bab isi kpd, ok

Upload: esti-wijayanti-nugroho

Post on 30-Oct-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan suatu masalah yang harus mendapatkan penanganan yang sesuai dengan prosedur agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan.Dilema sering terjadi pada pengelolaan Ketuban Pecah Dini (KPD) dimana harus segera bersikap aktif terutama pada kehamilan yang cukup bulan, atau harus menunggu terjadinya proses persalinan, sehingga masa tunggu akan memanjang berikutnya akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Pada proses persalinan membutuhkan asuhan yang optimal dan dukungan dari semua pihak khususnya keluarga dan penolong yang terampil agar proses persalinan berjalan dengan lancar, bayi dan ibu sehat sehingga dapat menurunkan adanya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Untuk itu penyusun membuat makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini.

1.2 Rumusan MasalahBagaimanakah asuhan keperawatan pada ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD)?

1.3 Tujuan1. Tujuan UmumMampu melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) meliputi biopsikososial spiritual.

2. Tujuan Khususa. Dapat mengidentifikasi pengkajian terhadap ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan terhadap ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).c. Dapat menetapkan intervensi terhadap ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).d. Melaksanakan implementasi terhadap ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).e. Melaksanakan evaluasi terhadap ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).f. Mendokumentasikan hasil implementasi terhadap ibu hamil yang mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD).

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Definisi1. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan dan di tunggu satu jam sebelum terjadi inpartu (Manuaba, 2008).2. Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keluarnya cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan (Feryanto, achmad dan fadlun.2011).3. Ketuban Pecah Dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini dapat terjadi pada kehamilan aterm dan preterm. Ketuban Pecah Dini Aterm adalah Ketuban Pecah Dini terjadi pada kehamilan lebih dari 37 minggu. Ketuban Pecah Dini Preterm adalah Ketuban Pecah Dini terjadi pada kehamilan kurang dari 37 minggu (Sukowati, Umi.,2010).4. Ketuban Pecah Dini di definisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. Ketuban Pecah Dini preterm adalah Ketuban Pecah Dini sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ketuban Pecah Dini yang memanjang adalah Ketuban pecah yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Nugroho, taufan.,2010).

( http://www.dokumen.org/browse/ketuban-pecah-dini-pdf).Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Ketuban Pecah Dini adalah kondisi yang berhubungan dengan pecah atau rupturnya membran amnion secara spontan sebelum adanya tanda persalinan aktif, yang muncul saat usia kehamilan preterm ataupun aterm. 2.2 Anatomi Fisiologi KetubanKantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis, halus, licin, dan berkilau yang berisi cairan ketuban dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion.

(www.google.co.id)

Cairan ketuban adalah cairan yang ada di dalam kantung amnion. Cairan ketuban ini terdiri dari 98 persen air dan sisanya padatan organik dan anorganik (1%-2%). Cairan ini dihasilkan oleh selaput ketuban dan dibentuk oleh sel-sel amnion, ditambah air kencing janin, serta cairan otak pada anensefalus. Pada ibu hamil, jumlah cairan ketuban ini beragam. Normalnya antara 1 liter sampai 1,5 liter. Namun bisa juga kurang dari jumlah tersebut atau lebih hingga mencapai 3-5 liter. Diperkirakan janin menelan lebih kurang 8-10 cc air ketuban atau 1 persen dari seluruh volume dalam tiap jam.Fungsi dari cairan ketuban, yaitu:1. Melindungi pertumbuhan dan perkembangan janin.2. Menjadi bantalan untuk melindungi janin terhadap trauma dari luar. 3. Menstabilkan perubahan suhu.4. Pertukaran cairan.5. Sarana yang memungkinkan untuk bayi bergerak bebas.6. Mengatur tekanan dalam rahim.7. Melindungi janin terhadap infeksi. Pengukuran Cairan AmnionMinggu GestasiJanin (g)Plasenta (g)Cairan Amnion (ml)Cairan (%)

16283640100100025003300100200400500200100090080050452417

(Cuningham et al.,2005)

