hiperemesis pdf

26
PRESENTASI KASUS HIPEREMESIS GRAVIDARUM Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul Diajukan Kepada : dr. I Nyoman Tritia Widiantara, Sp.OG Disusun oleh : Duane Ayu Fitri 20100310148 SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2015

Upload: -dooublleaiienn-itouehh-iin

Post on 01-Sep-2015

264 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hiperemesis gravidarum

TRANSCRIPT

  • PRESENTASI KASUS

    HIPEREMESIS GRAVIDARUM

    Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati

    Bantul

    Diajukan Kepada : dr. I Nyoman Tritia Widiantara, Sp.OG

    Disusun oleh : Duane Ayu Fitri

    20100310148

    SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    2015

  • HALAMAN PENGESAHAN

    PRESENTASI KASUS

    HIPEREMESIS GRAVIDARUM

    Disusun oleh:

    Duane Ayu Fitri

    20100310148

    Telah dipresentasikan pada:

    Maret 2015

    Bantul, Maret 2015

    Menyetujui dan mengesahkan,

    Pembimbing

    dr. I Nyoman Tritia Widiantara, Sp.OG

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

    sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,

    tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih

    terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang

    lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%

    multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat.

    Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan

    HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pada umumnya wanita dapat

    menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang

    berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan

    keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum.

    Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit.

    (Prawirohardjo, 2002)

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian

    Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mual dan muntah

    berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu

    kesehatan dan pekerjaan sehari hari (Arief. B., 2009).

    Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum sehingga berat

    badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, dieresis berkurang dan timbul

    asetonuri, keadaan ini di sebut hiperemesis gravidarum.

    Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama

    masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau

    defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan (Llwellyn, 2004).

    B. Konsep Kehamilan

    1. Kehamilan

    Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama

    kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari

    hari pertama haid terakhir (Manuamba, 2005).

    Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan

    tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan berlangsung antara 28 dan 36

    minggu disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari 43 minggu disebut

    kehamilan post matur (Manuaba, 2005).

    2. Tanda-tanda Kehamilan

    a. Tanda kehamilan tidak pasti

    1) Amenorea (tidak dapat haid). Gejala ini sangat penting karena

    umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui

    tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya

    kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.

    2) Nausea (enek) dan emesis (muntah). Enek terjadi umumnya pada

    bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis.

    Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak elalu. Keadaan ini lazim

    disebut morning sickness.

    3) Mengidam (ingin makanan khusus/tertentu). Mengidam sering terjadi

  • pada bulan-bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin

    tuanya kehamilan.

    4) Pingsan. Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai.

    Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulan-

    bulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.

    5) Anoreksia (Tidak ada selera makan). Pada bulan-bulan pertama terjadi

    anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.

    6) Sering kencing terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang

    membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan.

    Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali, karena kandung kemih

    ditekan oleh kepala janin.

    7) Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh

    pengaruh hormon steroid.

    8) Pigmentasi kulit terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi,

    hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang

    berlebihan, dikenal sebagai chloasma gravidarum. Areola mammae

    juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang

    berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba

    di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea griea). Pigmentasi

    ini terjadi karena pengaruh dari hormon kortikosteroid plasenta yang

    merangsang melanofor dan kulit.

    9) Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada

    triwulan pertama.

    10) Varises. Sering dijumpai padaa triwulan terakhir pada triwulan

    terakhir. Didapat pada daerah genitalia eksterna, fosa poplitea, kaki

    dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada

    kehamilan terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama. Kadang-

    kadang timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda

    (Wiknjosastro, 2005).

    b. Tanda pasti kehamilan

    1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.

    2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin (BJJ). Dengan stetoskop

    laennec BJJ terdengar pada kehamilan pada kehamilan 18-20 minggu.

  • Dengan alat doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.

    3) Dengan ultrasonogravi (USG) atau scannig dapat dilihat gambaran janin.

    4) Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi

    sekarang karena dampak radiasi terhadap janin (Manuamba, 2000).

    3. Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil

    a) Uterus

    Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen

    dan progesteron yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya

    disebabkan oleh hipertrofi otot polos uterus, di samping itu serabut-serabut

    kolagen yang adapun menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen

    sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Bila ada kehamiln ektopik,

    uteru akan membesar pula, karena pengaruh hormon-hormon itu. Begitu pula

    endometrium menjadi desidua.

    Berat uterus normal lebih kurang 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu)

    berat uterus menjadi 1000 gram dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm.

