bab iv pekerjaan (sip).docx

Upload: matthew-syaputra

Post on 11-Oct-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bab IV Pekerjaan Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus SemarangBAB IVHASIL PEKERJAAN 4.1 Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bore PilePada pelakanaan pekerjaan pekerjaan pondasi bore pile, yaitu diadakannya pengeboran tanah dengan kedalaman tertentu dan adanya pengecoran yang dilakukan. Untuk lebih jelasnya lagi, disini penulis akan sedikit membahas secara umum tentang pekerjaan pondasi bore pile.4.1.1 Pekerjaan Pondasi Bore PileDengan lokasi proyek yang sempit dan terdapat bangunan gedung disekeliling lokasi proyek, maka penggunaan pondasi yang tepat untuk menopang bangunan diatasnya adalah pondasi bore pile. Pondasi bore pile ini didesain sekuat mungkin untuk menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan tersebut. Denah pekerjaan pondasi bore pile sebelum di revisi disajikan pada Gambar 4.1. Denah bored pile setelah ditambah titik-titik bor baru dan perubahan pile cap akan di bahas pada bab selanjutnya.

Gambar 4.1 Denah Pekerjaan Pondasi Bore Pile sebelum di revisiPelaksanaan pekerjaan pondasi bore pile meliputi :1. a. Pekerjaan PersiapanPekerjaan persiapan meliputi pembersihan lapangan, mendatangkan sumber daya proyek (alat, material dan tenaga kerja), setting alat kerja, dan lain-lain. Pekerjaan persiapan ini sangat menentukan kelancaran dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Perlu diperhatikan pada pekerjaan persiapan ini diantaranya pembersihan lokasi proyek dari segala macam pohon, batu-batuan, dan lain-lain. Segala macam instalasi baik untuk listrik maupun air harus disiapkan juga dengan baik.b. Setting outUntuk mengetahui keakuratan elevasi titik-titik pengeboran, maka dilakukan pengukuran oleh tim pemetaan (surveyor) sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Alat yang digunakan dalam pengukuran elevasi titik-titik bor ini adalah theodolite. Biasanya ditancapkan sebuah patok kayu untuk memberi tanda pada titik-titik yang akan di bor. Pelaksanaan pengukuran elevasi ini disajikan pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 (a) Titik Bor yang Ditinjau (b) Penembakan Titik Borc. Pekerjaan Penulangan (Rebaring)Perakitan tulangan harus dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan pengeboran agar waktu pekerjaan pengeboran selesai maka dapat langsung dipasang ke lubang bor sebelum lubang bor longsor. Baja tulangan yang digunakan untuk pekerjaan struktur pondasi ini adalah baja tulangan ulir (deform). Dalam pelaksanaan pembesian digunakan baja tulangan dengan mutu BJTD 40 untuk tulangan utama dan sengkang dan menggunakan tahu beton sebagai selimut beton. Perakitan tulangan harus sesuai dengan pengawasan MK. d. Pengeboran Pengeboran adalah proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor. Pengeboran harus dilakukan sampai mencapai lapisan tanah keras yang disyaratkan (berdasarkan hasil penyelidikan tanah).Perlu diperhatikan juga tanah hasil pemboran perlu dicheck dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu atau dua tempat saja yang dianggap mewakili. Dengan proses pengeboran ini secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat satu persatu pada titik yang dibor.Pada waktu pengeboran harus dicatat mengenai elevasi dan jenis lapisan-lapisan tanah yang dijumpai. Selanjutnya harus diambil contoh tanah dari setiap elevasi dan disimpan untuk dipergunakan analisis lebih lanjut oleh tim konsultan perencana.Alat yang digunakan dalam pengeboran ini adalah mesin bor, auger (Gambar 4.3) dan cleaning bucket. Pada awal mulanya proses pengeboran dilakukan dengan memakai mata bor auger. Penggunaan mata bor auger dimaksudkan untuk memudahkan proses drilling yang terjadi. Biasanya penggunaan mata bor auger ini hanya dipakai sampai kedalaman mencapai muka air tanah.

