bab ii kti q

Upload: dheajst

Post on 06-Jul-2015

666 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan menurut Meliono (2007, dalam Wikipedia, 2011) Pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. 2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai sumber informasi, misalnya teman, tetangga, keluarga, media cetak atau media elektronik, dan sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku (Istiarti, 2000).

7

8

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Lukman dan Hendra (2008), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan : a. Usia Usia seseorang dapat berpegaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu atau menjelang usia lannjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. b. Intelegensi Intelegensi diartika sbagai suatu kemampuan untuk belajar dan berperilaku abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. c. Lingkungan Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pegalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang. d. Sosial budaya Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, sehingga terjadi proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan. e. Pendidikan Tingkat pedidikaan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya mneyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,

9

pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik pula penegtahuannya. f. Informasi Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. g. Pengalaman Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. 2.1.4 Tingkat Pengetahuan a. Tahu (Know) Mengingat sesuatu yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (Comprehension) Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. c. Aplikasi (Aplication) Kemampuan untuk mennggunakan yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya.

10

d. Analisis Kemampuan unntuk menganalisa materi atau susunan suatu objek yang dipelajari. e. Sintesis (Synthesis) Kemampuan mensintesis untuk menyusun formulasi-formulasi baru f. Evaluasi (Evaluation) Kemampuan melakukan penilaian terhadap materi atau suatu objek.

2.2 Sikap 2.2.1 Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek. Sikap terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Sikap belum merupakan suatu tindakan akan tetapi predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmdjo, 2007). Sedangkan menurut Robbins (2007, dalam Wikipedia, 2010) Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap objek, orang atau peristiwa Hal ini . mencerminkan perasaan seseorang terhadap sesuatu. 2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Menurut Rahayuningsih (2008) faktor-faktor pembentukan sikap: a. Pengalaman pribadi Dasar pembentukan sikap: pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional. yang mempengaruhi

11

b. Kebudayaan Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan. Contoh pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan c. Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers) Orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Misalnya: orangtua, pacar, suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting. d. Media massa Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu. e. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.

12

f.

Faktor Emosional Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun menetap (persisten/tahan lama). Contoh: Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair).

2.2.3 Tingkatan Sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni (Notoatmodjo, 2003): a. Menerima (receiving) artinya bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan oleh objek. b. Merespon (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh objek. c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga (kecenderungan untuk bertindak). d. Bertanggung jawab (responsible) yaitu yang bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3 Perilaku 2.3.1 Pengertian Perilaku Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar.

13

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Bentuk perilaku manusia terdiri dari dari perilaku tidak

tampak/terselubung (Overt behavior) dan perilaku yang tampak (Overt behavior). Perilaku yang tidak tampak dapat berupa : berpikir, tanggapan, sikap, persepsi, emosi, pengetahuan, dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku yang tampak, misalnya : berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan lain sebagainya (Suryani, 2009). 2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia Perilaku dan gejala yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik faktor intern maupun ekstern. 2.3.2.1 Faktor Intern : Pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan lain sebagainya, yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. 2.3.2.2 Faktor Ekstern : Lingkungan sekitar baik fisik maupun nonfisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, budaya dan lain sebagainya (Suryani, 2009). 2.3.3 Pembentukan perilaku manusia 2.3.3.1 Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasanSalah satu cara pembentukan perilaku manusia dengan kondisioning atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.

14

2.3.3.2 Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)Cara ini berdasarkan atas teori kognitif, yaitu belajar dengan adanya pengertian. Bila dalam eksperimen Thorndike dalam belajar yang dipentingkan adalah soal latihan, maka dalam eksperimen Kohler dalam belajar yang penting adalahpengertian atau insight.

2.3.3.3 Pembentukan perilaku dengan menggunakan modelKalau orang berbicara bahwa orang tua sebagai panutan yang dipimpinnya, hal tersebut menunjukkan pembentukan perilaku dengan menggunakan model. Pemimpin dijadikan model atau contoh oleh yang dipimpinnya.