    Pada bulan-bulan pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat agak

    gepeng. Pada kehamilan 16 minggu, uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada

    akhir kehamilan kembali seperti bentuk semula, lonjong seperti telur.

    Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya kehamilan sangat penting

    diketahui antara lain untuk membentuk diagnosis, apakah wanita tersebut hamil

    fisiologik, hamil ganda atau menderita penyakit seperti mola hidatidosa dan

    sebagainya. Pada minggu-minggu pertama ismus uteri mengadakan hipertrofi

    seperti korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama membuat ismus

    menjadi panjang dan lebih lunak. Hal ini dikenal dalam obstetri sebagai tanda

    hegar.

    b) Serviks Uteri

    Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon

    estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya

    hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih

    banyak mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen. Karena servik

    terdiri atas jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka

    serviks tidak mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus

  • serviks akan membuka saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan

    tekanan bagian bawah janin kebawah. Sesudah partus, serviks akan tampak

    berlipat-lipat dan tidak menutup seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada

    serviks perlu diketahui sedini mungkin pada kehamilan, akan tetapi yang

    memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak dibenarkan melakukannya dengan

    kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.

    Kelenjar-kelenjar di serviks akan berfungsi lebih dan akan mengeluarkan

    sekresi lebih banyak. Kadang-kadang wanita yang sedang hamil mengeluh

    mengeluarkan cairan pervaginam lebih banyak. Pada keadaan ini sampai batas

    tertentu masih merupakan keadaan fisiologik.

    c) Vagina dan vulva

    Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah dan

    agak kebiru-biruan (livide). Warna porsio tampak livide. Pembuluh-pembuluh

    darah alat genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena

    oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut menigkat. Apabila terjadi

    kecelakaan pada kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak sekali,

    sampai dapat mengakibatkan kematian.

    d) Ovarium

    Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum graviditatis sampai

    terbentuknya plasenta pada kira-kira kehamilan 16 minggu. Korpus luteum

    graviditas berdiameter kira-kira 3 cm. Kemudian, ia mengecil setelah plasenta

    terbentuk. Eperti telah dikemukakan, korpus luteum ini mengeluarkan hormon

    estrogen dan progesteron. Lambat-laun fungsi ini diambil alih oleh plasenta.

    Dalam dasawarsa terakhir ini ditemukan pada awal ovulasi hormon relaxin,

    suatu immunoreactive inhibin dalam sirkulasi maternal. Diperkirakan korpus

    luteum adalah tempat sintesis dari relaxin pada awal kwhamilan. Kadar relaxin

    di sirkulasi maternal dapat ditentukan dan meningkat dalam trimester pertama.

    Relaxin mempunyai pengaruh menenangkan hingga pertumbuhan janin menjadi

    baik hingga term.

    e) Mammae

    Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomammotropin,

    estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan air susu. Estrogen

    menimbulkan hipertrofi sistem saluran, sedangkan progesteron menambah sel-

    sel asinus pada mammae. Somatomammotropin mempengaruhi

  • pertumbuhan sel-sel asinus pula dan menimbulakan perubahan dalam sel-sel,

    sehingga terjadi pembuatan kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin. Dengan

    demikian mamma dipersiapkan untuk laktasi. Di samping ini, di bawah

    pengaruh progesteron dan somatomammotropin, terbentuk lemak i sekitar

    kelompok-kelompok alveolus, sehingga mamma menjadi lebih besar. Papila

    mamma akan membesar, lebih tegak, dan tampak lebih hitam, seperti seluruh

    areola mamma karena hiperpigmentasi. Glandula Montgomery tampak lebih

    jelas menonjol di permukaan areola mamma. Pada kehamilan 12 minggu

    keatas, dari puting susu dapat keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut

    kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai

    bersekresi.

    f) Sirkulasi Darah

    Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya sirkulasi ke

    plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-pembuluh darah yang

    membesar pula, mamma dan alat lain-lain yang memang berfungsi berlebihan

    dalam kehamilan. Volume darah ibu adalm kehamilan bertambah secara

    fisiologik dengan adanya pencairan darah yang disebut hidremia. Volume darah

    akan bertambah banyak 25% pada puncak usia kehamilan 32 minggu.