Gambar 4.3 Mata Bor AugerSelanjutnya setelah mencapai muka air tanah, biasanya dipasang casing baja untuk menghindari terjadinya longsoran ketika pengeboran berlangsung. Ukuran casing baja yang digunakan memiliki diameter yang sama dengan pondasi yang direncanakan. Pemasangan casing baja dilakukan dengan menggunakan bantuan crane.

Gambar 4.4 Drilling BucketSetelah casing baja terpasang, dilakukan penggantian mata bor dari auger menjadi drilling bucket. Penggunaan drilling bucket (Gambar 4.4) dimaksudkan untuk mengambil sisa-sisa pengeboran berupa lumpur sampai dasar kedalaman yang ditentukan sehingga pada saat pengecoran berlangsung beton tidak tercampur dengan lumpur. Akhirnya setelah beberapa lama dan diperikirakan sudah mencapai kedalaman rencana, maka kedalaman lubang bor dipastikan dengan pemeriksaan manual menggunakan meteran. e. Pemasangan TulanganSetelah kedalaman lubang bor mencapai kedalaman yang direncanakan, selanjutnya adalah memasang tulangan pada lubang tiang bor. Dalam pemasangan tulangan ini perlu diperhatikan selimut beton yang telah direncanakan. Tebal selimut beton yang disyaratkan pada pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang bor ini adalah 7 cm. Perlu kerhati-hatian juga pada saat memasukan tulangan ini ke dalam lubang bor sehingga tidak banyak terjadi singgungan dengan dinding tanah yang dapat mengakibatkan longsor. Apabila dasar pondasi menjadi tidak sesuai kedalamannya akibat runtuhan dari longsoran tanah, maka perlu dilakukan pembersihan ulang. Apabila kedalaman pondasi terlalu dalam maka dilakukan penyambungan secara bertahap. Penyambungan dilakukan dengan menggunakan las sesuai dengan persetujuan dari MK.f. Pemasangan Pipa TremieAdanya air pada lubang bor membutuhkan alat bantu khusus yaiut pipa tremi. Pipa tremie yang digunakan sekurang-kurangnya mempunyai diameter 20 cm. Posisi pipa tremie harus diatur sedemikian rupa sehingga dasar dari pipa tersebut paling tidak 1,5 m dibawah permukaan beton pada setiap tahap pengecoran. Pada bagian ujung atas pipa tremie terdapat corong cor (receving bor) dengan kapasitas setidaknya sama dengan kapasitas yang disuplay beton readymix. Pipa tremie disajikan pada Gambar 4.5.

