bab iv. minyak dan lemak_2.docx

Upload: dehan-rakka-gusthira

Post on 03-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    1/22

    63

    BAB IV

    MINYAK DAN LEMAK PANGAN

    A. PENDAHULUAN

    Peranan lemak dalam bahan pangan yang utama adalah sebagai sumber

    energi. Lemak merupakan sumber energi yang dapat menyediakan energi sekitar

    2,25 kali lebih banyak dari pada yang diberikan oleh karbohidrat (pati, gula) atau

    protein. Istilah lemak atau minyak lebih umum digunakan daripada lipida.

    Lemak bersifat padat pada suhu ruang, sedangkan minyak bersifat cair.

    Lemak adalah bentuk energi berlebihan yang disimpan oleh hewan,

    sehingga jumlah lemak dalam hewan yang dijadikan bahan pangan ditentukan

    oleh keseimbangan energi hewan tersebut. Secara praktis, semua bahan pangan

    hewani, mengandung lemak. Bahkan daging sapi rendah lemak (lean meat)

    mengandung 28% lemak, yang memberikan konstribusi 77% dari kalori makanan,

    sedangkan 51% lemak dalam cheddar cheese memberikan 73% dari kalori

    makanan.

    Semua lemak yang terdapat dalam bahan pangan nabati terutama dalam

    bentuk minyak. Dalam serealia seperti jagung atau di dalam kacang-kacangan

    seperti kedelai, lemak terdapat baik dalam germ maupun dalam endospermnya.

    Sebagian besar sayuran dan buah-buahan secara praktis tidak mengandung lemak,

    kecuali alvokat dan durian.

    Lemak dalam bahan pangan yang dikonsumsi akan memberikan rasa

    kenyang, karena lemak akan meninggalkan lambung secara lambat, yaitu sampai3,5 jam setelah dikonsumsi tergantung dari ukuran dan komposisi pangan. Hal ini

    akan memperlambat timbulnya rasa lapar.

    Lemak dalam pangan berperan sebagai pelarut dan pembawa (carrier)

    vitamin-vitamin larut lemak (A, D, E, dan K). Lemak sebanyak paling sedikit

    10% dari total energi yang dikonsumsi nampaknya diperlukan untuk penyerapan

    pro-vitamin A, misalnya dari wortel, papaya dan lain-lain. Semua hal yang

    mempengaruhi penyerapan atau penggunaan lemak, misalnya kerusakan saluran

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    2/22

    64

    empedu atau ketengikan pada lemak, akan mengurangi ketersediaan (availabilitas)

    vitamin-vitamin tersebut.

    Lemak dalam pangan juga berfungsi untuk meningkatkan palatibilitas

    (rasa enak, lezat). Sebagian besar senyawa atau zat yang bertanggung jawab

    terhadap flavor pangan bersifat larut dalam lemak. Juga diduga bahwa lemak

    dalam pangan akan menstimulir mengalirnya cairan pencernaan.

    Peranan lemak yang pertama dalam tubuh adalah sebagai persediaan

    energi yang disimpan dalam jarinagn adipose. Sejumlah tertentu lemak dalam

    tubuh, yaitu kira-kira 18% dari berat badan untuk wanita dan 15-18% untuk pria,

    adalah normal dan diinginkan.

    Peranan yang kedua adalah sebagai regulator tubuh. Karena lemak (lipid)

    merupakan elemen esensial bagi membran tiap-tiap sel dan merupakan precursor

    prostaglandin, maka pengembilan dan ekskresi nutrient oleh sel dapat dikatakan

    diatur oleh lemak, demikian juga beberapa fungsi tubuh yang esensial dikontrol

    oleh lemak.

    Suatu senyawa mirip hormon yang mempunyai kemampuan menstimulir

    kontraksi otot polos dalam saluran darah diidentifikasi sebagai prostaglandin.

    Penelitian lebih lanjut menunjukkan paling sedikit terdapat 6 macam

    prostaglandin dan semuanya disintesis dari asam arahidonat. Prostaglandin

    menunjukkan bermacam-macam fungsi, misalnya meningkatkan kehamilan,

    menginduksi kerja, menyebabkan keguguran dan sebagainya.

    Lemak terdapat dalam tubuh hewan (termasuk manusia) sebagai cadang

    energi, yang tersebar di seluruh jaringan, mengelilingi jaringan atau sebagai

    komponen jaringan, bahkan terdapat jaringan yang sebagian besar terdiri dari

    lemak, yaitu jaringan adipose. Berbeda dengan hewan mamalia, ikan menyimpancadangan energi dalam bentuk lemak di dalam hatinya (lebih dari 50% beratnya).

    Peranan lemak ikan dalam mencegah penyakit jantung koroner telah dibuktikan.

    Hal ini terutama karena peranan asam lemak eikosapentaenoat (EPA) dan

    dekosaheksaenoat (DHA), yang terkenal dengan sebutan asam lemak omega-3.

    Sekitar duapertiga lemak yang tersedia dalam bahan pangan berasal dari

    lemak hewan dan sepertiga lainnya dari sumber nabati terutama dalam bentuk

    minyak goreng. Beberapa jenis lemak makanan berasal dari biji-bijian dan

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    3/22

    65

    kacang-kacangan (kecap, kacang tanah, kedelai, sawit, jagung, biji bunga

    matahari, dan lain-lain). Penggunaan minyak goreng di tiap daerah yang berasal

    dari bahan mentah yang berbeda dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya,

    ekonomi, geografi, dan teknologi.

    B. Komposisi Kimia

    Seperti halnya karbohidrat, lemak tersusun dari tiga elemen dasar, yaitu

    karbon, hydrogen dan oksigen. Secara kimiawi, lemak merupakan bagian dari

    lipida, yang merupakan ester asam lemak dengan gliserol. Gliserol mempunyai

    tiga gugus hidroksi yang masing-masing mengikat (melalui ikatan ester) satu

    molekul asam lemak, sehingga satu molekul lemak terdiri atas satu molekul

    gliserol dan tiga molekul asam lemak. Oleh karena itu, lemak/minyak disebut

    sebagai triasilgliserol (asli = asam lemak) atau secara umum disebut sebagai

    trigliserida (meskipun nama yang paling benar secara kimiawi adalah

    triasilgliserol). Triasilgliserol disebut juga sebagai lemak netral.

