bab iv (ok)

63
Perancangan JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV ̶ BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Data 4.1.1 Analisa Data Tanah Data tanah yang dipakai dalam perencanaan tebal perkerasan jalan yang akan direncanakan berdasarkan nilai CBR pada setiap ruas jalan pada tabel 3.1. CBR (%) Jumlah yang Sama atau Lebih Besar Persen ( % )Yang Sama Atau Lebih Besar 2.7 7 7/7 x 100% = 100% 4.9 6 6/7 x 100% =85,741% 5.4 5 5/7 x 100% = 71,429% 10.8 4 4/7 x 100% = 57,149% 11.5 3 3/7 x 100% = 42,857% 11.9 2 2/7 x 100% = 28,571% 15.3 1 1/7 x 100% = 14,286% Tabel 4.1. Persentase Nilai CBR Selanjutnya dari hasil tabel tersebut dibuatkan grafik hubungan antara CBR dan jumlah persentase tadi. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%, sehingga nilai CBR yang mewakili dapat dilihat pada grafik berikut : 1 | Page

Upload: qiangdavid22

Post on 05-Jul-2015

244 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisa Data

4.1.1 Analisa Data Tanah

Data tanah yang dipakai dalam perencanaan tebal perkerasan jalan yang akan

direncanakan berdasarkan nilai CBR pada setiap ruas jalan pada tabel 3.1.

CBR (%)Jumlah yang Sama atau Lebih Besar

Persen ( % )Yang Sama Atau Lebih Besar

2.7 7 7/7 x 100% = 100%4.9 6 6/7 x 100% =85,741%5.4 5 5/7 x 100% = 71,429%10.8 4 4/7 x 100% = 57,149%11.5 3 3/7 x 100% = 42,857%11.9 2 2/7 x 100% = 28,571%15.3 1 1/7 x 100% = 14,286%

Tabel 4.1. Persentase Nilai CBR

Selanjutnya dari hasil tabel tersebut dibuatkan grafik hubungan antara CBR dan

jumlah persentase tadi. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka

persentase 90%, sehingga nilai CBR yang mewakili dapat dilihat pada grafik berikut

:

Gambar 4.1. Grafik Hubungan Antara CBR dan Persentase Yang Mewakili

1 | P a g e

Page 2: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Hasil analisis data tanah dengan cara grafis didapatkan CBR yang mewakili adalah

4,2

4.1.2 Analisa Data Lalu Lintas

Adapun data lalu lintas harian rata – rata yang didapat ada pada tabel 3.2. untuk

menilai setiap kendaraan kedalam satuan penumpang (smp) bagi jalan – jalan

didaerah bukit digunakan koefisien dibawah ini :

Tabel 4.2. Data Lalu Lintas Dalam Satuan Mobil Penumpang

No Jenis KendaraanJumlah

KendaraanKoefisien

LHR( smp)

1 Sepeda Motor 2000 0,5 10002 Mobil penumpang ( 1+1 ) 3000 1 30003 Bus 8 ton (2 + 6 ) 4000 3 120004 Truck 2 as ( 4 + 6 ) 2500 2.5 62505 Truck 3 as ( 6 + 7.7 ) 150 3 450

Jumlah Kendaraan / hari /2jalur 2600 22700

Volume lalu lintas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp) yang besarnya

menunjukan jumlah lalu lintas harian rata – rata untuk kedua jurusan;. jadi menurut

Bina Marga jumlah lalu lintas harian rata – rata >20000 smp dengan klisifikasi jalan

yang akan dibangun adalah jalan kelas I

4.1.3 Analisa Data Curah Hujan

Metode perhitungan curah hujan rencana tahun dengan menggunakan metode

Gamble, adapun hasil curah hujan total tahunan seperti pada tabel :

Tabel 4.3 Data Curah Hujan

No TahunCurah hujan total dalam 1 Tahun

( Xi )1 2001 14572 2002 14303 2003 17934 2004 17575 2005 17916 2006 9677 2007 13508 2008 23479 2009 246110 2010 2050

Adapun rumus – rumus Gamble yang digunakan adalah sebagai berikut :

2 | P a g e

Page 3: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

X=∑ Xi

n=

18 . 06010

=1. 806

Tabel 4.4 Data Perhitungan Intensitas Curah Hujan

No Xi Xi - X ( Xi – X )2

1 1.457 349 121.8012 1.430 376 141.3763 1.793 13 1694 1.757 49 2.4105 1.791 15 2256 967 839 703.9217 1.350 456 207.9368 2.347 541 292.6819 2.461 655 429.02510 2.050 244 59.536

Total 1.959.080

Standart Deviasiasi ( S )

S=√∑( Xi−X−

)2

n−1

S=√195908010−1

=155 , 52

K= yt− yn

sn

K=2 , 2054−0 ,49520 ,9496

K = 1,8

Xt = X + K . S

Xt = 1.806 + 1,8 x 155,52

Xt = 2078,74 mm/tahun

Jadi Intensitas Curah Hujan yang didapat adalah 2078,74 mm/tahun

3 | P a g e

Page 4: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

4.1.4 Analisa Data Jumlah Kendaraan Bermotor

1. Peramalan Jumlah Kepemilikan Mobil Penumpang

Tabel 4.5. Data Lalu Lintas Dalam Satuan Mobil Penumpang

Tahun Jumlah Mobil Penumpang

2006 30008

2007 31505

2008 33070

2009 35284

2010 38555

Total 168422

Pertumbuhan jumlah mobil penumpang pada :

a. Tahun 2006 – 2007

i=31505−3000830008

x100 %=4 ,99 %

b. Tahun 2007 – 2008

i=33070−3150531505

x100 %=4 ,97%

c. Tahun 2008 – 2009

i=35284−3307033070

x 100 %=6 ,69 %

d. Tahun 2009 – 2010

i=38555−3528435284

x 100 %=9 ,27 %

Jadi rata – rata pertumbuhan jumlah mobil penumpang per tahun :

i=4 , 99 %+4 , 97 %+6 , 69 %+9 ,27 %4

=6 , 48 %

2. Peramalan Jumlah Kepemilikan Kendaraan Jenis Truck 2 As

Tabel 4.6 Menentukan Persamaan Linier untuk Truck 2 As

Tahun Jumlah Truck 2 As

2006 17121

2007 19531

2008 21432

2009 22679

4 | P a g e

Page 5: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

2010 24222

Total 104985

Pertumbuhan jumlah truk 2 As pada :

a. Tahun 2006 – 2007

i=19531−1712117121

x 100%=14 , 08 %

b. Tahun 2007 – 2008

i=21432−1953119531

x 100 %=9 , 73%

c. Tahun 2008 – 2009

i=22679−2143221432

x100 %=5 , 82 %

d. Tahun 2009 – 2010

i=24222−2267922679

x100 %=6 , 80 %

Jadi rata – rata pertumbuhan jumlah Truk 2 As per tahun :

i=14 ,08 %+9 ,73 %+5 ,82 %+6 , 80 %4

=9 ,11%

3. Peramalan jumlah Truk 3 As

Tabel 4.7 Menentukan Persamaan Linier untuk Truck 3 As

Tahun Jumlah Truck 3 As

2006 625

2007 705

2008 712

2009 801

2010 812

Total 3655

Pertumbuhan jumlah truk 3 As pada :

a. Tahun 2006 – 2007

i=705−625625

x100%=12 , 80%

b. Tahun 2007 – 2008

5 | P a g e

Page 6: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

i=712−705705

x 100 %=0 , 99 %

c. Tahun 2008 – 2009

i=801−712712

x 100%=12 ,50 %

d. Tahun 2009 – 2010

i=812−801801

x100 %=1 , 37 %

Jadi rata – rata pertumbuhan jumlah Truk 3 As per tahun :

i=12 ,80 %+0 ,99 %+12 , 50 %+1 , 37 %4

=6 ,92 %

4. Peramalan Jumlah Kepemilikan Kendaraan Jenis Bus

Tabel 4.8 Menentukan Persamaan Linier untuk Bus

Tahun Jumlah Bus

2006 1671

2007 2004

2008 2072

2009 2921

2010 3001

Total 11669

Pertumbuhan jumlah Bus pada :