Pipa TremiCorong

Gambar 4.5 Pemasangan Pipa Tremieg. Pekerjaaan Pengecoran (Concreting)Pekerjaan pengecoran adalah tahap akhir dari pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang bor ini. Pada tahap pengecoran pertama kali, beton ready mix bisa langsung dituangkan ke dalam corong cor. Disini peranan seorang supervisor sangat menentukan karena dalam pelaksanaan pengecoran ini kondisi beton yang sudah tertuang ke dasar pondasi tidak terlihat. jika beton yang di cor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak), maka pipa tremie harus mulai ditarik ke atas. Gambar pengecoran disajikan pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 PengecoranAdanya pipa tremie menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung tanpa mengalami pencampuran dengan air dan lumpur (segregasi). Karena BJ beton lebih besar dari BJ lumpur, maka beton semakin lama semakin kuat mendesak lumpur naik ke atas. Pada proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang terus menerus, tidak boleh ada keterlambatan pada saat pengecoran sedang berlangsung. Oleh karena itu, bagian logistic/pengadaan beton harus memperhatikan hal ini. 4.2 Pelaksanaan Pengendalian MutuDalam sub-bab ini penulis akan membahas pelaksanaan pengendalian mutu dilihat dari aspek kualitas pekerjaan yang menyangkut bahan atau integritas tiang dan aspek daya dukung tiang pondasi. 4.2.1 Aspek kualitas bahanDi dalam pelaksanaan suatu proyek, diperlukan adanya pengelolaan bahan dan peralatan yang baik untuk menunjang kelancaran pekerjaan. Penyimpanan bahan-bahan bangunan perlu mendapat perhatian khusus mengingat adanya bahan bangunan yang sangat peka terhadap kondisi lingkungan, seperti semen dan baja tulangan yang peka terhadap pengaruh air dan udara sekitar. Pengaturan dan penyimpanan bahan-bahan dan peralatan dalam proyek menjadi tanggung jawab bagian logistik dan gudang. Penggunaan bahan dan alat yang harus sesuai dengan standar dan kondisi di lapangan. Masalah material harus mendapat perhatian khusus, terutama dalam hal pengawasan baik terhadap mutu dan kualitas standar material karena hal ini dapat mempengaruhi mutu dan kualitas konstruksi.Penerimaan dan pengaturan material konstruksi menjadi tanggung jawab bagian logistik. Bagian logistik bertugas untuk mengontrol mutu barang dan menandatangani nota/kuitansi, dan selanjutnya diserahkan kepada bagian administrasi untuk diselesaikan pembayarannya sesuai kesepakatan dengan pihak pemasok material. Material yang sudah diantar, selanjutnya langsung diatur di tempat yang sudah disediakan. Material yang berukuran kecil seperti semen (berat 50 kg/zak), bentonite, paku, dan lain-lain disimpan di dalam gudang. Gudang juga digunakan sebagai tempat menyimpan peralatan kecil dan lokasi gudang berada di area base camp. a. Baja TulanganPada umumnya jenis baja tulangan yang digunakan adalah tulangan ulir atau deform dengan mutu baja tulangan fy = 400 Mpa. Baja tulangan beton ini memiliki bentuk khusus, yaitu permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang untuk meningkatkan daya lekat dan guna menahan gerakan membujur dari batang secara relatif terhadap beton. Jenis tulangan ini disingkat BJTD dan ukuran dilambangkan dengan D. Pada proyek ini baja tulangan yang telah diterima diletakkan di site untuk pabrikasi dengan keadaan terbuka tanpa terlindung dari matahari, air hujan dan udara. Pada bagian bawah diganjal dengan potongan kayu. Persyaratan baja tulangan yang dapat digunakan untuk konstruksi adalah sebagai berikut:1) Baja tulangan harus bersih, bebas dari karat, material lepas, gemuk, cat, serta bahan-bahan lain yang melekat.2) Harus disimpan dalam tempat yang terlindung.3) Harus disimpan secara terpisah sesuai dengan kelompok ukurannya dan diletakkan di atas lantai beton atau balok kayu untuk menghindari kontak dengan tanah, air dan zatzat lain yang bersifat merusak besi. Penimbunan baja tulangan di udara terbuka untuk waktu yang lama tidak diperbolehkan.4) Kawat pengikat tulangan/bendrat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter minimum 1 mm yang telah dipijarkan.

Pengunaan kawat bendrat dapat menahan beban yang direncanakan dengan optimal. Agar tujuan tersebut tercapai maka harus digunakan kawat bendrat dengan kualitas yang baik dan tidak mudah putus. Tabel 4.1. Jenis Baja Tulangan

