makalah kelompok 3 (fix)

83
MAKALAH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. A DENGAN ENSEFALITIS DI RUANG ANGSANA (NEUROLOGI) RSUP Dr. HASAN SADIKIN Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah Disusun oleh: KELOMPOK 3

Upload: dessy-angghita

Post on 25-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

makalah kasus untuk seminar besar keperawatan medikal bedah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kelompok 3 (Fix)

MAKALAH KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. A DENGAN

ENSEFALITIS

DI RUANG ANGSANA (NEUROLOGI) RSUP Dr. HASAN SADIKIN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh:

KELOMPOK 3

PROGRAM PROFESI NERS XIII

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

Page 2: Makalah Kelompok 3 (Fix)

2

2015

Page 3: Makalah Kelompok 3 (Fix)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

melimpahkan Rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini sebagai tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah. Makalah ini

disusun berdasarkan bekal ilmu pengetahuan sebatas yang penulis miliki,

sehingga tanpa bantuan, bimbingan dan dorongan dari beberapa pihak akan sulit

bagi penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, ucapan terima

kasih penulis sampaikan kepada yth:

1. Ibu Monika Ginting, S. Kep.Ners, selaku koordinator dan dosen pembimbing

Stase Keperawatan Medikal Bedah

2. Tim Dosen Pembimbing Akademik Statse Keperawatan Medikal Bedah

3. Bapak Jajang, S. Kep.Ners, selaku pembimbing klinik di Ruang Angsana

RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

4. Pembimbing Klinik RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

5. Rekan-rekan staf keperawatan dan non keperawatan di klinik Ruang Angsana

RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung

6. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis cantumkan, yang telah turut

mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan kemampuan penulis dalam membahas dan memaparkan. Oleh karena

itu, segala sesuatu dan koreksi lebih lanjut sangat penulis harapkan dari semua

pembaca. Harapan penulis semoga makalah ini dapat memenuhi tugas

Keperawatan Medikal Bedah dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandung, Februari 2015

i

Page 4: Makalah Kelompok 3 (Fix)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

C. Metode Penulisan..........................................................................................3

D. Sistematika Penulisan...................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORITIS..............................................................................4

A. Pengertian......................................................................................................4

B. Anatomi Fisiologi.........................................................................................4

C. Etiologi..........................................................................................................7

D. Patofisiologi..................................................................................................9

E. Klasifikasi...................................................................................................10

F. Manifestasi Klinis.......................................................................................10

G. Komplikasi..................................................................................................11

H. Pemeriksaan Diagnostik..............................................................................11

I. Penatalaksanaan..........................................................................................12

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................14

A. Pengkajian...................................................................................................14

B. Analisa Data................................................................................................24

C. Diagnosa Keperawatan...............................................................................27

D. Rencana Asuhan Keperawatan....................................................................29

E. Catatan Perkembangan................................................................................37

BAB IV PENUTUP...............................................................................................46

A. Simpulan.....................................................................................................46

B. Saran............................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................47

ii

Page 5: Makalah Kelompok 3 (Fix)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit

penyakit kedalam tubuh seseorang. Penyakit infeksi masih menempati urutan

teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara berkembang, termasuk

Indonesia. Bagi penderita, selain menyebabkan penderitaan fisik, infeksi juga

menyebabkan penurunan kinerja dan produktifitas, yang pada gilirannya akan

mengakibatkan kerugian materil yang berlipat-lipat. Bagi Negara, tingginya

kejadian infeksi di masyarakat akan menyebabkan penurunan produktifitas

nasional secara umum, sedangkan dilain pihak juga menyebabkan peningkatan

pengeluaran yang berhubungan dengan upaya pengobatannya.

Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun

jamur, dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di

rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang sedang dalam perawatan di

rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari pada di luar rumah

sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor, dan

mikroba. Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh

bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000).

Dengan gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-

muntah lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan,

pendengaran, bicara dan kejang. Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui

kulit, saluran nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan

bakteri akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara. Salah satunya

adalah pada jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.

Sejak beberapa tahun terakhir ini, berbagai penyakit infeksi mengalami

peningkatan kejadian, tidak terjadi di Indonesia juga berbagai belahan

dunia(Anonim, 2007). Encephalitis merupakan penyakit radang otak manusia

1

Page 6: Makalah Kelompok 3 (Fix)

2

terutama pada ank-anak di Asia. Pada saat ini encephalitis masih menjadi

masalah kesehatan utama di wilayah asia dengan kasus lebih dari 35.000 dan

angka kematian yang mencapai 10.000 jiwa setiap tahunnya, encephalitis

merupakan penyebab terbesar encephalitis viral di seluruh dunia. Penelitian

yang dilakukan Send an Bahri (2005). Prevalensi encephalitis ditemukan

bahwa di Sumatra utara terdapat 86%, Jawa barat terdapat 23%, sedangkan,

Kalimantan barat 59%, Sulawesi selatan 14% , Sulawesi utara dan kalimanta

barat 44%, Sulawesi selatan 36%

Walaupun di jawa barat ditemukan penyebab encephalitis tergolong masih

rendah kiranya hasil ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi

tentang penyebaran penyakit encephalitis pada berbagaispesies hewan dan

masyarakat di Indonesia, sehinga pemerintah khususnya tenaga kesehatan

dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam mengantisipasi

kemungkinan terjadi wabah di Indonesia dan jawa barat pada khususnya.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai ensefalitis serta

mampu menerapkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada masalah

ensefalitis.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui definisi dari ensefalitis.

b. Mahasiswa mampu mengetahui faktor penyebab, tanda dan gejala,

serta proses terjadinya ensefalitis.

c. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan yang dilakukan pada

pasien dengan masalah ensefalitis.

d. Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan keperawatan yang bisa

dilakukan terhadap pasien dengan masalah ensefalitis.

Page 7: Makalah Kelompok 3 (Fix)

3

C. Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah

pola deskripsi, yakni menggambarkan, memaparkan serta menjelaskan

kembali apa yang telah kami dapat dan telah kami pelajari sebelumnya dari

berbagai sumber yang telah kami padukan menjadi satu rangkaian berdasarkan

pemahaman kami, agar para mahasiswa juga dapat mengerti dan memahami.

Sebagai referensi untuk pembuatan makalah ini kami mengacu pada berbagai

sumber yakni : mencari bahan di perpustakaan berdasarkan sumber yang

sesuai dengan materi, menanyakan kepada pakar yang lebih memahami materi

ini dan mencari ke internet.

D. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang penulisan, tujuan penulisan, metode penulisan

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini berikan teori yang terkait dengan ensefalitis

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

Bab ini berisikan asuhan keperawatan pada klien yang terdiri dari pengkajian,

analisa data, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan catatan

perkembangan

BAB IV PENUTUP

Bab ini berisikan simpulan dan saran

Page 8: Makalah Kelompok 3 (Fix)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian

Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh bernagai macam mirroorganisme

(Ilmu Kesehatan Anak, 2009). Encephalitis adalah infeksi yang mengenai

CNS yang disebabkan oleh virus atau mikroorganisme lain yang non purulent

(pedoman diagnosis dan terapi, 2010). Encephalitis adalah radang jaringan

otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa, jamur, rictesia atau

virus (Kapita Selekta, 2010)

B. Anatomi Fisiologi

Anatomi

Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

a. Cerebrum (Otak Besar)

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut

dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum

4

Page 9: Makalah Kelompok 3 (Fix)

5

merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatang.

Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa,

logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual.

Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas bagian

ini. Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut

Lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan

yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-

masing adalah: Lobus Frontal, Lobus Parietal, Lobus Occipital dan Lobus

Temporal.

Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi

menjadi dua belahan, yaitu belahan otak kanan dan belahan otak

kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di bagian

bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh,

dan belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat

dalam kreativitas dan kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk

logika dan berpikir rasional.

b. Cerebellum (Otak Kecil)

Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat

dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi

otomatis otak yaitu, mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol

keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga

menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang

dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat

menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika terjadi cedera pada

otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi

gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut

tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak

mampu mengancingkan baju.

Page 10: Makalah Kelompok 3 (Fix)

6

c. Brainstem (Batang Otak)

Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga

kepala bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau

sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar

manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh,

mengatur proses pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar

manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya bahaya.

Batang otak terdiri dari 3 bagian yaitu mensencephalon, medulla

oblongata dan pons.

d. Limbic System (Sistem Limbik)

Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak

ibarat kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah.

Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering

disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus,

thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik

berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi hormon, memelihara

homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa senang,

metabolisme dan juga memori jangka panjang. Bagian terpenting dari

Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah

bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana yang

tidak. Sistem limbik menyimpan banyak informasi yang tak tersentuh oleh

indera.

Fisiologi

Sistem karotis terutama melayani kedua hemisfer otak, dan sistem

vertebrabasilaris terutama memberi darah bagi batang otak, serebelum dan

Page 11: Makalah Kelompok 3 (Fix)

7

bagian posterior hemisfer. Aliran darah di otak (ADO) dipengaruhi terutama 3

faktor. Dua faktor yang paling penting adalah tekanan untuk memompa darah

dari sistem arteri-kapiler ke sistem vena, dan tahanan (perifer) pembuluh darah

otak. Faktor ketiga, adalah faktor darah sendiri yaitu viskositas darah dan

koagulobilitasnya (kemampuan untuk membeku). Dari faktor pertama, yang

terpenting adalah tekanan darah sistemik (faktor jantung, darah, pembuluh

darah, dll), dan faktor kemampuan khusus pembuluh darah otak (arteriol)

untuk menguncup bila tekanan darah sistemik naik dan berdilatasi bila tekanan

darah sistemik menurun. Daya akomodasi sistem arteriol otak ini disebut daya

otoregulasi pembuluh darah otak (yang berfungsi normal bila tekanan sistolik

antara 50-150 mmHg).

Faktor darah, selain viskositas darah dan daya membekunya, juga di antaranya

seperti kadar/tekanan parsial CO2 dan O2 berpengaruh terhadap diameter

arteriol. Kadar/tekanan parsial CO2 yang naik, PO2 yang turun, serta suasana

jaringan yang asam (pH rendah), menyebabkan vasodilatasi, sebaliknya bila

tekanan darah parsial CO2 turun, PO2 naik, atau suasana pH tinggi, maka

terjadi vasokonstriksi. Viskositas/kekentalan darah yang tinggi mengurangi

ADO. Sedangkan koagulobilitas yang besar juga memudahkan terjadinya

trombosis, aliran darah lambat, akibat ADO menurun.

C. Etiologi

Etiologi ensefalitis menurut Tarwoto (2007):

1. Virus

a. Penyebaran hanya dari manusia ke manusia : Parotitis, Campak,

Kelompok virus entero, Rubela, Kelompok Virus Herpes: Herpes

Simpleks (tipe 1 dan 2),Virus varicela-zoster,Virus CMV kongenital,

Virus Epstein Barr, Kelompok virus poks: Vaksinia dan variola.

b. Agen-agen yang ditularkan oleh antropoda : Virus arbo, Caplak

c. Penyebaran oleh mamalia berdarah panas : Rabies, Virus herpes

Simiae (virus “B”), Koriomeningitis limfositik

Page 12: Makalah Kelompok 3 (Fix)

8

2. Non–Virus

a. Riketsia

b. Mycoplasma pneumonia

c. Bakteri

d. Spirochaeta: Sifilis, kongenital atau akuisita, leptospirosis

e. Jamur: Candida albicans, Cryptococcus neoformans, Coccidioides

immitis, Aspergillus fumagatus, Mucor mycosis

f. Protozoa: Plasmaodium Sp., Trypanosoma Sp., Naegleria Sp.,

Acanthamoeba, Toxoplasma gondii

g. Metazoa: Trikinosis, Ekinokokosis, Sistiserkosis, Skistosomiasis

3. Parainfeksiosa-pascainfeksiosa, alergi

Berhubungan dengan penyakit sistemik tertentu: Campak, Rubela,

Pertusis, Gondongan, Varisela-zoster, Influenza, M. pneumonia, Infeksi

riketsia, Hepatitis. Berhubungan dgn vaksin yaitu Rabies, Campak,

Influenza, vaksinis, Pertusis, Yellow fever, Typhoid.

4. Penyakit Virus Manusia yang Lambat

a. Panensefalitis sklerosis sub akut (PESS) : campak, rubella

b. Penyakit Jakob-Crevtzfeldt (ensefalitis spongiformis)

c. Leukoensefalopati multifokal progresif

5. Kelompok Kompleks yang Tidak Diketahui

Sindrom Reye, Ensefalitis Von Economo, dan lain-lain

Page 13: Makalah Kelompok 3 (Fix)

9

D. Patofisiologi

Virus-virus yang menyebabkan parotitis, morbili, varisela masuk ke dalam

tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Virus polio dan enterovirus melalui

mulut, virus herpes simpleks melalui mulut atau mukosa kelamin. Virus-virus

yang lain masuk melalui inokulasi seperti gigitan nyamuk atau binatang

(rabies). Bayi dalam kandungan mendapat infeksi melalui plasenta virus

rubella atau cytomegalovirus. Pada umumnya virus ensefalitis masuk melalui

sistem limfatik. Di dalam sisem limfatik ini terjadi perkembangbiakan dan

penyebaran kedalam aliran darah dan mengakibatkan infeksi pada beberapa

organ. Pada stadium ini (fase ekstraneural), ditemukan penyakit demam

nonpleura, dan sistemis.

Didalam tubuh manusia, virus memperbanyak diri secara local, kemudian

menjadi viremia yang menyerang susunan saraf pusat melalui kapilaris di

pleksus koroideus. Cara lain ialah melalui saraf perifer (gerakan sentripetal)

atau secara retrograde axoplasmic spread misalnya oleh virus-virus herpes

simpleks, rabies, dan herpes zoster. Pertumbuhan virus mulai di jaringan

ektraneural seperti usus atau kelenjar getah bening (poliomyelitis, saluran

pernafasan bagian atas atau mukosa gastrointestinal (arbovirus) dan jaringan

lemak (coxsackie, poliomyelitis, rabies, variola).

