bab 1 dan bab 2 fix

34
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlulah disediakan dan diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) yang sebaik-baiknya (Kristiawan, 2008). Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut, banyak yang harus diperhatikan. Yang paling penting adalah pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun sekalipun terdapat kesesuaian yang seperti ini telah menjadi kesepakatan semua pihak, namun dalam praktek sehari-hari tidaklah mudah dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dimaksud (Ryadi, 2011). Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan dimasyarakat. Dengan kesepakatan yang seperti ini

Upload: anggunulfanurpratiwi

Post on 24-Sep-2015

252 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

EPIDEMIOLOGI

TRANSCRIPT

22

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTelah diketahui bahwa untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah, dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlulah disediakan dan diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat (public health services) yang sebaik-baiknya (Kristiawan, 2008).Untuk dapat menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut, banyak yang harus diperhatikan. Yang paling penting adalah pelayanan masyarakat yang dimaksud harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun sekalipun terdapat kesesuaian yang seperti ini telah menjadi kesepakatan semua pihak, namun dalam praktek sehari-hari tidaklah mudah dalam menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dimaksud (Ryadi, 2011).Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan dimasyarakat. Dengan kesepakatan yang seperti ini diupayakanlah menemukan masalah kesehatan yang ada dimasyarakat tersebut. Demikianlah, berpedoman pada kesepakatan yang seperti ini, dilakukan berbagai upaya untuk menemukan serta merumuskan masalah kesehatan dimasyarakat. Upaya tersebut dikaitkan dengan menentukan frekuensi, penyebaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi frekuansi dan penyebaran disuatu masalah kesehatan dimasyarakat tercakup dalam suatu cabang ilmu khusus yang disebut dengan nama Epidemiologi (Kristiawan, 2008).Subjek dan objek epidemiologi adalah tentang masalah kesehatan. Ditinjau dari sudut epidemiologi, pemahaman tentang masalah kesehatan berupa penyakit amatlah penting. Karena sebenarnya berbagai masalah kesehatan yang bukan penyakit hanya akan mempunyai arti apabila ada hubungannya dengan soal penyakit. Apabila suatu masalah kesehatan tidak sangkut pautnya dengan soal penyakit., maka pada lazimnya masalah kesehatan tersebut tidak terlalu diperioritaskan penanggulangannya (Saracci, 2010).1.2 Rumusan MasalahApakah epidemiologi berperan dalam menangani permasalahan kesehatan suatu populasi atau penduduk.1.3 Tujuan1. Mengetahui epidemiologi kesehatan masyarakat2. Mengatahui surveilans epidemiologi 3. Mengetahui pengukuran epidemiologi1.4 Hipotesa epidemiologi berperan dalam menangani permasalahan kesehatan suatu populasi atau penduduk.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 EpidemiologiBerasal dari bahasa Yunani, yaitu : Epi = pada/tentang Demos=penduduk Logos=ilmu. Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan penyakit serta berbagai masalah kesehatan di dalam masyarakat yang aplikasi nya ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Epidemiologi merupakan salah satu bagian dari Ilmu Kesehatan Masyarakat yang menekankan perhatianya terhadap masalah kesehatan baik penyakit maupun non penyakit yang terjadi dalam masyarakat (Maryani, 2010). Perkembangan saat ini, epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran), dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan (Maryani, 2010).

2.1.1 Tujuan EpidemiologiMenurut Timmreck 2005, ada tiga tujuan umum studi epidemiologi. Berikut adalah tiga tujuan epidemiologi yang sudah diperbaharui :1. Untuk menjelaskan tentang etiologi ( studi tentang penyebab penyakit ) satu penyakit atau sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu sosial dan perilaku.2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dengan ilmu pengetahuan, ilmu perilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru.3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok populasi yang berisiko, dan untuk pengembangan langkah-langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang diperlukan. Kesemuanya itu akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan langkah-langkah, kegiatan, dan program intervensi.

