fix bab 2 dan 3(1)

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kurang Energi Protein (KEP) Masalah gizi di Indonesia dan Negara bergembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah kurang energy Protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional pangan dan gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi lebih. 3 Masalah gizi kurang tetap menjadi fokus utama saat ini karena sangat terkait dengan kualitas hidup manusia. Keadaan Kesehatan masyarakat Indonesia masih cukup memprihatinkan. Salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan dalam peningkatan kesehatan masyarakat adalah perbaikan gizi pada bayi dan balita. Kesehatan bayi dan balita merupakan ukuran penting kesehatan nasional karena berkaitan dengan berbagai faktor, antara lain kondisi sosial ekonomi, dan praktik kesehatan masyarakat. Dengan kata lain, kondisi sosial ekonomi suatu negara dapat dilihat dari tingkat kesehatan bayi dan balita di suatu wilayah negara. Kondisi ekonomi yang buruk menyebabkan

Upload: aisah-puspasari

Post on 20-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fix

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kurang Energi Protein (KEP)Masalah gizi di Indonesia dan Negara bergembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah kurang energy Protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Pada Widya Karya Nasional pangan dan gizi tahun 1993, telah terungkap bahwa Indonesia mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum dapat diatasi secara menyeluruh, sudah muncul masalah baru, yaitu berupa gizi lebih. 3Masalah gizi kurang tetap menjadi fokus utama saat ini karena sangat terkait dengan kualitas hidup manusia. Keadaan Kesehatan masyarakat Indonesia masih cukup memprihatinkan. Salah satu faktor utama yang perlu diperhatikan dalam peningkatan kesehatan masyarakat adalah perbaikan gizi pada bayi dan balita. Kesehatan bayi dan balita merupakan ukuran penting kesehatan nasional karena berkaitan dengan berbagai faktor, antara lain kondisi sosial ekonomi, dan praktik kesehatan masyarakat. Dengan kata lain, kondisi sosial ekonomi suatu negara dapat dilihat dari tingkat kesehatan bayi dan balita di suatu wilayah negara. Kondisi ekonomi yang buruk menyebabkan banyak keluarga tidak mampu memporeh makanan layak dan memiliki gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi dan balita. Padahal gizi yang baik sangat diperlukan pada bayi dan balita, karena pada masa itu terjadi pertumbuhan otak dan massa tubuh yang optimal. 3Makanan yang baik untuk bayi dan balita merupakan makanan yang memiliki gizi seimbang, yaitu makanan yang memenuhi zat gizi dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Menu seimbang yaitu menu yang terdiri dari beranekaragam makanan dengan jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan. 3 Gizi kurang yang terjadi pada bayi dan balita menjadi penyebab kesakitan dan kematian pada bayi dan balita di negara berkembang. 3 Setiap tahun kurang lebih 11 juta dari balita diseluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, malaria, campak dll. Ironisnya, 54% dari kematian tersebut berkaitan dengan adanya gizi kurang. Mirisnya, angka kematian bayi dan balita di Indonesia menempati posisi tertinggi di ASEAN. 4Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menunjukkan kesehatan masyarakat Indonesia berada di peringkat ke-142 dari 170 negara, jauh di bawah negara ASEAN lainnya seperti Malaysia (peringkat 56), Filipina (77), Thailand (67), apalagi bila dibandingkan dengan negara Singapura (22) serta Brunei (25). 3. Pada tahun 1989 prevalensi balita bergizi kurang mencapai 37, 5% pada tahun tahun berikutnya prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 24,7%. Prevalensi gizi kurang pada balita dari tahun ketahun mengalami penurunan yang cukup berarti . Akan tetapi mulai tahun 2001 setelah indonesia mengalami krisis multi dimensi, prevalensi gizi kurang mengalami kenaikan lagi berturut-turut menjadi 26,1 %, 27,3% dan 27,5 % pada tahun 2001, 2002, dan 2003.17 Data WHO menyebutkan angka kejadian gizi kurang pada balita pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi 28 % dan pada tahun 2007 prevalensi kejadian gizi kurang pada balita mengalami penurunan yang cukup berarti menjadi 18,4 persen, namun pada tahun 2007 ini Indonesia masuk kedalam 36 negara di dunia yang memberi 90 persen kontribusi masalah gizi dunia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan besaran masalah gizi di Indonesia menurun menjadi 17,9% .6