Didalam system saraf pusat, virus menyebar secara langsung atau melalui

ruang ekstraseluler. Infeksi virus dalam otak menyebabkan meningitis aseptik

dan ensefalitis (kecuali rabies). Pada meningitis aseptik, proses radang terjadi

di mening dan koroid yang menjadi hiperemik disertai infiltrasi limfosit. Pada

ensefalitis terdapat kerusakan neuron dan glia dimana terjadi intraceluler

inclusion bodies, peradangan otak dan medulla spinalis serta edema otak. Juga

terdapat peradangan pada pembuluh-pambuluh darah kecil, thrombosis dan

Page 14: Makalah Kelompok 3 (Fix)

10

proliferasi astrosit dan microglia. Neuron-neuron yang rusak dimakan oleh

makrofag atau mikroglia, disebut sebagai neuronofagia yaitu sesuatu yang

khas bagi ensefalitis primer. Didalam medulla spinalis, virus menyebar

melalui endoneurium dalam ruang intersisial pada saraf-saraf seperti yang

terjadi pada rabies dan herpes simpleks. Pada ensefalitis sel-sel neuron dan

glia mengalami kerusakan.

E. Klasifikasi

1. Berdasarkan tahapan virus menginvasi otak

a. Ensefalitis Primer, virus langsung menyerang otak

b. Ensefalitis sekunder, diawali adanya infeksi sistemik atau vaksinasi.

2. Berdasarkan jenis virus

a. Ensefalitis virus sporadik: virus rabies, Herpes Simpleks Virus (HSV),

Herpes Zoster, mumps, limfogranuloma dan lymphocytic

choriomeningitis yang ditularkan gigitan tupai dan tikus

b. Ensefalitis virus epidemik: virus entero seperti poliomyelitis, virus

Coxsacki, virus ECHO, virus ARBO.

c. Ensefalitis pasca infeksi Pasca morbili, pasca varisela, pasca rubella,

pasca vaksinasi, dan jenis-jenis virus yang mengikuti infeksi traktus

respiratorius yang tidak spesifik

F. Manifestasi Klinis

1. Demam

2. Sakit kepala dan biasanya pada bayi disertai jeritan

3. Pusing

4. Gangguan kesadaran

5. Nyeri tenggorokan

6. Malaise

Page 15: Makalah Kelompok 3 (Fix)

11

7. Nyeri ekstrimitas

8. Pucat

9. Halusinasi

10. Kaku kuduk

11. Kejang.

12. Gelisah.

13. Iritable.

Masa inkubasi ensefalitis antara 4 dan 21 hari. Penyakit timbul tiba – tiba

diserai nyeri kepala yang hebat, menggigil dan demam, mual dan muntah,

nyeri di seluruh tubuh dan malaise. Dalam 24 – 48 jam, timbul rasa sangat

mengantuk dan penderita dapat mengalami stupor. Sering terjadi kaku kuduk.

Kekacauan mental, disartria, tremor, kejang dan koma timbul pada kasus –

kasus yang berat. Demam berlangsung 4 – 10 hari. Pada ensefalitis B Jepang,

angka kematian pada kelompok usia lanjut dapat sampai setinggi 80%. Sisa

penyakit mungkin berupa gangguan mental, perubahan kepribadian,

kelumpuhan, afasia, dan tanda – tanda cerebellum

G. Komplikasi

1. Susunan saraf pusat : kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik, penglihatan

dan pendengaran

2. Sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem lain dapat terlibat

secara menetap

3. Gejala sisa berupa defisit neurologik (paresis/paralisis, pergerakan

koreoatetoid), hidrosefalus maupun gangguan mental sering terjadi.

4. Komplikasi pada bayi biasanya berupa hidrosefalus, epilepsi, retardasi

mental karena kerusakan SSP berat.

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan laboratorium :

Page 16: Makalah Kelompok 3 (Fix)

12

a. Pungsi lumbal: CSS jernih, jumlah sel 20-500 / ml, kadang-kadang

bisa mencapai 2000/lebih. Kadar protein meningkat sampai 80-100

mg%, sementara kadar glukosa dan klorida normal.

b. Darah

2. Pemeriksaan pelengkap

a. Isolasi virus: identifikasi mikroorganisme penyebabnya (terutama

virus). Virus diisolasi dari otak→ inokulasi intraserebral mencit

b. Serologi : dalam membuat diagnosis perlu untuk menentukan

kenaikan titer antibodi spesifik selama infeksi

c. EEG: Perubahan tidak spesifik menyeluruh. Gambaran melambatnya

aktivitas otak.

d. CT scan kepala dan MRI: CT scan: perubahan parenkimal, odem otak

dan daerah lesi yang densitasnya berbeda dengan parenkim otak. CT

scan berguna untuk menunjukkkan adanya komplikasi (perdarahan,

hidrocephalus, atau herniasi). MRI lebih sensitive daripada CT scan

dalam mengidentifikasi ensefalitis virus

I. Penatalaksanaan

1. Farmakologis

a. Mengatasi kejang → Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang

sering terjadi, perlu diberikanDiazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam

bentuk infus selama 3 menit.

b. Memperbaiki homeostatis: infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S

(tergantung umur) dan pemberian oksigen.

c. Mengurangi edema serebri dan akibat yang ditimbulkan oleh anoksia

serebrim: Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3

dosis.

d. Menurunkan tekanan intracranial : Manitol diberikan intravena

dengan dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit, diulang setiap 8-12

jam.Gliser ol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan

Page 17: Makalah Kelompok 3 (Fix)

13

dengan dua bagian sari jeruk, dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu

lama

e. Pengobatan kausatif. Sebelum berhasil menyingkirkan etiologi bakteri

diberikan antibiotik parenteral. Pengobatan untuk ensefalitis karena

infeksi virus herpes simplek Acyclovir intravena, 10 mg/kgbb sampai

30 mg/kgbb per hari selama 10 hari.

2. Non farmakologis

a. Fisioterapi dan upaya rehabilitative

b. Makanan tinggi kalori protein

c. Lain-lain: perawatan yang baik, konsultan dini dengan ahli anestesi

untuk pernapasan buatan

Page 18: Makalah Kelompok 3 (Fix)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. A DENGAN ENSEFALITIS DI RUANG ANGSANA

RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG

A. Pengkajian

1. Biodata

a. Identitas Klien

Nama : Ny. A

Tempat tanggal lahir/umur : Pangalengan, 17-07-1985/ 29 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Suku bangsa : Sunda

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status perkawinan : Kawin

Alamat : Kiara Sanding RT 04 RW 14

Tanggal masuk RS : 25 Januari 2015

No. Medrec : 0000102826

Diagnosa medis : Ensefalitis viral

Tanggal pengkajian : 26 Januari 2015

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama Penanggung Jawab : Tn. D

Hubungan dengan Klien : Suami

Alamat : Kiara Sanding RT 04 RW 14

14

Page 19: Makalah Kelompok 3 (Fix)

15

2. Riwayat Kesehatan Klien

a. Keluhan Utama

Penurunan Kesadaran

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Sebelum masuk rumah sakit, klien mengalami demam di rumah selama

3 hari, kemudian klien berobat ke dokter umum dan diukur suhu (38,9

C) dan diberikan obat penurun panas, namun setelah 2 hari berobat

demam klien tak kunjung turun, pada hari ke-3 setelah berobat klien

mengalami kejang-kejang dan penurunan kesadaran, keluarga klien

membawa klien ke dokter umum kembali dan langsung diberikan

rujukan ke RSHS.

c. Riwayat Penyakit Masa Lalu

Klien memiliki riwayat penyakit epilepsi sejak usia 18 tahun, klien tidak

sering ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan penyakitnya,

penyakit epilepsi klien biasanya kambuh secara tiba-tiba tanpa ada

faktor penyebab.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga klien yang menderita sakit seperti klien,

tidak ada keluarga yang memiliki penyakit keturunan seperti diabetes

melitus.

