epilepsi (1)

54
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Epilepsi sering dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang tinggi, stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya). Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak. Pada tahun 2000, diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 37 juta orang di antaranya adalah epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara berkembang WHO (2001) memperkirakan bahwa rata-rata terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi aktif di antara 1000 orang penduduk, dengan angka insidensi 50 per 100.000 penduduk. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara berkembang. tingginya angka kejadian di Indonesia epilepsi pada anak, yaitu pada anak usia 1 bulan sampai 16 tahun berkisar 40 kasus per 100.000. Penyebab epilepsi itu karena adanya infeksi virus, cedera kepala, gangguan pembuluh darah otak, dan cacat lahir. ”Bayi yang lahir dengan berat di bawah normal juga berisiko terkena gangguan ini,” ujar Irawan. 1

Upload: sihombing-hendrik-s

Post on 02-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EPILEPSI (1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Epilepsi merupakan salah satu penyakit neurologis yang utama. Epilepsi sering

dihubungkan dengan disabilitas fisik, disabilitas mental, dan konsekuensi psikososial

yang berat bagi penyandangnya (pendidikan yang rendah, pengangguran yang tinggi,

stigma sosial, rasa rendah diri, kecenderungan tidak menikah bagi penyandangnya).

Sebagian besar kasus epilepsi dimulai pada masa anak-anak. Pada tahun 2000,

diperkirakan penyandang epilepsi di seluruh dunia berjumlah 50 juta orang, 37 juta

orang di antaranya adalah epilepsi primer, dan 80% tinggal di negara berkembang

WHO (2001) memperkirakan bahwa rata-rata terdapat 8,2 orang penyandang epilepsi

aktif di antara 1000 orang penduduk, dengan angka insidensi 50 per 100.000

penduduk. Angka prevalensi dan insidensi diperkirakan lebih tinggi di negara-negara

berkembang. tingginya angka kejadian di Indonesia epilepsi pada anak, yaitu pada

anak usia 1 bulan sampai 16 tahun berkisar 40 kasus per 100.000. Penyebab epilepsi

itu karena adanya infeksi virus, cedera kepala, gangguan pembuluh darah otak, dan

cacat lahir. ”Bayi yang lahir dengan berat di bawah normal juga berisiko terkena

gangguan ini,” ujar Irawan.

Epilepsi dihubungkan dengan angka cedera yang tinggi, angka kematian yang

tinggi, stigma sosial yang buruk, ketakutan, kecemasan, gangguan kognitif, dan

gangguan psikiatrik. Pada penyandang usia anak-anak dan remaja, permasalahan yang

terkait dengan epilepsi menjadi lebih kompleks.Epilepsi pada masa anak dan remaja

dihadapkan pada masalah keterbatasan interaksi sosial dan kesulitan dalam mengikuti

pendidikan formal. Mereka memiliki risiko lebih besar terhadap terjadinya kecelakaan

dan kematian yang berhubungan dengan epilepsi. Permasalahan yang muncul adalah:

bagaimana dampak epilepsi terhadap berbagai aspek kehidupan penyandangnya .

Melalui makalah ini kami mencoba untuk memberi sedikit informasi mengenai

karakteristik penderita, hal apa saja yang dapat kita ajarkan pada para penderita, juga

penyebabnya. .

(Askep,2008)

1

Page 2: EPILEPSI (1)

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Epilepsi.

2. Tujuan Khusus.

a. Megetahui Konsep dasar epilepsi

b. Mengetahui proses pengkajian pada pasien epilepsi.

c. Mengetahui diagnosa, intervensi, dan evaluasi pada pasien epilepsi.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Mahasiswa :

a. Mahasiswa mampu membuat analisa data tetang epilepsi.

b. Agar mahasiswa dapat membuat diagnosa keperawatan tentang epilepsi

c.Mahasiswa mampu membuat Rencana asuhan keperawatan meliputi;

intervensi, rasional, implementasi dan evaluasi tentang epilepsi.

2. Bagi akademik :

a. Agar akademik dapat tambahan referensi pembelajaran tentang epilepsi.

b. Memotivasi akademik untuk melakukan rencana asuhan keperawatan

epilepsi baik dirumah maupun di lapangan.

2

Page 3: EPILEPSI (1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Neurobehaviour

1.Struktur dan Fungsi.

Sistem persarafan terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron dan

jaringan penunjang yang disebut neuroglia . Tersusun membentuk sistem saraf

pusat (SSP) dan sistem saraf tepi (SST). SSP terdiri atas otak dan medula spinalis

sedangkan sistem saraf tepi merupakan susunan saraf diluar SSP yang membawa

pesan ke dan dari sistem saraf pusat. Sistem persarafan berfungsi dalam

mempertahankan kelangsungan hidup melalui berbagai mekanisme sehingga

tubuh tetap mencapai keseimbangan. Stimulasi yang diterima oleh tubuh baik

yang bersumber dari lingkungan internal maupun eksternal menyebabkan berbagai

perubahan dan menuntut tubuh dapat mengadaptasi sehingga tubuh tetap

seimbang. Upaya tubuh dalam mengadaptasi perubahan berlangsung melalui

kegiatan saraf yang dikenal sebagai kegiatan refleks. Bila tubuh tidak mampu

mengadaptasinya maka akan terjadi kondisi yang tidak seimbang atau sakit.

 

2.Fungsi Saraf

a.Menerima informasi (rangsangan) dari dalam maupun dari luar tubuh

melalui saraf sensori . Saraf sensori disebut juga Afferent Sensory Pathway.

b.Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf

pusat.

c.Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat medula spinalis maupun di

otak untuk selanjutnya menentukan jawaban atau respon.

d.Mengantarkan jawaban secara cepat melalui saraf motorik ke organ-organ

tubuh sebagai kontrol atau modifikasi dari tindakan. Saraf motorik disebut juga

Efferent Motorik Pathway.

 

3

Page 4: EPILEPSI (1)

3.Sel Saraf (Neuron)

Merupakan sel tubuh yang berfungsi mencetuskan dan menghantarkan

impuls listrik. Neuron merupakan unit dasar dan fungsional sistem saraf yang

mempunyai sifat exitability artinya siap memberi respon saat terstimulasi. Satu sel

saraf mempunyai badan sel disebut soma yang mempunyai satu atau lebih

tonjolan disebut dendrit. Tonjolan-tonjolan ini keluar dari sitoplasma sel saraf.