Sumber: BAPPENAS, 2011Walaupun prevalensi gizi kurang terus mengalami penurunan mulai tahun 2007, tetapi masih terjadi disparitas antar provinsi yang perlu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di wilayah rawan 6

Sumber: BAPPENAS, 2011

Perlu penanganan yang lebih serius untuk menyelesaikan masalah gizi kurang yang ada di Indonesia, mengingat masih banyak profinsi di Indonesia yang memiliki tingkat prevalensi balita gizi kurang diatas 20%. 6B. Pentingnya Upaya Perbaikan Gizi di Indonesia

Perbaikan gizi harus dilaksanakan sedini mungkin karena gagal tumbuh pada masa bayi dan balita mengakibatkan gangguan tumbuh kembang dan juga mengakibatkan gangguan metabolik. Pada masa ini terjadi perkembangan otak dan pertumbuhan massa tubuh dan komposisi badan secara optimal, sehingga berpengaruh pada kognitif dan prestasi belajar, serta kekebalan kapasitas kerja dari bayi atau balita ini nantinya. 7

Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Bab VIII) mengamanatkan bahwa Upaya Perbaikan Gizi bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Upaya pembinaan gizi dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan perkembangan masalah gizi, pentahapan dan prioritas pembangunan nasional. 7Keterlambatan dalam perbaikan gizi pada bayi dan balita akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan mengakibatkan terjadinya penurunan produktifitas, menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian . Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Maka seyogyanya kita harus lebih serius dalam penanganan dan pemantauan terhadap masalah gizi pada bayi dan balita di Indonesia. 71. Pengaruh Gizi Kurang Terhadap Sumberdaya Manusia di Indonesia Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber alam yang tersedia bagi suatu bangsa tanda adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. Salah satu indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indek Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index. Berdasarkan IPM maka pembangunan sumber daya manusia Indonedia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174 negara. 8 Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara 9 yang merupakan peringakat lebih rendah dibandingkan peringakat IPM negara-negara tetangga. Rendahnya IPM ini dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia, yang dapat ditunjukkan dengan masih tingginya angka kematian bayi sebesar 35 per-seribu kelahiran hidup dan angka kematian balitar sebesar 58 per-seribu serta angaka kematian ibu sebesar 307 per-seratus ribu kelahiran hidup.10 Perlu diketahiui bahwa lebih dari separuh kematian bayi, balita dan ibu ini berkaitan dengan buruknya status gizi. 42. Pengaruh Gizi Kurang terhadap Nilai Ekonomi di Indonesia

Gizi kurang mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap nilai ekonomi yang hilang akibat gizi kurang tersebut. Dalam perhitungan nilai ekonomi dari gizi kurang yang terjadi di Indonesia pada tahun 2003, Indonesia kehilangan nilai ekonomi sebesr 22,6 triliun rupiah. Jika prevalensi dari masalah gizi kurang ini tetap konstan sampai dengan tahun 2010 maka diperkirakan bangsa Indonesia akan kehilangan nilai ekonomi yang sangat tinggi mencapai 186,1 triliun rupiah. Sebaliknya apabila masalah gizi kurang di Indonesia dapat ditangani secara efektif, maka dapat mendatangkan nilai ekonomi sebesar 58,5 triliun rupiah sampai tahun 2010. 4C. Buah Merah (Pandanus coinedus L)1. Klasifikasi

