bab iv (auato).docx

29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum LPM Perspektif FISIP UB Mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya –dulunya PIS Universitas Brawijaya– menyadari benar pentingnya keberadaan pers mahasiswa sehingga pada tahun 2005 dengan semangat sumpah mahasiswa akhirnya mendirikan LPM Literasi. LPM ini hanya sempat mencicipi satu kali kepengurusan karena pada 19 Agustus 2008 atas mandat Kemahasiswaan dan Presiden BEM FIS Universitas Brawijaya, LPM Literasi resmi dilebur dengan Writing Club. Sejak saat itu, LPM Literasi bermetamorfosis menjadi LPM Perspektif yang lahir berbarengan dengan status baru FIS menjadi FISIP. Kepengurusan pertama LPM Perspektif dipimpin Umi Kholifah dengan struktur organisasi yang sangat sederhana karena keterbatasan SDM. Kemudian, LPM Perspektif menunjukkan eksistensinya, terutama di bawah kepemimpinan Failasuf Filanthropi. Mulai tahun 2009, LPM Perspektif menjadi Lembaga Semi Otonom (LSO) yang 58

Upload: wildud

Post on 27-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV (AUATO).docx

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum LPM Perspektif FISIP UB

Mahasiswa FISIP Universitas Brawijaya –dulunya PIS Universitas

Brawijaya– menyadari benar pentingnya keberadaan pers mahasiswa sehingga

pada tahun 2005 dengan semangat sumpah mahasiswa akhirnya mendirikan LPM

Literasi. LPM ini hanya sempat mencicipi satu kali kepengurusan karena pada 19

Agustus 2008 atas mandat Kemahasiswaan dan Presiden BEM FIS Universitas

Brawijaya, LPM Literasi resmi dilebur dengan Writing Club. Sejak saat itu, LPM

Literasi bermetamorfosis menjadi LPM Perspektif yang lahir berbarengan dengan

status baru FIS menjadi FISIP.

Kepengurusan pertama LPM Perspektif dipimpin Umi Kholifah dengan

struktur organisasi yang sangat sederhana karena keterbatasan SDM. Kemudian,

LPM Perspektif menunjukkan eksistensinya, terutama di bawah kepemimpinan

Failasuf Filanthropi. Mulai tahun 2009, LPM Perspektif menjadi Lembaga Semi

Otonom (LSO) yang memiliki banyak anggota dengan sederet aktivitas jurnalistik

dan organisasi. Kini pada tahun 2011 LPM Perspektif dibawah tampuk

kepemimpinan Dedhy Bharoto Trunoyudho memasuki era baru dimana tujuan

besar LPM Perspektif tidak hanya mempertahankan diri sebagai lembaga semi

otonom fakultas (LSO) yang disegani tapi juga LSO yang menjadi pioneer dalam

mengawal peran mahasiswa sebagai agent of change. Sekarang ini, yaitu pada

tahun 2012 LPM Perspektif dipimpin oleh Zahra Mahdatari.

58

Page 2: BAB IV (AUATO).docx

59

4.1.1 Visi dan Misi

Visi

Memfasilitasi, membina dan mengembangkan kreatifitas mahasiswa Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya dalam kegiatan sastra,

jurnalistik dan keorganisasian.

Misi

1. Media transformasi ide mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya dalam bentuk kegiatan jurnalistik, sastra dan

keorganisasian.

2. Media informasi di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Brawijaya.

3. Media pembinaan sastra, jurnalistik, keorganisasian, dan intelektualitas

mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya.

4. Media pemersatu mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Brawijaya.

4.1.2 Lambang dan Logo

Lambang

Gambar 1. Lambang LPM Perspektif FISIP UB

Sumber : Website Perspektif, www.lpmperspektif.com, diakses pada tanggal 25 September 2012 pukul 10.15 WIB

Page 3: BAB IV (AUATO).docx

60

Lambang Perspektif berupa sebuah mata abu abu, sebuah pena, dan buku

mempunyai makna sebagai berikut :

1. Bola mata abu-abu dengan dua garis yang belum menyatu memiliki makna

menjaga independensi dalam upaya memberikan wawasan kepada civitas

akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik melalui jurnalistik

2. Mata pena yang menghadap ke atas memiliki makna menjaga nilai-nilai kode

etik jurnalistik karena kode etik di atas segalanya.

