bab iv cikini ok

Upload: tri-danang-kurniawan

Post on 11-Jul-2015

459 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

44

BAB IV TINJAUAN KHUSUS INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT PGI CIKINI

A. Sejarah Singkat Instalasi Farmasi RS PGI Cikini Instalasi Farmasi RS PGI Cikini dibentuk bersamaan dengan berdirinya RS PGI Cikini. Bidang farmasi mencakup bidang sarana medik, sarana medik, dan menyediakan alat-alat kesehatan serta bidang apotek. Sebelum tahun 1949, depo obat atau kamar obat ditangani oleh seorang suster, lalu tiga tahun kemudian digantikan oleh seorang Asisten Apoteker. Tahun 1949, depo obat atau kamar obat menjadi apotek berdasarkan Surat Izin No. 889/PH/64/B yang dikeluarkan oleh Direktorat Urusan Famasi Kementrian. Sejalan dengan perkembangan rumah sakit, apotek juga berkembang mengarah menjadi bagian farmasi rumah sakit (Hospital Pharmacy) dengan tahapan depo obat atau kamar obat menjadi apotek, kemudian pada tahun 1980 menjadi Farmasi Rumah Sakit. Perkembangan selanjutnya, sejak tanggal 1 Juli hingga akhir Oktober 1973, bidang farmasi oleh seorang Apoteker Penanggung Jawab. Pada tahun 1981, diangkat seorang Apoteker

Pendamping. Tahun 1999, layanan RS PGI Cikini dilaksanakan oleh depo farmasi yang semula dilakukan oleh apotek. Pada tahun 2003 terjadi perubahan istilah Bidang Farmasi menjadi Instalasi Farmasi.

45

B. Falsafah dan Tujuan Instalasi Farmasi RS PGI Cikini Falsafah dari Instalasi Farmasi RS PGI Cikini adalah memberikan pelayanan farmasi yang aman dan rasional sesuai dengan Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 Republik Indonesia sebagai jawaban dan kesaksian iman. Tujuan dari Instalasi Farmasi paripurna dengan memberikan pelayanan: 1. Tepat obat, tepat pasien, tepat dosis, tepat jumlah, tepat harga, RS PGI Cikini adalah pelayanan

tepat kombinasi, dan tepat informasi 2. 3. Cepat dalam waktu tertentu Ramah terhadap semua orang

C. Visi dan Misi Instalasi Farmasi RS PGI Cikini Visi dari Instalasi Farmasi RS PGI Cikini adalah memberikan pelayanan farmasi yang bermutu berdasarkan kasih. Misi dari Instalasi Farmasi RS PGI Cikini adalah melayani pelanggan secara terpadu dengan memandang manusia secara utuh fisik, mental, sosial dan spritual.D. Kebijakan Pelayanan Farmasi RS PGI Cikini

Instalasi Farmasi RS PGI Cikini mempunyai kebijakan pelayanan yang terdiri dari: 1. Setiap pegawai farmasi memahami Falsafah dan tujuan pelayanan farmasi. 2. Penggunaan obat di rumah sakit atas usulan Panitia Farmasi dan Terapi 3. Perencanaan dan pembelian barang farmasi

46

a. Perencanaan pembelian perbekalan farmasi wajib disusun secara bulanan dan tahunan yang sesuai dengan formularium rumah sakit. b. Pembelian barang farmasi harus melalui PBF resmi atau rekanan yang ditunjuk dan dilaksanakan oleh Asisten Apoteker yang telah mempunyai Surat Izin Kerja (SIK) c. Pembelian perbekalan farmasi dapat dilakukan secara biasa (pembelian langsung) atau kontrak sesuai kebutuhan. d. Pembelian barang farmasi berupa obat, bahan kimia (termasuk bahan kimia berbahaya) dan alat kesehatan dilakukan oleh Instalasi Farmasi dengan cara mengikuti prosedur pengadaan barang farmasi dan memenuhi syarat-syarat kualitas obat atau bahan kimia berbahaya. e. Pembelian darurat barang farmasi dalam jumlah terbatas dapat dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Pembelian dengan persetujuan menyusul dari Kepala Instalasi Farmasi. f. Pembelian bahan kimia berbahaya harus dimintakan/disertakan Material Safety Data Sheet (MSDS) 4. Penerimaan barang farmasi. a. Penerimaan barang farmasi harus dilaksanakan oleh petugas farmasi (asisten apoteker yang telah mempunyai Surat Izin Kerja/SIK) dalam koordinasi Penanggung Jawab Administrasi farmasi. b. Instalasi Farmasi bertanggung jawab atas tersedianya barang farmasi dalam kualitas, kuantitas dan keamanan yang terjamin baik.

47

5. Pengadaan obat untuk pasien yang tidak mampu dan karyawan a. Rumah sakit menyediakan obat untuk pasien tidak mampu

(obat generik)b.

