referat fam
DESCRIPTION
FibradenomamammaeTRANSCRIPT
REFERATFIBROADENOMA MAMMAE
Pembimbingdr. Ihyan Amri, Sp. B
Penyusun :Adelia Limandow 2008.04.0.0088
Irwan Trisna 2009.04.0.0138
Widianti Pratidina 2009.04.0.0145
ILMU BEDAHFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH
RSUD M. SOEWANDHIE SURABAYA2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul referat “Fibroadenoma Mammae” telah diperiksa dan disetujui
sebagai salah satu tugas baca dalam rangka menyelesaikan studi
kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu Bedah.
Mengetahui,
Pembimbing
dr. Ihyan Amri, Sp. B
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkah dan rahmatNya, kami bisa menyelesaikan referat dengan
topik “Fibroadenoma Mammae” dengan lancar. Referat ini disusun
sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Bedah RSUD M. Soewandhie Surabaya, dengan harapan
dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu yang bermanfaat bagi
pengetahuan penulis maupun pembaca.
Kami menyadari bahwa referat yang kami susun ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan. Semoga referat ini dapat memberi manfaat.
Surabaya, Agustus 2015
Penyusun
2.4.1 DefinisiFibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang
paling umum, yang disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari
jaringan mammae dan berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan
jaringan glanduler (epitel) didalam satu lobules dari mammae.
Fibroadenoma mammae merupakan neoplasma jinak yang terutama
terdapat pada wanita muda, dan jarang ditemukan setelah menopause.
Fibroadenoma paling sering ditandai dengan benjolan, mobile dan tidak
nyeri pada wanita umur 20-30 tahun. Hal ini terjadi kemungkinan karena
peningkatkan sensitivitas estrogen oleh jaringan. Kebanyakan
fibroadenoma yang kecil itu terlalu kecil untuk dirasakan, yang dapat
ditemukan saat skrining. (Smith, 2008).
Fibroadenoma teraba sebagai benjolan bulat atau berbenjol-benjol,
dengan simapi licin dan konsistensi kenyal padat. Tumor ini tidak melekat
ke jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan ke sana ke mari.
Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tetapi kadang dirasakan nyeri bila
ditekan. Kadang-kadang fibroadenoma tumbuh multiple. Pada masa
adolesens, fibroadenoma bisa terdapat dalam ukuran yang besar.
Pertumbuhan bisa cepat sekali selama kehamilan dan laktasi atau
menjelang menopause, saat rangsangan estrogen meninggi.
(Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1 Anatomi Mammae............................................................................3
2.2 Fisiologi Mammae............................................................................7
2.3 Fibroadenoma Mammae..................................................................7
2.3.1 Epidemiologi dan faktor risiko.....................................................7
2.3.2 Patogenesis................................................................................9
2.3.3 Klasifikasi..................................................................................10
2.3.4 Diagnosis..................................................................................11
2.3.5 Diagnosis banding....................................................................16
2.3.6 Managemen..............................................................................19
2.3.7 Prognosis..................................................................................24
BAB III KESIMPULAN...............................................................................25
3.1 Kesimpulan....................................................................................25
BAB IV ANALISA KASUS......................................................................... 27DAFTAR PUSTAKA..................................................................................29
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangPerkembangan pesat di bidang teknologi dan industri sekarang ini
banyak mempengaruhi perilaku dan perubahan gaya hidup masyarakat
seperti pola makan dan berkurangnya kerja fisik serta perubahan
lingkungan hidup yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas
mengalami pergeseran dari berkurangnya penyakit menular dan
bertambahnya penyakit tidak menular (Zhang, 2012).
Salah satu penyakit tidak menular tersebut adalah fibroadenoma
mammae (FAM). Fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak pada
payudara yang berbatas jelas dan berbentuk benjolan yang dapat
digerakkan. Fibroadenoma mammae terbentuk dari sel-sel epitel dan
jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda-tanda
aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Fibroadenoma
mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar
remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breast
Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia
21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun,
sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena
fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance,
fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15-25 tahun, dan
lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam
hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pada wanita
dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya
dengan jumlah kejadian yang lebih kecil dibanding pada usia muda
(Smith, 2008).
Di Indonesia data penyakit FAM masih belum lengkap, namun
diperkirakan tiap tahun mengalami peningkatan. Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas melaporkan pada periode 1993-1995 terdapat
sebanyak 503 kasus fibroadenoma (47.5%) dari 1.059 kasus kelainan
1
payudara wanita. Data dari Jakarta Breast Center, klinik di Jakarta yang
mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara,
menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001
sampai 2002, ternyata 79% menderita tumor payudara jinak dan hanya
14% yang menderita kanker. Hasil penelitian Juang Zebua di RSU H.
Adam Malik Medan tahun 2009-2010 melaporkan bahwa dari 85 orang
penderita tumor jinak ditemukan sebanyak 64 orang (75,3%) menderita
FAM (Diananda, 2009).
Etiologi penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun
diperkirakan berkaitan dengan aktivitas estrogen. Fibroadenoma pertama
kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai terjadi terutama pada
remaja muda. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun
tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik
atau hanya menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara
yang dapat digerakkan, sehingga pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi
secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik. Penanganan
fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor.
