case 2 fix

22
CASE REPORT G 2 P 1 A 0 Gravida 40 Minggu dengan Bekas SC a/i PSA Oleh: Elsya Aprilia 1102010088 Pembimbing: dr. H. Rizki Safaat Nurrahim, Sp. OG, M. Kes

Upload: shabrina-ina

Post on 21-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

buftalmos

TRANSCRIPT

Page 1: case 2 fix

CASE REPORT

G2P1A0 Gravida 40 Minggu dengan Bekas SC a/i PSA

Oleh:

Elsya Aprilia

1102010088

Pembimbing:

dr. H. Rizki Safaat Nurrahim, Sp. OG, M. Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

RSU. dr. Slamet Garut

Page 2: case 2 fix

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. W Nama : Tn. SUmur : 31 Tahun Umur : 31 TahunAlamat : Garut Kota Pendidikan : SMKPendidikan : SMK Pekerjaan : Buruh PabrikPekerjaan : IRTMedrek : 681xxxMRS : 16-07-14Jam : 16.00KRS : 18-07-14

ANAMNESIS

Dikirim oleh : Sp. OG Sifat : RujukanKeterangan : PSA

Keluhan Utama : Perdarahan

Anamnesa KhususG2 P1 A0. Ibu merasa hamil 9 bulan mengeluh mules-mules sejak 1 hari SMRS yang semakin sering dan semakin kuat. Mules disertai dengan darah dan lendir. Ibu tidak merasakan keluar air-air dari jalan lahir. Gerakan bayi dirasakan oleh ibu sejak 6 bulan SMRS.

RIWAYAT OBSTETRI

Kehamilan ke

Tempat PenolongCara

KehamilanCara

PersalinanBB

LahirJenis

KelaminUsia Keadaan

1 RS Sp. OG Aterm SC 2600 P 5 th H

2 Hamil saat ini

Keterangan Tambahan

Menikah : Pertama kali

♀ 25 tahun, SMK, IRT

♂ 25 tahun, SMK, Buruh Pabrik

Haid Terakhir tgl : 18 Oktober 2013

Siklus haid : Teratur

1

Page 3: case 2 fix

Lama haid : 7 hari

Banyaknya darah : Banyak

Menarche usia : 11 tahun

Nyeri haid : Tidak

Kontrasepsi terakhir : IUD, 2009-2013, sudah habis masa KB

Periksasebelumnya : Bidan & Sp. OG Jumlah kunjungan PNC 5x.

Terakhir PNC 1 minggu yang lalu

Keluhan selama kehamilan : Tidak ada

Riwayat penyakit terdahulu : Tidak ada riwayat penyakit sebelumnya

STATUS PRAESENSE

Keadaan Umum : CM Paru : VBS kanan=kiri ,Wh(-), Rh(-)Tensi : 100/70 mmHg Refleks : Fisiologis (+)Nadi : 90 x/mnt BB : 135Pernafasan : 16 x/mnt TB : 50Suhu : 36,50C Edema : -/-Konjungtiva : -/- Varices : -/-Sklera : -/- Abdomen : Cembung lembutTiroid & KGB : Tidak ada kelainan Hati & Limpa : Dalam batas normalJantung BJ I & II murni, reguler, M(-) G(-)

STATUS OBSTETRI

PEMERIKSAAN LUAR PEMERIKSAAN DALAM

TFU/LP : 34 cm / 95 cm V/V : TAKLA : Kepala, Puka, 5/5 Portio : Tebal LunakHIS : 2x/ 10 menit, 30 detik Pembukaan : 2-3 cmDJJ : 144x/menit, Regular Ketuban : -TBBA : 3200 gram Bag. Terendah : Kepala St-2

PEMERIKSAAN PANGGUL

Konjugata diagonalis : 9 cm Sacrum : KonkafKonjugata vera : 7,5 cm Spina Ischiadica : MenonjolPromontorium : Teraba Kesan : Panggul sempit absolutLinea innomiata : Teraba seluruhnya

2

Page 4: case 2 fix

LABORATORIUM

Tanggal 30/6/14 16:41

Nama Test Hasil Unit Nilai NormalHematologi

Darah RutinHemoglobin 12.2 g/dL 12.0-16.0Hematokrit 36 % 35-47Leukosit 9.520 /mm3 3.500-10.600Trombosit 226.000 /mm3 150.000-440.000Eritrosit 4.09 Juta//mm3 3.6-5.6

DIAGNOSIS

G2P1A0 gravida aterm + riwayat SC 5 a/i PSA 5 tahun yang lalu.

