makalah kelompok ustan bab 2 fix

23
MAKALAH KELOMPOK MATA KULIAH PENGANTAR USAHA TANI “BAB II PROFIL DAN SEJARAH USAHATANI DI INDONESIA” Oleh: Dewi Nur Isi!"#$h %&&'()(*(&&&&&*&+ Di,i A,i$ S$ri %&&'()(*(&&&&&*-+ Er.$,s/$h D$,ur S %&&'()(*(&&&&&0-+ Di1i, 2$h/u1i %&&'()(*(&&&&&3'+ Er4sie, L$il$ul F %&&'()(*(&&&&*(&+ KELAS :F PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNI5ERSITAS BRA2IJA6A MALANG *(&-

Upload: ervansyahdanur

Post on 05-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengantar usaha pertanian

TRANSCRIPT

MAKALAH KELOMPOKMATA KULIAH PENGANTAR USAHA TANIBAB II PROFIL DAN SEJARAH USAHATANI DI INDONESIA

Oleh:Dewi Nur Istiqomah(115040201111121)Dini Anita Sari(115040201111123)Ervansyah Danur S(115040201111183)Didin Wahyudi(115040201111195)Erfstien Lailatul F(115040201111201)KELAS: F

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2013KATA PENGANTARPuji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pengantar Usahatani BAB 2 sesuai dengan apa yang diharapkan.Dengan dibuatnya makalah ini, semoga dapat menambah wawasan kita semua, bagi pembaca pada umumnya dan kami sebagai penyusun pada khususnya. Makalah yang kami buat memang masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dalam pembuatan makalah selanjutnya.

Malang, 23 September 2013

Penyusun

I. PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPertanian merupakan salah satu sektor yang terpenting di antara sektor lainnya di Indonesia. Pertanian menjadi penting dikarenakan sektor ini merupakan jantung dari segala sektor. Hal ini terlihat dari tidak terpengaruhnya sektor pertanian oleh krisis ekonomi pada tahun 1998, sektor ini masih memberikan pertumbuhan yang positif. Menurut data BPS 1999 pertumbuhan nilai ekspor komoditi hasil sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,22% di tahun 1998. Sementara pertumbuhan sektor lain negatif, misalnya pertumbuhan sektor pertambangan dan migas negatif 4,16 persen, dan pertumbuhan sektor industri negatif 12,74 persen (BPS, 1999). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pertanian mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi.Pengembangan sektor pertanian termasuk pengembangan industri yang berbasis pertanian merupakan andalan potensial untuk membangkitkan dinamika ekonomi masyarakat di tengah penurunan ekonomi dewasa ini. Pengembangan sektor pertanian beserta program lanjutannya (agroindustri) memiliki nilai strategis untuk keluar dari krisis ekonomi. Salah satu sasaran dari pengembangan sektor pertanian adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani yang sebagian besar masih tergolong penduduk miskin. Berbagai cara telah dilakukan dalam upaya memperbaiki kesejahteraan petani. Beberapa upaya dari segi teknis usahatani yang telah dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dalam sektor pertanian ini ialah menerapkan sistem bertani organik, penggunaan bibit ungul dan sistem penjualan hasil usahatani. Upaya tersebut dilakukan agar terjadi peningkatan pendapatan petani.Seiring dengan perkembangan zaman, pertanian di Indonesia semakin berkembang dan pengetahuan petani mengenai usahatani Indonesia pun turut meningkat. Hal ini terlihat dari tujuan dari pertanian itu sendiri, dahulu hanya bertujuan untuk dapat bertahan hidup, tetapi sekarang tujuan pertanian pun mulai berkembang menjadi usaha ekonomi, industri, dll. Selain itu perkembangan pertanian dapat terlihat pada perkembangan usahatani.Awalnya petani menanam secara berpindah (shifting cultivation) dimana ketika petani membuka lahan dan memanfaatkan lahan tersebut hingga kesuburan tanah merosot, lalu setelah kualitas tanah menurun maka petani akan membuka lahan baru untuk melangsungkan budidaya pertaniannya. Perkembangan selanjutnya adalah penemuan usahatani dengan sistem bersawah dimana orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi tetapi usahatani secara berladang yang berpindah-pindah belum ditinggalkan. Seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk pun meningkat dan kebutuhan pangan pun meningkat, sehingga orang kemudian memanfaatkan daerah pegunungan dan pesisir pantai untuk kegiatan pertanian.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui Profil Usahatani di Indonesia Untuk mengetahui Masalah-masalah dalam Usahatani di Indonesia Untuk mengetahui Sejarah Usahatani di Indonesia

