84083080 case report epilepsi lobus frontal

21
STATUS NEUROLOGIS SMF NEUROLOGI (SARAF) RSUD DR. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG Nama : Cherrya Annurunnisa Adnan Nim : 0718011049 Universitas : Lampung Pemeriksa : dr. Fitriyani, M.Kes, Sp.S Tgl. Pemeriksaan : 12-11-2011 I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. N Umur : 41 th Jenis kelamin : Perempuan Alamat : Tulang Bawang Agama : Islam Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status : Menikah Suku Bangsa : Lampung Tgl. Masuk : 10-11-2011 Dirawat yang ke : 1 II. RIWAYAT PENYAKIT ANAMNESIS Keluhan utama : Kejang tubuh sebelah kiri Keluhan tambahan : Sakit kepala, penglihatan terasa kabur, lengan dan tungkai kiri terasa lemah

Upload: hario-tri-hendroko

Post on 20-Jan-2016

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

a

TRANSCRIPT

Page 1: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

STATUS NEUROLOGIS

SMF NEUROLOGI (SARAF)

RSUD DR. ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

Nama : Cherrya Annurunnisa Adnan

Nim : 0718011049

Universitas : Lampung

Pemeriksa : dr. Fitriyani, M.Kes, Sp.S

Tgl. Pemeriksaan : 12-11-2011

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. N

Umur : 41 th

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Tulang Bawang

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Suku Bangsa : Lampung

Tgl. Masuk : 10-11-2011

Dirawat yang ke : 1

II. RIWAYAT PENYAKIT

ANAMNESIS

Keluhan utama : Kejang tubuh sebelah kiri

Keluhan tambahan : Sakit kepala, penglihatan terasa kabur, lengan dan tungkai kiri

terasa lemah

Page 2: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke RSAM dengan keluhan kejang pada tubuh bagian kiri sejak ± 1 minggu yang

lalu. Setiap terjadi kejang, pasien mengaku sadar dan masih dapat mendengar lingkungannya

tetapi tidak dapat bicara. Kejang dirasakan selama ± 10 menit lalu berhenti. Kejang paling sering

terjadi pada malam hari. Setelah kejang berhenti pasien merasa tubuh sebelah kiri terasa lemas

dan berkeringat banyak. Selain itu pasien juga mengeluh sakit kepala sehingga tidak dapat

berubah posisi dari tidur menjadi posisi duduk.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien pernah terjatuh dan kepala terbentur lantai ± 10 tahun yang lalu. Pasien memiliki riwayat

diabetes mellitus sejak ± 5 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi

II. PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

◘ Keadaan umum : Tampak sakit sedang Tampak sakit sedang

◘ Kesadaran : Compos mentis Compos mentis

◘ GCS : 15 (E4V5M6)

◘ Vital sign

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Nadi : 82 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,5 °C

◘ Gizi : Cukup

Page 3: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

Status Generalis

◘ Kepala

Rambut : Hitam lurus, tidah mudah tercabut

Mata : Bulat simetris

Telinga : Liang lapang, tidak ada deformitas, tidak ada serumen

Hidung : Tidak ada deformitas, tidak deviasi, konka tidak hiperemis

Mulut : Tidak kering, tidak hiperemis, oral hygiene baik.

◘ Leher

Pembesaran KGB : Tidak ada pembesaran

Pembesaran tiroid : Tidak ada pembesaran

JVP : Tidak ada peningkatan

Trachea : Tidak ada deviasi

◘ Toraks

Cor

Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas kanan : Dalam batas normal

Batas kiri : Dalam batas normal

Batas Atas : Dalam batas normal

Auskultasi : Murmur tidak ada, gallop tidak ada

Pulmo

Inspeksi : Pergerakan hemithoraks kanan dan kiri simetris

Palpasi : Taktil fremitus kanan dan kiri sama

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), Rh (-/-)

◘ Abdomen

Inspeksi : Datar simetris

Palpasi : Tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU +

Page 4: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

◘ Extremitas

Superior : Edema (-/-), parese (-/+)

Inferior : Edema (-/-), parese (-/+)

IV. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Saraf Cranialis (Kanan/kiri)

N.Olfactorius ( N.I )

Daya penciuman hidung : Normosmia

N.Opticus ( N.II )