Fibroadenoma harus diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus
membesar (Stephen, 2010;Greenberg, 1998).
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embriologi MammaePayudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu
keenam masa embrio, yaitu berupa penebalan ektofermal sepanjang garis
yang disebut garis susu yang terbentang dari aksila sampai ke regio
inguinal. (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005)
2.2 Anatomi MammaeMammae terletak pada bagian anterior dinding thorax. Diameternya
berkisar antara 10-12 cm dengan ketebalan 5-7 cm. Secara vertikal
terletak antara kosta ke-2 dan ke-6, secara horizontal terletak diantara tepi
tulang sternum dan garis midaksila. Bagian posterior payudara (2/3
bagian) terdapat muskulus pectoralis mayor, muskulus pektoralis minor,
dan sebagian (1/3 bagian) dari muskulus seratus anterior dan muskulus
obliqus externus abdominus.
Mammae terfiksasi pada kulit dan fascia otot oleh jaringan fibrous
yang disebut ligamentum suspensorium cooper. Struktur ini penting,
karena apabila sel kanker telah mengenai ligamentum ini maka akan
menimbulkan kontraksi jaringan yang menimbulkan tarikan pada kulit
(dimpling) atau fiksasi ke jaringan sekitar atau ke fascia otot sehingga
tidak dapat digerakkan secara horizontal.
Mammae terdiri dari 3 struktur utama yaitu kulit, jaringan subkutis
dan jaringan payudara yang terdiri dari kelenjar dan stroma. Kelenjar
payudara terdiri ± 15-20 lobus yang terbagi lagi menjadi lobulus-lobulus
dan berakhir pada alveolus sebagai tempat produksi ASI. Lobus-lobus
tersebut tersusun secara radier menuju duktus laktiferus (15-20 buah),
sinus laktiferus yang kemudian bermuara di papila mammae.
Papilla mammae berbentuk kerucut, terletak pada ICS 4, dikelilingi
daerah yang hiperpigmentasi yang disebut areola. Areola mempunyai
banyak tonjolan kecil yang merupakan kelenjar sebasea kulit yang disebut
glandula montgomery yang berfungsi untuk melumbrikasi papilla mammae
3
saat laktasi. Selain itu juga terdapat kelenjar keringat dan serabut otot
polos yang menyebabkan ereksi papilla mammae saat berkontraksi.
Gambar 2.1 Anatomi Mammae
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, maka
mammae dibagi menjadi 5 regio, yaitu:
a. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
b. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
c. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
d. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
e. Regio papila mammae (nipple)
4
Gambar 2.2 Kuadran mammae
Vaskularisasi mammae :
a) Arteriae
1) Cabang-cabang perforantesa mammaria interna. Cabang-cabang I,
II, III, IV, V dari arteria mammaria interna menembus di dinding dada
dekat tepi sternum pada interkostal yang sesuai, menembus muskulus
pektoralis mayor dan memberi aliran darah pada tepi medial glandulla
mamma.
2) Rami pektoralis arteri thorako-akromialis.Arteri ini berjalan turun di
antara muskulus pektoralis minor dan muskulus pektoralis mayor.
Pembuluh ini merupakan pembuluh utama muskulus pektoralis mayor,
arteri ini akan memberikan aliran darah ke glandula mamma bagian dalam
(deep surface)
3) A.thorakalis lateralis (arteri mammae eksternal). Pembuluh
darah ini berjalan turun menyusuri tepi lateral muskulus pektoralis mayor
untuk mendarahi bagian lateral payudara.
b) Vena
1) Cabang-cabang perforantes v. mammaria interna. Vena ini merupakan
vena yang tersebar pada jaringan payudara yang mengalirkan darah dari
payudara dan bermuara pada v. Mammaria interna yang kemudian
bermuara pada v. minominata.
2) Cabang-cabang v. aksillaris,yang terdiri dari v. thorako- akromialis. v.
thoraklais lateralis dan v. thorako-dorsalis.
5
3) Vena-vena kecil bermuara pada v. Interkostalis. Vena interkostalis
bermuara pada v. Vertebralis, kemudian bermuara pada. Azygos (melalui
vena-vena ini, keganasan pada payudara akan dapat bermetastase
langsung ke paru). (Standring, 2008).
Gambar 2.3 A. Lymph node Aksilari, B. Arteri, C. Vena.
Gambar 2.4 Vaskularisasi Mammae
Aliran Limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian
lagi ke kelenjar parasternal, teritama dari bagian sentral dan medial dan
ada pula aliran yang ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapar rata-
rata 50 (berkisar 10 sampai 90) buah kelenjar getah bening yang berada
di sepanjang arteri dan vena nrakialis. Aliran limfe dari payudara menyalir
ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila
bagian dalam, yang lewat sepanjang v. Aksilaris dan yang berlanjut
langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam di fosa supraklavikuler.
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang
selain menuju ke kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga
menuju ke aksila kontralateral, ke m. Rektus abdominis lewat ligamentum
falsifarum hepatis ke hepar, pleura, dan payudara kontralateral.
(Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005)
Mammae diinervasi oleh cabang anterior dan lateral dari N.
intercostalis IV sampai VI yang membawa sabut eferen sensorik dan
simpatik. Papila mammae disuplai dai cabang anterior dari cabang
cutaneus lateralis dari T4. Hal ini membentuk pleksus yang luas dalam
papilla dan sabut sensorisnya berakhir di dekat dengan epithelium
sebagai free endings, meissner cospuscle dan merkel disc ending. Ini
merupakan penting dalam sinyal menyusui pada sistem saraf pusat.
6
Aktivitas sekresi kelenjar sebagian besar dikontrol oleh hormon ovarium
dan hipofisis dari pada sabut motorik eferen. Pada areola mempunyai
ujung sensorik yang lebih sedikit (Standring, 2008).
2.3 Fisiologi MammaePayudara wanita mengalami tiga jenis perubahan yang dipengaruhi
oleh hormon. Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas sampai menopause. Sejak pubertas, estrogen dan
progesteron menyebabkan berkembangnya duktus dan timbulnya sinus.
Perubahan kedua, sesuai dengan daur haid. Beberapa hari sebelum haid,
payudara akan mengalami pembesaran maksimal, tegang, dan nyeri.
Oleh karena itu pemeriksaan payudara tidak mungkin dilakukan pada saat
ini. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Saat hamil
payudara akan membesar akibat proliferasi dari epitel duktus lobul dan
duktus alveolus, sehingga tumbuh duktus baru. Adanya sekresi hormon
prolaktin memicu terjadinya laktasi, dimana alveolus menghasilkan ASI
dan disalurkan ke sinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting
susu (Sjamsuhidajat, R., dan De Jong, W., 2005)
2.4 Fibroadenoma Mammae2.4.2 Epidemiologi dan faktor risiko
Tidak ada data yang jelas tentang kejadian fibroadenoma pada
papulasi umum. Dalam sebuah penelitian, tingkat terjadinya fibroadenoma
pada wanita yang diperiksa klinik adalah 7% sampai 13%, sementara itu
9% dalam penelitian autopsy. Fibroadenoma terdapat pada 50% pada
semua biopsy mammae, dan angka ini meningkat 75% pada wanita umur
kurang dari 20 tahun. Fibroadenoma lebih sering dikalangan wanita sosial
ekonomi tinggi dan dalam populasi kulit gelap. Umur menarche, umur
menopause, dan terapi hormonal, termasuk kontrasepsi oral,
menunjukkan tidak mempengaruhi resiko pada lesi tersebut. Sebaliknya,
index masa tubuh dan jumlah kehamilan aterm mempunyai korelasi
negatif dengan resiko fibroadenoma. Selain itu, konsumsi vitamin C dalam
7
jumlah besar dan merokok menunjukkan asosiasi dengan penurunan
risiko fibroadenoma. (Greenberg, 1998)
Sampai saat ini penyebab FAM masih belum diketahui secara pasti,
namun ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya tumor ini
antara lain:
a. Umur
Umur merupakan faktor penting yang menentukan insiden atau frekuensi
terjadinya FAM. Fibroadenoma biasanya terjadi pada wanita usia muda <
30 tahun, terutama terjadi pada wanita dengan usia antara 15-25 tahun.
b. Riwayat Perkawinan
Riwayat perkawinan dihubungkan dengan status perkawinan dan usia
perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Paritas dan Riwayat
Menyusui Anak Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya FAM,
terutama meningkat pada kelompok wanita nullipara. Pengalaman
menyusui memiliki peran yang penting dalam perlindungan terhadap risiko
kejadian FAM.
d. Penggunaan Hormon
Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan
terhadap peningkatan hormon estrogen. Penggunaan kontrasepsi yang
komponen utamanya adalah estrogen merupakan faktor risiko yang
meningkatkan kejadian FAM.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT yang lebih dari normal
merupakan faktor risiko terjadinya FAM.
f. Riwayat Keluarga
Tidak ada faktor genetik diketahui mempengaruhi risiko fibroadenoma.
Namun, riwayat keluarga kanker payudara pada keluarga tingkat pertama
dilaporkan oleh beberapa peneliti berhubungan dengan peningkatan risiko
tumor ini.
g. Stress
Stress berat dapat meningkatkan produksi hormon endogen estrogen
yang juga akan meningkatkan insiden FAM.
8
h. Faktor Lingkungan
Tinggal di dekat pabrik yang memproduksi Polycyclic aromatic
hydrocarbons (PAHs) juga dapat menjadi faktor risiko terjadinya FAM. .
(Greenberg, 1998)
2.4.3 PatogenesisFibroadenoma biasanya terbentuk selama menarche (usia 15- 20
tahun), waktu dimana struktur lobular ditambahkan ke sistem duktus pada
mammae. Hiperplastik lobules merupakan suatu yang umum pada waktu
tersebut, dan dapat dianggap sebagai fase normal pada pertumbuhan
mammae. Lobulus yang hiperplastik akan menunjukkan hasil histology
yang identik dengan fibroadenoma. Analisis komponen seluler
fibroadenoma dengan cara polymerase chain reaction menunjukkan
bahwa baik stroma dan sel epitel adalah poliklonal, mendukung teori
bahwa fibroadenoma adalah lesi hiperplastik yang terkait dengan
penyimpangan dari maturasi normal mammae dari pada true neoplasma
(Greenberg, 1998).
