bab 2 fam fix

37
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Payudara 2.1.1 Pengertian Payudara dan Anatomi Payudara Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti pada wanita (rudimeter). Payudara terletak antara iga ketiga dan ketujuh serta terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior dan mediana. Berat dan ukuran payudara bervariasi sesuai pertambahan umur, pada masa pubertas membesar, dan bertambah besar selama kehamilan dan sesudah melahirkan, dan menjadi atropi pada usia lanjut. Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker

Upload: innedj

Post on 19-Nov-2015

29 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

bedah

TRANSCRIPT

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1. Payudara 2.1.1 Pengertian Payudara dan Anatomi Payudara Payudara adalah organ yang berperan dalam proses laktasi, sedangkan pada pria organ ini tidak berkembang dan tidak memiliki fungsi dalam proses laktasi seperti pada wanita (rudimeter). Payudara terletak antara iga ketiga dan ketujuh serta terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior dan mediana. Berat dan ukuran payudara bervariasi sesuai pertambahan umur, pada masa pubertas membesar, dan bertambah besar selama kehamilan dan sesudah melahirkan, dan menjadi atropi pada usia lanjut.Secara umum, payudara terdiri atas dua jenis jaringan, yaitu jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penopang). Jaringan kelenjar meliputi kelenjar susu (lobus) dan salurannya (ductus). Sedangkan jaringan penopang meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat. Selain itu, payudara juga memiliki aliran limfe. Aliran limfe payudara sering dikaitkan dengan timbulnya kanker maupun penyebaran (metastase) kanker payudara (Haryono dkk, 2011).Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat yang berlainan. Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada bagian bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda. (Mangunkusumo, 2006).Menurut Hoskins et, al (2005) Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu :1. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)2. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)3. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)4. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)5. Regio puting susu (nipple)Setiap payudara terdiri atas 15 sampai 25 lobus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mamma yang disebut duktus laktiferus dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi jumlahnya. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara lobus tersebut terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang merupakan tonjolan jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis dan anterior. Pembuluh darah mammae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri torakalis lateralis. Vena supervisialis mamae mempunyai banyak anastomosa yang bermuara ke vena mamaria interna dan vena torakalis interna/epigastrika, sebagian besar bermuara ke vena torakalis lateralis. Aliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar terutama dari bagian yang sentral dan medial dan ada pula aliran ke kelenjar interpektoralis.

Untuk lebih jelas dari anatomi payudara dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2.1. Anatomi Payudara 2.1.2. Fisiologi Payudara Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen diketahui merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai perkembangan lobulus-lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial.Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon, antara lain:a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup pubertas, masa fertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause. Sejak pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya berkurang. c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan, payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. 2.2. Definisi Fibroadenoma Mammae Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause. Fibroadenoma adalah kelainan pada perkembangan payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih dan tidak normal pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih dari sel-sel yang melapisi saluran air susu di payudara.Fibroadenoma merupakan jenis tumor jinak mamma yang paling banyak ditemukan, dan merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada kelompok umur muda. 2.3. Patofisiologi Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala dan ditemukan secara kebetulan. Fibroadenoma biasanya ditemukan sebagai benjolan tunggal, tetapi sekitar 10%-15% wanita yang menderita fibroadenoma memiliki beberapa benjolan pada kedua payudara. Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara belum diketahui secara jelas dan pasti. Hubungan antara munculnya beberapa fibroadenoma dengan penggunaan kontrasepsi oral belum dapat dilaporkan dengan pasti. Selain itu adanya kemungkinan patogenesis yang berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan payudara lokal terhadap estrogen, faktor makanan dan faktor riwayat keluarga atau keturunan. Kemungkinan lain adalah bahwa tingkat fisiologi estrogen penderita tidak meningkat tetapi sebaliknya jumlah reseptor estrogen meningkat. Peningkatan kepekaan terhadap estrogen dapat menyebabkan hyperplasia kelenjar susu dan akan berkembang menjadi karsinoma.Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma bervariasi selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat membesar selama masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak menggangu kemampuan seorang wanita untuk menyusui. Diperkirakan bahwa sepertiga dari kasus fibroadenoma jika dibiarkan ukurannya akan berkurang bahkan hilang sepenuhnya. Namun yang paling sering terjadi, jika dibiarkan ukuran fibroadenoma akan tetap. Tumor ini biasanya bersifat kenyal dan berbatas tegas dan tidak sulit untuk diraba. Apabila benjolan didorong atau diraba akan terasa seperti bergerak-gerak sehingga beberapa orang menyebut fibroadenoma sebagai breast mouse. Biasanya fibroadenoma tidak terasa sakit, namun kadang kala akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif apabila disentuh. 2.4. Klasifikasi Fibroadenoma Mammae Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam: 2.4.1. Common Fibroadenoma Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simpel fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda antara 21-25 tahun. Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk oval atau bulat, halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal.2.4.2. Giant Fibroadenoma Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita hamil dan menyusui. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.2.4.3. Juvenile Fibroadenoma Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan, dengan insiden 0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral. Tumor jenis ini lebih banyak ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang Kaukasia.

Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain:a. Fibroadenoma Pericanaliculare Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis. b. Fibroadenoma intracanaliculare Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi. Gambar 2.2. Fibroadenoma Gambar 2.3. Common Fibroadenoma (Massa yang ditunjukkan berbatas tegas) Gambar 2.4. Giant Fibroadenoma (Massa yang ditunjukkan berbatas tegas memiliki kapsul yang tebal)

Gambar 2.5. Juvenile Fibroadenoma(Massa yang ditunjukkan memiliki permukaan yang berlendir dan multiple celah, berbatas tegas dan berbentuk bulat) 2.5. Gejala Klinis Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae adalah adanya bagian yang menonjol pada permukaan payudara, benjolan memiliki batas yang tegas dengan konsistensi padat dan kenyal. Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi sekitar 1-4 cm, namun kadang dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan ukuran benjolan berdiameter lebih dari 5 cm. Benjolan yang tumbuh dapat diraba dan digerakkan dengan bebas. Umumnya fibroadenoma tidak menimbulkan rasa nyeri atau tidak sakit.Perubahan fibroadenoma menjadi ganas dalam komponen epitel fibroadenoma umumnya dianggap langka. Fibroadenoma secara signifikan tidak meningkatkan risiko berkembang menjadi kanker payudara Insiden karsinoma berkembang dalam suatu fibroadenoma dilaporkan hanya 20/10.000 sampai 125/10.000 orang yang berisiko. Sekitar 50% dari tumor ini adalah lobular carcinoma in situ (LCIS), 20% infiltrasi karsinoma lobular, 20% adalah karsinoma duktal in situ (DCIS), dan 10% sisanya infiltrasi karsinoma duktal. Berdasarkan pemeriksaan klinis ultrasonografi dan mammografi biasanya ditemukan fibroadenoma jinak dan perubahan menjadi ganas ditemukan hanya jika fibroadenoma tersebut dipotong. Fibroadenoma yang dibiarkan selama bertahun-tahun akan berubah menjadi ganas, dikenal dengan istilah progresi dan persentase kemungkinannya hanya 0,5% - 1%. 2.6. Epidemiologi 2.6.1. Distribusi Frekuensi Penyakit Fibroadenoma Mammae Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang lebih sering didiagnosa pada wanita muda. Fibroadenoma dilaporkan terjadi pada lebih dari 9% penduduk wanita. Fibroadenoma sangat dipengaruhi oleh hormon dan bervariasi selama siklus menstruasi dan masa kehamilan. Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun. Belum ada data yang pasti mengenai insiden fibroadenoma pada populasi umum. Dalam suatu studi disebutkan bahwa angka kejadian fibroadenoma pada wanita yang menjalani pemeriksaan di klinik payudara sekitar 7%-13% sementara itu pada studi yang lain didapatkan 9% dari otopsi. Fibroadenoma didapatkan dari 50% semua biopsi payudara dan hal ini meningkat mencapai 75% pada biopsi payudara wanita yang berumur < 20 tahun (Greenberg, et all, 1998). Data dari penelitian di Depatemen Patologi Rumah Sakit Komofo Anyoke Teaching di Ghana (Bewtra, 2009) dilaporkan bahwa dari 65 spesimen payudara ditemukan 31 kasus (48%) penderita fibroadenoma, dan sebanyak 11 kasus (35%) terjadi pada kelompok remaja ( 30 kg/m2 meningkatkan risiko kejadian FAM (OR=2.45,CI 95% 1.04-3.03) artinya wanita dengan IMT > 30 kg/m2 memiliki risiko 2,45 kali menderita FAM dibandingkan wanita dengan IMT < 30 kg/m2.27 f. Riwayat Keluarga Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma. Namun, riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama