3. epilepsi
DESCRIPTION
epilepsi (kejang berulang)TRANSCRIPT
EPILEPSI
Dr Hermanto Swatan, Sp.S, FINS
Takrif/pengertian
epilepsi : - gangguan SSP yang ditandai
dg terjadinya bangkitan (seizure, fit, attack, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala
- kejadian kejang yang terjadi berulang (kambuhan)
Kejang : manifestasi klinik dari aktivitas neuron yang berlebihan di dalam korteks serebral
Manifestasi klinik kejang sangat bervariasi tergantung dari daerah otak fungsional yang terlibat
Profil EEG pada penderita epilepsi
Epidemiologi Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy
pada kondisi tanpa serangan, pasien terlihat normal dan semua data lab juga normal, selain itu ada stigma tertentu pada penderita epilepsy malu/enggan mengakui
Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama, menurun sampai umur 50 th, dan meningkat lagi setelahnya terkait dg kemungkinan terjadinya penyakit cerebrovaskular
Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18 th
Dampak penyakit
Aspek psikososial (masalah medik, psikologis, sosial, dan ekonomi
Aspek medik : meningkatnya biaya perawatan, perlunya tenaga terlatih yang terampil, fasilitas teknik dan tersedianya obat antiepilepsi (OAE)
Aspek ekonomi : terbatasnya lapangan kerja, meningkatnya pengangguran
Aspek psikologis : rasa cemas, kehilangan kepercayaan diri
Aspek sosial : stigma negatif tentang penyakit dan penderita
Prognosis
Prognosis umumnya baik, 70 – 80% pasien yang mengalami epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih separo pasien akan bisa lepas obat
20 - 30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi kronis pengobatan semakin sulit 5 % di antaranya akan tergantung pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari
Pasien dg lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami retardasi mental, dan gangguan psikiatri dan neurologik prognosis jelek
Penderita epilepsi memiliki tingkat kematian yg lebih tinggi daripada populasi umum
Lanjutan prognosis…
Penyebab kematian pada epilepsi : Penyakit yg mendasarinya dimana gejalanya
berupa epilepsi misal : tumor otak, stroke Penyakit yg tidak jelas kaitannya dg epilepsi
yg ada misal : pneumonia Akibat langsung dari epilepsi : status
epileptikus, kecelakaan sebagai akibat bangkitan epilepsi dan sudden un-expected death
Etiologi Epilepsi mungkin disebabkan oleh:
aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang mempengaruhi otak
gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di otak akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain
pada bayi penyebab paling sering adalah asfiksi atau hipoksia waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir, gangguan metabolik, malformasi congenital pada otak, atau infeksi
pada anak-anak dan remaja mayoritas adalah epilepsy idiopatik, pada umur 5-6 tahun disebabkan karena febril
pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi idiopatik, karena birth trauma, cedera kepala, tumor otak (usia 30-50 th), penyakit serebro vaskuler (> 50 th)
Patogenesis
Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak
Ketidakseimbangan bisa terjadi karena :
Kurangnya transmisi inhibitori Contoh: setelah pemberian
antagonis GABA, atau selama penghentian pemberian agonis GABA (alkohol, benzodiazepin)
Meningkatnya aksi eksitatori meningkatnya aksi glutamat atau aspartat
Central transmitter substances
Diagnosis Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami
serangan kejang secara berulang Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain
dari gejala, diperlukan berbagai alat diagnostik : EEG CT-scan MRI Lain-lain
A CT or CAT scan (computed tomography) is a much more sensitive imaging technique than X-ray, allowing high definition not only of the bony structures, but of the soft tissues.