Pola pertumbuhan stroma dalam fibroadenoma tergantung dari
komponen epithelial, aktivitas mitosis stromal telah ditemukan tinggi dekat
komponen ini. Fibroadenoma distimulasikan oleh estrogen dan
progresteron dan oleh laktasi selama kehamilan, dan mengalami
perubahan atropi di menopause. Beberapa fibroadenoma memiliki
reseptor dan merespon terhadap growth hormone dan epidermal growth
factor (Greenberg, 1998).
Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara
belum diketahui secara jelas. Hubungan antara munculnya beberapa
fibroadenoma dengan penggunaan kontrasepsi oral belum dapat
dilaporkan secara pasti. Selain itu adanya kemungkinan pathogenesis
yang berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan payudara local
terhadap estrogen, fektor makanan, dan factor riwayat keluarga atau
keturunan. Kemungkinan lain adalah bahwa tingkat fisiologi esterogen
penderita tidak meningkat tetapi sebaliknya jumlah reseptor estrogen
9
meningkat. Peningkatan kepekaan terhadap estrogen dapat
menyebabkan hyperplasia kelenjar mammae dan akan berkembang
menjadi carcinoma (Zhang, 2012).
2.4.4 KlasifikasiTerdapat tiga tipe fibroadenoma, yaitu common fibroadenoma,
giant fibroadenoma, dan juvenile fibroadenoma (Dixon, 2012).
a. Common fibroadenoma
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, biasanya lesi tunggal dan
mayoritas terletak di kuadran lateral atas, disebut juga dengan simpel
fibroadenoma. Sering ditemukan pada wanita kelompok umur muda
antara 21-25 tahun.
Ketika fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu
biasanya berbentuk sekitar 80% dari seluruh kasus oval atau bulat, halus,
tegas, dan bergerak sangat bebas.
b. Giant fibroadenoma
Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran
dengan diameter lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant
fibroadenoma sekitar 4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant
fibroadenoma biasanya ditemui pada wanita hamil dan menyusui.
Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan
pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant
fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan
tidak simetris karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan
pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini.
c. Juvenile fibroadenoma
Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan,dengan
insiden 0,5-2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Masa yang cepat
berkembang yang menyebabkan asimetri mammae dan peregangan
papilla mammae. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile fibroadenoma
memiliki lesi yang multiple atau bilateral. Tumor jenis ini lebih banyak
ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang
10
Kaukasia.
Disamping itu, fibroadenoma mammae dapat dibedakan secara
histology antara lain: (Palazzo, 2011)
a. Fibroadenoma pericanaliculare
Merupakan hasil dari proliferasi sel stroma sekitar struktur kelenjar
dengan cara melingkar dan mempertahankan pengaturan asinar dari
saluran dan unit lobular.
b. Fibroadenoma intracanaliculare
Merupakan hasil dari kompresi dari saluran ke dalam celah- celah oleh
proliferasi sel stroma.
2.4.5 Gejala Klinis1. Usia biasanya muda, dekade II-III atau bahkan lebih muda.
2. Benjolan yang lambat membesar.
3. Lebih sering tidak disertai rasa nyeri, hubungan dengan siklus
menstruasi sangat variatif.
4. Benjolan padat kenyal, sangat mobile dan batas tegas.
5. Dapat tunggal atau multipel, pada satu payudara atau kedua payudara.
2.4.6 DiagnosisFibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik, dengan pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan
sitologi dengan fine needle aspiration cytology (FNAC) (Ramli, 1995).
A. Anamnesaa. Merasa ada benjolan di payudara yang sudah cukup lama
diketahui.
b. Benjolan yang sering tidak disertai rasa nyeri dan sering tak ada
hubungan dengan menstruasi, benjolan di payudara terasa mobile
(dapat lari-lari).
c. Usia muda (pubertas-30 tahun).
B. Pemeriksaan fisik1. Biasanya benjolan tidak terlalu besar diameter kira-kira 1 – 3 cm.
11
2. Dapat tunggal atau multiple.
3. Pada pemeriksaan
Inspeksi :
Tidak terlihat perubahan kontur payudara. Penarikan kulit dan axillary
adenopathy yang signifikan pun tidak ditemukan.
Palpasi :
- teraba tumor padat kenyal, berbatas tegas, permukaan halus
meskipun kadang berdungkul-dungkul, sangat mobile, tidak nyeri
tekan, dapat tunggal atau multiple dan tidak teraba pembesaran getah
bening (KGB) aksila ipsilateral.
- dapat ditemukan di seluruh bagian payudara, tetapi lokasi tersering
adalah pada quadran lateral atas payudara.
C. Pemeriksaan penunjang Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk diagnostik; yang
umumnya hanya dapat dilakukan di Rumah Sakit yang besar (tipe C ke
atas), yaitu:
1. Mammografi.
Suatu teknik pemeriksaan soft tissue teknik. Adanya proses
keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder.
Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan
yang nyata ukuran klinik dan rontgenologik dan adanya
mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan
kulit, bertambahnya vaskularisasi, parubahan posisi papilla dan
areola adanya bridge of tumor; keadaan daerah tumor dan jaringan
fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di
belakang mammae dan adanya metastasis ke kelenjar (Ramli,
1995).
Mammografi ini dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara
palpasi tidak teraba; jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan
screening. Hanya saja untuk mass screening cara ini adalah cara
yang mahal dan untuk itu dianjurkan digunakan secara selektif
12
saja misalnya pada wanita dengan adanya faktor risiko tadi.