2.1.2 Elemen EpidemiologiDi dalam batasan epidemiologi sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni :a. Masalah Kesehatan Epidemiologi mempelajari semua masalah kesehatan termasuk penyakit, baik penyakit infeksi, seperti TBC, Flu burung, maupun penyakit non infeksi, seperti kanker. Selain itu epidemiologi juga mempelajari non penyakit, secara kecelakaan lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa. Bahkan di negara-negara maju, epidemiologi mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.b. PopulasiEpidemiologi memusatkan perhatiannya pada distribusi masalah kesehatan pada populasi (masyarakat)atau kelompok.c. Pendekatan ekologiPendekatan ekologi dalam epidemiologi mengkaji frekuensi dan distribusi masalah kesehatan berdasarkan keseluruhan lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal ini karena masalah kesehatan pada seseorang dikaji dari manusia dan total lingkungannya (Maryani, 2010).

2.1.3 Jenis-Jenis EpidemiologiEpidemiologi menekankan upaya menerangkan bagaimana distribusi penyakit dan bagaimana berbagai komponen menjadi faktor penyebab penyakit tersebut. Untuk mengungkapkan dan menjawab masalah tersebut, epidemiologi melakukan berbagai cara yang selanjutnya menjadikan epidemiologi dapat dibagi dalam beberapa metode. Pada dasarnya metode epidemiologi dibagi 3, yaitu :

1. Epidemiologi DeskriptifEpidemiologi deskriptif mempelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan dalam masyarakat. Keterangan tentang frekuensi dan distribusi suatu penyakit atau masalah kesehatan menunjukan tentang besarnya masalah itu dalam pertanyaan mengenai faktor who (siapa), where (dimana),dan when (kapan).a. SiapaMerupakan pertanyaan tentang faktor orang yang akan di jawab dengan mengemukakan perihal mereka yang terkena masalah. Bisa mengenai variable umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Faktor-faktor ini biasa disebut sebagai variable epidemiologi/demografi. Kelompok orang yang potensial atau punya peluang untuk menderita sakit atau mendapatkan resiko, biasanya disebut population at risk (populasi berisiko).b. DimanaPertanyaan ini mengenai faktor tempat dimana masyarakat tinggal atau bekerja atau dimana saja ada kemungkinan mereka menghadapi masalah kesehatan. Faktor tempat ini dapat berupa kota (urban), dan desa (rural), pantai dan pegunungan, daerah pertanian, industry, tempat bermukim atau bekerja.c. KapanKapan kejadian penyakit berhubungan juga dengan waktu. Faktor waktu ini dapat berupa jam, hari, minggu, bulan, dan tahun, musim hujan dan musim kering. Contoh :Banyaknya penderita TBC di daerah Sulawesi selatan adalah 25.000 lelaki pada tahun 1992. 2. Epidemiologi AnalitikEpidemiologi Analitik berkaitan dengan upaya epidemiologi untuk menganalisis faktor penyebab (determinant) msalah kesehatan. Disini diharapkan epidemiologi mampu menjawab pertanyaan kenapa (why) apa penyebab terjadinya masalah itu.Contoh : setelah ditemukan secara deskriptif bahwa banyak perokok yang menderita kanker paru, maka perlu dianalisis lebih lanjut apakah rokok itu merupakan faktor determinant/penyebab terjadinya kanker paru.3. Epidemiologi EksperimentalSalah satu hal yang perlu dilakukan sebagai pembuktian bahwa suatu faktor sebagai penyebab terjadinya suatu luaran (output = penyakit), adalah diuji kebenaranya dengan percobaan (eksperimen). Contoh : jika rokok dianggap sebagai penyebab kanker paru maka perlu dilakukan eksperimen jika rokok dikurangi maka kanker paru akan menurun atau sebaliknya. Untuk ini dilakukan perbandingan antara kelompok orang yang merokok dengan orang yang tidak merokok,kemudian dilihat jumlah penderita penyakit kanker paru untuk masing-masing kelompok. Dari perbedaan yang ada dapat disimpulkan ada atau tidaknya pengaruh rokok terhadap penyakit kanker paru tersebut. Ketiga jenis epidemiologi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainya saling berkaitan dan mempunyai peranan masing-masing sesuai tingkat kedalaman pendekatan epidemiologi yang dihadapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengungkapan dan pemecahan masalah epidemiologi dimulai dengan epidemiologi deskriptif, lalu diperdalam dengan epidemiologi analitik dan disusul dengan melakukan epidemiologi eksperimental. Jenis-jenis epidemiologi dapat juga dilihat dari aspek lain sehingga ditemukan berbagai jenis epidemiologi lainya . misalnya ada epidemiologi penyakit menular, kependudukan, kesehatan reproduksi, statistik, farmasi,dll (Ryadi dan Wijayanti, 2011).2.1.4 Ruang Lingkup EpidemiologiRuang Lingkup epidemiologi dalam masalah kesehatan meliputi 6E berdasarkan Maryani dan Muliani (2010) :a. EtiologiHal ini berkaitan dengan identifikasi penyebab penyakit dan masalah kesehatan lain.