Tajam penglihatan : > 3/60 bed side

Lapang penglihatan : Normal

Tes warna : Normal

Fundus oculi : Tidak dilakukan

N. Occulomotorius, N. Trochlearis, N. Abdusen (N.III – N.IV – N.VI)

Kelopak Mata

Ptosis : Tidak

Endophtalmus : Tidak

Exopthalmus : Tidak

Pupil

- Diameter : 4 mm

- Bentuk : Bulat

- Isokor / anisokor : Isokor

- Posisi : Sentral

- Refleks cahaya langsung : +/+

- Refleks cahaya tidak langsung : +/+

Gerakan Bola Mata

- Medial : Normal

- Lateral : Normal

- Superior : Normal

- Inferior : Normal

Page 5: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

- Obliqus, superior : Normal

- Obliqus, inferior : Normal

- Refleks pupil akomodasi : Normal

- Refleks pupil konvergensi : Normal

N. Trigeminus (N.V)

Sensibilitas

- Ramus oftalmikus : Normal

- Ramus maksilaris : Normal

- Ramus mandibularis : Normal

Motorik

- M. masseter : Normal

- M. temporalis : Normal

- M. pterygoideus : Normal

Refleks

- Refleks kornea : Normal

- Refleks bersin : Normal

N. Fascialis (N.VII)

Inspeksi Wajah Sewaktu

- Diam : Simetris

- Tertawa : Simetris

- Meringis : Simetris

- Bersiul : Simetris

- Menutup mata : Simetris

Pasien Disuruh Untuk

- Mengerutkan dahi : Simetris

- Menutup mata kuat-kuat : Simetris

- Mengembungkan pipi : Simetris

Sensoris

- Pengecapan 2/3 depan lidah : Normal

N. Vestibulo-coclearis (N.VIII)

Page 6: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

N. Cochlearis

Ketajaman pendengaran : Normal

Tinitus : -/-

N. Vestibularis

Test vertigo : -/-

Nistagmus : -/-

N. Glossopharingeus dan N. Vagus (N.IX dan N.X)

Suara bindeng / nasal :Tidak ada (-)

Posisi uvula : Di tengah

Palatum mole : Istirahat: Simetris

Diam : Simetris

Arcus palatoglossus : Istirahat: Simetris

Diam : Simetris

Arcus pharingeus : Istirahat: Simetris

Diam : Simetris

Refleks batuk : Simetris (+)

Refleks muntah : Simetris (+)

Peristaltik usus : BU (+)

Bradikardi : (-) (-)

Takikardi : (-) (-)

N. Accesorius (N. XI)

- M. Sternocleidomastoideus : Normal (Normal / Normal)

- M. Trapezius : Normal (Normal / Normal)

N. Hipoglossus (N. XII)

Atropi : Tidak (-)

Fasikulasi : Tidak (-)

Deviasi : Tidak (-)

Tanda Perangsangan Selaput Otak

Kaku kuduk : - (-)

Kernig test : -/- (-)

Lasseque test : -/- (-)

Page 7: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

Brudzinsky I : -/- (-)

Brudzinsky II : -/- (-)

Status Motorik Superior ka / ki Inferior ka / ki

Gerak +/+ +/+

Kekuatan otot 5/ 5 5/1

Tonus Normal / Normal -/-

Klonus -/- -/-

Atrophi -/- -/-

Reflek fisiologis Biceps (+ / +)

Triceps(+ / +)

Pattela (+ / +)

Achilles (+ / +)

Reflek patologi Hoffman Trommer (- / -) Babinsky (- / -)

Chaddock (- / -)

Oppenheim (- /-)

Schaefer (- / -)

Gordon (- / -)

Sensibilitas

◘ Eksteroseptif / Rasa Permukaan (Superior / Inferior)

Rasa raba : +/+

Rasa nyeri : +/+ Baik / Baik

Rasa suhu panas : +/+ Baik / Baik

Rasa suhu dingin : +/+ Baik / Baik

◘ Proprioseptif / Rasa Dalam

Rasa sikap : +/+ Baik / Baik

Rasa getar : +/+ Baik / Baik

Rasa nyeri dalam : +/+ Baik / Baik

Fungsi Kortikal Untuk Sensibilitas

Astereognosis : Normal ( +/ + )

Agnosa taktil : Normal ( + / + )

Koordinasi

Tes tunjuk hidung : Tidak bisa dilakukan (Normal/Normal)

Page 8: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

Tes pronasi supinasi : Tidak bisa dilakukan (Normal/Normal)

Susunan Saraf Otonom

Miksi : Normal (+)

Defekasi : Normal (+)

Salivasi : Normal (+)

Fungsi Luhur

Fungsi bahasa : Normal Baik

Fungsi orientasi : Normal Baik

Fungsi memori : Normal Baik

Fungsi emosi : Normal Baik

Algoritma Gajah Mada

Penurunan kesadaran : Tidak

Nyeri kepala : Tidak

Refleks babinsky : -/-

RESUME

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

GCS : 15

Kekuatan otot : 5 2

5 1

DIAGNOSIS

Klinis : Kejang, hemiparese sinistra.