Satu dari dua ekspansi yang sangat panjang disebut akson. Serat saraf adalah

akson dari satu neuron. Dendrit dan badan sel saraf berfungsi sebagai pencetus

impuls sedangkan akson berfungsi sebagai pembawa impuls. Sel-sel saraf

membentuk mata rantai yang panjang dari perifer ke pusat dan sebaliknya, dengan

demikian impuls dihantarkan secara berantai dari satu neuron ke neuron lainnya.

Tempat dimana terjadi kontak antara satu neuron ke neuron lainnya disebut

sinaps. Pengahantaran impuls dari satu neuron ke neuron lainnya berlangsung

dengan perantaran zat kimia yang disebut neurotransmitter.

 

4.Sistem Saraf Pusat

Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis. SSP dibungkus

oleh selaput meningen yang berfungsi untuk melindungi otak dan medula spinalis

dari benturan atau trauma. Meningen terdiri atas tiga lapisan yaitu durameter,

arachnoid dan piamater.

a. Rongga Epidural

Berada diantara tulang tengkorak dan durameter. Rongga ini berisi pembuluh

darah dan jaringan lemak yang berfungsi sebagai bantalan. Bila cidera

mencapai lokasi ini akan menyebabkan perdarahan yang hebat oleh karena

pada lokasi ini banyak pembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan

epidural.

4

Page 5: EPILEPSI (1)

b. Rongga Subdural

Berada diantara durameter dan arachnoid, rongga ini berisi berisi cairan

serosa.

c. Rongga Sub Arachnoid

Terdapat diantara arachnoid dan piameter. Berisi cairan cerebrospinalis yang

salah satu fungsinya adalah menyerap guncangan atau shock absorber. Cedera

yang berat disertai perdarahan dan memasuki ruang sub arachnoid yang akan

menambah volume CSF sehingga dapat menyebabkan kematian sebagai

akibat peningkatan tekanan intra kranial (TIK).

 

5.Otak

Otak, terdiri dari otak besar yang disebut cerebrum, otak kecil disebut

cerebellum dan batang otak disebut brainstem. Beberapa karateristik khas Otak

orang dewasa yaitu mempunyai berat lebih kurang 2% dari berat badan dan

mendapat sirkulasi darah sebenyak 20% dari cardiac out put serta membutuhkan

kalori sebesar 400 Kkal setiap hari. Otak merupakan jaringan yang paling banyak

menggunakan energi yang didukung oleh metabolisme oksidasi glukosa.

Kebutuhan oksigen dan glukosa otak relatif konstan, hal ini disebabkan oleh

metabolisme otak yang merupakan proses yang terus menerus tanpa periode

istirahat yang berarti. Bila kadar oksigen dan glukosa kurang dalam jaringan otak

maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami

kerusakan. Secara struktural, cerebrum terbagi menjadi bagian korteks yang

disebut korteks cerebri dan sub korteks yang disebut struktur subkortikal. Korteks

cerebri terdiri atas korteks sensorik yang berfungsi untuk mengenal ,interpretasi

impuls sensosrik yang diterima sehingga individu merasakan, menyadari adanya

suatu sensasi rasa/indra tertentu. Korteks sensorik juga menyimpan sangat banyak

data memori sebagai hasil rangsang sensorik selama manusia hidup. Korteks

motorik berfungsi untuk memberi jawaban atas rangsangan yang diterimanya.

 

5

Page 6: EPILEPSI (1)

6.Struktur sub kortikal

a.Basal ganglia; melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan

mengkoordinasi gerakan dasar, gerakan halus atau gerakan trampil dan sikap

tubuh.

b.Talamus; merupakan pusat rangsang nyeri

c.Hipotalamus; pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom dan

terlibat dalam pengolahan perilaku insting seperti makan, minum, seks dan

motivasi

d.Hipofise. Bersama dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian besar

kelenjar endokrin dalam sintesa dan pelepasan hormon.

7.Cerebrum

Terdiri dari dua belahan yang disebut hemispherium cerebri dan

keduanya dipisahkan oleh fisura longitudinalis. Hemisperium cerebri terbagi

menjadi hemisper kanan dan kiri. Hemisper kanan dan kiri ini dihubungkan oleh

bangunan yang disebut corpus callosum. Hemisper cerebri dibagi menjadi lobus-

lobus yang diberi nama sesuai dengan tulang diatasnya, yaitu:

a.      Lobus frontalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang frontalis

b.      Lobus parietalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang parietalis

c.      Lobus occipitalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang occipitalis

d. Lobus temporalis, bagian cerebrum yang berada dibawah tulang temporalis

8.Cerebelum (Otak Kecil)

Terletak di bagian belakang kranium menempati fosa cerebri posterior di

bawah lapisan durameter Tentorium Cerebelli. Di bagian depannya terdapat

batang otak. Berat cerebellum sekitar 150 gr atau 8-8% dari berat batang otak

seluruhnya. Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisper cerebelli kanan dan kiri

6

Page 7: EPILEPSI (1)

yang dipisahkan oleh vermis. Fungsi cerebellum pada umumnya adalah

mengkoordinasikan gerakan-gerakan otot sehingga gerakan dapat terlaksana

dengan sempurna.

9.Batang Otak atau Brainstern

Terdiri atas diencephalon, mid brain, pons dan medula oblongata. Merupakan

tempat berbagai macam pusat vital seperti pusat pernafasan, pusat vasomotor,

pusat pengatur kegiatan jantung dan pusat muntah, bersin dan batuk.

 

10.Komponen Saraf Kranial

a. Komponen sensorik somatik : N I, N II, N VIII

b. Komponen motorik omatik : N III, N IV, N VI, N XI, N XII

c. Komponen campuran sensorik somatik dan motorik somatik : N V, N VII,

N IX, N X

d. Komponen motorik viseral

Eferen viseral merupakan otonom mencakup N III, N VII, N IX, N X.

Komponen eferen viseral yang 'ikut' dengan beberapa saraf kranial ini, dalam

sistem saraf otonom tergolong pada divisi parasimpatis kranial.

 1. N. Olfactorius

Saraf ini berfungsi sebagai saraf sensasi penghidu, yang terletak dibagian

atas dari mukosa hidung di sebelah atas dari concha nasalis superior.

2. N. Optikus

Saraf ini penting untuk fungsi penglihatan dan merupakan saraf eferen

sensori khusus. Pada dasarnya saraf ini merupakan penonjolan dari otak ke

perifer.