3. Pola Aktivitas Sehari-hari

No. Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Setelah Sakit

1. Pola Makan dan

Minum

Makan

Jenis makanan

Frekuensi

Jumlah makanan

Nasi, sayur, daging

3 X sehari

Habis satu porsi

Padat

Susu

2 X sehari

Habis 1 gelas

Cair

Page 20: Makalah Kelompok 3 (Fix)

16

No. Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Setelah Sakit

Bentuk makanan

Makanan pantangan

Gangguan/keluhan

Minum

Jenis minuman

Frekuensi

Jumlah minuman

Gangguan/keluhan

Tidak ada

Tidak ada

Air putih

6 gelas perhari

1000 cc

Tidak ada

Asam, keras, pedas

Ketidakmampuan

mengunyah

makanan, klien

terpasang NGT

(dibantu keluarga)

Air putih

Setelah minum obat,

setelah makan

600cc

Ketidakmampuan

menelan, NGT

(dibantu oleh

keluarga)

2. Pola Eliminasi

BAB

Frekuensi

Jumlah

Konsistensi dan warna

Bau

Gangguan/keluhan

BAK

Frekuensi

Jumlah

Warna

Bau

2 X sehari

Sesuai asupan

Lembek dan kuning

Tidak menyengat

Tidak ada keluhan

4 x sehari

800 cc/ 24 jam

Kuning jernih

Tidak menyengat

1 kali ganti diapers

Sedikit

Lembek dan kuning

Tidak menyengat

ada keluhan (dibantu

keluarga)

Menggunakan kateter

500cc/24 jam

Kuning pekat

Tidak menyengat

Page 21: Makalah Kelompok 3 (Fix)

17

No. Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Setelah Sakit

Gangguan/keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

3. Pola istirahat/tidur

Siang: (waktu, lama,

kualitas/ ganggguan

istirahat dan tidur)

Malam (waktu, lama,

kualitas/ gangguan

istirahat dan tidur)

Jarang tidur siang

karena banyak

aktivitas

Tidur jam 21.00,

lama 7 jam, tidur

nyenyak, tidak ada

gangguan istirahat

tidur

Tidak terkaji

Tidak Terkaji

4. Personal Hygene

Mandi

Cuci rambut

Gosok gigi

Ganti pakaian

Gunting kuku

Gangguan/masalah

2 X sehari

2 hari sekali

2 X sehari

1 X sehari

1 Minggu sekali

Tidak ada

1 X sehari (Lap)

Tidak

Tidak

1 X sehari

Tidak

Gangguan personal

hygene

5. Pola aktivitas/latihan

fisik

Mobilisasi/jenis aktivitas

Waktu/lama/frekuensi

Gangguan/masalah

Jalan pagi

30 menit perhari

Tidak ada masalah

Tidak terkaji

Page 22: Makalah Kelompok 3 (Fix)

18

No. Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Setelah Sakit

6. Kebiasaan Lain

Merokok

Alkohol

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

4. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

1) Tingkat Kesadaran

Kualitatif : Sopor

Kuantitatif : GCS 11 (E3M6V2)

2) Antopometri

Tinggi Badan : 154 cm

Berat Badan : 50 kg

IMT : 21,09

3) Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : 160/100 mmHg

Respirasi : 24 X/menit

Nadi : 100 X/menit

Suhu : 37,8 C

b. Data Fisik

1) Sistem Pernafasan :

a) Hidung (simetris): bentuk hidung simetris, tidak ada pernafasan

cuping hidung, tidak ada secret, tidak ada polip, dan tidak

terjadi epistaksis.

b) Leher: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening maupun

kelenjar tiroid

Page 23: Makalah Kelompok 3 (Fix)

19

c) Dada: bentuk dada simetris, gerakan dada normal, taktil

fremitus normal, suara perkusi sonor, tidak ada suara nafas

tambahan.

d) Saturasi oksigen 98%

2) Sistem Cardiovaskuler :

a) Conjungtiva tidak anemi, arteri carotis kuat, dan tidak ada

peninggian vena jugularis.

b) Ukuran jantung normal tidak membesar

c) Suara jantung: tidak ada suara tambahan pada jantung seperti

murmur dan gallop

3) Sistem Pencernaan :

a) Sklera tidak ikterik, mukosa bibir kering, tidak ada labio skisis

b) Mulut: kemampuan menelan dan mengunyah tidak ada.

c) Lambung: tidak kembung, tidak ada pembesaran pada lambung

d) Usus: bising usus normal 12x/menit

e) Abdomen: tidak teraba pembesaran pada hati, tidak ada

pembesaran pada ginjal, limpe, tidak ada nyeri.

f) Anus: tidak ada haemoroid

g) Klien terpasang NGT

4) Sistem Indera:

Mata:

Letak mata sejajar dengan pina, tidak ada pembengkakan pada

kelopak mata, alis sejajar, sklera tidak ikterik

Hidung:

Ada septum, hidung simetris, tidak ada epistaksis, fungsi

penciuman tidak terkaji

Telinga:

Telinga simetris, telinga bersih, fungsi pendengaran tidak terkaji

Page 24: Makalah Kelompok 3 (Fix)

20

5) Sistem Syaraf :

Fungsi Cerebral

a) Status mental orientasi: klien mengalami penurunan kesadaran

b) Bicara (Ekpresive dan resipteve): klien hanya merintih tidak

jelas

Fungsi Cranial

a) Nervus I : tidak terkaji

b) Nervus II : tidak terkaji

c) Nervus III, IV, VI : tidak terkaji

d) Nervus V : tidak terkaji

e) Nervus VII : tidak terkaji

f) Nervus VIII : tidak terkaji

g) Nervus IX : tidak terkaji

h) Nervus X : tidak terkaji

i) Nervus XI : gerakan tangan dan kaki bebas namun tidak

terkendali karena klien gelisah

j) Nervus XII : tidak terkaji

Fungsi Motorik

Pergerakan tangan dan kaki bebas namun tidak terkendali karena

gelisah

Fungsi Sensorik

Klien masih bisa merasakan rangsangan nyeri

Fungsi Cerebellum

Gerakan klien tidak terkoordinasi

Refleks

Refleks Babinski (+)

Iritasi meningen

Tidak ada tanda pada kaku kuduk.