    Meskipun ada peningkatan dalam volume eritrosit secara keseluruhan, tetapi

    penambahan volume plasma jauh lebih besar sehingga konsentrasi hemoglobin

    dalam darah menjadi lebih rendah. Walaupun kadar hemoglobin ini menurun

    menjadi 120 g/L. Pada minggu ke-32, wanita hamil mempunyai hemoglobin

    total lebih besar daripada wanita tersebut ketika tidak hamil. Bersamaan itu,

    jumlah sel darah putih meningkat ( 10.500/ml), demikian juga hitung

    trombositnya. Untuk mengatasi pertambahan volume darah, curah jantung akan

    meningkat 30% pada minggu ke-30. Kebanyakan peningkatan curah jantung

    tersebut disebabkan oleh meningkatnya isi sekuncup, akan tetapi frekuensi

    denyut jantung meningkat 15%. Setelah kehamilan lebih dari 30 minggu,

    terdapat kecenderungan peningkatan tekanan darah.

    g) Sistem Respirasi

    Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena pergerakan

    diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil bernafas lebih dalam,

    dengan meningkatkan volume tidal dan kecepatan ventilasi, sehingga

    memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat

  • 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron.

    Keadaan tersebut dapat menyebabkan pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih

    rendah. Pada kehamilan lanjut, kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan

    mungkin tidak kembali pada keadaan sebelum hamil, sehingga menimbulkan

    kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan penampilan badannya.

    h) Metabolisme dalam kehamilan

    BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada trimester III.

    Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran

    karbohidrat, khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila

    dibutuhkan, dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam

    pekerjaan sehari-hari. Dalam keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam

    hal pemakaian tenaganya.

    Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang- tulangnya

    dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya

    diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr

    kalsium tertahan dalam badan untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah

    cukup untuk pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium

    dalam serum memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia,

    akan tetapi kadar kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat

    menanggulangi kemungkinan terjadinya kejang tetani. Segera setelah haid

    terlambat, kadar enzim diamino-oksidase (histamine) meningkat dari 3-6 satuan

    dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil 16 minggu. Kadar ini

    mencapai puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16 minggu dan

    seterusnya sampai akhir kehamilan. Pinosinase adalah enzim yang dapat

    membuat oksitosin tidak aktif. Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam

    darah ibu pada kehamilan 14-38 minggu. Berat badan wanita hamil akan naik

    kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-rata 12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi

    terutama dalam kehamilan 20 minggu terakhir. Kenaikan berat badan dalam

    kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi, fetus placenta dan liquor

    (Wiknjosastro, 2005).

    4. Adaptasi Psikologis Pada Ibu Hamil

    a) Trimester pertama; Ragu-ragu akan kehamilannya, ambivalen (konflik

    perasaan) dan lebih banyak berfokus pada diri sendiri. Pada trimester

  • ini, adanya perasaan tidak nyaman akibat perasaan mual, muntah, dan

    keletihan sering kali keinginan seksual menurun.

    b) Trimester kedua

    1) Adanya pergerakan bayi, ibu menjadi yakin dengan keberadaan

    bayinya, dan ibu merasa percaya akan segera mempunyai bayi.

    2) Ibu lebih banyak berfokus pada bayinya, biasanya dia merasa lebih

    baik daripada trimester I dan belum terganggu aktivitasnya.

    3) Perubahan ukuran tubuh untuk beberapa orang menyebabkan

    perubahan body image atau pandangan terhadap gambaran diri yang

    negative.

    c) Trimester ketiga

    1) Persiapan kelahiran sudah mulai dilakukan ibu. Ibu menanyakan

    tentang tanda-tanda persalinan kepada teman atau saudaranya

    yang telah mengalami proses persalinan.

    2) Beberapa wanita mengalami ketakutan persalinan dan merasa tidak

    nyaman menghadapi hari-hari menjelang persalinan.

    3) Ibu menyiapkan pakaian, tempat untuk bayi, dan merencanakan

    perawatannya.

    C. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi

  • Anatomi alat kandungan dibedakan menjadi 2 yaitu genetalia ekterna dan genetalia

    interna.

    1. Genitalia Eksterna

    a. Monsveneris

    Bagian yang menonjol meliputi bagian simfisis yang terdiri dari jaringan

    lemak, daerah ini ditutupi bulu pada masa pubertas.

    b. Vulva

    Adalah tempat bermuara sistem urogenital. Di sebelah luar vulva

    dilingkari oleh labio mayora (bibir besar) yang ke belakang, menjadi satu dan

    membentuk kommisura posterior dan perineam. Di bawah kulitnya terdapat

    jaringan lemak seperti yang ada di mons veneris.

    c. Labio mayora

    Labio mayora (bibir besar) adalah dua lipatan besar yang membatasi

    vulva, terdiri atas kulit, jaringan ikat, lemak dan kelenjar sebasca. Saat pubertas

    tumbuh rambut di mons veneris dan pada sisi lateral.

