ppt case epilepsi fix

Upload: fifil-rizki-swetry-ii

Post on 04-Nov-2015

274 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

aaa

TRANSCRIPT

Slide 1

LAPORAN KASUS TATALAKSANA EPILEPSIPembimbing:dr. Asrizal Asril Sp.S , M.Biomed

Penyusun :Fifil Rizki Suitri1010070100197KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAFRUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK2015

DEFINISI EPILEPSIEpilepsi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai oleh adanya bangkitan (seizure) yang terjadi secara berulang sebagai akibat dari adanya gangguan fungsi otak secara intermiten, yang disebabkan oleh lepas muatan listrik abnormal dan berlebihan pada neuron-neuron secara paroksismal yang disebabkan oleh beberapa etiologi.Etiologi epilepsi1. idiopatik3. kriptogenik2. SimtomatikDisebabkan oleh kelainan / lesi pada susunan saraf pusat, misalnya cedera kepala, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol, obat), metabolik, kelainan neuro-degeneratif.

KLASIFIKASI EPILEPSIMenurut International League Against Epilepsy (ILAE) 1981, epilepsi diklasifikasikan menjadi 2 yakni:

1. Klasifikasi berdasarkan tipe bangkitan epilepsi :

A. Bangkitan Parsial

Bangkitan parsial diklasifikasikan menjadi 3 yakni,Bangkitan Parsial Sederhana (kesadaran tetap baik)Bangkitan Parsial Kompleks (kesadaran menurun)Bangkitan Parsial yang menjadi umum sekunder

B. Bangkitan Umum

Absence / lena / petit mal Klonik TonikTonik-klonik /Grand mal Mioklonik AtonikKlasifikasi ILAE 1989 untuk epilepsi dan sindrom epilepsi yakni1. Berkaitan dengan lokasi kelainanny (localized related)

Idiopatik (primer)

Epilepsi benigna dengan geolmbang paku didaerah sentrotemporalEpilepsi benigna dengan gelombang paroksismal didaerah oksipitalEpilepsi membaca primer

C. Kriptogenik

Tidak ada kelainan struktural

B. Simtomatik (sekunder)

Epilepsi parsial kontinu yang kronik pada anak-anak (Kojenikows syndrome)Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu rangsanganEpilepsi lobus temporalEpilepsi lobus frontalEpilepsi lobus parietalEpilepsi lobus oksipital2. Epilepsi umum dan berbagai sindrom epilepsi berurutan sesuai dengan peningkatan usia

Idiopatik (primer)

Kejang neonatus familial benignaKejang neonatus benignaKejang epilepsi mioklonik pada bayiEpilepsi lena pada anakEpilepsi lena pada remajaEpilepsi mioklonik pada remajaEpilepsi dengan bangkitan tonik-klonik pada saat terjagaEpilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk salah satu diatasEpilepsi tonik-klonik yang dipresipitasi dengan aktivitas tertentu.

B. Kriptogenik atau simtomatik sesuai dengan peningkatan usia

Sindrom west (spasme infantil dan spasme salam)Sindrom Lennox-GastautEpilepsi mioklonik astatikEpilepsi mioklonik lena

C. Simtomatik

Etiologi non spesifik- Ensefalopati mioklonik dini- Ensefalopati pada infatil dini dengan burst suppressionEpilepsi simtomatik umum lainnya yang tidak termasuk yang diatas

Sindrom spesifikBangkitan epilepsi sebagai komplikasi penyakit lain.3. Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal dan umum4. Sindrom khusus : bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu.