3. N. Oculomotorius

Saraf ini mempunyai nucleus yang terdapat pada mesensephalon. Saraf ini

berfungsi sebagai saraf untuk mengangkat bola mata

4. N. Trochlearis

Pusat saraf ini terdapat pada mesencephlaon. Saraf ini mensarafi muskulus

oblique yang berfungsi memutar bola mata

5. N. Trigeminus

Saraf ini terdiri dari tiga buah saraf yaitu saraf optalmikus, saraf maxilaris

dan saraf mandibularis yang merupakan gabungan saraf sensoris dan

7

Page 8: EPILEPSI (1)

motoris. Ketiga saraf ini mengurus sensasi umum pada wajah dan sebagian

kepala, bagian dalam hidung, mulut, gigi dan meningen.

6. N. Abducens

Berpusat di pons bagian bawah. Saraf ini menpersarafi muskulus rectus

lateralis. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan bola mata dapat

digerakan ke lateral dan sikap bola mata tertarik ke medial seperti pada

Strabismus konvergen.

7. N. Facialias

Saraf ini merupakan gabungan saraf aferen dan eferen. Saraf aferen

berfungsi untuk sensasi umum dan pengecapan sedangkan saraf eferent

untuk otot wajah.

8. N. Auditorius

Saraf ini terdiri dari komponen saraf pendengaran dan saraf

keseimbangan

9. N. Glossopharyngeus

Saraf ini mempersarafi lidah dan pharing. Saraf ini mengandung serabut

sensori khusus. Komponen motoris saraf ini mengurus otot-otot pharing

untuk menghasilkan gerakan menelan. Serabut sensori khusus mengurus

pengecapan di lidah. Disamping itu juga mengandung serabut sensasi

umum di bagian belakang lidah, pharing, tuba, eustachius dan telinga

tengah.

10. N. Vagus

Saraf ini terdiri dari tiga komponen: a) komponen motoris yang

mempersarafi otot-otot pharing yang menggerakkan pita suara, b)

komponen sensori yang mempersarafi bagian bawah pharing, c) komponen

saraf parasimpatis yang mempersarafi sebagian alat-alat dalam tubuh.

11. N. Accesorius

Merupakan komponen saraf kranial yang berpusat pada nucleus ambigus

dan komponen spinal yang dari nucleus motoris segmen C 1-2-3. Saraf ini

mempersarafi muskulus Trapezius dan Sternocieidomastoideus.

12. Hypoglosus

Saraf ini merupakan saraf eferen atau motoris yang mempersarafi otot-otot

lidah. Nukleusnya terletak pada medulla di dasar ventrikularis IV dan

menonjol sebagian pada trigonum hypoglosi.

8

Page 9: EPILEPSI (1)

11.Medula Spinalis

Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata ke arah

kaudal di dalam kanalis vertebralis mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I

memanjang hingga setinggi cornu vertebralis lumbalis I - II. Terdiri dari 31

segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu pasang saraf spinal. Dari

medula spinalis bagian cervical keluar 8 pasang , dari bagian thorakal 12

pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang serta dari

coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis. Seperti halnya otak, medula spinalis

pun terbungkus oleh selaput meninges yang berfungsi melindungi saraf spinal

dari benturan atau cedera.

  a.Fungsi medula spinalis

1.       Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu dikornu motorik atau kornu

ventralis.

2.      Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks tungkai

3. Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum

4..      Mengadakan komunikasi antara otak dengan semua bagian tubuh.

 

b.Lengkung refleks

Reseptor: penerima rangsang

1. Aferen: sel saraf yang mengantarkan impuls dari reseptor ke sistem saraf

pusat (ke pusat refleks)

2. Pusat refleks : area di sistem saraf pusat (di medula spinalis: substansia

grisea), tempat terjadinya sinap ((hubungan antara neuron dengan neuron

dimana terjadi pemindahan /penerusan impuls)

3. Eferen: sel saraf yang membawa impuls dari pusat refleks ke sel efektor.

Bila sel efektornya berupa otot, maka eferen disebut juga neuron motorik

(sel saraf /penggerak)

4. Efektor: sel tubuh yang memberikan jawaban terakhir sebagai jawaban

refleks. Dapat berupa sel otot (otot jantung, otot polos atau otot rangka), sel

kelenjar.

9

Page 10: EPILEPSI (1)

12.Sistem Saraf Tepi

Kumpulan neuron diluar jaringan otak dan medula spinalis membentuk

sistem saraf tepi (SST). Secara anatomik digolongkan ke dalam saraf-saraf

otak sebanyak 12 pasang dan 31 pasang saraf spinal. Secara fungsional, SST

digolongkan ke dalam: a) saraf sensorik (aferen) somatik : membawa

informasi dari kulit, otot rangka dan sendi, ke sistem saraf pusat, b) saraf

motorik (eferen) somatik : membawa informasi dari sistem saraf pusat ke otot

rangka, c) saraf sesnsorik (eferen) viseral : membawa informasi dari dinding

visera ke sistem saraf pusat, d) saraf mototrik (eferen) viseral : membawa

informasi dari sistem saraf pusat ke otot polos, otot jantung dan kelenjar. Saraf

eferen viseral disebut juga sistem saraf otonom. Sistem saraf tepi terdiri atas

saraf otak (s.kranial) dan saraf spinal.

a.Saraf Otak (s.kranial)

Bila saraf spinal membawa informasi impuls dari perifer ke medula

spinalis dan membawa impuls motorik dari medula spinalis ke perifer, maka ke 12

pasang saraf kranial menghubungkan jaras-jaras tersebut dengan batang otak.

Saraf cranial sebagian merupakan saraf campuran artinya memiliki saraf sensorik

dan saraf motorik

b.Saraf Spinal

Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari medula apinalis dan

kemudian dari kolumna vertabalis melalui celah sempit antara ruas-ruas tulang

vertebra. Celah tersebut dinamakan foramina intervertebrelia. Seluruh saraf spinal

merupakan saraf campuran karena mengandung serat-serat eferen yang membawa

impuls baik sensorik maupun motorik. Mendekati medula spinalis, serat-serat

eferen memisahkan diri dari serat –serat eferen. Serat eferen masuk ke medula

spinalis membentuk akar belakang (radix dorsalis), sedangkan serat eferen keluar

dari medula spinalis membentuk akar depan (radix ventralis). Setiap segmen

medula spinalis memiliki sepasang saraf spinal, kanan dan kiri. Sehingga dengan

demikian terdapat 8 pasang saraf spinal servikal, 12 pasang saraf spinal torakal, 5

pasang saraf spinal lumbal, 5 pasang saraf spinal sakral dan satu pasang saraf

spinal koksigeal. Untuk kelangsungan fungsi integrasi, terdapat neuron-neuron

penghubung disebut interneuron yang tersusun sangat bervariasi mulai dari yang

sederhana satu interneuron sampai yang sangat kompleks banyak interneuron.