a. Tahun 2006 – 2007

i=2004−16711671

x100 %=19 , 93 %

b. Tahun 2007 – 2008

i=2072−20042004

x100 %=3 ,39 %

c. Tahun 2008 – 2009

i=2921−20722072

x 100 %=40 , 97 %

d. Tahun 2009 – 2010

6 | P a g e

Page 7: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

i=3001−29212921

x 100 %=2 ,74 %

Jadi rata – rata pertumbuhan jumlah Buss per tahun :

i=19 ,93 %+3 ,39 %+40 ,97 %+2 , 74 %4

=16 , 76 %

5. Peramalan Jumlah Kepemilikan Kendaraan Jenis Sepeda Motor

Tabel 4.9 Menentukan Persamaan Linier untuk Sepeda Motor

Tahun Jumlah Bus

2006 122436

2007 124689

2008 125789

2009 128009

2010 130911

Total 631834

Pertumbuhan jumlah sepeda motor pada :

a. Tahun 2006 – 2007

i=124689−122436122436

x100 %=1 , 84 %

b. Tahun 2007 – 2008

i=125789−124689124689

x100%=0 , 88 %

c. Tahun 2008 – 2009

i=128009−125789125789

x100 %=1 , 76 %

d. Tahun 2009 – 2010

i=130911−128009128009

x100 %=2 , 27%

Jadi rata – rata pertumbuhan jumlah sepeda motor per tahun :

i=1 ,84 %+0 ,88 %+1 , 76 %+2 , 27 %4

=1 ,69 %

7 | P a g e

Page 8: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Jadi rata – rata pertumbuhan kepemilikan jenis kendaraan per tahun :

Tabel 4.10 Menentukan Pertumbuhan kendaraan per tahun

No Jenis Kendaraan i

1 Mobil Penumpang 6,48 %

2 Truck 2 As 9,27 %

3 Truck 3 As 6,92 %

4 Bus 16,76 %

5 Sepeda Motor 1,69 %

4.2. Perhitungan Trase Jalan Rencana

4.2.1. Menentukan Klasifikasi Jalan

4.1.1.1 Perhitungan Kemiringan

Jika titik pada potongan yang ditinjau berada diantara kontur yang elevasinya sama

maka tidak diperlukan perhitungan lagi dan lokasi tersebut dianggap datar. Jika

masing-masing ujung titik potongan berada pada elevasi yang berbeda, maka perlu

dilakukan perhitungan dengan cara selisih ketinggiannya di bagi dengan jarak kedua

titik tersebut kemudian di kalikan 100%.

Contoh :

Perhitungan Kemiringan Potongan 1-1’

Gambar 4.2 Potongan Melintang 1-1’

8 | P a g e

Page 9: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Kemiringan=|74−72|

150×100 %=1,33 %

Perhitungan Kemiringan Potongan 2-2’

Gambar 4.3 Potongan Melintang 2-2’

Kemiringan=|69,4−71|

150×100 %=1,07 %

Perhitungan Kemiringan Potongan 3-3’

Gambar 4.4 Potongan Melintang 3-3’

Kemiringan=|68,4−72|

150×100 %=2,04 %

9 | P a g e

Page 10: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Perhitungan Kemiringan Potongan 4-4’

Gambar 4.5 Potongan Melintang 4-4’

Kemiringan=|61−64,2|

150×100 %=2,13 %

Perhitungan kemiringan dengan cara yang sama dengan perhitungan diatas

dilanjutkan seperti yang tertera pada tabel 4.1

Tabel 4.11 Elevasi Titik Rencana Alternatif

POTONGAN

ELEVASIJARAK

MELINTANGBEDA

TINGGIKEMIRINGANKiri

( m )Tengah

( m )Kanan ( m )

a B C d │e│ =│( a - c )│ f = e/d x 100%

1-1' 74 74,8 72 150 2 1,33%2-2' 69,4 72 71 150 1,6 1,07%3-3' 68,4 68,4 72 150 3,6 2,40%4-4' 61 62 64,2 150 3,2 2,13%5-5' 59,2 59,8 62,4 150 3,2 2,13%6-6' 58,1 58,3 59,8 150 1,7 1,13%7-7' 57,4 57,8 58,2 150 0,8 0,53%8-8' 56,8 56,8 57,2 150 0,4 0,27%9-9' 56,2 56 56,2 150 0 0,00%10-10' 55,8 55,6 55,8 150 0 0,00%11-11' 55,2 55,2 55,2 150 0 0,00%12-12' 54,8 54,7 54,8 150 0 0,00%13-13' 54,5 54,7 55 150 0,5 0,33%14-14' 53,9 54,3 54,7 150 0,8 0,53%15-15' 52 54 54,1 150 2,1 1,40%23-23' 56,9 55 50 150 6,9 4,60%

10 | P a g e

Page 11: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

POTONGAN

ELEVASIJARAK

MELINTANGBEDA

TINGGIKEMIRINGANKiri

( m )Tengah

( m )Kanan ( m )

a B C d │e│ =│( a - c )│ f = e/d x 100%

24-24' 56,6 63 56,6 150 0 0,00%25-25' 6,6 67 53,3 150 3,3 2,20%26-26' 63 72 58,8 150 4,2 2,80%27-27' 74 78 66 150 8 5,33%28-28' 80 80 69 150 11 7,33%29-29' 80 80 80 50 0 0,00%30-30' 80 80 80 50 0 0,00%31-31' 80 80 80 50 0 0,00%32-32' 80 80 80 50 0 0,00%33-33' 80 80 80 50 0 0,00%34-34' 80 80 80 50 0 0,00%35-35' 80 80 80 50 0 0,00%36-36' 80 80 80 50 0 0,00%37-37' 80 80 80 50 0 0,00%38-38' 80 80 80 50 0 0,00%39-39' 80 80,1 80,2 50 0,2 0,40%40-40' 81,2 80,8 81 50 0,2 0,40%41-41' 82 80,8 81,2 50 0,8 1,60%42-42' 83,3 81,4 82 50 1,3 2,60%43-43' 81,5 81,4 81,2 50 0,3 0,60%44-44' 80 81,6 80 50 0 0,00%45-45' 80 81,8 80 50 0 0,00%46-46' 80 82 80 50 0 0,00%47-47' 80 82,5 80 50 0 0,00%48-48' 80 84 80 50 0 0,00%49-49' 80 84,5 80 50 0 0,00%50-50' 80 85 80 50 0 0,00%51-51' 88 87 86 50 2 4,00%52-52' 92 89,8 88,5 50 3,5 7,00%53-53' 92 89,8 88,5 50 3,5 7,00%54-54' 82,5 85 88 50 5,5 11,00%55-55' 80 85 90 50 10 20,00%56-56' 80 80 80 50 0 0,00%57-57' 80 80 80 50 0 0,00%58-58' 80 80 80 50 0 0,00%59-59' 80 80 80 50 0 0,00%60-60' 80 80 80 50 0 0,00%62-62' 80 80 80 50 0 0,00%63-63' 80 80 80 50 0 0,00%64-64' 80 80 80 50 0 0,00%65-65' 80 80 80 50 0 0,00%66-66' 80 80 80 50 0 0,00%67-67' 80 80 80 50 0 0,00%

11 | P a g e

Page 12: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

POTONGAN

ELEVASIJARAK

MELINTANGBEDA

TINGGIKEMIRINGANKiri

( m )Tengah

( m )Kanan ( m )

a B C d │e│ =│( a - c )│ f = e/d x 100%

68-68' 80 80 80 50 0 0,00%69-69' 80 80 80 50 0 0,00%70-70' 80 80 80 50 0 0,00%71-71' 80 80 80 50 0 0,00%72-72' 80 80 80 50 0 0,00%73-73' 80 80 80 50 0 0,00%74-74' 80 80 80 50 0 0,00%75-75' 80 80 80 50 0 0,00%76-76' 80 80 80 50 0 0,00%77-77' 80 80 80 50 0 0,00%78-78' 80 80 80 50 0 0,00%79-79' 80 80 80 50 0 0,00%80-80' 80 80 80 50 0 0,00%81-81' 80 80 80 50 0 0,00%82-82' 80 80 80 50 0 0,00%83-83' 80 80 80 50 0 0,00%84-84' 80 80 80 50 0 0,00%85-85' 80 80 80 50 0 0,00%86-86' 80 80 80 50 0 0,00%87-87' 80 80 80 50 0 0,00%