2.3 EtiologiPenyebab pasti dari KPD ini belum jelas. Akan tetapi, ada beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya KPD ini, di antaranya adalah sebagai berikut :1. Fisiologi selaput amnion/ketuban yang abnormal. 2. Trauma : amniosintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual. 3. Peningkatan tekanan intrauteri, kehamilan kembar atau polihidromnion. 4. Infeksi vagina, serviks atau korioamnionitis, streptokokus, serta bakteri vagina. 5. Selaput amnion yang mempunyai struktur yang lemah atau selaput terlalu tipis. 6. Keadaan abnormal dari fetus seperti malpresentasi. 7. Kelainan pada serviks atau alat genetalia seperti ukuran serviks yang pendek (37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk meminimalisirkan infeksi intrauterin. 4. Tindakan konservatif (mempertahankan kehamilan) kolaborasi dengan dokter di antaranya dalam pemberian antibiotik dan cegah infeksi, pematangan paru, amnionfusion. Tindakan aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan) yaitu dengan secio cesaria ataupun partus pervaginam.5. Dalam penetapan langkah penatalaksanaan tindakan yang dilakukan apakah langkah konservatif (mempertahankan kehamilan) ataukah aktif (terminasi/mengakhiri kehamilan), sebaiknya perlu mempertimbangkan usia kehamilan, kondisi dan ibu janin, fasilitas perawatan intensif, kondisi, waktu, dan tempat perawatan, kondisi/status imunologi ibu, dan kemampuan finansial keluarga.

2.8 Pemeriksaan Diagnostik1. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi. 2. Golongan darah dan faktor Rh. 3. Rasio lesitin terhadap sfingomielin (rasio US) : menentukan maturitas janin. 4. Tes Ferning dan kertas nitrazine : memastikan pecah ketuban. 5. Ultrasonografi : menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung janin, dan lokasi plasenta. 6. Pelvimetri : identifikasi posisi janin.7. Amniocentesis : kelainan kromosom (termasuk translokasi, aneuploidi), gangguan autosomal, x-linked gangguan, penyakit metabolik, kegagalan enzime, penyakit hematopoietik, dan immunodeficiencies.

2.9 Asuhan Keperawatan1. Pengkajiana. Identitas1) Nama Ibu2) Umur3) Pekerjaan 4) Agama5) Alamat6) Nama Suamib. Riwayat penyakit. 1) Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa komplikasi. 2) Riwayat kesehatan dahulu :a) Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion. b) Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual. c) Kehamilan ganda, polihidramnion. d) Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus. e) Selaput amnion yang lemah atau tipis. f) Posisi fetus tidak normal. g) Kelainan pada otot serviks atau genital seperti pendeknya serviks. h) Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.3) Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang pernah hamil kembar atau turunan kembar. c. Keluhan utama : sejak kapan keluhan tersebut dirasakan.d. Riwayat haide. Riwayat perkawinanMenikah atau tidak, berapa kali menikah, berapa lama menikah.f. Riwayat kehamilan : Persalinan prematureg. Riwayat psikososialh. Riwayat hubungan seksual baru-baru iniPola Hubungan Seksualitas Pada Kehamilani. Anamnesa Keluargaj. Kebiasaan Sehari-hari.k. Pemeriksaan Fisik Umum Kesadaran Tanda-tanda vital meliputi tensi, nadi, suhu, respirasi. Berat badan sebelum hamil dan sesudah hamil1) Inspeksi (a) Muka Kelopak mata: cekung atau tidak Konjungtiva : anemis atau tidak Sklera : ikterik atau tidak(b) Mulut dan gigi : apakah ada stoma, mulut kering, warna mukosa gigi, karies pada gigi, lidah, graham gigi, dan gusi. (c) Leher : Pembendungan vena, pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar limfa. (d) Dada : Bentuk buah dada, pigmentasi puting dan areola, keadaan puting menonjol atau tidak. (e) Perut : Pembesaran, keadaan pusat, gerakan janin, kontraksi rahim, striae, linea, dan bekas luka. (f) Genitalia : adanya edema varices, luka keadaan perineum elastis atau tidak, apa ada benjolan, kemerahan, kebersihan.2) Palpasi (a) Besarnya rahim, dengan ini dapat menentukan tuanya kehamilan (TFU).(b) Menentukan letaknya anak dalam rahim (leopald I-IV), serta diraba apakah ada kelainan seperti tumor, cysta, pembesaran limfa, dll.(c) Kandung kemih penuh atau tidak.(d) Pembukaan serviks (0-4 cm).3) Auskultasi(a) Denyut Jantung Janin (b) Bising tali pusat(c) Gerakan Janin4) Vagina Taucher(a) Portio: masih tebal atau sudah mengalami penipisan(b) Pembukaan beberapa cm(c) Selaput ketuban masih ada atau tidak(d) Air ketuban (jumlah, warna, dan bau)(e) Lendir darah(f) Anus ada hemoroid apa tidak

2. Diagnosa Keperawatan a. Risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, dan ruptur membran amniotik.b. Kerusakan pada pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan adanya penyakit.c. Ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri sendiri/janin. d. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahime. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit.f. Gangguan kebutuhanistirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri , peningkatan HIS.g. Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik.