3. Buku memiliki makna sebagai jendela informasi bagi civitas akademika

Universitas Brawijaya khususnya  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Makna jargon dan tagline menunjukkan sebagai individu atau mahasiswa

mempunyai ide-ide yang kritis.

5. Makna nama PERSPEKTIF menunjukkan sudut pandang bagi mahasiswa.

Lambang ini nantinya akan digunakan pada atribut-atribut formal

Perspektif, seperti surat, proposal, emblem di jas almamater, bendera, dan  buku

pedoman.

Logo

Gambar 2. Logo LPM Perspektif FISIP UB

Sumber : Website Perspektif, www.lpmperspektif.com, diakses pada tanggal 25 September 2012 pukul 10.15 WIB

Logo baru Perspektif menjadi tonggak awal Perspektif untuk menjadi

lembaga mandiri dan bersifat komersil. Bentuknya yang modern dan simple

Page 4: BAB IV (AUATO).docx

61

memenuhi kaidah dan aspek logo modern ini bertujuan agar masyarakat luas dapat

menerima Perspektif sebagai pers yang benar-benar kompeten dan professional.

Makna logo sebagai berikut :

1. Simbol “P”, terdiri dari 2 elemen yaitu huruf P dan gambar pena, merupakan

penggambaran sebuah mata.

2. Mata dan pena merupakan visi dari Perspektif yang selalu berupaya

memberikan wawasan kepada civitas akademika FISIP melalui jurnalistik.

3. Logotype PERSPEKTIF miring ke depan menunjukan bahwa Perspektif adalah

sebuah organisasi yang bersifat dinamis dan ingin selalu terus maju.

4. Warna biru mencerminkan sebuah kesatuan dan keharmonisan dalam

organisasi perspektif, sedangkan warna oranye menunjukan bahwa perspektif

merupakan bagian dari FISIP.

Logo ini nantinya akan diimplementasikan pada atribut komersil Perspektif,

seperti media koran dinding, situs web portal berita, pamflet, press realease,

pakaian dinas lapangan dan berbagai media komersil lainnya.

4.1.3 Divisi

LPM Perspektif memiliki struktur organisasi yang terkoordinir dengan baik.

Setiap pengurus bekerja sesuai dengan fungsi dan deskripsi masing-masing. LPM

Perspektif memiliki lima divisi, dan setiap divisi membawahi sub divisi lain.

Berikut ini susunan struktur organisasi LPM Perspektif FISIP UB beserta divisi-

divisi yang ada di dalamnya:

Page 5: BAB IV (AUATO).docx

62

Bagan 4. Divisi LPM Perspektif FISIP UB

Sumber : Website Perspektif, www.lpmperspektif.com, diakses pada tanggal 25 September 2012 pukul 10.15 WIB

Berikut ini adalah divisi-divisi yang ada dalam LPM Perspektif FISIP UB:

1. Redaksi. Divisi redaksi merupakan ujung tombak dalam Perspektif.

Produktifitas Perspektif diukur dari media yang terbit dalam setiap momennya,

oleh karena itu perlu diperhatikan bahwa setiap anggota Perspektif harus

berkontribusi aktif dalam mendukung divisi redaksi. Proses penilaian dan

insentif akan mengacu pada produktifitas anggota dalam redaksi. Redaksi

mempunyai tugas untuk dapat memproduksi media koran tempel dan situs web

portal berita. Sub divisi yang ada pada divisi ini terdiri dari : pemimpin redaksi,

redaktur pelaksana, editor, wartawan, fotografer, dan layouter.

2. Sastra. Divisi sastra menjadi penunjang media Perspektif berupa straight news

dan berat. Oleh karena itu menyeimbangkannya dengan membuat karya karya

sastra berupa cerpen, puisi, prosa, dll. Tentunya pembuatan karya sastra itu

sebisa mungkin dihubungkan dengan kejadian yang terjadi pada saat itu

diangkat oleh berita kita. Selain mendukung media koran tempel dan majalah.