2.3.4 Perilaku Kesehatan Menurut Soekidjo (1996, dalam Suryani, 2009) Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok, yakni respon dan stimulus atau perangsangan. Perilaku kesehatan ini mencakup : a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif maupun aktif yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. b. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. c. Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

15

d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan (environmental health behavior) adalah respons seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. 2.3.4.1 Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam bidang kesehatan a. Faktor predisposisi : termasuk di dalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai budaya. b. Faktor pendukung : ketersedian sumber-sumber/fasilitas. c. Faktor penguat/pendorong : meliputi sikap dan perilaku petugas. 2.3.4.2 Perilaku kebiasaan yang berkaitan dengan kesehatan Perilaku kebiasaan sering mempunyai kaitan erat dengan kesehatan atau peningkatan status kesehatan. Kebiasaan-kebiasaan kesehatan terbentuk pada masa kanak-kanak di bawah pengaruh sikap dan tingkah laku orang tua sebelum anak mulai mengalami makna yang sebernarnya dalam hubungan dengan kepercayaan kesehatan serta keselamatan dirinya. 2.3.4.3 Nilai-nilai terhadap kesehatan : faktor-faktor yang mempengaruhinya Seseorang berperilaku kesehatan bila ia memiliki sistem nilai positif sebagai suatu kebutuhannya. Di dalam berperilaku, baik buruknya di pandang dari nilainya terhadap kesehatan sebagai kebutuhannya. Nilainilai terhadap kesehatan dipengaruhi faktor-faktor : a. Adanya faktor pengetahuan tentang kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan yang dimiliki seseorang amat penting peranannya dalam menentukan nilainya terhadap terhadap kesehatan.

16

Dengan

berbagai

informasi

kesehatan

akan

menambah

luas

pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan. b. Kepercayaan Kepercayaan terhadap baik buruknya nilai kesehatan didasarkan atas penilaian pada kemanfaatan yang didasarkan dan segi

emosi/kejiwaannya, sosial, ekonomi dan lain-lain kerugian dan akibat yang dirasakan akan timbul, serta hambatan-hambatan yang dirasakan (Suryani, 2009). 2.3.5 Domain Perilaku Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku dalam tiga domain yaitu terdiri dari domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor. Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk pengukuran hasil maka ketiga domain ini diukur dari pengetahuan, sikap dan tindakan (Dikutip dari Notoatmodjo, 1993). Tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti domain kognitif dan domain psikomotor.

2.4 Wanita klimakterium 2.4.1 Pengertian Wanita klimakterium a. Wanita adalah Wanita adalah kata yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan dewasa (Wikipedia, 2011). b. Klimakterium adalah masa yang bermula dari akhir tahap reproduksi, berakhir pada awal senium dan terjadi pada wanita berumur 40-65

17

tahun.

Masa

ini

ditandai

dengan

berbagai

macam

keluhan

endokriologis dan vegetati (Wiknjosastro, 2005). Klimakterium adalah keadaan wanita dengan perubahan dari kehidupan reproduksi aktif menjadi reproduksi tidak aktif, menstruasi mengalami perubahan tidak teratur dan anovulori, dan terjadi penurunan reproduksi estrogen yag dapat menimbulkan gejala klinis (Manuaba, 2008). c. Pembagian klimakterium Klimakterium dapat dibagi atas : 1) Pramenopause adalah kurun waktu 4-5 tahun sebelum menopause. 2) Menopause adalah gejala menurunnya fungsi ovarium ditandai dengan berhentiya haid pada seorang wanita. 3) Pascamenopause adalah kurun waktu 3-5 tahun setelah menopause (Wiknjosastro, 2005). d. Menopause prekok adalah menopause sebelum usia 40 tahun (Depkes dan Kesos, 2001). 2.4.2 Perubahan-perubahan Masa Klimakterium. Klimakterium bukan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang normal, yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause. Pada wanita dalam klimakterium terjadi perubahanperubahan tertentu, yang dapat menimbulkan gangguan ringan atau kadangkadang berat (Wiknjosastro, 2005).