Buah merah termasuk jenis tanaman pandan-pandanan (Pandanus). Diperkirakan ada sekitar 600 jenis tanaman yang tergolong dalam genus Pandanus, salah satunya adalah buah merah. Klasifikasi buah merah adalah sebagai berikut :

Divisi: Spermatophyta

Kelas: Angiospermae

Subkelas: Monocotyledonae

Ordo: Pandanales

Famili: Pandanaceae

Genus: Pandanus

Spesies: PandanusconoideusLam. 1112. Habitat

Buah merah termasuk tanaman endemik. Secara umum habitat asal tanaman ini adalah hutan sekunder dengan kondisi tanah lembab. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar di wilayah Papua dan Papua New Guinea. Di wilayah Papua, tanaman buah merah ditemukan tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 2-2.300 m di atas permukaan laut (dpl). Ini berarti bahwa tanaman buah merah dapat tumbuh di mana saja di wilayah Papua, mulai dataran rendah hingga dataran tinggi. Menurut Heyne (1987), buah merah juga bisa ditemukan di bagian utara Maluku yang menyebar dari daerah pantai hingga daerah pegunungan. 113. Morfologi

Pada dasarnya terdapat lebih dari 30 jenis atau kultivar buah merah di Papua. Namun, secara garis besar diketahui ada empat kultivar yang banyak dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis, yakni kultivar merah panjang, merah pendek, cokelat, dan kuning. Warna, bentuk, dan ukuran buah masing-masing jenis itu berbeda-beda. Kultivar merah panjang memiliki buah berbentuk silindris, ujung tumpul, dan pangkal menjantung. Panjang buah mencapai 96-102 cm dengan diameter 15-20 cm. Bobot buah mencapai 7-8 kg. Warna buah merah bata saat muda dan merah terang saat matang. Buah dibungkus daun pelindung berbentuk melancip dengan duri pada tulang utama sepanjang 8/10 bagian dari ujung. 114. Kompisisi

Buah merah mengandung jenis asam lemak tak jenuh yang berefek sehat, yaitu asam lemak omega-3, ,omega-6 dan omega-9. Selain itu, buah merah jug mengandung vitamin E dan karoten yang tinggi. Asam lemak omega-3 termasuk dalam kelompok asam lemak essensial. Asam lemak ini bisa dimanfaatkan untuk mengurangi resiko penyakit jantung, stroke, melarutkan kolesterol dalam darah dan mempertahankan kinerja dari otak dan sistem syaraf. Pada temuan lain juga dijumpai bahwa dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi resiko penyumbatan pembuluh darah dan dapat mengurangi tekanan jantung yang tidak beraturan. Asam lemak omega 3 memiliki peran penting bagi kesehatan manusia, asam lemak omega ini juga dapat memperbaiki sistem sirkulasi, pengerasan pembuluh darah, dan penggumpalan keping darah. Akhir- akhir ini penelitian terhadap sistem saraf pusat. 12 Omega 6 disebut juga Asam Linoleat, sebagai inflamasi yang kuat, namun tubuh tetap butuh inflamasi,hanya saja kadarnya tidak boleh lebih tinggi dari Omega 3 ,hanya boleh 30 % dari Omega 3. Menurut para ahli, asam lemak omega-3 dan omega-6 memiliki fungsi yang saling berkaitan. Keduanya bekerja bersinergi memelihara kesehatan kulit, kuku, rambut, hormon, meringankan gejala asma, serta mencegah kerusakan sel pada pengidap kanker. Menurut penelitian omega-9 memiliki perlindungan yang mampu menurunkan LDL kolesterol darah, meningkatkan HDL kolesterol yang lebih besar dibandingkan dengan omega-3 dan omega-6. 13Vitamin E yang ada di dalam buah merah berfungsi sebagai antioksidan alami yang mambuang radikal bebas dan molekul oksigen didalam tubuh. Vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh.. Vitamin E juga berfungsi mencegah penyakit hati, mengurangi kelelahan, membantu memperlambat penuaan karena vitamin E berperan dalam suplai oksigen ke darah sampai dengan ke seluruh organ tubuh. Vitamin E juga menguatkan dinding pembuluh kapiler darah dan mencegah kerusakan sel darah merah akibat racun. Vitamin E membantu mencegah sterilitas dan destrofi otot. 14Vitamin E banyak digunakan untuk tujuan melawan kekeringan pada kulit. Riset membuktikan bahwa vitamin E memberikan perlawanan terhadap kekeringan dengan membantu memberikan pelembab natural pada kulit. Penelitian juga membuktikan bahwa vitamin E bisa mengurangi molekul jahat yang terjadi akibat paparan asap rokok. 14Beta-karoten yang terdapat pada buah merah yang lebih dikenal sebagai karotenoid berfungsi mencegah kekurangan vitamin A, Antioksidan dan meningkatkan aktivitas kekebalan, Mendorong komunikasi antar sel yang lebih lancar Selain sebagai antioksidan dan meningkatkan aktivitas kekebalan, dapat memainkan peran dalam pencegahan kanker. Mendukung kesehatan reproduksi, dapat berperan dalam reproduksi wanita. 14BAB III