    Perbedaan jenis dan jumlah asam lemak dan susunannya dalam molekul

    lemak mengakibatkan perbedaan karakteristiknya. Perbedaan ini meliputi panjang

    rantai karbon (dari 4 sampai 26 atom karbon), ikatan yang menghubungkan atom

    karbon (ikatan tunggal atau rangkap) sehingga mengakibatkan asam lemak

    bersifat jenuh (terdapat satu/mono atau lebih/poli ikatan rangkap).

    C. Klasifikasi Lemak dan Asam Lemak

    Berdasarkan penampilannya yang dapat dilihat oleh mata, lemak dibagi

    menjadi lemak terlihat (visible fat) misalnya lemak hewani, mentega, margarin

    dan shortening, serta lemak tidak terlihat (invisible fat) misalnya lemak dalam

    susu, kuning telur, daging, dan dalam biji-bijian atau kacang-kacangan.

    Berdasarkan sumbernya, dapat dibedakan lemak hewani dan lemak nabati.

    Salah satu kelebihan lemak nabati adalah karena banyak diantaranya yang

    mengandung asam lemak esensial, yaitu asam linoleat dan linolenat dalam jumlah

    tinggi, misalnya minyak kedelai, minyak jagung dan minyak biji bunga matahari.

    Untuk diketahui, asam lemak esensial adalah asam lemak yang tidak dapat

    disintesis oleh tubuh, sehingga harus disuplai dari makanan. Semula arahidonat

    digolongkan sebagai asam lemak esensial, tetapi ternyata tubuh dapat

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    4/22

    66

    mensintesisnya dari linoleat. Defisiensi asam lemak esensial dapat menyebabakan

    timbulnya penyakit kulit (dermatitis), terutama pada anak-anak.

    Berdasarkan panjang rantai karbonya, asam lemak digolongkan menjadi

    tiga macam, yaitu : (1) berantai pendek (short cain fatty acids, SCFD), yang

    mempunyai dua sampai empat atom karbon, (2) berantai medium (medium chain

    fatty acids, MCFA ), yang mempunyai enam samapi dua belas atom karbon, dan

    (3) berantai panjang (long chain fatty acids, LCFA ), yang mempunyai atom

    karbon lebih dari 12 buah.

    Berdasarkan kandungan ikatan rangkap pada rantai karbonnya, asam

    lemak dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : (1) asam lemak jenuh

    (saturated fatty acids, SFA) yaitu asam lemak yang tidak mengandung ikatan

    rangkap sama sekali; contohnya asam butirat (C4); (2) asam lemak tidak jenuh

    tunggal (mono unsaturated fatty acids, MUFA), yaitu asam lemak yang hanya

    mengandung satu ikatan rangkap; contohnya asam oleat (C18:1); dan (3) asam

    lemak tidak jenuh jamak (poliy-unsaturated fatty acids, FUFA); contohnya asam

    linoleat (dua ikatan rangkap C18;2), linolenat (tiga ikatan rangkap, C18;3),

    arahidonat (empat ikatan rangkap, C20;4), eikosapentaenoat(lima ikatan rangkap

    C20;5), dan dekosaheksaenoat (enam ikatan rangkap C22;6).

    Semakin panjang rantai atom karbonnya maka asam lemak cenderung

    bersifat padat, tetapi makin tinggi tingkat ketidak jenuhannya, maka asam lemak

    cenderung bersifat cair pada suhu ruang karena titik cairnya rendah.

    D. Pembentukan Lemak

    Umumnya bahan pangan mengandung lemak dan minyak. terutama bahan

    pangan hewani. Lemak dalam jaringan hewan terdapat pada jaringan adiposa,

    sedangkan dalam pangan nabati lemak disintesis dari satu molekul gliserol dengan

    tiga molekul asam lemak. Proses pembentukan lemak dalam tanaman dibagi

    menjadi tiga tahap, yaitu pembentukan gliserol, pembentukan molekul asam

    lemak, kemudian kondensasi asam lemak dengan gliserol membentuk lemak.

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    5/22

    67

    E. Jenis Lemak dan Minyak

    1. Minyak Goreng

    Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambahn rasagurih, dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goreng ditentukan

    oleh titik asapnya, yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk akrolein

    (hidrasi gliserol membentuk aldehida tidak jenuh) yang tidak diinginkan dan dapat

    menimbulkan rasa gatal ditenggorokan. Makin tinggi titik asap makin tinggi mutu

    minyak goreng tersebut. Titik asap minyak goreng ditentukan oleh kadar gliserol

    bebas. Lemak dan minyak yang telah digunakan untuk menggoreng, titik asapnya

    akan turun akibat terjadinya hidrolisis lemak karena suhu tinggi. Suhu

    pengorengan sekitar 1772210C. Minyak goreng dapat diproduksi dari berbagai

    macam bahan mentah, misalnya kelapa, kopra, kelapa sawit, kacang kedelai, biji

    jagung (lembaganya), biji bunga matahari, biji Zaitun (olive) dan lain-lain.

    Minyak goreng yang mengandung asam lemak esensial atau asam lemak

    tak jenuh jamak, bila digunakan untuk menggoreng (suhu 50-180), maka asam

    lemak essensial atau asam lemak tidak jenuhnya akan mengalami kerusakan

    (teroksidasi oleh udara dan suhu tinggi); demikian pula beta-karoten (pro-vitamin

    A) yang terkandung dalam minyak goreng tersebut akan mengalami kerusakan.

    Klasifikasi asam lemak beserta sumbernya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

    Selama digunakan untuk menggoreng, sifat fisio-kimia minyak akan

    berubah, semakin lama digunakan semakin banyak perubahan yang terjadi.