Rumah sakit menyediakan obat untuk karyawan atau

pegawai rumah sakit disesuaikan dengan ketentuan yang tertulis dalam Buku Daftar Standar Obat Pegawai. 6. Penyimpanan barang farmasi a. Penyimpanan obat dan bahan kimia berbahaya harus sesuai dengan tempat yang telah ditentukan dalam standar penyimpanan obat/standar kefarmasian dan dilakukan oleh petugas farmasi.b. Penyimpanan obat di Depo Farmasi disertakan kartu stock yang

dibedakan atas tiga warna : warna merah untuk kelompok A (obat dengan nilai jual tertinggi), warna kuning untuk kelompok B (Obat dengan nilai jual tinggi) dan warna biru untuk kelompok C (obat dengan nilai jual terendah).c. Penyimpanan obat yang pengeluaran lambat (turn over slow) diberi

tanda warna hitam, sedangkan obat yang akan daluarsa pada tahun yang berjalan diberi warna merah atau disimpan dalam lemari tersendiri. d. Obat golongan psikotropika dan narkotika disimpan dalam lemari tersendiri yang terkunci.

48

7. Produksi barang farmasia. Ruangan produksi dan atau pengemasan kembali harus bersih dan

seaseptis mungkin sesuai dengan standar kefarmasian.b. Pada ruang produksi/pengemasan kembali, harus tersedia baju

khusus petugas produksi/pengemasan kembali.c. Produksi/pengemasan kembali obat/ bahan baku dilakukan sesuai

standar kefarmasian. 8. Distribusi dan penyerahan obat a. Distribusi dan penyerahan obat untuk pasien rawat jalan dan rawat inap harus cepat, tepat dan aman.b. Distribusi dan penyerahan obat untuk pasien rawat inap dan pasien

rawat jalan menggunakan resep yang warnanya dibedakan, kecuali IGD dan kamar bedah menggunakan sistem total floor stock. c. Distribusi bahan kimia berbahaya dilaksanakan dan dalam tanggung jawab petugas farmasi.d. Distribusi barang farmasi menggunakan sistem First In First Out

(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). 9. Pelayanan farmasi. a. Pelayanan farmasi harus dilakukan di instalasi farmasi, tidak diperkenankan pada unit kerja lainnya (Sistem Satu Pintu).b. Depo Farmasi melayani selama 24 jam, tugas shift tergantung

kebutuhan.

49

c. Depo Farmasi berfokus melayani resep rawat inap dan resep rawat

jalan. d. Penulisan resep dokter diluar formularium rumah sakit, dapat diganti oleh petugas farmasi dengan obat yang isi dan khasiatnya sama tanpa pemberitahuan kepada dokter penulis resep.e. Pelayanan resep obat psikotropika/narkotika dikerjakan oleh

Asisten Apoteker yang telah mempunyai Surat Izin kerja (SIK) dalam koordinasi Penanggung Jawab Depo Farmasi. f. Pelayanan bagi pasien tidak mampu disediakan obat generik. g. Pelayanan bagi pegawai dan keluarga pegawai, rumah sakit menyediakan obat sesuai Buku Daftar Standar Obat Pegawai (DSOP). 10. Potongan harga bagi pasien dan pegawai RS. a. Bagi pasien yang membeli obat secara tunai akan diberikan potongan 10% untuk harga satuan dibawah Rp.100.000.- dan potongan 5% untuk harga satuan diatas Rp. 100.000.b. Bagi pasien tidak mampu atau keluarga pegawai setelah mendapat persetujuan Kepala Instalasi Farmasi, dapat memperoleh potongan 20% untuk harga satuan dibawah Rp. 100.000.- dan potongan 10% untuk harga satuan diatas Rp. 100.000.11. Pengarsipan.a. Data pasien melalui resep yang berisi nama pasien, nama dan

jumlah obat/alkes, aturan pakai, harus dicatat setiap hari dan dapat dipergunakan untuk mengoperasikan kembali kepada pasien sekaligus

50

sebagai bahan laporan ke Bidang Administrasi dan Keuangan dan Direksi. b. Pengarsipan resep setiap hari disusun menurut tanggal, nomor resep, bulan dan tahun, disimpan dalam ruang arsip resep sesuai ketentuan Pemerintah. c. Khusus resep narkotika dan psikotropika diarsipkan dalam kelompok tersendiri. 12. Penanganan obat sitostatika.a. Penanganan obat sitostatika dilakukan didalam ruang aseptic

dispensing.b. Ruang aseptik dispensing diperlengkapi dengan laminar air

flow/biological safety cabinet. c. Petugas farmasi yang menangani obat sitostatika harus mendapat pelatihan khusus dan mempunyai pengetahuan tentang obat sitostatika.13. Penanganan obat/bahan kimia berbahaya. a. Penanganan obat/bahan kimia berbahaya oleh petugas farmasi

dilakukan di lemari asam. b. Sirkulasi udara lemari asam tidak mencemari ruang kerja lainnya. 14. Pegawai farmasi harus mengetahui penanggulangan apabila terjadi kontak dengan bahan kimia berbahaya dan penanganan limbah sitostatika. 15. Informasi dan edukasi.a. Obat kosong dan obat yang ditarik dari peredaran atau obat yang

tidak beredar, di informasikan melalui surat edaran.