dilaporkan oleh beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko tumor ini. Dari beberapa penelitian menunjukkan adanya risiko menderita FAM pada wanita yang ibu dan saudara perempuan mengalami penyakit payudara. Dilaporkan 27 % dari penderita FAM memiliki riwayat keluarga menderita penyakit pada payudara (Organ, 1983).28 Tidak seperti penderita dengan fibroadenoma tunggal, penderita multiple fibroadenoma memiliki riwayat penyakit keluarga yang kuat menderita penyakit pada payudara.g. Stress Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen yang juga akan meningkatkan insiden FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui orang yang mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita FAM (OR=1.43 CI 95%1.16-1.76) artinya orang yang mengalami stress memiliki risiko 1,43 kali menderita FAM dibandingkan dengan orang yang tidak stress.h. Faktor Lingkungan Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya FAM. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all pada tahun 2011 di Iran dilaporkan 38% dari penderita FAM memiliki riwayat tinggal di dekat pabrik yang memproduksi PAHs. Penelitian tersebut menggunakan desain case control dimana diketahui OR=3.7,CI95%1.61-7.94 yang artinya orang yang tinggal didekat pabrik yang memproduksi zat PAHs memiliki risiko 3,7 kali menderita FAM. 2.7. Pencegahan 2.7.1. Pencegahan Primer Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Konsep dasar dari pencegahan primer adalah untuk menurunkan insiden penyakit. Cara yang dilakukan adalah dengan menghindari faktor-faktor tertentu yang dapat merangsang pertumbuhan sel-sel tumor antara lain: a. Mencegah terpaparnya dengan zat atau bahan yang dapat memicu berkembangnya sel-sel tumor fibroadenoma, seperti mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi dengan bahan atau zat-zat hormonal, menghindari pemakaian pil kontrasepsi dengan komponen utama estrogen. Penggunaan zat tersebut jika dipakai terus menerus akan menyebabkan terjadinya perubahan jaringan pada payudara yang meningkatkan angka kejadian FAM. Selain itu menghindari terpapar dengan zat Polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) yang bersifat karsinogenik.b. Menggunakan atau mengkonsumsi zat dan bahan yang dapat menurunkan kejadian FAM antara lain dengan mengkonsumsi buah dan sayuran. Penggunaan alat kontrasepsi oral juga dapat menurunkan risiko terjadinya FAM.c. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)Pemeriksaan terhadap payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur. Dengan melakukan pemeriksaan sendiri secara teratur maka kesempatan untuk menemukan tumor dalam ukuran kecil lebih besar, sehingga dapat dengan cepat dilakukan tindakan pengobatan. SADARI dapat dilakukan dengan cara: c.1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut. c.2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat tumor. Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah. c.3. Kedua tangan diletakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara. c.4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga daerah antara kedua payudara dan ketiak. c.5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan. c.6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri. c.7. Pemeriksaan no. c.5. dan c.6. akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.