Topis : Hemisfer serebri frontal dekstra.

Etiologi : Epilepsial dan suspect SOL lobus frontal dekstra

Page 9: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

DIAGNOSIS BANDING

PENATALAKSANAAN

1. Umum

2. Dietetik

3. Medikamentosa

1. IVFD RL

2. Phenytoin

4. Rehabilitasi

1. Fisioterapi

2. Psikoterapi

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. EEG

2. CT-scan

3. CT-scan kontras

PROGNOSIS

- Quo ad vitam : Dubia ad bonam

- Quo ad Functionam : Dubia ad malam

- Quo ad Sanationam : Dubia ad malam

Page 10: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

EPILEPSI LOBUS FRONTAL

PENDAHULUAN

Dari studi epidemiologi yang dilakukan Hauser dkk, dikatakan sekitar 2 juta individu di Amerika

Serikat menderita epilepsi dan diperkirakan sekitar 44 kasus baru per 100.000 populasi terjadi

tiap tahun. Studi ini juga memperkirakan sekitar 1% penduduk AS akan menderita epilepsi

sebelum usia 20 tahun, di mana pada periode umur ini epilepsi menunjukkan bentuk paling

beragam. Lebih dari 2 per 3 dari seluruh bangkitan epilepsi dimulai pada masa anak-anak

(sebagian besar pada tahun pertama kehidupan). Insidens ini kembali meningkat setelah usia 60

tahun. Di bidang neurologi pediatrik, epilepsi merupakan salah satu kelainan tersering. J. Engels

mengemukakan bahwa meskipun jenis terapi telah banyak tersedia, 80-90% penderita epilepsi di

negara berkembang tidak pernah memperoleh pengobatan.

Epilepsi lobus frontal adalah seizure berulang yang berkembang dari lobus frontal. Bentuk

serangan dapat berupa simple partial seizure atau dapat juga berupa complex partial seizure,

sering juga disertai dengan generalisasi sekunder. Manifestasi klinis mencerminkan area spesifik

dari onset seizure dan bervariasi dari perubahan perilaku hingga perubahan motorik atau

tonik/postural. Status epileptikus lebih umum terjadi pada seizure lobus frontal dibandingkan

yang berkembang dari area lain. Insidensi epilepsi lobus frontal tidak diketahui secara tepat,

namun mencakup 20-30% dari prosedur operasi yang terkait dengan kasus epilepsy intractable.

Tidak ada perbedaan bermakna pada frekuensi berdasarkan gender. Epilepsi lobus frontal

simtomatik dapat mengenai semua usia.

DEFINISI

Seizure atau bangkitan adalah gangguan aktivitas mental, motorik, sensorik, atau otonom yang

relatif singkat dan mendadak, akibat aktivitas serebral paroksismal abnormal. Konvulsi

adalah seizure yang berupa kontraksi involunter otot-otot somatik yang bersifat kasar (violent).

Epilepsi didefinisikan secara klinis sebagai keadaan seizure berulang kronis; penyebabnya dapat

diketahui (‗epilepsi simtomatik‘) atau tidak diketahui (‗epilepsi idiopatik‘ atau epilepsi

kriptogenik‘). Status epileptikus adalah berulangnya episode seizure dengan interval yang terlalu

singkat, sehingga tidak sempat pulih ke kondisi pre-seizure. Epilepsi parsialis kontinua terdiri

Page 11: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

dari manifestasi seizure repetitif, biasanya kedutan ritmis dari ekstremitas distal atau wajah

bagian bawah, menetap selama beberapa hari, minggu, atau tahun dan tidak membentuk episode

seizure tersendiri.

KLASIFIKASI

Bangkitan (seizure) diklasifikasikan dalam beberapa cara: berdasarkan etiologi, yaitu idiopatik

(primer) atau simtomatik (sekunder); lokasi asal; bentuk klinik (umum atau fokal); frekuensi

(tunggal, repetitif, atau status epileptikus); atau berdasarkan korelasi elektrofisiologinya.