51

b. Pusat Informasi Obat (PIO) Instalasi Farmasi dapat memberikan informasi bagi staf medik, tenaga kesehatan lainnya melalui brosur atau surat edaran. c. Sedangkan edukasi bagi staf medik melalui PPSDM bekerja sama dengan Pabrik obat.d. Pelayanan farmasi klinik melingkupi: melakukan konseling obat

untuk pasien dan perawat pada jam-jam tertentu, monitoring efek samping obat dan pemantauan penggunaan obat untuk pasien rawat inap, Pencampuran obat secara aseptis, atau Penanganan obat sitostatika. 16. Pemusnahan resep harus dilakukan dengan cara dibakar atau dihancurkan setelah 3 (tiga) tahun dan dibuat berita acara dan disaksikan oleh 1 (satu) orang Apoteker dan 2 (dua) orang asisten apoteker.17. Perbekalan farmasi termasuk obat/bahan kimia berbahaya yang telah

kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan dan dibuatkan berita acara. Pemusnahan dilakukan sekali setahun setelah stock opname yang disaksikan oleh Apoteker dan dua orang Asisten Apoteker setelah mendapat persetujuan dereksi.18. Pelayanan farmasi yang bermutu harus mengacu pada indikator mutu

pelayanan farmasi yaitu stock bulanan, terjadi peningkatan resep dan lembar resep tiap bulan serta meningkatnya prosentase pelayanan unit rawat jalan dan Gugus Kendali Mutu Farmasi.

52

19. Semua pegawai farmasi harus bertanggung jawab terhadap mutu pelayanan farmasi. 20. Pengevaluasian pelayanan farmasi paling lambat 6 bulan satu kali dalam setahun. 21. Apoteker termasuk Kepala Instalasi Farmasi wajib :a.

Bersama Penanggung Jawab Farmasi Klinik/Mutu, asisten apoteker, memberikan informasi yang benar dan menyeluruh tentang obat kepada pasien dalam ruang konseling.

b.

Memantau kejadian efek samping yang diakibatkan penggunaan obat.

c.

Memantau kinerja seluruh pegawai instalasi farmasi.

22. Orientasi pegawai baru, dilaksanakan selama satu bulan.23. Stock Opname diadakan 2 (dua) kali dalam setahun. 24. Semua pegawai wajib kerja lembur bila keadaan membutuhkan/darurat.

25. Pola ketenagaan farmasi sesuai dengan persetujuan pimpinan rumah sakit.26. Panitia Farmasi dan Terapi/Sub Komite Farmasi dan Terapi menetapkan

sekretaris harus Apoteker. 27. Buku Formularium Rumah Sakit direvisi minimal 3 (tiga) tahun sekali. 28. Pertemuan rutin Ka Instalasi dengan Pimpinan Rumah Sakit dalam rapat Direktorat Penunjang Medik minimal setiap dua minggu, sedangkan rapat dengan Penanggung jawab minimal setiap dua minggu, dan rapat dengan seluruh pegawai farmasi setiap tiga bulan sekali, sedangkan rapat dengan unit lainnya tergantung kebutuhan.

53

E. Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi RS PGI Cikini 1. lainnya 2. Membuat rencana kebutuhan material (obat dan perbekalan kesehatan) dan mengawasi pemakaiannya3.

Menyusun rencana anggaran obat dan perbekalan kesehatan

Mengatur kelancaran pengadaan, pembuatan, penyimpanan dan distribusi serta administrasi obat dan perbekalan kesehatan lainnya.

4.

Memberi informasi tentang obat kepada tenaga medis, paramedis dan penderita.

5.

Mengatur tata ruang yang sesuai dengan fungi farmasi, mengawasi dan memelihara ruangan serta perbekalan farmasi.

6. 7.

Membuat laporan tahunan dan laporan berkala lainnya. Melaksanakan penelitian dan kegiatan ilmiah sesuai dengan program kerja.

8.

Berpartisipasi dalam pembinaan dan membimbing tenaga medis/paramedis sesuai dengan program rumah sakit

F. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RS PGI Cikini Instalasi adalah sarana penunjang kegiatan Unit Pelaksana Fungsional yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada direktur. Besar kecilnya suatu instalasi ditentukan berdasarkan beban kerja.

54

Kedudukan Instalasi Farmasi RS PGI Cikini dalam struktur organsiasi berada di bawah Direktur Penunjang Medik. Instalasi Farmasi RS PGI Cikini terbagi dalam 2 baigan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Apoteker, yaitu depo farmasi dan bagian sarana penunjang medik.

