cbd kelompok aspirasi fix
TRANSCRIPT
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
1/45
CBD KELOMPOK
NEONATUS PRETERM DENGAN PNEUMONIA ASPIRASI, HIPERKALEMI, DAN
HIPERBILIRUBINEMIA
Pembimbing:
dr. Slamet Widi, Sp.A
dr. Hartono, Sp.A
dr. Z. Hidayati, Sp.A
dr. Lilia Dewiyanti, Sp.A
Disusun Oleh :
Afrina Lusia (01.210.6070)
Dewi Intisari (01.210.6123)
Aprilia Sri Haryati (01.207.5445)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2014
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
2/45
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MAM
Umur : 28 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Genting, Tembalang
Nama Ayah : Tn. F
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Nama Ibu : Ny. M
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMP
Bangsal : Perinatologi
No. CM : 288700
Masuk RS : 16 Juni 2014, Jam 22:33 WIB
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
3/45
B. DATA DASAR
1. Anamnesis
Dilakukan anamnesis secara alloanamnesa dengan ibu pasien pada tanggal 17 Juni, pukul
10.30 WIB di ruang Perinatologi dan didukung dengan catatan medis.
Keluhan Utama :bayi tidak mau menangis
Keluhan Tambahan :bayi tidak mau minum susu, sesak, dan lemah
Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi datang dibawa ibunya, ke UGD RSUD Kota Semarang pukul 22.33 WIB. Lahir 20
Mei 2014 dari ibu G2P1A0, 34 tahun, hamil 36 minggu, jenis kelamin laki-laki, pukul 4.10
pagi, letak sungsang, lahir spontan di RSUD Kota Semarang dengan ketuban jernih yang
pecah 3 jam sebelumnya. Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 48 cm, bayi lahir
langsung menangis.
Sebelum masuk rumah sakit:
28 hari yang lalu, (20 Mei 2014), Ibu G2P1A0, 34 tahun, hamil 36 minggu, riwayat
haid teratur, siklus 28 hari, lama haid 5-7 hari. Selama kehamilan ibu
memeriksakan kehamilannya ke bidan di puskesmas terdekat secara rutin 1 bulan
sekali. Mendapatkan imuninasi TT 2 kali saat usia kehamilan 4 dan 5 bulan.
Tidak pernah memeriksakan kehamilannya di dokter spesialis kandungan dantidak pernah melakukan USG. Riwayat trauma saat hamil disangkal, riwayat
penyakit darah tinggi disangkal, riwayat penyakit kencing manis disangkal, ibu
tidak pernah demam atau sakit selama hamil. Riwayat dipijat saat hamil disangkal
ibu, riwayat minum jamu-jamuan disangkal ibu, riwayat minum obat tanpa resep
dokter disangkal. Ibu mendapat multivitamin dan obat penambah darah dari bidan
puskesmas.
5 jam sebelum melahirkan, Ibu merasakan perutnya mules seperti mau BAB. Lalu
ibu meminta suaminya menemaninya ke toilet untuk BAB. Namun setelah BAB
ibu masih merasa ingin BAB, tidak lama ibu pergi ke toilet lagi dan keluar lendir
bercampur darah dari jalan lahirnya. Ibu langsung dibawa ke puskesmas terdekat
untuk ditangani bidan. Dilakukan pemeriksaan oleh bidan dan diberitahu
pembukaannya 8 cm, namun letak bayi sungsang, teraba jari-jari kaki, sehingga
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
4/45
bidan menyarankan untuk ke rumah sakit. Ibu pergi ke RSUD Kota Semarang.
Sesampainya di RS, kaki bayi sudah keluar sehingga langsung dipimpin mengejan
dan bayi dapat lahir dengan lancar.
3 jam sebelum melahirkan ketuban pecah, bewarna kuning dan jernih.
Lahir bayi laki-laki pada pukul 4.10, ditolong oleh dokter spesialis obsgyn di
rumah sakit secara spontan dengan kaki bayi keluar terlebih dahulu. Dan disusul
keluarnya badan dan kepala bayi. Bayi langsung menangis ketika dikeluarkan dan
diletakkan di perut ibu. Dengan berat badan lahir 3000 gram dan panjang badan
48 cm.