18

Menurut Endang Purwoastuti, 2008 Perubahan yang terjadi pada masa klimakterium antara lain : a. Perubahan Pada Organ Reproduksi 1) Ovarium Pada ovarium yang gagal, keseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron akan hilang dengan menurunnya produksi hormon, sehingga menimbulkan pengaruh terhadap sindrom prahaid dan haid itu sendiri. 2) Uterus Uterus mengecil, disebabkan oleh menciutnya selaput lender rahim (atrofi endometrium) juga disebabkan oleh hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat antar sel. Serabut dan pembuluh otot rahim menebal dan menonjol. 3) Vagina dan Vulva Setelah wanita tidak haid lagi terjadi penipisan dinding vagina dan jaringan vulva, lipatanlipatan berkurang secret menjadi encer. Sering timbul gatal dan nyeri waktu senggama. b. Perubahan Pada Susunan Ektragenital 1) Penimbunan Lemak (Adipasitas) Penyebaran lemak terdapat pada tungkai, perut bagian bawah, dan lengan atas. Sekitar 20% wanita klimaterium mengalami kenaikan mencolok. Hal ini diduga ada hubungannya dengan penurunan estrogen dan gangguan zat dasar metabolisme lemak.

19

2) Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) Akibat gejolak panas terjadi suatu peningkatan tekanan darah. Pada wanita usia 45-70 tahun diketahui peningkatan tekanan darah tersebut dimulai selama klimakterium. 3) Hiperkolesterolemia Penurunan atau hilangnya kadar estrogen menyebabkan peningkatan kolesterol dan penurunan lemak total. 4) Aterosklerosis Adanya hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol menyebabkan meningkatnya faktor resiko terhadap terjadinya aterosklerosis. c. Gejala Klinis 1) Wajah Memerah (Hot flashes) Perasaan panas secara tiba-tiba yang muncul mulai dari bagian atas tubuh dan menyebar ke wajah atu seluruh tubuh. 2) Banyak berkeringat pada malam hari. Gejala karakteristik berikutnya adalah berkeringat pada malam hari, yaitu bersimpuh peluh sewaktu bangun pada malam hari, sehingga perlu ganti pakaian di malam hari yang diikuti perasaan dingin setelahnya. Akibatnya mereka mudah lelah dan gampang tersinggung. 3) Sulit tidur (Insomnia) Hal ini mungkin berkaitan dengan rasa tegang akibat berkeringat malam hari, wajah memerah, dan perubahan yang lainnya.

20

4) Iritasi kulit Beberapa wanita menderita formikasi yaitu sensasi iritasi di bawah kulit seperti perasaan digigit semut. d. Perubahan Psikologis Sehubungan dengan perubahan fisik terjadi pula pergeseran atau erosi dalam kehidupan psikis pribadi yang bersangkutan. Pergeseran dan perubahan ini mengakibatkan timbulnya satu krisis, dan memanifestasikan diri dalam symptom-simptom psikologis, antara lain: depresi-depresi (kemurungan), mudah tersinggung, mudah marah, mudah curiga, diliputi banyak kecemasan, insomnia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung dan gelisah. 2.4.3 Keluhan-keluhan masa klimakterium Perubahan pada masa klimakterium dapat menimbulkan keluhan karena tubuh belum berhasil menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan dalam keseimbangan hormonal (Depkes dan Kesos, 2001). Bila terjadi keluhan karena penurunan estrogen dengan gejala psikosomatik dan kardiovaskular disebut dengan sindrom klimakterik (Manuaba, 2008). Glasier, 2005 membagi gejala tersebut dalam beberapa tingkatan, yaitu 2.4.3.1 Gejala jangka pendek a. Gejala vasomotor 1) Kulit memerah dan panas secara tiba-tiba 2) Palpitasi 3) Pening

21

4) Rasa lemah dan ingin pingsan b. Gejala psikologis 1) Anseitas 2) Labilitas emosi 3) Gangguan daya ingat 4) Kosentrasi berkurang 5) Merasa tidak berharga 2.4.3.2 Gejala menengah a. Atrofi urogenital 1) Dispareunia 2) Infeksi bakteri 3) Insidensi disuria, frekuensi, urgensi dan inkontinensia meningkat. b. Perubahan kulit 1) Kulit menjadi tipis dan kering 2) Kerontokan rambut dan kerapuhan kuku 3) Nyeri sendi dan otot 2.4.3.3 Gejala jangka panjang a. Osteroporosis (kerpuhan tulang) b. Penyakit kardiovaskular c. Kanker 2.4.4 Penatalaksanaan a. Menghindari perubahan kejiwaan, dengan cara menciptakan

keharmonisan keluarga dan saling pengertian.