Klasifikasi yang banyak dianut pertama kali diusulkan oleh Gastaut pada 1970 dan kemudian

direvisi berulang oleh Commission on Classification and Terminology of the International

League Against Epilepsy (ILAE) (1981). Klasifikasi ini, yang terutama didasarkan pada bentuk

klinik seizure dan gambaran elektroensefalografi (EEG), diadopsi secara luas dan dipandang

sebagai International Classification. Pada dasarnya, klasifikasi ini membagi seizure menjadi dua

– parsial, di mana tampak onset fokal atau terlokalisir, dan umum, di mana seizure dimulai

bilateral.

International classification of epileptic seizures

I. Generalized seizures (bilaterally symmetrical and without localonset)

A. Tonic, clonic, or tonic-clonic (grand mal)

B. Absence (petit mal)

1. With loss of consciousness only

2. Complex—with brief tonic, clonic, or automaticmovements

C. Lennox-Gastaut syndrome

D. Juvenile myoclonic epilepsy

E. Infantile spasms (West syndrome)

F. Atonic (astatic, akinetic) seizures (sometimes with myoclonic jerks)

II. Partial, or focal, seizures (seizures beginning locally)

A. Simple (without loss of consciousness or alteration in psychic function)

1. Motor–frontal lobe origin (tonic, clonic, tonic-clonic; Jacksonian; benign childhood

epilepsy; epilepsia partialis continua).

Page 12: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

2. Somatosensory or special sensory (visual, auditory, olfactory, gustatory, vertiginous)

3. Autonomic

4. Pure psychic

B. Complex (with impaired consciousness)

1. Beginning as simple partial seizures and progressing to impairment of consciousness

2. With impairment of consciousness at onset

III. Special epileptic syndromes

A. Myoclonus and myoclonic seizures

B. Reflex epilepsy

C. Acquired aphasia with convulsive disorder

D. Febrile and other seizures of infancy and childhood

E. Hysterical seizures

Partial seizure atau bangkitan parsial adalah bentuk serangan di mana gejala klinis dan

perubahan elektrogafis awal mengindikasikan keterlibatan kelompok neuron yang terbatas pada

bagian dari satu hemisfer. Bila kesadaran tidak terganggu selama serangan, sebagaimana terbukti

dengan adanya amnesia selama serangan, maka seizure diklasifikasikan sebagai simple partial

seizure(bangkitan parsial sederhana). Bila kesadaran terganggu, maka seizure diklasifikasikan

sebagai complex partial seizure (bangkitan parsial kompleks). Pada perekaman rutin, bangkitan

parsial sederhana secara elektrografik seringkali hanya melibatkan satu hemisfer, sedangkan

bangkitan parsial kompleks sering melibatkan kedua hemisfer. Lokasi lesi berkaitan dengan

tipe seizure, dan hubungan ini sangat membantu dalam diagnosis sehingga harus dikenal dengan

baik oleh semua ahli neurologi.

Common seizure patterns

CLINICAL TYPE LOCALIZATION Somatic motor

Jacksonian (focal motor) Prerolandic gyrus

Masticatory, salivation, speech arrest Amygdaloid nuclei, opercular

Simple contraversive Frontal

Page 13: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

Head and eye turning associated with arm

movement or athetoiddystonic postures Supplementary motor cortex

Somatic and special sensory (auras)

Somatosensory Contralateral postrolandic

Unformed images, lights, patterns Occipital

Auditory Heschl‘s gyri

Vertiginous Superior temporal

Olfactory Mesial temporal

Gustatory Insula

Visceral: autonomic Insular-orbital-frontal cortex

Complex partial seizures

Formed hallucinations Temporal neocortex or amygdaloid-

hippocampal complex

Illusions

Dyscognitive experiences

(de´ja` vu, dreamy states, depersonalization)

Affective states (fear, depression, or elation) Temporal

Automatism (ictal and postictal) Temporal and frontal

Absence Frontal cortex, amygdaloid-hippocampal

complex, reticular-cortical system

Bilateral epileptic myoclonus Reticulocortical, frontocentral

Simple partial seizure dapat berupa gejala motorik fokal, sensorik, otonom, campuran atau psikis

tanpa perubahan kesadaran. Gejala complex partial seizure secara primer terdiri dari perubahan

isi kesadaran sehingga menurunkan kemampuan pasien untuk berinteraksi dengan sekitarnya;

hilangnya kesadaran secara total bukan merupakan gejala primer. Complex partial

seizure selanjutnya dapat dibedakan menjadi dua: (1) partial seizure dengan ‗hanya‘ gangguan

kesadaran, dimana terjadi penurunan kesadaran yang bermanifestasi sebagai konfusi; dan

(2) partial seizure dengan ‗automatism’, yang terdiri dari gerakan repetitif yang ‗sepertinya‘

bertujuan, dapat berupa gerakan sederhana (menggaruk, menepuk, mengunyah, menelan,

bergumam dan mengecap) ataupun gerakan terorganisir (ekspresi fasial, gestural dan verbal).