    d. Labio minora

    Labio minora (bibir kecil) adalah dua lipatan kecil diantara labio mayora,

    dengan banyak kelenjar sebasea. Celah diantara labio minora adalah

    vestibulum.

    e. Vestibulum

    Vestibulum merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labio

    minora), maka belakang dibatasi oleh klitoris dan perineum, dalam vestibulum

    terdapat muara-muara dari liang senggama (introetus vagina uretra), kelenjar

    bartholimi dan kelenjar skene kiri dan kanan.

    f. Himen (selaput dara)

    Lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dan liang senggama

    ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar,

    letaknya mulut vagina pada bagian ini, bentuknya berbeda-beda ada yang

    seperti bulan sabit, konsistensi ada yang kaku dan yang lunak, lubangnya ada

    yang seujung jari, ada yang dapat dilalui satu jari.

    g. Perineum

    Terbentuk dari korpus perineum, titik temu otot-otot dasar panggul yang

    ditutupi oleh kulit perineum.

  • 2. Genetalia Interna

    a. Vagina

    Tabung, yang dilapisi membran dari jenis jenis epitelium bergaris, khusus

    dialiri banyak pembuluh darah dan serabut saraf. Panjangnya dari vestibulum

    sampai uterus 712 cm. Merupakan penghubung antara introitus vagina dan

    uterus. Dinding depan liang senggama (vagina) 9 cm, lebih pendek dari dinding

    belakang. Pada puncak vagina sebelah dalam berlipat-lipat disebut rugae.

    b. Uterus

    Organ yang tebal, berotot berbentuk buah Pir, terletak di dalam pelvis

    antara rectum di belakang dan kandung kemih di depan, ototnya disebut

    miometrium. Uterus terapung di dalam pelvis dengan jaringan ikat dan

    ligament. Panjang uterus 712 cm, lebar 5 cm, tebal 2 cm. Berat 50 gr, dan

    berat 30-60 gr.

    Uterus terdiri dari :

    1) Fundus uteri (dasar rahim)

    Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada pemeriksaan

    kehamilan, perabaan fundus uteri dapat memperkirakan usia kehamilan.

    2) Korpus uteri

    Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bgian ini berfungsi sebagai

    tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri disebut

    kavum uteri atau rongga rahim.

  • 3) Servix uteri

    Ujung servix yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara

    kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri internum.

    Lapisan-lapisan uterus, meliputi :

    1) Endometrium

    2) Myometrium

    3) Parametrium

    c. Ovarium

    Merupakan kelenjar berbentuk kenari, terletak kiri dan kanan uterus di bawah

    tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.

    d. Tuba Fallopi

    Tuba fallopi dilapisi oleh epitel bersilia yang tersusun dalam banyak lipatan

    sehingga memperlambat perjalanan ovum ke dalam uterus. Sebagian sel tuba

    mensekresikan cairan serosa yang memberikan nutrisi pada ovum. Tuba fallopi

    disebut juga saluran telur terdapat 2 saluran telur kiri dan kanan. Panjang kira-kira 12

    cm tetapi tidak berjalan lurus. Terus pada ujung-ujungnya terdapat fimbria, untuk

    memeluk ovum saat ovulasi agar masuk ke dalam tuba.

    D. Etiologi

    Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada

    bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan

    kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomic pada otak, jantung, hati, dan

    susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat zat lain akibat inanisi.

    Beberapa factor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa

    penulis sebagai berikut:

    1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan

    ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.

    2. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan

    metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu

    dan alergi

    3. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan, takut

    terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung

    jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan (Wiknjosastro,

    2005).

  • E. Diagnosis

    Penegakan diagnosis hiperemesis gravidarum dimulai dengan menegakkan

    diagnosis kehamilan terlebih dahulu. Pada anamnesis dapat ditemukan keluhan

    amenorea, serta mual dan muntah berat yang mengganggu aktivitas sehari- hari.

    Pemeriksaan obstetrik dapat dilakukan untuk mene- mukan tanda-tanda kehamilan,

    yakni uterus yang besarnya sesuai usia kehamilan dengan konsistensi lunak dan

    serviks yang livid. Pemeriksaan penunjang kadar -hCG dalam urin pagi hari dapat

    membantu menegakkan diagnosis kehamilan.