Sastra nantinya juga akan mempunyai media tersendiri yaitu di madding dan

Page 6: BAB IV (AUATO).docx

63

web dan twitter. Sastra tidak terbatas pada waktu penerbitan, intinya sebanyak

mungkin karya sastra yang dibuat, nantinya akan di-publish di media.

3. Marketing. Divisi marketing merupakan ujung tombak bagi sebuah lembaga

pers mahasiswa yang mempunyai visi untuk terus berkembang dengan

mengandalkan sumber dana yang independen dan tidak mempunyai keterikatan

apapun dalam mempengaruhi keberpihakan pers. Dalam perkembangannya,

divisi marketing nantinya akan diberi dana untuk dimanfaatkan dalam

berwirausaha, entah itu berjualan kaos, aksesori dll yang mempunyai hubungan

dengan pers.

4. Litbang. Litbang juga mempunyai peranan penting dalam mengembangkan

organisasi dan memanfaatkan kualitas SDM yang ada. Tugas dari Litbang

diantaranya : menyusun strategi dan pengelolaan SDM, menyusun sistem

manajemen kerja, membuat angket terkai kepuasan mahasiswa FISIP terhadap

kinerja Perspektif, bertanggung jawab terhadap penyediaan data, dan bekerjasa

dengan divisi lain dalam mengadakan pelatihan.

5. Humas. Sebagai bentuk nyata, dan eksistensi Perspektif dalam berbagai

perkumpulan dan kegiatan diluar organisasi, maka peran humas yang akan

dimaksimalkan. Menjalin hubungan dan aktif dalam berbagai kegiatan diluar

merupakan salah satu cara bagi Perspektif untuk dapat diterima dan dikenal

masyarakat luas. Hingga saat ini Perspektif telah cukup aktif dalam berbagai

kegiatan, terutama di PPMI (Persatuan Pers Mahasiswa Indonesia) Malang.

Terlebih beberapa anggota menempati posisi penting seperti koordinator divisi,

dan Pjs PPMI.

Page 7: BAB IV (AUATO).docx

64

4.1.4 Latar Belakang Pendirian Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB

Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB dibentuk pada tahun 2011. Grup

ini bersifat grup tertutup, yaitu hanya bisa diakses oleh anggota grup itu sendiri

dan anggota diluar grup tidak dapat mengakses kecuali diizinkan atau diundang

oleh anggota grup. Hal ini dilakukan agar kerahasiaan grup tetap terjaga. Saat ini

anggota grup ini sebanyak 97 orang. Anggota Grup Facebook LPM Perspektif

FISIP UB terdiri dari anggota LPM Perspektif FISIP UB dari awal berdiri sampai

pada anggota yang terakhir bergabung.

Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB memiliki tingkat interaksi yang

tinggi. Setiap hari sedikitnya terdapat 2 posting wall dari anggota grup. Posting

wall tersebut kemudian mendapat komentar atau respon dari anggota lain. Posting

wall biasanya berisi informasi yang berhubungan dengan kegiatan Perspektif

untuk disebarkan kepada anggota lain. Sedangkan respon biasanya berisi pendapat

dari anggota lain yang berhubungan dengan posting wall tersebut.

Alasan utama dibentuknya grup ini adalah karena LPM Perspektif FISIP UB

tidak memiliki ruang LSO tersendiri, sehingga digunakan grup Facebook untuk

melakukan koordinasi sesama anggota. Rapat anggota secara langsung tetap

dilangsungkan sedangkan grup Facebook digunakan untuk memberikan informasi

hasil rapat bagi anggota yang tidak dapat mengikuti rapat. Tujuan dari

dibentuknya grup ini adalah untuk mewadahi sesama anggota dalam

menyampaikan informasi, pendapat, isu terbaru, masalah terkini dan hasil

keputusan rapat semua anggota LPM Perspektif FISIP UB. Selain grup Facebook,

Page 8: BAB IV (AUATO).docx

65

Perspektif juga mempunyai akun Twitter (@lpmperspektif) dan website resmi

(www.lpmperspektif.com).

