case fix selalu
DESCRIPTION
ihuifyuviug;oifuTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intrauterine growth retardation (IUGR) berdasarkan definisinya terjadi bila
berat lahir dari bayi neonatus berada di bawah persentil ke sepuluh selama usia gestasi
tertentu. Keadaan ini penting karena dapat mengenali satu kelompok bayi kecil yang
berisiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas. Janin yang mempunyai
keterbelakangan dalam pertumbuhan sangat rentan terhadap masalah-masalah
kesehatan seperti aspirasi mekonium, asfiksia, polisitemia, hipoglikemia dan mungkin
dapat mengalami keterbelakangan mental. Pengenalan dini pada keterbelakangan
pertumbuhan ini menawarkan peluang untuk dapat meminimalkan efek buruk dari
banyak komplikasi ini.
IUGR adalah janin dengan berat badan kurang atau sama dengan10 persentil,
atau lingkaran perut ≤ 5 persentil atau FL/AC > 24. Dimana FL adalah Femur Length
dan AC adalah Abdominal Length.FL dan AC dapat diukur menggunakan USG.
Prevalensi IUGR adalah 3 ± 10 % di dunia. Di Indonesia, pada penelitian
pendahuluan pada tahun 2004-2005, prevalensinya adalah 4,4 %. Morbiditas dan
mortalitas perinatal kehamilan dengan IUGR lebih tinggi daripada kehamilan normal.
Mortalitas perinatal bayi – bayi dengan IUGR 7 -8 kali lebih tinggi daripada bayi
normal. Kira-kira 26% kejadian lahir mati berhubungan dengan IUGR. IUGR
disebabkan oleh faktor fetal, faktor plasenta, dan faktor maternal. Faktor fetal adalah
kelainan kromosom, malformasi kongenital, kehamilan multipel.Faktor maternal
adalah malnutrisi, infeksi maternal, gangguan aliran uteroplasenta, riwayat obstetrik
jelek, hipoksia kronis, faktor uterin, kelainan ginjal, dan lingkungan.
1.2 Tujuan Umum
Laporan Kasus ini dibuat untuk memenuhi syarat ujian di bagian ilmu
Obstetrik dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Selain itu
laporan kasus ini juga di harapkan bisa bermanfaat bagi semua pembacanya. Dengan
2
membaca laporan kasus ini di harapkan bisa menambah pengetahuan bagi para
pembaca tentang “Intrauterine Growth Retardation (IUGR)”.
1.3 Rumusan Masalah
Intrauterine Growth Retardation (IUGR) sangat penting untuk kita ketahui sebagai
dokter. Berdasarkan latar belakang di atas, saya akan merumuskan beberapa masalah
yaitu:
1. Bagaimana Pertumbuhan Janin Normal?
2. Apa Definisi Intrauterine Growth Retardation(IUGR)?
3. Apa saja Klasifikasi Intrauterine Growth Retardation(IUGR)?
4. Apa Epidemiologi Intrauterine Growth Retardation(IUGR)?
5. Apa saja etiologi Intrauterine Growth Retardation(IUGR)?
6. Bagaimana Patofisiologi Intrauterine Growth Retardation(IUGR)?
7. Bagaimana cara diagnosis Intrauterine Growth Retardation(IUGR)?
8. Apa saja Komplikasi Intrauterine Growth Retardation(IUGR)?
9. Bagaimana tatalaksana Intrauterine Growth Retardation(IUGR)?
10. Apa prognosis Intrauterine Growth Retardation(IUGR)?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan Janin Normal
Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola dari jaringan dan pertumbuhan
organ, diferensiasi dan pematangan yang ditentukan oleh tersedianya substrat
pertumbuhan dari ibu, transfer substrat tersebut oleh plasenta dan potensi pertumbuhan
janin yang diatur oleh genom. Meskipun banyak faktor telah terlibat dalam proses
pertumbuhan janin, mekanisme seluler dan molekuler yang tepat dimana pertumbuhan
janin yang normal terjadi tidak dipahami dengan baik. Dalam kehidupan janin awal
penentu utama pertumbuhan adalah genom janin, tetapi kemudian pada kehamilan
pengaruh lingkungan, dan hormonal menjadi semakin penting. (Cunningham, 2006)
Misalnya ada bukti bahwa insulin dan insulin like growth faktor-1 (IGF-1) and
IGF-II memiliki peran dalam regulasi pertumbuhan janin dan berat badan. Insulin
disekresikan oleh sel sel pankreas janin terutama pada paruh kedua kehamilan dan
diyakini untuk merangsang pertumbuhan somatik dan adipositas. The IGFs diproduksi
oleh hampir semua organ janin dimulai pada awal perkembangan. Mereka adalah
stimulator poten dari pembelahan sel dan diferensiasi. Kadar serum janin dari IGF-I,
IGF-II dan insulin semuanya berhubungan dengan pertumbuhan janin dan berat badan.
Dalam serum tali IGF-I berkorelasi dengan berat lahir. Selain itu polimorfisme pada
gen IGF-I dapat berhubungan dengan berat badan lahir rendah (Cunningham, 2006)
Sejak penemuan gen obesitas dan produk proteinnya, leptin, yang di sintesis di
jaringan adiposa, telah ada minat untuk meneliti lebih dalam serum leptin ibu dan
janin. Konsentrasi janin meningkat selama dua trimester pertama dan mereka
berkolerasi dengan berat lahir. (Cunningham, 2006)
Pertumbuhan janin juga tergantung pada pasokan nutrisi. Ketersediaan glukosa
ibu baik yang berlebihan dan yang kekurangan pada janin mempengaruhi pertumbuhan
4
janin. Glikemia berlebihan menghasilkan makrosomia, sedangkan kekurangan kadar
glukosa telah dikaitkan dengan pembatasan pertumbuhan janin. Memang bayi
makrosomia ibu yang diabetes adalah contoh protipikal efek pasokan glukosa yang
berlebihan. Karakteristik bayi ini termasuk juga hiperinsulinisme janin dan tingkat
peningkatan IGF-I dan IGF-II. (Cunningham, 2006)
2.2. Definisi IUGR
Pertumbuhan janin yang normal melibatkan hiperplasia dan hipertrofi pada
tingkat sel. Gangguan dinamika pertumbuhan janin dapat menyebabkan berkurangnya
jumlah sel, ukuran sel atau keduanya, akhirnya mengakibatkan berat badat badan
abnormal, massa tubuhm dan proporsi badan saat lahir. (Gabbe, 2012)
Pada tahun 1919 ketika Ylppo adalah yang pertama mendefinisikan gangguan
perkembangan janin dibawah 2500 gram sebagai “prematur”. Dengan munculnya
USG, study pertumbuhan janin diperpanjang ke periode prenatal. Terminologi untuk
mengklasifikasikan pertumbuhan janin telah secara khusus berkembang selama empat
dekade terakhir. Dari tahun 1960, pertumbuhan telah diklasifikasikan oleh berat badan.