1. Depo Farmasi Kedudukan Depo farmasi dalam struktur organisasi RS PGI Cikini berada di bawah tanggung jawab Instalasi Farmasi yang meliputi penanggung jawab Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap yang bertugas pagi dan malam. Depo farmasi bertanggung jawab atas penyediaan perbekalan farmasi untuk kebutuhan rutin maupun non rutin, melaksanakan produksi obat dalam dan obat luar non parenteral serta mendistribusikan perbekalan farmasi tersebut kepada pasien rawat inap, pasien rawat jalan dan poli pegawai. 2. Pembelian Pembelian di Instalasi Farmasi RS PGI Cikini meliputi barang-barang farmasi seperti obat-obatan, bahan kimia, alat kesehatan dan gas medis (yang ukurannya kecil). Tugas penanggung jawab pembelian meliputi: a. Membuat surat pesanan rangkap 3, masing-masing untuk PBF, arsip farmasi bagian pembukuan dan arsip administrasi farmasi.

55

b. Menerima dan memeriksa barang farmasi yang berasal dari distributor berdasarkan surat pemesanan kemudian dimasukkan ke gudang. Siklus logistik RS PGI Cikini dimulai dari perencanaan pengadaan barang farmasi yang dilaksanakan setiap awal tahun dengan berdasarkan: a. Data rata-rata pemakaian pada tahun lalu b. Data permintaan baru atau penambahan dari masing-masing unit. c. Perkiraan pola penyakit yang akan datangd. Stock gudang pada saat perencanaan

Penyusunan anggaran diajukan kepada penanggung jawab gudang dan produksi untuk diteliti dan selanjutnya masuk proses pengadaan. Pembelian barang farmasi berdasarkan stock dan pengeluaran barang. Prosedur pembelian barang farmasi harus sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh rumah sakit, prosedur tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: a. Prosedur rutin 1) 2)3)

Prosedur pengadaan obat Prosedur pengadaan bahan kimia Prosedur alat kesehatan sekali pakai (disposable)

b. Prosedur tidak rutin 1) 2) Prosedur pengadaan alat kesehatan investasi Prosedur pengadaan gas medis

56

Prosedur pembelian obat, bahan kimia, alat kesehatan, alat kedokteran rutin dimulai dari penanggung jawab gudang dan produksi dengan membuat surat susunan barang, lalu diinformasikan ke penangggung jawab pembelian tentang stock barang yang harus disediakan. Penanggung jawab pembelian segera membuat surat pesanan dan surat permintaan pembelian yang kemudian dilaporkan kepada kepala farmasi untuk kemudian disetujui dan dilakukan proses pembelian. Prosedur pembelian bahan kimia, alat kesehatan dan alat kedokteran dalam jumlah banyak seperti spuit, film rontgen, reagen untuk cuci darah maka proses pembeliannya berdasarkan kontrak dengan distributor. Prosedur pembelian alat kesehatan tidak rutin dimulai dari

penganggung jawab gudang dan produksi dalam membuat bon permintaan barang apabila alat kesehatan sudah habis. Bon permintaan barang diinformasikan kepada penanggung jawab pembelian tentang alat kesehatan yang harus disediakan. Kemudian diajukan kepada direksi penunjang medik untuk disetujui atau tidak. Setelah disetujui, penanggung jawab pembelian membuat Tanda Terima Barang Invertaris (TTBI) dan berdasarkan TTBI masing-masing barang dikirim ke unit yang membutuhkan. Penerimaan obat, bahan kimia, alat kesehatan dan alat kedokteran disertai 3 lembar salinan faktur, yang masing-masing diberikan kepada penanggung jawab gudang dan produksi untuk diperiksa kembali dan dicatat pada kartu pada stock barang, penanggung jawab administrasi

57

farmasi untuk membuat laporan harian hutang dan bagian pembukuan untuk digunakan sebagai dasar pembayaran. 3. Gudang dan Produksi a. Gudang Gudang merupakan tempat penyimpanan perbekalan farmasi yang dikelola oleh instalasi farmasi rumah sakit. Penyimpanan perbekalan farmasi dikelompokkan berdasarkan dan obat, alat kimia kesehatan/alat cair lainnya.

kedokteran/alat

keperawatan

bahan

Penyimpanan perbekalan farmasi diletakkan berdasarkan: 1) Jenis

Berdasarkan jenisnya dipisahkan menjadi: a) b) Alat kesehatan Obat-obatan, yang dipisahkan lagi berdasarkan

bentuk sediaan tablet, kapsul, ampul dengan vial dan sirup, semuanya disusun berdasarkan alfabetis c) 2) Bahan kimia Kestabilan