PATOFISIOLOGIOtak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik. Otak ialah rangkaian berjuta-jutaneron. Pada hakekatnya tugas neuron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan nerotransmiter. Acetylchocline dan norepinerprine ialah neurotransmitter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsy dicetuskan oleh suatu sumber gaya listrik saran di otak yang dinamakan focus epileptogen. Dari focus ini aktivitas listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrite ke neuron-neuron disekitarnya dan demikian seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi).Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat

GAMBARAN KLINIKBangkitan umum lena

Gangguan kesadaran mendadak (absence) berlangsung beberapa detik

Selama bangkitan kegiatan motorik terhenti dan pasien diam tanpa reaksi

Mata memandang jauh kedepan

Pemulihan kesadaran segera terjadi tanpa perasaan bingung

Sesudah itu pasien melanjutkan aktivitas semula

b. Bangkitan umum tonik-klonik

Dapat didahului prodromal seperti jeritan, sentakan, mioklonik Pasien kehilangan kesadaran, kaku (fase tonik) selama 10-30 detik, diikuti gerakan kejang kelojotan pada kedua lengan dan tungkai (fase klonik) selama 30-60 detik, dapat disertai mulut berbusa Selesai bangkitan pasien menjadi lemas (fase flaksid) dan tampak bingung Pasien sering tidur setelah bangkitan selesai

c. Bangkitan parsial sederhana

Tidak terjadi perubahan kesadaran

Bangkitan dimulai dari lengan, tungkai atau muka (unileteral/fokal) kemudian menyebar pada sisi yang sama (jacksonian march)

Kepala mungkin berpaling kearah bagian tubuh yang mengalami kejang (adversif)

d. Bangkitan parsial kompleks

Bangkitan fokal disertai terganggunya kesadaran

Sering diikuti oleh automatisme yang stereotipik mengunyah, menelan, tertawa dan kegiatan motorik lainnya tanpa tujuan yang jelas

Kepala mungkin berpaling kearah bagian tubuh yang mengalami kejang

Diagnosis epilepsiAda 3 langkah untuk menuju diagnosis epilepsi, yaitu :

Langkah Pertama : Memastikan apakah kejadian yang bersifat paroksismal menunjukan bangkitan epilepsi atau bukan epilepsi

Langkah kedua : Apabila terdapat bangkitan epilepsi maka tentukanlah bangkitan yang ada termasuk jenis bangkitan yang mana

Langkah ketiga : Tentukan etiologi, sindrom epilepsi apa yang ditujukan oleh bangkitan tadi atau epilepsi apa yang diderita oleh pasien

anamnesisPola / bentuk bagkitan Lama bangkitan Gejala sebelum, selama dan pasca bagkitan Frekuensi bangkitan Faktor pencetus Ada / tidak adanya penyakit lain yang disertai sekarang Usia pada saat terjadinya bagkitan pertama Riwayat pada saat dalam kandungan, kelahiran dan perkembagan bayi / anak Riwayat terapi epilepsi sebelumnya Riwayat penyakit epilepsi daalam keluarga

Pemeriksaan penunjanga. Pemeriksaan elektro-ensefalografi( EEG )b. Pemeriksaan pencitraan Otak ( Brain imaging)

c. Pemeriksaan laboratorium

Darah : Hemoglobin, lekosit, hematokrit, trombosit, apus darah tepi, elektrolit (natrium, kalium, kalsium, magnesium), kadar gula darah, fungsi hati (SGPT, SGOT, Gamma GT, alkali fosfatase), ureum, kreatinin dan lainnya atas indikasi

Cairan serebrospinal : Bila dicurigai adanya infeksi SSPPemeriksaan-pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi seperti kelainan metabolik bawaan

Terapi epilepsiPrinsip terapi farmakologi

OAE mulai diberikan bila :

Diagnosis epilepsi sudah dipastikan (confirmed ) Terdapat minimum 2x bangkitan dalam setahun Setelah pasien dan/atau keluarganya menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan Pasien dan/ atau keluarganya telah diberitahu tentang kemungkinan efek samping

Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan OAE sesuai bangkitan, Pemberian obat dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul efek samping

Bila dengan OAE dosis maksimum tidak dapat mengontrol bangkitan ditambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua telah mecapai kadar terapi, maka OAE pertama diturunka bertahap (tapering off ) perlahan lahan

Penambahan OAE ketiga harus dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi dengan penggunaan dosis maksimal kedua OAE pertama.