Klasifikasi epilepsi
Berdasarkan tanda klinik dan data EEG, kejang dibagi menjadi : kejang umum
(generalized seizure) jika aktivasi terjadi pd kedua hemisfere otak secara bersama-sama
kejang parsial/focal jika dimulai dari daerah tertentu dari otak
Kejang umum terbagi atas: Tonic-clonic convulsion = grand mal
merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang, nafas terengah-engah,
keluar air liur bisa terjadi sianosis, ngompol, atau menggigit lidah terjadi beberapa menit, kemudian diikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala atau tidur
Abscense attacks = petit mal jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau awal remaja penderita tiba-tiba melotot, atau matanya berkedip-kedip, dengan
kepala terkulai kejadiannya cuma beberapa detik, dan bahkan sering tidak disadari
Myoclonic seizure biasanya tjd pada pagi hari, setelah bangun tidur pasien mengalami sentakan yang tiba-tiba jenis yang sama (tapi non-epileptik) bisa terjadi pada pasien normal
Atonic seizure jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan kekuatan otot jatuh, tapi bisa segera recovered
Petit mal
Kejang parsial terbagi menjadi : Simple partial seizures
pasien tidak kehilangan kesadaran terjadi sentakan-sentakan pada bagian tertentu
dari tubuh Complex partial seizures
pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: gerakan mengunyah, meringis, dll tanpa kesadaran
Kejang parsial
Sasaran TerapiMengontrol supaya tidak terjadi kejang dan meminimalisasi adverse effect of drug
mencegah atau menurunkan lepasnya muatan listrik syaraf yang berlebihan melalui perubahan pada kanal ion atau mengatur ketersediaan neurotransmitter
Strategi Terapi
Prinsip umum terapi epilepsi: monoterapi lebih baik mengurangi potensi
adverse effect, meningkatkan kepatuhan pasien, tidak terbukti bahwa politerapi lebih baik dari monoterapi dan biasanya kurang efektif karena interaksi antar obat justru akan mengganggu efektivitasnya dan akumulasi efek samping dg politerapi
hindari atau minimalkan penggunaan antiepilepsi sedatif toleransi, efek pada intelegensia, memori, kemampuan motorik bisa menetap selama pengobatan
jika mungkin, mulai terapi dgn satu antiepilepsi non-sedatif, jika gagal baru diberi sedatif atau politerapi
berikan terapi sesuai dgn jenis epilepsinya Memperhatikan risk-benefit ratio terapiPenggunaan obat harus sehemat mungkin dan
sedapat mungkin dalam jangka waktu pendek
mulai dengan dosis terkecil dan dapat ditingkatkan sesuai dg kondisi klinis pasien penting : kepatuhan pasien
ada variasi individual terhadap respon obat antiepilepsi perlu pemantauan ketat dan penyesuaian dosis
jika suatu obat gagal mencapai terapi yang diharapkan pelan-pelan dihentikan dan diganti dengan obat lain (jgn politerapi)
lakukan monitoring kadar obat dalam darah jika mungkin, lakukan penyesuaian dosis dgn melihat juga kondisi klinis pasien
Monitoring kadar obat dalam serum (TDM = Therapeutic Drug Monitoring )Tujuan : Untuk mengevaluasi kepatuhan penderita Menilai faktor farmakokinetika dan farmakodinamika obat
menelusuri kemungkinan apabila terjadi kegagalan terapi
Mengidentifikasi kadar obat yg efektif utk mengenali perubahan2 yg mungkin dpt menimbulkan kejang/bangkitan atau efek samping
Menentukan obat apa yg kemungkinan dpt menimbulkan efek toksik apabila digunakan lebih dari satu macam obat
Kendala :Fasilitas & biaya pemeriksaan laboratorium
Pendekatan monoterapi Tujuan utama : mengendalikan bangkitan epilepsi dg
satu jenis obat Obat yg dipilih adl obat yg terbaik atau paling sesuai
utk bangkitan tertentu dan penderita sendiri Apabila obat pertama jelas2 terbukti tdk efektif, maka
obat jenis kedua harus diberikan Penghentian obat pertama secara mendadak tidak
dianjurkan karena akan menimbulkan bangkitan ulang, penurunan dosis dianjurkan 20% dari dosis total harian setiap 5 kali waktu paroh obat
Dalam praktek pendekatan monoterapi mungkin sulit diterapkan secara konsisten mengingat perlu tenaga profesional, fasilitas laboratorium yg mendukung serta kerja sama yg baik antara penderita dan keluarga