II. PEMBAHASAN

2.1 Profil Usahatani di IndonesiaUsahatani merupakan suatu tempat dimana seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian. (Kadarsan, 1993 dalam Shinta, 2011)Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:a. Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat,b. Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah,c. Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang subsisten,d. Kurang memperoleh pelayanan kesehatan, pendidikan dan pelayanan lainnya.Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil, maka telah disepakati batasan petani kecil (Sukartawi, 1986) Pada seminar petani kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil didefinisikan sebagai berikut:a. Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg beras per kapita per tahunb. Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha lahan sawah untuk di P.Jawa atau 0,5 ha di luar P.Jawa. Bila petani tersebut juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di P. Jawa dan 1,0 ha di luar P.Jawa.c. Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang terbatas.d. Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis. Dari segi otonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil adalah terbatasnya sumberdaya dasar tempat petani tersebut berusahatani. Pada umumnya mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak. Mereka sering terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana produksi. Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi pasar dan harga yang tidak stabil, mereka tidak cukup informasi dan modal.Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu memiliki sumberdaya terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara kerjanya tidak sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang sebagai kelompok yang serba sama, walaupun mereka berada di suatu wilayah kecil. Jelas bahwa hal ini diperlukan penelitian-penelitian mengenai usahatani di bebagai daerah dengan berbagai karakteristik petani, iklim, sosial, budaya yang berbeda, sehingga diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan untuk merumuskan suatu kebijakan.Dengan melihat ciri-ciri petani kecil di atas, mempelajari usahatani merupakan salah satu cara untuk melihat, menafsirkan, menganalisa, memikirkan dan berbuat sesuatu (penyuluhan, penelitian, kunjungan, kebijakan dll) untuk keluarga tani dan penduduk desa yang lain sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya. Kesulitan utama dalam menganalisis perekonomian rumah tangga tani di negara berkembang seperti Indonesia ialah karena sifat dwifungsinya: produksi dan konsumsi yang kadang tidak terpisahkan, serta kuatnya peranan desa sebagai unit organisasi sosial dan perekonomian. Menurut Tohir (1983) ,Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usahatani dapat diukur dari berbagai aspek. Ciri-ciri daerah dengan pertumbuhan dan perkembangan usahatani, adalah:1. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usahatani atas asas pengelolaan yang di dasarkan atas tujuan dan prinsip sosial ekonomi dari usaha. Usaha pertanian atas dasar tujuan dan prinsip sosial ekonomi yang melekat padanya, usahatani digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: Usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomis kapitalis Usahatani yang memiliki dasar ekonomis-sosialis-komunistis Usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomis2. Tingkat pertumbuhan usahatani berdasarkan teknik atau alat pengelolaan tanah. Menurut Hahn, kemajuan pertanian setelah tahap hidup mengembara dilampaui dapat dipisah-pisahkan dalam beberapa tingkat. Tiap tingkat memiliki ciri-cirinya sendiri. Tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah secara sederhana (dicangkul). Tingkat ini memiliki dua fase, yaitu fase perkembangan pertanian yang belum kenal jenis tanaman-tanaman gandum dan fase perkembangan pertanian yang telah mengenal jenis-jenis tanaman gandum. Tingkat pertanian yang ditandai dengan pengelolaan tanah dengan cara membajak. Van Der Kolf berkesimpulan, bahwa di Indonesia kita akan menjumpai tingkatan-tingkatan yang dimaksud oleh Hahn. Ciri tingkatan-tingkatan tersebut adalah: Tingkat pertanian dengan pengolahan tanah secara mencangkul dan pengusahaan jenis tanaman umbi-umbian. Tingkat pertanian dengan pengolahan tanah secara mencangkul dan pengusahaan jenis tanaman bangsa gandum sebagai tanaman utamanya. Tingkatan pertanian yang ditandai dengan pengolahan secara membajak dan penanaman jenis-jenis gandum sebagai tanaman utamanya. 3. Menurut para cendekiawan usahatani di Indonesia, tingkat pertumbuhan usahatani di Indonesia berdasarkan kekuasaan badan-badan kemasyarakatan atas pengelolaan usahatani itu mula-mula dilakukan oleh suku dan kemudian digantikan dengan marga atau desa, famili atau keluarga persekutuan-persekutuan orang dan akhirnya perseorangan. Berdasarkan kekuasaan badan-badan usahatani dalam masyarakat atas besar kecilnya kekuasaan, maka usahatani dapat kita golongkan sebagai berikut: Suku sebagai pengusaha atau yang berkuasa dalam pengelolaan usahatani Suku sudah banyak kehilangan kekuasaannya dan perseorangan nampak mulai memegang peranan dalam pengelolan usahataninya. Desa, marga, atau negari sebagai pengusaha usahatani atau masih memiliki pengaruh dalam pengelolaan usahatani. Famili sebagai pengusaha atau masih memiliki pengaruh dalam pengelolaan usahatani. Perseorangan sebagai pengusahatani Persekutuan adat sebagai pengusaha atau sebagai pembina usahatani 4. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usahatani berdasarkan kedudukan sosial ekonomis petani sebagai pengusaha. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usahatani dapat dilihat dari (a) kedudukan struktural atau fungsi dari petani dalam usahatani dan (b) kedudukan sosial ekonomi dari petani dalam masyarakat.