3. Intervensi Keperawatan a. Diagnosa : risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, atau ruptur membran amniotik.Tujuan : infeksi maternal tidak terjadi.Kriteria hasil : dalam waktu 3 x 24 jam ibu bebas dari tanda-tanda infeksi (tidak demam, cairan amnion jernih hampir tidak berwarna, dan tidak berbau).IntervensiRasional

Mandiri

1Lakukan pemeriksaan vagina awal, ulangi bila pola kontraksi atau perilaku ibu menandakan kemajuan.Pengulangan pemerikasaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran asenden.

2Gunakan teknik aseptik selama pemeriksaan vagina.Mencegah pertumbuhan bakteri dari kontaminasi pada vagina.

3Anjurkan perawatan perineum setelah eliminasi setiap 4 jam dan sesuai indikasi.Menurunkan risiko infeksi saluran asenden.

4Pantau dan gambarkan karakter cairan amniotik.Pada infeksi, cairan amnion menjadi lebih kental dan kuning oekat serta dapat terdeteksi adanya bau yang kuat.

5Pantau suhu, nadi, pernapasan, dan sel darah putih sesuai indikasi.Setelah 4 jam setelah membran ruptur, insiden korioamnionitis meningkat secara progresif sesuai dengan waktu yang ditunjukan melalui TTV

6Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik dengan benar.Mengurangi perkembangan mikroorganisme.

Kolaborasi

7

Berikan cairan oral dan parenteral sesuai indikasi. Berikan enema pembersih bula sesuai indikasi.Meski sering tidak boleh dilakukan, namun evaluasi usus dapat meningkatkan kemajuan persalinan dan menurunkan risiko infeksi.

8Berikan antibiotik profilaktik bila diindikasikan.Antibiotik dapat melindungi perkembangan korioamnionitis pada ibu berisiko.

9Dapatkan kultur darah bila gejala sepsis ada.Mendeteksi dan mengindentifikasi organisme penyebab terjadinya infeksi.

b. Diagnosa : gangguan kerusakan pertukaran gas pada janin yang berhubungan dengan proses penyakit.Tujuan : pertukaran gas pada janin kembali normal.Kriteria hasil : diharapkan dalam waktu 1 x 24 jam : Klien menunjukkan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal. Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksia selama persalinan.IntervensiRasional

Mandiri

1Pantau DJJ setiap 15-30 menitTakikardi atau brdikardi janin adalah indikasi dari kemungkinan penurunan yang mungkin perlu intervensi

2Periksa DJJ dengan segera bila terjadi pecah ketuban dan periksa 5 menit kemudian, observasi perineum ibu untuk mendeteksin prolaps tali pusat.Mendeteksi distres janin karena kolaps alveoli.

3Perhatikan dan catat warna serta jumlah cairan amnion dan waktu pecahnya ketuban.Pada presentasi verteks, hipoksia yang lama mengakibatkan cairan amnion berwarna seperti mekonium karena rangsangan vagal yang merelaksasikan sfingter anus janin.

4Catat perubahan DJJ selama kontraksi. Pantau aktivitas uterus secara manual atau elektronik. Bicara pada ibu/pasangan dan berikan informasi tentang situasi tersebut.Mendeteksi beratnya hioksia dan kemungkinan penyebab janin rentan terhadap potensi cedera selama persalinan karena menurunnya kadar oksigen.

Kolaborasi

5Siapkan untuk melahirkan dengan cara yang paling baik atau dengan intervensi bedah bila tidak terjadi perbaikan.Dengan penurunan viabilitas mungkin memerlukan kelahiran secsio caesaria untuk mrncegah cidera janin dan kematian karena hipoksia.

c. Diagnosa : Ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri sendiri/janin.Tujuan : mengurangi kecemasan.Kriteria hasil : diharapkan dalam waktu 1 x 24 jam: Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektif. Berpartisipasi aktif dalam proses melahirkan.

Pada panggul yang normal, pada waktu pembukaan lengkap, janin harus segera dilahirkan. Pada letak sungsang janin harus dilahirkan dengan ekstraksi kaki, pada letak lintang dilakukan versi ekstraksi. Sedangkan pada presentasi belakang kepala dilakukan dengan tekanan yang cukup pada fundus uteri ketika his. Agar kepala janin masuk dalam rongga panggul dan segera dapat dilahirkan, bila perlu tindakan ini dapat dibantu dengan melakukan ekstraksi cunam.Pada keadaan dimana janin sudah meninggal, tidak ada alasan untuk menyelesaikan persalinan dengan segera. Persalinan di awasi, sehingga berlangsung spontan dan tindakan hanya dilakukan jika diperlukan demi kepentingan ibu. Ibu ditidurkan dengan posisi Trendelenburg dengan harapan bahwa ketuban tidak pecah terlalu dini dan tali pusat masuk kembali kedalam cavum uterus. Selama menunggu, denyut jantung janin diawasi dengan seksama, sedangkan kemajuan persalinan hendaknya selalu dinilai dengan pemeriksaan dalam untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan selanjutnya.