OBAT OBAT ANTI EPILEPSIAntikonvulsan utama :

Fenobarbital: 2-4 mg/kg BB/HariPhenitoin : 5-8 mg/kg BB/HariKarbamasepin : 20 mg/kg BB/HariValproate : 30-80 mg/kg BB/Hari

Laporan kasusAutoanamnesis

Seorang laki - laki umur 27 tahun datang ke poliklinik neurologi pada tanggal 7 maret 2015 untuk kontrol.

Keluhan Utama

Kejang berulang sejak 1 hari yang lalu

Riwayat penyakit sekarangKejang berulang sejak 1 hari yang lalu. Kejang terjadi saat tidur , berlangsung 5 detik, Kejang terjadi pada ke 2 tangan dengan tangan tegak lurus kebawah. Saat kejang dan setelah kejang pasien dalam keadaan sadar . kejang timbul jika pasien kurang istirahat, banyak pekerjaan dan atau stress. Kejang terjadi 2-3 kali sehari.kejang tidak menghentak hentak, Mual dan muntah setelah kejang tidak ada, mulut berbusa tidak ada, lidah tergigit tidak ada, mata menatap keatas tidak ada, penglihatan ganda tidak ada, kehilangan daya bicara tidak, perasaan marah tidak ada, tertidur setelah kejang tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sudah mengalami kejang berulang sejak 4 tahun yang lalu, kejang bangkitan pertama pada kedua tangan dan kaki

Riwayat kejang demam ( - )

Riwayat Trauma kepala ( - )

Tumor otak ( - )

Riwayat infeksi telinga / telinga berair ( - )

Riwayat penyakit keluarga Riwayat epilepsi dalam keluarga ( - )

Riwayat pengobatan

Semenjak 4 tahun yang lalu pasien mendapat obat dari dokter sehubungan dengan penyakitnya. Obat yang diminum fenitoin selama 1 kali sehari.

Riwayat kelahiran

Pasien dilahirkan normal di puskesmas dekat rumah, tidak ada penyulit saat kehamilan. Tidak ada kelainan yang ditemukan saat pasien lahir.

Riwayat Tumbuh Kembang

Duduk saat usia 9 bulan, jalan saat usia 1 tahun 5 bulan. Dapat berbicara satu tahun lebih.

Riwayat pekerjaan

Pasien seorang penyiar dan sedang menyelesaikan skripsi.

Riwayat kebiasaan

Minum alkohol ( - )Merokok ( - )

Pemeriksaan fisikKeadaan umum: baikKesadaran: compos mentis cooperatifTekanan Darah: 120 / 60 mmHgNadi: 65 x/menit, regullerNafas: 18 x/ menit Suhu: 36,4 c

Status generalisata

Kepala: Normocephal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Mata : Edema palpebra -/-, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3/3 mm, reflek cahaya +/+, reflek kornea +/+

Telinga: Bentuk normal, simetris, serumen -/-

Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, sekret -/-

Mulut : Bibir sianosis ( - ), faring tidak hiperemis, Tonsil T1-T1

Leher: Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, JVP 5-2 cmH2O

thorakPulmo :I : simetris pada keadaan stasis dan dinamisP : Fremitus taktil kanan = kiriP : Sonor di kedua lapang paruA: Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)Jantung :I : Tidak tampak ictus cordis P: Iktus cordis teraba di ICS 5 dua jari medial linea mid claviculasinistra, trill (-)P: Batas kanan jantung linea sternalis dextra ICS VBatas atas jantung di ICS IIBatas kiri jantung pada 2 jari medial linea midklavikularis sinitra ICS VA: bunyi jantung 1 dan 2 reguler, bising -, gallop

abdomenI : datar, venektasi ( - )P : Nyeri tekan ( - ), hepar tidak teraba, lien tidak terabaP : TimpaniA : Bising usus (+) normal

Ekstremitas: Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (-), akral hangat (+).