6) Sistem Muskuloskeletal:

Page 25: Makalah Kelompok 3 (Fix)

21

a) Kepala : bentuk kepala normal, tidak ada keterbatasan gerak

pada kepala

b) Vertebrae : normal tidak ada scoliosis, lordosis maupun kifosis

c) Lutut : normal

d) Kekuatan otot dan ROM pada ekstremitas atas dan ekstremitas

bawah tidak terkaji

7) Sistem Integumen:

a) Rambut: warna rambut hitam, karakteristik halus dan tidak

mudah dicabut, rambut tampak kotor

b) Kulit: warna kulit sawo matang, tekstur rambut halus, tubuh

teraba hangat, klien tampak menggigil

c) Kuku: bersih, kuku tidak mudah patah

8) Sistem Endokrin:

a) Kelenjar Thyroid: tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid

b) Suhu tubuh yang tidak seimbang: ada, klien mengalami

hipertermi

c) Riwayat bekas air seni dikelilingi semut: tidak ada.

9) Sistem Perkemihan:

a) tidak ada udem pada palpebra

b) Keadaan kandung kemih: kandung kemih tidak penuh

c) Tidak ada nocturia maupun dysuria, klien terpasang kateter.

10) Sistem Reproduksi :

a) Keadaan vagina bersih, labia mayora dan labia minora bersih

b) Pertumbuhan rambut: ada

Page 26: Makalah Kelompok 3 (Fix)

22

11) Sistem Immun :

a) Alergi: (cuaca, debu, bulu binatang, zat kimia): tidak ada alergi

b) Penyakit yang berhubungan dengan perubahan-perubahan

cuaca: tidak ada

c) Riwayat transfusi dan reaksi: klien tidak diberikan tranfusi.

5. Data Psiko-Sosial-Spiritual

a. Data Psikologis

1) Pengaruh penyakit terhadap psikologis

Keluarga klien cemas karena penyakit klien.

2) Persepsi klien terhadap penyakit

Keluarga klien menganggap penyakit ini merupaka cobaab.

3) Harapan klien terhadap pelayanan keperawatan

Keluarga klien berharap mendapatkan pelayanan yang ramah serta

berkualitas.

b. Data Sosial

1) Hubungan klien dengan orang lain (perawat/ petugas kesehatan lain,

klien lain, keluarga, masyarakat)

Klien tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar karena

penurunan kesadaran.

2) Peran dan fungsi klien dalam keluarga/masyarakat

Klien merupakan ibu rumah tangga yang mempunyai dua orang

anak.

c. Data Spritual

Klien tida melaksanakan kegiatan keadagamaan selama sakit

Page 27: Makalah Kelompok 3 (Fix)

23

6. Data Penunjang

a. Laboratorium

Tanggal 26/01/2015

Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan Satuan

1. Hematologi

Hematologi 14 parameter

Hemoglobin 13,4 P 12,0-16,0 g/dL

Hematokrit 40 P 35-47 %

Eritrosit 4,86 P 3,6-5,8 Juta/uL

Lekosit 10.200 4400-11300 /mm3

Trombosit 411.000 150000-450000 /mm3

Index eritrosit

MCV 81,3 80-100 fL

MCH 27,6 26-34 pg

MCHC 33,9 32-36 %

Hitung Jenis Leukosit

Basofil 0 0-1 %

Eosinofil 1 1-6 %

Batang 1 3-5 %

Segmen 84 40-70 %

Page 28: Makalah Kelompok 3 (Fix)

24

Limfosit 10 30-45 %

Monosit 5 2-10 %

2. Kimia Klinik

Ureum 24 15-50 mg/dL

Kreatinin 0,71 0,7-1,2 mg/dL

AST (SGOT) 47 P s/d 35 U/L 37 C

ALT (SGPT) 100 P s/d 35 U/L 37 C

3. Imnunoserulogi

Anti HBc IgM Non reaktif 0,075

HBsAg Kromatografi Non reaktif Non reaktif

Anti HCV Non reaktif 0,082 MRR

Anti HAV IgM Non reaktif 0,236 MRR

b. Radiologi

26/01/2015

Foto thorax dengan hasil tidak tampak kardiomegali, tidak tampak

edema paru, tidak tampak perbercakan.

c. Pemeriksaan EKG

26/01/2015

Hasil Pemeriksaan EKG normal

d. Pemeriksaan Lumbal Pungsi

25/01/2015

Mengambil cairan di subarachnoid, hasil positif terdapat virus di CSS.

7. Therapi

a. Diet

Diet cair 1500 kkal/hari

b. Therapi

1) Acyclovir 5x800 mg NGT

2) Paracetamol 500mg 3 x 500 mg NGT

3) Levetiracetam 250mg 2 x 250 mg NGT

Page 29: Makalah Kelompok 3 (Fix)

25

4) Curcuma 3 x 1 tab NGT

5) Asetil sistein 200mg 3 x 1 NGT

6) Ciprofloxaxin 200mg 2x 1 IV

7) Infus NaCl 1500 cc/24 Jam (20 tetes/menit)

B. Analisa Data

No/

Tanggal

Data Etiologi Masalah

1.

26/1/15

DS:

-

DO:

Klien mengalami

penurunan kesadaran,

GCS 11 (E3M6V2)

Tanda-tanda vital

TD: 160/100 mmHg

Respirasi : 24

X/menit

Nadi : 100

X/menit

Suhu : 37,8 C

Gerakan tangan dan

kaki tidak

Virus

Infeksi menyebar

melalui darah dan

system saraf

Mengenai system

saraf pusat

Eksudat purulent

menyebar ke dasar

otak, medulla spinalis

CO2 meningkat

Permeabilitas

Gangguan

perfusi jaringan

serebral

Page 30: Makalah Kelompok 3 (Fix)

26

No/

Tanggal

Data Etiologi Masalah

terkoordinasi vaskuler serebri

Transudasi cairan

Edema serebri

Volum tekanan otak

meningkat

Vasopspasme

pembuluh darah

serebri

Gangguan perfusi

jaringan serebri

2.

26/1/15

DS:

-

DO:

Suhu 37,8 C

Tubuh teraba hangat

Mukosa bibir kering

Hasil lab leukosit

segmen 84%

Virus

Infeksi menyebar

melalui darah dan

system saraf

Mengenai system

saraf pusat

Aktivitas makrofag

virus

Pelepasan zat pirogen

Hipertermi

Page 31: Makalah Kelompok 3 (Fix)

27

No/

Tanggal

Data Etiologi Masalah

Instasi termoregulasi

ketidakseimbangan

termoregulasi suhu

hipertermi

3.

26/1/15

DS:

-

DO:

Klien mengalami

penurunan kesadaran

GCS 11 (E3M6V2)

Makan klien dibantu

oleh keluarga

Minum klien dibantu

oleh keluarga

BAB dibantu oleh

keluarga

Personal hygene klien

dibantu

Virus

Infeksi menyebar

melalui darah dan

system saraf

Mengenai system

saraf pusat

Kerusakan cortex

serebri

Arrest jaringan

Penurunan kesadaran

Defisit perawatan diri

Defisit

perawatan diri

4.