    Tabel 1. Definisi-Definisi Mual dan Muntah dalam Kehamilan

    Emesis Gravidarum Hiperemesis Gravidarum

    Mual dan muntah dikeluhkan terus

    melewati 20 minggu pertama kehamilan

    Mual dan muntah mengganggu aktivitas

    sehari-hari

    Tidak mengganggu aktivitas sehari-hari Mual dan muntah tidak menimbulkan

    komplikasi (ketonuria, dehidrasi,

    hipokalemia, penurunan berat badan

    Tidak menimbulkan komplikasi patologis

    Menyingkirkan Penyebab Hiperemesis Lain

    Keluhan muntah yang berat dan persisten tidak selalu menandakan hiperemesis

    gravidarum. Penyebab-penyebab lain seperti penyakit gastrointestinal, pielonefritis

    dan penyakit metabolik perlu dieksklusi. Satu indikator sederhana yang berguna

    adalah awitan mual dan muntah pada hiperemesis gravidarum biasanya dimulai

    dalam delapan minggu setelah hari pertama haid terakhir. Karena itu, awitan pada

    trimester kedua atau ketiga menurunkan kemungkinan hiperemesis gravidarum.

    Demam, nyeri perut atau sakit kepala juga bukan merupakan gejala khas hiperemesis

    gravidarum. Pemeriksaan ultrasonografi perlu dilakukan untuk mendeteksi kehamilan

    ganda atau mola hidatidosa.

    Diagnosis banding hiperemesis gravidarum antara lain ulkus peptikum, kolestasis

    obstetrik, perlemakan hati akut, apendisitis akut, diare akut, hipertiroidisme dan

    infeksi Helicobacter pylori. Ulkus peptikum pada ibu hamil biasanya adalah penyakit

    ulkus peptikum kronik yang mengalami eksaserbasi sehingga dalam anamnesis dapat

    ditemukan riwayat sebelumnya. Gejala khas ulkus peptikum adalah nyeri epigastrium

  • yang berkurang dengan makanan atau antasid dan memberat dengan alkohol, kopi

    atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Nyeri tekan epigastrium, hematemesis

    dan melena dapat ditemukan pada ulkus peptikum. Pada kolestasis dapat ditemukan

    pruritus pada seluruh tubuh tanpa adanya ruam. ikterus, warna urin gelap dan tinja

    berwarna pucat disertai peningkatan kadar enzim hati dan bilirubin. Pada perlemakan

    hati akut ditemukan gejala kegagalan fungsi hati seperti hipoglikemia, gangguan

    pembe- kuan darah, dan perubahan kesadaran sekunder akibat ensefalopati hepatik.

    Keracunan parasetamol dan hepatitis virus akut juga dapat menyebabkan gambaran

    klinis gagal hati. Pasien dengan apendisitis akut biasanya mengalami demam dan

    nyeri perut kanan bawah. Nyeri dapat berupa nyeri tekan maupun nyeri lepas dan

    lokasi nyeri dapat berpindah ke atas sesuai usia kehamilan karena uterus yang

    semakin membesar. Apendisitis akut pada kehamilan memiliki tanda-tanda yang

    khas, yaitu tanda Bryan (timbul nyeri bila uterus digeser ke kanan) dan tanda Alder

    (apabila pasien berbaring miring ke kiri, letak nyeri tidak berubah).

    Meskipun jarang, penyakit Graves juga dapat menyebabkan hiperemesis. Oleh karena

    itu, perlu dicari apakah terdapat peningkatan FT4 atau penurunan TSH. Kadar FT4

    dan TSH pada pasien hiperemesis gravidarum dapat sama dengan pasien penyakit

    Graves, tetapi pasien hiperemesis tidak memiliki antibodi tiroid atau temuan klinis

    penyakit Graves, seperti proptosis dan pembesaran kelenjar tiroid. Jika kadar FT4

    meningkat tanpa didapatkan bukti penyakit Graves, pemeriksaan tersebut perlu

    diulang pada usia gestasi yang lebih lanjut, yaitu sekitar 20 minggu usia gestasi, saat

    kadar FT4 dapat menjadi normal pada pasien tanpa hipertiroidisme. Pemberian

    propiltiourasil pada pasien hipertiroidisme dapat meredakan gejala-gejala

    hipertiroidisme, tetapi tidak meredakan mual dan muntah.

    Sebuah studi lain yang menarik menemukan adanya hubungan antara infeksi kronik

    Helicobacter pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum. Pada studi tersebut,

    sebanyak 61,8% perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum menunjukkan

    hasil tes deteksi genom H. pylori yang positif, namun studi tersebut masih

    kontroversial. Sebuah studi lain di Amerika Serikat mendapatkan tidak terdapat

    hubungan antara hiperemesis gravidarum dengan infeksi H. pylori.