Nilai Berat Bayi Lahir Rendah (<2500 gram), Berat lahir Sangat Rendah
(VLBW,<1500 gram), Berat lahir Ekstrem rendah (<1000 gram), atau makrosomia
(>4000gram). Selanjutnya study Lubchencho, Usher, Battaglia dan lain lain
menunjukkan bahwa hanya perbandingan dari berat badan lahir yang sebenarnya
dengan berat yang diharapkan dalam populasi pada usia kehamilan yang sama
diidentifikasi sebagai very small for genstational age (VSGA<3rd percentile), small for
genstational age (SGA<10th percentile), Appropriate genstational age (AGA: 10th -90th
persentile), atau Large for genstational age (LGA:>90th percentile) (Gabbe, 2012).
Meskipun persentil berat lahir baik dalam mengidentifikasi neonatus kecil,
namun gagal untuk memperhitungkan proporsionalitas pertumbuhan dan potensi
pertumbuhan individu. Oleh karena itu, neonatus yang memiliki persentil berat lahir
normal tetapi memiliki proporsi tubuh yang tidak normal sebagai akibat dari
keterlambatan pertumbuhan mungkin terlewatkan. Demikian pula, persentil berat lahir
tidak membedakan antara neonatus kecil yang biasanya tumbuh sesuai potensi genetik,
dan neonatus kecil yang terjadi karena proses patologis. Deteksi massa tubuh normal,
5
atau proporsi, adalah berdasarkan pengukuran antropometri dan rasio yang relatif
independen dari jenis kelamin. (Gabbe, 2012).
ponderalindeks= berat lahir (g ) x 100panjang kepala−tumit (cm)3
Indeks ponderal memiliki akurasi tinggi untuk identifikasi IUGR dan
makrosomia. Indeks ponderal berkolerasi dengan morbiditas perinatal dan mortalitas
dari percentile berat badan. Klasifikasi pertumbuhan abnormal selama hidup janin
menandai kemajuan yang signifikan karena membuka kemungkinan deteksi prenatal
yang mengarah ke pencegahan atau terapi pengelolaan. Konsep persentil telah diadopsi
untuk biometri janin pada USG. Demikian parameter kepala, perut, dan pertumbuhan
tulang terkait dengan rentang referensi berbasis populasi. Prenatal yang di diagnosis
IUGR berdasarkan USG biometri dijelaskan secara rinci di bawah. (Gabbe, 2012).
Indeks ponderal dapat mengidentifikasi neonatus yang memiliki jumlah
jaringan lunak sidikit terbukti dengan hilangnya jaringan subkutan dan massa otot,
meskipun berat lahir adalah normal untuk usia kehamilan. Neonatus dengan indeks
ponderal dibawah 10 persentil untuk usia kehamilan mungkin mendertia malnutrisi
dalam rahim. Misalnya janin 2900 gram lahir di kehamilan 38 minggu akan lebih besar
(misalnya, 3500 gram) dalam kondisi gizi normal. Bayi mungkin dapat diidentifikasi
memiliki IUGR dengan menggunakan indeks ponderal pada kondisi ini. (Reece, 2007)
Dalam sebuah penelitian oleh weiner dan Robinson, hasil diagnosa sonografi
dibandingkan dengan indeks Ponderal postnatal. (Reece, 2007) Hasil penelitian
menunjukkan bahwa 40% bayi dengan Small for Gestational Age (SGA)
diidentifikasikan oleh persentil berat lahir tidak pertumbuhan dibatasi menurut indeks
ponderal. Sebaliknya, 53% dari neonatus didiagnosa sebagai IUGR oleh indeks
ponderal postnatal yang rata rata usia kehamilan menurut persentil berat lahir mereka.
Karena pentingnya diagnosis antenatal IUGR adalah untuk mengidentifikasi orang
orang yang berisiko tinggi untuk intrapartum dan komplikasi neonatal. Ponderal indeks
lebih terkait pada morbiditas dan mortalitas perinatal daripada persentil berat lahir.
Oleh karena itu akan berguna untuk menggunakan indeks ponderal dalam upaya untuk
6
mendiagnosa IUGR didalam rahim. Sayangnya, saat ini belum ada metode praktis
untuk mengevaluasi indeks ponderal dalam rahim. Oleh karena itu, definisi IUGR
yang paling umum digunakan adalah janin yang berat dibawah persentil ke-10 untuk
usia kehamilan. Indeks lain, panjang kepala-tumit, telah digunakan untuk
mengevaluasi ukuran neonatal. (Reece, 2007)
2.3. Klasifikasi IUGR
Secara klinis, terdapat tiga kategori IUGR, masing masing mencerminkan
waktu onset dari proses patologis. (Reece, 2007)
7
Tabel 1: Kemungkinan perkembangan IUGR. (Reece, 2007)
2.3.1 Tipe 1 atau IUGR simetrik.
Tipe 1 IUGR mengacu pada bayi dengan potensi pertumbuhan menurun. Jenis
IUGR dimulai awal kehamilan, dan seluruhnya sesuai SGA. Kepala dan lingkar perut,
panjang badan dan berat badan semua dibawah persentil ke10 untuk usia kehamilan.
Namun, tipe 1 IUGR memiliki indeks Ponderal normal. (Reece, 2007)
Tipe 1 IUGR merupakan akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal
kehamilan. Tahap awal perkembangan embrio-janin ditandai dengan mitosis aktif dari
kehamilan 4-20 minggu dan disebut hiperplasia stage. Setiap proses patologis pada
stadium ini dapat menyebabkan berkurangnya jumlah sel pada janin. Symmetric IUGR
menyumbang 20-30% dari IUGR. Kondisi ini akibat dari penghambatan mitosis,
seperti yang terjadi pada ijfeksi intrauterine (misalnya, herpes simplex, rubella,
cytomegalovirus, dan toksoplasmosis), gangguan kromosom dan cacat bawaan. Harus
diingat bahwa, bagaimanapun janin kecil simetris dapat secara konstitusional dan tidak
menderita kelainan apapun. (Reece, 2007)
Secara umum, IUGR tipe 1 dikaitkan dengan prognosis buruk, ini dikarenakan
hubungan langsung dengan kondisi patologis yang menyebabkannya. Dengan tidak
8
adanya faktor maternal yang dapat diidentifikasi dan USG treteksi kelainan, sekitar
25% dari janin dievaluasi buruk, early onset pada IUGR memiliki aneuploidi. Karena
itu, kinerja pengambilan sampel darah tali pusat perkutan sangat disarankan untuk
mencari kelainan karotipe. (Reece, 2007)
2.3.2 Tipe 2 atau IUGR asimetrik
Tipe 2 atau asimetris, IUGR mengacu pada neonatus dengan IUGR dan paling
sering disebabkan oleh uteroplasenta insufficiency. Tipe 2 IUGR adalah hasil dari
pertumbuhan lebih buruk dari tipe 1 dan biasanya setelah usia kehamilan 28 minggu.
Seperti yang ditunjukkan oleh verheer pada akhir trimester kedua, pertumbuhan janin
normal , pertumbuhan ditandai dengan proses hipertrofi. Didalam tahap hipertrofik,
ada peningkatan pesat dalam ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang, dan
jaringan lain. Pada fase ini, proses hiperplasia menurun (gambar 2). IUGR Simetris
memiliki jumlah sel yang mendekati normal, tetapi sel sel ini menurun dalam bentuk
ukuran. Pada IUGR asimetris memiliki indeks ponderal rendah dengan dibawah berat
badan bayi rata rata tetapi lingkar kepala normal (HC) dan panjang janin normal.