4.1.5 Fitur-fitur dalam Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB

Grup ini memiliki beberapa fitur yang bisa digunakan anggotanya dalam

berinteraksi didalamnya, antara lain:

1. Wall (dinding)

Wall terletak pada halaman utama grup ini. Pada wall grup biasanya kita

melihat posting dari anggota lain mengenai isu, informasi, masalah, pendapat,

ataupun diskusi. Para anggota biasanya mengomentari posting-an tersebut

apabila merasa posting tersebut bermanfaat atau terkait dengan isu dan

informasi yang sedang hangat dibicarakan. Semakin menarik biasanya

semakin banyak komentar yang diberikan para anggota.

2. Comment (Komentar)

Anggota grup bisa memberikan komentar terhadap posting yang dilakukan di

wall. Komentar ini biasanya berisi jawaban, pendapat, dan informasi dari

anggota grup lain mengenai isu, masalah, informasi, dan diskusi terkait

kegiatan LPM Perspektif FISIP UB.

3. Like-Unlike

Fitur ini berfungsi membantu para anggota grup dalam menyatakan rasa suka

dan ketidaksukaannya terhadap posting-an anggota lainnya dengan

memberikan sebuah tanda “jempol”.

Page 9: BAB IV (AUATO).docx

66

4.2 Pola Bahasa di Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB

Penelitian ini akan menjawab rumusan masalah pertama mengenai ragam

bahasa yang muncul dalam Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB. Berikut ini

beberapa bentuk bahasa yang muncul Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB

setelah peneliti melakukan obervasi terhadap grup tersebut. Ragam bahasa yang

ditemukan akan dibandingkan dengan bentuk dalam EYD (Ejaan Yang

Disempurnakan) sebagai tolak ukur kebakuan bahasa tulis juga dicari penyebab

ketidakbakuan dari kata atau kalimat tersebut.

Kebakuan dan ketidakbakuan sebuah kata dapat dilihat dari segi fonologi

(ortografis)-nya, seperti misalnya adanya penggantian huruf vokal, pembubuhan

huruf vokal, penghilangan huruf vokal, pembentukan deret vokal, penyederhanaan

deret huruf vokal, penggantian konsonan, penggantian huruf vokal dengan huruf

konsonan, penggantian huruf konsonan dengan huruf vokal, pembubuhan huruf

konsonan, penghilangan huruf konsonan, pembentukan gabungan atau gugus

huruf konsonan, dan penyederhanaan gabungan atau gugus huruf konsonan

(Sabariyanto, 2001: 333-354)

4.2.1 Singkatan Sederhana

Bahasa yang digunakan mahasiswa cenderung lebih sesuai dengan EYD

(Ejaan Yang Disempurnakan). Hal dikarenakan mahasiswa memiliki kemampuan

untuk mencitrakan diri. Tidaklah heran apabila sedikit sekali mahasiswa yang

menggunakan bahasa alay. Bahasa alay adalah bahasa yang memiliki citra negatif

di kalangan pengguna sosial media. Pengguna bahasa alay dianggap seseorang

yang norak dan kampungan.

Page 10: BAB IV (AUATO).docx

67

Singkatan sederhana merupakan bentuk penyingkatan yang terjadi dengan

cara melesapkan huruf vokal dan mengekalkan huruf konsonan pada setiap kata.

Istilah sederhana dipakai untuk menunjukkan teknik penulisan yang tetap

menyesuaikan dengan kaidah tulis pada kata yang disingkat. Berikut ini beberapa

contoh penggunaan singkatan sederhana:

4.2.2 Penggalan Kata dan Akronim

Penggalan merupakan hasil proses pemendekan yang mengekalkan salah

satu bagian dari leksem. Leksem adalah satuan kata terkecil dalam sebuah bahasa

atau yang biasa dijadikan entry dalam kamus.

Akronim merupakan bentuk pemendekan yang menggabungkan huruf atau

suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata.

4.2.3 Penggunaan Tanda Titik

Tanda baca titik (.) tidak hanya digunakan untuk mengakhiri kalimat, tetapi

lebih sering digunakan sebagai pemenggal kalimat seperti yang dapat kita lihat

dalam gambar berikut.