Tatalaksana terapi Non farmakologi:
Amati faktor pemicuMenghindari faktor pemicu (jika ada),
misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
Farmakologi : menggunakan obat-obat antiepilepsi
Obat-obat anti epilepsiObat-obat yang meningkatkan inaktivasi kanal Na+:
Inaktivasi kanal Na menurunkan kemampuan syaraf untuk menghantarkan muatan listrik
Contoh: fenitoin, karbamazepin, lamotrigin, okskarbazepin, valproat
Obat-obat yang meningkatkan transmisi inhibitori GABAergik:
agonis reseptor GABA meningkatkan transmisi inhibitori dg mengaktifkan kerja reseptor GABA contoh: benzodiazepin, barbiturat
menghambat GABA transaminase konsentrasi GABA meningkat contoh: Vigabatrin
menghambat GABA transporter memperlama aksi GABA contoh: Tiagabin
meningkatkan konsentrasi GABA pada cairan cerebrospinal pasien mungkin dg menstimulasi pelepasan GABA dari non-vesikular pool contoh: Gabapentin
Pemilihan obat : Tergantung pada jenis epilepsinya
Kejang parsial
Kejang Umum (generalized seizures)
Tonic-clonic
Abscense Myoclonic, atonic
Drug of choice
Karbamazepin
FenitoinValproat
ValproatKarbamaz
epinFenitoin
Etosuksimid
Valproat
Valproat
Alternatives
LamotriginGabapentinTopiramatTiagabinPrimidon
Fenobarbital
LamotriginTopiramatPrimidon
Fenobarbital
Clonazepam
Lamotrigin
Klonazepam
Lamotrigin
TopiramatFelbamat
Diagnosa positif
Mulai pengobatan dg satu AEDPilih berdasar klasifikasi kejang
dan efek samping
Sembuh ?Ya
Efek samping dapat ditoleransi ?
TidakYa
Turunkan dosisKualitas hidupoptimal ?
Ya Tidak
Lanjutkan
terapi
Tidak
Efek samping dapat ditoleransi ?
Tingkatkan dosis
Turunkan dosisTambah AED 2
TidakYa
Sembuh? Hentikan
AED1Tetap
gunakanAED2
Pertimbangkan,Atasi dg tepat Ya Tidak
lanjutlanjut
ALGORITMA TATALAKSANA
EPILEPSI
lanjutan
Lanjutkan
terapi
Tidak sembuh
Tidak kambuhSelama > 2 th ?
ya tidak
Hentikan pengobatan
Kembali keAssesment
awal
Efek samping dapat ditoleransi ?
YaTidak
Hentikan AED yang tdk efektif,
Tambahkan AED2 yang lain
Tingkatkan dosisAED2, cek interaksi,
Cek kepatuhan
Sembuh ?
TidakYa
Lanjutkan terapi Rekonfirmasi diagnosis,Pertimbangkan pembedahan
Atau AED lain
Status epileptikus
= kejang umum yang terjadi selama 5 menit atau lebih atau kejadian kejang 2 kali atau lebih tanpa pemulihan kesadaran di antara dua kejadian tersebut
Merupakan kondisi darurat yg memerlukan pengobatan yang tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik permanen maupun kematian
EtiologiTipe 1
(tidak ada lesi struktural)
Infeksi Infeksi CNS Gangguan
metabolik Turunnya level AED Alkohol Idiopatik
Tipe 2 ( Ada lesi struktural)
Anoksia/hipoksia Tumor CNS CVA Overdose obat Hemoragi Trauma
Terapi ? Non-farmakologi:
Tanda-tanda vital dipantau Pelihara ventilasi Berikan oksigen Cek gas darah utk memantau asidosis
respiratory atau metabolik Kadang terjadi hipoglikemi berikan glukosa
Farmakologi : dengan obat-obatan
Algoritma tatalaksana pada status epileptikus
Profil obat
Karbamazepin (carbamazepin)Dimetabolisme di liver carbamazepin – 10,
11 – epoxide (metabolit aktif) AntikonvulsanNeurotoksisitas ES : mual, bingung, mengantuk, pandangan kabur, ataksia
ES jarang : agranulositosisKons serum meningkat linier dg dosis (beda
dg fenitoin)
FenitoinTerhidroksilasi di liver mell sistem penjenuhan enzim, kec metab bervariasi antar individuDiperlukan sampai 20 hari u mencapai kadar level stabil sesudah perub dosis shg perlu dicegah ↑ dosis secara gradual atau sampai tjd tanda gangg serebral (nistagmus, ataksia, pergerakan involuntar)Perlu monitoring kons serum scr ketat ↑ dosis kecil menghasilkan kadar toksik obat dlm serumES lain : hipertrofi gusi, jerawat, kulit berlemak, gambaran muka kasar dan hirsutism
LamotriginDapat digunakan dlm btk tunggal, spt
fenitoin dg ES <ES : pandangan kabur, bingung,
mengantukReaksi kulit serius terutama pd
anak kecil
FenobarbitalKmk sama efektifnya dg karbamazepin &
fenitoin pd pengobatan kejang tonik-klonik dan parsial, ttp ES sedatif >
Toleransi tjd pd pemakaian jangka panjang dan withdrawl scr tiba2 yg dpt memicu status epileptikus.