Dalam kasus ini IUGR asimetris, pertumbuhan janin normal sampai akhir trimester
kedua atau awal trimester ketiga, sehingga pertumbuhan kepala tetap normal,
sedangkan perut pertumbuhan melambat (efek brain sparing). Asimetri ini hasil dari
mekanisme kompensasi janin yang merespon keadaan perfusi plasenta yang buruk.
Redistribusi cardiac output janin terjadi dengan peningkatan aliran ke otak, jantung,
dan adrenal dan penurunan penyimpanan glikogen dan massa hati. Namun, jika
insufisiensi plasenta diperburuk selama akhir kehamilan, pertumbuhan kepala dapat
stagnan, dan ukurannya dapat turun dibawah kurva pertumbuhan normal. Diperkirakan
70-80% janin IUGR adalah IUGR tipe 2. Bentuk IUGR sering dikaitkan dengan
penyakit ibu seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal, diabetes mellitus dengan
vaskulopati, dan lain lain (Reece, 2007)
9
Gambar.2 : Jumlah sel dan tingkat mitosis dalam kaitannya dengan pertumbuhan
embrio-janin. Berat badan embrio lambat meskipun tingkat mitosis sangat tinggi. Di
sekitar minggu 16-20 kehamilan, massa sel janin tercapai. Setelah itu, bagaimanapun
mitosis diperlambat (diferensiasi dan fungsi organ). Meskipun melambat, divisi dari
sejumlah besar sel sel janin menghasilkan kenaikan berat janin yang cepat
2.3.3 Intermediet IUGR.
Intermediet IUGR mengacu pada pembatasan pertumbuhan itu adalah
kombinasi antara IUGR tipe 1 dan 2. Yang terjadi pada pertumbuhan janin pada
intermediet IUGR paling mungkin terjadi selama fase tengah pertumbuhan janin- yang
hiperplasia dan hipertrofi yang sesuai dengan kehamilan 20-28 minggu. Pada tahap ini,
terjadi penurunan di tingkat mitosis dan peningkatan keseluruhan progresif ukuran sel.
10
Bentuk IUGR kurang umum daripada tipe 1 dan 2. Diperkirakan merupakan 5-10%
dari semua kejadian IUGR. Hipertensi kronis, lupus nefritis, atau penyakit pembuluh
darah ibu, dan mulai di awal trimester kedua dapat mengakibatkan Intermediet IUGR
dengan pertumbuhan simetris dan tidak ada brain-sparing effect. (Reece, 2007)
2.4. Epidemiologi IUGR
Di negara berkembang angka IUGR kejadian berkisar antara 2%-8% pada bayi
dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka kejadian
untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan IUGR. (Chatelain, 2010)
Sekitar 40% janin tersebut konstitusinya kecil dengan risiko morbiditas dan
mortalitas perinatalnya yang tidak meningkat. 40% IUGR karena perfusi plasenta yang
menurun atau insufisiensi uteroplasenta, dan 20 % hambatan pertumbuhan karena
potensi tumbuh yang kurang. Potensi tumbuh yang kurang disebabkan oleh kelainan
genetik atau kerusakan lingkungan. Tidak semua IUGR adalah kecil masa kehamilan
dan tidak semua KMK menderita IUGR. Terminologi “kecil untuk masa kehamilan”
adalah berat badan bayi yang tidak sesuai dengan masa kehamilan dan dapat muncul
pada bayi cukup bulan atau prematur. Hanya 15% KMK terjadi karena IUGR. IUGR
bervariasi antara 3-10%. Kematian perinatal adalah 7 – 8 kali lebih besar dari bayi
normal. Kematian intrauterin terjadi pada 26 % IUGR. (Chatelain, 2010)
2.5. Etiologi IUGR
Mekanisme yang tepat dimana berbagai kondisi mengganggu plasentasi normal
dan berujung pada IUGR sangat penting. Syarat syarat yang menghasilkan IUGR
secara luas terdiri dari faktor ibu, rahim, plasenta, dan gangguan janin. Kondisi ini
mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dengan mempengaruhi nutrisi dan
pengiriman oksigen ke plasenta (faktor ibu), nutrisi dan transfer oksigen di plasenta
(faktor plasenta), dan serapan nutrisi janin atau peraturan dari proses pertumbuhan
(faktor janin). Dalam praktek klinis, mungkin, mungkin ada cukup tumpang tindih
antara kondisi yang menentukan manifestasi, perkembangan, dan hasil. Penyebab ibu
11
dari pembatasan pertumbuhan janin meliputi penyakit vaskular seperti gangguan
hipertensi kehamilan, vaskulopathy diabetes, penyakit ginjal kronik, kolagen vaskular
disease, dan trombofilia. Penurunan terkait aliran darah uteroplasenta bertanggung
jawab untuk sebagian besar manifestasi klinis yang ditemui pada IUGR. (Gabbe,
2012).
Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian IUGR dapat dibedakan atas:
(Reece, 2007)
Faktor plasenta : -Infark plasenta
-Solusio plasenta
-Plasenta Previa
-Kelainan pembuluh darah plasenta
-Insersi velamentosa
-Korioangioma
-Plasenta sirkumvalata
Faktor ibu : -Faktor konstitusi
-Faktor nutrisi
-Kondisi hipoksia
-Problem vaskular: -Hipertensi kronis
-Preeklamsi
-Anti Phospholipid
Syndrome
-IDDM
-Penyakit kolagen
-Penyakit ginjal
-Faktor lingkungan: -Merokok
-Penggunaan obat-obatan
-Dataran tinggi
-Riwayat obstetri buruk:
-Riwayat IUGR
12
-Riwayat lahir mati
-Riwayat prematur
Faktor Janin : -Kelainan kromosom: -Trisomi 13, 18 dan 21
-Sindroma turner
-Malformasi janin: -Anensefal
-Kelainan jantung
-Hernia diafragma
-Kelainan ginjal
-Kehamilan multifetus
-Infeksi janin: -Rubela
-CMV
-Varicella-zoster
Pada kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta yang
abnormal, pasokan oksigen, nutrisi dan pengeluaran hasil metabolik menjadi abnormal.
Janin menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada trimester akhir, sehingga timbul
IUGR asimetrik, yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil daripada lingkar kepala.