Dua gambar di atas menunjukkan bahwa penulisnya menggunakan titik (.)

untuk mengakhiri setiap kalimatnya dengan jumlah lebih dari satu. Salah satu

fungsi tanda titik (.) adalah dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan

atau seruan, namun dalam hal ini tanda baca titik (.) memiliki fungsi baru yang

Page 11: BAB IV (AUATO).docx

68

sifatnya semena-mena karena tidak adanya kesepakatan bersama mengenai

penggunaanya, baik sebagai pemberi jeda ketika membaca atau untuk mengakhiri

sebuah kalimat. Berikut ini beberapa penggunaan tanda titik (.):

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan2. Tanda titik dipakai di belakang angaka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,

atau daftar3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan waktu4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang

menunjukkan jangka waktu5. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan

yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang

menunjukkan jumlah7. Tanda titik dipakai pada penulisan singkatan

4.2.4 Penggunaan Angka

Fungsi-fungsi angka sebagai berikut:

1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab dan Romawi

2. Angka digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii) nilai uang (iv) kuantitas

3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat

4. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci

4.2.5 Pengggunaan Huruf Berlebihan

Pemakaian huruf berlebihan adalah melebihkan pemakaian huruf dari

jumlah sebenarnya. Seperti pada contoh dibawah ini:

Page 12: BAB IV (AUATO).docx

69

Huruf berlebihan tidak memiliki fungsi dan makna tertentu.

4.2.6 Penggunaan Huruf Kapital

Beberapa huruf kapital dapat ditemui pada berbagai tempat baik digunakan

huruf pertama kata pada awal kalimat maupun pada kata atau kalimat tertentu.

Seperti pada contoh dibawah ini:

Pada gambar menunjukkan bahwa huruf kapital digunakan pada huruf

pertama kata pada awal kalimat. Sedangkan pada gambar huruf kapital digunakan

pada kata-kata tertentu yang berfungsi untuk penekanan atau perhatian pada kata

yang perlu ditegaskan dan dianggap penting. Berikut ini beberapa fungsi huruf

kapital dalam bahasa Indonesia:

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang

berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti Tuhan.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang ataupun tidak diikuti nama orang

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu

6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya

7. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak merujuk kepada nama orang, nama instansi, atau nama tempat tertentu

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama orang9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang

digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran ataupun tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran

10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa atau tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk dasar kata turunan

Page 13: BAB IV (AUATO).docx

70

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama peristiwa sejarah

13. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak digunakan sebagai nama

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama diri geografi15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur unsur nama geografi yang

diikuti nama diri geografi16. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi

jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya17. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama unsur geografi yang tidak

diikuti oleh nama diri geografi18. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama diri geografi yang

digunakan sebagai penjelas nama jenis19. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara,

lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk

20. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi

21. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan

22. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, majalah, surat kabar, dan makalah, kecuali kata tugas seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal

23. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama dir

24. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak,adik, dan paman, yang digunakan dalam penyapaan atau pengacuan ataupun tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak digunakan dalam pengacuan atau penyapaan

25. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata Anda yang digunakan dalam penyapaan

26. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada kata, seperti keterangan, catatan, dan misalnya yang didahului oleh pernyataan lengkap dan diikuti oleh paparan yang berkaitan dengan pernyataan lengkap itu

4.2.7 Penggunaan Bentuk Interaksi

Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB adalah wadah yang digunakan

melakukan interaksi sesama anggota. Bentuk interaksi yang sering digunakan

Page 14: BAB IV (AUATO).docx

71

adalah berupa pertanyaan dan ajakan. Kalimat pertanyaan dan ajakan

menggunakan tanda baca tanya (?) dan tanda baca seru (!). Berikut ini beberapa

kalimat yang menunjukkan interaksi:

Berikut ini beberapa fungsi tanda tanya (?) dan tanda seru (!) :

1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya2. Tanda tanya dipakai di dalam tnda kurung untuk menyatakan bagian kalimat

yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya3. Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa

seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun emosi yang kuat

4.2.8 Penggunaan Kata Lain

Pemakaian kata lain ialah pemakaian kata selain dari bahasa Indonesia

untuk sebuah konsep yang sebenarnya sudah ada padanannya di dalam bahasa

Indonesia. Pada kesempatan ini akan ditampilkan beberapa kata yang merupakan

kata lain, tetapi proses pemakaian kata lain itu tidak akan dibahas secara terinci.