Tabel 4.12 Kalisifikasi Jalan Sesuai dengan Kemiringan

POTONGAN JALAN KEMIRINGANKLASIFIKASI

MEDAN

1 s/d 4 Jalan Lurus 1,73 % Datar

5 s/d 15 Tikungan PI1 0,58 % Datar

23 s/d 34 Jalan Lurus 1,86 % Datar

35 s/d 50 Tikungan PI2 0,35 % Datar

51 s/d 68 Jalan Lurus 2,88 % Datar

69 s/d 84 Tikungan PI3 0 % Datar

85 s/d 87 Jalan Lurus 0 % Datar

4.2.2. Menghitung Jarak dan sudut

Diketahui masing-masing Koordinat :

A : ( +000,000 ; +000,000 )

B=P I.1 : ( +234,620 ; +259,719 )

12 | P a g e

Page 13: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

D =PI2 : ( +1070,296 ; +876,464 )

E=PI.3 : ( +2289,327 ; +934,378 )

G : ( +2549,038 ; +845,773 )

Perhitungan Jarak

Dari koordinat yang diketahui maka dapat dicari masing – masing jaraknya yaitu :

d1=√( X1−X A )2+ (Y 1−Y A )2

d1=√(234,620−000,000)2+(259,719−000,000)2=350,001 ≈ 350 m

d2=√( X2−X1 )2+(Y 2−Y 1 )2

d2=√(1070,296−234,620)2+(876,464−259,719)2=1038,999 ≈1039 m

d3=√( X3−X 2)2+(Y 3−Y 2 )2

d3=√(2289,327−1070,296 )2+(934,378−876,464 )2

d3=1220,406 ≈ 1220,5 m

d4=√ ( XG−X3 )2+(Y G−Y 3 )2

d4=√ (2549,038−2289,327 )2+ (845,773−934,378 )2

d4=274,410 ≈ 274,5 m

Perhitungan Sudut

1. Perhitungan Sudut Tangen Pada Tikungan B ( P I1 ),

Sudut ( Δ1)

Tg α 1=|X A−X1||Y A−Y 1|

=|000,000−234,620||000,000−259,719|

=0,903

α 1=arch tan 0,903=42,0820=4 2o 04 ' 55 ¿

Tg β2=|X2−X1||Y 2−Y 1|

=|1070,296−234,620||876,464−259,719|

=1,355

β2=arch tan 1,355=53,5724=5 3o 34 ' 20 ¿

13 | P a g e

Page 14: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Jadi sudut (Δ3)

Δ1=β1−α 1=5 3o 34 ' 20 -4 {2} ^ {o} 04'55=11o29 ' 25

2. Perhitungan Sudut Tangen Pada Tikungan D ( P I2 ),

Sudut ( Δ2)

Tg α 2=|X1−X2||Y 1−Y 2|

=|234,620−1070,296||259,719−876,464|

=1,355

α 2=arch tan 1,355=53,5724=5 3o 34 ' 20 ¿

Tg β2=|X3−X2||Y 3−Y 2|

=|2289,327−1070,296||934,378−876,464|

=21,049

β2=arch tan 21,049=87,280=87o 16 ' 48 ¿

Jadi sudut (Δ2)

Δ2=β2−α 2=87o16 ' 48 -5 {3} ^ {o} {34} ^ {'} 20 =33o 42 ' 28

3. Perhitungan Sudut Tangen Pada Tikungan E ( P I3 ),

Sudut ( Δ3)

Tg α 3=|X2−X3||Y 2−Y 3|

=|1070,296−2289,327|

|876,464−934,37|=21,049

α 3=arch tan21,049=87,280=87o 16 ' 48 ¿

Tg β3=|XG−X3||Y G−Y 3|

=|2549,038−2289,327||845,773−934,378|

=2,931

14 | P a g e

Page 15: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

β3=arch tan2,931=71,161=71o 09 ' 40 ¿

Jadi sudut (Δ3)

Δ3=180−β3−α3=180o−87o 16 ' 48 - {71} ^ {o} 09'40=21o 33 ' 32

Berdasarkan perhitungan pada peta kontur yang di dapat pada peta di dapat jarak

dan sudut sebagai berikut :

d1 = 350 m Δ1 = 11o29’25”

d2 = 1039 m Δ2 = 33o 42' 28

d3 = 1220,5 m Δ3 = 21o 33 ' 32

d4 = 274,5 m

Duga Rencana atau penentuan di estimasi menurut pertimbangan perencana dengan

memperhatikan, keadaan medan, perbandingan antara timbunan dan galian. Gambar

di bawah ini adalah contoh cara yang digunakan perencana sebagai pertimbangan

penentuan titik duga rencana elevasi jalan yang direncanakan.

Gambar 4.6 Sudut pada Tikungan Rencana Jalan

15 | P a g e

Page 16: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV � 16 | P a g e

Gam

bar

4.7

pot

onga

n m

eman

jang

dan

tras

e ja

lan

Page 17: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

No Uaraian Standar

1 Klasifikasi Medan Datar2 Lalu Lintas Harian Rata - rata >200003 Kecepatan Rencana 1204 Lebar Daerah Penguasaan Minimum 605 Lebar Perkerasan 2x3,756 Lebar Bahu 3,57 Lereng Melintang Perkerasan 2%8 Lereng Melintang Bahu 4%9 Jenis Lapisan Permukaan Jalan10 Miring Tikungan Maksimum (e) 10%11 Jari - jari Lengkung Minimum 560 m12 Landai Maksimum 3%

Aspal Beton

4.3. Perhitungan Alinemen Horizontal

4.2.1 Perhitungan Tikungan I (B)

Tabel 4.13.a Standard Perencanaan Geometrik Jalan Kelas I

Tabel 4.14.a Koefisien gesekan melintang pada tikungan

V( km/jam ) 40 50 60 70 80 90 100 110 120

Fmaks 0,166 0,160 0,153 0,147 0,140 0,128 0,115 0,103 0,090

Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya ( Ir.Hamirhan Saodang MSCE.)

Pada daftar I standar perencanaan geometrik untuk daerah datar ( D ) diperoleh

Rmin = 560 m dan pada daftar II diperoleh Rmaks = 2000, syaratnya menjadi 560 <

R < 2000

17 | P a g e

Page 18: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Rumus :

Rmin=V R

2

127(emaks+ f maks)

Rmin=1202

127(0,1+0,09)=596,768 m ≈ 600

Karena 560 < 600 (Rmin) < 2000 maka di gunakan Rc (jari-jari tikungan rencana

dicoba sebesar = 650 m)

Sesuai dengan syarat 40 < Δ < 900, maka untuk tikungan I (11°29’25”) direncanakan

S-C-S.

