sip paminal
DESCRIPTION
OPTIMALISASI PENERAPAN ETIKA PROFESI GUNA MEMBENTUK PERSONIL POLRI YANG PROFESIONAL DAN BERMORAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN GRAND STRATEGY POLRI DI TINGKAT POLDABAB IPENDAHULUAN1. Latar BelakangCitra polisi di mata masyarakat sangat tergantung pada pengalaman kongkrit masyarakat di lapangan, yaitu ketika mereka sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung harus berinteraksi dengan polisi. Masing-masing masyarakat yang mempunyai pengalaman berbeda ketika berinteraksi dengan polisi tentunya akan mempunyai pandangan yang berbeda juga tentang polisi. Untuk itu, perilaku kongkrit polisi adalah factor yang sangat menentukan dalam pembentukan citra polisi di mata masyarakat. Berbagai cara sudah dilakukan agar perilaku anggota Polri senantiasa sesuai dengan harapan masyarakat, termasuk dengan membentuk beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas, fungsi, dan mekanisme pelaksanaannya. Dan kenyataan di lapangan membuktikan bahwa dengan terlaksanya tugas seuai dengan aturan perundang-undangan saja ternyata tidak cukup memberikan kesan baik kepada masyarakat.Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat merupakan upaya terus menerus, berkelanjutan dan harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Polri, sehingga tidak terkesan sebagai penguasa arogansi kekuasaan dan harus dilayani. Keberhasilan pelaksanaan tugas Polri guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan Kamtibmas, selain ditentukan oleh kualitas pengetahuan dan keterampilan teknis kepolisian yang tinggi sangat ditentukan juga oleh perilaku terpuji setiap anggota Polri di tengah masyarakat.Sehubungan dengan hal tersebut, setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus senantiasa terpanggil untuk menghayati dan menjiwai Kode Etik Profesi Polri yang tercermin pada sikap dan perilakunya yang diakomodasikan dalam 4 (empat) prinsip etika, yaitu Etika Kepribadian, Etika Kenegaraan, Etika Kelembagaan, dan Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat. Empat prinsip etika tersebut merupakan pedoman perilaku dan sekaligus pedoman moral bagi anggota Polri, sebagai upaya pemuliaan terhadap profesi kepolisian, yang berfungsi sebagai pembimbing pengabdian, sekaligus menjadi pengawas hati nurani setiap anggota agar terhindar dari perbuatan tercela dan penyalahgunaan wewenang.2. PermasalahanYang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah Belum maksimalnya penerapan etika profesi di Poldasu Khususnya Subbid Paminal Propam Poldasu yang berdampak pada tingkat profesionalisme dan moral personil dalam membangun kepercayaan (trust building) dan kemitraan (partnership building) dengan masyarakat di tingkat Penindakan internal. 3. Pokok-Pokok Persoalan Dari permasalahan tersebut di atas, maka yang menjadi pokok-pokok persoalan dalam tulisan ini adalah :1) Mengapa Sumber daya manusia belum optimal ?2) Mengapa Dukungan alokasi anggaran belum mencukupi?3) Dukungan sarana dan prasarana belum memadai?2) Metode pelaksanaan tugas masih belum optimal?4. Ruang LingkupNaskah Karya Perorangan ini dibatasi pada Optimalisasi Penerapan Etika ProfesiGuna Membentuk Personil Polri Yang Profesional Dan Bermoral Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat Untuk Mewujudkan Grand Strategy Polri Di Tingkat Polda di bidang fungsi teknis Paminal Propam Poldasu, yaitu pengaturan, penjagaan, pengawalan, pengawasaan, dan penindakan. Dan sebagai landasan data, maka subjek yang menjadi fokus pembahasan adalah Satuan Paminal Propam PoldasuBAB IILANDASAN TEORI.1. Konsepsi Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat.Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat adalah sikap mental anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan mengacu pada pemeliharaan hubungan dan interaksi sosial dengan masyarakat yang menjadi objek pelayanan.Dalam Etika Hubungan dengan Masyarakat anggotaTRANSCRIPT