4.2.8.1 Pemakaian Kata Bahasa Daerah

Bahasa-bahasa daerah atau minoritas adalah bahasa-bahasa adalah bahasa

yang secara tradisional digunakan dalam wilayah suatu negara, oleh warga negara

dari negara tersebut, yang secara numerik membentuk kelompok yang lebih kecil

dari populasi lainnya di negara tersebut dan berbeda dari bahasa resmi (atau

bahasa-bahasa resmi) dari negara tersebut (Piagam Eropa untuk Bahasa-Bahasa

Regional atau Minoritas: 1948-1998). Dengan kata lain bahasa daerah adalah

suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dalam sebuah negara kebangsaan,

apakah itu pada suatu daerah kecil, negara bagian federal atau provinsi, atau

daerah yang lebih luas

Page 15: BAB IV (AUATO).docx

72

Bahasa daerah yang sering digunakan adalah Bahasa Jawa karena mayoritas

anggota Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB adalah orang Jawa. Pemakaian

kalimat dibawah merupakan kalimat bahasa Jawa “jo lali reek besok makrab..”

yang berarti “jangan lupa rek besok makrab..”. Kata “rek” merupakan kata sapaan

yang menunjukkan seseorang lebih dari satu.

4.2.8.2 Pemakaian Kata Bahasa Inggris

Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa Jermanik Barat yang berasal dari

dialek-dialek Anglo-Frisia yang dibawa ke pulau Britania oleh para imigran

Jermanik dari beberapa bagian barat laut daerah yang sekarang disebut dengan

Belanda dan Jerman (Jurnal Sejarah bahasa Inggris UMM, 2011). Sekarang ini

bahasa Inggris telah menjadi bahasa yang digunakan dalam masyarakat dunia,

atau lebih dikenal dengan istilah Bahasa Internasional.

Pemakaian kata bahasa Inggris digunakan sebagai kata serapan yang sering

digunakan dalam percakapan sehari-hari. Gambar menunjukkan pemakaian kata

urgent menunjukkan istilah bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia berati

penting. Gambar menunjukkan Pemakaian kata upgrading dan depthnews

merujuk pada istilah bahasa Inggris yang berati peningkatan dan berita mendalam.

4.2.9 Penggunaan Efek Suara dalam Kalimat

Kecenderungan mahasiswa untuk berbahasa secara baik dan benar tidak

selalu kaku. Mahasiswa juga mempunyai sisi humor dalam bahasa yang mereka

gunakan dengan menambahkan efek suara. Efek suara yang dimaksud adalah

Page 16: BAB IV (AUATO).docx

73

kata-kata yang melambangkan bunyi-bunyian tertentu, seperti “hahaha” yang

seperti bunyi seseorang tertawa lepas atau “hehehe” seperti bunyi seseorang

tertawa biasa. Biasanya efek suara tersebut berfungsi sebagai pendukung dalam

menyampaikan emosi penulisnya. Berikut ini beberapa contoh penggunaan efek

suara tersebut.

4.2.10 Penggunaan Emotikon

Istilah emotikon atau dalam istilah bahasa Inggris disebut dengan emoticon

(emotion of icon) mengacu pada tanda-tanda grafis seperti wajah tersenyum yang

sering diapakai untuk komunikasi tekstual seperti pada CMC (Herring dan

Dresner, 2010: 1), yang berarti icon yang digunakan untuk mengekspresikan

emosi sebuah pernyataan tertulis dan bisa merubah serta meningkatkan intepretasi

terhadap tulisan tersebut. Berikut ini beberapa contoh penggunaan emoticon

tersebut.