2.2 Masalah-Masalah Dalam Usahatani Di Indonesia1. Masalah-masalah dalam usahatani menurut Fadholi (1991)a) Kurang rangsanganMasalah kurang rangsangan karena sikap puas diri para petani yang umumnya petani kecil. Ada semacam kejenuhan dan putus asa karena sulitnya meningkatkan taraf hidup dan pemenuhan kebutuhan keluarganya. Akibat berikutnya akan berpengaruh terhadap kemampuan untuk meningkatkan pendidikan dan tersedianya dana yang cukup untuk biaya operasional usahataninya. Rendahnya tingkat pendidikan akan berpulang kepada rendahnya adopsi teknologi, apalagi kurangnya dana tadi akan sulit untuk membeli teknologi. b) Lemah tingkat teknologinyaDalam hal ini, kami menyebutnya dalam kelompok Late Majority. Yaitu kelompok yang lambat dalam hal menerima informasi ataupun teknologi terbaru. Sehingga mereka tetap berada di situ saja. Tidak berjalan ke depan. Tetapi kelompok ini lebih skeptic dan lambat dalam hal mengadoptir sesuatu hal baru yang asing bagi mereka, meskipun mereka punya kemauan untuk mengadopsi atau menerapkan suatu teknologi tersebut. Mereka hanya mengikuti teknologi yang baru jika telah disetujui oleh pendapat umum dan telah diterapkan oleh kebanyakan orang.c) Langkanya permodalan untuk pembiayaan usahataniDengan terbatasnya modal, maka penyediaan fasilitas kerja berupa alat-alat usahatani semakin sulit dipenuhi. Akibatnya intensitas penggunaan kerja menjadi semakin menurun. Ketergantungan keluarga akan modal menyebabkan petani terjerat sistem yang dapat merugikan diri sendiri dan keluarganya. Sebagai akibat langkanya modal usahatani, kredit menjadi penting. Dalam hal ini pemerintah perlu menyediakan fasilitas kredit kepada petani dengan syarat mudah dicapai. Keadaan yang demikian belum sepenuhnya ada. Demikian pula dengan prosedur mudah dan suku bunga yang relatif rendah. Dengan demikian terbuka pemilik modal swasta mengulurkan tangan, sambil membunuh secara perlahan kepada petani, melalui sistem yang dikenal dengan sistem ijon. Alasan petani untuk tidak menggunakan fasilitas kredit yang disediakan pemerintah adalah belum tahu caranya, tidak ada jaminan, serta bunganya dianggap terlalu besar.d) Masalah transformasi dan komunikasiUpaya pembangunan termasuk membuka isolasi yang menutup terbukanya komunikasi dan langkanya transportasi. Hal itu menyulitkan petani untuk menyerap inovasi baru dan bahkan untuk memasarkan hasil usahataninya. Isolasi ini akan menutup setiap informasi harga yang sebetulnya sangat diperlukan oleh petani.e) Kurangnya informasi hargaAspek-aspek pemasaran merupakan masalah diluar usahatani yang perlu diperhatikan. Seperti kita ketahui petani yang serba terbatas ini berada pada posisi yang lemah dalam penawaran persaingan, terutama yang menyangkut penjualan hasil dan pembelian bahan-bahan pertanian. Penentu harga produk tidak pada petani. Petani harus terpaksa menerima apa yang menjadi kehendak dari pembeli dan penjual. Makin ia maju, ketergantungan akan dunia luar akan semakin besar. Tengkulak memegang peranan yang besar pada aspek penjualan hasil usahatani.f) Adanya gap penelitian terpakai untuk petaniBahan penelitian yang mampu menggerakkan teknologi terkadang lambat diubah dalam bahan penyuluhan oleh penghantar teknologi. Terjadi kesenjangan antara peneliti dan petani. Terjadi kelambatan dan adanya proses adaptasi hasil penelitian. Memerlukan penanganan yang lebih mantap terhadap sistem maupun pelayanan pengukuran.g) Luasan usaha yang tidak menguntungkanDengan lahan usahatani yang sempit, akan membatasi petani berbuat pada rencana yang lebih lapang. Keadaan yang demikian akan membuat petani serba salah, bahkan menjurus kepada keputusasaan. Tanah yang sempit dengan kualitas tanah yang kurang baik akan menjadi beban bagi petani pengelola usahatani. Akibat lanjutan dari sempitnya luasan lahan usahatani adalah rendahnya tingkat pendapatan petani. Besarnya jumlah anggota yang akan menggunakan pendapatan yang sedikit tadi, akan berakibat rendahnya tingkat konsumsi. Dan ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan kecerdasan anak, menurunnya kemampuan berinvestasi, dan upaya pemupukan modal.h) Belum mantapnya sistem dan pelayanan penyuluhanMemang penyuluh telah ditambah, tetapi jumlah petani cukup banyak sehingga imbangan petani-penyuluh menjadi besar. Belum lagi lokasi dan tingkat pengetahuan petani yang beragam membuat sulit dalam mekanisme penghantaran teknologi.i) Aspek sosial, politik, ekonomi yang berkaitan dengan kebijakan bagi petaniPetani dituntut mengadakan pangan, bahan baku industri, dan melestarikan sumberdaya alam. Ada pembebanan yang tinggi terhadap sektor ini. Semua semua merupakan kebijakan-kebijakan politik. Kondisi sosial menempatkan petani pada posisi sulit, meskipun berperan besar. Ini adalah fakta sosial petani, termasuk nelayan, bagian yang terbesar jumlah petani pada posisi lemah. Posisi kuat dimiliki sektor lain, kebanyakan di luar petani. Ini aspek ekonomi, di pihak lain petani memberikan konstruksi tinggi terhadap pendapatan nasional. Pemasaran hasil usahataninya di luar kekuasaannya. Meraka belum dan bahkan tidak dilibatkan dalam penetapan kebijakan pasar, mereka lemah posisi bersaingnya.