OPTIMALISASI PENERAPAN ETIKA PROFESI GUNA MEMBENTUK PERSONIL POLRI YANG PROFESIONAL DAN BERMORAL DALAM RANGKA
MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN KEPADA MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN GRAND STRATEGY POLRI DI TINGKAT POLDA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Citra polisi di mata masyarakat sangat tergantung pada pengalaman kongkrit masyarakat
di lapangan, yaitu ketika mereka sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung harus
berinteraksi dengan polisi. Masing-masing masyarakat yang mempunyai pengalaman berbeda
ketika berinteraksi dengan polisi tentunya akan mempunyai pandangan yang berbeda juga
tentang polisi. Untuk itu, perilaku kongkrit polisi adalah factor yang sangat menentukan dalam
pembentukan citra polisi di mata masyarakat. Berbagai cara sudah dilakukan agar perilaku
anggota Polri senantiasa sesuai dengan harapan masyarakat, termasuk dengan membentuk
beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tugas, fungsi, dan mekanisme
pelaksanaannya. Dan kenyataan di lapangan membuktikan bahwa dengan terlaksanya tugas seuai
dengan aturan perundang-undangan saja ternyata tidak cukup memberikan kesan baik kepada
masyarakat.
Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat merupakan upaya terus menerus,
berkelanjutan dan harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Polri, sehingga tidak terkesan sebagai
penguasa arogansi kekuasaan dan harus dilayani. Keberhasilan pelaksanaan tugas Polri guna
meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat dalam rangka mewujudkan
Kamtibmas, selain ditentukan oleh kualitas pengetahuan dan keterampilan teknis kepolisian yang
tinggi sangat ditentukan juga oleh perilaku terpuji setiap anggota Polri di tengah masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut, setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan
wewenangnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat harus senantiasa terpanggil
untuk menghayati dan menjiwai Kode Etik Profesi Polri yang tercermin pada sikap dan
perilakunya yang diakomodasikan dalam 4 (empat) prinsip etika, yaitu Etika Kepribadian, Etika
Kenegaraan, Etika Kelembagaan, dan Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat. Empat prinsip
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIADAERAH SUMATERA UTARA
etika tersebut merupakan pedoman perilaku dan sekaligus pedoman moral bagi anggota Polri,
sebagai upaya pemuliaan terhadap profesi kepolisian, yang berfungsi sebagai pembimbing
pengabdian, sekaligus menjadi pengawas hati nurani setiap anggota agar terhindar dari perbuatan
tercela dan penyalahgunaan wewenang.
2. Permasalahan
Yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah Belum maksimalnya penerapan
etika profesi di Poldasu Khususnya Subbid Paminal Propam Poldasu yang berdampak pada
tingkat profesionalisme dan moral personil dalam membangun kepercayaan (trust building) dan
kemitraan (partnership building) dengan masyarakat di tingkat Penindakan internal.
3. Pokok-Pokok Persoalan
Dari permasalahan tersebut di atas, maka yang menjadi pokok-pokok persoalan dalam
tulisan ini adalah :
1) Mengapa Sumber daya manusia belum optimal ?
2) Mengapa Dukungan alokasi anggaran belum mencukupi?
3) Dukungan sarana dan prasarana belum memadai?
2) Metode pelaksanaan tugas masih belum optimal?
4. Ruang Lingkup
Naskah Karya Perorangan ini dibatasi pada Optimalisasi Penerapan Etika Profesi
Guna Membentuk Personil Polri Yang Profesional Dan Bermoral Dalam Rangka Meningkatkan
Kualitas Pelayanan Kepada Masyarakat Untuk Mewujudkan Grand Strategy Polri Di Tingkat
Polda di bidang fungsi teknis Paminal Propam Poldasu, yaitu pengaturan, penjagaan,
pengawalan, pengawasaan, dan penindakan. Dan sebagai landasan data, maka subjek yang
menjadi fokus pembahasan adalah Satuan Paminal Propam Poldasu
BAB II
LANDASAN TEORI.