Status neurologikus:

GCS : E4V5M6 = 15

Tanda rangsangan selaput otakKaku kuduk : tidak adaTanda Kernig : tidak adaBrudzinsky I : Tidak adaBrudzinsky II : Tidak ada

NERVUS CRANIALISKanan Kiri N.IDaya PenghiduNormosmia N.IIDaya Penglihatan++Penglihatan WarnaTidak dilakukan Lapang PandangTidak dilakukanN.IIIPtosis--Gerakan mata ke medial++Gerakan mata ke atas++Gerakan mata ke bawah++Ukuran Pupil3mm3mmReflek cahaya Langsung++Reflek cahaya konsensuil++Strabismus divergen--N.IVGerakan mata ke lateral++Strabismus konvergen--Menggigit++Membuka mulutSimetris N.VSensibilitas muka++Reflek kornea++Trismus--N.VIGerakan mata ke lateral bawah++Strabismus konvergen--N.VIIKedipan mata++Lipatan nasolabial++Sudut mulut++Mengerutkan dahi++Menutup mata++Meringis++Menggembungkan pipi++Daya kecap lidah 2/3 depanTidak dilakukanN.VIIIMendengar suara berbisik++Mendengar detik arloji++Tes RinneTidak dilakukanTes SchawabachTidak dilakukanTes WeberTidak dilakukanN.IXArkus FaringSimetris Daya kecap lidah 1/3 belakangTidak dilakukanReflek muntahTidak dilakukanSengauTidak dilakukanTersedakTidak dilakukanN.XDenyut nadi96x/mnt regularArkus FaringSimetris BersuaraNormal MenelanTidak ada kelainanN.XIMemalingkan kepala++Sikap bahu++Mengangkat bahu++Trofi otot bahuEutrofiEutrofiN.XIISikap LidahSimetris ArtikulasiJelas Tremor LidahTidak ada kelainanMenjulurkan LidahSimetris Trofi otot lidahEutrofiFasikulasi LidahTidak ada kelainanEktremitas SuperiorInferiorKanan Kiri Kanan Kiri GerakanNormalKekuatan555555555555Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi TonusEutonus Eutonus Eutonus Eutonus Pemeriksaan Koordinasi

Dismetri: (-)Disdiadokokinesis: (-)Tes Romberg: (-) Stepping test: (-)

Ataksia: (-)

Refleks fisiologis

Bisep : ++/++Trisep : ++/++Brachioradialis : ++/++Patella : ++/++Achilles : ++/++Refleks patologis

Babinski: -/-Chaddok: -/-Oppenheim: -/-Gordon: -/-Schaffer: -/-Hoffman trommer : -/-

Koordinasi

Tes tunjuk hidung : Tidak dilakukan Tes tumit lutut:Tidak dilakukan

Fungsi otonomMiksi : normalDefekasi : normalSekresi keringat: normal

PEMERIKSAAN PENUNJANGLaboratorium

Darah HemoglobinLeukositHematokritTrombosit Elektrolit ( natrium, kalium, kalsium, magnesium)UreumKreatinin

2. EEG3. CT Scan

DIAGNOSISDiagnosis Klinis: Epilepsi bangkitan umum mioklonik

Diagnosis Topik: Intrakranial

Diagnosis Etiologi: Idiopatik

Diagnosis Sekunder: tidak ada

TERAPIUmum

Istirahat yang cukup, hindari kelelahan dan stress.

Penjelasan mengenai penyakit yang diderita pasien kepada orang tua serta bagaimana pengobatannya.

Keluarga diminta untuk lebih memperhatikan pasien, untuk mengetahui tanda tanda awal kejang, pencetus dan mengetahui bentuk dan durasi kejang.

Khusus

OAE : Sodium Valproate : 3 x 200 mg Asam folat: 3 x 1 mg

PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonamQuo ad sanationam : bonamQuo ad functionam: bonam

DAFTAR PUSTAKA Harsono.1996. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: Gadjah Mada University Press Kusumastuti, Kurnia, dkk. 2014. Pedoman Tatalaksana EPILEPSI : Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis saraf Indonesia. Surabaya : Airlangga University Press Harsono, dkk.2008.Pedoman TatalaksanaEPILEPSI.Jakarta : PERDOSSI Lombardo, Mary Carter.2005. Gangguan Kejang Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta: EGC Utama Hendra, Gan Vincent. 2007. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Departemen Farmakologi dan terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.