b. Efikasi (Efficacy)Hal ini berkaitan dengan efek atau daya optimal, yang diperoleh dari pemberian interfensi kesehatan. Efikasi dimaksud untuk melihat hasil atau efek suatu intervensi.c. Efektifitas (Evectiveeness)Efektifitas adalah besarnya hasil yang diperoleh dari suatu tindakan (intervensi) dan besarnya perbedaan, dari suatu tindakan yang satu dengan yang lain. Evektivitas ini ditunjukan untuk mengetahui efek inteverensi atau pelayanan, dalam berbagai kondisi lapangan yang sebenarnya yang sangat berbeda-beda.d. Efisiensi (Efficiency)Efisiensi adalah suatu konsep ekonomi yang melihat pengaruh yang dapat diperoleh berdasarkan besarnya biaya yang diberikan, atau yang ditunjukan untuk mngetahui kegunaan dan hasil yang diperoleh, berdasarkan besarnya pengeluaran ekonomi atau biaya yang dilakukan.e. EvaluasiEvaluasi merupakan penilaian secara keseluruhan keberhasilan suatu pengobatan, atau program kesehatan masyarakat, atau melihat dan member nilai keberhasilan program seutuhnya.f. EdukasiEdukasi merupakan intervensi berupa peningkatan pengetahuan, tentang kesehatan masyarakat sebagai bagian dari upaya preventif penyakit (Maryani dan Muliani, 2010).2.1.5 Trias EpidemiologiSegitiga epidemiologi yang sering dikenal dengan istilah trias epidemiologi merupakan konsep dasar yang memberikan gambaran tentang hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah masalah lainnya yaitu host (tuan rumah/ penjamu), agent (faktor penyebab), dan environment (lingkungan) (Maryani, 2010).

HostLingkunganAgen

Hubungan antara penjamu, agen dan lingkungan ini merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang berada dalam keseimbangan (disequilibrium) pada seseorang yang sehat. Jika terjadi gangguan terhadap keseimbangan hubungan segitiga inilah yang akan menimbulkan status sakit. Hubungan keseimbangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut (Maryani, 2010):

a.manusia dalam keadaan sehat host agent lingkunganb. manusia menderita penyakit karena daya tahan tubuh berkuranghost agent lingkunganl

c. manusia menderita penyakit karena kemampuan bibit penyakit meningkathost agentlingkungand. manusia menderita penyakit karena perubahan lingkunganpenjamupenyakitlingkungan