26/1/15

DS:

-

DO:

Klien mengalami

penurunan kesadaran

Virus

Infeksi menyebar

melalui darah dan

system saraf

Gangguan

menelan

Page 32: Makalah Kelompok 3 (Fix)

28

No/

Tanggal

Data Etiologi Masalah

GCS 11 (E3M6V2)

Tidak ada reflek

menelan pada klien

Klien terpasang NGT

Mengenai system

saraf pusat

Kerusakan cortex

serebri

Arrest jaringan

Penurunan kesadaran

Kerusakan neurologis

Ketidakmampuan

reflek menelan

Gangguan menelan

5.

26/1/15

DS:

-

DO:

Klien terpasangan NGT

Klien terpasang kateter

Klien terpasang infus

Pemasangan NGT,

kateter dan infus

Belum diganti lebih

dari 7 hari

Berkembangnya

mikroorganisme

Resiko infeksi

Resiko infeksi

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan vasospasme

pembuluh darah serebri. Ditandai dengan:

Page 33: Makalah Kelompok 3 (Fix)

29

DS: -

DO:

Klien mengalami penurunan kesadaran, GCS 11 (E3M6V2)

Tanda-tanda vital

TD : 160/100 mmHg

Respirasi: 24 X/menit

Nadi : 100 X/menit

Suhu : 37,8 C

Gerakan tangan dan kaki tidak terkoordinasi

2. Hipertermi berhubungan dengan ketidakseimbangan termoregulasi suhu.

Ditandai dengan:

DS: -

DO:

Suhu 37,8 C

Tubuh teraba hangat

Mukosa bibir kering

Hasil lab leukosit segmen 84%

3. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan kesadaran. Ditandai

dengan:

DS: -

DO:

Klien mengalami penurunan kesadaran GCS 11 (E3M6V2)

Tidak ada reflek menelan pada klien

Klien terpasang NGT

4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan kesadaran.

Ditandai dengan:

DS: -

DO:

Klien mengalami penurunan kesadaran GCS 11 (E3M6V2)

Makan klien dibantu oleh keluarga

Page 34: Makalah Kelompok 3 (Fix)

30

Minum klien dibantu oleh keluarga

BAB dibantu oleh keluarga

Personal hygene klien dibantu

5. Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan alat penunjang

pemenuhan kebutuhan dasar. Ditandai dengan:

DS: -

DO:

Klien terpasangan NGT

Klien terpasang kateter, klien terpasang infus

Page 35: Makalah Kelompok 3 (Fix)

31

D. Rencana Asuhan Keperawatan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan

Perencanaan

Intervensi Rasional

1. Dx. 1 Tupan:

Dalam waktu 10 x 24 jam

setelah diberikan tindakan

keperawata masalah gangguan

perfusi jaringan serebral dapat

teratasi

Tupen:

Dalam waktu 7 x 24 jam

diberikan tindakan keperawatan

klien dapat mengenal orang,

waktu dan tempat.

Kriteria hasil:

GSC klien 15, klien

Kaji tingkat kesadran klien dengan

mengguankan GCS

Tingkat kesadaran merupakan

indicator terbaik yang dapat

mengindikasikan perubahan

neurologi

Kaji reflek kornea dan reflek gag Menurunnya reflek kornea dan

reflek gag dapat

mengindikasikan adanya

kerusakan batang otak

Kaji tanda-tanda vital klien Adanya perubahan tanda-tanda

vital seperti respirasi yang tidak

normal dapat dijadikan salah

satu indikasi adanya kerusakan

batang otak

Pertahankan posisi kepala klien 30 Dengan posisi head up berfungsi

Page 36: Makalah Kelompok 3 (Fix)

32

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan

Perencanaan

Intervensi Rasional

compos mentis

Klien orientasi tempat,

waktu dan orang

Fungsi sensorik utuh

Tekanan intracranial

menurun

derajat menekan ICP (intra cranial

preasure) tanpa menganggu CPP

(cranial perfusi preasure) agar

teradi keseimbangan sirkulasi

darah.

Lakukan aktivitas seminimal

mungkin

Aktivitas yang minimal

menjadikan stimulus menjadi

minimal sehingga dapat

menurunkan tekanan

intrakranial

Kolaborasi pemberian antibiotic

(cifrofloxaxin)

Antibiotic diberikan bagi klien

dengan ensfalitis bakteri karena

cara Kerja antibiotic ini dapat

membunuh bakteri dengan

menggaggu sintesis protein pada

bakteri untuk berkembang

Page 37: Makalah Kelompok 3 (Fix)

33

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan

Perencanaan

Intervensi Rasional

Kolaborasi pemberian anti virus

(acyclovir)

Acyclovir didalam sel

mengalami bentuk fosforilasi

menjadi bentuk trifosfat yang

bekerja menghambat virus

polymerase dan replikasi DNA

virus, sehingga mencegah

sintesa DNA virus tanpa

mempengaruhi proses sel yang

normal

2. Dx. 2 Tupan:

Dalam waktu 3 x 24 jam

setelah diberi tindakan

keperawatan masalah

hipertermi dapat teratasi

Tupen:

Dalam waktu 1 x 24 jam

Monitor suhu klien Kenaikan suhu pada klien dapat

dindikasikan sebagai demam,

suhu yang terlalu tinggi memicu

terjadinya kejang pada klien

Kaji lingkungan dan aktivitas klien Suhu tubuh sangat dipengaruhi

oleh tingkat aktivitas dan suhu

lingkungan, kelembapan yang

Page 38: Makalah Kelompok 3 (Fix)

34

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan

Perencanaan

Intervensi Rasional

setelah diberikan tindakan

keperwatan klien dapat

mempertahankan suhu tubuh

Kriteria Hasil:

Suhu tubuh klien dalam

batas normal (36 – 37,5 C)

Nadi dan respirasi dalam

batas normal (Nadi 60-

100x/menit, respirasi 18-20

x/menit)

Tidak ada kemerahan pada

kulit

Kulit tidak teraba panas

Klien tidak menggigil

tinggi dapat meningkatkan efek

panas pada tubuh

Anjurkan keluarga klien untuk

memberikan klien banyak minum

Peningkatan cairan untuk

mempertahankan fungsi

metabolisme tubuh

Lepaskan pakaian dam selimut

yang berlebihan

Selimut dan pakaian tebal

menghambat kemampuan alami

tubuh untuk menurunkan suhu

tubuh

Berikan kompres hangat Kompres hangat dapat membuat

vasodilatasi pada pembuluh

darah sehingga mempercepat

proses evaporasi panas dalam

tubuh

Kolaborasi obat anti piretik

(paracetamol)

Cara kerja obat antipiretik yaitu

menghambat prostaglandin

Page 39: Makalah Kelompok 3 (Fix)

35

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan

Perencanaan

Intervensi Rasional

untuk mempresepsikan demam

ke termoregulator di

hipotalamus

3. Dx.3 Tupan:

Dalam waktu 10 x 24 jam

setelah diberikan asuhan

keperawatan masalah gangguan

menelan pada klien dapat

teratasi

Tupen:

Setelah diberika asuhan

keperawatan selama 7 X 24 jam

klien dapat makan secara oral

Kriteria Hasil:

klien dapat makan melalui

Kaji tingkat kesadaran klien Penurunan kesadaran dapat

berakibat pada kerusakan

neurologis, salah satunya saraf

pada kerongkongan yang

berfungsi untuk menelan.