Ketepatan 83-95%, tergantung dari teknisi dan ahli radiologinya
(Ramli, 1995).
Gambar 2.4 Mammographi, sumber:
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan
kistik. Pemeriksaan lain dapat berupa: termografi, xerografi (Ramli,
1995).
Pemeriksaan lain seperti :
Foto toraks
Bone scanning atau bone survey
USG abdomen atau hepar
Hal ini dilakukan untuk mencari jauhnya ekstensi tumor atau
mencari metastasis jauh. Pemeriksaan ini umumnya hanya
dilakukan apabila diperlukan (atas indikasi). Pemerisaan
labotorium untuk melihat toleransi dapat melihat kemungkinan
adanya metastasis misalnya alkali fosfatase (Ramli, 1995).
13
Gambar 2.5. USG payudara dengan adanya fibroadenoma
2. Sitologi
Fibroadenoma dapat dengan mudah didiagnosa melalui Biopsi
Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) atau biopsi jarum dengan diameter yang
lebih besar (core needle biopsi) (Beauchamp, 2007).
Pada FNAC kita akan mengambil sel dari fibroadenoma dengan
menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada
suntikan. Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada
fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium
patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop. Dibawah mikroskop tumor
tersebut tampak seperti berikut (Beauchamp, 2007):
a) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat
fibrosa) dan berasal dari epitel(epitel kelenjar) yang berbentuk
lobus-lobus;
b) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang
berbentuk bulat
(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler);
c) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau
kolumnar pendek uniform
2.4.7 Patologia. Makroskopis
Fibroadenoma muncul sebagai masa mobile, berbatas tegas,
tidak nyeri, dan sering teraba. Meskipun paling sering unilateral, dalam
20% kasus terjadi lesi multiple dalam mammae yang sama atau
bilateral. Fibroadenoma berkembang dari stroma khusus dari lobules.
14
Telah diketahui bahwa tumor mungkin muncul dari sel mesenkimal bcl-
2-positive pada mammae. Gambaran makroskopik dari lesi adalah
berbatas tegas, padat, diameter < 3cm, pada permukaan potongan
dimana terlihat lobulated dan menggembung. Jika tumor muncul
dengan ukuran yang besar (>10 cm), yang lebih sering terdapat mada
remaja perempuan, ini disebut giant fibroadenoma (Guray, 2006).
b. Mikroskopis
Dalam gambaran mikroskopis, fibroadenoma terdiri dari
proliferasi dari elemen epithelial dan mesenkimal. Stroma berproliferasi
sekitar kelenjar tubular (pericanalicular) atau menekan celah- celah
saluran (intracanalicular). Seringkali pada kedua jenis pertumbuhan ini
terlihat pada lesi yang sama (Guray, 2006).
Intracanalicular fibroadenoma yaitu FAM yang secara tidak
teratur dibentuk dari proliferasi ekstensif stroma sehingga pada
potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai celah atau
struktur ireguler mirip bintang-bintang. Pericanalicular fibroadenoma
yaitu FAM yang menyerupai kelenjar atau kista (membran basalnya
jelas dan utuh) yang dilingkari oleh jaringan epitel pada 1 atau banyak
lapisan yang regular.
Gambar 2.6 A. Gambaran makroskopis; permukaan potongan dari
fibroadenoma adalah lobulated, solid, dan berwarna putih
15
keabu-abuan, dengan karakteristik tampak menggelembung,
B. Gambaran mikroskopis; tampak lesi yang terdiri dari
stroma fibrotic yang memadat dan menekan celah saluran.
Gambar 2.7 A. Fibroadenoma tipe perikanalikular, B. Fibroadenoma tipe
intrakanalikular.
2.4.8 Diagnosis bandingBerikut ini dikemukakan kelainan payudara yang sering ditemukan
dengan uraian singkat sifat-sifat klinisnya, yaitu Fibrorystic of the breast
(mammary dysplasia), sistosarkoma filoides, galaktokel, mastitis, kanker
payudara (Beauchamp, 2007).
a. Kelainan Fibrokistik .
Biasanya multiple dan bilateral. Disertai rasa nyeri terutama
menjelang haid. Ukuran dapat berubah yaitu menjelang haid
terasa lebih besar dan penuh dan rasa sakit bertambah dan setelah
menstruasi sakit hilang atau berkurang dan Tumor pada jenis ini
tidak berbatas tegas umumnya, kecuali kista soliter. Konsistensi
padat kenyal dan dapat pula kistik. Jenis yang padat, kadang-
kadangsukar dibedakan dengan kanker payudara dini. Kelainan ini
dapat juga dijumpai tanpa massa tumor yang nyata, hingga
jaringan payudara teraba padat, permukaan granular.