Komponen pada segitiga epidemiologi adalah (Maryani, 2010):a. Faktor Penjamu (Host atau tuan rumah)Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup lainnya yang menjadi tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit. Berikut yang termasuk dalam faktor penjamu adalah (Maryani, 2010):1. GenetikaFaktor keturunan dapat mempengaruhi status kesehatan, misalnya buta warna, asma, hemofilia, sickle cell disease.2. UmurUmur juga mempengaruhi status kesehatan karena ada kecenderungan penyakit menyerang umur tertentu misalnya usia balita dan usia lanjut rentan terhadap penyakit karena usia balita sistem pertahanan tubuhnya belum stabil, sedangkan usia lanjut sistem pertahanannya sudah menurun.3. Jenis Kelamin (gender)Jenis kelamin mempengaruhi status kesehatan karena ada penyakit yang terjadi lebih banyak atau hanya ditemukan mungkin pada wanita atau hanya pada laki-laki, misalnya pada wanita terjadi kanker serviks, pada laki-laki kanker prostat.4. Etnis/ ras/ warna kulitEtnis/ ras mempengaruhi status kesehatan karena terdapat perbedaan antara ras kulit putih dengan orang kulit hitam, misalnya ras kulit putih memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kulit dibandingkan orang ras kulit hitam.5. Keadaan Fisiologis tubuh Keadaan Fisiologis tubuh merupakan keadaan tubuh yang berfungsi normal. Keadaan Fisiologis tubuh mempengaruhi status kesehatan misalnya kelelahan, kehamilan, pubertas, stress, keadaan gizi.6. Keadaan ImunologisKeadaan imonologis merupakan keadaan pertahanan tubuh atau kekebalan tubuh, dimana kekebalan didapat secara aktif maupun pasif, misalnya kekebalan yang diperoleh karena adanya infeksi sebelumnya, memperoleh antibodi dari ibu atau pemberian vaksinasi.7. Perilaku/ kebiasaan;gaya hidup, persional hygiene, hubungan antar pribadi, rekreasi.8. Penyakit sebelumnya Penyakit sebelumnya mempengaruhi status kesehatan karena ada penyakit yang jika sudah pernah terkena maka ketika terjadinya serangan kedua menimbulkan kondisi yang lebih parah atau ada juga jika penyakit sebelumnya telah sembuh maka resiko terjadinya kekambuhan relatif lebih kecil atau tidak terjadi (Maryani, 2010).b. Faktor AgenAgen (faktor penyebab) adalah suatu unsur, organisme hidup atau kuman infektif yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Berkiut yang termasuk faktor agen adalah (Maryani, 2010):1. Faktor nutrisi (gizi)Nutrisi dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk kelebihan gizi dan kekurangan gizi. Bentuk kelebihan gizi misalnya tingginya kadar glukosa, kolesterol, kelebihan konsumsi vitamin tertentu. Bentuk kekurangan gizi misalnya keadaan kurang gizi seperti defisiensi lemak, protein, vitamin.