JenisTegangan Leleh (Mpa)Penandaan

Baja Tulangan Polos240BJTP - 24

Baja Tulangan Ulir400BJTD - 40

b. BetonBeton merupakan batu buatan yang berfungsi membentuk suatu struktur. Seluruh pekerjaan struktural pondasi dalam Proyek Pembangunan Gedung H (Ruang Kuliah) Udinus Semarang ini menggunakan beton ready mix dengan berbagai mutu dari hasil produksi PT. bcamix dan PT. pionir beton. 1) Material pembuat beton terdiri dari:a) Portland CementSemen adalah bahan pengikat yang berfungsi untuk mengikat butiran-butiran dalam suatu adukan seperti adukan beton maupun plesteran. Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan ini menggunakan semen Semen padang tipe 1. Karena karakteristik semen yang mudah mengalami pemadatan jika disimpan terlalu lama maka harus dilakukan pengaturan penyimpanan yang baik agar semen tetap layak digunakan tanpa mengurangi mutu konstruksi sehingga dalam hal ini semen lama harus dipergunakan terlebih dahulu.b) AgregatAgregat merupakan bahan utama pembentuk beton disamping pasta semen, kadar agregat dalam campuran berkisar antara 60-80 % dari volume total beton. Kualitas agregat sangat berpengaruh terhadap kualitas beton sehingga pada saat pencampuran kualitas agregat harus bersih dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Penggunaan agregat bertujuan untuk memberi bentuk pada beton, memberi kekerasan yang dapat menahan beban, goresan, cuaca dan mengontrol workability. Agregat beton dapat berasal dari bahan alami dan buatan (batu pecah) maupun bahan sisa produk tertentu. Selain persyaratan teknis yang harus dipenuhi, hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis agregat adalah faktor ekonomisnya. Agregat yang dipakai campuran beton dibedakan berdasarkan fraksinya yaitu Fraksi Filler dengan ukuran butiran kurang dari 0,063 mm, Fine Agregate (FA) dengan ukuran butiran antara 0,075 - 5 mm, dan Coarse Agregate (CA) dengan ukuran butiran 5-20 mm. Agregat dibagi menjadi dua jenis yaitu agregat halus dan agregat kasar.Agregat halus adalah butiran-butiran mineral keras dan halus yang bentuknya mendekati bulat. Agregat halus terdiri dari Fine Agregate dimana ukuran butirannya sebagian besar terletak antara 0,075-5 mm dan terdiri dari Filler yang ukurannya lebih kecil dari 0,063 mm. Kadar filler tidak lebih dari 5% (Departemen Pekerjaan Umum, 1982). Agregat halus beton dapat berupa pasir alami sebagai disintegrasi alami atau berupa pasir buatan yang dihasilkan dari alat-alat pemecah batu. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.Agregat kasar adalah butiran mineral keras yang sebagian besar butirannya berukuran antara 5 sampai 40 mm dan besar butiran maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud dan pemakaian. Agregat kasar yang akan dicampurkan sebagai adukan beton harus mempunyai syarat mutu yang ditetapkan.2) Pengendalian mutu betonDalam pengendalian mutu beton, dilakukan tes kuat tekan beton dan pengujian nilai slump. Pengujian slump dilakukan oleh produsen ready mix yaitu PT. bcamix dan PT. pionir beton. Menurut standar nilai slump yang memenuhi adalah 8-12 cm tergantung jenis pekerjaan lihat Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Nilai slump sesuai jenis pekerjaan konstruksiKonstruksi BetonSlump maksimum (cm)Slump minimum (cm)

Dinding, plat pondasi dan pondasi telapak bertulang12,510,0

Pondasi telapak tidak bertulang, kaison dan konstruksi di bawah tanah9,07,5

Plat balok, kolom dan dinding15,012,5

Pembetonan massal7,57,5

Adapun prosedur pengujian slump dengan menggunakan kerucut Abrams terdiri dari corong baja berbentuk conus berlubang pada kedua ujungnya bagian bawah berdiameter 20 cm dan atasnya 10 cm dengan tinggi 30 cm. Makin cair adukan makin mudah pengerjaannya dan nilai slump semakin besar. Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui sifat kekentalan beton segar . Sifat ini merupakan ukuran dari tingkat kemudahan pengerjaan. Cara pengukuran tinggi slump dapat dilakukan sebagai berikut :0. Masukkan adukan beton segar ke dalam kerucut Abrams dalam tiga lapis. Masing-masing 1/3 dari tinggi kerucut.0. Setiap lapis ditusuk sebanyak 25 kali. Setelah itu tunggu 30 detik dan kerucut ditarik ke atas.0. Nilai slump adalah selisih tinggi antara kerucut Abrams dengan permukaan atas adukan setelah kerucut ditarikPengujian yang kedua adalah tes kuat tekan beton. Test kuat tekan beton ini dilakukan oleh pihak kontraktor. Pengujian dilakukan berdasar standart ASTM C 143-94, C 31-94, dan C 39-94. Tiap pengiriman pesanan ready mix maka akan dibuat tiga benda uji berbentuk tabung silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Kuat tekan beton adalah besaran, Beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji hancur apabila dibebani gaya Konstan (antara 2 4 kg/cm 2 per detik) yang dihasilkan oleh mesin tekan (SK SNI M-14-1898-F).Dalam proyek ini dilakukan pengujian benda secara periodik dalam 7 hari, 14 hari dan 28 hari oleh PT. Pioner, PT. BCAmix dan lembaga independent yaitu Universitas Diponegoro.