4.2.11 Pola Bahasa di Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB

Bahasa Indonesia melahirkan berbagai ragam bahasa yang sesuai dengan

fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa tersebut

pada pokoknya dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni ragam bahasa lisan dan

tulis. Tidak dapat dipungkiri ragam bahasa lisan sangat berbeda dengan ragam

bahasa tulis. Perbedaan kedua ragam tersebutdapat dilihat sebagai berikut

(Arifin1988, 15-19):

1. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada didepan pembicara sedangkan ragam tulis tidak harus ada teman bicara berada didepan.

2. Pada ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur tersebut kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan dibantu oleh gerak, mimik,

Page 17: BAB IV (AUATO).docx

74

pandangan atau anggukan. Sedangkan pada ragama bahasa tulis unsur-unsur tadi harus lebih lengkap. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada didepan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang diajak bicara mengerti isi tulisan itu.

3. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu, sedangkan ragam bahasa tulis tidak terikat pada hal-hal tersebut.

4. Ragam lisan dapat dipengaruhi tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam bahasa tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf miring

Berdasarkan data yang ditemukan mahasiswa cenderung menggunakan

bahasa tulis yang formal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa penggunaan kata dan

kalimat yang telah sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan). Mahasiswa

dalam berbahasa jarang sekali

Fromkin et. al. (2002: 534) yang dikutip seperti di bawah ini:

“When a new rule enters a speaker’s grammar it is either in or not in the grammar. It may at first be an optional rule, so that sometimes it is used and sometimes it is not, possibly determined by social context or other external factors, but the rule is either there and available for use or not.”

(Ketika sebuah kaidah baru masuk ke dalam tata bahasa yang dikuasi oleh seorang penutur, kaidah itu mungkin sudah ada atau belum ada di dalam tata bahasa penutur tersebut. Kaidah itu dapat menjadi kaidah pilihan yang sewaktu-waktu dapat atau tidak dapat dipakai, yang mungkin ditentukan oleh konteks sosial atau faktor eksternal lainnya, tetapi kaidah itu sudah ada dan siap untuk dipakai, atau tidak)

4.3 Perbedaan Penggunaan Bahasa Laki-laki dan Perempuan Anggota

Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB

Hubungan antara bahasa dan gender secara umum dapat dieksplorasi lewat

perilaku bahasa dalam konteks sosial dimana laki-laki dan perempuan saling

berinteraksi. Laki-laki biasa membicarakan masalah seputar masalah ekonomi,

politik, dan olahraga. Perempuan sebaliknya, membicarakan masalah kehidupan

Page 18: BAB IV (AUATO).docx

75

sehari-hari, pembicaraan tentang perbuatan orang lain, tentang persaan mereka,

dan masalah kehidupan sehari-hari yang sering disebut dengan gosip. Hal ini

menunjukkan bahwa perempuan lebih memusatkan perhatiannya pada kehidupan

lingkungan dan masyarakatnya, laki-laki memusatkan pada kemandirian dan

status, sedangkan perempuan lebih memusatkan perhatiannya kepada kehidupan

lingkungan dan masyarakat daripada laki-laki (Kuntjara, 2003: 22-23). Selain itu,

laki-laki pada umumnya lebih memilih fakta sedang perempuan lebih menekankan

pada perasaannya (Kuntjara, 2003: 26). Berikut ini akan dibahas mengenai

perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan anggota Grup Facebook LPM

Perspektif FISIP UB:

4.3.1 Informasi Personal vs Kontrol

4.3.2

4.4 Alasan Perbedaan Penggunaan Bahasa Laki-laki dan Perempuan di

Grup Facebook LPM Perspektif FISIP UB

Coates (1993: 435) memandang perbedaan bahasa merupakan suatu

cerminan perbedaan sosial. Selama masyarakat memandang laki-laki dan

perempuan berbeda dan tidak setara, maka perbedaan dalam bahasa laki-laki dan

perempuan akan terus berlangsung. dengan kata lain, perbedaan jenis kelamin

tertentu dalam perilaku bahasa merupakan efek samping dari pengalaman sosial

laki-laki dan perempuan yang sistematis berbeda. Berikut ini adalah beberapa

Page 19: BAB IV (AUATO).docx

76

alasan yang dikemukakan para informan mengenai penggunaan bahasa antara

laki-laki dan perempuan:

4.4.1