1. Perhitungan panjang lengkung spiral (Ls)

Dalam perhitungan tikungan ini dicoba dengan menggunakan jari-jari lingkaran

dengan ukuran 700 m

a. Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung

peralihan, maka panjang lengkung :

Ls=V R

3,6T → dimana nilaiT=3 detik

Ls=1203,6

×3=100 m

b. Berdasarkan perubahan gaya sentrifugal dan pengaruh kemiringan :

Ls=0,022V R

3

Rc . C−2,727

V R . eC

Ls=0,0221203

700 × 0,45−2,727

120 × 0,10,45

Ls=47,249 m

Nilai e pada perhitungan diatas digunakan nilai superelevasi maksimum(emaks)

untuk V>90 km/jam maka, C = 0,45

c. Berdasarkan kelandaian relative maksimum

Ls=m ( emaks+en ) b=280 (0,1+0,03 ) 3,75=136,5 m

18 | P a g e

Page 19: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Nilai m di dapat berdasarkan nilai landai relatif maksimum terbesar pada tabel

daftar standar perencanaan alinemen (m = 280)

2. Perhitungan bagian spiral

Θs=90o× Lsπ × Rc

=90o ×136,53,14 × 700

=5,589=0 5o 35 ' 21

Ys= Ls2

6 Rc

= 136,52

6 ×700=4,436 m

Xs=Ls .(1− Ls2

40 Rc2 )=136,5 ×(1− 136,52

40 ×7002 )=136,37 m

P=Ys−Rc (1−cos θs )=4,436−700¿

P=1,108 m

K=Ls− Ls3

40 Rc2 −Rc .sin θs

K=136,5− 136,53

40 ×7002−700 × sin 05o35 ' 21 =} 68,194 ¿

3. Perhitungan lengkung circle ( Lc )

Θc=β 1−Θs=11o29 ’25 ”−2× 05o35 ' 21 = {0} ^ {o} 18'43

Lc= Θc

18 0oπ . Rc=0o 18 ' 43 } over {18 {0} ^ {o}} ×3,14×700=3,809 ¿

Lc = 3,809 m < 20 m , maka tidak memenuhi syarat perhitungan dengan

S-C-S sehingga di ganti dengan lengkung tipe S – S

Rumus perhitungan untuk lengkung tipe S-S

Lc=0

Θs=12

. β=12

×1 1o 29 ’25 ”=05o 44 ’ 43”=5,745

Ls=Θs . π . Rc

90=05o 44 ’ 43 ”× 3,14 ×700

9 0o =140,312

Ls = 140,312 > Lsmin=136,5 , jadi memenuhi syarat lengkung S-S

4. Perhitungan jarak titik station ke lengkung lingkaran ( Es )

19 | P a g e

Page 20: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Pergeseran busur lingkaran terhadap tangen asli (P)

P=p¿ . Ls=0,0007315 ×140,312=0,103

Menghitung letak dan busur lingkaran yang tergeser dari titik fisik (K)

K=k¿ . Ls=0,4999987 ×140,312=70,156

Nilai p* dan k* di dapat dari tabel besaran p* dan k*

Es=( Rc+P ) . sec12

β 1−Rc=(700+0,095 ) × sec 05o 44 ’ 43 ”−700

Es=3,629

Ts=( Rc+P )× tan12

β 1+K

Ts=(700+0,095 ) × tan05o 44 ’ 43 ”+65,145

Ts=140,594 m

5. Perhitungan panjang tikungan total

L tot = 2. Ls < 2 Ts

L tot = 2 × 140,312 < 2 x 140,594 m

L tot = 280,624 m < 281,187 m

( memenuhi syarat )

6. Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan

a) Untuk Perencanaan jalan kelas I, digunakan kendaraan rencana adalah

kendaraan besar dengan ketentuan sebagai berikut :

Lebar kedaraan rencana (b) : 2,6 m

Jarak antar gandar (P) : 18,9 m

Tonjolan depan kendaraan (A) : 1,2 m

b) Jumlah Lajur (n) : 2

c) Lebar Perkerasan pada bagian lurus (Bn) : 2 × 3,75

d) Jari-jari pada tengh lintasan (R) : 700 m

e) Kecepatan Rencana : 120 Km/jam

20 | P a g e

Page 21: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada

lajur sebelah dalam

B=√ {√R c2−64+1,25}2

+64−√Rc2−64+1,25

B=√ {√7002−64+1,25 }2+64−√7002−64+1,25=2,546 m

Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan (Z)

Z=0,105V

√ R=0,105 ×120 km / jam

√700 m=0,476 m

Tambahan lebar perkerasan di tikungan I (Δb)

Bt=n ( B+C )+Z

Dimana Bn adalah lebar perkerasan = 2 × 3,75 = 7,5 m

Untuk Bn = 7,5 C = 0,91 m

Bt=2 (2,546 m+0,91m )+0,476 m=7,388 m

Bt < Bn jadi tidak perlu diadakan pelebaran perkerasan

7. Perhitungan kebebasan samping pada tikungan I

Perhitungan jarak pandang henti

Jh=V r

3,6.T +

( V r

3,6 )2

2. g . f

Dimana :

VR = kecepatan rencana (km/jam)

T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik

g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2

f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-

0,55.

Jh = Jarak Pandang Henti (m)

Jadi :

21 | P a g e

Page 22: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Jh=V r

3,6.T +

( V r

3,6 )2

2. g . f=120

3,6×2,5+

( 1203,6 )

2

2 ×9,8 × 0,5=196,712 m

Jh=196,712 ≈ 197 m

Jh yang digunakan adalah Jh min yaitu 250 m

Perhitungan Jarak Pandang Menyiap

Jd=d1+d2+d3+d4

d1=0,278.T 1(V R−m+2.T 1

2 )d2=0,278.V R .T 2

d3=30 s /d100 m

d4=2/3.d2

Dimana :

t1 = waktu reaksi yang besarnya tergantung pada kecepatan

yang sesuai dengan persamaan t1 = 2.12+0.026V.

t2 = waktu dimana kendaraan yanng menyiap berada pada lajur

kanan yang dapat ditentukan dengan mempergunakankorelasi

t2 = 6.56+0.048V.

m = perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan

yang disiap = 15km/jam.

a = percepatan rata-rata yang besarnya tergantung pada

kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap yang dapat ditentukan

dengan mempergunakan korelasi a = 2.052+0.0036V.

a=2,052+0,0036. V R=2,052+0,0036 ×120=2,484 detik

T 1=2,12+0,026. V R=2,12+0,026 ×120=5,24 detik

T 2=6,56+0,048. V R=6,56+0,048 ×120=12,32detik

d1=0,278× 5,24(120−10+ 2,484 ×5,242 )=169,719 m

d2=0,278.V R .T 2=0,278 ×120 × 12,32=410,9952 m

d3=99 m

22 | P a g e

Page 23: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

d4=2/3.d2=2/3 × 410,9952=273,9968

Jd=169,719+410,9952+99+273,9968=953,711m

Jd yang digunakan adalah Jd 953,711 m

Diketahui :

V = 120 km / jam

Jarak Pandang Henti ( S ) = 250 m

Jarak Pandang Menyiap (M) = 953,711 m

L = 280,624 m

Untuk S < L, maka :

Θs=28,684 ×250700

=10,244=10o 14 ' 39

m=R ¿

m=700 × ¿

m=11,159 m

Untuk M > L, maka :

Θs=28,684 ×280,624

700=11,49919=11o29 ' 57

m=12

( M−L ) sin Θs+¿ R ¿¿

m=12

(953,711−280,624 ) sin11o 29' 57 } +700×(1- cos {{11} ^ {o} 29'57 ¿¿

m=81,141 m

8. Menentukan tempat kedudukan titik – titik ( stationing )

D1 = 350 m

Perhitungan diagram superelevasi :

jadi :

sta pI1 = 0 + d1 = 0 + 350,00 m

sta Ts1 = sta PI1 – Ts

= 0 + 350,000 m – 140,594 m

23 | P a g e

Page 24: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

No Uaraian Standar

1 Klasifikasi Medan Datar2 Lalu Lintas Harian Rata - rata >200003 Kecepatan Rencana 1204 Lebar Daerah Penguasaan Minimum 605 Lebar Perkerasan 2x3,756 Lebar Bahu 3,57 Lereng Melintang Perkerasan 2%8 Lereng Melintang Bahu 4%9 Jenis Lapisan Permukaan Jalan10 Miring Tikungan Maksimum (e) 10%11 Jari - jari Lengkung Minimum 560 m12 Landai Maksimum 3%

Aspal Beton

= 0 + 209,406 m

Sta SC1 = sta Ts1 + Ls

= 0 + 219,45 m + 140,312 m

= 0 + 349,718 m

Sta CS1 = Sta SC1 = 0 + 349,718 m

Sta St1 = Sta CS1 + Ls

= 0 + 349,718 m + 140,312 m

= 0 + 490,03 m.