PEMBAHASAN

A. Masalah Kurang Gizi Pada Bayi

Di Indonesia, prevelensi bayi dengan gizi buruk menunjukan angka 4,9% dan gizi kurang sebesar 13,0 % atau secara nasional prevalensi bayi yang menderita gizi buruk dan gizi kurang sebesar 17,9%. Meskipun gizi sebesar 18,5% ditaun 2015 sudah tercapai, namun masalah gizi buruk masih menjadi permasalahan yang belum tuntan hingga saat ini.1 Gizi merupakan zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan. Gizi diperlukan oleh setiap manusia yang hidup, baik balita,anak-anak, remaja, hingga lansia pun membutuhkan gizi untuk kelangsungan hidup. Gizi juga memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, karena bagi anak gizi dibutuhkan untuk pertumbuhan. 15 Penyebab gizi buruk dapat dilihat dari berbagai faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk. Menurut UNICEF ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk, yaitu (1)Kurangnya asupan gizi dari makanan terutam protein. Hal ini disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang di konsumsi atau makanan yang tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yaitu kemiskinan.(2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi. Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tidak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik. 15Gizi buruk adalah bentuk terparah dari keadaan Kurang Energi dan Protein (KEP). Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia, kejadian ini terutama pada anak-anak di bawah usia 5 tahun (balita).23 KEP berat berisiko terhadap terjadinya kematian balita karena pada KEP sering mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Menurut WHO (2000), anak yang tidak makan cukup energi protein serta zat gizi lain maka daya tahan tubuhnya dapat melemah.16 Dalam keadaan demikian mudah terserang penyakit infeksi, kurang nafsu makan dan akhirnya menjadi KEP. Protein berfungsi untuk membangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormone yang berguna dalam proses metabolisme. Anak yang asupan proteinnya kurang akan mengalami gangguan terutama gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu protein pada masa balita sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak. 15

B. Kandungan Pasta Buah Merah yang Dapat Menanggulangi Masalah Dari Kurang Gizi

Buah merah mengandung zat-zat gizi bermanfaat dalam kadar tinggi. Diantaranya -karoten, tokoferol, asam oleat, asam linoleat, dekanoat, protein, kalsium, vitamin, energi, lemak dan serat. Buah merah juga mengandung asam lemak tak jenuh (omega-9 dan omega-3) dalam dosis tinggi yang mudah dicerna dan diserap sehingga memperlancar proses mmetabolisme dan mengatasi berbagai penyakit kekurangan gizi.17 Bila kekurangan asam lemak esensial, maka sel neuron akan menderita kekurangan energi untuk proses tumbuh kembangnya. Pembentukan dinding sel neuron terhambat karena kekurangan omega-3 (asam lemak linolenat), sehingga sel tidak mampu menampung muatan komponen sel neuron normal. 25 Buah merah mengandung banyak kalori untuk menambah energi, kalsium, serat, protein, vitamin B1, vitamin C. Kandungan kalorinya tinggi, mencapai 400 kilo kalori /100 gram daging buah.17 Sampai saat ini, pemanfaatan buah merah digunakan dalam pembuatan minyak. Dalam ektraksi minyak buah merah dperoleh hasil samping berupa pasta sisa ektraksi. Pada pasta buah merah masih mengandung omega 3, dan 6, protein, serta vitamin B1 dan C yang baik untuk mencukupi angka kebutuhan gizi pada balita. 14 Kandungan kimia dalam daging buah dan pasta buah merah disajikan dalam tabel berikut. :