Penyebab IUGR simetrik ialah faktor janin (kelainan genetik seperti trisomi) atau
lingkungan uterus yang kronik (diabetes, hipertensi). Gangguan pada jenis asimetrik
lebih parah dan lebih banyak menimbulkan kematian. Untungnya, IUGR asimetrik
lebih jarang ditemukan. (Reece, 2007)
Pertumbuhan janin pada trimester pertama ditandai terutama oleh hiperplasia
(pertumbuhan jumlah sel), pada trimester kedua dengan kombinasi hiperplasia dan
hipertrofi (pertumbuhan ukuran sel yang ada), dan pada trimester ketiga terutama oleh
hipertrofi. Jika gangguan terjadi pada paruh pertama kehamilan di mana hiperplasia
mendominasi, semua jumlah sel janin dapat dikurangi dan menyebabkan janin kecil
yang simetris proporsional. Artinya, somatik dan pertumbuhan otak keduanya akan
berkurang. (Reece, 2007)
13
2.6. Patofisiologi IUGR
Pada kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta yang
abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi dan pengeluaran hasil metabolic menjadi
abnormal. Janin menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada trimester akhir sehingga
timbul IUGR yang asimetrik yaitu lingkar perut jauh lebih kecil dari pada lingkar
kepala. Pada keadaan yang parah mungkin akan terjadi kerusakan tingkat seluler
berupa kelainan nucleus dan mitokondria.(Prawiroharjo, 2013)
Pada keadaan hipoksia, produksi radikal bebas di plasenta menjadi sangat
banyak dan antioksidan relative kurang ( misalnya : preeklamsia ) akan menjadi lebih
parah. Soothil dan kawan-kawan (1987) telah melakukan pemeriksaan gas darah pada
IUGR yang parah dan menemukan asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemi dan
eritroblastosis. Kematian pada jenis asimetris lebih parah jika dibandingkan dengan
simetris. (Prawiroharjo, 2013)
Pada kelainan sirkulasi uteroplasenta akibat dari perkembangan plasenta yang
abnormal, pasokan oksigen, masukan nutrisi, dan pengeluaran hasil metabolik menjadi
abnormal. Janin menjadi kekurangan oksigen dan nutrisi pada trimester akhir sehingga
timbul IUGR yang asimetrik yaitu lingkar perut yang jauh lebih kecil daripada lingkar
kepala. Pada keadaan yang parah mungkin akan terjadi kerusakan tingkat seluler
berupa kelainan nukleus dan mitokondria. Pada keadaan hipoksia, produksi radikal
bebas di plasenta menjadi sangat banyak dan antioksidan yang relatif kurang
(misalnya: preeklampsia) akan menjadi lebih parah. Soothill dan kawan-kawan (1987)
telah melakukan pemeriksaan gas darah pada IUGR yang parah dan menemukan
asidosis dan hiperkapnia, hipoglikemia, dan eritroblastosis. Kematian pada jenis
asimetrik lebih parah jika dibandingkan dengan simetrik. (Prawiroharjo, 2013)
Penyebab yang mendasari IUGR bervariasi termasuk diantaranya kelainan
kariotipe, anomali kongenital, atau infeksi kongenital. Penyakit ibu, kondisi obstetri,
atau patologi pada plasenta menyebabkan terjadinya insufisiensi uteroplasenta yang
menyebabkan janin kecil yang asimetris. Selain itu, terdapat dampak pada hipertrofi
yang terjadi di akhir kehamilan dan terutama mempengaruhi penumpukan lemak dan
14
glikogen hati. Penurunan cadangan glikogen hati mengurangi ukuran hati dan
menyebabkan peningkatan lingkar kepala terhadap lingkar perut sehingga
pertumbuhan menjadi asimetris. Penyebab IUGR simetrik ialah faktor janin atau
lingkungan uterus yang kronik (diabetes, hipertensi). Faktor janin ialah kelainan
genetik (aneuplodi), umumnya trisomi 21, 13, dan 18. Secara keseluruhan ternyata
IUGR hanya 20% saja yang asimetrik pada penelitian terhadap 8.722 di Amerika.
(Prawiroharjo, 2013)
Patofisiologi uteroplacental IUGR
Gangguan aliran darah uteroplasenta
Berkurangnya masukan nutrisi (glukosa, oksigen, asam amino, growth factors) ke
janin
Pertumbuhan janin mulai berkurang
Permintaan nutrisi, oksigen dan energi melebihi suplai yang ada sehingga
menyebabkan hipoksia, asidosis, dan kematian
Perubahan dalam pemeriksaan janin antepartum:
1. Rasio sistolik/diastolik umbilikal bertambah seiring bertambahnya resitensi
vaskular plasenta
2. Pertumbuhan janin pada ultrasound lambat atau berhenti
3. Oligohidramnion berkembang karena berkurangnya perfusi ginjal janin
4. Kehilangan variabilitas denyut jantung janin
5. Janin mati
2.7. Diagnosis IUGR
IUGR adalah sindrom yang ditandai oleh kegagalan janin untuk mencapai
potensi pertumbuhannya dengan konsekuensi yang terkait dengan gangguan yang
mendasarinya sebagai serta tingkat keparahan penyakit janin. Karena IUGR mungkin
banyak etiologi yang mendasarinya. Yang terdiri dari faktor ibu, insufisiensi plasenta,
aneuploidi, sindrom nonaneupleud dan infeksi virus. Untuk konseling pasien yang
15
tepat dan pilihan pilihan manajemen, evaluasi prenatal perlu menilai ukuran janin,
menggunakan pendekatan diagnosis yang ditujukan untuk mengidentifikasi penyebab.
2.7.1 Pengukuran Fetal Biometri
Kriteria ultrasound telah muncul sebagai standar diagnostik digunakan dalam
identifikasi IUGR. Untuk tujuan ini pengukran sonografi tulang janin dan struktur
lunak terkait untuk referensi rentan pada kehamilan. Padas tahun 1964, wilcocks dan
rekan pertama kali ditunjukkan korelasi antara pengukuran ultrasound kepala janin dan
perat lahir. Campbell dan Dewhurst menerbitkan deskripsi sonografi pertama IUGR
dengan analisis mereka dari perubahan biparietal diameter (BPD) dari waktu ke waktu.
Campbell dan wilkin, adalah yang pertama menghubungkan gabungan
pengukuran dari BPD dan AC untuk berat lahir. Pengukuran tambahan yang terutama
digunakan dalam praktek klinis saat ini termasuk Head circumference (HC) dan Femur
Length(FL). Pengukuran langsung sekunder termasuk transversal cerebellar diameter
(TCD) dan Humerus Length (HL). Variabel yang paling penting dihitung pada USG
adalah perkiraan berat janin. Banyak peneliti telah mengidentifikasi parameter USG
janin yang berguna dala perhitungan perkiraan berat janin. Semua teknik
menggabungkan indeks ukuran perut sebagai variabel untuk estimasi berat janin.
Estimasi akurat dari pertumbuhan janin membutuhkan pengetahuan tentang
usia kehamilan sebagai titik acuan untuk menghitung persentilnya. Estimated date of
confinement (EDC) didasarkan pada menstruasi terakhir ketika estimasi sonografi usia
kehamilan adalah dalam kesalahan prediksi (7 hari pertama dan 14 hari pada trimester
kedua, dan 21 hari di trimester ketiga). Setelah EDC diatur dengan metode ini atau
USG trimester pertama
Pemeriksaan Ultrasonografi
Bila terduga telah ada hambatan pertumbuhan janin misalnya karena pada
kehamilan itu terdapat faktor-faktor risiko seperti hipertensi, pertambahan berat badan
ibu hamil tidak mencukupi atau tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia kehamilan,
ibu hamil dengan penyakit diabetes melitus dengan komplikasi vaskular, maka
pemeriksaan lanjutan dengan uji yang lebih sensitif perlu dilakukan untuk konfirmasi.