    Misalnya minyak tersebut akan semakin kotor akibat terbentuknya warna coklat

    (reaksi browning), semakin kental (akibat terjadinya polimerisasi asam-asam

    lemak) dan kadar peroksidanya bertambah. Minyak jelantah yang digunakan

    untuk menggoreng bahan makanan yang berprotein, akan menurunkan nilai gizi

    proteinnya; bahan minyak jelantah yang sudah terlalu lama digunakan dapat

    membahayakan kesehatan tubuh, karena banyak mengandung senyawa peroksida

    (radikal) serta asam lemak tidak jenuh trans.

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    6/22

    68

    Tabel 4.1. Klasifikasi asam lemak beserta sumbernya

    Asam lemak Sumber Panjang

    Rantai

    karbon

    Jumlah

    ikatan

    rangkap

    Sifat fisik

    Asam lemak jenuh:

    Butirat Mentega 4 0 Cair

    Kaproat Mentega, minyak

    kelapa

    6 0 Cair

    Kaprilat Mentega, minyak

    kelapa

    8 0 Cair

    Kaprat Minyak kelapa,

    minyak salam

    10 0 Cair

    Laurat Minyak kelapa 12 0 padat

    Miristat Minyak nabati 14 0 Padat

    Palmitat Minyak nabati,lemak hewan

    16 0 Padat

    Stearat Minyak nabati,

    lemak hewan

    18 0 Padat

    Arahidat Minyak kacang 20 0 Padat

    Behenat Minyak kacang 22 0 Padat

    Lignuserat Minyak kacang 24 0 Padat

    Asam lemak tidak jenuh tunggal:

    Palmitoleat Minyak nabati,

    lemak hewan

    16 1 Cair

    Oleat Minyak nabati,

    lemak hewan

    18 1 Cair

    Asam lemak tidak jenuh jamak:

    Linoleat(LA) Minyak jagung,

    kedelai, lemak

    ayam

    18 2 Cair

    Eloestearat Lemak sapi, ayam,

    minyak nabati

    18 3 Cair

    Linolenat(LNA) Lemak babi,

    minyak kedelai

    18 3 Cair

    Arahidonat(ARA) Minyak kacang,

    lemak hewan

    20 4 Cair

    Eikosapentaenoat

    (EPA)

    Lemak ikan 20 5 Cair

    Dokosaheksaenoat

    (DHA)

    Lemak ikan 22 6 Cair

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    7/22

    69

    2. Mentega

    Mentega diolah dari susu, dengan proses pemecahan emulsi air dalam

    minyak (o/w) dengan pengocokan. Lemak susu dipisahkan dari komponen lain

    dengan baik melalui proses pengocokan (churning), sehingga secara mekanik film

    protein di sekeliling globula lemak retak dan pecah, sehingga memungkinkan

    globula lemak menggumpal dan menyusup ke permukaan. Mentega merupakan

    emulsi air dalam minyak dimana sekitar 18% air terdispersi di dalam 80% lemak

    dengan sejumlah kecil protein yang berperan sebagai emusifier.

    Mentega dibuat dari lemak susu manis (sweat cream) atau asam (sour

    cream). Lemak susu dapat dibiarkan menjadi asam secara spontan atau dapat

    diasamkan dengan penambahan bakteri asam laktat pada lemak susu (cream) yang

    telah dipasteurisasi, sehingga memungkinkan terjadinya fermentasi. Mentega

    yang dibuat dari lemak susu asam mempunyai citarasa yang kuat.

    Lemak susu dinetralkan dengan garam-garam karbonat kemudian

    dipasteurisasi, lemak susu dapat dibiarkan menjadi asam secara spontan atau dapat

    diasamkan dengan penambahan pupukan murni bakteri asam laktat pada lemak

    susu yang telah dipasteurisasi, sehingga terjadi fermentasi selama 3-4 jam, bakteri

    akan menguraikan laktosa dalam susu menjadi asam laktat dan menimbulkan

    senyawa diasetil yang manimbulkan cita rasa yang khas. Kristalisasi mentega

    ditentukan oleh ukuran globula lemak dari cream yang digunakan. Zat warna

    karoten (pewarna alami/pro vitamin A) kadang ditambahkan ke dalam lemak susu

    sebelum churning.

    Lemak susu terdiri dari trigliserida butirodiolein butiropalmitolein,

    dioleopalmitin dan sejumlah kecil triolein. Asam lemak butirat dan kaproat dalam

    keadaan bebas dapat menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak.

    3. Margarin

    Margarin dapat dibuat dari lemak hewani dan lemak nabati yang juga

    merupakan emulsi air dalam minyak dengan persyaratan mengandung lemak

    minimal 80%. Margarin merupakan mentega tiruan yang dibuat dari minyak

    nabati (kelapa, kelapa sawit, jagung, kedelai, bunga matahari, biji kapas, dll) atau

    lemak hewani (tallow/lemak sapi, lard/lemak babi) dengan rupa, bau, konsistensi,

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    8/22

    70

    rasa dan nilai gizi yang hampir sama dengan mentega. Minyak nabati harus

    dihidrogenasi terlebih dahulu sehingga membentuk lemak padat sehingga

    margarin bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, dan

    mencair di dalam mulut.

    Lemak yang akan digunakan dimurnikan terlebih dahulu, kemudian

    dihidrogenasi hingga konsistensi yang diinginkan. Lemak diaduk, diemulsikan

    dengan susu skim yang telah dipasteurisasi, dan diinokulasi dengan bakteri yang

    sama pada pembuatan mentega. Setelah inokulasi, dibiarkan 12-24 jam sehingga

    terbentuk emulsi sempurna, kadang-kadang ditambahkan emulsifier seperti lesitin,

    gliserin atau kuning telur. Bahan lain yang ditambahkan adalah garam, natrium

    benzoat, pengawet, dan vitamin A.

    Karena minyak nabati berada dalam keadaan cair pada suhu ruang, maka

    untuk membuatnya menjadi padat dilakukan proses hidrogenasi, yaitu

    penambahan atom hydrogen pada ikatan rangkap asam-asam lemak tidak jenuh.