Perbekalan farmasi yang kurang stabil pada suhu ruang, seperti serum dan vaksin, disimpan dalam lemari pendingin yang suhunya diukur secara rutin. b. Produksi

58

Kriteria obat yang dapat diproduksi oleh bagian produksi adalah obat yang relatif lebih murah dibandingkan bila dibeli dipasaran serta obat dengan formula khusus yang tidak dapat dipasarkan. Obat-obatan yang diproduksi oleh Instalasi Farmasi RS PGI Cikini hanya obat non parenteral yang terdiri dari 3 bentuk sediaan, yaitu: 1) Sediaan padat Sediaan padat terdiri dari kapsul kalsium asetat, kapsul natrium klorida, kapsul natrium bikarbonat, puyer amoksisillin, puyer batuk I-VIII, puyer panas I-VIII, puyer diare I-III dan bedak salisil. 2) Sediaan setengah padat Sediaan setengah padat terdiri dari salep zink, salep 2-4, salep ichtyol dan salep levertran. 3) Sediaan cair Sediaan cair obat dalam terdiri dari obat batuk hitam OBH. Sediaan cair luar terdiri dari Alcohol 70%, Rivanol 1%, Boorwater dan lotio kumerfeldi 4. Administrasi Farmasi Tugas dari penanggung jawab administrasi farmasi di RS PGI Cikini antara lain:a. Memasukkan data secara rutin harga netto obat

b. Membuat laporan penjualan dan pengeluaran obat c. Membuat laporan harian hutang dari PBFd. Mengarsipkan faktur, surta pemesanan, data retur.

59

e. Mengarsipkan

data-data

karyawan

(cuti

sakit,

mendapat

penghargaan) f. Menjadwalkan rapat 5. Mutu dan Farmasi Klinik Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan

kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui pelayanan farmasi rumah sakit yang baik.

Tugas dari penanggung jawab farmasi klinis: a. Mengaktifkan Gugus Kendali Mutu (GKM) antara lain dalam: Program peningkatan mutu pelayanan dapat dilaksanakan misalnya melalui Gugus Kendali Mutu (GKM) antara lain dalam:1) Perubahan sistem distribusi untuk pasien rawat inap dari

system floor stock menjadi sistem dosis unit 2) Penambahan lingkup pelayanan farmasi, misalnya

memberikan pelayanan konseling3) Pelaksanaan survey pelayanan farmasi untuk meningkatkan

kecepatan pelayanan. b. Melengkapi data Tersedianya data untuk digunakan sebagai dasar melakukan analisa dan evaluasi terhadap mutu pelayanan. Data baru memuat minimal:

60

1)

Jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang tersedia dan

digunakan 2) Jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang direncanakan

dan diadakan di luar prosedur rutin 3)4)

Jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang diterima Jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang

rusak/kadaluarsa, hilang5)

Kesalahan

dalam

penyerahan/pemberian

perbekalan

farmasi 6) 7) 8) Jumlah dan jenis informasi dan edukasi yang diberikan Jumlah pasien yang dilayani dan macam obat Jenis dan jumlah sediaan obat yang diproduksi

Data pelayanan farmasi klinik yang dijalankan, antara lain: 1) Jumlah pasien dan indikasi konseling 2) Efek samping obat dan interaksi obat 3) Hasil analisa efektifitas biaya 4) Jumlah dan analisa pemeriksaan kadar obat dalam darah 5) Jumlah dan pelaksanaan pencampuran obat suntik secara aseptis 6) Jumlah penanganan obat sitostatika 7) Jumlah penyiapan total parenteral nutrisi 8) Macam penyakit dan pengobatannya 9) Penggunaan obat tertentu

61

6. Pemeliharaan Sarana Medik Tugas penanggung jawab sarana medik: a. Memelihara alat-alat medik agar alat dapat beroperasi

dengan baik b. Memperbaiki dan mengkalibrasi alat-alat medik secara

periodik agar siap pakai Bila sarana medik tidak mampu memperbaiki alat-alat tersebut, maka alat-alat tersebut dikirimkan kepada rekanan dari luar rumah sakit. Tenaga kerja yang digunakan terdiri dari 3 orang dengan latar belakang pendidikan sarjana elektro, lulusan Akademi Teknik Elektromagnetik (ATEM) dan lulusan STM Listrik.