2. Faktor KimiaDapat menyebabkan penyakit dalam bentuk keracunan zat-zat berbahaya bagi tubuh, misalnya karbon monoksida, asbes, kobalt atau zat alergen.3. Faktor Fisik Dapat menyebabkan penyakit dalam bentuk fisik atau benda yang dapat terlihat oleh mata juga terdefinisi oleh pikiran, misalnya suhu, debu, radiasi, trauma mekanik (jatuh, tabrakan, pukulan).4. Faktor Biologis Dapat menyebabkan penyakit, dimana faktor biologis ini terdiri dari berbagai jenis, seperti (Maryani, 2010): a. Metazoa, seperti cacing tambang, cacing gelang, Schistomiasis.b. Protozoa, seperti disentri amoebae, plasmodium malariae.c. Bakteri, seperti treponema pallidum, streptococus pneumoniae, mycobacterium tuberculosis.d. Fungi (jamur), seperti Histoplasma capsulatum, Taeia pedise. Virus, seperti measels, mumps, smaallpox, polio.Dari segi epidemiologi selain menggunakan konsep agen sebagai penyebab penyakit juga menggunakan terminologi faktor resiko. Dimana agen merupakan penyebab pasti suatu penyakit, sedangkan faktor resiko merupakan seluruh faktor yang dapat memberikan kemungkinan menyebabkan terjadinya penyakit. Hal yang termasuk faktor resiko terjadinya penyakit diantaranya adalah faktor gaya hidup, gangguan gizi, kemiskinan, perilaku tidak sehat, kurang olah raga, dan lain-lain (Maryani, 2010).c. Faktor lingkungan Lingkungan adalah semua faktor di luar individu yang dapat berupa lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi. Berikut yang termasuk faktor lingkungan adalah (Maryani, 2010):1. Lingkungan fisik, misalnya air, tanah, iklim, struktur bumi, dan sebagainya.2. Lingkungan biologis, misalnya orang yang tinggal di lingkungan yang padat, flora (sebagai bahan makanan) dan fauna (sebagai sumber protein).3. Lingkungan sosial, misalnya a-sosial, urbanisasi, lingkungan kerja, keadaan perumahan, keadaan sosial masyarakat (kekacauan, bencana alam, perang, banjir).4. lingkungan ekonomi, misalnya status ekonomi, kemakmuran.2.1.6 Pengukuran Sumber Kesehatan a. Ukuran EpidemiologisUkuran dasar yang digunakan dalam epidemiologi mencakup angka (rate), rasio dan proporsi. Ketiga bentuk perhitungan ini digunakan untuk mengukur dan menjelaskan peristiwa kesakitan, kematian dan nilai statistik vital lainnya. Mislanya kesakitan bisa diukur dengan angka insidensi, prevalensi, dan angka serangan, sedangkan kematian bisa diukur dengan angka kematian (Maryani, 2010).Ukuran epidemiologis selalu dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor person atau orang, yang dinilai disini adalah dari aspek jumlah atau frekuensi orang yang berkaitan dengan suatu peristiwa, selain itu faktor place atau tempat adalah faktor yang berkaitan dengan darimana orang-orang yang mengalami peristiwa tersebut berasal. Faktor time atau waktu adalah periode atau waktu kapan oarang-orang tersebut mengalami suatu peristiwa (Maryani, 2010).b. Angka (Rate)Angka (rate) adalah suatu jumlah kejadian dihubugkan dengan populasi yang bersangkutan. Peristiwa yang biasanya diukur dalam bentuk angka diantaranya adalah kesakitan, dimana yang digunakan untuk perhitungan kasus adalah insidence rate, prevalence rate (point prevalence rate), periode prevelence rate, attack rate dan dalam hubungan dengan kematian akan dibicarakan crude death rate, age specific death rate, cause disease specific death rate (Maryani, 2010).1. Incidence Rate (Angka Insidensi)Incidence Rate (Angka Insidensi) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang terjadi di kalangan penduduk pada suatu jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan tahun jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil (Maryani, 2010).Rumus:

Untuk pengukuran incidenci diperlukan penentuan waktu atau saat timbulnya penyakit. Penentuan incidence rate ini tidak begitu sulit berhubung terjadinya dapat diketahui pasti atau mendekati pasti, tetapi jika penyakit timbulnya tidak jelas, disini waktu ditegakkan diagnosis dapat diartikan sebagai waktu mulai penyakit.Kegunaan incidence rate adalah dapat mempelajari faktor-faktor penyebab dari penyakit yang akut maupun kronis. Incidence rate adalah suatu ukuran langsung dari kemungkinan atau probalitas untuk menjadi sakit (Maryani, 2010).2. 28Attack Rate (Angka Serangan)Angka serangan adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada satu saat tertentu dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit tersebut pada saat yang sama dalam persen atau permil. Angka serangan diterapkan terhadap populasi yang sempit dan terbatas pada suatu periode, misalnya dalam suatu wabah (Maryani, 2010).Rumus :

3. Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder)Sekunder Attack Rate (Angka Serangan Sekunder) adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang mendapat serangan kedua dibandingkan dengan jumlah penduduk dikurangi jumlah orang yang telah pernah terkena pada serangan pertama dalam persen atau permil (Maryani, 2010).Rumus :

4. Point Prevalence RatePrevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada waktu jangka tertentu disekelompok masyarakat tertentu. Point Prevalence Rate mengukur jumlah penderita lama dan baru yang ditemukan di sekelompok masyarakat tertentu pada satu titik waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk saat itu dalam persen atau permil. Point Prevalence Rate biasa juga disebut Prevalence Rate saja (Maryani, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi prevalence rate, yaitu (Maryani, 2010):a. Frekuensi orang atau person yang telah sakit pada waktu yang lalu.b. Frekuensi orang atau person yang sakit yang baru ditemukanc. Lamanya atau time menderita sakit.Rumus :

5. Periode Prevalence RatePeriode Prevalence Rate adalah jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu jangka tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil. Periode Prevalence terbentuk dari Periode Prevalence Rate ditambah incidence rate dan kasus-kasus yang kambuh selama periode observasi (Maryani, 2010).Rumus :

6. Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar) adalah jumlah semua kematian yang ditemukan pada satu jangka waktu tertentu (satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil. Crude Death Rate digunakan untuk perbandingan angka kematian antar berbagai penduduk yang mempunyai susunan umur yang berbeda-beda tetapi tidak dapat secara langsung melainkan harus melalui prosedur penyesuaian (adjusment). Crude Death Rate digunakan secara luas karena sifatnya yang merupakan summary rate dan dapat dihitung dengan adanya informasi yang minimal (Maryani, 2010).

7. Cause Disease Specific Death Rate (Angka Kematian Penyebab Khusus)Cause Disease Specific Death Rate adalah jumlah keseluruhan kematian karena suatu penyebab khusus dalam satu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan waktu yang bersangkutan dalam persen atau permil (Maryani, 2010).Rumus :

8. Age Specific Death Rate (Angka Kematian Pada Umur Tertentu)Age Specific Death Rate adalah jumlah keseluruhan kematian pada umur tertentu dalam satu jangka waktu tertentu (satu tahun) dibagi dengan jumlah penduduk pada umur yang bersangkutan pada daerah dan tahun yang bersangkutan dalam persen atau permil (Maryani, 2010).

c. ProporsiProporsi merupakan hubungan antar jumlah kejadian dalam kelompok data yang mengenai masing-masing kategori dari kelompok itu atau hubungan antara bagian dari kelompok dengan keseluruhan kelompok yang dinyatakan dalam persen. Proporsi umumnya digunakan jika tidak mungkin menghitung angka indensi, karena itu proporsi tidak dapat menunjukkan perkiraan peluang keterpaparan atau infeksi, kecuali jika banyaknya orang dimana peristiwa dapat terjadi adalah sama pada setiap sub kelompok (Maryani, 2010).d. RasioRasio adalah suatu pernyataan frekuensi perbandingan peristiwa atau orang yang memiliki perbedaan antara suatu kejadian terhadap kejadian lainnya. Dalam hal ini pernyataan yang penting dalam epidemiologi adalah jumlah orang sakit dibandingkan dengan jumlah orang sehat, misalnya rasio orang sakit kanker dibandingkan dengan orang sehat (Maryani, 2010).