SADARI secara visual dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.6. SADARI 2.7.2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder merupakan upaya yang dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara medeteksi penyakit secara dini dan melakukan pengobatan secara cepat dan tepat.a. Anamnesa Anamnesa terpadu harus didapatkan sebelum dilakukan pemeriksaan fisik. Penyelidikan terperinci tentang faktor risiko harus meliputi riwayat kehamilan dan ginekologi seperti usia, paritas, serta riwayat menstruasi dan menyusui. Riwayat terapi hormonal sebelumnya yang mencakup kontrasepsi oral dan estrogen.b. Diagnosa Fibroadenoma dapat didiagnosa dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik (phisycal examination), pemeriksaan radiologi (dengan foto thorax dan mammografi atau ultrasonografi), dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC). b.1. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan fisik penderita diperiksa dengan sikap tubuh duduk tegak atau berbaring atau kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Kemudian dilakukan palpasi dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara. Palpasi dilakukan untuk mengetahui ukuran, jumlah, dapat bergerak-gerak, kenyal atau keras dari benjolan yang ditemukan. Dilakukan pemijatan halus pada puting susu untuk mengetahui pengeluaran cairan, darah atau nanah dari kedua puting susu. Cairan yang keluar dari puting susu harus dibandingkan. Pengeluaran cairan diluar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan seperti fibroadenoma atau bahkan karsinoma. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :a.Melihat payudarab.Memijat payudarac.Meraba payudaraJika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan:1) Lokasi tumor2) Diskripsi tumor Menurut Soeprianto (2003) klinis jinak dan ganas memberikan gambaran sebagai berikut:klinis jinak memberikan gambarana. Bentuk bulat, teratur atau lonjong.b. Permukaan ratac. Konsistensi kenyal, lunakd. Mudah digerakkan terhadap sekitare. Tidak nyeri tekan.Klinis ganas memberikan gambarana. Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjolb. Tepi tidak ratac. Bentuk tidak teraturd. Konsistensi keras, padate. Batas tidak tegasf. Sulit digerakkan terhadap jaringan sekitarg. Kadang nyerti tekan3. Pemeriksaan penunjanga. Mammographyb. Ultrasound (USG)c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)d. BiopsiTerbuka : dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan seluruh benjolannya (eksisi) atau sebagian saja (insisi).Tertutup : biopsi aspirasi jarum halus (Djamaloeddin, 2005).

b.2. Mammografi Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit. Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan ditensi pada struktur payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mamma dan adanya metastatis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas). Mammografi digunakan untuk mendiagnosa wanita dengan usia tua sekitar 60-70 tahun.b.3. Ultrasonografi (USG) Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat payudara usia muda karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika menggunakan mammografi. Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi atau tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan gabungan antara USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnosa yang tinggi.Beberapa gambar hasil USG pada payudara : Gambar 2.7. Fibroadenoma Kecil (1cm) Gambar 2.8. Fibroadenoma Besar (3cm)

Gambar 2.9. Fibroadenoma > 5 cm (ukuran 8,5 x 7 x 6 cm) b.4. Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC) Dengan FNAC diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas, tanpa harus melakukan sayatan atau mengiris jaringan. Pada FNAC diambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut dapat diperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop. Di bawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut : b.4.1. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus. b.4.2. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler). b.4.3. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek uniform.

c. Penatalaksanaan Medis Terapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai berikut:c.1. Ukuran c.2. Terdapat rasa nyeri atau tidak c.3. Usia pasien c.4. Hasil biopsi Karena fibroadenoma mammae adalah tumor jinak maka pengobatan yang dilakukan tidak perlu dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk dan ukurannya saja. Pengangkatan mammae harus memperhatikan beberapa faktor yaitu faktor fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor tersebut menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka diperlukan pengangkatan. Terapi pengangkatan tumor ini disebut dengan biopsi eksisi yaitu pembedahan dengan mengangkat seluruh jaringan tumor beserta sedikit jaringan sehat disekitarnya Terapi dengan operasi pengangkatan tumor ini tidak akan merubah bentuk payudara tetapi hanya akan meninggalkan jaringan parut yang akan digantikan jaringan normal secara perlahan. 2.7.3. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan dan melakukan rehabilitasi. Rehabilitasi dilakukan untuk mengurangi ketidakmampuan penderita agar dapat melakukan aktivitasnya kembali. Upaya rehabilitasi dilakukan baik secara fisik, mental, maupun sosial, seperti menghilangkan rasa nyeri, mendapatkan asupan gizi yang baik, dan dukungan moral dari orang-orang terdekat terhadap penderita pasca operasi.