G. Indikator Instalasi Farmasi RS PGI Cikini Instalasi Farmasi rumah sakit dievaluasi melalui beberapa indikator diantaranya:1)

Month Stock (MS), perbandingan nilai stock rata-rata terhadap nilai

pemakaian rata-rata tiap bulan. Semakin kecil nilainya maka semakin efisien persediaannya2)

Turn Over, perbandingan antara nilai pemakaian tiap satu periode

terhadap nilai stock rata-rata.Semakin besar nilainya maka semakin efisien persediannya

62

3)

Tingkat pelayanan, semakin tinggi persentase jumlah item yang

dilayani maka semakin tinggi kualitas pelayanan (jumlah item yang dilayani dibandingkan dengan jumlah item yang tersedia)4)

Selisih stock fisik dengan stock administrasi tidak boleh berbeda Jenis dan nilai barang rusak dan kadaluarsa Jenis dan nilai barang yang tidak bergerak Tingkat Pelayanan Unit Rawat Jalan, merupakan perbandingan

5) 6)7)

jumlah lembar resep yang dimasukan depo URJ terhadap jumlah pasien URJ dalam persentase8)

Tingkat pelayanan baik bila persentase 70-90% Gugus Kendali Mutu (GKM) farmasi berjalan secara kontinyu Pemanfaatan peningkatan jumlah resep setiap bulan Terjadinya peningkatan jumlah resep dan lembar resep setiap bulan

9) 10) 11)

H. Cikini 1.

Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit PGI

Struktur Organisasi

Panitia Farmasi dan Terapi Rumah Sakit PGI Cikini merupakan salah satu kelompok kerja fungsional yang ada di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Cikini yang dibentuk berdasarkan surat keputusan pengurus Yayasan Kesehatan PGI Cikini No. 21/SK/DK/V/2006 tentang susunan organisasi dan personalia-personalia Panitia Farmasi dan Terapi Komite Medik RS PGI Cikini masa kerja 2005-2010. Memiliki susunan kepanitiaan yang

63

terdiri dari ketua dan wakil ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Ketua dijabat oleh seorang dokter, dan Apoteker sebagai sekretaris. 2. Tugas dan Tanggung Jawab PFT Tugas dan tanggung jawab PFT adalah : a. b. c. Merumuskan kebijakan dan penggunaan obatdi RS PGI Cikini Menyusun dan merevisi formularium RS setiap 1-2 tahun sekali Memberikan masukan kepada IFRS PGI Cikini ynag berkaitan

dengan pengembangan dan penggunaan obat-obatan di RS d. Mengumpulkan dan meninjau efek samping obat 3. Tujuan PFT a. Sebagai penasehat

Yaitu memberikan nasehat, usulan penggunaan atau membantu dalam merumuskan kebijakan untuk evaluasi, pemulihan dan pemakaian obat-obatan di RS

b.

Dalam bidang pendidikan

Yaitu membantu dan merumuskan program untuk staf profesional akan pendidikan dan perkembangan yang berkaitan dengan obat-obatan.I.

Central Sterile Suppy Departement RS PGI Cikini a. Struktur Organisasi CSSD dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Direksi Rumah Sakit PGI Cikini No.37/SK/DK/X/99 tentang CSSD dan memiliki susunan kepanitiaan yang terdiri dari pengarah, ketua, wakil ketua, sekretaris,

64

bendahara dan anggota. CSSD di Rumah Sakit PGI Cikini mulai berdiri tanggal 1 Mei 2001. b. Tujuan Pelayanan CSSD 1) Menyediakan kebutuhan rumah sakit, sediaan atau peralatan kamar operasi dan unit yang membutuhkan peralatan steril 2) Menyelengarakan proses dekontaminasi dan sterilisasi peralatan di rumah sakit dan menjamin bahwa seluruh alat atau barang dengan tingkat sterilisasi yang sama sesuai standar yang telah ditetapkan 3) Menyelenggarakan standarisasi dalam proses dekontaminasi, pengemasan atau pengepakan sampai dengan sterilisasi 4) Memelihara dan melakukan inventarisasi persediaan peralatan yang ada serta peralatan di unit kerja CSSD secara akurat 5) Memelihara efektivitas secara akurat terhadap berbagai proses pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi 6) Memberikan kontribusi dalam mengembangkan pelayanan mutu di rumah sakit yang terkait dengan pengendalian infeksi c. 1) Ruang Lingkup Kegiatan CSSD Merencanakan kebutuhan peralatan yang digunakan

oleh kamar bedah atau unit lain yang memerlukan sterilisasi 2) Menyiapkan peralatan dan barang steril untuk

kebutuhan kamar bedah dan unit lain yang memerlukan peralatan steril

65

3)

Bekerjasama dengan unit lain (ICU, IGD, Ruang

Inap, Poli Bedah) dalam pendistribusian dan pengawasan penggunaan peralatan d. Alur Proses Sterilisasi Ruangan Pusat Sterilisasi dibagi atas 5 ruangan yaitu: 1) Ruangan Dekontaminasi Pada ruangan ini terjadi proses penerimaan barang atau alat-alat kotor, dekontaminasi atau pembersihan. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemaran mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut. 2) Ruang Pengemasan Alat Pada ruangan ini dilakukan pengemasan alat dan dilakukan pengecekan alat untuk lebih mengetahui kelengkapan serta kondisi alat tersebut. 3) Ruang Proses Linen Pada ruangan ini dilakukan pemeriksaan linen, yang dikemas untuk persiapan sterilisasi. 4) Ruang sterilisasi Pada ruangan ini dilakukan proses sterilisasi alat atau bahan dengan menggunakan autoklaf, oven dan sinar UV. 5) Ruang penyimpanan Sterilisasi

66

Pada ruangan ini disimpan semua alat atau bahan yang telah melalui proses sterilisasi untuk kemudian siap didistribusikan ke ruangan yang memerlukan.J.