    Prosesnya adalah mengalirkan gas Hidrogen (H2) ke dalam minyak panas dengan

    katalisator berupa platina (Pt) atau nikel (Ni).

    Secara teknologis, proses hidrogenasi menguntungkan karena selain

    diperoleh lemak yang plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah

    dan segera mencair dalam mulut; juga menjadikan minyak menjadi stabil, sulit

    untuk dioksidasi (karena tidak mengandung ikatan rangkap). Akan tetapi dari segi

    gizi proses ini merugikan, karena asam lemak tidak jenuh (PUFA) yang baik

    untuk kesehatan berubah menjadi asam lemak jenuh, demikian pula asam lemak

    yang awalnya merupakan asam lemak esensial menjadi tidak esensial lagi.

    Selain itu, proses hidrogenasi dapat menyebabkan perubahan konfigurasi

    asam lemak tidak jenuh, yang tadinya cis-menjadi trans-. Untuk diketahui, asamlemak trans- dimetabolisme dalam tubuh seperti halnya asam lemak jenuh

    berantai panjang, sehingga berisiko menimbulkan aterosklerosis dan penyakit

    jantung koroner. Untuk menghindari hal-hal yang merugikan tersebut, dapat

    dilakukan hidrogenasi sebagian (partial dehydrogenation) sehingga asam lemak

    tidak jenuh (PUFA) atau asam lemak esensial tidak semuanya berubah dan

    kandunagn asam lemak trans- juga rendah.

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    9/22

    71

    4. Shortening/Mentega Putih

    Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan

    kestabilan tertentu, umumnya berwarna putih sehingga disebut mentega putih.

    Bahan ini diperoleh dari pencampuran dua atau lebih lemak, atau dengan cara

    hidrogenasi. Mentega putih banyak digunakan dalam bahan pangan tertentu

    terutama pada pembuatan cake dan kue yang dipanggang. Fungsinya adalah

    untuk memperbaiki cita rasa, struktur, tekstur, keempukan, dan memperbesar

    volume roti/kue.

    Berdasarkan cara pembuatannya ada tiga macam shortening yaitu :

    a. Compound, adalah shortening yang dihasilkan dari campuan lemak hewaniyang bertitik cair tinggi, lemak bertitik cair rendah, dan lemak yang sudah

    mengalami hidrogenasi. Dari pencampuran lemak-lemak tersebut akan

    diperoleh shortening dengan konsistensi tertentu, bersifat plastik pada selang

    suhu yang lebar dan tahan lama. Contoh pencampuran oleo stearin, lard, dan

    minyak biji kapas yang telah mengalami hidrogenasi

    b. Hydrogenated, adalah shortening yang dihidrogenasi yang dibuat dengan caramencampurkandua atau lebih minyak dengan bilangan iodin dan konsistensi

    yang berbeda-beda. Keuntungannya adalah konsistensi dapat diatur dengan

    mengatur perbandingan jumlah derajat hidrogenasi dari masing-masing lemak

    yang dicampur

    c. High ratio shortening (Hydrogenated shorteningyang ditambah emulsifier).Misalnya monogliserida, digliserida, lesitin, dan kadang-kadang ditambahkan

    gliserol.

    Umumnya mentega putih dibuat dari minyak nabati seperti minyak biji

    kapas, minyak kacang kedelai, minyak kacang tanah, dan lain-lain. sifat-sifatmentega putih didasarkan atas nilai shortening dan sifat plastis. Nilai shortening

    adalah kemampuan mentega putih untuk melumas dan mengempukkan bahan

    pangan yang tergantung juga dari sifat plastisnya. Sifat plastis tergantung dari

    perbandingan jumlah lemak padat dan lemak cair dan sifat-sifat kristal lemaknya.

    Lemak gajih atau lard adalah lemak yang diperoleh dari jaringan lemak

    ternak sapi, babi, atau kambing. Umumnya lemak banyak terdapat pada rongga

    perut dan biasanya akan menghasilkan lemak gajih bermutu tinggi. Shortening

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    10/22

    72

    adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dengan kestabilan yang relatif

    tinggi. Umumnya shortening tidak berwarna, sehingga sering disebut sebagai

    mentega putih. Shortening banyak digunakan dalam pengolahan roti dan kue

    (cake) yang dipanggang, dan berfungsi untuk memperbaiki citarasa, struktur,

    keempukan dan memperbesar volume roti/kue.

    Sifat mentega putih ditentukan oleh nilai shortening dan sifat plastisnya.

    Nilai shortening menentukan keempukan roti/kue, yang tergantung juga pada

    jumlah lemak padat dan lemak cair serta sifat-sifat kristal lemaknya.

    F. Pengolahan Kelapa Sawit

    Pengolahan kelapa sawit untuk menghasilkan CPO dimulai dari

    penanganan bahan baku atau tandan buah segar (TBS) pada saat pemanenan

    hingga sampai di pabrik. Setelah tiba di pabrik, TBS selanjutnya melalui

    serangkaian tahapan pengolahan. Secara garis besar proses pengolahan TBS

    hingga menjadi CPO yaitu melalui proses perebusan, perontokan (pemipilan),

    pelumatan (pencacahan), ekstraksi minyak, dan klarifikasi.

    1. Pengukusan

    TBS yang tiba dari kebun segera ditimbang dan dimasukkan dalam lori

    perebusan. Lori pengukusan dimasukkan ke dalam sterilizer yang dapat ditutup

    dengan rapat untuk menghindari terjadinya pengeluaran steam sebagai media

    perebus. Proses pengukusan berlangsung pada suhu 135 1600C selama

    90110 menit dengan tekanan 2,83,0 kg/cm2. Pengukusan ini bertujuan untuk

    mempermudah pelepasan buah dari tandan, melunakkan buah sehingga

    mempermudah dalam proses penghancuran, menonaktifkan enzim lipase dan

    oksidase yang dapat merangsang pembentukan asam lemak bebas, menurunkan

    kadar air di dalam jaringan buah, memudahkan pemisahan tempurung dengan inti,

    menguraikan pektin dan polisakarida sehingga buah menjadi lunak.