2.2. SurveilansSurveilans adalah upaya/ sistem/ mekanisme yang dilakukan secara terus menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisi, interpretasi,dari suatu data spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program ( Manajemen program kesehatan) (Noor.Nasri, 2008).Surveilans dapat diartikan sebagai pengawasan secara terus-menerus terhadap faktor penyebab kejadian dan sebaran penyakit, dan yang berkaitan dengan keadaan sehat atau sakit. Surveilans ini meliputi pengumpulan, analisis, penafsiran, dan penyebaran data yang terkait, dan dianggap sangat berguna untuk penanggulangan dan pencegahan secara efektif. Definisi yang demikian luas itu mirip dengan surveilans pada sistem informasi kesehatan rutin, dan karena itu keduanya dapat dianggap berperan bersama-sama (Noor.Nasri, 2008).Menyangkut sistem pelaporan khusus yang diadakan untuk menanggulangi masalah kesehatan utama atau penyakit, misalnya penyebaran penyakit menahun suatu bencana alam. Sistem surveilans ini sering dikelola dalam jangka waktu yang terbatas dan terintegrasi secara erat dengan pengelolaan program intervensi kesehatan. Bila informasi tentang insidens sangat dibutuhkan dengan segera, sedangkan sistem informasi rutin tidak dapat diandalkan maka sistem ini dapat digunakan (Noor.Nasri, 2008).

2.2.1 Tujuan Surveilans Secara umum bertujuan a. untuk pencegahan dan pengendalian penyakit dalam masyarakat sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB),b. memperoleh informasi yg diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan,penanggulangan maupun pemberantasanc. memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi (Noor.Nasri, 2008).

2.2.2 Penyelenggaraan Surveilans Jenis Penyelenggaraan Surveilans terdiri dari tiga macam penyelenggaraan surveilans epidemiologi yaitu (Noor.Nasri, 2008). : 1. Surveilans pasif2. Surveilans aktif1. Surveilans Pasif Surveilans pasif adalah surveilans yang pasif dalam pengumpulan atau pelaporan data surveilans epidemiologi, bukan pada analisis maupun pada diseminasi informasi epidemiologinya. 2.2.3 Ciri-ciri : Unit surveilans epidemiologi membiarkan penderita melaporkan diri pada klinik / rumah sakit/ init pelayanan yang berfungsi sebagai unit-unit surveilans terdepan dalam pengumpulan data surveilans. Kedua, unit surveilans epidemiologi mwmbiarkan klinik / rumah sakit / unit pelayanan sebagai unit surveilans terdepan melaporkan data surveilans yang ada ditempatnya.

2. Surveilans Aktif Surveilans yang aktif dalam pengumpulan data. Data kelengkapan laporan menjadi wajib dilakukan agar kuantitas dan kualitas datanya tetap terjaga atau terukur. Kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan unti sumber data, bukan pada unit surveilans di kabupaten/kota atau di provinsi.Ciri-ciri : 1. unit surveilans melakukan skrinning dari rumah ke rumah, sehingga tidak ada satupun kasus yang lepas dari pendataan. 2. unit surveilans mendatangi setiap unit sumber data untuk meminta data surveilansepidemiologi yang dibutuhkan sehingga tidak ada satupun sumber data yang tidak terekam datanya.

BAB IIICONCEPTUAL MAPPING

PELAYANAN KESEHATANAKTIFSURVEILANSPASIFANALITIKEKSPERIMENTALDESCRIPTIFJENISEPIDEMIOLOGI

BAB IVPEMBAHASAN

Epidemiologi diartikan sebagai ilmu tentang frekuensi (jumlah), distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pemmbuatan perencanaan (development) dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan (Budioro, 2007). Epidemiologi dibagi menjadi tiga jenis yaitu, epidemiologi descriptif, epidemiologi analitik dan epidemiologi ekperimental. Epidemiologi descriptif adalah penelitian yang mempelajari frekuensi dan distribusi masalah kesehatan tanpa memandang perlu mendapatkan jawaban tentang faktor penyebab yang mempengaruhi frekuensi, penyebaran dan munculnya dan munculnya masalahkesehatan tersebut. Epidemiologi deskriptif ini hanya menjawab pertanyaan tentang siapa (who), di mana (where), dan kapan (when) tetapi tidak menjelaskan kenapa (why) timbul masalah kesehatan tersebut. Epidemiologi analitik adalah penelitian yang menganalisis faktor penyebab (determinan) masalah kesehatan. Berarti epidemiologi analitik merupakan pencarian jawaban terhadap faktor-faktor penyebab yang dimaksud (why) untuk kemudian dianalisa hubungannya dengan akibat yang ditimbulkan. Epidemiologi eksperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan percobaan atau eksperimen untuk membuktikan bahwa suatu faktor sebagai penyebab terjadinya penyakit (Gieseche, 2002).