Pengolahan Limbah RS. PGI Cikini

Limbah Rumah Sakit Cikini terdiri dari : a. Limbah Padat Pengolahan limbah padat Rumah Sakit PGI Cikini bekerja sama dengan RSPAD Gatot Subroto. Limbah padat di Rumah Sakit PGI Cikini dapat digolongkan menjadi: 1) Medis

Limbah medis yang berasal dari tiap unit dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning, kemudian diserahkan ke koordinator kebersihan. Limbah tersebut dikumpulkan dan dibawa oleh petugas khusus Rumah Sakit PGI Cikini untuk dimusnahkan dengan incinerator di bagian Pengolahan Limbah Padat RSPAD Gatot Subroto. 2) Non-Medis

Limbah non medis yang berasal dari dapur, bagian sarana dan kebersihan rumah tangga diolah dengan cara dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam, kemudian dibuang ke TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Petugas dari dinas kebersihan Jakarta Pusat akan membuang ke TPA (Tempat Penampungan Akhir) di Bantar Gebang, Bekasi.

67

b. Limbah cair Limbah cair rumah Sakit PGI Cikini berasal dari berbagai sumber yaitu : kamar bedah, laboratorium pencucian, dapur, perawatan medis alur A, meliputi blok E, D, C, B, A dan emergency serta perawatan medis alur B meliputi Blok F, G, H, I, K, L dan M. Limbah cair rumah sakit PGI Cikini digolongkan menjadi 2 yaitu : Limbah cair bahan-bahan berbahaya (B3). Limbah ini diolah dengan cara membuangnya kedalam septic tank khusus untuk bahan berbahaya, jika septic tank ini hampir penuh maka Dinas Kebersihan akan mengambilnya untuk kemudian membuangnya ke Penampungan IPAL khusus bahan berbahaya. Limbah Linen/laundry serta Rumah Tangga Limbah ini dibuang ke IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) Rumah Sakit PGI Cikini. Pengolahan limbah cair ini dilakukan secara terpadu meliputi fisika, biologi dan kimia. Unit pengolahan limbah cair rumah sakit PGI Cikini berkapasitas 340m3 perhari. Sebelum dialirkan ke unit pengolahan limbah cair, maka limbah cair harus melalui pre treatment terlebih dahulu agar limbah cair yang sudah diolah tidak mengandung bahan-bahan yang mengganggu proses pertumbuhan bakteri pendegradasi limbah seperti lemak dan bahan kimia yang berasal dari laboratorium. Pengoperasian Unit Limbah Cair RS PGI Cikini meliputi : 1) Greet Chamber

68

a) Mengendapkan padatan dari limbah cair mentah (influent)

b) Perbedaan berat jenis menyebabkan limbah cair dan sampah yang terbawa saja yang mengalir ke saringan kasar c) Secara periodik perlu dilakukan pengurasan dan dibuang ke pembuangan sampah2) Saringan (screen) kasar dan halus

a)

Menyaring sampah yang terbawa (daun, plastik) oleh

saringan kasar dan mempunyai kemampuan menyaring sampah dengan ukuran >15 mm dan saringan halus memiliki kemampuan menyaring sampah dengan ukuran >8 mm b) Tiap hari dilakukan pengambilan sampah dan kemudian

dibuang ke pembuangan sampah3) Comminutor (penggiling/penghancur)

a)

Menghancurkan bahan-bahan organik kasar yang berukuran

1-6 mm secara mekanikb)

Dalam keadaan off, lubang bak penghancur mampu dilewati

aliran limbah cair 340m3 perhari c) Motor penggerak berada 200 cm dari penghancur sehingga

terhindar dari rendaman air saat banjird)

Motor penggerak dilengkapi dengan exhaust fan dan

penutup agar tidak terkena air hujan 4) Netralisasi

69

a)

Keasaman (pH) limbah cair harus dijaga tetap pada kondisi

netral (pH =7), karena limbah dari influent bervariasi antara asam (pH7) b) Larutan kimia untuk menetralisasi yaitu asam sulfat dan

natrium hidroksidac)

Kedua dosis larutan kimia tersebut didosiskan dengan

dozing pump dan dijaga homogenitasnya dengan pengadukan agitator mixer di tangki kimia yang terbuat dari polyethylene yang tahan terhadap zat kimiad)

Automatisasi penetralan pH diatur oleh instrumen pH

controller dan sensornya. Alat ini dapat menara pH yang ada pada limbah cair sekaligus mengontrol kerja dari kedua dozing pump (asam dan alkali). Apabila pH terbaca 7, maka dozing pump akan mendosiskan larutan asam sulfat hingga pH 7 tercapai e) pH sensor yang tercelup pada limbah cair di bak netralisasi

dibersihkan dan dikalibrasi setiap bulan.