    2. Perontokan (Pemipilan)

    Perontokan bertujuan untuk memisahkan tandan dengan buah. Proses

    perontokan buah terjadi akibat perputaran mesin perontok. Mesin perontok buah

    memiliki batang-batang penghubung yang diatur dengan interval yang sama.

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    11/22

    73

    Diameter dan panjang mesin perontok buah adalah 2,1 m dan 4 m, sementara

    jarak antara dua batang penghubung 40 mm.

    3. Pelumatan (pencacahan)

    Pelumatan dilakukan untuk memisahkan buah dengan biji serta untuk

    memudahkan proses ekstraksi minyak. Pelumatan dilakukan dengan cara

    pengadukan buah oleh alat yang dilengkapi lima pasang pisau berputar. Pada

    proses pelumatan ini perlu ditambahkan air bersuhu 90 950C untuk

    mempermudah pemisahan buah dengan biji serta untuk membuka kantong-

    kantong minyak sehingga dapat mengurangi kehilangan minyak. Suhu yang

    rendah mengakibatkan minyak semakin kental sehingga menyulitkan ekstraksi

    minyak.

    4. Ekstraksi minyak

    Ekstraksi merupakan proses untuk memperoleh minyak dari buah yang

    telah mengalami pencacahan. Proses ekstraksi dilakukan secara mekanis untuk

    mengeluarkan kandungan minyak. Buah yang telah dicacah dimasukkan ke dalam

    mesin pengepres ulir yang terdiri atas dua ulir yang berputar berlawanan dan

    dilengkapi dengan saringan pengepres. Buah yang telah lumat mengeluarkan

    minyak melalui lubang-lubang kecil. Selama proses ekstraksi ditambahkan air

    bersuhu 90 950C sebanyak 600 800 liter/jam untuk memudahkan ekstraksi

    minyak. Tekanan hidrolik pada mesin pengepres berkisar antara 40 50 kg/cm2.

    Tekanan yang rendah menyebabkan proses ekstraksi minyak tidak maksimal.

    5. Klarifikasi

    Klarifikasi adalah proses pembersihan minyak yang bertujuan untuk

    mengeluarkan air dan kotoran dari minyak, memperkecil kerusakan minyak akibat

    oksidasi, memperkecil kehilangan minyak dan menekan biaya produksi, serta

    mempermudah pengolahan limbah. Klarifikasi terdiri dari beberapa tahapan

    proses, yaitu pemisahan kotoran berupa serabut dan lumpur, pemisahan minyak

    dengan air, pengambilan minyak yang tedapat pada lumpur serta pembersihan.

    Pemisahan kotoran yang berupa serabut dilakukan dengan saringan getar,

    pemisahan kotoran berupa lumpur dilakukan pada decanter, pemisahan minyak

    dengan air dilakukan pada tangki pengendapan, sedangkan pembersihan minyak

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    12/22

    74

    dilakukan pada alat pembersih minyak (oil purifier). Minyak hasil ekstraksi

    ditampung pada tangki perangkap pasir, tangki tersebut digunakan untuk

    memisahkan pasir dari minyak. Pemisahan pasir terjadi akibat perbedaan berat

    jenis antara pasir, minyak dan air dengan pemberian uap panas ke dalam tangki

    perangkap pasir. Minyak selanjutnya dialirkan ke dalam saringan getar yang

    bertujuan untuk memisahkan benda-benda padat dalam minyak, saringan getar

    menggunakan kawat saringan berukuran 20 mesh.

    Minyak yang telah disaring dialirkan ke dalam decanter, pada alat ini

    terjadi proses pemisahan kotoran berupa lumpur dengan cara sentrifusi 6000 rpm,

    pada proses tersebut digunakan air panas sebagai pengencer. Lumpur yang

    mungkin masih terdapat pada minyak selanjutnya dipisahkan berdasarkan bobot

    jenis. Air yang terkandung pada minyak dihilangkan dengan alat pengering hampa

    agar minyak tidak mudah terhidrolisis. Minyak yang diperoleh berupa CPO yang

    selanjutnya ditimbang dan disimpan dalam tangki penampungan. Lumpur yang

    masih mengandung minyak dari tangki pengendap dialirkan ke dalam tangki

    lumpur. Cairan lumpur hasil klarifikasi yang masih mengandung minyak tersebut

    ditampung sementara pada bak penampungan untuk di daur ulang. Proses

    pengolahan kelapa sawit hingga menjadi CPO dapat dilihat pada bagan dalam

    Gambar 4.1.

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    13/22

    75

    Gambar 4.1. Bagan Pengolahan Kelapa Sawit

    Perontokan/pemipilan

    Pelumatan (pencacahan)

    Ekstraksi minyak

    Pemisahan pasir

    Pemisahan serabut

    Pemisahan lumpur

    Pemisahan air

    Minyak Minyak mengandung lumpur

    Pembersihan lumpur

    Pemisahan lumpur

    Lumpur

    Minyak

    Pembersihan minyak

    Pengeringan minyak

    Penimbangan minyak

    Penyimpanan minyak/CPO

    Perebusan tandan buah

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    14/22

    76

    G. Minyak Kelapa Sawit

    Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah yang

    dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 45 - 50%. Kelapa

    sawit menghasilkan 2 jenis minyak yang sifatnya sangat berbeda, yaitu minyak

    dari sabut (minyak sawit kasar) dan minyak dari biji (minyak inti sawit).