Page 14: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

Klasifikasi saat ini telah mengenal bahwa bangkitan parsial sederhana dapat berkembang

menjadi bangkitan parsial kompleks atau menjadi bangkitan tonik-klonik umum, atau bisa juga

bangkitan parsial kompleks berkembang menjadi bangkitan tonik-klonik umum.

Generalized seizure atau bangkitan umum adalah bentuk serangan di mana gejala klinis dan

perubahan elektrogafik awal mengindikasikan keterlibatan inisial dari kedua hemisfer. Biasanya

disertai hilang kesadaran, aktivitas motorik bilateral, atau keduanya.

Epilepsi parsial kompleks

Diagnosis complex partial seizure (bangkitan parsial kompleks) sangat sulit. Serangan sangat

bervariasi dan seringkali menginduksi gangguan perilaku dan fungsi psikis – dan bukan interupsi

kesadaran yang jelas, sehingga dapat disalahartikan dengan temper tantrum (ledakan amarah),

histeria, perilaku sosiopatik, atau psikosis akut. Sangat penting untuk menganamnesis secara

hati-hati kepada saksi mata yang melihat serangan terjadi. Verbalisasi yang tak dapat diingat,

berjalan tanpa tujuan, atau aksi dan perilaku yang tak sesuai dapat menjadi petunjuk. Complex

partial seizure yang ringan dapat disalahartikan sebagai serangan absence, namun yang perlu

diingat adalah periode bingung sering mengikuti complex partial seizure, yang mana tidak terjadi

pada absence.

Sekitar 70-80% kasus epilepsi parsial kompleks memiliki lokasi onset di lobus temporal,

sedangkan pada 20-30% bangkitan berkembang dari lobus frontal. Etiologi tersering adalah

sklerosis temporal mesial, yang merupakan lesi perinatal akibat hipoksia. Epilepsi parsial

kompleks seringkali lebih sulit terkontrol secara adekuat dibandingkan epilepsi tipe lain, namun

penjelasannya belum jelas. Mayoritas pasien mengalami aura, sering diingat sebagai sensasi

perut yang naik atau turun, bau memuakkan, atau hentakan anggota gerak sebelum terjadinya

seizure. Seizure sering dimulai dengan terhentinya aktivitas verbal yang disertai tatapan kosong.

Pasien tidak merespon stimulus verbal atau visual. Automatisme dapat timbul

berupa gestural (memungut objek, gerakan mencuci tangan berulang-ulang) atau oral (mengecap

bibir), dan pasien bisa berjalan tanpa tujuan. Gerakan-gerakan ini cenderung khas untuk masing-

masing pasien. Gerakan bertujuan atau tindak kekerasan tidak lazim terjadi. Iktal berlangsung

sekitar 1 hingga 3 menit, diikuti periode postictal confusion yang biasanya berakhir dalam 5-20

menit. Pasien tidak ingat kejadian selama seizure.

Page 15: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

EEG sering membantu memastikan diagnosis, terutama bila interictal spikes (gelombang paku

interiktal) dapat diidentifikasi berasal dari lobus temporal atau frontal. Karena lobus temporal

dan lobus frontal sisi bawah berada jauh dari elektrode EEG, pada beberapa pasien terkadang

sulit untuk menemukan spike.Penggunaan deprivasi tidur dan elektrode nasofaring dan sfenoid

khusus dapat meningkatkan cakupan diagnostik. Scan MRI sering dikerjakan dengan potongan

khusus pada hipokampus untuk memperlihatkan sklerosis temporal mesial. Pada 30% pasien

dapat ditemukan kausa dari epilepsi parsial kompleks.

Epilepsi lobus frontal

Pasien dengan epilepsi lobus frontal dapat datang dengan sindrom epilepsi yang jelas atau

dengan manifestasi perilaku/motorik yang tak wajar, yang bisa saja sepintas tidak dikenali

sebagai seizure. Gambaran yang dapat membedakan seizure lobus frontal dari peristiwa

nonepileptik antara lain adalah semiologi stereotipik, timbul saat tidur, durasi singkat (sering <30

detik), generalisasi sekunder yang cepat, manifestasi motorik yang menonjol, dan otomatisme

kompleks.

Seizure dapat berkembang dari area lobus frontal mana saja, termasuk orbitofrontal, frontopolar,

dorsolateral, opercular, area motorik suplementer, korteks motorik, atau girus cingulata.