Kelainan ini dipengaruhi oleh faktor hormonal atau
keseimbangan hormonal. Pengobatan kelainan ini umumnya
medikamentosa simptomatis. Namun pada beberapa keadaan
diperlukan operasi, yaitu apabila medikamentosa tidak
16
menghilangkan keluhan nyerinya dan atau ditemukan pada usia
pertengahan sampai tua.
b. Kistosarkoma filoides (Cystosarcoma philloides)
Gambaran klinis dapat seperti fibroadanoma mamma
yang besar. Bentuk bulat lonjong permukaan berbenjol, batas
tegas, ukuran dapat mencapai 20-30 cm. Konsistensi dapat
padat kenyal tetapi ada bagian yang kisteus. Walaupun besar tidak
ada perlekatan ke dasar atau kulit. Kulit payudara tegang dan
berkilat dan venektasi melebar. Tidak bermetastase karena ini ada-
lah kelainan jinak. Namun demikian dalam jumlah kecil ditemukan
dalam bentuk ganas, yang disebut malignant cystosarcoma
philloides yaitu 27% dari semua cystosarkoma.
c. Galaktokel
Ini bukan suatu kelainan neoplasma atau pertumbuhan
baru, tetapi suatu massa tumor kistik yang timbul akibat
tersumbatnya saluran atau duktus laktiferus pada ibu-ibu yang
sedang atau baru selesai masa laktasi. Tumor ini berisi ari susu yang
mengental. Klinis tumor berbatas tegas bulat dan kisteus.
d. Mastitis
Ini adalah suatu infeksi pada kelenjar payudara, yang
biasanya terdapat pada wanita yang sedang menyusui. Tanda
radang lengkap ditemukan. Sering ditemukan sudah menjadi abses.
e. Kanker payudara
Ini adalah neoplasma ganas, suatu pertumbuhan jaringan
payudara abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya
tumbuh infiltratif dan destruktif dan dapat bermetastase. Tumor ini
tumbuh progresif, dan relatif cepat membesar.
Pada stadium awal tidak ada keluhan sama sekali hanya
seperti fibroadanoma atau fibrokistik disease yang kecil saja.
Bentuk tidak teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata,
konsistensi padat keras.
17
Pada stadium yang lebih lanjut dapat menimbulkan kelainan
pada kulit berupa infiltrasi, retraksi puting susu melekat pada kulit,
seperti kulit jeruk (peau de' orange), benjolan-benjolan kecil di kulit
(satelit nodule) sampai dapat dijumpai ulserasi atau basah di atas
tumor dan lain sebagainya. Dapat bermetastase jauh ke paruparu,
hepar dan tulang dan lain-lain dengan segala macam akibatnya
sampai kepada yang fatal.
Walaupun kanker payudara ini adalah suatu tumor ganas;
namun tidak perlu ditakuti tetapi perlu diwaspadai. Tidak perlu
ditakuti karena kanker payudara ini bukanlah suatu penyakit yang
tidak dapat disembuhkan, kanker payudara dapat disembuhkan jika
ditemukan pada stadium dini. Kanker payudara perlu diwaspadai,
karena dia mempunyai gejala-gejala dini dan mempunyai faktor-
faktor risiko yang dapat dijadikan rambu-rambu untuk lebih hati-
hati.
Sebagai suatu patokan, kecurigaan keganasan pada tumor
payudara jika:
1) Tumor payudara secara klinis tidak jelas suatu tumor jinak.
Dikenal diktuk motto Tambunan: Suatu tumor payudara
dianggap ganas sampai terbukti tidak.
2) Tumor payudara didapat pada wanita golongan risiko tinggi.
3) Kista payudara yang cairannya berdarah.
4) Adanya nipple discharge baik sanguinous atau berdarah atau
serous.
5) Jika pada mammogram terdapat bayangan batas tegas, bentuk
stelata, mikrokalsifikasi, bayangan indurasi stromal yang
asimetris dengan distorsi struktur arsitektur payudara. (Palazzo,
2011).
Gambaran klinis yang lain yang mungkin dijumpai yaitu
paget’s disease dan nipple discharge.
1) Paget's disease
Dikenali dengan adanya gambaran ulserasi ringan
18
seperti dermatitis di daerah papila dan areola (berkrusta). Jika
tidak ditemukan massa tumor di bawahnya, ini termasuk kar-
sinoma in situ; dan jika ada massa tumor ini termasuk
karsinoma duktal invasif yang perlu dibuat staging berdasarkan
sistem TNM.
2) Nipple discharge
Discharge ini dapat berwarna kemerahan atau seperti
darah; disertai atau tanpa teraba tumor di payudara.
80% ini adalah intraduktal papiloma
20% ini adalah intraduktal karsinoma
2.4.9 ManagemenTerapi untuk fibroadenoma tergantung dari beberapa hal sebagai
berikut (Ramli, 1995):
1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. H a s i l b i o p s y
Yang dimaksud dengan ukuran dan usia yaitu apabila kecepatan
pertumbuhan rata-rata kurang dari 16% per-bulan pada wanita usia
dibawah 50 tahun dan kecepatan pertumbuhan rata-rata kurang dari 13%
per-bulan pada wanita diatas 50 tahun tanpa faktor resiko telah
dipublikasikan sebagai “ safe growth rate” yang nantinya dilanjutkan
dengan terapi non-operative tetapi hanya dengan observasi klinis (Ramli,
1995).