ES : simptom serebral (sedasi, ataksia, nistagmus), mengantuk (pd dws), dan hiperkinesia pd anak2
Primidon dimetab mjd metabolit aktif antikonvulsan, salah satunya adl fenobarbital
Vigabatrin, gabapentin, dan topiramatDigunakan sbg : “ add-on” drugs pd
penderita epilepsi yg tdk mencapai efek baik dg obat antiepilepsi lain
Vigabatrin sedikit / jarang digunakan krn dpt mengurangi daerah pandang (visual fields) sampai 1/3 penderita
Gabapentin & karbamazepin juga digunakan utk mengobati nyeri neuropatik (shooting & stabbing) yg krg berespon thdp analgesik konvensional
EthosuximideHanya efektif pd pengobatan kejang
mioklonik (tanpa efek kehilangan kesadaran)
ValproatKeuntungan : risiko sedatif <,
spektrum aktivitas luas & ES mual, peningkatan BB, perdarahan & rambut rontok relatif kecil
Kerugian utama : kdg2 respon idiosinkratik menyebabkan toksisitas hepatik parah / fatal
Benzodiazepin : ClonazepamAntikonvulsan poten, efektif pd
absences, tonic-clonic seizures & myoclonic seizures
Bersifat sedatif dan toleransi kuat dimana tjd pada pemberian oral yg lama
Pemberian obat antiepilepsi pada anak Terjadi defisiensi kognitif spesifik akibat : bangkitan
epilepsi, faktor etiologi, munculnya bangkitan pada usia dini, sering mengalami bangkitan, dan obat antiepilepsi
Pengaruh beberapa obat antiepilepsi : Fenobarbital →hiperaktif Fenitoin (dosis tinggi)→enselofati progresif, retardasi
mental dan penurunan kemampuan membaca Karbamazepin dan asam valproat →gangguan
kognitif ringan Valproat (dosis tinggi)→mengganggu fungsi motorik
Efek obat antiepilepsi pada anak Jurnal Pediatr Neurol. th 2006 : obat2
antiepilepsi (asam valproat, carbamazepin, oxcarbazepin) dapat menurunkan densitas tulang pada anak.
Perlu monitoring pemakaian jangka panjang pada anak, di samping perlu dipertimbangkan pemberian suplemen utk tulang.