    Perbedaannya terletak pada pigmen karotenoid yang ada dalam minyak sawit

    kasar dan kandungan asam lemaknya. Asam lemak kaproat dan asam kaprilat

    terdeteksi pada minyak inti sawit, sedangkan pada minyak sawit kasar tidak

    terdeteksi. Minyak sawit memiliki karakteristik asam lemak utama penyusunnya

    terdiri atas 35 40% asam palmitat, 38 40% asam oleat, dan 6 10% asam

    linolenat, serta kandungan mikronutriennya seperti karotenoid, tokoferol,

    tokotrienol, dan fitosterol. Komposisi kimia rata-rata asam lemak minyak sawit

    dapat dilihat pada Tabel 4.2. Komponen lain yang kadarnya relatif rendah dalam

    minyak sawit adalah sterol sekitar 300 ppm. Sterol ini terutama berupa

    beta-sitosterol (74%), stigmasterol (8%) dan campesterol (14%), sedangkan

    kolesterol hanya sekitar 1% dari total sterol. Kolesterol yang terkandung dalam

    29 liter minyak sawit setara dengan kolesterol dalam satu butir telur.

    Tabel 4.2. Komposisi asam lemak minyak sawit

    Asam lemak Kandungan (%)

    Miristat

    Palmitat

    Stearat

    Oleat

    Linoleat

    0,8

    42,0

    5,1

    42,0

    10,0

    Minyak sawit merupakan minyak yang mempunyai bentuk fisik setengah

    padat pada kisaran suhu yang cukup panjang. Pada suhu sekitar 50550C minyak

    tersebut mencair, sebaliknya minyak inti sawit bersifat cair pada suhu kamar.

    Perbedaan sifat ini disebabkan oleh perbedaan jenis dan jumlah rantai asam lemak

    yang membentuk trigliserida dalam kedua minyak tersebut.

    1. Sifat Fisiko-Kimia Minyak Sawit

    Sifat fisiko-kimia minyak sawit meliputi warna, bau/flavor, kelarutan, titik

    cair dan polimorphism, titik didih (boiling point), slipping point, shot melting

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    15/22

    77

    point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidy point), titik asap, titik

    nyala dan titik api. Nilai beberapa sifat fisiko kimia minyak sawit dapat dilihat

    pada Tabel 4.3.

    Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen karotenoid yang larut

    dalam minyak, sebab asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Bau dan

    flavor terdapat secara alami, bau khas minyak sawit ditimbulkan oleh

    persenyawaan beta ionone. Bau juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak

    berantai pendek akibat kerusakan minyak.

    Tebel 4.3. Sifat fisiko kimia minyak sawit

    Sifat fisiko-kimia Nilai

    Densitas pada 50 C (kg/m )Berat jenis (400C)

    Indeks refraktif

    Titik leleh (0C

    Bahan tak tersabunkan

    Bilangan iod

    Nilai saponifikasi

    8910,9210,925

    1,4531,458

    2550

    0,20,8

    4458

    195205

    2. Pemurnian Minyak

    Pemurnian minyak bertujuan untuk menghilangkan rasa serta bau yang

    tidak enak, warna yang tidak menarik serta memperpanjang masa simpan minyak

    sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan baku dalam industri.

    Kotoran-kotoran yang ada dalam minyak dapat berupa komponen yang tidak larut

    dalam minyak, komponen dalam bentuk suspensi koloid dan komponen yang larut

    dalam minyak. Komponen yang tidak larut dalam minyak adalah lendir, getah,

    abu atau mineral. Komponen yang berupa suspensi koloid adalah fosfolipid,

    karbohidrat dan senyawa yang mengandung nitrogen, sedangkan komponen yang

    larut dalam minyak berupa asam lemak bebas, sterol, hidrokarbon, mono dan

    digliserida serta zat warna yang terdiri dari karotenoid dan klorofil.

    Tahapan proses pemurnian minyak konvensional adalah pemisahan gum

    (degumming), pemisahan asam lemak bebas (deasidifikasi), pemucatan

    (bleaching) dan penghilangan bau (deodorisasi). Fraksinasi dilakukan pada tahap

    akhir untuk memisahkan fraksi cair (olein) dengan fraksi padat (stearin).

    Kadang-kadang satu atau lebih dari tahapan proses tersebut tidak perlu dilakukan,

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    16/22

    78

    tergantung dari tujuan penggunaan minyak. Untuk memperoleh minyak sawit

    merah, proses bleaching tidak dilakukan sebab pada proses bleaching karotenoid

    dihilangkan. Sekitar 80% karotenoid yang hilang selama proses bleaching, arang

    aktif 0,1 0,2% dari berat minyak dapat menyerap zat warna sebanyak

    9597% dari total zat warna yang terdapat pada minyak.

    1). Degumming

    Degummingmerupakan proses pemisahan getah atau lendir yang terdapat

    dalam minyak. Kotoran-kotoran yang tersuspensi seperti fosfatida, protein dan

    kotoran-kotoran lain sukar dipisahkan bila berada dalam kondisi anhydrous,

    sehingga dapat diendapkan dengan cara hidrasi. Hidrasi dapat dilakukan dengan

    menggunakan uap, penambahan air, atau dengan penambahan larutan asam. Asam

    yang biasa digunakan antara lain adalah asam fosfat. Proses degummingdilakukan

    dengan memanaskan minyak pada suhu 70 80 0C setelah ditambahkan asam

    fosfat (H3PO4) 0,3 0,4% (b/b) dengan konsentrasi 20 60% (b/b). Proses

    degumming perlu dilakukan sebelum proses netralisasi, sebab sabun yang

    terbentuk dari hasil reaksi antara asam lemak bebas dengan alkali pada proses

    netralisasi akan menyerap gum (getah dan lendir) sehingga menghambat proses

    pemisahan sabun dari minyak, disamping itu netralisasi minyak yang masih

    mengandung gum akan menambah partikel emulsi dalam minyak sehingga

    mengurangi rendemen minyak.

    2). Deasidifikasi

    Deasidifikasi adalah proses pemisahan asam lemak bebas dalam minyak.

    Deasidifikasi dapat dilakukan dengan metode kimia, fisik, miscella, biologis,

    reesterifikasi, ekstraksi pelarut, supercritical fluid extraction, dan teknologi

    membran. Deasidifikasi secara kimia dilakukan dengan cara netralisasi dengan

    mereaksikan asam lemak bebas dengan basa sehingga membentuk sabun (soap

    stock). Alkali yang biasa digunakan adalah NaOH, proses ini lebih dikenal dengan

    istilah caustic deasidification.