Dalam menyelenggarakan fungsinya, tiap saraf spinal melayani suatu segmen

10

Page 11: EPILEPSI (1)

tertentu pada kulit, yang disebut dermatom. Hal ini hanya untuk fungsi sensorik.

Dengan demikian gangguan sensorik pada dermatom tertentu dapat memberikan

gambaran letak kerusakan.

c. Sistem Saraf Somatik

Dibedakan 2 berkas saraf yaitu saraf eferen somatik dan eferen viseral.

Saraf eferen somatik : membawa impuls motorik ke otot rangka yang

menimbulkan gerakan volunter yaitu gerakan yang dipengaruhi kehendak. Saraf

eferen viseral : membawa impuls mototrik ke otot polos, otot jantung dan kelenjar

yang menimbulkan gerakan/kegiatan involunter (tidak dipengaruhi kehendak).

Saraf-saraf eferen viseral dengan ganglion tempat sinapnya dikenal dengan sistem

saraf otonom yang keluar dari segmen medula spinalis torakal 1 – Lumbal 2

disebut sebagai divisi torako lumbal (simpatis). Serat eferen viseral terdiri dari

eferen preganglion dan eferen postganglion. Ganglion sistem saraf simpatis

membentuk mata rantai dekat kolumna vertebralis yaitu sepanjang

sisiventrolateral kolumna vertabralis, dengan serat preganglion yang pendek dan

serat post ganglion yang panjang. Ada tiga ganglion simpatis yang tidak tergabung

dalam ganglion paravertebralis yaitu ganglion kolateral yang terdiri dari ganglion

seliaka, ganglion mesenterikus superior dan ganglion mesenterikus inferior.

Ganglion parasimpatis terletak relatif dekat kepada alat yang disarafinya bahkan

ada yang terletak didalam organ yang dipersarafi.

 

13.Sirkulasi Darah pada Sistem Saraf Pusat

Sirkulasi darah pada sistem saraf terbagi atas sirkulasi pada otak dan

medula spinalis. Dalam keadaan fisiologik jumlah darah yang dikirim ke otak

sebagai blood flow cerebral adalah 20% cardiac out put atau 1100-1200

cc/menit untuk seluruh jaringan otak yang berat normalnya 2% dari berat

badan orang dewasa. Untuk mendukung tercukupinya suplai oksigen, otak

mendapat sirkulasi yang didukung oleh pembuluh darah besar.

Suplai Darah Otak

1. Arteri Carotis Interna kanan dan kiri

a.       Arteri communicans posterior

Arteri ini menghubungkan arteri carotis interna dengan arteri cerebri

posterior

11

Page 12: EPILEPSI (1)

b.     Arteri choroidea anterior, yang nantinya membentuk plexus

choroideus di dalam ventriculus lateralis

c.       Arteri cerebri anterrior

Bagian ke frontal disebelah atas nervus opticus diantara belahan otak

kiri dan kanan. Ia kemudian akan menuju facies medialis lobus frontalis

cortex cerebri. Daerah yang diperdarahi arteri ini adalah: a) facies medialis

lobus frontalis cortex cerebro, b) facies medialis lobus parietalis, c) facies

convexa lobus frontalis cortex cerebri, d) facies convexa lobus parietalis

cortex cerebri, e) Arteri cerebri media

d.      Arteri cerebri media

2. Arteri Vertebralis kanan dan kiri

 

a.Arteri Cerebri Media

Berjalan lateral melalui fossa sylvii dan kemudian bercabang-cabang

untuk selanjutnya menuju daerah insula reili. Daerah yang disuplai darah oleh

arteri ini adalah Facies convexa lobus frontalis coretx cerebri mulai dari fissura

lateralis sampai kira-kira sulcus frontalis superior, facies convexa lobus parielatis

cortex cerebri mulai dari fissura lateralis sampai kira-kira sulcus temporalis media

dan facies lobus temporalis cortex cerebri pada ujung frontal.

 

b.Arteri Vertebralis kanan dan kiri

Arteri vertebralis dipercabangkan oleh arteri sub clavia. Arteri ini

berjalan ke kranial melalui foramen transversus vertebrae ke enam sampai

pertama kemudian membelok ke lateral masuk ke dalam foramen transversus

magnum menuju cavum cranii. Arteri ini kemudian berjalan ventral dari medula

oblongata dorsal dari olivus, caudal dari tepi caudal pons varolii. Arteri vertabralis

kanan dan kiri akan bersatu menjadi arteri basilaris yang kemudian berjalan

frontal untuk akhirnya bercabang menjadi dua yaitu arteri cerebri posterior kanan

dan kiri. Daerah yang diperdarahi oleh arteri cerbri posterior ini adalah facies

convexa lobus temporalis cortex cerebri mulai dari tepi bawah sampai setinggi

sulcus temporalis media, facies convexa parietooccipitalis, facies medialis lobus

occipitalis cotex cerebri dan lobus temporalis cortex cerebri. Anastomosis antara

arteri-arteri cerebri berfungsi utnuk menjaga agar aliran darah ke jaringan otak

tetap terjaga secara continue. Sistem carotis yang berasal dari arteri carotis interna

12

Page 13: EPILEPSI (1)

dengan sistem vertebrobasilaris yang berasal dari arteri vertebralis, dihubungkan

oleh circulus arteriosus willisi membentuk Circle of willis yang terdapat pada

bagian dasar otak. Selain itu terdapat anastomosis lain yaitu antara arteri cerebri

media dengan arteri cerebri anterior, arteri cerebri media dengan arteri cerebri

posterior.