Mayoritas seizure lobus frontal dianggap simtomatik, meskipun banyak pasien dengan epilepsi

lobus frontal tidak menunjukkan lesi yang jelas pada MRI. Faktor yang menjadi penyebab antara

lain kausa kongenital seperti disgenesis kortikal, gliosis, atau malformasi vaskular; neoplasma;

cedera kepala; infeksi; dan anoksia. Kemajuan signifikan dalam bidang genetik molekuler

berhasil mengidentifikasi defek genetik terkait familial pada epilepsi lobus frontal, yang disebut

sebagai autosomal dominant nocturnal frontal lobe epilepsies (ADNFLE).

Manifestasi klinis

Epilepsi lobus frontal, berbeda dengan epilepsi lobus temporal, memiliki manifestasi motorik

yang menonjol dan dramatik. Sering bersifat nokturnal, timbul saat tidur, dan biasanya

berlangsung singkat (14-45 detik). Saksi mata dapat mendeskripsikan vokalisasi keras, kelojotan

anggota gerak, kepala menoleh ke satu sisi, atau gerakan bersepeda.

Page 16: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

Serangan pada epilepsi parsial kompleks lobus frontal berulang dengan frekuensi cukup sering,

berlangsung singkat (kurang dari 30 detik), dimulai dan berakhir secara mendadak, terjadi

nokturnal, dan sering menunjukkan gejala yang hebat. Pada tengah malam, pasien dapat tiba-tiba

berteriak keras, menggeliat di ranjang, meniru gerakan bersepeda, otomatisme berulang, dapat

menari-nari atau berlari-lari dan kemudian tersadar dengan gejala postiktal minimal. Analisa

pasien dapat membingungkan bila terjadi kedua epileptogenesis temporal dan frontal, biasanya

orbitofrontal, secara bersamaan. Seizure semacam itu dapat menyebar ke area motorik

suplementer, menimbulkan seizure jenis postural. Secondary generalization (generalisasi

sekunder) timbul lebih sering pada serangan lobus frontal dibandingkan dengan lobus temporal.

Jacksonian march seizure merupakan progresi dari aktivitas elektrik abnormal sepanjang korteks

motorik primer. Secara klinis, pasien dapat mendeskripsikan hentakan ritmis involunter dari ibu

jari, yang diikuti penyebaran ke tangan dan pergelangan, lalu ke lengan dan wajah, semuanya

pada satu sisi tubuh yang sama.

Bila seizure melibatkan korteks motorik suplementer pada sisi medial lobus frontal, pasien dapat

menunjukkan postur distonik asimetrik (dikenal sebagai fencer position), dengan kepala menoleh

ke satu sisi, satu lengan ekstensi, dan lengan lainnya tertekuk dengan pinggul abduksi dan

tungkai fleksi. Pada epilepsi lobus frontal, pasien dapat menunjukkan manifestasi motorik

bilateral, namun tetap sadarkan diri. EEG interiktal dapat normal atau menunjukkan perlambatan

fokal parasagital. Seringkali, EEG iktal tertutup oleh artifak otot, tetapi EEG postiktal dapat

memperlihatkan atenuasi fokal dari aktivitas serebral atau perlambatan serta atenuasi difus.

Setelah serangan konvulsi dengan gejala motorik yang menonjol, dapat terjadi paralisis

sementara dari anggota gerak yang terkena. ―Todd’s paralysis” ini bertahan beberapa menit atau

terkadang beberapa jam setelah seizure, biasanya berkaitan dengan durasi konvulsi. Paralisis

fokal yang berlanjut lebih dari beberapa jam biasanya mengindikasikan adanya lesi otak fokal

sebagai penyebab yang mendasari seizure. Fenomena serupa juga ditemukan pada kasus epilepsi

fokal yang melibatkan area bahasa, somestetik, atau visual; di mana defisit persisten terkait

dengan regio otak yang terkena.

Page 17: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

Gejala klinis seizure lobus frontal bervariasi dan terkombinasi dalam berbagai cara (Geier, dkk).

Tidak ada satu manifestasi yang spesifik. Aspek klinis dari serangan epilepsi lobus frontal lebih

kepada motorik dan kurang kepada psikis. Hal ini merupakan karakteristik yang

membedakannya dengan epilepsi lobus temporal.

Serangan dapat berupa deviasi kepala dan mata. Deviasi ini umumnya tampak jelas, tidak

terlampau cepat, dan jarang menyentak, sehingga terkadang menyerupai gerakan alamiah.