K a r e n a f i b r o a d e n o m a m a m m a e a d a l a h t u m o r
j i n a k m a k a p e n g o b a t a n y a n g dilakukan tidak perlu
dengan pengangkatan mammae. Yang perlu diperhatikan
adalah ben t uk dan uk u r ann ya sa j a . P en gan gka tan
ma m ma e ha rus m em per ha t i ka n b ebe ra pa faktor yaitu faktor
19
fisik dan psikologi pasien. Apabila ukuran dan lokasi tumor
tersebut menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada pasien maka
diperlukan pengangkatan. Terapi dari fibroadenoma mammae dapat
dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor tersebut, biasanya
dilakukan general anaesthetic pada operasi ini. Operasi ini tidak akan
merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan meninggalkan
luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan normal
secara perlahan (Ramli, 1995).
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk
fibroadenoma. Operasi ini dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk
memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari bekas luka.
Pemilihan tipe incise yang biasa digunakan yaitu (Ramli, 1995):
1. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar.
2.Circumareolar Incision
3.Curve/Semicircular Incision
Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe
circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas,
tetapi hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan
hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di
sekitar batas areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk
mengangkat tumor yang besar dan berada di daerah lateral payudara.
20
Gambar 2.8 Insisi biopsy mammae. Insisi Sirkumareolar atau insisi yang
parallel dengan garis Langer. Insisi radial digunakan pada
lesi yang terletak di mammae inferior.
Gambar 2.9 Daerah sayatan diberi tanda dengan tinta khusus, kemudian
dilakukan anestesi infiltrasi dengan lidokain 1 % cum
adrenalin 1: 100.000, kemudian lakukan incisi lewat sayatan
di atasnya.
Gambar 2.10 Kulit diincisi hingga tampak jaringan lemak.
21
Gambar 2.11 Jaringan lemak dibuka dengan gunting diseksi hingg tampak
tumor.
Gambar 2.12 Tumor didiseksi dari jaringan sekitarnya secara tumpul dan
tajam dengan gunting metzenbaum. Untuk mempermudak
diseksi, tepi-tepi luka ditarik dengan kait luka.
Gambar 2.13 Sebagian tumor telah dibebaskan dari jaringan sekitarnya.
22
Gambar 2.14 Membebaskan tumor dari dasar. Dasar tumor di klem
dengan klem pean. Jaringan di bawah klem di gunting
dengan gunting diseksi.
Gambar 2.15 Tumor setelah diangkat. Pemeriksaan PA ulangan terhadap
hasil operasi membenarkan fibroadenoma mammae tanpa
tanda-tanda keganasan
Gambar 2.16 Kulit dijahit secara intradermal dengan nylon no.5/0. Luka
ditutup kasa lalu dibalut dengan pembalut elastic melingkari
23
dada penderita. (Sumber: Atlas berwarna dan Dasar- dasar
Teknik Bedah Mino, 1995).
Fibroadenoma mammae dapat dimatikan dengan suhu yang dingin
(-40oC atau lebih rendah) dengan terapi cryoablation. Visica cryoablation
dapat dilakukan tanpa anestesi umum. Cryoablation dapat dilakukan
setelah diagnosis fibroadenoma ditegakkan yang dikonfirmasi oleh biopsy
mammae, ukuran 4 cm atau lebih kecil, tidak memiliki tekanan darah
tinggi, dan tidak memiliki penyakit hemophilia. Prosedur ini dilakukan
dengan menggunakan ultrasonografi untuk menentukan lokasi
fibroadenoma. Dan dengan panduan dari USG tersebut cryoprobe
dimasukkan ke tengah- tengah dari fibroadenoma. Terapi cryoablation
dilakukan setelah memastikan bahwa cryoprobe tersebut benar- benar
masuk ke dalam tumor (Stephen, 2010).
Gambar 2.17 Prosedur cryoablation
2.3.9 PrognosisFibroadenoma mammae bukanlah suatu malignansi.
Fibroadenoma mammae dapat terulang hingga 20% (Fattaneh,
2003).
24
BAB IIIKESIMPULAN
3.1 KesimpulanFibroadenoma adalah tumor jinak pada yang paling umum, yang
disebabkan oleh pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan mammae
normal didalam satu lobules dari mammae. (Smith, 2008). Fibroadenoma
terdapat pada 50% pada semua biopsy mammae, dan angka ini
meningkat 75% pada wanita umur kurang dari 20 tahun. (Greenberg,
1998).
Terdapat tiga tipe fibroadenoma, yaitu common fibroadenoma,
giant fibroadenoma, dan juvenile fibroadenoma. (Dixon, 2012). Disamping
itu, fibroadenoma mammae dapat dibedakan secara histology antara lain
fibroadenoma pericanaliculare dan Fibroadenoma intracanaliculare.
(Palazzo, 2011).
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan
pemeriksaan fisik, dengan pemeriksaan radiologi, dan pemeriksaan
sitologi dengan fine needle aspiration cytology (FNAC). Pada pemeriksaan
fisik, fibroadenoma biasanya halus, mobile, tidak nyeri tekan, dan
konsistensi kenyal. Kriteria sonografi yang mendukung diagnosis suatu
fibroadenoma adalah masa padat bulat atau oval dengan kontur halus dan
gema internal yang lemah dalam distribusi seragam dan memiliki redaman
akustik menengah. Gambaran karakteristik sitologi fibroadenoma adalah
kelompok sel spindle tanpa sel- sel inflamasi atau lemak, agregat sel
dengan konfigurasi papillary menyerupai tanduk rusa (antler horn
clusters), dan sel- sel yang seragam dengan sitoplasma yang terdefinisi
dengan baik terletak dalam baris dan kolom (honeycomb sheet). Secara
bersama- sama dengan diagnosis klinis dari fibroadenoma, FNA dapat
meningkatkan sensitivitas diagnosis sampai 86% dengan spesifisitas 76%.