Kriteria USG untuk Intrauterin growth retardation(IUGR) terutama peningkatan rasio
16
panjang femur dari lingkaran perut, peningkatan lingkar kepala dari lingkar perut dan
oligohidramnion. Telah diketahui terdapat korelasi yang baik antara pengukuran tinggi
fundus uteri dengan beberapa antropometri janin seperti diameter biparietal (DBP) atau
lingkaran perut (LP) janin (r : 0,8). (Cunningham, 2009)
Pemerikasaan dengan ultrasound real time akan bisa membedakan IUGR
asimetri dengan IUGR simetris, selain itu dapat pula mengukur berat janin, gangguan
pertumbuhan kepala, kelainan kongenital dan oligohidramnion. Jika usia kehamilan
dapat diketahui dengan pasti, maka beberapa antropometri janin seperti DBP, lingkatan
kepala, panjang femur dan LP akan dapat memberikan kontribusi menguatkan
diagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin dan menetapkan beratnya atau tingkat
gangguan pertumbuhan. DBP kepala janin baik sekali sebagai alat bantu menetapkan
usia kehamilan dalam trimester kedua karena kesalahannya relatif sangat kecil pada
waktu ini, dan terdapat korelasi yang dekat sekali antara DBP dengan usia kehamilan,
tetapi korelasi DBP dengan usia kehamilan makin berkurang pada usia kehamilan yang
lebih lanjut, semakin tua usia kehamilan semakin kurang tepat usia kehamilan bila di
ukur pada DBP. Pada pasien yang diduga mengalami IUGR, pengukuran kepala janin
harus telah dimulai pada usia kehamilan 16 sampai 20 minggu, karena standar error
pengukuran DBP sekitar 2 mm dan pertumbuhan DBP sekitar 1,5 mm perminggu
dalam trimester terakhir, maka pengukuran DBP serial dalam trimester ketiga tidak
dapat memberi kontribusi yang baik untuk memantau hambatan pertumbuhan
intrauterin. (Cunningham, 2009)
17
Tabel 1: BPD, FL, HC, dan AC sesuai usia gestasi
Untuk maksud mendiagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin lebih baik
dipergunakan perbandingan ukuran (ratio) antara Lingkar Kepala (LK) dan Lingkaran
Perut (LP) yang sekaligus dapat membedakan hambatan pertumbuhan intrauterin
simetris dan asimetris. Ratio LK/LP bertambah kecil semakin tua usia kehamilan. Pada
usia kehamilan sampai dengan 32 minggu LK >LP, pada usia kehamilan antara 32
minggu sampai 36 minggu ukuran keduanya sebanding LK = LP, dan setelah
kehamilan berusia 36 minggu keatas LK < LP. Jadi pada hambatan pertumbuhan
intrauterin asimetris terdapat ratio LK/LP lebih besar daripada yang seharusnya
menurut usia kehamilan. Bila diagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin telah
18
ditegakkan, maka pengukuran DBP akan membantu memonitor pertumbuhan otak
janin dan mencegah disfungsi susunan saraf pusat yang terjadi bilamana pertumbuhan
DBF tidak bertambah lagi. (Cunningham, 2009)
2.7.2 Penilaian volume cairan ketuban
Pada hambatan intrauterin
terutama pada kehamilan dengan
hipertensi sering disertai dengan
oligohidramnion. Oligohidramnion
dapat mengakibatkan tali pusat terjepit
dan kematian janin dapat terjadi
dengan tiba-tiba. Oleh sebab itu
penilaian volume cairan ketuban perlu
dipantau dari minggu ke minggu
dengan menggunakan USG. Penilaian
volume cairan ketuban dengan USG
bisa dengan cara mengukur
kedalaman cairan ketuban yang paling panjang pada satu bidang vertikal atau dengan
cara menghitung indeks cairan ketuban.Pada cara I, jika kedalaman cairan ketuban
yang terpanjang kurang dari 2 cm, merupakan tanda telah terdapat oligohidramnion
dan janin yang sedang mengalami kegawatan, kehamilan perlu segera di terminasi.
Sebaliknya jika panjang kolom dari cairan ketuban berukuran > 8 cm merupakan tanda
polihidramnion.Pada cara II , uterus dibagi dalam 4 kuadran melalui bidang sagital dan
vertikal yang dibuat keduanya melalui pusat. Kolom cairan ketuban yang terpanjang
dari tiap kuadran di jumlahkan. Bila penjumlahan panjang kolom cairan ketuban < 5
cm merupakan tanda oligohidramnion, bila panjangnya berjumlah antara 18 – 20 cm
merupakan tanda polihidramnion.(Krisnadi, 2005)
Hubungan antara hambatan pertumbuhan janin yang patologis dan
oligohidramnion telah lama diketahui. Chauchan dkk., (2007) menemukan
oligohidramnion pada kurang dari 10% kehamilan yang dicurigai mengalami
hambatan pertumbuhan, tapi kelompok perempuan ini berpeluang dua kali lebih besar
19
untuk pelahiran caesar akibat pola denyut jantung janin yang tidak stabil. Gambar
disamping menunjukkan semakin kecil kantong cairan amnion, semakin besar angka
kematian perinatal. Satu kemungkinan penjelasan untuk oligohidramnion adalah
kekurangan produksi urin janin akibat hipoksia dan penurunan aliran darah ginjal.
Ketika oligohidramnion dan IUGR sudah teridentifikasi dari biometri janin,
pemeriksaan Doppler arteri umbilikalis dapat dilakukan. (Krisnadi, 2005)
2.7.3 Pemeriksaan Doppler Velosimetri
Hasil velosimetri Doppler pada arteri umbilikalis yang abnormal-ditandai oleh
tidak adanya atau berbaliknya aliran diastolik akhir-secara unik terkait dengan
hambatan pertumbuhan janin. Perubahan-perubahan dini pada plasenta berdasarkan
hambatan pertumbuhan terdeteksi dalam pembuluh darah perifer seperti pada arteri
umbilikalis dan arteri cerebri media. Perubahan lebih lanjut ditandai oleh aliran darah
abnormal pada duktus venosus dan aorta, serta aliran darah keluar pada pembuluh
darah paru. Ataupun berbaliknya aliran darah arteri umbilikalis. Arteri umbilikal yang
tidak memiliki arus diastolik bahkan adanya arus terbalik akan mempunyai prognosis
buruk berupa kematian janin dalam < 1 minggu. Doppler arteri umbilikalis
menunjukkan puncak sistolik (S) dan Akhir diastolik (D). Indeks Doppler
didefinisikan di bawah gambar (Cunningham, 2009)
Gambar 1.4Sumber: J Obstet Gynaecol Can. 2012;34(1): Hlm. 17–28
Referensi No. 9
20
Studi velosimetri Doppler arteri umbilikalis, mulai dari keadaan normal hingga
abnormal. A. Pola velosimetri normal dengan rasio sistolik terhadap diastolik (S/D) <
30. B. Kecepatan diastolik mendekati nol mencerminkan peningkatan resistensi
vaskular plasenta. C. Selama diastol, aliran arteri berbalik (rasio S/D negatif), yang
merupakan tanda buruk yang mungkin diikuti dengan kematian janin. (Cunningham,
2009)
2.7.4 Pemantauan kerja jantung janin
Bila hambatan pertumbuhan intrauterin berlatar belakang kekurangan gizi,
untuk maksud ini dapat dilakukan pemeriksaan contraction stress test atau uji beban
kontraksi setiap minggu dengan menginfus oksitosin atau merangsang puting susu ibu
untuk menghasilkan kontraksi pada uterus. Pemeriksaan non stress test atau uji tanpa
beban dua kali seminggu dikatakan lebih baik untuk memantau kesehatan janin.