Buah merah tentunya juga mengandung senyawa bioaktif seperti tokoferol dan karotenoid. Pada tabel diatas, kandungan total tokoferol dan karotenoid pada pasta buah merah lebih tinggi daripada daging buah merah segar. Kadar beta-karoten pada sari (pasta) buah merah sebesar 700 ppm dan total karotennya sebesar 12.000 ppm. Kandungan karotenoid yang tinggi, terutama beta-karoten dapat berfungsi sebagai antioksidan. Total tokoferol pada pasta buah merah yaitu sebesar 21.841,631159,38, lebih tinggi dari total tokoferol pada daging buah merah segar yaitu 11.205,63294,68 21 Protein yang terkandung dalam pasta buah lebih tinggi daripada yang terkandung dalam buah segar. Lebih tingginya kandungan protein pada pasta buah kemungkinan disebabkan adanya konjugasi protein dan lipid membentuk lipoprotein atau adanya emulsi antara air dan minyak dengan protein sebagai agen pengemulsi. Hasil yang sama juga terbukti pada kandungan besi, vitamin C, dan vitamin B1 pada pasta buah merah. Berbeda dengan kandungan protein, kandungan karbohidrat pada daging buah merah segar lebih tinggi dibandingkan dengan pasta buah. Hal tersebut disebabkan pada buah merah segar masih mempunyai bagian-bagian tanaman yang lengkap seperti biji, kulit biji dan empulur yang juga dapat mengandung karbohidrat di dalamnya. Rendahnya kandungan karbohidrat pada pasta juga dapat disebabkan adanya proses ekstraksi yang menghasilkan pasta dan minyak18 Selain protein dan karbohidrat, dalam buah merah juga terkandung beberapa komponen mineral seperti fosfor, kalsium, magnesium, seng, tembaga, mangan, kalium, dan juga besi.17C. Pemberian Protein Secara Kontinyu Terhadap Penurunan Agka Gizi BurukKandungan protein yang tinggi dalam pasta buah merah digunakan sebagai suatu upaya dalam membantu menurunkan masalah kekurangan gizi pada balita di Indonesia. Gizi buruk yang terjadi pada balita sering dikaitkan dengan kurangnya energi dan protein dalam jangka waktu yang lama. Upaya penurunan angka kurang gizi pada balita tidak serta merta hanya dengan sekali mengonsumsi protein, melainkan secara kontinyu agar menghasilkan perbaikan gizi yang optimal. Protein dengan kualitas dan jumlah tertentu mempengaruhi pertumbuhan sehingga pemberian protein yang cukup dalam makanan secara kontinyu sangat dibutuhkan balita agar dapat diubah menjadi protein tubuh secara efisien.19 Dengan pemberian intake protein pada balita, diharapkan mampu memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG). Adapun Angka kecukupan gizi protein untuk balita di Indonesia adalah sebagai berikut : Kelompok UmurEnergi (kkal)Protein

0-6 bulan55010 gram

7-12 bulan65016 gram

1-3 tahun100025 gram

4-6 tahun155039 ram

Sumber: Muhilal, Hardiansyah. Penentuan kebutuhan gizi dan kesepakatan harmonisasi di Asia Tenggara.