    Beberapa bahan kimia dapat diaplikasikan pada proses tersebut, misalnya

    natrium karbonat, natrium hidroksida, kalium hidroksida, etanol amin serta

    amonia. Efektivitas bahan kimia tersebut dalam proses deasidifikasi minyak sawit

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    17/22

    79

    sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan kimia, serta suhu yang digunakan

    selama proses deasidifikasi.

    Netralisasi minyak dan lemak dengan metode kimia merupakan proses

    penyabunan asam lemak bebas oleh larutan NaOH maupun bahan kimia lain.

    Sabun yang terbentuk dapat membantu pemisahan kotoran seperti fosfatida dan

    protein dengan cara membentuk emulsi. Sabun atau emulsi yang terbentuk dapat

    dipisahkan dari minyak dengan cara sentrifusi. Reaksi penyabunan asam lemak

    bebas dengan NaOH dapat dilihat pada Gambar 4.2.

    asam lemak sabun air

    bebas

    Gambar 4.2. Reaksi penyabunan asam lemak bebas dengan NaOH

    Penggunaan NaOH banyak dilakukan dalam skala industri karena kerjanya

    lebih efisien dan biaya lebih murah. Selain itu NaOH juga akan membantu

    menghilangkan kotoran berupa getah dan lendir dalam minyak. Kotoran tersebut

    berupa fosfatida dan protein dengan cara membentuk emulsi. Konsentrasi larutan

    alkali untuk netralisasi biasa dinyatakan dengan derajat Baume (Be). Untuk

    minyak dengan kandungan asam lemak bebas lebih kecil dari 1% biasa digunakan

    larutan 8 12 0Be, sedangkan untuk kandungan asam lemak bebas di atas 1%

    dipakai larutan 1420 0Be. Larutan yang lebih kuat dari 20 0Be hanya digunakan

    jika keasaman minyak sangat tinggi, yaitu jika lebih dari 6%. Secara teoritis,

    untuk menetralkan 1 kilogram asam lemak bebas dibutuhkan 0,142 kg NaOH

    kristal dan diberi kelebihan (excess) sebesar 0,1 0,2% dari berat minyak yang

    akan dinetralkan. Efisiensi netralisasi dinyatakan dengan refining factor, yaitu

    perbandingan antara kehilangan total minyak karena netralisasi dengan jumlah

    asam lemak bebas dalam minyak kasar. Makin kecil nilai refining factor maka

    efisiensi netralisasi makin tinggi.

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    18/22

    80

    Konsentrasi bahan kimia yang digunakan dalam netralisasi tergantung

    pada jumlah asam lemak bebas atau derajat keasaman minyak. Makin besar

    jumlah asam lemak bebas, makin besar pula konsentrasi bahan kimia yang

    digunakan. Tetapi makin besar konsentrasi bahan kimia yang digunakan, maka

    kemungkinan jumlah trigliserida yang tersabunkan akan semakin besar, sehingga

    nilai refining factorbertambah besar. Sebaliknya, makin kecil konsentrasi bahan

    kimia maka makin besar kecenderungan larutan sabun untuk membentuk emulsi

    dengan trigliserida sehingga mempersulit pemisahan sabun (soap stock) yang juga

    akan menurunkan rendemen.

    Pemakaian bahan kimia dengan konsentrasi yang terlalu tinggi akan

    bereaksi sebagian dengan trigliserida sehingga mengurangi rendemen minyak dan

    menambah jumlah sabun yang terbentuk. Oleh karena itu harus dipilih konsentrasi

    dan jumlah bahan kimia yang tepat untuk menyabunkan asam lemak bebas dalam

    minyak. Dengan demikian penyabunan trigliserida dan terbentuknya emulsi

    dalam minyak dapat dikurangi, sehingga dihasilkan minyak netral dengan

    rendemen yang lebih besar dan mutu minyak yang lebih baik.

    Suhu dan waktu yang digunakan dalam proses netralisasi minyak harus

    dipertimbangkan dengan baik dan dipilih sedemikian rupa sehingga sabun yang

    terbentuk dalam minyak mengendap dengan kompak dan cepat. Proses

    pengendapan yang lambat akan memperbesar kehilangan minyak, sebab sebagian

    minyak akan diserap oleh sabun. Suhu proses yang tinggi serta waktu proses yang

    lama dapat merusak karotenoid yang merupakan pigmen alami minyak sawit.

    3). Bleaching

    Warna minyak sawit ditentukan oleh adanya pigmen karotenoid yang larut

    dalam minyak, sebab asam-asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Bleaching

    merupakan salah satu tahapan proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk

    menghilangkan zat warna. Bleaching dilakukan dengan mencampur minyak

    dengan sejumlah kecil adsorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung aktif

    (activatedclay) dan arang aktif, atau dapat juga menggunakan bahan kimia. Zat

    warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap

    suspensi koloid serta hasil degradasi minyak seperti peroksida.

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    19/22

    81

    Adsorben yang digunakan untuk memucatkan minyak terdiri dari tanah

    pemucat (bleaching earth) dan arang (bleaching carbon). Tanah pemucat banyak

    digunakan karena efektif menyerap zat warna. Tanah pemucat terdiri dari

    beberapa komponen yaitu Al2O3, Fe2O, TiO2, CaO, MgO, K2O dan Na2O.

    Daya pemucatan disebabkan oleh ion-ion Al3+ yang pada permukaan adsorben

    dapat mengadsorbsi partikel-partikel zat warna. Proses bleaching dilakukan

    dalam ketel. Minyak yang akan dipucatkan dipanaskan pada suhu sekitar 1050C

    selama 1 jam. Penambahan adsorben dilakukan pada saat minyak mencapai suhu

    70800C. Selanjutnya minyak dipisahkan dari adsorben dengan cara penyaringan

    atau dengan pengepresan menggunakan filter. Jumlah adsorben yang dibutuhkan

    untuk menghilangkan warna minyak tergantung dari macam dan tipe warna dalam

    minyak dan sampai berapa jauh warna tersebut akan dihilangkan.