4.2.2 Aspek Daya Dukung Pondasi TiangUji pembebanan dibagi menjadi dua yaitu uji beban statis dan uji beban dinamis. Uji beban statis adalah uji standar dengan pembebanan langsung tiang pondasi atau loading test. Uji beban dinamis dengan perambatan gelombang melalui tumbukan drop hammer. Kedua uji beban tersebut bertujuan untuk mencari kapasitas tiang bor.a. Uji Beban Statis Loading test menggunakan sistem Kentledge yaitu dengan cara pemberian beban statis secara bertahap pada tiang dengan mempergunakan satu atau lebih dongkrak hidrolik yang diletakan secara sentral di atas kepala tiang uji. Dongkrak hidrolik dihubungkan dengan pompa hidrolik dan dipasangai manometer yang berfungsi sebagi pembaca beban.Sebagai pendukung beban dipergunakan concreete block yang disusun diatas platform yang terdiri dari main beam dan secondary beam. Selain pemberian beban pada pengujian ini juga disertai pengukuran pergerakan yang terjadi pada tiang akibat pembebanan. Untuk mengetahui besarnya pergerakan yang terjadi dipergunakan satu set dial gauge yang dipasang pada tiang uji denga jarum pengukur diletakkan pada reference beam. Hasil pengujian ini kemudian direpresentasikan dalam bentuk grafik hubungan beban dan penurunan, beban dan waktu serta penuruan dan waktu. Axial loading test disajikan pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Loading TestUntuk mengetahui kapasitas beban yang diujikan digunakan jack hydraulic untuk mengangkat beban-beban diatasnya seperti main beam, secondary beam dan concrete block. Pembacaan beban yang sedang diangkat dapat diketahui dari manometer. (Gambar 4.8)

(a)(b)

Gambar 4.8 (a) Jack Hydraulic. (b) ManometerSyarat-syarat pelaksanaan loading test setup system Kentledge mencakup hal-hal sebagai berikut:1) Prosedur pembebananResultan beban-beban percobaan harus segaris dengan sumbu memanjang tiang bor. Pembebanan untuk loading test ini dilakukan hingga 200% dari Anticipated Design Load (ADL). Pembebanan dilakukan mengikuti prosedur Slow Maintained Load Test dengan cyclic loading berdasarkan ASTM D 1143-81 (1994). (Gambar 4.9)

Gambar 4.9 Prosedur Pembebanan2) Prosedur pengukuran penurunan tiangProsedur pembacaan pembebanan:a) Untuk time schedule A, 1 jam, 20 menit, pembacaan dilakukan sebagai berikut: Waktu (menit): 0 1 2 5 10 15 20 b) Untuk B: sama seperti diatas sampai selesai.c) Untuk C: sama seperti diatas, tetapi setelah 1 jam pertama dengan interval 10 menit setelah jam kedua, interval 15 menit untuk jam ke 3, 20 menit untuk jam ke 4, 30 menit untuk jam ke 5 dan selanjutnya interval 1 jam.d) Jika terjadi failure, pembacaan dilakukan segera sebelum pengurangan beban pertama dilakukan.3) Peralatan untuk pengadaan bebanDengan dipergunakannya jack hydraulic untuk beban percobaan, maka jacking system yang terdiri dari ram hydraulic, coupling, pompa hidrolis dan pressure gauge harus dikalibrasi terlebih dahulu sehingga pembebanan dapat dikontrol dalam batas 5% daripada beban total. Kapasitas dial gauge yang digunakan minimum 50 mm dengan ketelitian 0,01 mm. Pompa jack hydraulic harus mempunyai pengatur otomatis untuk menjaga tetapnya besar beban pada waktu terjadinya penurunan tiang.4) Peralatan untuk mengukur penurunanUntuk mengukur penurunan aksial tiang percobaan, dipergunakan alat pengukur berupa dial gauge. Dua buah reference beam, masing-masing pada setiap sisi tiang percobaan harus ditempatkan sedemikian rupa hingga searah dengan test beam. Hendaknya ditempatkan atau dipasang 4 buah dial gauge (dial 1, 2, 3 dan 4) yang ditempatkan pada tiang percobaan secara diametral. Kemudian ada 2 dial gauge (dial X dan Y) sebagai tambahan untuk mengukur gerakan horizontal yang ditempatkan tegak lurus satu dari yang lain.b. Uji Beban DinamisSampai saat ini pengujian dengan PDA sudah banyak dilakukan untuk pondasi tiang pancang seperti precast piles, steel piles dan spun piles, dengan menggunakan palu dari alat pancangnya sendiri sehingga sangat praktis dan ekonomis. Pengujian PDA untuk tiang bor berdiameter besar dan daya dukung besar sangat menguntungkan, karena proses pengujian, dari persiapan sampai selesai pengujian hanya berlangsung 1 sampai dengan 3 jam. Hal ini berbeda dengan pengujian dengan sitem kentledge atau sistem anchor, yang perlu waktu lama dan biaya besar sesuai dengan besarnya daya dukung tiang. Terbatasnya berat palu yang dipakai untuk pengujian tiang bor dengan PDA menyebabkan pengujian tersebut banyak diragukan berbagai pihak. Tetapi, dengan digunakannya mega palu berbobot sangat besar yaitu 10 ton (Gambar 4.10) (tersedia pula dengan bobot 25 ton) untuk berbagai proyek menyebabkan analisa hasil pengujian lebih akurat .