Penatalaksanaan epilepsi pada lanjut usia Perlu pertimbangan : penyakit lain yg
menyertai, polifarmasi yg menyebabkan interaksi obat, perubahan fisiologi tubuh (absorpsi obat, ikatan protein, metabolisme dan eliminasi obat)
Prinsip terapi : dosis tunggal atau dua kali sehari, tidak ada efek samping atau minimal, tidak ada interaksi obat atau minimal, ikatan protein rendah, farmakokinetik linier, tidak berpotensi reaksi alergi atau idiosinkrasi, dan ada ketersediaan dlm bentuk parenteral
Pertimb pemakaian pd wanita Estrogen menghambat reseptor GABA,
mempotensiasi aktivitas glutaminergik Progesteron efeknya berlawanan dg
estrogen dan mempotensiasi aktivitas reseptor GABA & mengurangi kec neuronal discharge
Obat2 antiepilepsi terutama induser enzim metab hepatik juga pengaruhi hormon dg peningkatan metab hormon steroid & menginduksi produksi hormon seks terikat globulin shg menyebabkan penurunan fraksi hormon steroid yg tak terikat (unbond) mengurangi efikasi hormon
Contoh aplikasi klinis
Obat2 antiepilepsi gol enzym – inducer misal topiramat menyebabkan kegagalan oral kontrasepsi pd wanita shg perlu dosis oral kontrasepsi yg tinggi (≥ 50 μg)
Sedang valproat, BZ dan sebag besar antiepilepsi baru yg non enzyme – inducer
tidak punya efek tsbPd sebag besar wanita epilepsi
kecenderungan kejang meningkat pd masa menstruasi (catamenial seizures) dan saat ovulasi hal ini berhub dg progesteron withdrawl & perub rasio estrogen – progesteron, pada kondisi ini lebih baik dg obat antiepilepsi konvensional
Pada kehamilan
Akibat epilepsi pd kehamilan :Kejang maternal 25 – 30% penderitaKomplikasi kehamilanES pd fetus meliputi penyakit dan obat antiepilepsi
Kejang maternal akibat efek lgs pd seizures threshold dan penurunan kons obat antiepilepsi dlm serum terkait dg peningkatan klirens obat, protein binding, disposisi obat dll pd kehamilan
Efek obat antiepilepsi pd kehamilan malformasi kongenital
Barbiturat & fenitoin congenital heart malformation, orofacial clefts & malformasi lain
Valproat & carbamazepin spina bifida (neural tube defect) & hypospadiasES pd kehamilan yg bukan akibat obat antiepilepsi : hambatan pertumb, psikomotor, retardasi mental, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
KIE pada wanita epilepsi yg hamil Intake asam folat (~0,4 – 1 mg/hari) pd
prenatalmencegah efek teratogenik Obat antiepilepsi secara monoterapi, dosis
serendah mgk mengurangi efek teratogenik
Obat2 antiepilepsi yg lebih baru punya efek teratogenik <
Pemberian vit K pd bulan terakhir kehamilan dg dosis 10 mg oral setiap hari mencegah koagulopati
KIE pada ibu menyusui
Meski distribusi obat antiepilepsi dilaporkan rendah pada air susu, namun perlu diperhatikan efek pada bayi (sedasi, iritabilitas, poor feeding) terutama pada pemakaian barbiturat & benzodiazepin
Bagaimana pada wanita perimenopause Berpengaruh pd keparahan epilepsi
kmk krn fluktuasi hormon seks (terutama yg memiliki riwayat catamenial seizures)
Efek HRT juga belum jelas pd pengontrolan kejang, namun perlu monitoring timbulnya kejang pd pemberian suplemen estrogen
Penghentian pengobatan epilepsi Tergantung jenis bangkitan / kejang dan
prognosis epilepsi Jenis bangkitan untuk memperkirakan tingkat
kekambuhan, misalnya : Epilepsi absence atau petit mal →tingkat
kekambuhan rendah Berturut-turut makin tinggi tingkat kekambuhan :
klonik atau mioklonik, kejang tonik-klonik, parsial sederhana dan parsial kompleks, selanjutnya kejang yang terdiri dari lebih dari satu jenis
Jika terapi farmakologi gagal, bagaimana ? Perlu dipertimbangkan terapi operatif
(terutama utk epilepsi refrakter/kambuhan) Yang paling aman & efektif : reseksi lobus
temporal bagian anterior, jenis yang lain : reseksi korteks otak, hemisferektomi, pembedahan korpus kalosum, reseksi multilobar pada bayi
Lebih kurang 70-80% penderita yg mengalami operasi terbebas dari bangkitan, walaupun beberapa diantaranya harus tetap minum obat
selesai