 

14. Cerebrospinalis (CSF)

Cairan cerebrospinalis atau banyak orang terbiasa menyebutnya cairan

otak merupakan bagian yang penting di dalam SSP yang salah satu fungsinya

mempertahankan tekanan konstan dalam kranium. Cairan ini terbentuk di

Pleksus chroideus ventrikel otak, namun bersirkulasi disepanjang rongga sub

arachnoid dan ventrikel otak. Pada orang dewasa volumenya berkisar 125 cc,

relatif konstan dalam produksi dan absorbsi. Absorbsi terjadi disepanjang sub

arachnoid oleh vili arachnoid. Ada empat buah rongga yang saling berhubungan

yang disebut ventrikulus cerebri tempat pembentukan cairan ini yaitu: 1)

ventrikulus lateralis , mengikuti hemisfer cerebri, 2) ventrikulus lateralis II, 3)

ventrikulus tertius III dtengah-tengah otak, dan 4) ventrikulus quadratus IV, antara

pons varolli dan medula oblongata.

 Ventrikulus lateralis berhubungan dengan ventrikulus tertius melalui foramen

monro. Ventrikulus tertius dengan ventrikulus quadratus melalui foramen

aquaductus sylvii yang terdapat di dalam mesensephalon. Pada atap ventrukulus

quadratus bagian tengah kanan dan kiri terdapat lubang yang disebut foramen

Luscka dan bagian tengah terdapat lubang yang disebut foramen magendi.

Sirkulasi cairan otak sangat penting dipahami karena bebagai kondisi patologis

dapat terjadi akibat perubahan produksi dan sirkulasi cairan otak. Cairan otak

yang dihasilkan oleh flexus ventrikulus lateralis kemudian masuk kedalam

ventrikulus lateralis, dari ventrikulus lateralis kanan dan kiri cairan otak mengalir

melalui foramen monroi ke dalam ventrikulus III dan melalui aquaductus sylvii

masuk ke ventrikulus IV. Seterusnya melalui foramen luscka dan foramen

megendie masuk kedalam spastium sub arachnoidea kemudian masuk ke lakuna

venosa dan selanjutnya masuk kedalam aliran darah.

13

Page 14: EPILEPSI (1)

15.Fungsi Cairan Otak

a.      Sebagai bantalan otak agar terhindar dari benturan atau trauma pada kepala

b.      Mempertahankan tekanan cairan normal otak yaitu 10 – 20 mmHg

c.      Memperlancar metabolisme dan sirkulasi darah diotak.

(Keperawatan Medikal Bedah:2074-2089)

B.Defenisi

Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang

berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersivat

reversibel.

Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala

yang datang dalam serangan-serangan, berulang-ulang yang disebabkan lepas

muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak, yang bersifat reversibel dengan

berbagai etiologi .

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi

dengan ciri-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas

muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi

klinik dan laboratorik.

Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua

bahkan bayi yang baru lahir.

(Utopias,2008)

C. Etiologi

Penyebab pada kejang epilepsi sebagian besar belum diketahui (Idiopatik) Sering

terjadi pada:

1.Trauma lahir, Asphyxia neonatorum

2.Cedera Kepala, Infeksi sistem syaraf

3.Keracunan CO, intoksikasi obat/alkohol

4.Demam, ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)

5.Tumor Otak

14

Page 15: EPILEPSI (1)

6. Kelainan pembuluh darah

Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab

utama, ialah epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi

simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan

otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis

epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut

terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan

prognosis yang baik dan yang buruk..

Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang

tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun

kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal

atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas. Sementara itu, dipandang

dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan, definisi

neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai

prediksi sebagai berikut:

Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu

12 bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang, Apabila

defisit neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya

bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan

pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena

gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan

36 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko

untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus

menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama.

(Tarwoto,2007)

D.Klasifikasi Epilepsi

1. Epilepsi Grand Mal

Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik

yang berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam

15

Page 16: EPILEPSI (1)

serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal

berlangsung selama 3 atau 4 menit.

2. Epilepsi Petit Mal

Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar

atau penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu

serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan

(twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.

3. Epilepsi Fokal

Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regoi

setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada

serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh resi organik

setempat atau adanya kelainan fungsional.

(Tarwoto,2007)

16

Page 17: EPILEPSI (1)

E.Patofisiologi

Otak

neuron

GABA

Menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik syaraf

sinaps

neurotransmiter

Pusat Listrik Syaraf

N. Eksidatif

Epileptogen

Depolarisasi belahan hemisfer

kejang

tanpa hilang kesadaran

Substansia retikularis

kejang

penurunan kesadaran

Inti thalamus

17

Page 18: EPILEPSI (1)

Otak merupakan pusat penerima pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan

pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah rangkaian berjuta-juta neuron. Pada

hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas listrik saraf yang

berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang

dinamakan nerotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif,

sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiric-acid) bersifat inhibitif terhadap

penyaluran aktivitas listrik sarafi dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan oleh suatu

sumber gaya listrik saraf di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas

listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neron-neron di sekitarnya dan demikian

seterusnya sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih

(depolarisasi). Pada keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat

selanjutnya akan menyebar kebagian tubuh/anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa

disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas

listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti pada talamus yang selanjutnya akan

menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan demikian akan terlihat

manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.

(Hidayat,2009)

F.Manifestasi klinik

1. Klinik dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan

penginderaan.

2. Kelainan gambaran EEG

3. Tergantung lokasi dan sifat Fokus Epileptogen

4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik

(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, men cium bau-bauan

tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan

sebagainya)

(Hidayat,2009)

18

Page 19: EPILEPSI (1)

G. Penatalaksanaan.

1.Dilakukan secara manual, juga diarahkan untuk mencegah terjadinya kejang

2. Farmakoterapi: anti kovulsion untuk mengontrol kejang

3. Pembedahan: untuk pasien epilepsi akibat tumor otak, abses, kista atau adanya

anomali vaskuler

4. Jenis obat yang sering digunakan, yaitu:

a.Phenobarbital (luminal).

Paling sering dipergunakan, murah harganya, toksisitas rendah.

b.Primidone (mysolin)

Di hepar primidone di ubah menjadi phenobarbital dan

phenyletylmalonamid.

c.Difenilhidantoin (DPH, dilantin, phenytoin).

1.Dari kelompok senyawa hidantoin yang paling banyak dipakai ialah

PH. Berhasiat terhadap epilepsi grand mal, fokal dan lobus temporalis.

2.Tak berhasiat terhadap petit mal.

3.Efek samping yang dijumpai ialah nistagmus,ataxia, hiperlasi

gingiva dan gangguan darah.

d.Carbamazine (tegretol).

1.Mempunyai khasiat psikotropik yangmungkin disebabkan

pengontrolan bangkitan epilepsi itusendiri atau mungkin juga

carbamazine memang mempunyaiefek psikotropik.