4.2.2 Perhitungan Tikungan II (D)

Tabel 4.13.b Standard Perencanaan Geometrik Jalan Kelas I

Tabel 4.14.b Koefisien gesekan melintang pada tikungan

V( km/jam ) 40 50 60 70 80 90 100 110 120

Fmaks 0,166 0,160 0,153 0,147 0,140 0,128 0,115 0,103 0,090

24 | P a g e

Page 25: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya ( Ir.Hamirhan Saodang MSCE.)

Pada daftar I standar perencanaan geometrik untuk daerah datar ( D ) diperoleh

Rmin = 560 m dan pada daftar II diperoleh Rmaks = 2000, syaratnya menjadi 560 <

R < 2000

Rumus :

Rmin=V R

2

127(emaks+ f maks)= 1202

127(0,1+0,140)=472,440 m

Karena 560 > 209,974 (Rmin) < 2000 maka di gunakan Rc (jari-jari tikungan rencana

= 570 m)

Sesuai dengan syarat 40 < Δ < 900, maka untuk tikungan II (33°42’38”)

direncanakan S-C-S.

1. Perhitungan panjang lengkung spiral (Ls)

Dalam perhitungan tikungan ini dicoba dengan menggunakan jari-jari lingkaran

dengan ukuran 570 m

a. Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung

peralihan, maka panjang lengkung :

Ls=V R

3,6T → dimana nilaiT=3 detik

Ls=1203,6

×3=100 m

b. Berdasarkan perubahan gaya sentrifugal dan pengaruh kemiringan :

Ls=0,022V R

3

Rc . C−2,727

V R . eC

Ls=0,0221203

570 × 0,4−2,727

120× 0,10,4

Ls=84,927 m

c. Berdasarkan kelandaian relative maksimum

25 | P a g e

Page 26: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Ls=m ( emaks+en ) b=280 (0,1+0,03 ) 3,75=136,5 m

2. Perhitungan bagian spiral

Θs=90o× Lsπ × Rc

=90o ×136,53,14 × 570

=6,864=06o 51 ' 50

Ys= Ls2

6 Rc

= 136,52

6 ×570=5,448 m

Xs=Ls .(1− Ls2

40 Rc2 )=136,5 ×(1− 136,52

40 ×5702 )=136,304 m

P=Ys−Rc (1−cos θs )=6,864−570¿

P=1,363 m

K=Ls− Ls3

40 Rc2 −Rc .sin θs=136,5− 136,53

40× 5702 −570 ×sin 0 6o51 ' 50 }¿¿

K=68,182m

3. Perhitungan lengkung circle ( Lc )

Θc=β 2−2.Θs=33o 42 ' 28 -2×0 {6} ^ {o} 51'50=19o 58' 48

Lc= Θc

18 0oπ . Rc=19o 58 ' 48 } over {18 {0} ^ {o}} ×3,14×570=198,668 ¿

Lc = 198,668 m > 20 m, maka memenuhi syarat perhitungan dengan S-C-S

4. Perhitungan jarak titik station ke lengkung lingkaran ( Es )

Es=( Rc+P ) . sec12

β 2−Rc

Es=(570+1,363 ) × sec12

3 3o 42 ' 28 } -57¿

Es=27,006 m

Ts=( Rc+P )× tan12

β 2+K

Ts=(570+1,363 )× tan12

33o 42 ' 28 } + 68,182 ¿

26 | P a g e

Page 27: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Ts=241,273 m

5. Perhitungan panjang tikungan total

L tot = Lc + 2.Ls < 2 Ts

L tot = 198,668 + 2×136,5 < 2 x 241,273 m

L tot = 471,668 m < 482,546 m

( memenuhi syarat )

6. Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan

a) Untuk Perencanaan jalan kelas I, digunakan kendaraan rencana adalah

kendaraan besar dengan ketentuan sebagai berikut :

Lebar kedaraan rencana (b) : 2,6 m

Jarak antar gandar (P) : 18,9 m

Tonjolan depan kendaraan (A) : 1,2 m

b) Jumlah Lajur (n) : 2

c) Lebar Perkerasan pada bagian lurus (Bn) : 2 × 3,75

d) jari-jari pada tengh lintasan (R) : 570 m

e) Kecepatan Rencana : 120 Km/jam

B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada

lajur sebelah dalam

B=√ {√R c2−64+1,25}2

+64−√Rc2−64+1,25

B=√ {√5702−64+1,25 }2+64−√5702−64+1,25=0,056 m

Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan (Z)

Z=0,105V

√ R=0,105 ×120 km / jam

√570 m=0,528 m

Tambahan lebar perkerasan di tikungan I (Δb)

Bt=n ( B+C )+Z

Dimana Bn adalah lebar perkerasan = 2 × 3,75 = 7,5 m

Untuk Bn = 7,5 C = 0,91 m

27 | P a g e

Page 28: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Bt=2 (0,056 m+0,91m )+0,528 m=2,46m

Bt < Bn jadi tidak perlu diadakan pelebaran perkerasan

7. Perhitungan kebebasan samping pada tikungan II

Diketahui :

V = 120 km / jam

Jarak Pandang Henti ( S ) = 250 m

Jarak Pandang Menyiap (M) = 953,711 m

L = 471,668 m

Untuk S < L, maka :

Θs=28,684 ×250570

=12,5807=12o 34 ' 50

m=R ¿

Untuk M > L, maka :

Θs=28,684 ×471,668

570=23,736=23o 44 ' 8

m=12

( M−L ) sin Θs+¿ R ¿¿

m=12

(953,711−471,668 ) sin 24o 15 ' 50 } +570×(1- cos {{24} ^ {o} 15'50¿¿

m=149,398 m

8. Menentukan tempat kedudukan titik – titik ( stationing )

D2 = 1039 m

Perhitungan diagram superelevasi :

e total=en+emax=3 %+10 %=13 %=0,13

a=en

etotal

Ls= 3 %13 %

×147=33,923

jadi :

sta pI2 = Sta PI1 + d2 = 0 + 350,00 m + 1039 m = 1+389,00 m

sta TS2 = sta PI2 – Ts

= 1 + 389,00 m – 241,273 m

28 | P a g e

Page 29: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

No Uaraian Standar

1 Klasifikasi Medan Datar2 Lalu Lintas Harian Rata - rata >200003 Kecepatan Rencana 1204 Lebar Daerah Penguasaan Minimum 605 Lebar Perkerasan 2x3,756 Lebar Bahu 3,57 Lereng Melintang Perkerasan 2%8 Lereng Melintang Bahu 4%9 Jenis Lapisan Permukaan Jalan10 Miring Tikungan Maksimum (e) 10%11 Jari - jari Lengkung Minimum 560 m12 Landai Maksimum 3%

Aspal Beton

= 1 + 147,727 m

Sta SC2 = sta TS2 + Ls

= 1 + 147,727 m + 136,5 m

= 1 + 284,227 m

Sta CS2 = sta SC2 + Lc

= 1 + 284,227 m + 198,668 m

= 1 + 482,895 m

Sta ST2 = sta CS2 + Ls

= 1 + 477,558 m + 136,5 m

= 1 + 619,395 m

4.2.3 Perhitungan Tikungan III (E)

Tabel 4.13.c Standard Perencanaan Geometrik Jalan Kelas I

Tabel 4.14.c Koefisien gesekan melintang pada tikungan

V( km/jam ) 40 50 60 70 80 90 100 110 120

Fmaks 0,166 0,160 0,153 0,147 0,140 0,128 0,115 0,103 0,090

29 | P a g e

Page 30: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya ( Ir.Hamirhan Saodang MSCE.)

Pada daftar I standar perencanaan geometrik untuk daerah datar ( D ) diperoleh

Rmin = 560 m dan pada daftar II diperoleh Rmaks = 2000, syaratnya menjadi 560 <

R < 2000

Rumus :

Rmin=V R

2

127(emaks+ f maks)= 1202

127(0,1+0,140)=472,440 m

Karena 560 > 209,974 (Rmin) < 2000 maka di gunakan Rc (jari-jari tikungan rencana

= 570 m)

Sesuai dengan syarat 40 < Δ < 900, maka untuk tikungan II (21°33’32”)

direncanakan S-C-S.