1. Konsepsi Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat.
Etika Dalam Hubungan dengan Masyarakat adalah sikap mental anggota Polri
dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan mengacu pada pemeliharaan
hubungan dan interaksi sosial dengan masyarakat yang menjadi objek pelayanan.
Dalam Etika Hubungan dengan Masyarakat anggota Polri wajib melakukan hal
sebagai berikut, yaitu :
a. Menghormati harkat dan martabat manusia melalui penghargaan serta
perlindungan terhadap hak asasi manusia.
b. Menjunjung tinggi prinsip kebebasan dan kesamaan bagi semua warga negara.
c. Menghindari diri dari perbuatan tercela dan menjunjung tinggi nilai kejujuran,
keadilan, dan kebenaran demi pelayanan kepada masyarakat.
d. Menegakkan hukum demi menciptakan tertib sosial serta rasa aman publik.
e. Meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat.
f. Melakukan tindakan pertama kepolisian sebagaimana yang diwajibkan dalam
tugas kepolisian, baik sedang bertugas maupun di luar dinas.
2. Konsepsi Pelaksanaan Tugas Fungsi Teknis Samapta
Sesuai dengan Keputusan Kapolri No.Pol : Kep/07/I/2005, Tanggal 31 Januari 2005 Tentang
Perubahan Atas Keputusan Kapolri No Pol. : Kep/54/X/2002, tanggal 17 Oktober 2002, tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Teori Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunities, and Threats) merupakan identifikasi pada
berbagai faktor secara sistemais untuk merumuskan strategi perusahaan, Analisis ini didasarkan
pada logika yang dapat memaksimalkan Kekuatan (Strength) dan Peluang (Oppurtunities),
namun secara bersamaan dapat meminimalkan Kelemahan (Weakness) dan Ancaman (Threats).
4. KONDISI SAAT INI
Internalisasi Kode Etik Profesi Polri pada personil paminal propam poldasu pada
dasarnya sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Namun perlu disadari, aktualisasi
penerapan etika profesi Polri oleh a personil paminal propam poldasu dalam berhubungan
dengan masyarakat saat ini belum optimal sehingga berimplikasi pada kurang maksimalnya
kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Kondisi tersebut disebabkan oleh masih
adanya beberapa kelemahan pada sumber daya internal yang dimiliki Sat propam, dan berikut
adalah penjabarannya :
a. Sumber Daya Manusia
1) Kuantitas
Data Personel Seksi Paminal Propam Poldasu
NO PANGKAT STATUS JLH KET
AKTIF MPP SCORSIN
G
SKT KRONIS
I POLRI
1 KOMBES
2 AKBP
3 KOMPOL
4 AKP
5 IPTU
6 IPDA
7 AIPTU
8 AIPDA
9 BRIPKA
10 BRIGADIR
11 BRIPTU
12 BRIPDA
JUMLAH
II PNS
1 GOL III
2 GOL II
3 GOL I
2) Kualitas
Data Pendidikan Dan Jabatan Personel Seksi Paminal Propam Poldasu
No Nama Pangkat Jabatan Ket
1. BAIK
2. BAIK
3. BAIK
4. BAIK
5 BAIK
Berdasarkan data tersebut diatas bahwa personil yang sudah memiliki jabatan di seksi
Paminal Propam Poldasu memberikan gambaran bahwa kecakapan dan kualifikasi propam masih
kurang.
b. Dukungan Anggaran
Anggaran DIPA untuk seksi Paminal Propam Poldasu T.A. 2014
No Program / Kegiatan Anggaran (Rp) Ket1
2
Jumlah
Berdasarkan data tersebut diatas dukungan anggaran dalam pelaksanaan operasional
Paminal Propam dapat dikategorikan belum memadai.