Deviasi ini terkadang ipsilateral dan terkadang kontralateral. Cetusan kortikal terlokasi pada

permukaan mesial sebelah anterior dari area motorik suplementer atau pada permukaan lateral

bagian tengah dari girus superior dan midfrontal. Deviasi ipsilateral berhubungan dengan cetusan

anterior sedangkan deviasi kontralateral dengan cetusan posterior.

Dalam hal manifestasi tonik atau klonik, atau keduanya, kebanyakan kasus menunjukkan bentuk

parsial, yaitu hanya mengenai bagian tertentu dari tubuh. Kebanyakan berupa klonik. Manifestasi

ini hampir selalu melibatkan wajah, sebuah lengan, satu sisi tubuh, atau kedua lengan. Cetusan

tampaknya bertempat di regio frontal intermediet pada permukaan lateral untuk kasus wajah, dan

pada permukaan mesial untuk kasus lengan atau satu sisi tubuh. Kejadian jatuh biasanya

berkaitan dengan gejala lain dan timbul saat onset seizure. Sejumlah mekanisme yang

menyebabkan jatuh dapat dikelompokkan menjadi 3: (1) akibat hilangnya tonus otot, (2) akibat

rotasi kepala dan mata, dan (3) akibat hentakan klonik atau gerakan tonik. Lokasi cetusan

biasanya intermediet antara frontal dan sentral. Istilah ―gangguan kontak‖ lebih cocok ketimbang

―gangguan kesadaran.‖ Gangguan kontak bervariasi antar pasien, pada satu pasien, maupun dari

satu serangan ke berikutnya: (1) pada beberapa kasus, pasien mampu mempertahankan kontak

umum selama seizure dengan sangat baik. (2) terkadang, kontak terputus parsial. Pasien

mendengar namun tidak mengerti, atau mengerti namun tidak dapat menjawab, atau melihat dan

mendengar juga. (3) pada satu waktu, semua pasien akan mengalami terputusnya kontak secara

komplit. (4) terputusnya kontak kadang bersifat paradoksikal, yaitu pasien menunjukkan kontak

yang baik dengan materi sekitar sementara putus kontak dengan manusia sekitar. Dari segi lokasi

anatominya, cetusan yang terbatas pada area bicara atau pada kutub (pole) akan menyebabkan

terputusnya kontak. Cetusan frontal bilateral menyebabkan terputusnya kontak secara komplit,

sementara bila unilateral tidak.

Page 18: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

Sehingga terputusnya kontak berhubungan dengan lokasi dan luasnya cetusan. Gangguan bicara

biasanya berupa terhentinya ucapan, jarang yang berupa kesulitan pengucapan. Cetusan selalu

berlokasi di hemisfer dominan. Vokalisasi berlangsung singkat, atau berulang, terdengar seperti

tangisan, raungan, atau teriakan. Manifestasi ini timbul bersamaan dengan cetusan ekstensif di

girus frontal inferior dan girus midfrontal sisi anterior, sering pada hemisfer dominan namun

terkadang pada hemisfer non-dominan.

Gangguan memori bervariasi dan dapat dikelompokkan menjadi 4 kategori: (1) amnesia total,

merupakan bentuk yang tersering. (2) amnesia parsial, di mana pasien dapat mengingat sebagian

gejala atau peristiwa yang terjadi di sekitar. (3) tanpa gangguan memori, di mana pasien ingat

seluruh kejadian di sekitarnya dan yang ia lakukan selama seizure. Ketiadaan gangguan memori

ini juga sering tanpa disertai gangguan kontak, sehingga pasien menyangkal telah

mengalami seizure. Hanya berdasarkan manifestasi klinik yang stereotipik dan rekaman EEG

bisa didapatkan bukti seizure yang otentik. (4) gangguan memori tertunda, di mana

selama seizure memori pasien berfungsi baik. Namun ketika serangan berhenti, pasien kesulitan

mengingat pertanyaan yang tadi diajukan padanya.

Otomatisme motorik sederhana terutama mengenai lengan dan jarang pada tungkai. Pada saat

serangan, pasien dapat melakukan gerakan mengusap dengan satu tangan, atau gerakan yang

lebih kompleks, seperti menekan objek atau menyentuh tungkai pemeriksa. Otomatisme

kompleks sering disertai mengeluyur (wandering) dan terkadang bahkan agitasi.

Pada pasien ilustrasi kasus dapat disaksikan adanya gerakan otomatisme saat dilakukan

pemeriksaan EEG, berupa kedua kelopak mata membuka disertai gerakan menelan dan tangan

kiri mengusap mata.