(Krisnadi, 2005)
2.7.5 Uji biokimiawi
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan fungsi plasenta yang terutama bermanfaat
untuk mengetahui kesehatan janin pada keadaan maternal yang patologik yang telah
disertai oleh insufisiensi fungsi plasenta.Pemeriksaan kadar AFP ( alfa feto protein )
serum ibu dalam kehamilan berusia sekitar 16 minggu memperlihatkan bahwa nilai
tinggi sampai lebih dari pada dua kali lipat nilai rata-rata sering kali akan disertai oleh
21
kelainan preterm atau kemudian berkembang menjadi hambatan intrauterin. Misalnya
terjadi pada kasus solusio plasenta dini ( pada kehamilan 16 minggu) yang
menyebabkan perembesan AFP janin kedalam darah maternal sehingga kadarnya
dalam darah ibu menjadi tinggi. Kerusakan plasenta kemudian dapat menyebabkan
hambatan pada pertumbuhan janin. (Krisnadi, 2005)
2.8. Komplikasi IUGR
a. Aspirasi mekonium
b. Hipotermia
c. Hipoglikemia
d. Hipokalsemia dam hiponatremia
e. Trombositopenia
f. Polisitemia dan hiperbilirubinemia
g. Kematian perinatal
Karena perkembangan plasenta juga ikut terpengaruh yang secara anatomi
menjadi lebih kecil dan secara fisiologi fungsinya menjadi terganggu maka cadangan
respirasi atau oksigenasi menjadi berkurang. Sampel darah dari tali pusat yang
diperoleh sebelum kelahiran melalui kordosintesis seringkali menunjukan telah terjadi
hipoksia bahkan kadang-kadang telah terjadi asidosis pada janin. Kadar eritropoetin
darah tali pusat meningkat menandakanterjadinya hipoksia kronik pada janin. Bila
dilakukan tes oksitosin atau contraction test akan terlihat gambaran deselerasi lambat
pada 30% janin dan 50 % menderita hipoksia intrauterin pada waktu dalam persalinan
karena kontraksi uterus yang lebih kuat. Hipoksia janin yang cukup berat dapat
menyebabkan tonus sfingter ani janin melemah yang menyebabkan mekonium keluar
kedalam ruang amnion dan bercampur dengan cairan ketuban. Makin berat hipoksia
makin l
emah tonus sfingter ani maka makin banyak mekonium yang terlepas sehingga
risiko terjadinya aspirasi mekonium semakin besar yang dapat menyebabkan kesulitan
pernapasan setelah lahir ( sindroma aspirasi mekonium ). (Prawihardjo, 2009)
22
Pada mulanya janin melakukan kompensasi terhadap kekurangan penyaluran
oksigen oleh plasenta dengan cara terjadinya polisitemia yang nyata sebagai respon
terhadap eritropoetin yang tinggi (sindrom hiperviskositas) dengan hematokrit yang >
65 %. Kemudian setelah kelahirannya bayi dapat mengalami problem trombosis
multiorgan, gagal jantung dan hiperbilirubinemia. (Prawihardjo, 2009)
Dalam 10 tahun pertama kehidupannya anak-anak yang terlahir dengan
hambatan pertumbuhan intrauterin tubuhnya tetap kecil dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Tubuhnya lebih kurus dan lebih pendek, dan lingkaran organ-
organnya seperti lingkaran dada dan kepala semuanya lebih kecil. Pada evaluasi
neurologi juga ternyata mereka memiliki intelegensia yang lebih rendah. Di sekolah
mereka tertinggal karena ketidak-mampuannya dalam berkonsentrasi terutama yang
menuntut perhatian yang serius. Demikian juga bayibayi kembar yang mengalami
hambatan pertumbuhan intaruterin mengalami intelegensia yang berkurang
dibandingkan dengan saudara kembarnya yang normal. (Prawihardjo, 2009)
2.9. Tatalaksana IUGR
Bila ada dugaan gangguan pertumbuhan intrauterin, yang dapat kita usahakan
antara lain: 1) menghindari atau mengobati penyebabnya bila diketahui; 2) meminta
ibu beristirahat rebah agar fungsi plasenta membaik; 3) memperbaiki gizi ibu jika
perlu; 3) mengakhiri kehamilan dengan induksi persalinan atau seksio sesarea.
Keputusan cukup sulit: jangan terlalu lekas bertindak untuk menghindarkan kelahiran
anak yang sangat kecil, tapi jangan pula terlambat untuk menghindarkan gangguan
pertumbuhan berat yang mengakibatkan kematian dalam rahim. (Prawihardjo, 2009)
Setelah ditetapkan tidak ada kelainan janin, perlu dipertimbangkan bila janin
akan dilahirkan. Bagi situasi di Indonesia, saat yang tepat adalah tergantung pada arus
darah arteri umbilikalis dan usia gestasi. Usia optimal untuk melahirkan bayi ialah 33-
34 minggu dengan pertimbangan sudah dilakukan pematangan paru. Pemeriksaan
kardiotokografi akan membantu diagnosis adanya hipoksia janin lanjut berupa
deselerasi lambat denyut jantung. Skor fungsi dinamik plasenta yaitu upaya mengukur
23
peran IUGR pada profil biofisik akan membantu menentukan saatnya melakukan
terminasi kehamilan. (Prawihardjo, 2009)
Tabel 2. Skor fungsi dinamik janin plasenta (Prawihardjo, 2009)
Skor 2 0
Hasil NST Reaktif nonreaktif
NST + Stimulasi akustik Akselerasi Tanpa akselerasi
Gerak napas + (-)
SD a. Umbilikal <= 3 >3
Indeks cairan amnion >= 10 < 10
Kurangi dengan 2 pada: IUGR; Deselerasi (+) NST= Non Stress Test
Penggunaan stimulasi akustik penting meningkatkan sensitivitas, mengingat
terdapat positif palsu pada janin yang tidur. Dengan stimulasi, janin terpaksa
dibangunkan sehingga terhindar dari gambaran non reaktif. Skor maksimum ialah 10
dimana dianggap janin masih baik. Dengan demikian, bila hasil penilaian ditemukan
<6, maka dapat dicurigai adanya asidosis (sensitivitas 80%, spesifisitas 89%), sehingga
sebaiknya dipilih melahirkan dengan seksio sesarea. Sebaliknya bila ditemukan nilai
yang >= 6 maka perlu dipertimbangkan melahirkan bayi dengan induksi. Akibat
oligohidramnion, mungkin terjadi kompresi tali pusat atau sudah terjadi insufisiensi
plasenta (deselerasi lambat) sehingga membahayakan janin yang mengalami asidosis.