1. Perhitungan panjang lengkung spiral (Ls)

Dalam perhitungan tikungan ini dicoba dengan menggunakan jari-jari lingkaran

dengan ukuran 570 m

a. Berdasarkan waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung

peralihan, maka panjang lengkung :

Ls=V R

3,6T → dimana nilaiT=3 detik

Ls=1203,6

×3=100 m

b. Berdasarkan perubahan gaya sentrifugal dan pengaruh kemiringan :

Ls=0,022V R

3

Rc . C−2,727

V R . eC

Ls=0,0221203

570 × 0,4−2,727

120× 0,10,4

Ls=84,927 m

c. Berdasarkan kelandaian relative maksimum

30 | P a g e

Page 31: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Ls=m ( emaks+en ) b=280 (0,1+0,03 ) 3,75=136,5 m

2. Perhitungan bagian spiral

Θs=90o× Lsπ × Rc

=90o ×136,53,14 × 570

=6,864=06o 51 ' 50

Ys= Ls2

6 Rc

= 136,52

6 ×570=5,448 m

Xs=Ls .(1− Ls2

40 Rc2 )=136,5 ×(1− 136,52

40 ×5702 )=136,304 m

P=Ys−Rc (1−cos θs )=6,864−570¿

P=1,363 m

K=Ls− Ls3

40 Rc2 −Rc .sin θs=136,5− 136,53

40× 5702 −570 ×sin 0 6o51 ' 50 }¿¿

K=68,182m

3. Perhitungan lengkung circle ( Lc )

Θc=β 3−2.Θs=21o 33' 32-2×0 {6} ^ {o} 51'50=7o 49 ' 52

Lc= Θc

18 0oπ . Rc=7o 49 ' 52 } over {18 {0} ^ {o}} ×3,14×570=77,867 ¿

Lc = 77,867 m > 20 m, maka memenuhi syarat perhitungan dengan S-C-S

4. Perhitungan jarak titik station ke lengkung lingkaran ( Es )

Es=( Rc+P ) . sec12

β 3−Rc

Es=(570+1,363 ) × sec12

21o 33 ' 32} -57 ¿

Es=11,626m

Ts=( Rc+P )× tan12

β 2+K

Ts=(570+1,363 )× tan12

21o 33 ' 32} + 68,182 ¿

Ts=176,963 m

31 | P a g e

Page 32: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

5. Perhitungan panjang tikungan total

L tot = Lc + 2.Ls < 2 Ts

L tot = 77,867 + 2×136,5 < 2 x 176,963 m

L tot = 350,867 m < 353,872 m

( memenuhi syarat )

6. Perhitungan pelebaran perkerasan pada tikungan

a) Untuk Perencanaan jalan kelas I, digunakan kendaraan rencana adalah

kendaraan besar dengan ketentuan sebagai berikut :

Lebar kedaraan rencana (b) : 2,6 m

Jarak antar gandar (P) : 18,9 m

Tonjolan depan kendaraan (A) : 1,2 m

b) Jumlah Lajur (n) : 2

c) Lebar Perkerasan pada bagian lurus (Bn) : 2 × 3,75

d) jari-jari pada tengh lintasan (R) : 570 m

e) Kecepatan Rencana : 120 Km/jam

B adalah lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan pada

lajur sebelah dalam

B=√ {√R c2−64+1,25}2

+64−√Rc2−64+1,25

B=√ {√5702−64+1,25 }2+64−√5702−64+1,25=0,056 m

Tambahan lebar akibat kesukaran mengemudi di tikungan (Z)

Z=0,105V

√ R=0,105 ×120 km / jam

√570 m=0,528 m

Tambahan lebar perkerasan di tikungan I (Δb)

Bt=n ( B+C )+Z

Dimana Bn adalah lebar perkerasan = 2 × 3,75 = 7,5 m

Untuk Bn = 7,5 C = 0,91 m

Bt=2 (0,056 m+0,91m )+0,528 m=2,46m

32 | P a g e

Page 33: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Bt < Bn jadi tidak perlu diadakan pelebaran perkerasan

1. Perhitungan kebebasan samping pada tikungan III

Diketahui :

V = 120 km / jam

Jarak Pandang Henti = 250 m

Jarak Pandang Menyiap (M) = 953,711 m

L = 350,867 m

Untuk S >L, maka :

Θs=28,684 ×250570

=12,5807=12o 34 ' 50

m=R ¿

Untuk M > L, maka :

Θs=28,684 ×350,867

570=17,657=17o 39 ' 24

m=12

( M−L ) sin Θs+¿ R ¿¿

m=12

(953,711−350,867 )sin 17o39 ' 24 } +570×(1- cos {{17} ^ {o} 39'24 ¿¿

m=118,277 m

2. Menentukan tempat kedudukan titik – titik ( stationing )

D3 = 1220,5 m

Perhitungan diagram superelevasi :

e total=en+emax=3 %+10 %=13 %=0,13

a=en

etotal

Ls= 3 %13 %

×147=33,923

jadi :

sta pI3 = Sta PI2 + d3 = 1+389,00 m + 1220,5 m = 2 + 609,5 m

sta TS3 = sta PI3 – Ts

33 | P a g e

Page 34: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

= 2 + 609,5 m – 176,963m

= 2 + 432,537 m

Sta SC3 = sta TS3 + Ls

= 2 + 427,276 + 136,5

= 2 + 569,037 m

Sta CS3 = sta SC3 + Lc

= = 2 + 574,276 m + 77,867 m

= 2 + 646,904 m

Sta ST3 = sta CS3 + Ls

= 2 + 641,642 m + 147 m

= 2 + 783,404 m

Tabel 4.15 Perhitungan Tikungan Horizontal

Perhitungan PI1 PI2 PI3

R 700 570 570

Ls 140,312 m 136,5 m 136,5 m

θs 5,745 6,864 6,864

Ys - 5,448 m 5,448 m

Xs - 136,304 m 136,304 m

P 0,103 1,363 1,363

K 70,156 68,182 68,182

Δc 11°29’25” 33°42’28” 21° 33”’32

Lc - 198,668 m 77,867 m

Es 3,629 m 27,006 m 11,626 m

Ts 140,594 m 241,273 m 179,963 m

Syarat Ltotal < 2TsL total 280,624 m 471,668 m 214,366 m

 2Ts 281,187 m 482,546 m 364,488 m

KeteranganMemenuhi

syaratMemenuhi

syaratMemenuhi

syarat

4.4. Perhitungan Alinyement Vertikal

1. Perhitungan PPV1

Menentukan kelandaiaan jalan :

34 | P a g e

Page 35: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

1. Kelandaian 1 ( g1 )

Jarak patok A ke PPV1 = 1050 m

Duga rencana patok A = 68

Duga rencana pada PPV1 = 68

g 1=Duga rencana pada PPV1-Duga rencana patok A Jarak patok A ke PPV1

x100 %

g 1=68−681050

x100 %

g 1=0%

[ g1 ]=0%

2. Kelandaian 2 ( g2 )

Jarak patok PPV1 ke PPV2 = 638,5 m

Duga rencana pada PPV1 = 68

Duga rencana pada PPV2 = 87

g 2=Duga rencana pada PPV2-Duga rencana patok PPV1 Jarak patok PPV1 ke PPV2

x100 %

g 2=87−68638 ,5

x 100%

g 2=+3 %

[ g2 ]=3%

Perbedaan kelandaian A

A = g2 – g1

A = 3% – 0%

A = 3 %

[ A ]

= 3 %

35 | P a g e

Page 36: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

g1 = 0%

g2 = 3 %

PPV1A

PPV2

Gambar sesuai data :

Gambar 4.8 perbedaan kelandaian di titik PPV1

Sta. PPV1 = 0 + 1050 m

Elevasi PPV1 = + 68

g1 = 0 %

g2 = +3 %

A = 3 %

Maka didapat bentuk PPV1 adalah ”CEKUNG”