c. Dukungan Sarana dan Prasarana
1) Ranmor
DATA RANMOR SI PAMINAL PROPAM POLDASU T.A 2014
No JENIS MODEL MERK TAHUN KONDISI PEMEGANG PEMILIK
1 2 3 4 5 6 7 8
1 MOBIL
PENUMPANG
JEEP SUZUKI 1992 BAIK KANIT
PAMINAL
2 JEEP JEEP ISUZU 1985 RUSAK
BERAT
-
3 PICK UP PICK UP ISUZU 2002 BAIK KANIT PROVOS
4 MINI BUS TOYOTA
KIJANG
TOYOTA 2002 BAIK BRIGADIR
PROVOS SI
PROPAM
5 SPD NOTOR SPD
MOTOR
R2
YAMAHA 2001 BAIK BRIGADIR
PROVOS SI
PROPAM
6 SPD MOTOR SPD
MOTOR
R2
YAMAHA 2001 BAIK BRIGADIR
PROVOS SI
PROPAM
Berdasarkan data-datadukungan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegiatan
operasional si Paminal Propam Poldasu masih belum cukup memadai untuk mencapai sasaran
yang diinginkan.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
1. Faktor Internal
a. Kekuatan (Strength)
1) Internalisasi etika profesi Polri kepada Paminal Propam Poldasu sudah
dilakukan walaupun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan.
2) Adanya pengalaman personil Paminal Propam Poldasu dalam melakukan
hubungannya dengan personil kesatuan yang lain dan masyarakat dapat
dijadikan sebagai perumusan kebijakan dimasa mendatang.
b. Kelemahan (Weakness)
1) Sumber daya manusia yang ada belum optimal.
2) Dukungan anggaran yang dialokasikan belum mencukupi.
3) Dukungan sarana dan prasarana belum sepenuhnya memadai.
4) Metode yang digunakan belum optimal.
2. Faktor Eksternal
a. Peluang (Opportunity)
1) Adanya tuntutan yang kuat dari seluruh elemen masyarakat Sumatera
Utara kepada Poldasu agar senantiasa dapat memberikan pelayanan
terbaiknya kepada publik sehingga Kamtibmas dapat terwujud.
2) Adanya kelompok masyarakat, tokoh agama dan tokoh masyarakat
Sumatera Utara yang peduli terhadap tugas-tugas dalam mewujudkan
Kamtibmas.
b. Kendala (Threats)
1) Partisipasi masyarakat Sumatera Utara dalam membantu pelaksanaan
tugas yang dilakukan oleh Paminal Propam Poldasu masih kurang.
2) Kebiasaan yang telah menjadi budaya masyarakat Sumatera Utara untuk
mengkonsumsi minuman keras yang menyebabkan timbulnya berbagai
gangguan Kamtibmas.
c. Tuntutan Masyarakat Kepada Polri (peluang)
Era Reformasi telah melahirkan paradigma baru ketatanegaraan dan
pemerintahan yang mereduksi sentralisasi kekuasaan dan mendorong kearah
check and ballance kekuasaan serta penyelenggaraan negara (termasuk institusi
Polri) yang bersih dan berwibawa (good governance), terwujudnya demokratisasi,
supremasi hukum, transparansi, akuntabilitas dan menjunjung tinggi HAM.
6. Kondisi Yang Diharapkan
Dalam mewujudkan grand strategi Polri (Tahap 1 dan Tahap 2) tentunya dibutuhkan
sosok Polri yang professional dan bermoral, dan hal ini salah satunya ditandai dengan adanya
pemahaman anggota Polri terhadap etika profesi yang berisikan norma-norma yang mengatur
dan mengendalikan tentang bagaimana seharusnya seorang anggota Poliri bertindak, mencakup :
1) etika kepribadian, sikap moral anggota Polri terhadap profesinya dilandaskan pada panggilan
ibadah sebagai umat beragama; 2) etika kenegaraan, yaitu sikap moral anggota Polri yang
menjunjung tinggi landasan dan konstitusi negara (Pancasila dan UUD 45); 3) etika
kelembagaan, yaitu sikap moral anggota Polri terhadap institusinya; dan 4) etika hubungan
dengan masyarakat, yaitu etika dalam berinteraksi dengan masyarakat dengan memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat.