Observasi penyebab tidak adanya

reflek menelan

Penurunan kesadraan dapat

menjadi penyebab hiangnya

reflek menelan pada klien

Berikan klien posisi dengan leh

sedikit fleksi pada saat diberikan

makanan

Posisi sedikit fleksi

memanfaatkan gaya gravitasi

untuk membantu pergerakan

makanan kea rah bawah dan

Page 40: Makalah Kelompok 3 (Fix)

36

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan

Perencanaan

Intervensi Rasional

mulut

klien tidak terpasang NGT

klien dapat makan secara

mandiri tanpa bantuan

klien memiliki reflek

menelan

meminimalkan terjadinya

aspirasi

Berikan makanan sesuai kebutuhan

dengan melakukan kolaborasi

dengan ahli gizi, agar tidak terjadi

kelebihan asupan baik volume,

jadwal pemberian maupun

kandungannya

Makanan yang berlebihan dapat

menkan reflek muntah akibat

lambung yang terlalu penuh

Jika klien sudah sadar, anjurkan

klien untuk berkonsentrasi pada

latihaan mengunyah dan menelan

Latihan dapat memperkuat otot

guna memperbaiki gerakan

mengunyah dan gerakan lidah

dapat memindahkan bolus ke

bagian belakang mulut guna

menstimulasi refleks menelan

4. Dx.4 Tupan:

Setelah dilakukan tindakan

Kaji keterbatasan klien dalam

melakukan ADL

Keterbatasan ADL setiap klien

akan berbeda-beda tergantung

Page 41: Makalah Kelompok 3 (Fix)

37

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan

Perencanaan

Intervensi Rasional

keperawatan selama 10 x 24

jam masalah defisit perawatan

diri dapat teratasi

Tupen:

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 7 x 24 jam

klien dapat personal hygen

mandiri

Kriteria hasil:

Klien terbebas dari bau

badan

Klien dapat melakukan

ADL dengan bantuan yang

minimal

dari gangguan yang dialami oleh

klien

Monitor kemampuan klien untuk

perawatan diri yang mandiri

memonitor kemampuan klien

mengetahui perawatan mana

saja yang memerlukan bantuan

orang lain.

Monitor kebutuhan klien untuk

alat-alat bantu untuk kebersihan

diri, berpakain dan berhias,

toileting dan makan

Kebutuhan klien untuk

perawatan diri dapat disipakan

atau didekatkan dengan klien

agar klien tidak terlalu kesulitan

melakukan perawatan diri

dengan keterbatasan

Bantu klien dalam memenuhi

kebutuhan perawatan diri

Membantu pemenuhan

kebutuhan klien, menghindarkan

klien melakukan aktivitas

berlebih yang dapat

Page 42: Makalah Kelompok 3 (Fix)

38

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan

Perencanaan

Intervensi Rasional

klien menyatakan

kenyamanan terhadap

kemampuan pemenuhan

ADL

memperparah penyakit yang

diderita klien

Ajarkan keluarga klien untuk

melakukan perawatan diri kepada

klien

Melibatkan keluarga dalam

perawatan klien bertujan untuk

mengurangi ketergantungan

keluarga dengan klien.

5. Dx. 5 Tupan:

Dalam waktu 7 x 24 jam

setelah diberikan tindakan

keperawatan masalah infeksi

tidak terjadi.

Tupen:

Dalam waktu 3 x 24 jam

setelah diberikan tindakan

keperawatan klien terbebas dari

tanda dan gejala infeksi

Kaji alat pemenuhan kebutuhan

dasar yang terpasang pada klien

Alat-alat yang terpasang pada

klien dapat menjadi media

perkembangbiakan

mikroorganisme yang dapat

menyebabkan infeksi

Observasi waktu pemasangan alat

pemenuhan kebutuhan dasar (infus,

kateter, NGT)

Pemasangan (infus, kateter,

NGT) merupakan benda asing

yang masuk kedalam tubuh

apabila kebersihannya tidak

terjaga merupakan pencetus

Page 43: Makalah Kelompok 3 (Fix)

39

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No.Diagnosa

KeperawatanTujuan

Perencanaan

Intervensi Rasional

Kriteria hasil:

NGT, kateter dan infus

diganti dalam waktu < 7

hari

Tidak ada demam pada

klien

Tidak terjadi plebitis pada

daerah sekitar pemasangan

terjadinya infeksi

Berikan penjelasan kepada

keluarga menegani perkembangan

infeksi

Edukasi yang diberikan, dapat

meningkatkan pengetahuan

keluarga untuk mencegah

terjadinya infeksi

Anjurkan kepada keluarga klien

untuk mencuci tangan sebelum

memberi makan, membuang cairan

urine pada urin bag

Cuci tangan merupakan langkah

termudah yang dapat digunakan

sebagai pencegah infeksi.

Ganti (NGT, kateter atau infus)

jika pemasangan sudah lebih dari 7

hari

Alat yang terpasang terlalu lama

dalam tubuh dapat menjadi

tempat pengembangbiakan

mikroorganisme penyebab

infeksi

E. Catatan Perkembangan

Page 44: Makalah Kelompok 3 (Fix)

40

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal No. Diagnosa

Keperawatan

Jam Implementasi Evaluasi Paraf

26/1/15 - 13.00 Melakukan binatrust dengan

keluarga klien

R/ keluarga klien tampak

kooperati

S:

-

O:

Klien tampak mengalami

penurunan kesadaran dan

tidak ada respon saat

dipanggil

Klien tampak gelisah

Tanda-tanda vital

TD: 160/100 mmHg

Respirasi : 24 X/menit

Nadi : 100 X/menit

Suhu : 37,8 C

Dessy

13.30 Melakukan pengkajian terhadap

klien

R/ klien tampak mengalami

penurunan kesadaran, klien

demam

27/1/15 1 07.00 Mengkaji kesadaran klien

R/ klien tampak tertidur dan

S:

-

Siska

Page 45: Makalah Kelompok 3 (Fix)

41

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal No. Diagnosa

Keperawatan

Jam Implementasi Evaluasi Paraf

tidak ada respon saat dipanggil

namanya

O:

Klien masih mengalami

penurunan kesadaran dan

tidak ada respon saat

dipanggil

Klien demam dengan

suhu 38 C

Klien tampak gelisah

Pemenuhan ADL dibantu

oleh keluarga

A:

DX 1, 2, 3, 4 belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

3,4 08.00 Memberikan makan kepada

klien sebanyak 2 gelas

R/ klen masih tampak tertidur

1 09.00 Mengkaji tanda-tanda vital klien

R/ TD: 150/90, R: 22x/ menit,

S: 38 C, N: 110x/ menit

1 10.00 Mengingatkan keluarga klien

untuk memberikan klien obat

R/ keluarga klien baru

memberikan obat aciclovire

800mg 1 tab (NGT)

1 11.00 Memberikan posisi kepala klien

30 derajat

Page 46: Makalah Kelompok 3 (Fix)