d. Diagnosa : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahimTujuan : rasa nyeri berkurangKriteria hasil : klien tampak tenang dan nyaman.Intervensi Rasional

Monitor tanda tanda vital : TD, pernafasan, nadi dan suhu. ajrakan klien teknik relaksasi atur posisi klien. berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuesni pernafasan dan nadi. untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien. untuk memberikan kenyamanan pada klien. agar klien dapat beristirahat

e. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit. Tujuan : klien bertambah pengetahuan setelah diberikan informasi mengenai penyakitnya.Kriteria hasil : klien tidak resah lagi dengan peyakitnya. menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis.IntervensiRasional

tinjau proses penyakit dan harapan masa depan. dorong periode istirahat yang adekuat dengan aktifitas terjadwal. berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakitnya. jelaskan kepada klien apa yg terjadi, berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban yang terbuka dan jujur.

memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan. agar klien tidak merasa jenuh dan mempercepat proses penyembuhan. agar klien mengerti dengan bahaya nya infeksi dan penyakitnya. menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu klien atau orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi

f. Diagnosa : Gangguan kebutuhanistirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri , peningkatan HIS.Tujuan : kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi.Kriteria hasil : klien dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah. klien menunjukkan pola tidur yang adekuat.IntervensiRasional

lakukan pengkajian terhadap gangguan kebutuhan tidur. motivasi klien agar mengalihkan perhatian. monitor kebutuhan tidur. ciptakan suasana nyaman.

agar dapat memberikan gambaran sampai sejauh mana kebutuhan tidur terganggu. dengan mengalihkan perhatian, maka perhatian klien tidak hanya tertuju pada rasa nyeri sehingga membantu relaksasi pada klien sewaktu tidur. untuk mengetahui apakah kebutuhan tidur klien terpenuhi seperti biasa atau belum. suasana yang tenang dapat membantu relaksasi sehingga nyeri berkurang dan klien bisa tidur

g. Diagnosa : Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik.Tujuan : aktivitas kembali sesuai kemampuan pasien.Kriteria hasil : pasien bisa beraktivitas seperti biasa.IntervensiRasional

Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal mungkin. Beri posisi nyaman. Anjurkan menghemat energy hindari kegiatan yang melelahkan. Jelaskan pentingnya mobilisasi diri.

agar kebutuhan sehari hari klien dapat terpenuhi seperti biasanya. agar klien merasa nyaman dan tenang. kelelahan dapat menyebabkan lama nya proses penyembuhan klien,jadi dengan menghindari kegiatan yang melelahkan dapat membantu proses penyembuhan. proses penyembuhan

4. Implementasi keperawatana. Mengkaji risiko tinggi infeksi maternal yang berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, dan ruptur membran amniotik.b. Mengkaji kerusakan pada pertukaran gas pada janin yang berhunungan dengan adanya penyakit.c. Mengkaji ansietas yang berhubungan dengan situasi kritis, ancaman pada diri sendiri/janin. d. Mengkaji gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadinya ketegangan otot rahime. Mengkaji ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakitf. Mengkaji gangguan kebutuhanistirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri , peningkatan HIS.g. Mengkaji intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik.

5. Evaluasi keperawatana. infeksi maternal tidak terjadi.b. Klien menunjukkan DJJ dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal.c. Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksia selama persalinan.d. Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektif.e. Berpartisipasi aktif dalam proses melahirkan. f. klien tampak tenang dan nyaman.g. klien tidak resah lagi dengan peyakitnya.h. menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis.i. klien dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah.j. klien menunjukkan pola tidur yang adekuat.k. pasien bisa beraktivitas seperti biasa.

6. Dokumentasi keperawatana. Perawatan perineum dilakukan setiap 4 jam dan disesuaikan dengan adanya indikasi.b. Catat pemantaun pemeriksaan vagina dilakukan jika adanya kontraksi dan kemajuan lainnya.c. Pemeriksaan TTV dilakukan setiap 4 jam.d. Catat pemberian cairan oral dan parenteral.e. Pemantauan DJJ dilakukan 15-30 menit.f. Mengajarkan teknik relaksasi.g. Mengajarkan mobilisasi diri.

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanKetuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam, belum ada tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten).Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis, halus, licin, dan berkilau yang berisi cairan ketuban dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam. Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion.

3.2 SaranIbu hamil yang mengalami ketuban pecah dini agar istirahat total, tidak bersetubuh dan mencatat suhu rektal setiap 6 jam dan datang ke rumah sakit bila terdapat tanda-tanda amnionitis.

20