Dua jenis sensasi subjektif dapat dialami pasien: (1) tipe parestesia, (2) persepsi sensorik atas

manifestasi klonik/tonik dan rotasi mata/kepala.

Pemeriksaan penunjang

Modalitas pencitraan pilihan untuk pasien seizure lobus frontal adalah MRI. MRI keluaran

terakhir dapat meningkatkan identifikasi lesi yang mendasari, yang mana dilaporkan terdapat

Page 19: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

pada 50% pasien epilepsi lobus frontal. Position emission tomography semakin sering dikerjakan

untuk evaluasi prabedah pasien dengan epilepsi ekstratemporal. Hipometabolisme interiktal,

yang mencerminkan disfungsi fokal, dapat terlihat pada area yang tampak normal pada MRI.

Semua pasien harus menjalani evaluasi EEG. Pada pasien epilepsi intractable(refrakter), atau di

mana diagnosis masih meragukan, perlu dilakukan monitoring video-EEG berkepanjangan. Bila

serangan lebih bersifat nokturnal, dapat dipertimbangkan polisomnografi. Pasien yang dicurigai

menderita epilepsi lobus frontal sering membutuhkan monitoring EEG invasif. EEG intrakranial

dilakukan untuk melokalisir regio epileptogenik dan untuk pemetaan fungsional sebelum

dilakukan reseksi (pembedahan).

Terapi

Seizure yang terjadi pertama kali tidak perlu diterapi, namun terapi antikonvulsan perlu dimulai

begitu diagnosis epilepsi ditegakkan. Manajemen ditujukan untuk mengendalikan serangan dan

menghilangkan etiologi. Obat lini pertama adalah carbamazepine, oxcarbazepine, dan phenitoin.

Episode nokturnal dengan manifestasi motorik prominen berespon sangat baik dengan

carbamazepin. Sebisa mungkin diusahakan pemberian monoterapi, namun pada sebagian pasien

diperlukan politerapi untuk mengendalikan serangan secara adekuat. Pilihan terapi dipengaruhi

faktor seperti toleransi efek samping dan interaksi dengan obat lain.

Pasien dengan epilepsi intractable perlu dipertimbangkan untuk pembedahan reseksi. Reseksi

kortikal frontal adalah reseksi kortikal ekstratemporal yang paling umum dikerjakan untuk

epilepsi intractable. Meskipun angka keberhasilan kurang dari pada pembedahan lobus temporal,

kemajuan evaluasi prabedah semakin menunjukkan peningkatan keluaran reseksi frontal. Bila

reseksi tidak memungkinkan terdapat pilihan pembedahan lain, antara lain: corpus

callosotomy,multiple subpial transections, atau vagal nerve stimulator. Ketika pasien

dengan seizure parsial gagal diterapi dengan antiepilepsi konvensional, intervensi bedah

menawarkan peluang untuk bebas serangan. Namun, intervensi bedah pada onset lobus frontal

memiliki berbagai kendala, termasuk area yang lebih besar, reseksi lebih besar, dan area rawan

yang harus dihindari. Sejumlah peneliti melaporkan angka keberhasilan tinggi pada pasien yang

refrakter menjadi bebas serangan dengan menggunakan kombinasi divalproex dan lamotrigine,

Page 20: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

terutama pada kasus nonlesional. Hal ini mungkin karena keduanya merupakan obat anti epilepsi

spektrum luas.

Prognosis

Sekitar 65-75% pasien dengan seizure lobus frontal berespon terhadap antikonvulsan yang sesuai

dan menjadi bebas serangan. Angka ini lebih banyak dibandingkan dengan kasus primary

generalized seizure. Proporsi pasien epilepsi lobus frontal yang menjadi bebas serangan, melalui

penambahan obat atau pembedahan, lebih rendah bila dibandingkan dengan pasien epilepsi lobus

temporal. Angka bebas serangan menyusul lobektomi temporal berkisar 50% hingga 70%,

sementara angka bebas serangan pada reseksi lobus frontal hanya antara 10% dan 25% (McCabe,

dkk. 2001).

Page 21: 84083080 Case Report Epilepsi Lobus Frontal

DAFTAR PUSTAKA

Haut S. Frontal lobe epilepsy. [serial online] January 2007 [cited 2008 May 5th

]. Available

from: URL: hyperlink http://www.emedicine.com

Suranggayudha, T. Epilepsi Lobus Frontal. [serial online] May 2008 [cited 2011 September

29th

]. Available from: URL: hyperlink http://www.residenneurofkui.wordpress.com