    Deteksi Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

    Muntah yang terus-menerus disertai dengan kurang minum yang berkepanjangan

    dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok.

  • Dehidrasi yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin. Oleh

    karena itu, pada pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-

    tanda vital, seperti peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan

    tekanan darah, kondisi subfebris, dan penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam

    pemeriksaan fisis lengkap dapat dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan

    sianosis, serta penurunan berat badan. Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang

    persisten adalah gangguan keseimbangan elektrolit seperti penurunan kadar natrium,

    klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan alkalosis metabolik hipokloremik disertai

    hiponatremia dan hipokalemia. Hiperemesis gravidarum yang berat juga dapat

    membuat pasien tidak dapat makan atau minum sama sekali, sehingga cadangan

    karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan kebutuhan energi

    jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat dioksidasi

    dengan sempurna dan terjadi penumpukan asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik,

    dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau aseton

    (buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan

    hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan

    hematokrit, hiponatremia dan hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria.

    Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah

    terlalu sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan

    yang muncul dapat berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya

    tidak diperlukan. Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan

    berat badan dalam kehamilan yang kurang (

  • ditemukan mata cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit dan penurunan jumlah

    urin.

    Pada hiperemesis gravidarum tingkat II:

    Pasien memuntahkan semua yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun,

    dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi berada pada rentang 100-140 kali/menit

    dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat, lidah

    kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam urin.

    Hiperemesis gravidarum tingkat III:

    Sangat jarang terjadi. Keadaan ini merupakan kelanjutan dari hiperemesis gravidarum

    tingkat II yang ditandai dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi

    kesadaran pasien menurun (delirium sampai koma). Pasien dapat mengalami ikterus,

    sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin dan

    protein.

    F. Pencegahan

    Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis

    gravidarum dengan cara :

    1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu

    proses yang fisiologik.

    2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah

    merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang

    setelah kehamilan 4 bulan.

    3. Menganjurkan mengubah makan sehari hari dengan makanan dalam

    jumlah kecil tapi sering

    4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat

    tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat

    5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan

    6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin

    7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkan

    makanan yang banyak mengandung gula.

    G. Penatalaksanaan

    1. Penatalaksanaan Emesis Gravidarum

    Tata laksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi adalah

  • istirahat dan menghindari makanan yang merangsang, seperti makanan pedas,

    makanan berlemak, atau suplemen besi. Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu

    mengkonsumsi makanan dan minuman dalam porsi yang kecil namun sering cukup

    efektif untuk mengatasi mual dan muntah derajat ringan. Jenis makanan yang

    direkomendasikan adalah makanan ringan, kacang-kacangan, produk susu, kacang

    panjang, dan biskuit kering. Minuman elektrolit dan suplemen nutrisi peroral

    disarankan sebagai tambahan untuk memastikan terjaganya keseimbangan elektrolit

    dan pemenuhan kebutuhan kalori. Menu makanan yang banyak mengandung protein

    juga memiliki efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif meredakan mual.

    Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala mual.

    Tata Laksana Farmakologis

    Pada emesis gravidarum, obat-obatan diberikan apabila perubahan pola makan

    tidak mengurangi gejala, sedangkan pada hiperemesis gravidarum, obat-obatan

    diberikan setelah rehidrasi dan kondisi hemodinamik stabil. Pemberian obat secara

    intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk. Obat-obatan yang

    digunakan antara lain adalah vita- min B6 (piridoksin), antihistamin dan agen-agen

    prokinetik. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG)

    merekomendasikan 10 mg piridoksin ditambah 12,5 mg doxylamine per oral setiap 8

    jam sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah ran-

    domized trial, kombinasi piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70% mual

    dan muntah dalam kehamilan. Suplementasi dengan tiamin dapat dilakukan untuk

    mencegah terjadinya komplikasi berat hiperemesis, yaitu Wernickes encephalopathy.

    Komplikasi ini jarang terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang

    disertai dengan gejala okular, seperti perdarahan retina atau hambatan gerakan

    ekstraokular. Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah

    terbukti efektif dan aman bagi ibu. Antiemetik seperti proklorperazin, prometazin,

    klorpromazin menyem- buhkan mual dan muntah dengan cara menghambat postsyn-

    aptic mesolimbic dopamine receptors melalui efek antikolinergik dan penekanan

    reticular activating system. Obat- obatan tersebut dikontraindikasikan terhadap pasien

    dengan hipersensitivitas terhadap golongan fenotiazin, penyakit kardiovaskuler berat,

    penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang yang tidak terkendali,

    dan glaukoma sudut tertutup. Namun, hanya didapatkan sedikit informasi mengenai

    efek terapi antiemetik terhadap janin. Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika

    pengobatan dengan antihistamin gagal. Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan

  • tablet bukal dengan efek samping sedasi yang lebih kecil. Dalam sebuah randomized

    trial, metoklopramid dan prometazin intravena memiliki efektivitas yang sama untuk

    mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki efek samping mengantuk dan

    pusing yang lebih ringan.