2.Sifat ini menguntungkan penderita epilepsi lobus temporalis yang

sering disertai gangguan tingkahlaku.

19

Page 20: EPILEPSI (1)

3.Efek samping yang mungkin terlihat ialah nistagmus, vertigo,

disartri, ataxia, depresi sumsum tulang dan gangguanfungsi hati.

f.Diazepam.

1.Biasanya dipergunakan pada kejang yang sedang berlangsung (status

konvulsi.).

2.Pemberian i.m. hasilnya kurang memuaskan karena penyerapannya

lambat. Sebaiknya diberikan i.v. atau intra rektal.

g.Nitrazepam (inogadon).

Terutama dipakai untuk spasme infantil dan bangkitan mioklonus.

h.Ethosuximide (zarontine).

Merupakan obat pilihan pertama untuk epilepsi petit mal

i.Na-valproat (dopakene)

1.obat pilihan kedua pada petit mal

2.Pada epilepsi grand mal pun dapat dipakai.

3.obat ini dapat meninggikan kadar GABA di dalam otak.

4.Efek samping mual, muntah, anorexia

j.Acetazolamide (diamox).

1.Kadang-kadang dipakai sebagai obat tambahan dalam pengobatan

epilepsi.

20

Page 21: EPILEPSI (1)

2.Zat ini menghambat enzim carbonic-anhidrase sehingga pH otak

menurun, influks Na berkurang akibatnya membran sel dalam keadaan

hiperpolarisasi.

k.ACTH

Seringkali memberikan perbaikan yang dramatis pada spasme infantil.

(Hidayat,2009)

H. Pemeriksaan Diagnostik

1.Elektrolit : Tidak seimbang dapat berpengaruh atau menjadi predisposisi pada

aktivitas kejang.

2.Glukosa : Hipoglikemia dapat menjadi presipitasi(pencetus kejang.

3..Ureum/Kreatinin : Meningkat dapat meningkatkan resiko timbulnya aktivitas

kejang.

4. Sel Darah Merah : Anemia Aplastik mungkin sebagai akibat terapi obat.

5. Kadar obat pada serum: Untuk membuktikan batas obat anti epilepsi.

6. Punksi lumbal : untuk mendeteksi tekanan abnormal dari css, tanda-tanda

infeksi,perdarahan(hemoragik,subarakhnoid,subdural)sebagai penebab kejang

tersebut.

7. Foto ronsen kepala :Untuk mengidentiikasi adanya SOL,fraktur.

8. Elektroensefalogram: Melokalisasi daerah serebral yang tidak berfungsi

dengan baik,mengukur aktivitas otak.Gelombang otak untuk menentukan

karakteristik dari gelombang pada masing –masing tipe dari aktivitas kejang

tersebut.

21

Page 22: EPILEPSI (1)

9. Pemantauan video EEG 24 jam : dapat mengidentifikasikan fokus kejang

secara tepat.

10. Scan CT : mengidentifikasi letak lesi serebral, hematoma, edema

serebral,trauma, abses,tumor,dan dapat dilakukan dengan/tanpa kontras.

11.Positron emission tomography : Mendemontrasikan perubahan

metabolik.Misalnya penurunan metabolisme pada sisi lesi.

12. MRI : Melokalisasi lesi-lesi lokal.

13.Magnetoensefalogram :Memetakan impuls/potensial listrik otak pada pola

pembebasan yang abnormal.

14. Wada : Menentukan hemisfer dominan (dilakukan sebagai evaluasi awal dari

praoperasi lobektomi temporal).

(Rencana Asuhan Keperawatan :262)

I.Pertimbangan Gerontologi Dan Pediatri

Tingginya angka kejadian epilepsi pada anak, yaitu pada anak usia 1

bulan sampai 16 tahun berkisar 40 kasus per 100.000. Penyebab epilepsi itu karena

adanya infeksi virus, cedera kepala, gangguan pembuluh darah otak, dan cacat

lahir. Bayi yang lahir dengan berat di bawah normal juga berisiko terkena gangguan

ini.

Selain pada anak,epilepsi juga banyak terjadi pada orang dewasa. Gangguan

di otak ini disebabkan oleh kerusakan jaringan, misalnya karena tumor, dan trauma

di kepala akibat kecelakaan lalu lintas.

(Utopias,2008)

J.ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN EPILEPSI

1. Pengkajian

22

Page 23: EPILEPSI (1)

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tangal pengkajian, No register,

tanggal rawat dan penanggung jawab dan perawat mengumbpulkan informasi informasi

tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang

dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup

dikaji:

a.ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang

b.pasien mempunyai program rekreasi atau Kontak sosial

c. pengalaman kerja

d.Mekanisme koping yang digunakan

e.Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam

mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.

1. Selama serangan :

a. ada kehilangan kesadaran atau pingsan.

b. ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.

c. pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.

d.disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-

klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.

e. pasien menggigit lidah.

f.mulut berbuih.

g.ada inkontinen urin.

h.bibir atau muka berubah warna.

i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.

j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi

atau keduanya.

23

Page 24: EPILEPSI (1)

k.ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur, keadaan

emosional.

l.penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan

kesadaran, kejang-kejang.

m. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak.

n. Apakah makan obat-obat tertentu.

o.ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga.

2. Sesudah serangan

a. pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara

b. ada perubahan dalam gerakan.

c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan sesudah

serangan.

d.terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung.

e.Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.

3. Riwayat sebelum serangan

a. ada gangguan tingkah laku, emosi.

b. disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.

c. ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik maupun

visual.

4. Riwayat Penyakit

a.Sejak kapan serangan terjadi.

b.Pada usia berapa serangan pertama.

c.Frekuensi serangan.

24

Page 25: EPILEPSI (1)

5. Riwayat kesehatan

a.Riwayat keluarga dengan kejang.

b.Riwayat kejang demam.

c.Tumor intrakranial.

d.Trauma kepala terbuka, stroke.

6. Riwayat kejang

a. Berapa sering terjadi kejang

b. Gambaran kejang seperti apa

c. sebelum kejang ada tanda-tanda awal

d. yang dilakuakn pasien setelah kejang

7. Riwayat penggunaan obat

a. Nama obat yang dipakai

b. Dosis obat

c.Berapa kali penggunaan obat

8.Pemeriksaan fisik

a.Tingkat kesadaran

b.Abnormal posisi mata

c.Perubahan pupil

d.Garakan motorik

e.Tingkah laku setelah kejang

f.Apnea

25

Page 26: EPILEPSI (1)

g.Cyanosis

h.Saliva banyak

9. Psikososial

a. Usia

b.Jenis kelamin

c.Pekerjaan

d.Peran dalam keluarga

e.Strategi koping yang digunakan

f.Gaya hidup dan dukungan yang ada

10. Pengetahuan pasien dan keluarga

a.Kondisi penyakit dan pengobatan

b. Kondisi kronik

c.Kemampuan membaca dan belajar.