Dengan memahami etika profesi ini, maka diharapkan setiap anggota betul-betul
memahami apa yang menjadi tugas pokoknya (sesuai pertelaahan tugas) dan melaksanakan
tugasnya tersebut dengan penuh kesadaran dan keikhlasan (tanpa pamrih). Selain itu tidak ada
lagi anggota Polri yang merasa lebih tinggi kedudukannya dibanding masyarakat dan memiliki
rasa bangga yang berlebihan sebagai seorang anggota Polri, sehingga tidak ditemukan lagi
anggota yang sombong dan arogan dalam berinteraksi dengan masyarakat.
Dalam uraian ini akan digambarkan suatu deskripsi mengenai kondisi yang diharapkan,
dan berikut penjabarannya :
1. Sumber Daya Manusia
a. Kuantitas
Jumlah personil Paminal Propam Poldasu yang diharapkan adalah
sesuainya jumlah Riil dengan DSP sehingga dengan adanya jumlah anggota yang
sesuai dengan kompleksitas pelaksanaan tugas maka psikis anggota yang positif
dalam melakukan hubungan dengan masyarakat guna memberikan pelayanan
dapat tercipta dengan baik.
b. Kualitas
Dengan masih rendahnya tingkat pendidikan umum maupun pendidikan
kejuruan yang dimiliki oleh Paminal Propam Poldasu, maka diharapkan seluruh
anggota Sat Samapta dapat diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan
umum yang lebih tinggi dan diberikan kesempatan juga untuk mengikuti Dikjur
terkait kode etik profesi Polri, baik yang diselenggarakan oleh pihak intern Polri
(Polda dan Mabes), ataupun oleh pihak eksternal. Dengan terealisaikannya hal
tersebut maka diharapkan pengetahuan dan wawasan personil Paminal Propam
Poldasu tentang kode etik profesi Polri, khususnya dalam hubungan dengan
masyarakat dapat lebih optimal, baik secara teori maupun pada implementasinya
di lapangan.
2. Anggaran
Dukungan anggaran yang dialokasikan kepada personil Paminal Propam Poldasu
yang akan melaksanakan tugas diharapkan dapat lebih ditingkatkan, dimana yang tadinya
sebesar Rp.,- menjadi Rp.,- dan alokasi anggaran juga diharapkan dapat disesuaikan
dengan anggota yang akan melaksanakan tugas sehingga kesejahteraan anggota dapat
tercukupi. Dengan tercukupinya kesejahteraan anggota tersebut diharapkan dalam
melakukan hubungannya dengan masyarakat guna memberikan pelayanan terbaik dapat
sejalan dengan kode etik yang ada, dan berbagai pelanggaran etika seperti Pungli tidak
pernah terjadi kembali.
3. Sarana dan Prasarana
Dukungan sarana dan prasarana yang diharapkan oleh Paminal Propam Poldasu
adalah tersedianya sarana transportasi Ranmor R2 dan R4 yang lebih memadai sehingga
kegiatan operasional dapat berjalan secara optimal. Kondisi yang diharapkan tersebut
adalah adanya penambahan sarana transportasi, dimana Ranmor R2 yang tadinya
berjumlah unit dapat ditingkatkan menjadi unit, yang merupakan jumlah % anggota
Paminal Propam Poldasu. Serta adanya penambahan Ranmor R4, dimana jumlah asal
yaitu unit menjadi unit.
4. Metode
Anggota Paminal Propam Poldasu pada pelaksanaan tugasnya dalam penegakkan
internal polri diharapkan lebih optimal, dimana anggota dapat lebih proaktif dan
mempunyai inisiatif untuk melakukan interaksi sosial dengan masyarakat guna
mendapatkan informasi terkait Kamtibmas. Disamping itu, pengendalian yang dilakukan
melalui pengawasan oleh unsur pimpinan diharapkan dapat lebih dioptimalkan sehingga
apabila terjadi penyalangunaan wewenang maupun pelanggaran disiplin yang dilakukan
oleh anggota Paminal Propam Poldasu dapat langsung ditindaklanjuti dengan cepat dan
tepat.
