkan kematian ibu dan janin.

BAB III

PENUTUP

10

Page 11: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

3.1 Kesimpulan

Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan patologis dalam kehamilan dimana

terjadi mual dan muntah yang hebat, terjadi pada minggu ke 16 sampai minggu ke 20.

Gejala klinis yang sering dijumpai pada penderita hiperemesis gravidarum adalah

keadaan umum tampak lelah, cenderung dehidrasi, dan terjadi penurunan berat badan

yang drastis. Penyebab terjadinya masih belum pasti, namun menurut beberapa

penelitian mengatakan hiperemesis gravidarum disebabkan oleh dua faktor yaitu, faktor

endokrin meliputi, peningkatan hormon HCG, estrogen, progesteron, TSH, ACTH,

growth hormon, prolaktin; dan faktor non-endokrin meliputi, anatomi dan fisiologi,

imunologi, infeksi H.Pylori, kelainan enzim metabolik, defisiensi nutrisi. Terapi bagi

ibu dengan hiperemesis gravidarum adalah dengan obat-obatan, isolasi, terapi

psikologik, cairan parenteral, penghentian kehamilan, diet.

DAFTAR PUSTAKA

11

Page 12: Tugas OG, Hiperemesis Gravidarum

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat Cetakan Ketiga.

Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD. 1983. Obstetri

Patologi. Bandung.

3. Guyton, A. C., dan Hall, J. E., 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, alih bahasa :

Setiawan, I.dan Santoso , A., Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta.

4. http://mhs.blog.ui.ac.id/aryanti.wardiyah/wp-content/blogs.dir/14235/files/2012/03/

Stigma-pada-Hiperemesis-Gravidarum.pdf Diakses pada 9 April 2013; 21:05:22

5. http://indonesia.digitaljournalis.org/1068-1161-1-pd.pdf . Diakses pada 21:30:15,

Senin, 1 April 2013

6. http:// ocw . usu.ac.id?rps138_slide_hiperemesis_gravidarum. pdf

diakses pada 08:37:35, Rabu 3 April 2013

12