(Utopias,2008)

2. Diagnosa Keperawatan secara teoritis

a. Resiko cedera b/d aktivitas kejang.

b. Pola nafas tidak efektif, b/d kerusakan persepsi/kognitip.

c. Gangguan Harga diri rendah b/d persepsi tidak terkontrol.

d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit b/d kegagalan untuk berubah.

(Rencana Asuhan Keperawatan :262-268)

3. Rencana asuhan Keperawatan Teoritis

26

Page 27: EPILEPSI (1)

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1. Resiko cedera b/d aktivitas kejang

Cidera tidak terjadi Mandiri:

- Gali bersama klien berbagai stimulasi yang dapat menjadi pencetus kejang.

- Pertahankan bantalan lunak pada penghalang tempat tidur yang terpasang dengan posisi tempat tidur rendah.

- Evaluasi kebutuhan, berikan perlindungan pada kepala.

- Tinggallah bersama pasien dalam waktu beberapa lama selama/setelah kejang

- Atur kepala, tempatkan diatas daerah lunak.Jangan melakukan restrain.

- Observasi munculnya tanda-tanda epileptikus.

- Kolaborasi

- Dengan adanya berbagai stimulasi dapat meningkatkan aktivitas otak, yang selanjutnya meningkatkan resiko terjadinya kejang.

- Mengurangi trauma saat kejang terjadi selama pasien berada ditempat tidur.

- Pengunaan penutup kepala dapat memberikan perlindungan tambahan terhadap seseorang yang mengalami kejang terus-menerus/berat

- Meningkatkan keamanan pasien.

- Mengarahkan ekstremitas dengan hati-hati menurunkan resio trauma secara fisik ketika pasien

27

Page 28: EPILEPSI (1)

dengan tenaga kesehatan lain kehilangan

kontrolterhadap otot volunter.Restrain dapat meningkatkan gerakan kaku.

- Untuk mengatahui keadaan darurat,sehingga intervensi yang dibutuhkan segera diberikan. Ex: henti nafas, hipoksia berat, dan kerusakan otak dan sel saraf.

- Memberikan penngobatan yang tepat sesuai indikasi klien

2. Jalan nafas tidak efektif b/d kerusakan persepsi/ kognitif

Jalan nafas efektif Mandiri:

- Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda/zat tertentu jika fase aura terjadi.

- Letakkan pasien pada posisi miring, permukaan datar, miringkan kepala selama serangan kejang.

- Tanggalkan pakaian pada daerah leher/dada dan abdomen.

- Menurunkan resiko aspirasi atau masuknya sesuatu benda asing ke faring.

- Meningkatkan aliran/drainase epilep , mencegah lidah jatuh, dan penyumbatan jalan nafas

- Untuk memfasilitasi usaha bernafas/ekspansi dada.

28

Page 29: EPILEPSI (1)

- Masukkan spatel lidah/ gulungan benda lunak sesuai indikasi

- Kolaborasi : berikan tambahan oksigen manual atau sesuai kebutuhan pada fase posiktal

- Mencegah tergigitnya lidah.

- Dapat menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari sirkulasi yang menurun

3. Gangguan harga diri b/d persepsi tentang tidak terkontrol

Peningkatan rasa harga diri

Mandiri:

- Diskusikan perasaan pasien mengenai diagnostik, persepsi diri terhadap penanganan yang dilakukannya. Anjurkan untuk mengungkapkan / mengekspresikan perasaannya.

- Identifikasi kemungkinan reaksi orang pada keadaan penyakit nya. Anjurkan pasien untuk tidak merahasiakan masalahnya.

-Reaksi yang ada bervariasi diantara individu dan pengetahuan awal dengan keadaan penyakitnya akan mempengaruhi penerimaan terhadap aturan pengobatan.

- Memberikan kesempatan untuk berespon pada proses pemecahan masalah dan memberikan tindakan kontrol terhadap situasi yang dihadapi.Merahasiakan sesuatu adalah merusak harga diri, menghentikan perkembangan dalam menangani masalah, dan meningkatkan

29

Page 30: EPILEPSI (1)

- Hindari pemberian perlindungan yang berlebihan pada pasien. Anjurkan aktivitas dengan memberikan pengawasan jika ada indikasi.

- Tekankan pentingnya staf/orang terdekat untuk tetap dalam keadaaan tenang selama kejang.

- Kolaborasi : Rujuk pasien pada kelompok penyokong, seperti yayasan epilepsi,dll

resiko trauma ketika kejang itu terjadi

- Dapat mengurangi depresi tentang keterbatasan. Observasi diberikan pada aktivitas seperti Olah raga air, senam, panjat tebing,dll.

- Ansietas dari pemberi asuhan akan menjalar dan bila sampai pada pasien dapat meningkatkan persepsi negatif terhadap keadaan lingkungan/ diri sendiri.

- Memberikan kesempatan untuk mendapatkan informasi, dukungan dan ide-ide untuk mengatasi masalah dari orang lain yang telah mempunyai pengalaman yang sama.

4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi penyakit b/d kegagalan untuk berubah

Pengetahuan bertambah Mandiri:

- Jelaskan kembali mengenai prognosis penyakit dan perlunya pengobatan dalam jangka waktu yang lama sesuai

- Memberi kesempatan untuk mengklarifikasi kesalahan persepsi dan keadaan penyakit yang ada sebagai sesuatu yang dapat ditangani dalam cara hidup yang

30

Page 31: EPILEPSI (1)

indikasi

- Berikan petunjuk yang jelas pada pasien untuk minum obat bersamaan dengan waktu makan jika memungkinkan.

- Bicarakan kembali kemungkinan efek dari perubahan hormonal.

- Identifikasi perlunya penerimaan terhadap keterbatasan yang dimiliki , diskusikan tindakan keamanan yang diperhatikan saat mengemudi, menggunakan alat mekanik,dan hobi yang lain.

normal

- Dapat menurunkan iritasi lambung, mual/muntah.