Gambar 4.10 PDA dengan Drop Hammer 10 ton

Sebagai analisa lanjutan pengujian dengan PDA, hasil rekaman gelombang akibat tumbukan palu dapat di analisa lebih jauh dengan menggunakan sofware Case Pile Wave Equation Analysis Program disingkat CAPWAP, sebagai satu paket dengan PDA. c. Uji Integritas Tiang Seperti yang dibahas dalam aspek kualitas bahan, masalah pada pondasi dalam, tidak hanya masalah daya dukung, tetapi juga terkait dengan faktor integritas tiang, apakah tiang berada kondisi utuh atau cacat. Masalah integritas tiang merupakan masalah yang rumit, karena keberadaan tiang dalam tanah yang tidak dapat diamati langsung oleh mata. Untuk tiang jenis tiang beton pracetak, tiang baja, spun piles masalah integritas tiang lebih mudah pengontrolannya. Khusus untuk tiang beton pracetak masalah integritas tiang adalah kemungkinan terjadinya retak, karena pengangkatan tiang yang salah ataupun pemancangan yang berlebihan atau tidak sentries. Untuk tiang bor, maka masalah kontrol integritas pada tiang sangat penting, karena hasil atau kualitas tiang bor sangat tergantung dari kerjasama tim di lapangan. Masalah integritas tiang bor yang sering dijumpai adalah panjang tiang yang lebih pendek dari diisyaratkan, necking, pembersihan lubang bor, keropos akibat pengangkatan pipa tremie terlalu cepat. Secara manual, integritas tiang umumnya di cek dengan membandingkan volume cor beton teoritis dan yang dilaksanakan. Tentu saja cara manual ini, tidak dapat menjamin tingkat integritas tiang. Cara terbaik yang saat ini banyak dipakai menguji integritas tiang adalah dengan menggunakan alat Pile Integrity Test (ASTM D5882-96) dan Sonic Logging . PIT tidak memerlukan pekerjaan pendahuluan apapun pada tiang yang akan ditest, seperti pemasangan tabung ataupun pekerjaan lainnya. PIT dapat langsung dikerjakan pada setiap tiang pondasi yang sudah tertanam didalam tanah, dengan menempelkan accelerometer pada permukaan atas kepala tiang. Accelerometer merekam gelombang akibat impact atas palu kecil yang dipukulkan pada permukaan kepala tiang tersebut.Berbeda dengan PDA pada uji PIT tidak diperlukan pukulan yang besar, tapi cukup menggunakan palu tangan, sehingga PIT disebut pula low strain testing. Krakteristik rambatan gelombang sepanjang tiang akan direkam oleh accelerometer. Bila rambatan gelombang mencapai lokasi defect (penampangnya mengecil) atau mencapai ujung tiang, maka akan terjadi pantulan gelombang. Pantulan gelombang akibat perubahan penampang akan menentukan tingkat kerusakan dari tiang, yang dinyatakan dengan BTA (%).

Gambar 4.11 Pengujian integritas tiang dengan PITLaporan PKL60