Para pimpinan (Direskrim dan Kasubdit Propam) agar senantiasa untuk
melakukan pengawasan secara proporsional dan berkesinambungan terhadap seluruh
kinerja yang dilaksanakan anggota Sat Samapta, melalui langkah sebagai berikut :
1) Pengawasan tidak langsung
Pengawasan tidak langsung merupakan pengawasan yang
dilakukan pimpinan dengan menerima laporan dari bawahan setelah
mereka selesai melaksanakan tugas. Agar pengawasan tidak langsung
dapat berjalan secara optimal, maka pimpinan perlu melakukan
pemeriksaan laporan tersebut secara terperinci, seperti dengan melakukan
tanya jawab guna menghindari adanya laporan fiktif.
2) Pengawasan langsung
Disamping menerima laporan,maka pimpinan agar senantiasa
melakukan pengawasan langsung dengan sekali-kali turun langsung ke
lapangan tanpa diketahui oleh bawahannya yang sedang bertugas guna
memastikan kondisi yang sebenarnya, sehingga apabila kondisi
pelaksanaan tugas tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
maka dapat langsung ditindak dengan cepat dan tegas.
3) Direskrim perintahkan Wadireskrim sebagai pengemban fungsi pembinaan
anggota serta Unit P3D sebagai fungsi pengamanan internal dan
penegakan disiplin, guna mengoptimalkan pengawasan terhadap setiap
pelaksaan tugas yang dilakukan oleh seluruh satuan Poldasu, termasuk
Paminal Propam Poldasu. 4) Guna mengoptimalkan pengawasan eksternal, maka upaya yang dapat
dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan mass media agar selalu
mengekspos seluruh kinerja anggota Paminal Propam Poldasu.
5) Untuk memantapkan pengawasan tersebut, maka penerapan mekanisme
reward and punishment perlu dilakukan guna menjadi benteng pada diri
individu anggota Paminal Propam Poldasu agar tidak melakukan tindakan
di luar ketentuan-ketentuan yang berlaku.
7. Upaya Pemecahan Masalah Dalam Optimalisasikan Penerapan Etika Profesi
Untuk mengoptimalkan penerapan etika profesi yang mencakup etika kepribadian etika
kepribadian, etika kenegaraan, etika kelembagaan, dan etika berhubungan dengan masyarakat,
maka beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain :
1) Pembinaan Kepribadian, karena pada dasarnya kepribadian merupakan modal
utama dalam memegang profesi kepolisian, karena hanya dengan pribadi yang baik
maka tugas dan tanggung jawab profesi akan menghasilkan suatu kebaikian. Hal ini
dilakukan dengan cara menanamkan kepada anggota bahwa mereka adalah sosok
yang bermartabat dan mempunyai tugas mulia, untuk itu dalam menjalankan tugas
harus dilandasi dengan jiwa pengabdian yang tulus sebagai abdi negara dan
panggilan ibadah sebagai umat beragama. Sehingga mereka pada akhirnya
mempunyai komitmen bathin, yaitu mampu menjaga dan memelihara sikap
pribadinya dengan baik, tindakannya tidak tercela dan menjadi contoh bagi
masyarakatnya.
Contohnya adalah dengan lebih memaksimalkan kegiatan Binrohtal, atau dengan
mengikutsertakan anggota dalam kegiatan ESQ.
2) Lebih memaksimalkan sosialisasi tentang segala hal yang berkaitan dengan etika
profesi baik di tingkat Polda, Polres maupun Polsek. Setidak-tidak anggota menjadi
paham tentang tugas pokoknya dan mengetahui batasan-batasan perilaku dalam
menjalani profesinya sebagai seorang polisi. Bila perlu sosialisasi dilakukan
minimal satu kali dalam sebulan.