22Dari ketiga jenis epidemiologi yang saling berhubungan ini dan tahapan yang dicapai dapat membantu petugas surveilans dalam menjalankan tugasnya. Dimana surveilans yaitu upaya atau sistem atau mekanisme yang dilakukan secara terus menerus dari suatu kegiatan pengumpulan, analisis, interpretasi, dari suatu data spesifik yang digunakan untuk perencanaan, pelaksanaan, dan evalusasi program. Pelaksanaan Surveilans dapat dilakukan dengan dua macam pendekatan, yaitu dengan pendekatan pasif dan pendekatan aktif (Notoadmodjo, 2010).Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Surveilans pasif dilakukan setiap sebulan sekali. Ciri-ciri : Surveilans epidemiologi membiarkan penderita melaporkan diri pada klinik atau rumah sakit atau unit pelayanan yang berfungsi sebagai unit-unit surveilans terdepan dalam pengumpulan data surveilans, Unit surveilans epidemiologi membiarkan kilinik atau rumah sakit atau unit pelayan sebagai unit surveilans yang ada di tempatnya (Bustan, 2002).Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding) dan konfirmasi laporan kasus indeks. Surveilans aktif dilakukan setiap satu atau dua minggu sekali. Ciri-ciri : Unit surveilans melakukan skrining dari rumah ke rumah, sehingga tidak ada satu pun kasus yang terlepas dari pendataan, Unit surveilans mendatangi setiap unit sumberdata untuk meminta data surveilans epidemiologi yang dibutuhkan sehingga tidak ada satu pun data yang tidak terekam olehnya. Dengan melakukan metode surveilans dan berdasarkan tahapan yang dilakukan akan membantu dalam penanganan masalah kesehatan dalam masyarakat. Masyarakat akan mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak sehingga akan mengurangi akan penyebaran penyakit mapaun kematian karena suatu penyakit dalam suatu populasi atau kelompok tertentu (Bustan, 2002).

BAB VPENUTUP

5.1 KesimpulanEpidemilogi dapat meningkatkan kesehatan masyarakat dengan cara melakukan surveilans epidemiologi yang dilakukan oleh petugas khusus surveilans baik secara pasif maupun aktif sehingga diperoleh data dari hasil pengukuran baik menggunakan angka (rate), rasio dan proporsi tentang keadaan kesehatan suatu wilayah atau populasi. Dengan adanya data mengenai masalah kesehatan tersebut dapat menjadi panduan bagi unit-unit pelayanan kesehatan dalam menanggulangi masalah kesehatan dan meningkatkan kesehatan masyarakat.5.2 Saran Di harapkan semua masyarakat mengerti dan memahami akan pentingnya masalah dan perilaku hidup sehat.

24

DAFTAR PUSTAKA

Bhisma, Murty. 2003. Prinsip Dasar Metode Riset Epidemiology. Yogyakarta : Gajah Mada Universitas Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGCBudioro, B. 2007. Pengantar Epidemiologi Edisi 11. Semarang : Badan penerbit UNDIPBusta, Mn. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakrata : Rinaka CiptaGieseche, J. 2002. Modern Infectious Disease Epidemiology. London : ArnoldGordis, L. 2000. Epidemiologi. Philidelphia PA : WB Saunders CoNoor, Nasri. 2008. Dasar Epidemiologi. Jakarta : Rinaka CiptaNotoadmodjo, Soehidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakrata : Rineka Cipta

19