Menentukan Panjang Lengkung Vertikal (Lv)

a. Berdasarkan jarak penyinaran lampu kendaraan

Dimana S = jarak pandang menyiap = 953,711 m

Untuk (S > L)

Lv=2. S−(120+3,5. S)

A=2×953,711−

(120+3,5 × 953,711)3

Lv=754,759

Jd > L : 953,711 m > 754,789 m memenuhi syarat

Untuk (S < L)

Lv= A . S2

120+3,5. S= 3 × 953,7112

120+3,5 × 953,711=789,098

Jd < L : 953,711 m < 789,098 m tidak memenuhi syarat

b. Berdasarkan jarak pandang bebas dibawah bangunan

Dimana S = jarak pandang henti = 250 m

36 | P a g e

Page 37: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Untuk (S > L)

Lv=2. S−3480A

=2 ×250−34803

Lv=−660

Jh > L : 250 m > - 660 m tidak memenuhi syarat

Untuk (S < L)

Lv= A .S2

3480=3 ×2502

3480=53,88

Jd < L : 250 m < 53,88 m tidak memenuhi syarat

c. Berdasarkan Bentuk Visual Lengkung Vertikal Cekung

Lv= A ×V 2

380=3× 1202

380=113,684m

Jadi Panjang L yang digunakan adalah 754,789 ≈ 755 m

Menghitung panjang penyimpangan dari titik potong kedua tangen atau pusat

perpotongan Vertikal (PPV) kelengkungan vertikal.

Ev =± A . Lv

800

dimana :

Ev = Penyimpangan dari titik PPV ke lengkungan vertikal

LV = Panjang lengkung vertikal (775 m)

A = Selisih Kelandaian (3 %)

Ev= A . Lv800

→3 × 755

800=2,83 m

a. Menentukan Elevasi Stationing

Elv. PPV1’ = Elv. PPV1 + Ev

= + 68 + (2,83)

= + 70,83

Sta. PPV1’ = Sta. A + 1050 m

= (0 + 000) + 1050 m

37 | P a g e

Page 38: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

= 1 + 050 m

Elv. PLV1 = Elv. PPV1 + (g1 . ½ Lv)

= + 68 + (0,0 %. ½ . 755)

= + 68 + ( 0)

= + 68

Sta. PLV1 = Sta. PPV1 – ½ Lv

= ( 0 + 1050) – ½ . 755

= 0 + 672,5 m

Elv. PTV1 = Elv. PPV1 + ( g2 . ½ Lv)

= + 68 + (3 % . ½ 775)

= + 79,63

Sta. PTV1 = Sta. PPV1 + ½ . Lv

= (1 + 050) + ½ .755

= 1 + 427,5 m

2. Perhitungan PPV2

Menentukan kelandaiaan jalan :

Jarak patok PPV1 ke PPV2 = 638,5 m

Duga rencana pada PPV1 = 68

Duga rencana pada PPV2 = 87

g 2=Duga rencana pada PPV2-Duga rencana patok PPV1 Jarak patok PPV1 ke PPV2

x100 %

g 2=87−68638 ,5

x 100%

g 2=+3 %

[ g2 ]=3%

3. Kelandaian 3 ( g3 )

Jarak patok PPV2 ke PPV3 = 1195 m

Duga rencana pada PPV2 = 87

Duga rencana pada PPV3 = 80

38 | P a g e

Page 39: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

g2 =3 % g3 =0, 6%

PPV3

PPV2G

g 3=Duga rencana pada PPV3-Duga rencana patok PPV2 Jarak patok PPV2 ke PPV3

x100 %

g 3=80−871195

x 100 %

g 3=−0,6 %

[ g3 ]=0,6%

Perbedaan kelandaian A

A = g3-g2

A = 0, 6 % - 3%

A = +2,4 %

[ A ]

= 2,4 %

Gambar sesuai data :

Gambar 4.9 Perbedaan kelandaian di titik PPV2

Sta. PPV2 = 1 + 688,5 m

Elevasi PPV2 = + 87

g2 = + 3 %

g3 = + 0,06 %

A = + 2,4 %

Maka didapat bentuk PPV2 adalah ”CEMBUNG”

Menentukan Panjang Lengkung Vertikal (Lv)

39 | P a g e

Page 40: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

a. Berdasarkan jarak pandang berada seluruh dalam daerah lengkung

(S<L).

Jarak pandang henti : 250 m

Lv= A . S2

100 (√2 h 1+√2 h 2 )2= 2,4 × 2502

100 (√2× 0,1+√2× 1,2 )2

Lv=376,351 m

S < L : 250 m < 376,351 m memenuhi syarat

b. Berdasarkan jarak pandang berada di luar dan didalam daerah

lengkung (S >L)

Jarak Pandang Menyiap : 953,711 m

Lv=2. S−200 (√h 1+√h2 )2

A=2× 953,711−

200 (√1,2+√1,2 )2

2,4

Lv=1507,422 m

S > L : 953,711 m < 1507,422 m tidak memenuhi syarat

c. Berdasarkan keluwesan bentuk

Lv=0,6. V R=0,6 × 120=72 m

d. Berdasarkan syarat drainase

Lv=50. A=50 × 2,4=120m

Jadi Panjang L yang digunakan adalah 376,351

Menghitung panjang penyimpangan dari titik potong kedua tangen atau pusat

perpotongan Vertikal (PPV) kelengkungan vertikal.

Ev =± A . Lv

800

dimana :

Ev = Penyimpangan dari titik PPV ke lengkungan vertikal

LV = Panjang lengkung vertikal (407,3 m)

40 | P a g e

Page 41: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

A = Selisih Kelandaian (2,597%)

Ev= A . Lv800

→2,4 ×376,561

800=1,130 m

b. Menentukan Elevasi Stationing

Elv. PPV2’ = Elv. PPV2 - Ev

= + 87 - (1,13)

= + 85,87 m

Sta. PPV2’ = Sta. PPV1 + 638,5 m

= (1 + 1050) + 638,5 m

= 1 + 688,5 m

Elv. PLV2 = Elv. PPV2 - (g2 . ½ Lv)

= + 87 - (3 %. ½ . 376,351)

= + 87 - ( 5,65)

= + 81,35

Sta. PLV2 = Sta. PPV2 – ½ Lv

= ( 1 + 688,5) – ½ . 376,351

= 1 + 500,325 m

Elv. PTV2 = Elv. PPV2 - (g3 . ½ Lv)

= + 87 - (0,06 %. ½ . 376,351)

= + 87 - (1,13 )

= + 85,870

Sta. PTV2 = Sta. PPV2 + ½ Lv

= ( 1 + 688,5) + ½ . 376,351

= 1 + 876,676 m

Tabel 4.16 Perhitungan Lengkung Vertikal

Perhitungan PPV1 PPV2

LV 755 376,351

EV 2,83 1,13

STA 1 + 050 1 + 688,5

PLV 0 + 672,5 1 + 500,325

41 | P a g e

Page 42: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

PTV 1 + 427,5 1 + 876,676

4.5. Perhitungan Galian dan Timbunan.

Hitungan diambil dari potongan melintang :

Perhitungan luas penampang Galian dan timbunan di hitung dengan

menggunakan rumus trapesiun :

A=( h1+h2 ) × jarak patok

2

Dimana :

A = luas penampang tanah

h = │duga rencana – duga tanah asli│

Persamaan yang digunakan untuk menghitung volume galian dan timbunan adalah :

Volume (m3) = (A1 + A2) / 2 × jarak

Dimana :

A1 = luas penampang di Sta.1, (m2)

A2 = luas penampang di Sta.2, (m2)

Contoh Perhitungan Luas Galian di Potongan 1-1

Tabel 4.17 Perhitungan Luas Penampang Galian pada potongan 1-1

42 | P a g e

Page 43: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Gam

bar 4.10 contoh gam

bar perhitungan luas galian dan timbunan

No h (m) Jarak Patok (m)

I5.415

0.5 2.70755.415

II5.415

0.3 1.74456.215

III6.215

0.4 2.4866.215

IV6.215

0.3 1.74455.415

V5.415

3.5 18.70755.275

VI5.275

3.75 19.6406255.2

VII5.2

3.75 19.6406255.275

VIII5.275

3.5 18.70755.415

IX5.415

0.3 1.74456.215

X6.215

0.4 2.4866.215

XI6.215

0.3 1.74455.415

XII5.415

0.5 2.70755.415

Luas (m2)

43 | P a g e

Page 44: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Untuk Perhitungan galian dan timbunan selanjutnya di lampirkan pada lampiran

hasil perencanaan.