22

b. Menyesuaikan pola makan, dengan diet gizi seimbang : diet rendah garam, gula dan lemak, pebanyak sayuran dan buah-buahan. c. Mempertahankan aktivitas fisik, olahraga teratur. d. Menghindari kebiasaan buruk, seperti merokok, malas berolahraga, makan berlebihan dan lain-lain. e. Mempertahankan aktivitas seksual. f. Terapi sulih hormon (TSH), pemberian hormon esterogen dalam klimakteriumnyang dapat mengobati gejala neurovegetatif, mencegah osteoporosis dan fraktur, memperbaiki kelenturan kulit dan

memperlambat atrofi jaringan kandungan dan uretra. Memberikan informasi, dukungan dan penanganan pada wanita klimakterium adalah salah satu peran petugas kesehatan seperti dokter, bidan, dan perawat karena masa klimakterium sama seperti kebutuhan kehamilan, persalinan yang merupakan prosses fisiologis. Namun, pada masa ini membutuhkan dukungan dan penanganan agar tidak terjadi komplikasi (Varney, 2007).

2.5 Posyandu Lansia 2.5.1 Pengertian posyandu lansia Posyandu Lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia lanjut, yang dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usila yag menitikberatkan pada pelayanan promotif dan preventif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehebilitatif. Kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara rehabilitatif.

23

Kegiatannya adalah pemeriksaan kesehatan secara berkala, peningkatan olahraga, pengembangan keterampilan, bimbingan pendalaman agama, dan pengelolaan dana sehat (Notoatmodjo, 2007). 2.5.2 Tujuan Posyandu Lansia Tujuan Posyandu lansia adalah untuk mempersiapkan diri menghadapi Lansia sehat, mandiri, dan produktif serta meningkatkan derajat kesehatan dan kehidupan untuk mencapai masa tua bahagia, berguna bagi dalam keluarga dan masyarakat (Depkes, 2006). 2.5.3 Sasaran Posyandu Lansia a. Sasaran langsung 1) Pralansia 45-59 tahun (masa klimakterium) agar dapat

mempersiapkan diri mengahadapi lansia sehat, mandiri, dan produktif. 2) Lansia 60-69 tahun untuk mempertahankan kondisi kesehatan sehingga dapat tetap produktif. 3) Lansia resiko tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun atau Lansia dengan masalah kesehatan. b. Sasaran Tidak Langsung Kegiatan menyelenggarakan upaya penyuluhan, komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan untuk mengatasi masalah kesehatan Lansia pada keluarga. Masyarakat, organisasi sosial dan petugas kesehatan (Depkes,2005).

24

2.5.4 Pelayanan kesehatan di Posyandu Lansia. Posyandu diadakan setiap bulan dan upaya pelayanan kesehatan menitikberatkan pada promotif dan preventif. Sedangkan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya untuk memelihara, mencegah, dan menyembuhkan serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok atau masyarakat (Saifuddin, 2002). Pelayanan kesehehatan indikator yang sensitif terhadap fasilitas,

pemanfaatan, dan kualitas pelayanan. Sedangkan pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan atau bentuk kegiatan lain dari pemafaatan pelayanan kesehatan (Badan Pusat Statistik, 2007). Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan di posyandu lansia antara lain pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, berpakaian, dan lain-lain, pemeriksaan status gizi, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan hemoglobin, kadar gula dan protein dalam urin, pelayanan rujukan ke puskesmas dan penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi lanjut usia dan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk meningkatkan kebugaran (Depkes, 2006). Pada masa klimakterium terjadi perubahan yang dapat mempengaruhi kodisi kesehatan. Peran petugas kesehatan, petugas lain, dan kader sangat penting dalam mempersiapkan dan mewujudkan wanita klimakterium yang sehat, mandiri

25

dan produktif. Petugas kesehatan (dokter, bidan dan perawat) sangat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan di posyandu lansia seperti pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Sedangkan penyuluhan kesehatan yang diberikan dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan sehingga wanita klimakterium sadar, mau, dan mampu untuk berperilaku hidup sehat (Depkes, 2003).