    2. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

    Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian

    makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat dipertim-

    bangkan sebagai terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis gravidarum

    dapat juga diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum. Tata laksana awal pasien

    hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi

    dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per

    oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Penambahan

    glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan.

    Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan

    defisiensi vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.

    Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan

    didapatkan perbaikan hasil laboratorium.

    Pengaturan Diet

    Untuk pasien hiperemesis gravidarum tingkat III, diberikan diet hiperemesis I.

    Makanan yang diberikan berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan

    bersama makanan tetapi 1-2 jam setelah makan. Diet hiperemesis kurang

    mengandung zat gizi, kecuali vitamin C, sehingga diberikan hanya selama beberapa

    hari.Jika rasa mual dan muntah berkurang, pasien diberikan diet hiperemesis II.

    Pemberian dilakukan secara bertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi.

    Minuman tidak diberikan bersama makanan. Diet hiperemesis II rendah dalam semua

    zat gizi, kecuali vitamin A dan D. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita

    dengan hiperemesis ringan. Pemberian minuman dapat diberikan bersama makanan.

    Diet ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali kalsium.

  • BAB III

    KASUS

    I. IDENTITAS Nama : Ny. SM

    Umur : 29 tahun

    Alamat : Banyusemoro, girirejo, Imogiri, Bantul.

    Agama : Islam

    Tgl masuk RS : 26 Februari 2015

    No RM : 544503

    II. ANAMNESA a. Keluhan Utama : Muntah

    b. Keluhan Tambahan : Mual dan pusing

    c. Riwayat Penyakit Sekarang :

    Pasien datang ke IGD dengan keterangan G1P0A0 UK: 8 minggu

    keluhan mual dan muntah sejak 1 minggu SMRS, pasien mengeluh

    setiap makan selalu muntah sehingga pasien merasa lemas.

    d. Riwayat Obstetri

    I: Hamil ini

    HPMT: 1 januari 2015

    HPL: 8 Oktober 2015

    UK : 8 minggu

    e. Riwayat Penyakit Dahulu

    - Riwayat sakit jantung disangkal

    - Riwayat hipertensi disangkal

    - Riwayat sakit DM disangkal

    - Riwayat sakit asma disangkal

    - Riwayat alergi disangkal

    f. Riwayat Penyakit Keluarga

    - Riwayat sakit jantung disangkal

    - Riwayat hipertensi disangkal

    - Riwayat sakit DM disangkal

  • - Riwayat sakit asma disangkal

    - Riwayat sakit hepar disangkal

    g. Anamnesis Sistem

    1. Sistem serebrospinal : Pusing (+)

    2. Sistem respirasi : Batuk (-), sesak nafas (-)

    3. Sistem kardiovaskuler : Nyeri dada (-)

    4. Sistem digestivus : Mual (+), muntah (+), nyeri perut (-),

    flatus (+), BAB normal

    5. Sistem Urogenital : Nyeri pinggang (-), hematuria (-)

    6. Sistem muskuloskeletal : Tak ada hambatan dalam bergerak.

    III. PEMERIKSAAN FISIK a. Status Pasien

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Compos Mentis

    Vital Sign : Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi:

    98x/menit, RR: 20x/menit, Suhu: 36,2 C

    Tinggi Badan : 169cm

    Berat Badan : 59 kg

    b. Status Generalis

    Kulit : Turgor dan elestisitas berkurang

    Kepala : Normocephal

    Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

    Telinga : Sekret (-/-)

    Hidung : Sekret (-/-)

    Mulut : Bibir sianosis (-). Lidah kotot (-), lidah tremor (-)

    Leher : JVP tidak meningkat, pembesaran limfomodi (-)

    Dada : Simetris, ketinggalan gerak (-)

    Jantung : S1 dan S2 reguler, bising jantung (-)

    Paru : Suara dasar vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-)

  • IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hb : 12.5 gr/dl

    Lekosit : 7.70 103 uL

    Trombosit : 187 103 uL

    Hematokrit : 37.3 vol%

    Gol. Darah : A

    PPT : 15.8 detik

    APTT : 28.3 detik

    Control PPT: 13.8 detik

    Control APTT: 31.6 detik

    HBsAg :Negatip

    V. TERAPI - Infus RL:D5:KAEN 3B 1:1:1 30 tpm

    - Inj. Metoclorpramid 1Amp/12jam/IV

    - SF 1 tab/12jam/oral

    VI. FOLLOW UP 1. S : Pusing (+), mual (+), Muntah (+) 1x pagi hari.

    O : TD: 100/60 mmHg, N: 72x/menit, R:16x/menit, S:36C

    A : Hiperemesis Gravidarum

    P : - Asam Folat I tab/24 jam

    - Neurobion drip 1Amp/500cc RL 30tpm

    - Anvomer 2x1 tab

    2. S : Pusing (+), mual (+), Muntah (-), badan terasa lemas.

    O : TD: 110/80 mmHg, N: 60x/menit, R:16x/menit, S:36,1C

    A : Hiperemesis Gravidarum

    P : - Asam Folat I tab/24 jam

    - Anvomer 2x1 tab

    3. S : Pusing (-), mual (-), Muntah (-), lemas (+)

    O : TD: 100/70 mmHg, N: 68x/menit, R:20x/menit, S:36,2C

    A : Hiperemesis Gravidarum

    P : - Asam Folat I tab/24 jam

  • - Anvomer 2x1 tab

    -BLPL

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    Dari anamnesis didapatkan keterangan pasien G1P0A0 dengan umur

    kehamilan 8 minggu mengeluh muntah sejak 1 minggu SMRS, dalam sehari pasien

    mengatakan muntah lebih dari 10 kali, memuntahkan setiap makanan yang masuk.

    Keluhan dirasakan sejak umur kehamilan 3 minggu dan keluhan memberat sejak 1

    minggu SMRS. Muntah-muntah pada pasien ini disebut hiperemesis gravidarum.

    Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti

    bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan kelainan

    biokimia. Perubahan-perubahan anatomic pada otak, jantung, hati, dan susunan saraf.

    Beberapa faktor predisposisi penyebab hyperemesis gravidarum adalah primigravida,

    hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, dan mola hidatidosa.

    Pada pasien ini ditandai oleh muntah yang terus-menerus disertai dengan penurunan

    nafsu makan dan minum dan terdapat penurunan berat badan sehingga

    diklasifikasikan Hiperemesis Gravidarum tingkat I. Penatalaksanaan utama

    hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan penghentian makanan peroral.

    Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena dapat dipertim- bangkan sebagai

    terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis gravidarum dapat juga

    diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum. Tata laksana awal pasien hiperemesis

    gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan cairan

    natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama

    24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Pada pasien ini mendapat

    terapi rehidrasi digunakan untuk memenuhi kebutuhan cairan pasien juga digunakan

    untuk memenuhi kebutuhan kalori pasien dan pemberian Asam Folat, neurobion drip

    dan anvomer. Neurobion (mengandung vitamin B1, B6, B12) diberikan secara drip

    IV. Suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi dan mencegah insiden

    hiperemesis gravidarum. Vitamin B1, B6, dan B12, yang merupakan koenzim yang

    berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat dan asam amino. Anvomer,

    komposisinya Pyrathiazine chlorotheophylline 40 mg, vit B6 30 mg yang mempunyai

    indikasi untuk mencegah mual dan muntah selama kehamilan.

  • BAB V

    KESIMPULAN

    Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan

    sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari,

    tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih

    terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang

    lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%

    multigravida. Penatalaksanaan utama hiperemesis gravidarum adalah rehidrasi dan

    penghentian makanan peroral. Pemberian antiemetik dan vitamin secara intravena

    dapat dipertimbangkan sebagai terapi tambahan. Penatalaksanaan farmakologi emesis

    gravidarum dapat juga diterapkan pada kasus hiperemesis gravidarum. Tata laksana

    awal pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan

    rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian

    makanan per oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Llwellyn Jones, Derek.(2011). Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta. EGC

    Mansjoer,Arif et al (2001). Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta.

    Manuaba. (2007) .Pengantar kuliah obstetric. Jakarta. EGC.

    Mochtar,Rustam.(1998). Sinopsis Obstetri.Jakarta.

    Prawirohardjo,Sarwono.(2008).Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta.EGC.

    Walsh, Linda. (2007). Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC

    Wiknjosastro, Hanifa.(1992). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

    Sarwono Prawiroharjo