4.6 Perhitungan Perencanaan Perkerasan Jalan

Perencanaan Jalan ini adalah menggunakan metode Bina Marga. Adapun hasil

perhitungannya adalah sebagai berikut :

1. Berdasarkan lebar perkerasan yang direncanakan yaitu 7,5 m, maka jumlah jalur

dibagi menjadi 2 jalur

44 | P a g e

Page 45: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

2. Koefisien Distribusi Kendaraan ( C ) untuk kendaraan ringan atau kendaraan

berat yang lewat pada jalur rencana.

a. Kendaraan ringan pada 2 jalur 2 arah didapat C = 0,5

Kendaraan ringan = kendaraan dengan berat total < 5 ton

b. Kendaraan berat pada 2 jalur 2 arah didapat C = 0,5

Kendaraan berat = kendaraan dengan berat total ≥ 5 ton

3. Daya Dukung Tanah Dasar ( DDT ) dengan mempergunakan niali CBR rata –

rata dengan cara grafis diketahui CBR = 4,2 dengan Grafik Korelasi DDT dan

CBR ( Nomogram Korelasi ), maka didapat DDT = 4,4

Gambar 4.11 Grafik Korelasi DDT dan CBR

4. Faktor Regional ( FR ), dari analisa data Curah Hujan di dapat Intensitas Curah

Hujan = 2078,74 mm/tahun, maka FR = 2,5

5. Rata – rata pertumbuhan jumlah kendaraan per tahun ( i ) :

1. mobil penumpang = 6,48 %

2. truck 2 as = 9,11 %

45 | P a g e

Page 46: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

3. truck 3 as = 6,92 %

4. bus = 16,76 %

5. sepeda motor = 1, 69 %

6. Lalu lintas Harian Rata – rata ( LHR )

Data – data kendaraan tahun 2010 :

Mobil penumpang ( 1 + 1 ) = 3000 kendaraan

Bus 8 ton ( 2 + 6 ) = 4000 kendaraan

Truk 2 As ( 4 + 6 ) = 2500 kendaraan

Truk 3 As ( 6 + 7.7 ) = 150 kendraan

LHR 2011 = 9650 kendaraan /hari/ 2 jalur

LHR pada awal Umur Rencana tahun 2012 dengan rumus ( 1 + i) n

Mobil penumpang = ( 1 + 6,48 %)² . 3000 = 3401,40 kendaraan

Bus 8 ton = (1+ 16,76% )2 . 4000 = 5453,16 kendaraan

Truk 2 As 10ton = ( 1+ 9,11% )2 . 2500 = 2976,25 kendaraan

Truk 3 As = ( 1 + 6,92% )2. 150 = 171,48 kendaraan

LHR pada tahun ke 10 ( akhir umur rencana ) ,rumus ( 1 + i) n

Pada 10 tahun :

Mobil penumpang = ( 1 + 6,48 %)12 . 3000 = 6372,91 kendaraan

Bus 8 ton = (1+ 16,76% )12 . 4000 = 25679,65 kendaraan

Truk 2 As 10ton = ( 1+ 9,11% )12 . 2500 = 7117,29 kendaraan

Truk 3 As = ( 1 + 6,92% )12. 150 = 334,81 kendaraan

7. Angka Ekivalen ( E ) untuk masing – masing kendaraan adalah sebagai berikut :

Mobil penumpang ( 1 + 1 ) = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004

Bus 8 ton ( 2 + 6 ) = 0,0036 + 0,2923 = 0,2959

Truk 2 As 10 ton ( 4 + 6 ) = 0,0577 + 0,2923 = 0,35

Truk 3 As ( 6 + 7.7) = 0,2923 + 0,7452 = 1,0375

46 | P a g e

Page 47: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

8. Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP ) dengan rumus :

LEP=∑J=1

n

LHRJxCjxEj

Mobil penumpang ( 1 + 1 ) = 3401,40 x 0,50 x 0,0004 = 0,680

Bus 8 ton ( 2 + 6 ) = 5453,16 x 0,50 x 0,2959 = 806,795

Truk 2 As 10 ton ( 4 + 6 ) = 2976,25 x 0,50 x 0,35 = 520,844

Truk 3 As ( 6 + 7.7) = 171,48 x 0,50 x 1,0375 = 88,955

∑ LEP = 1417,279

9. Lintas Ekivalen Akhir ( LEA ) dengan rumus

LEA=∑J=1

n

LHRJ (1+i )UR xCJxEJ

Pada 10 tahun :

Mobil penumpang ( 1 + 1 ) = 6372,91 x 0,50 x 0,0004 = 1,275

Bus 8 ton ( 2 + 6 ) = 25679,65 x 0,50 x 0,2959 = 3799,304

Truk 2 As 10 ton ( 4 + 6 ) = 7117,29 x 0,50 x 0,35 = 1245,526

Truk 3 As ( 6 + 7.7) = 334,81 x 0,50 x 1,0375 = 178,870

∑ LEA = 5224,975

Lintas Ekivalen Tengah ( LET )

LET = ½ ( LEP + LEA)

LET10 = ½ ( LEP + LEA) = ½ (1417,279 + 5224,975) = 3321,127

10. Menghitung Lintas Ekivalen Rencana ( LER )

LER = LET x UR/10

LER10 = LET x UR/10 = 3321,127x 10/10 = 3321,127 ≈ 3322

11. Indeks Tebal Perkerasan ( ITP )

- Indeks Permukaan Awal Umur rencana (IP o ) dari perkerasan rencana , dengan

jenis lapis perkerasan laston maka didapat IP o = 3,6

47 | P a g e

Page 48: BAB IV (ok)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

- Indeks Permukaan Akhir Umur rencana (Ipt ) yang ditentukan sesuai dengan

klasifikasi jalan dipergunakan, didapat IPt = 2,5

- Dari Ipo dan Ipt dapat menentukan Nomogram 1 - 9 yang dipakai, maka

digunakan Nomogram 2.

- CBR = 4,2 diketahui terus didapat DDT = 4,4 , dari DDT dihubungkan garis

lurus melalui LER sampai pada ITP.

- ITP didapat 5,36 dibuat garis melalui FR = 2,5

- LER10 = 3322 maka ITP didapat 14,75

Gambar 4.12 Grafik Nomogram 2 untuk menentukan ITP

12. Tebal Masing – masing Perkerasan

UR = 10 tahun :

ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3

Koefisien kekuatan relative

48 | P a g e

Page 49: BAB IV (ok)

SURFACE (25 cm)

Tanah Dasar CBR 4,2%

SUB BASE (30 cm)

BASE ( 25 cm)

Perancangan

JURUSAN TEKNIK SIPILFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WARMADEWA

PERANCANGAN JALAN RAYA GIANYAR - BANGLI Bab IV �

Laston MS 590 = 0,35

Batu Pecah kelas C = 0,12

Tanah pasir = 0,25

Untuk Lapisan Permukaan di dapat :

Berdasarkan tabel 2.34 dengan jenis material laston MS 590, dan ITP 14,75 maka di

dapat :

tebal minimum 10 cm , digunakan 25 cm

Untuk Lapisan Pondasi Bawah di dapat :

tebal minimum 10 cm , digunakan 25 cm

ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3

14,75 = 0,35.25 + 0,12 D2 + 0,10.30

14,75 = 8,75 + 0,12 D2 +3

D2 = (14,75 – 8,75 – 3) / 0,12

D2 = 25 25 cm ( syarat minimum)

Gambar 4.13 Tebal Lapisan Perkerasan Jalan

49 | P a g e