    4). Deodorisasi

    Deodorisasi merupakan proses untuk memisahkan rasa dan bau dari

    minyak. Prinsip dari proses deodorisasi yaitu destilasi minyak oleh uap dalam

    keadaan hampa udara. Pada suhu tinggi, komponen-komponen yang menimbulkan

    bau mudah diuapkan, kemudian melalui aliran uap komponen tersebut dipisahkan

    dari minyak. Komponen-komponen yang dapat menimbulkan rasa dan bau dari

    minyak antara lain asam lemak bebas, aldehida, keton, hidrokarbon dan minyak

    esensial yang jumlahnya sekitar 0,1% dari berat minyak.

    Deodorisasi dilakukan dengan cara menguapkan komponen-komponen

    volatil, dan memisahkan asam lemak bebas lebih lanjut. Proses ini dilakukan

    secara kontinu pada suhu 2452650C dalam keadaan vakum 12 tor.

    H. Asam Lemak Bebas

    Asam lemak bebas merupakan salah satu faktor penentu mutu minyak

    sawit dan juga merupakan salah satu indikator dalam kerusakan minyak. Asam

    lemak bebas dalam minyak tidak dikehendaki karena degradasi asam lemak bebas

    tersebut menghasilkan rasa dan bau yang tidak disukai. Oleh karena itu dalam

    pengolahan minyak diupayakan kandungan asam lemak bebas serendah mungkin.

    Pembentukan asam lemak bebas pada minyak sawit kasar merupakan suatu

    kerusakan. Kerusakan minyak sawit kasar disebabkan oleh hidrolisis dan oksidasi.

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    20/22

    82

    Proses hidrolisis pada umumnya disebabkan oleh aktivitas enzim dan mikroba.

    Proses hidrolisis dapat berlangsung bila tersedia sumber nitrogen, garam mineral

    dan sejumlah air. Air di dalam minyak akan mempercepat kerusakan minyak

    karena terjadi hidrolisa, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan

    gliserol, yang dapat menyebabkan ketengikan. Mekanisme reaksi hidrolisis dan

    oksidasi dapat dilihat pada Gambar 4.3 dan Gambar 4.4.

    Gambar 4.3 Mekanisme reaksi hidrolisis

    Gambar 4.4. Mekanisme reaksi oksidasi

    Hidrolisis terjadi pada ikatan ester dari molekul gliserida membentuk asam

    lemak bebas dan gliserol. Enzim penyebab hidrolisa disebabkan oleh lipolitik

    (lipase) yang terdapat secara alami di dalam buah sawit, dan oleh mikroba

    lipolitik. Lipase mulai aktif pada saat struktur seluler buah menjadi pecah atau

    rusak, utamanya selama pasca panen sawit, sedangkan hidrolisis oleh

    mikroorganisme disebabkan oleh fungi yang menghasilkan enzim lipase. Pada

    proses hidrolisa dihasilkan gliserida dari asam-asam lemak berantai pendek

    (C14C12), mengakibatkan perubahan flavor dan timbul bau tengik.

    Lemak yang masih berada dalam jaringan mengandung enzim dari

    golongan lipase yang dapat menghidrolisis lemak netral (trigliserida). Koordinasi

    mekanisme sel-sel pada jaringan akan rusak jika organisme telah mati,

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    21/22

    83

    mengakibatkan lipase mulai bekerja sehingga merusak molekul lemak. Kecepatan

    hidrolisa oleh enzim lipase yang terdapat dalam jaringan bahan relatif lambat pada

    suhu rendah, tetapi pada kondisi yang cocok proses tersebut akan terjadi lebih

    intensif. Lemak yang rusak mengakibatkan kenaikan asam lemak bebas dan

    gliserol.

    Kerusakan ini disebabkan oleh struktur sel buah yang terganggu. Pengaruh

    enzim yang mengakibatkan kenaikan asam lemak bebas mulai terjadi pada saat

    penanganan dan pengangkutan tandan buah segar. Kenaikan asam lemak bebas

    dapat terjadi selama pengolahan dan penyimpanan minyak sawit yang disebabkan

    oleh hidrolisis autokatalitik, juga disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yaitu

    jamur lipolitik, diantaranya adalah spesies Paecilomyces, Aspergillus, Rhizopus

    dan Torula, hal ini terjadi karena minyak diproduksi dalam keadaan kotor yang

    merupakan nutrisi bagi perkembangan jamur lipolitik. Kenaikan asam lemak

    bebas mempermudah proses pembentukan senyawa peroksida, aldehida, keton

    dan polimer. Oksidasi berantai menyebabkan penguraian konstituen aroma, flavor

    dan vitamin. Pembentukan senyawa seperti peroksida, aldehida, dan keton

    menyebabkan bau tengik, pencoklatan minyak dan dapat menimbulkan keracunan.

    Oksidasi minyak sawit terjadi melalui asam oleat yang merupakan

    komponen makro dimana jumlahnya mendekati 50% dari seluruh asam lemak

    yang terkandung pada minyak sawit. Namun minyak sawit kasar relatif stabil

    terhadap oksidasi, sebab hanya sedikit mengandung asam lemak tidak jenuh

    berantai panjang (poly unsaturated). Selain itu juga mengandung antioksidan

    alami berupa tokoferol dan tokotrienol, disamping itu kandungan karotenoid yang

    tinggi juga membantu tokoferol dengan cara mengikat oksigen. Logam

    kontaminan merupakan katalisator yang sangat kuat dalam oksidasi minyak sawit.

    Soal latihan :

    1. Jelaskan beberapa peranan lemak dalam sistem pangan2. Jelaskan proses produksi miknyak goreng3. Jelaskan proses produksi margarin, mentega, dan mentega putih, sehingga

    tampak perbedaan antar keduanya

  • 7/28/2019 BAB IV. MINYAK DAN LEMAK_2.docx

    22/22

    84

    4. Berdasarkan cara pembuatannya, mentega putih dibedakan atas 3 macam.Jelaskan.

    5. Jelaskan tahap-tahap pemurnian minyak