2. Masalah-masalah dalam usahatani menurut Soekartawia) Aspek teknologiPara petani kecil pada umumnya sulit menerima setiap teknik atau metode baru (innovation). Selain itu, setiap penerapan teknologi membutuhkan modal yang lebih besar untuk pengadan dan penguasaan teknologi tersebut.b) Perubahan hargaPada suatu masa tertentu harga-harga komoditas usahatani mengalami perubahan. Misalnya apabila harga komoditas kubis di pasaran tinggi, petani akan beramai-ramai menanam kubis sehingga apabila musim panen tiba, harga kubis menjadi turun jauh yang mengakibatkan kerugian pada petani itu sendiri.c) Meningkatnya jumlah produsenSemakin banyak petani yang mengusahakan komoditas yang sama, maka akan semakin ketat kompetisi untuk mendapatkan konsumen. Sehingga bagi petani yang belum siap menghadapi persaingan akan mengalami kerugian.d) Menurunnya hargaTurunnya harga suatu komoditas menyebabkan petani jarang mengusahakan komoditi tersebut sehingga keberadaannya di pasar terbatas padahal permintaan dari suatu konsumen tetap ada. Hal ini akan mengakibatkan kelangkaan dan harga akan naik.e) Menurunnya luasan lahan pertanianDari tahun ke tahun luasan lahan pertanian semakin menurun, hal ini disebabkan karena banyak lahan yang sekarang dimanfaatkan untuk pemukiman ataupun pertokoan. Hal ini akan berpengaruh pada komoditas pertanian. Komoditas pertanian akan semakin langka sedangkan permintaannya semakin meningkat.f) Meningkatnya kesadaran kesehatanPada umumnya petani kecil mengusahakan pertaniannya secara konvensional, yang menggunakan pupuk, dan pestisida kimia, sementara itu masyarakat sekarang mulai memperhatikan makanan yang akan mereka konsumsi apakah tercemar residu kimia atau tidak sehingga mereka lebih memilih produk organik dari pada produk yang dihasilkan oleh petani kecil. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan kerugian pada diri petani karena produknya tidak diminati konsumen.g) Perubahan iklimPerubahan iklim yang tidak menentu pada saat ini mengakibatkan petani kesulitan untuk memprediksi musim tanam, selain itu petani akan kesulitan mendapatkan air untuk pertanian.h) Pembiayaan usahataniDalam kegiatan proses produksi pertanian organik, maka modal dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan tersebut disebabkan karena ciri yang dimiliki oleh model tersebut. Faktor produksi seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. Dengan demikian modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang relative pendek dan tidak berlaku untuk jangka panjang. Besar kecilnya modal dalam usaha pertanian tergantung dari: Skala usaha, besar kecilnya skala usaha sangat menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai makin besar skala usaha makin besar pula modal yang dipakai. Macam komoditas, komoditas tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar-kecilnya modal yang dipakai. Tersedianya kredit sangat menentukan keberhasilan suatu usahatanii) Perubahan pola hidupPerubahan pola hidup petani berpengaruh pada pengusahaan suatu komoditas. Apabila petaninya masih menganut pola pertanian tradisional maka pola budidayanyapun masih menggunakan cara tradisional sehingga hasilnya hanya cukup digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani. Sedangkan petani yang sudah modern maka budidayanya lebih bersifat komersil untuk mendukung hal tersebut maka peralatan pertaniannya lebih modern. (Soekartawi,2003).