Intrauterin growth retardation IUGR
Faktor risiko IUGR
Konfirmasi penyakit yang mendasari
Pemeriksaan TFU dan BB ibu
Pemeriksaan USG
24
Simetris
Asimetris
Amniosentesis
Analisa kromosom (Bila memungkinkan)
Identifikasi Infeksi
Terapi kausal
Terapi konservatif
Terminasi kehamilan, pada:
Dalam hal itu sebaiknya dipertimbangkan seksio sesarea. Pemeriksaan gas
darah tali pusat sangat dianjurkan untuk membantu manajemen pascakelahiran.
Penilaian risiko aneuploidi merupakan aspek penting dari manajemen IUGR dan harus
ditinjau secara eksplisit ketika diagnosis IUGR ditegakkan. Pertimbangan
amniosentesis adalah tepat terutama dalam konteks terdapat janin yang abnormal pada
pemeriksaan ultrasound. Penemuan aneuploidi letal (triploid atau trisomi 18) dapat
menuntun keputusan dalam persalinan. (Prawihardjo, 2009)
Pemeriksaan antenatal:
- USG dan Doppler USG setiap 2 minggu- Observasi gerakan janin tiap hari- NST 2 kali seminggu- OCT bila NST abnormal- Cairan amnion dan BPP
- Kehamilan aterm - Diberikan kortikosteroid untuk pematngan paru janin pada kehamilan 24-34 minggu- Skor biofisik <2 (terutama bila terdapat oligohidramnion)- Deselerasi lambat atau deselerasi variabel berulang- Kelainan gambaran Doppler a. umbilikalis
25
Berbagai komplikasi bisa terjadi pada fetus atau neonatus yang menderita
hambatan pertumbuhan intrauterin maka kehamilan/persalinan berisiko menghendaki
dilakukannya beberapa prinsip dasar berikut:
1. Deteksi dini (skrining)
Deteksi dini kasus-kasus berisiko tinggi akan hambatan pertumbuhan
intrauterin perlu dikerjakan karena akan memberi cukup waktu untuk
merencanakan dan melakukan sesuatu intervensi yang diperlukan atau
membuat rencana kerja sebelum terjadi kerusakan pada janin. Perlu perhatian
yang serius pada pasien hamil risiko tinggi seperti hipertensi, ibu perokok atau
peminat alkohol atau narkoba, keadaan gizi jelek karena malnutrisi, ibu dengan
penambahan berat badan yang minimal dalam kehamilan, pernah melahirkan
bayi dengan hambatan pertumbuhan intrauterine atau kelainan kongenital,
diabetes, anemia, dsb.
2. Menghilangkan faktor penyebab
Gizi wanita hamil lebih bergantung kepada jumlah kalori yang masuk dari pada
komponen kalori itu sendiri. Wanita hamil perlu mengkonsumsi 300 kalori
lebih banyak dari pada yang dikonsumsinya sebelum hamil dengan kandungan
protein 1,5 gram/kg per hari. Dengan demikian penambahan berat badan dalam
kehamilan pada keadaan normal bila dicapai 12 sampai 16 kg. Kurang gizi,
merokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat-obatan dan sebagainya perlu
diatasi terutama dalam masa hamil.
3. Meningkatkan aliran darah ke uterus
Pada keadaan sistem vaskuler berdilatasi maksimal jumlah darah yang
mengalir kedalam uterus berbanding langsung dengan tekanan darah
maternal.Semua pekerjaan fisik yang berat akan mengurangi jumlah darah yang
mengalir ke dalam uterus sehingga memberatkan keadaan janin yang telah
menderita hambatan pertumbuhan intrauterin. Oleh karena itu semua pekerjaan
fisik dilarang pada kehamilan dengan hambatan pertumbuhan intrauterin.
4. Melakukan fetal surveillance antepartum
Sebelum melaksanakan program fetal surveilllance yang intensif perlu
diperhatikan bahwa janin tidak dalam keadaan cacat kongenital misalnya
26
trisomi yang sering bersama dengan hambatan pertumbuhan intaruterin simetris
yang berat. Jika diduga ada keadaan yang demikian lebih dahulu perlu
dilakukan pemeriksaan kariotip janin untuk konfirmasi. Cairan ketuban
(diperoleh melalui amniosintesis) atau darah tali pusat (diperoleh melalui
kordosintesis) dapat dipakai untuk pemeriksaan kariotip janin. Program
surveillance antepartum sudah boleh dimulai pada usia kehamilan 24 minggu
bila diagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin telah ditegakkan. Beberapa
uji penilaian yang perlu dikerjakan sampai kehamilan diterminasi adalah uji
tanpa beban untuk memonitor reaktivitas jantung janin (2x seminggu),
pengurangan volume cairan ketuban dan hambatan pertumbuhan kepala dengan
memantau pertumbuhan DBF dengan ultrasonografi setiap minggu. Disamping
itu bila perlu dilakukan penilaian kesehatan janin melalui pemeriksaan-
pemeriksaan profil biofisik, Doppler velosimetri aliran darah arteri umbilikalis,
dan pemeriksaan gas darah janin.
5. Uji tanpa beban
Telah disepakati bahwa hasil uji tanpa beban yang menghasilkan akselerasi 15
beat per menit atau lebih yang berlangsung paling tidak selama 15 detik
sebanyak 2 kali atau lebih dalam tempo 20 menit pengamatan dianggap normal
atau disebut rekaman yang reaktif. Jika pada uji tanpa beban yang dilakukan
setiap minggu tidak terdapat rekaman yang reaktif, maka langkah berikut
adalah melakukan uji beban kontraksi.
6. Uji beban kontraksi
Uji beban kontraksi dibuat untuk mendeteksi kekurangan suplai oksigen
uteroplasenta yang sampai ke fetus selama uterus berkontraksi. Menurut
Poseiro dkk bila kontraksi uterus menyebabkan kenaikan tekanan intrauterin
melebihi 30 mmHg, tekanan di dalam miometrium akan melebihi tekanan di
dalam arteri dan darah yang mengandung oksigen tidak lagi bisa masuk ke
dalam ruang intervillus.Untuk menimbulkan kontraksi uterus yang cukup kuat
sehingga terjadi efek tersebut diatas dan memenuhi syarat untuk uji beban
27
kontraksi (Contraction Stress Test atau CST) dapat diperoleh dengan beberapa
cara seperti :
a. Merangsang puting susu ibu (disebut Nipple Stimulation Test atau NST)
b. Memberi infus larutan encer oksitosin (disebut Oxytocin Challenge Test
atau OCT)
c. Dalam masa partus dimana telah ada his spontan. Pada OCT pasien diberi
infus larutan encer oksitosin (10 unit oksitosin dalam 1000 ml cairan
penghantar seperti larutan Ringer Laktat).
Dengan demikian setiap 2 tetes larutan mengandung 1 ml oksitosin. Dimulai
dengan kecepatan 1 sampai 2 mU (2 sampai 4 tetes) per menit yang secara
bertahap tiap 15 menit dinaikkan sampai terdapat tiga his dalam 10 menit.Bila
pada rekaman terdapat deselerasi lambat yang persisten berarti janin dalam
keadaan hipoksia akibat dari insufisiensi fungsi plasenta. Uji beban kontraksi
memakan waktu yang lama dan mempunyai pengaruh yang memberatkan
hipoksia pada janin. Kedua hal ini tidak terdapat pada uji tanpa beban.