5) Ekualisasi Bak ekualisasi akan menghomogenkan limbah cair yang sudah mengalami netralisasi dan sekaligus menjaga kestabilan pada jam-jam

70

sibuk. Ke empat ruangan bak ekualisasi harus dibersihkan tiap minggu dari endapan kotoran yang terbentuk secara manual dan selanjutnya dibuang ke pembuangan sampah atau dibakar dengan insenerator.6) Submersible pump (pompa celup)

Limbah cair yang sudah dihomogenkan dan dengan pH netral ditransfer ke tangki pembagi secara kontinyu dan otomatis. Pompa proses yang akan digunakan adalah submersible pump, yang dilengkapi dengan Water Level Controller (WLC) dan check valve.7) Splitter tank (tangki pembagi)

Limbah cair dibagi secara merata oleh tangki pembagi yang dilengkapi dengan katup manual. Secara periodik setiap minggu dilakukan pengecekan sedimen yang terbentuk dan langsung dilakukan pembuangan lewat valve drain (katup pembuangan) dan akan kembali ke ekualisasi.8) Reaktor anaerobik (Upflow Anaerobik Sludge Blanket /UASB)

Limbah cair dari tangki pembagi akan mengalami proses biologi secara anaerob, beban polutan akan didegradasi selama 4-6 jam. Bakteri anaerob akan tumbuh dan berkembang dalam media bakteri yang ada pada tangki reaktor. Gas metan dan volatile (cairan yang mudah menguap) lainnya akan dibuang ke udara melalui pipa gas. Lumpur bakteri akan dikeluarkan tiap 30-35 hari sekali dengan membuka valve 6 yang berada di bawah untuk dialirkan ke peniris lumpur. Ketiga reaktor dipasang paralel.

71

9) Reaktor Aerobik (Aeration Upward Biofiltration/AUB)

Limbah cair dari reaktor anaerobik akan mengalami proses biologi secara aerob di reaktor aerobik. Bebas polutan akan mengalami degradasi selama 6 jam. Aerasi yang diberikan berasal dari blower yang berada di ruang kontrol yang kemudian didistribusikan secara merata dalam bentuk gelembung udara yang halus secara difusi. Sebelum keluar dari reaktor aerobik, limbah cair yang sudah teraerasi ini akan melewati filter media yang berfungsi menurunkan suspended solid dan kekeruhan. Lumpur bakteri dikeluarkan tiap bulan dengan membuka valve 6 yang berada di bawah untuk dialirkan ke peniris lumpur. 10) Klorinasi Limbah cair yang sudah melewati proses anaerob dan aerob mengalir ke bak klorinasi untuk didesinfektasi dengan klorin, agar efluent (limbah cair yang telah diolah) yang akan dibuang ke sungai Ciliwung sudah tidak mengandung bakteri pendegradasi limbah maupun bakteri patogen yang mungkin tersisa. Larutan yang digunakan dapat berupa NaOCl atau Ca(OH)2 (kaporit) 10%. Larutan klorin didosiskan 5 ppm dengan alat dozing pump yang dikontrol oleh pH controller agar residu klorin pada efluent stabil. 11) Kolam Ikan Sebagian dari limbah cair yang masuk ke bak klorinasi dimasukkan ke dalam kolam ikan untuk menguji beban polutan yang tersisa setelah

72

pengolahan limbah. Bila masih ada beban polutan yang tersisa akan mengakibatkan kematian pada ikan. Ikan yang digunakan untuk pengujian ini adalah ikan yang memiliki kepekaan tinggi terhadap perubahan lingkungan akibat polutan, yaitu ikan mas. 12) Ruang Kontrol Peralatan elektrikal yang ada di UPL dikendalikan dalam ruang kontrol panel, seluruh kontrol panel dilengkapi dengan lampu indikator dan push button. Blower yang digunakan berada dalam ruang kontrol yang dilengkapi dengan peredam suara, fresh air ventillation dan exhaust air ventillation. 13) Peniris Lumpur Lumpur bakteri yang telah mati akan berada di bawah dengan membuka valve 6, maka lumpur dialirkan ke bak peniris lumpur. Setelah tiris, maka cake siap dibakar atau digunakan sebagai pupuk untuk memperbaiki struktur tanah. Keuntungan pengolahan Limbah secara terpadu yaitu : 1) 2) 3) 4) Tidak menimbulkan beban polutan secara optimal Tidak menimbulkan bau Biaya operasional dan pemeliharaan alat relatif murah Lumpur yang dihasilkan relatif kecil