RENCANA PENGELOLAAN

Observasi KU, TTV, DJJ, HIS

Infus RL 500 cc 20 gtt

R/ SC

3

Page 5: case 2 fix

LAPORAN OPERASI

Nama : Ny. TUmur : 25 Tahun

No. CM : 677xxxRuang : Zade

Jam Operasi Mulai : 19.30Jam Operasi Selesai : 20.00Lama Operasi : 30 menit

Akut / Terencana : Terencana Tanggal : 16 Juli 2014Operator : Asisten I : DM Indah Perawat Instrumen:dr. Windi, Sp. OG Asisten II : Sirkulasi:Ahli Anestesi : Asisten Anestesi : Asty /

IndraJenis Anestesi : Spinal

dr. Hayati, Sp. An Obat Anestesi : O2 + Bucain

Diagnosa Pra-Bedah :G2P1A0 gravida Aterm + Riwayat SC

Indikasi Operasi :PSA pada bekas SC

Diagnosa Pasca bedah :P2A0 Partus Maturus d/ SC ai/ PSA

Jenis Operasi :SCTP + IUD

Kategori Operasi : BesarDisinfeksi dengan : Povidone Iodine Jaringan yang di eksisi : Tidak dikirim PALaporan Operasi Lengkap :- Dilakukan tindakan a dan antiseptic di daerah abdomen dan sekitarnya.- Dilakukan insisi mediana inferior sepanjang ± 10 cm.- Setelah peritoneum dibuka, tampak dinding uterus.- Plika vesikouterina disisihkan ke bawah, disayat melintang.- Kandung kemih disisihkan ke bawah dan ditahan dengan retraktor abdomen.- SBR disayat konkaf, bagian tengahnya ditembus oleh jari penolong dan diperlebar ke

kanan & kiri.- Jam 10.40 lahir bayi perempuan dengan meluksir kepala.

BB 3100 gram APGAR 7 ~ 9PB 50 cm NOP 32xxDisuntikkan Oksitosin 10 IU Intramural. Kontraksi baik.

- Jam 10.40 lahir palsenta dengan tarikan ringan pada tali pusat.B 400 gram Ukuran 20x20x3 cm

- SBR dijahit lapis demi lapis. Lapisan pertama dijahit secara jelujur interloking- Sebelum lapisan pertama dijahit seluruhnya, dipasang IUD CUT 380K- Lapisan ke-2 dijahit secara overhecting matras.- Setelah yakin tidak ada perdarahan, dilakukan reperitonealisasi dengan peritoneum

kandung kencing hingga menutupi uterus.- Perdarahan dirawat.- Rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah.- Fascia dijahit dengan safil No 1, kulit dijahit secara subkutikular.- Perdarahan selama operasi 200 cc- Diuresis selama operasi 100 cc

4

Page 6: case 2 fix

FOLLOW UP

TANGALJAM

CATATAN INSTRUKSI

16 Juli 2014

Instruksi Post Operasi- Pasien Puasa Hinggan BU (+)- Cek Hb Post operasi- IVFD RL: D5% 2:1- Cefotaxim 2x1 gr IV- Metronidazol 3x500 mg IV- Kaltropen 2x100 mg Supp

LABORATORIUM

Tanggal 17/7/14 08:21

Nama Test Hasil Unit Nilai NormalHematologi

Darah RutinHemoglobin 12.1 g/dL 12.0-16.0Hematokrit 35 % 35-47Leukosit 13.480 /mm3 3.500-10.600Trombosit 183.000 /mm3 150.000-440.000Eritrosit 3.99 Juta//mm3 3.6-5.6

TANGALJAM

CATATAN INSTRUKSI

17 Juli 2014

S/ Nyerigerak, nyeri luka operasi - Cefotaxim 2x1 gr IV- Metronidazol 3x500

mg IV- Kaltropen 2x10 gr

Supp- Mobilisasi- Aff Cathehter

O/ KU CMT 110/70 mmHgN 80 x/menitR 20 x/menitS 36.5o C

POD I Mata Ca -/- Si -/-ASI +/+Abdomen Datar LembutTFU 2 jari ↓pusatLokhia +LO Tertutup perban

5

Page 7: case 2 fix

BAB/BAK -/Diuresis 100 ccHb post Op 12.1 g/dL

A/ P2A0 Partus Maturus d/ SC ai/ PSA

TANGALJAM

CATATAN INSTRUKSI

18 Juli 2014

POD II

S/ - - Cefadroxyl 2x500 mg p.o

- Metronidazol 3x500 mg p.o

- As. Mefenamat 3x500mg

- GV- Aff infus- Transfusi s/d Hb ≥8

gr/dL

O/ KU CMT 110/70 mmHgN 80x/menitR 20x/menitS 36.5o CMata Ca -/- Si -/-ASI +/+Abdomen Datar LembutTFU SepusatLO Kering terawatLokhia +BAB/BAK -/+Hb 12.1 gr/dL

A/ P2A0 Partus Maturus d/ SC ai/ PSA

PERMASALAHAN

1. Bagaimana penegakkan diagnosis pada kasus ini?

2. Apakah pengelolaan kasus ini sudah tepat?

3. Bagaimanakah prognosis pada pasien ini?

PEMBAHASAN

1. Penegakkan diagnosis pada kasus ini.

Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.