(Greenberg, 1998).
25
Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk
fibroadenoma. Operasi ini dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk
memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari bekas luka (Stephen,
2010).
Fibroadenoma mammae dapat dimatikan dengan suhu yang dingin
(-40oC atau lebih rendah) dengan terapi cryoablation. Visica cryoablation
dapat dilakukan tanpa anestesi umum. Cryoablation dapat dilakukan
setelah diagnosis fibroadenoma ditegakkan yang dikonfirmasi oleh biopsy
mammae (Stephen, 2010).
Fibroadenoma mamma e bukanlah suatu malignansi.
Fibroadenoma mammae dapat terulang hingga 20% (Fattaneh,
2003).
BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang perempuan, usia 24 tahun, mengeluh terdapat benjolan
pada payudara kiri bagian samping kanan bawah ± 4 bulan yang
lalu. Benjolan dirasakan tidak membesar, nyeri (+) bila ditekan saat
haid.
26
Gejala yang dirasakan pasien sesuai dengan gejala klinis dari FAM
yaitu benjolan yang muncul pada usia muda (<30 tahun), benjolan
lambat membesar.
Pasien menyangkal ada benjolan ditempat lain , ataupun batuk,
sesak demam
Dari pemeriksaan fisik, didapatkan adanya 1 buah massa pada
payudara kiri, terletak pada kuadran inferolateral, dengan bentuk
bulat, ukuran 1x1 cm, permukaan licin, konsistensi padat kenyal,
mobile, berbatas tegas, nyeri tekan (-). Papilla mamae normal,
Pembesaran KGB aksila tidak ada
Hasil pemeriksaan fisik juga sesuai dengan sign dari FAM yaitu
adanya suatu massa single, unilateral, berbentuk bulat, ukuran 1-3
cm, permukaan rata, batas tegas, mobile, konsistensi padat kenyal
dan tanpa pembesaran KGB aksila
Gejala dan pemeriksaan fisik menyingkirkan DD keganasan karena
massa yang ditemukan tumbuh lambat, berbatas tegas, tidak
berdungkul-dungkul, dan konsistensi padat keras
DD mastitis juga dapat disingkirkan karena pasien tidak mengalami
demam dan tidak teraba hangat pada palpasi massa
DD galaktokel dapat disingkarkan karena pasien belum pernah
menyusui
DD kistosarkoma filoides juga dapat disingkirkan karena ukuran
massa yang ditemukan pada palpasi < 5 cm (kistosarkoma : 5-
20cm)
DD fibrokistik belum dapat disingkirkan karena pasien merasakan
nyeri pada benjolan saat haid
27
DAFTAR PUSTAKA
Beauchamp, Evers, Mattox, 2007, Townsend: Sabiston texbook of surgery, 18th edition, Saunders.
Bickley S. Lynn, 2003, Bates’ guide to physical examination and history taking, 8th edition, Lippincott Williams & Wilkins.
Brunicardi C. F, Andersen K. D, Billiar R. T, Dunn L. D, Hunter G. J, Matthew B. J, Pollock E. R, 2010, Schwartz’s principles of surgery, 9th
edition, McGraw Hill Com Inc.
28
Dixon Michael J, 2012, ABC of breast disease, 4th edition, Wiley- Blackwell.
Dhar A, Srivastava A, 2007, Role of centchroman in regression of mastalgia and fibroadenoma, World J Surg.
Drake L.R, Vogi W, Mitchell M.W.A, 2007, Gray’s anatomy for studens, Elsevier Churchill Livingstone.
Fattaneh A, Tavassoli, Peter D, 2003, Pathology and genetics of tumours of the breast and female genital organs, World Health Organization.
Greenberg Ron, Skornick Y, Kaplan O, 1998, Management of breast fibroadenomas, J Gen Intern Med.
Guray M, Sahin A. A, 2006, Benign breast disease: classification, diagnosis, and management, University of Texas.
Moore L.K, Agur R.M.A, 2007, Essential clinical anatomy, 3rd edition, Lippincott Willials & Wilkins.
Palazzo P. Juan, 2011, Difficult diagnoses in breast pathology, New York, Demos Medical Publishing.
Ramli M. Kanker Payudara dalam: Soelarto R. Penyunting kumpulan kuliah ilmu bedah. Bagian FK UI.
Smith trevor, 2008, Fibroadenoma, The breast centre, Ascot Integrated Hospital.
Standring Susan, 2008, Gray’s Anatomy: The anatomical basis of clinical practice, 39th edition, Elsevier Churchill Livingstone.
Stephen Pam, 2010, Visica fibroadenoma cryoablation procedure, National cancer institute.
Wechter G. D, 2013, Breast lump removal, Medline plus, A.D.A.M Inc.
Zhang R, Bevan S, Sun P, Lu Z.J, Peng Y, 2012, Unusual presentation of multiple fibroadenomas in bilateral breast and axillary accessory breast, Libertas Academica Ltd.
29