BAB IIIKESIMPULAN

Fibroadenoma mammae merupakan suatu penonjolan pada payudara atau diketahui sebagai tumor jinak payudara. Gejala fibroadenoma dapat berupa teraba berbenjol pada bagian salah satu atau kedua payudara, benjolan lunak dan mobile. Keluhan nyeri terkadang dapat timbul. Fibroadenoma mammae sering muncul pada wanita dibandingkan dengan pria. Faktor pemicu timbulnya fibroadenoma mammae adalah pengaruh hormone estrogen. Kemungkinan kejadian fibroadenoma mammae juga dapat meningkat pada wanita yang memiliki riwayat memiliki penyakit yang sama atau bahkan karsinoma mammae dalam keluarga.Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui adanya fibroadenoma mammae dapat dilakukan secara mandiri dengan cara perabaan sekitar payudara, yang disebut SADARI. Pemeriksaan SADARI merupakan pemeriksaan untuk mengetahui adanya fibroadenoma secara dini dengan sensitifitas perabaan cukup baik untuk mengetahui adanya benjolan kira- kira dengan ukuran >1 cm. Namun sebaiknya lakukan pemeriksaan segera ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut agar dapat mengetahui dan mencegah atau mengobati.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: PT. Rineka CiptaAzwar, Syaifuddin. 2002. Sikap Manusia Teori pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka PelajarAzwar, Syaifuddin. 2007. Sikap Manusia Teori pelaksanaannya. Yogyakarta:Pustaka PelajarAzwar, Syaifuddin . 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta:Pustaka PelajarBenson, Ralp C & Martin L.Pernol. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi.Edisi 9. Jakarta : EGCBudiarto, Eko. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGCChyntia, Erlyn. 2009. Akhirnya Aku Sembuh Dari Kanker Payudara . Yogyakarta: MaximusDixon, J.Michael & Robert C.F. Leonard.2002. Bimbingan Dokter pada Kelainan Payudara . Jakarta: Dian RakyatFakultas Ilmu Kesehatan UNIPDU. 2008. Rencana Strategi. JombangHacker, Neville F. & J. George Moore. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Edisi 2. Jakarta: HipokratesHidayat, A.Aziz alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba MedikaKumar, Vinay et al. 2007. Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th edition. SaundersKusmarjadi, Didi . 2008 . FAM. http://www.drdidispog.com/2008/09/fam-fibroadenoma-mammae.html Notoatmodjo, Soekidjo. 2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka CiptaNotoatmodjo, Soekidjo, 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka CiptaNursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba MedikaRiduan, Dr., M.B.A. 2010. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: AlfabetaRomauli, Suryati & Anna Vida V.2009. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswi Kebidanan. Yogyakarta: Mulia MedikaSallika. 2010. Serba-Serbi Kesehatan Perempuan. Jakarta: BukuneSarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja .Jakarta: PT. Raja Grafindo PersadaSarwono, Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Jakarta: Yayasan Bina PustakaSaryono & Roischa Dyah Pramitasari. 2009. Perawatan Payudara. Yogyakarta: Mitra Cendikia PressSyarif Alhadrami. 2007. http://www. [email protected] Sugiono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: AlfabetaBSE .2008. Pemeriksaan Payudara. http://www.Ihea.Info/pemeriksaan payudara

86