3) Lebih memaksimalkan kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada seluruh anggota
sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing, dengan maksud supaya mereka
betul-betul menguasai secara teknis tentang tugas pokoknya. Sehingga tidak terjadi
lagi kesalahan prosedur dalam pelaksanaan tugas yang menimbulkan
complain/ketidakpuasan masyarakat.
4) Khusus tentang etika berhubungan dengan masyarakat (membangun kemitraan
dengan masyarakat), dilakukan upaya sebagai berikut :
a. Mengingatkan kembali kepada anggota tentang hakekat Polmas (menjalin
kemitraan dan menyelesaikan masalah), dan menanamkan bahwa peran
serta masyarakat dalam mewujudkan kamtibmas mutlak diperlukan.
b. Pembentukan FKPM diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat, sehingga
yang terpilih sebagai petugas FKPM benar-benar merupakan orang yang
ditokohkan oleh masyarakat.
c. Mendata seluruh komunitas (baik berdasarkan area, maupun berdasarkan
kepentingan) yang ada di masing-masing wilayah untuk dijadikan sebagai
sasaran kemitraan.
8. Merubah Kultur (Mindset) Personil Polri
Beberapa variabel yang harus diperhatikan dalam melakukan reformasi birokrasi di bidang
kultural adalah : 1) Individu personil Polri; 2) Sistem; dan 3) Kepemimpinan. Dan apabila
mengacu pada naskah kebijakan Kapolri, maka indikator dalam mewujudkan akselerasi
perubahan kultur Polri tersebut adalah sebagai berikut : 1) internalisasi nilai-nilai Tri Brata dan
Catur Prasatya; 2) membangun mentalitas dasar bahwa masyarakat da Polri merupakan mitra
sejajar; 3) memperjelas ethos kerja dengan motivasi yang baik; 4) bertindak berani, jujur, bersih
dan berhasil; 5) menampilkan sosok yang rajin dan tidak arogan; 6) efektifitas pengawasan
dalam pelaksanaan tugas; dan 7) membangun kemampuan kepemimpinan yang kuat untuk
memberikan tauladan bagi bawahan dan masyarakat. Beberapa hal yang dilakukan untuk
mewujudkan hal ini adalah :
1) Internalisasi nilai-nilai Tri Brata dan Catur Prasatya Hal ini bisa dilakukan dengan
cara membiasakan seluruh anggota untuk kembali menghayati apa makna yang
terkandung dalam dua falsafah Polri tersebut. Salah satunya adalah dengan kembali
mebiasakan untuk mengucapkan Tri Brata dan Catur Prasetya pada setiap pelaksanaan
apel pagi. Hal ini lambat laun akan merubah paradigma militerisme di dalam diri para
anggota Polri.
2) Berupaya menanamkan bahwa, tugas pokok Polri adalah melaksanakan
“kewajibannya” melindungi dan melayani, bukan “kewenangannya” menegakan
hukum/upaya paksa.
3) Berupaya menggeser pendekatan dari penegakan hukum yang merupakan eksekusi
kewenangan menuju ke arah pencegahan (preventif) dan penangkalan (pre-emtif). Secara
umum pemolisian proaktif ini mirip startegi “menjemput bola” dalam pertandingan sepak
bola.
4) Membangun kemampuan kepemimpinan yang kuat untuk memberikan tauladan
bagi bawahan dan masyarakat, dengan cara : a) menghilangkan sikap pemimpin yang
suka melempar kesalahan kepada bawahan; b) menghentikan kesenangan pejabat yang
dapat membebani bawahan, termasuk diantaranya budaya setor bawahan kepada atasan;
dan c) Membiasakan untuk selalu melibatkan staf/bawahan dalam setiap pengambilan
keputusan.