3. Masalah-masalah dalam usahatani menurut Syukuriwantoro (2009)a. Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim globalPerubahan iklim global telah menjadi perhatian dunia dan diyakini akan berpengaruh terhadap produksi pangan. Frekuensi anomali iklim antar musim dan antar tahun meningkat, menyebabkan penentuan waktu tanam sulit dilakukan dan resiko kegagalan panen semakin besar.b. Terbatasnya ketersediaan infrastruktur, sarana prasarana lahan dan airInfrastruktur pedesaan pendukung usahatani yang belum memadai, merupakan salah satu masalah utama usahatani. Salah satu infrastruktur yang sangat diperlukan oleh petani adalah jalan usahatani. Pada saat ini tidak tersedia jalan usahatani untuk menuju ke lahan sawah yang letaknya agak jauh dari pemukiman. Untuk menuju ke sawahnya petani harus melewati galangan atau lahan sawah petani lainnya. Sering kali mereka tidak diizinkan untuk melintasi galangan atau lahan sawah petani lainnya karena dapat merusak galangan atau tanaman yang telah ada. Hal ini kadang menjadi pemicu perselisihan diantara mereka. Ketiadaan jalan usahatani ini membuat petani mengalami kesulitan dalam mengangkut saprodi dan hasil usahatani sehingga menambah biaya produksi. Masalah lain yang berhubungan dengan infrastruktur pedesaan ini adalah rusaknya jaringan pengairan yang tersedia. Pada beberapa lokasi lain juga terdapat jaringan yang dianggap masyarakat rancangannya (desain) tidak sesuai dengan kondisi lahan setempat. Keadaan ini membuat ketersediaan air tidak dapat diatur, sebagian lokasi ada yang kekeringan dan pada bagian lain ada yang lahannya tergenang lebih lama akibatnya terjadi keterlambatan waktu tanam dan kegagalan panen.c. Status dan luas kepemilikan lahan (9,55 juta KK, luas lahannya