Ukuran Panggul

6

Page 8: case 2 fix

1. Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum, linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis. Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.

Gambar 1 Diameter pada Pintu Atas Panggul

2. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)

Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.

3. Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua

7

Page 9: case 2 fix

tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).

Gambar 2 Pelvis wanita dewasa menunjukkan diameter interspinosus panggul tengah. Terdapat juga diameter anteroposterior dan diameter transversalis.

Gambar 3 Pelvic outlet

4. Panggul Sempit

Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi tiga yaitu

1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan upaya ekspulsif ibu.a. Kelainan his : inersia uteri / kelemahan hisb. Kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada hernia atau sesak nafas.

2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi, hidrosefalus.

3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit, tumor yang mempersempit jalan lahir.

8

Page 10: case 2 fix

Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus

Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:

1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.

2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.

3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau

kelumpuhan satu kaki.

Klasifikasi panggul sempit :

a. Kesempitan pintu atas panggulb. Kesempitan bidang tengahc. Kesempitan pintu bawah panggul

Kriteria diagnosis :

a. Kesempitan pintu atas pangulPanggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cmPanggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm

b. Kesempitan panggul tengahBidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii dan memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-5.

9

Page 11: case 2 fix

Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) – 10,5 cm.2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-

4 dan ke-5 – 11,5 cm.3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke

pertemuan sacral ke-4 dan ke-5 – 5 cm.Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus diukur secara rontgenologis. Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau

kurang (10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .

o Spina ischiadica sangat menonjol.

o Dinding samping panggul konvergen.

o Sacrum lurus atau konveks.

o Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.

c. Kesempitan pintu bawah panggulBila arcus pubis <900 / sudut lancip.

Persangkaan panggul sempit – Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.b. Pada primipara ada perut menggantung.c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.d. Ada kelainan letak pada hamil tua.e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)f. Tanda Osborn positif

Teknik perasat Osborn:1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.3. Dua jari lainnya di atas simfisus, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari

simfisis.4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan kebawah dan

kebelakang.

Interpretasi perasat Osborn:- Kepala dapat ditekan kedalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang

parietal, berarti CPD (-).- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal,

sekitar 0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.- Kepala tidak dapat dimasukkan kedalam tulang panggul, tulang parietal menggantung

di atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.

10

Page 12: case 2 fix

Teknik perasat Muller:1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.3. Dua jari dari tangan yang lain masuk kedalam vagina, sampai pintu atas panggul.4. Tangan luar mendorong kepala anak kearah simfisis.

Interpretasi perasat Muller:- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).

Pembahasan

Pada pasien ini, ditemukan persangkaan panggul sempit, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Diketahui dari riwayat persalinan sebelumnya yang kelahiran secara seksio sesaria karena panggul sempit pada kelahiran anak pertama aterm dengan berat anak 2500 gr dan diperoleh dari pemeriksaan vaginal toucher, yaitu panjang konjugata diagonalis 9 cm, konjugata vera 9cm - 1,5 cm = 7,5 cm. Pemeriksaan panggul ibu, yaitu Promontorium teraba, Linea innomiata teraba seluruhnya, Sacrum konkaf dan Spina Ischiadica menonjol menunjukkan Kesan bahwa : panggul sempit absolut.

2. P engelolaan kasus ini sudah tepat?

Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa persalinan. Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.

1. CV 8,5 – 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya

2. CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer3. CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.

Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada :

a. His atau tenaga yang mendorong anak.b. Besarnya janin, presentasi dan posisi janinc. Bentuk pangguld. Umur ibu dan anak berhargae. Penyakit ibu

11

Page 13: case 2 fix

1. Persalinan PercobaanSetelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan. Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.

Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan percobaan.

Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan, kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depandimanasebelumnya merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis.

Bila cara tersebut masih juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya. Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan bahu depan. Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian.

Saat ini test of labour jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan dengan pangul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini. Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuannnya, keadaan ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.

2. Seksio Sesarea

12

Page 14: case 2 fix

Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki. Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu) dilakukan karena peralinan perobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum dipenuhi.

3. SimfisiotomiTindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.

4. Kraniotomi dan KleidotomiKraniotomi adalah suatu tindakan yang memperkecil ukuran kepala janin dengan cara melubangi tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin dapat dengan mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas perforasi kepala janin, yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.

5. KleidotomiTindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi kepala dilahirkan, akan tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan bahu karena terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak ada keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada satu atau kedua klavikula. Dibawah perlindungan spekulum dan tangan kiri penolong dalam vagina, klavikula dan jika perlu klavikula belakang digunting, dan selanjutnya kelahiran anak dengan berkurangnya lebar bahu tidak mengalami kesulitan. Apabila tindakan dilakukan dengan hati-hati, tidak akan timbul luka pada jalan lahir. Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka dilakukan seksio sesarea.

Pembahasan :

Penggelolaaan pada pasien ini sudah tepat, dilakukan sectio cesara untuk persalinannya. Dan persiapan untuk dilakukan operasi sudah tepat. dimulai dari saat pasien datang dengan keluhan mules-mules yang menandakan telah adanya tanda persalinan, persiapan operasi seperti: pemeriksaan darah, konsultasi kebagian anestesi, informed consent ke keluarga pasien, puasa dimulai sejak ibu datang dan observasi tanda vital, his, serta djj. Infus dan kateterisasi dilakukan untuk persiapan opaerasi dan pemantauan input serta output cairan.Pada pasien ini tidak dilakukan partus percobaan karena pasien ini memiliki riwayat persalinan sulit sebelumnya. Selain itu persalinan sulit sebelumnya di diagnosis dengan panggul sempit absolut. Observasi dan pemberian terapi medikamentosa seperti antibiotik dan analgetik diberikan dari setelah operasi sampai pasien dipulangkan, dengan pembekalan dan edukasi terhadap kepatuhan pasien dan waktu kontrol bekas operasi.

3. P rognosis pada pasien ini?

Komplikasi pada kehamilan

13

Page 15: case 2 fix

Apabila persalinan dengan panggul sempit dibiarkan berlangsung sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin.

Bahaya pada ibu :

a. Partus lama yang sering kali disertai dengan pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dapat menimbulkan dehidrasi serta asidosis, dan infeksi intrapartum.

b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah rahim dan pembentukan lingkaran retraksi patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan ruptur uteri mengancam; apalagi tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul ruptura uteri.

c. Dengan persalinan tidak maju karena panggul sempit, jalan lahir pada suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dengan tulang panggul. Hal itu menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula vesiko servikalis, atau fistula vesiko vaginalis, atau fistula rekto vaginalis.

Bahaya pada janin :

a. Partus lama dapat meningkatkan kematian perinatal, apalagi jika ditambah dengan infeksi intrapartum.

b. Prolapsus funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi janin dan memerlukan kelahirannya dengan segera apabila masih hidup.

c. Tekanan oleh promontorium atau kadang-kadang oleh simfisis pada panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin, malahan dapat pula menimbulkan fraktur pada os parietalis.

Pembahasan:

Pada kasus ini, prognosis terhadap ibu dan janin adalah baik. Prognosis fungsi reproduksi pada kasus ini kurang baik (Dubia ad malam) karena untuk persalinan selanjutnya pasien harus menjalankan operasi seksio sesaria kembali. Dibutuhkan edukasi tentang kontrasepsi reversible untuk memberi jarak untuk kehamilan selanjutnya. Prognosis fungsi seksual pada kasus ini baik (ad Bonam), dan prognosis fungsi menstruasi pada kasus ini juga masih baik (Ad Bonam), karena belum memasuki tahapan menopause. Edukasi yang tepat mengenai resiko yang mungkin terjadi apabila pasien hamil kembali harus disampaikan dengan baik.

14

Page 16: case 2 fix

Daftar Pustaka

Bagian Obsetri dan Ginekologi FK UNPAD. Panggul sempit. Dalam: Pedoman Diagnosis

dan Terapi Obsetri dan GinekologiRS.Dr. Hasan Sadikin., Bandung: 2005: 102-3

Cuningham F G, Norman F, Kenneth J, Larry C, John C, Katharine D, et al. Anatomy of the

Reproductive Tract. In. Williams Obstetrics 21st Edition. Thw Mc Graw-Hill

Companies, New Cork. 2001: 28-40.

Muchtar R. Bentuk dan Kelainan Panggul. Dalam. Sinopsis obstetri. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta: 2002: 315-30.

Rachimhadhi, T. Anatomi jalan lahir. Dalam Ilmu kebidanan. Yayasan Bina

PustakaSarwonaPrawirohardjo, Jakarta 2010: 188-204

Winkjosastro H, Saifudin B A, Rachimhadhi T. Distosia karena KelainanPanggul. Dalam.

Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina PustakaSarwonaPrawirohardjo,Yakarta 2002: 637-47

15