BAB III
PENUTUP
9. Kesimpulan
a. Etika profesi Polri anggota Paminal Propam Poldasu saat ini terkait dalam
hubungannya dengan masyarakat belum optimal. Hal ini diakibatkan karena
kuantitas dan kualitas sumber daya manusia masih belum optimal. Untuk itu,
maka upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkannya adalah mengajukan
penambahan personel ke Polda Sumatera Utara, dan membuka kesempatan
seluas-luasnya kepada seluruh anggota Paminal Propam Poldasu yang akan
mengikuti pendidikan umum maupun pendidikan pengembangan, serta
meningkatkan pelatihan dan sosialisasi.
b. Kondisi tersebut juga dipengaruhi oleh belum mencukupinya dukungan anggaran
yang dialokasikan. Hal ini diakibatkan anggaran yang dialokasikan masih relatif
kecil dan terkadang tidak sesuai dengan jumlah anggota yang bertugas. Untuk
mengoptimalkan dukungan anggaran tersebut, maka upaya yang dilakukan yaitu
dengan meningkatkan anggaran dalam DIPA Polda dan Polres, mengajukan
usulan kepada Kapolda, dan melakukan kerjasama dengan Pemprov.
c. Dukungan sarana dan prasarana yang ada saat ini juga masih kurang memadai,
dimana sarana transportasi Ranmor R2 dan R4 kurang sebanding dengan jumlah
personel dan relatif sudah tidak layak pakai. Dengan demikian maka diperlukan
upaya dengan melakukan penyusunan perencanaan pengadaan barang dan jasa
Paminal Propam Poldasu ke dalam DIPA Polda dan Polres, dan mengajukan
peningkatan Ranmor kepada Polda Sumatera Utara.
d. Kondisi tersebut juga dapat tercermin pada belum optimalnya metode pada
pelaksanaan tugas Paminal Propam Poldasu, dimana anggota dalam mendapatkan
informasi terkait Kamtibmas dari masyarakat masih kurang responsif, dan
pengawasan pimpinan yang belum optimal. Untuk itu, maka upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan mengoptimalkan metode pada pelaksanaan penindakan
internal atupun dalam memperoleh infomasi, serta mengoptimalkan pengawasan
melalui pengawasan tidak langsung, pengawasan langsung, perintahkan
Wadireskrim,Kasubid, Kanit Paminal dan Unit P3D untuk lebih mengoptimalkan
perannya, dan menerapkan mekanisme reward and punishment.
14. Saran
Adapun saran-saran yang dapat direkomendasikan dalam penulisan naskah ini adalah
sebagai berikut :
a. Disarankan kepada Kapolda Sumut agar memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana si
Paminal propam poldasu .
b. Disarankan kepada Karo SDM Polda Sumut agar menempatkan personel pada si paminal
propam polresta medan yang memiliki kemampuan yang handal untuk dapat menindak
personil yang mangkir kerja dan mengubah etika setiap personil lebih bagus.
c. Diharapkan anggaran terhadap seksi Paminal Propam Polda untuk DIPA agar diperbesar
sehingga berdampak pada operasional yang lebih maksimal
Demikian naskah ini dibuat dengan segala kelebihan dan keterbatasan pada diri penulis
dengan harapan tulisan ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi
institusi Polri yang kita cintai pada umumnya dan Polda Sumut khususnya.
15. Rekomendasi
Daftar Pustaka
1. Gunawan Budi, 2010. “Pemahaman Etika Profesi Polri” Makalah Pengantar Untuk Dik
Sespim 2010 Bidang Studi Kode Etik Profesi Polri. Tidak terbit.
2. Murhani Suriansyah, 2008. Etika Profesi Hukum (Satu Telaah Filosofis Terhadap
Konsep dan Implementasi Kode Etik Prefesi Polri). Jakarta-Laksbang
Meditama.
3. Rianto Bibit Samad, 2006. Pemikiran Menuju Polri Yang Profesional, Mandiri,
Berwibawa, dan Dicintai Masyarakat. Jakarta-PTIK Press.
4. Grand Strategy Polri 2005 – 2025.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan Disiplin Polri.
6. Peraturan Kapolri Nomor 7 Tahun 2006 Tentang Kode Etik Profesi Polri.Undang-
7. Undang Nomor 2 Tahun2002 Tentang Kepolisian Negara RI.
----------------------