Dalam: Widyakarya nasional pangan dan gizi VIII. Ketahanan pangan dan gizi di era otonomi daerah dan globalisasi. Jakarta.2004: 301-7

D. Keekonomisan Pasta Buah Merah

Satu buah merah dihargai dengan nominal harga yang cukup besar. Hal ini dibuktikan dengan harga jual dari minyak buah merah. Jika dijadikan minyak, harga jual buah merah sendiri sangat tinggi, berkisar antara Rp 300.000,00 sampai dengan Rp 1.000.000,00 per liternya.20 Sampai saat ini, limbah tersebut belum dimanfaatkan secara optimal karena pemanfaatannya hanya terbatas sebagai pakan ternak dan kadang-kadang dibuang begitu saja.17 Berdasarkan kondisi tersebut, dilihat dari segi ekonomi, pasta buah merah adalah bahan yang relative murah dan mudah didapat karena pasta yang dimanfaatkan pada kajian ini merupakan hasil sampingan dari proses ekstraksi buah merah sehingga tidak memerlukan biaya yang tinggi dalam pemanfaatannya

E. Serat Halus Pada Buah Merah.Limbah padat yang berbentuk pasta sebagai hasil samping produksi minyak buah merah dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk, seperti saus, dodol, hingga selai.olahan pangan karena limbah tersebut memiliki tekstur halus dan masih mengandung zat-zat gizi seperti yang terdapat dalam buah merah antara lain beta karoten. Oleh karena itu pasta buah merah dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan berbagai produk olahan pangan yang berkualitas, baik dari segi gizi maupun organoleptiknya. Tekstur seratnya yang halus itu berpotensi untuk diolah menjadi bubur yang aman bagi pencernaan balita. 16 Serat adalah zat dari makanan yang penting bagi kesehatan. Mengonsumsi makanan kaya serat akan menghindarkan balita dari masalah kesehatan seperti, sembelit dan gangguan pencernaan lainnya. Produk pangan yang dapat dimanfatkan dari pasta buah merah sebagai bahan baku adalah bubur. Bubur merupakan makanan utama yang dikonsumsi balita.23 Hal inilah yang bisa digunakan sebagai suatu langkah awal dalam peningkatan gizi balita. Balita biasanya mengonsumsi bubur instan yang dijual bebas di pasaran. Masyarakat awam biasanya tertarik dengan produk bubur instan yang di pasarkan lewat media, seperti televisi. Padahal menurut SNI 01-7111.1-2005 kandungan protein pada bubur instan tidak kurang dari 8 gr/100 gr bahan, sementara kandungan lemak pada bubur instan tidak kurang dari 6 gr/100 gr bahan. Kandungan kimia dari bubur instan yang biasa dikonsumsi balita berserat kasar sehingga kurang baik bagi pencernaan.22 Dari data di atas, dapat diketahui bahwa pemanfaatan pasta buah merah pada bubur balita efektif untuk menurunkan angka kekurangan gizi, seperti Kekurangan Energi Protein (KEP) di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

1 Aritonang, Evawany. 2004. Kurang Energi Protein (Protein Energy Malnutrition). Bagian gizi kesehatan masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.

2 Palupi, Inti Aritni., Martosupono, Martanto. 2009. Buah Merah: Potensi dan Manfaat sebagai Antioksidan. Journal of Indonesian Medical Plant, Jakarta.