42

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal No. Diagnosa

Keperawatan

Jam Implementasi Evaluasi Paraf

R/ klien tampak gelisah

4 12.00 Memberikan minum kepada

klien sebnayak 120 ml

R/ minum masuk 120 ml tanpa

ada muntah pada klien

2 13.00 Memberikan obat paracetamol

500 mg

R/ klien tampak berkeringat

28/1/15 1 07.00 Mengkaji kesadaran klien

R/ klien tampak tertidur dan

tidak ada respon saat dipanggil

namanya

S:

-

O:

Klien masih mengalami

penurunan kesadaran dan

Eirene

1 08.00 Mengkaji tanda-tanda vital klien

R/ TD: 150/100, R: 20x/ menit,

S: 37,7 C, N: 98x/ menit

Page 47: Makalah Kelompok 3 (Fix)

43

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal No. Diagnosa

Keperawatan

Jam Implementasi Evaluasi Paraf

tidak ada respon saat

dipanggil

Klien demam dengan

suhu 37,7 C

Klien tampak gelisah

Pemenuhan ADL dibantu

oleh keluarga

Tangan klien dipasang

restrain

A:

DX 1, 2, 3, 4 belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

1 09.00 Memberikan obat paracetamol 1

tab (NGT)

R/ klien tampak membuka mata

namun masih belum ada respon

3 10.00 Mengganti pampers klien

R/ klien tampak gelisah

5 11.00 Memberi edukasi pada keluarga

klien penanganan phlebitis

R/ keluarga klien mengerti

penjelasan yang diberikan

2 12.00 Menganjurkan keluarga klien

untuk memberikan minum

R/ keluarga klien memberikan

minum sebanyak 60 cc

Page 48: Makalah Kelompok 3 (Fix)

44

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal No. Diagnosa

Keperawatan

Jam Implementasi Evaluasi Paraf

2 13.00 Memberikan obat paracetamol

R/ suhu klien 37,2 C

29/1/15 1 07.00 Mengkaji kesadaran klien

R/ klien tampak tertidur dan

tidak ada respon saat dipanggil

namanya

S:

-

O:

Klien masih mengalami

penurunan kesadaran dan

tidak ada respon saat

dipanggil

Klien demam dengan

suhu 37,9 C

Klien tampak gelisah

Pemenuhan ADL dibantu

A:

Jenter

3 08.00 Memandikan klien dengan

handuk sekali pakai,

membersikan mulut klien

dengan menggunakan obat

kumur

R/ klien tampak gelisah

1 09.00 Mengkaji tanda-tanda vital klien

R/ TD: 140/90, R: 22x/ menit,

Page 49: Makalah Kelompok 3 (Fix)

45

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal No. Diagnosa

Keperawatan

Jam Implementasi Evaluasi Paraf

S: 37,9 C, N: 110x/ menit

DX 1, 2, 3,4 belum teratasi

P:

Lanjutkan intervensi

1 10.00 memberikan klien obat

ciprofloxaxin 200 mg

R/ klien masih tampak tertidur

1 11.00 Memberikan posisi kepala klien

35-40 derajat

R/ klien tampak gelisah

- 12.00 Memberikan minum kepada

klien sebnayak 120 ml

R/ minum masuk 120 ml tanpa

ada muntah pada klien

2 13.00 Memberikan obat paracetamol

500 mg

R/ klien tampak berkeringat

30/1/15 1 22.00 Mengkaji keadaan klien S: Dessy

Page 50: Makalah Kelompok 3 (Fix)

46

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal No. Diagnosa

Keperawatan

Jam Implementasi Evaluasi Paraf

R/ klien tampak terbangun dan

tidak ada respon (apatis) saat

dipangil

-

O:

Klien terbangun namun

tmapak apatis terhadap

orang disekitarnya dan

tidak ada respon saat

dipangil

Klien tampak gelisah

Pemenuhan ADL dibantu

Tidak terlihat tanda-

tanda infeksi

A:

DX 5 masalah teratasi

DX 1, 2, 3, 4 belum teratasi

P:

1 23.00 Memberikan posisi kepala 35-

40 derajat

1 24.00 Memberikan obat acyclovir 800

mg melalui NGT

R/ klien tampak tertidur saat

diberikan obat

1,2,3 03.00 Mengobservasi keadaan klien

R/ klien tampak tertidur

- 04.00 Mengganti cairan infus klien

NaCl 1500 cc/24 jam (20

tetes/menit)

Page 51: Makalah Kelompok 3 (Fix)

47

CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal No. Diagnosa

Keperawatan

Jam Implementasi Evaluasi Paraf

R/ klien tampak terbangun

Lanjutkan intervensi untuk

DX 1,2, 3 dan 4

Hentikan intervensi DX 5

3 05.00 Membantu klien mandi dengan

handuk sekali pakai, melakukan

oral hygen kepada klien dengan

obat kumur

R/ klien tampak terbangun dan

sedikit gelisah ketika

dimandikan.

1,2 06.00 Mengkaji tanda-tanda vital klien

R/ TD: 140/80, R: 23x/ menit,

S: 36,8 C, N: 100x/ menit

5 06.10 Mengakaji tanda-tanda infeksi

pada klien

R/ tidak ada tanda-tanda infeksi

yang terjadi pada klien.

Page 52: Makalah Kelompok 3 (Fix)

48

Page 53: Makalah Kelompok 3 (Fix)

BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Sebagaimana diketahui, infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus, maupun

jamur, dan dapat terjadi di masyarakat (community acquired) maupun di

rumah sakit (hospital acquired). Pasien yang sedang dalam perawatan di

rumah sakit memiliki resiko tertular infeksi lebih besar dari pada di luar rumah

sakit. Lingkaran infeksi dapat terjadi antara pasien, lingkungan/vektor, dan

mikroba.

Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri,

cacing, protozoa, jamur, ricketsia atau virus (Arif Mansur : 2000). Dengan

gejala-gejala seperti panas badan meningkat, sakit kepala, muntah-muntah

lethargi, kaku kuduk, gelisah, serta gangguan pada penglihatan, pendengaran,

bicara dan kejang. Virus atau bakteri memasuki tubuh melalui kulit, saluran

nafas dan saluran cerna, setelah masuk ke dalam tubuh, virus dan bakteri akan

menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara. Salah satunya adalah pada

jaringan otak yang nantinya akan menyebabkan ensefalitis.

Penatalaksaan pada masalah ini dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya

ensefalitis tersebut, antara lain seperti: pemberian antibiotik, antifungi,

antiparasit, antivirus dan pengobatan simptomatis berupa pemberian analgetik

antipiretik serta antikonvulsi.

B. Saran

Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi

fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa

mengalami hambatan. Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada

didalam tubuh menjadi sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya

sistem organ tersebut terhadap kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.

Page 54: Makalah Kelompok 3 (Fix)

50

Page 55: Makalah Kelompok 3 (Fix)

DAFTAR PUSTAKA

Heardman, H. (2013). NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:EGC

Mansjoer, arif, et all. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI.

Media aescullapius

Prince, Sylvia dan Lorraine. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit, Volume 1. Jakarta: EGC

Setyohadi, B. (2006). Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:

EGC

Sudoyo, aruw. Dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.5. Jakarta.

Interna Publishing.