- Gangguan kadar hormonal yang terjadi selama menstruasi dan kehamilan dapat meningkatkan resiko kejang

- Menurunkan resiko trauma oleh diri sendiriatau orang lainterutama jika kejang terjadi tanpa diawali oleh tanda-tanda tertentu.

(Rencana Asuhan Keperawatan :262-268)

31

Page 32: EPILEPSI (1)

BAB III

TINJAUAN KASUS

A.Kasus Pemicu Epilepsi

Anak.A usia 7 tahun,agama Islam,suku bangsa melayu,Alamat tinggal

jln.Siginjai No.15 Tehok Jambi,Masuk RS: 22/10/2008,Ruang anak,kelas III.Klien

masuk rumah sakit dengan keluhan kejang-kejang lebih kuran 3 menit yang

lalu.sebelumnya klien pernah menderita kejang demam saat umur 4 bulan (1x selama

kurang lebih 5 menit) saat klien klien umur 10 bulan klien menderita yang sama,dan

saat usia 5 tahun klien merasakan keluhan yang sama ( selama 5 – 10 menit), dan

dirawat di RS. Raden mataher jambi selama 2 minggu,kemudian dilakukan

pemeriksaan EEG dengan hasilnya gelombang abnormal. Saat pengkajian keadaan

umum klien tampak lemah, klien tampak reewel, dengan S: 38oC, N; 100 x/i. Mukusa

bibir klien tampak kering dan pucat. Konjungtiva ananemis, kafilarevil 3 detik, klien

tampak banyak minum. Dari hasil keterangan keluarga klien, diperoleh bahwa

keluarga klien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti klien. Dari hasil

pemeriksaan labor didapat Hb; 10,6 gr%, leuko; 13,300 ml3.

32

Page 33: EPILEPSI (1)

B. Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH1 DS :

DO:

-S:38 C

-Hb:10,6 gr%

-Konjungtiva anemis

DO :

Peningkatan suhu tubuh

Hipertermia

2 DS : -Keluarga klien mengatakan kejang 3 menit yang lalu

DO:

-Klien tampak kejang dan lenah

-Gelombang EEG abnormal

-Klien trampak rewel

Aktivitaas kejang Resiko cidera

B. Rencana Asuhan Keperawatan

33

Page 34: EPILEPSI (1)

34

Page 35: EPILEPSI (1)

(Rencana asuhan keperawatan, 262-268),

35

Page 36: EPILEPSI (1)

BAB IV

PENUTUP

a. Kesimpulan

Epilepsi adalah sindroma otak kronis dengan berbagai macam etiologi

dengan epilepsi-ciri timbulnya serangan paroksismal dan berkala akibat lepas

muatan listrik neron-neron otak secara berlebihan dengan berbagai manifestasi

klinik dan laboratorik.

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, tangal pengkajian, No register,

tanggal rawat dan penanggung jawab dan perawat mengumbpulkan informasi informasi

tentang riwayat kejang pasien. Pasien ditanyakan tentang faktor atau kejadian yang

dapat menimbulkan kejang. Asupan alkohol dicatat. Efek epilepsi pada gaya hidup

dikaji:

a.ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh gangguan kejang

b.pasien mempunyai program rekreasi atau Kontak sosial

c. pengalaman kerja

d.Mekanisme koping yang digunakan

e.Obsevasi dan pengkajian selama dan setelah kejang akan membantu dalam

mengindentifikasi tipe kejang dan penatalaksanaannya.

1. Selama serangan :

a. ada kehilangan kesadaran atau pingsan.

b. ada kehilangan kesadaran sesaat atau lena.

c. pasien menangis, hilang kesadaran, jatuh ke lantai.

d.disertai komponen motorik seperti kejang tonik, kejang klonik, kejang tonik-

klonik, kejang mioklonik, kejang atonik.

36

Page 37: EPILEPSI (1)

e. pasien menggigit lidah.

f.mulut berbuih.

g.ada inkontinen urin.

h.bibir atau muka berubah warna.

i.mata atau kepala menyimpang pada satu posisi.

j.Berapa lama gerakan tersebut, apakah lokasi atau sifatnya berubah pada satu sisi

atau keduanya.

k.ada keadaan yang mempresipitasi serangan, seperti demam, kurang tidur, keadaan

emosional.

l.penderita pernah menderita sakit berat, khususnya yang disertai dengan gangguan

kesadaran, kejang-kejang.

m. Apakah pernah menderita cedera otak, operasi otak.

n. Apakah makan obat-obat tertentu.

o.ada riwayat penyakit yang sama dalam keluarga

2. Sesudah serangan

a. pasien : letargi , bingung, sakit kepala, otot-otot sakit, gangguan bicara

b. ada perubahan dalam gerakan.

c.Sesudah serangan pasien masih ingat yang terjadi sebelum, selama dan sesudah

serangan.

d.terjadi perubahan tingkat kesadaran, pernapasan atau frekuensi denyut jantung.

e.Evaluasi kemungkinan terjadi cedera selama kejang.

3. Riwayat sebelum serangan

a. ada gangguan tingkah laku, emosi.

37

Page 38: EPILEPSI (1)

b. disertai aktivitas otonomik yaitu berkeringat, jantung berdebar.

c. ada aura yang mendahului serangan, baik sensori, auditorik, olfaktorik maupun

visual.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus epilepsy adalah sebagai berikut:

a.Hipertermia b/d Peningkatan suhu tubuh

b. Resiko cedera b/d aktivitas kejang.

c. Pola nafas tidak efektif, b/d kerusakan persepsi/kognitip.

d. Gangguan Harga diri rendah b/d persepsi tidak terkontrol.

e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit b/d kegagalan untuk berubah.

B. Saran

1. Diharapkan kepada mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan epilepsi.

2. Diharapkan kepada akademik agar dapat memberikan pembelajaran tentang

epilepsi secara spesifik.

3. Diharapkan kepada akademik agar dapat meningkatkan motivasi untuk

mengetahui rencana asuhan keperawatan epilepsi baik dirumah maupun

dilapangan.

38

Page 39: EPILEPSI (1)

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Epilepsi, 2008. www.google.com

Brunner and Sudarth, 2002. Buku ajar keperawatan medikal-bedah. Jakarta ; EGC

Doenges, marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta, EGC

Hidayat, 2009. Asuhan Keperawatan Epilepsi. www.google.com

Tarwoto,2007. Asuhan Keperawatan Epilepsi. www.google.com

Utopias, 2008. Asuhan Keperawatan Epilepsi. www.google.com

39