3 Carsita, Wenny Nugrahati. 2011. Indonesia Sehat 2014 Strategi Penanggulangan Masalah Gizi pada Bayi dan Balita di Indonesia. Skripsi. Indramayu: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu.4 Hadi, Hamam. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasi-nya terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Jogjakarta: Fakultas Kedokteran, Universitas Gajah Mada5 Depkes RI. 2004. Profil Kesehatan Indonesia 2004. Jakarta: Depkes RI.6 BAPPENAS. 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015. Jakarta: BAPPENAS.7 Kementerian Kesehatan RI. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 8 UNDP. 2003. Indonesia Human Development Report 2001. Jakarta: UNDP.9 UNDP. 2004. Indonesia Human Development Report 2001. Jakarta: UNDP.10 UNDP. 2001. Indonesia Human Development Report 2001. Jakarta: UNDP.11 Budi, I.M., Paimin, F.R.2005. Buah Merah. Jakarta: Penebar Swadaya,Halaman: 12-19, 22,43-50, 52-56.12 Wang C, Chung M, Lichtenstrein A, Balk E, Kupelnick B, Devine D, Lawrence A, and Lau J. 2004. Effect of Omega-3 Fatty Acids on Cardiovascular Disease. Agency for Healthcare and Quality Pub. No. 04-E009-2.13 Lamid, Astuti dkk. 2002. Pengaruh Docosahexaenoic Acid (DHA) pada Tumbuh Kembang Anak Balita Gizi Buruk yang di Rawat Jalan. Jurnal Teknologi dan Pangan. Bogor. Di akses http://jurnal.pdii.lipi.go.id.14 Murtiningrum dan Silimba, Isak. 2010. Pemanfaatan Pasta Buah Merah (Pandanus Conoideus L) sebagai Bahan Subtitusi Tepung Ketan dalam Pembuatan Dodol. Jurnal. Papua: Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Papua Manokwari. 15 Fatimah, Sari dkk. 2008. Faktor-Faktor yang Berkontribusi Terhadap Status Gizi Pada Balita di Kecamatan iawi Kabupaten Tasik.Laporan Akhir Penelitian. Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan16 Sumiat,Ida dkk. 2007. Evaluasi Penatalaksanaan Asuhan Gizi (Nutrition Care) Pada Balita Kurang Energi Protein (KEP) di RSUD Ulin Banjarmasin. Tugas Akhir. Malang : Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran17 Budi, I.M. 2002. Kajian Kandungan Zat Gizi dan Sifat Fisiko Kimia Berbagai Jenis Minyak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam) Hasil Ekstraksi Secara Tradisional di Kabupaten Jayawijaya Propinsi Irian Jaya. Tesis. Bogor: Fakultas Pertanian, IPB18 Selly, Andini Julia. 2008. Karakterisasi Sifat Fisiko-Kimia dan Pengujian Antiproliferasi Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Sel Kanker HeLa dan K-562 Secara In Vitro. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,IPB19 19. Nationanl Research Council. 1983. Nutrient requirements of warm water fishes and shellfish; Revised Edition, National Academic Press. Washington D.C20 JT. Yuhono. 2007. Analisis Titik Impas Harga dan Sistem Pemasaran Pada Industri Minyak Buah (Pandanus conoideus LAMK). Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Vol. XVIII No. 2, 2007, 188-20221 Budi, I.M., R. Hartono, dan I. Setyonova. 2005. Tanya Jawab Seputar Buah Merah. Jakarta: Penebar Swadaya22 Ema, et all. 2012. Karakterisasi Bubur Bayi Instan Berbahan Dasar Tepung Millet (Panicum sp) Dan Tepung Kacang Hijau (Phaseolus Radiatus) Dengan Flavor Alami Pisang Ambon(PHASEOLUS RADIATUS) (Musa paradisiacavar Sapientum. Jurnal. Solo. Teknosains Pangan Vol 1 No 1, UNS23 Sugiyono, Dendi. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-4.Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama24 Muhilal, Hardiansyah.2004. Penentuan kebutuhan gizi dan kesepakatan harmonisasi di Asia Tenggara. Dalam: Widyakarya nasional pangan dan gizi VIII. Ketahanan pangan dan gizi di era otonomi daerah dan globalisasi. Jakarta.: 301-725 Hidajat, 2011.Penambahan DHA Dan AA Pada Makanan Bayi : Peran Dan Manfaatnya. FK UNAIR. Surabaya di akses http://digilib.uniair.ac.id