7. Terminasi kehamilan lebih awal
Bila semua hasil pemeriksaan fetal surveillance normal terminasi kehamilan
yang optimal dilakukan pada usia kehamilan 38 minggu. Jika serviks matang
dilakukan induksi partus. Sebaliknya bila hasil fetal surveillance menjadi
abnormal dalam masa pemantauan sebelum mencapai usia kehamilan 38
minggu, kematangan paru janin perlu dipastikan dengan pemeriksaan rasio
lesitin/sfingomielin air ketuban. Bila ternyata paru-paru janin telah matang
(rasio L/S= 2 atau lebih) terminasi kehamilan dilakukan bila terdapat :
a. uji beban kontraksi positif
b. oligohidramnion
c. DBF tidak bertambah lagi yang berarti otak janin berisiko tinggi mengalami
disfungsi.
8. Monitoring intrapartum
Dalam persalinan perlu dilakukan pemantauan terus menerus sebab fetus
dengan hambatan pertumbuhan intrauterin mudah menjadi hipoksia dalam
masa ini. Oligohidramnion bisa menyebabkan tali pusat terjepit sehingga
28
rekaman jantung janin menunjukkan deselerasi variabel. Keadaan ini diatasi
dengan memberi infus kedalam rongga amnion (amnioinfusion). Pemantauan
dilakukan dengan kardiotokografi kalau bisa dengan rekaman internal pada
mana elektroda dipasang pada kulit kepala janin setelah ketuban
pecah/dipecahkan dan kalau perlu diperiksa pH janin dengan pengambilan
sampel darah pada kulit kepala.Bila pH darah janin < 7,2 segera lakukan
resusitasi intrauterin kemudian disusul terminasi kehamilan dengan bedah.
Resusitasi intrauterin dilakukan dengan cara ibu diberi infus (hidrasi maternal)
merebahkan dirinya kesamping kiri, bokong ditinggikan sehingga bagian
terdepan lebih tinggi, berikan oksigen kecepatan 6 I/menit, dan his dihilangkan
dengan memberi tokolitik misalnya terbutalin 0,25 mg subkutan.
2.10. Prognosis IUGR
Prognosis IUGR (terutama tipe II) lebih baik daripada bayi lahir kurang bulan, tetapi
sering pada anak ini memperlihatkan juga gangguan pertumbuhan setelah lahir.
Prognosis IUGR tipe I (terutama dengan kelainan multipel) buruk. (1,5)
BAB III
KESIMPULAN
IUGR didefinisikan sebagai janin yang beratnya kurang dari persentil 10 untuk
usia kehamilannya. IUGR simetrik memiliki head circumference/abdominal
circumference ratio normal dan disebabkan oleh penyakit genetik atau infeksi janin,
IUGR sismetrik memiliki prognosis buruk. IUGR asimetrik (intrinsik) memiliki head
29
circumference/abdominal circumference ratio meningkat disebabkan oleh insufisiensi
plasenta. Prognosis yang baik dengan pengobatan yang tepat.
Beberapa faktor risiko yang termasuk: ibu dengan penyakit kronik termasuk
hipertensi, kehamilan include hipertensi, diabetes, penyakit jantung sianosis, penyakit
pembuluh darah, anemia, penyakit ginjal, kehamilan multifetal, dll. Kelainan Janin
Genetik atau malformasi janin. Infeksi intrauterin seperti rubella, herpes, toksoplasma,
sifilis, cytomegalovirus, riwayat BBLR, merokok, narkoba, atau penyalahgunaan
alkohol dan kelainan plasenta atau kelainan aliran darah plasenta.
Kita harus curiga IUGR ketika tinggi fundus tidak menunjukkan pertumbuhan
1cm/minggu antara 20 dan 36 minggu kehamilan. Scanning USG serial dapat
mengkonfirmasi diagnosis dapat mengkonfirmasi diagnosis
Evalusasi pada IUGR dengan indikator klinis IUGR seperti pertumbuhan berat
badan yang sedikit (indikator yang paling ampuh pada IUGR), dan tinggi fundus yang
tidak sesuai dengan usia kehamilan. Pertimbangan lingkungan dan komorbiditas faktor
faktor seperti penyalahgunaan alkohol, riwayat trauma.
Penilaian janin terdiri dari jumlah gerakan janin, test nonstress, USG obstetrik
serial, dan profil biofisik. Monitoring Nonstress test setiap minggu. Tes ini
menggunakan USG dan serangkaian pengukuran untuk menentukan status kesehatan
dari janin yang sedang berkembang. USG kehamilan setiap 10-14 hari.
Risiko IUGR peripartum termasuk mekonium aspirasi, asfiksia intrauterin,
polisitemia, hipoglikemi. Efek jangka panjang pada janin sebelum atau selama
persalinan meliputi kelahiran prematur, miskin toleransi kerja, peningkatan risiko
untuk lahir sesar, peningkatan risiko cacat lahir, asfiksia saat lahir, ketidakstabilan
suhu, hipoglikemi, infeksi, kematian.
Indikasi konsultasi perinatal: nonstress test lemah, penurunan diameter
biparietal, oligohidramnion, lingkar perut 4 minggu kurang dari diameter biparietal.
Prognosis: bayi yang menderita IUGR berada pada peningkatan risiko kematian,
hipoglikemi, hipotermia, dan perkembangan abnormal dari sistem saraf. Risiko ini
30
meningkat dengan tingkat keparahan IUGR. Pertumbuhan yang terjadi setelah lahir
tidak dapat diprediksi dengan pasti berdasarkan pada ukuran bayi ketika lahir. Bayi
dengan IUGR asimetris lebih mungkin untuk mengejar ketertinggalan pertumbuhan
setelah lahir daripada bayi yang menderita IUGR simetris
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunninghan FG, Gant NF et al 2006 Obstetri Williams Vol 1/edisi 21. EGC, Jakarta,
2005
2. Chatelain F, 2010. Children Born With IUGR
31
3. Atkins, E. J., Bruce, B. B., Newman, N. J., & Biousse, V. (2010). Treatment of
nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy. Survey of ophthalmology, 55(1), 47-
63.
4. Reece E.Albert, Hobbins John C.. 2007. Clinical Obstetrics The Fetus and Mother.
Third edition. 507-520, Blackwell Publishing, Jakarta.
5. Carlo WA. 2011. Prematurity andntrauuterine growth restriction. Nelson textbook of
Pediatric. 19th ed. Philadelphia, PA , elsavier saunders. Chap 91
6. Krisnadi SR, Mose JC, Effendi JS. 2005. IUGR. Dalam: Pedoman Diagnosis Dan
Terapi Obstetri Dan Ginekologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin. Bandung: Bagian
Obgyn Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.. Hlm 56-59.
7. Prawirohardjo S. IUGR. Dalam: Ilmu kebidanan. Edisi ke-4 cetakan ke-2. Jakarta:
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2009. Hlm 697-700.
8. Gabbe, S. G., Niebyl, J. R., et all (2012). Obstetrics: normal and problem pregnancies.
Elsevier Health Sciences.