Plasenta lahir secara spontan
Setelah persalinan, bayi segera dibersihkan dan disarankan untuk dirawat di
rumah sakit karena masih kurang bulan, sehingga memerlukan perawatan yang
lebih intensif.
Bayi di rawat di ruang perinatology RSUD Kota Semarang selama kurang lebih 2
hari, dan diperbolehkan pulang pada tanggal 22 Mei 2014. Dirawat didalam
incubator dan dilakukan fototerapi. Ibu mengaku bayi kuning dari hari pertama
lahir, dan kuning berkurang ketika anak diberikan ASI dan di fototerapi. Hingga
saat ini bayi masih terlihat sedikit kuning dari kepala sampai badan. Setelah
pulang dari rumah sakit, bayi dirawat di rumah, diberikan ASI.
Tanggal 14 Juni, 2 hari SMRS bayi menderita batuk berdahak dan pilek, oleh ibu
bayi dibawa berobat ke bidan setempat. Namun tidak ada perubahan.
1 hari SMRS (15 Juni), bayi menjadi malas minum ASI dan oleh ibu diberikan
susu formula. 6 jam SMRS bayi diberi susu formula oleh sang nenek, dan setelah
selesai minum bayi menjadi merintih, lemah, sesak, dan tidak mau minum susu
lagi. Sehingga pada pukul 22.33 orang tua membawa pasien ke UGD RSUD Kota
Semarang. Ibu datang ke UGD RSUD, lalu sesampainya di UGD bayi tampak
biru, diberikan oksigen melalui head box dan disuction, dari suction didapatkan
cairan berupa susu, kemudian pasien dibawa ke ruang perinatologi pukul 23.30
WIB.
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
5/45
Setelah masuk rumah sakit:
Hari pertama (16 Juni 2014) pasien masuk rumah sakit, pasien dirawat diruang
perinatologi pukul 23.46 WIB, pasien diberi infuse dextrose 10 % 10 tpm, injeksi
ampisulbactam, Ca Glukonas, dexamethason, dan dipasang selang OGT. Pada
pukul 24.00 pasien dipasang ET dan mulai dipasang ventilator, kemudian pukul
1.15 WIB diberikan dopamine 3 meq. Pukul 1.30 WIB pasien banya tidur,
dilakukan suction keluar lendir kental dari mulut dan hidung, anemis (+), dan
masih mengalami sianosis.
Hari kedua (17 Juni 2014) pasien masuk rumah sakit, pasien tampak sakit berat,
ikterik Kramer 3-4, pemeriksaan auskultasi paru didapatkan rhonki +/+, tanda-
tanda vital HR 165x/menit, RR 40x/menit, suhu 37,10C. Pasien mendapatkan
infuse D10% 10 tpm, inj. Dopamine, inj. Ampisulbactam, inj. Ca Glukonas. Pukul
8.15 pasien masih terpasang ventilator, ET no 3 dengan saturasi O2 82-88% dan
akan dilakukan cek darah rutin, BGA, kadar bilirubin, dan GDS.
Jam 9.30 dilakukan reintubasi dengan ET no. 4. Saturasi O2 98% dan HR
180x/menit. Infus D10% diturunkan menjadi 8 tpm, fluid challenge NaCl 0,9% 30
cc dalam 30 menit, inj. Ampisulbactam, inj. Gentamisin, inj. Ca Glukonas, inj.
Dopamine, diet tunda.
Jam 10.00 RR 52x/menit.Jam 12.00 pasien kejang selama 1-2 menit, GDS: 153 mg/dl, HR 80-140x/menit.
Pasien diberi sibital, dopamine dihentikan dan diganti dengan dobutamin, fluid
challenge NaCl 0,9% 30 cc dalam 30 menit
Hari ketiga (18 Juni 2014) pasien masuk rumah sakit, jam 05.00 didapatkan
tanda-tada vital HR 156-178x/menit, SpO2 86-96%, RR spontan 10-30x/menit,
suhu 36-370C.
Pukul 07.00 pasien tampak sakit berat, ikterik (+) Kramer 3-4, RR 40x/menit, HR
160x/menit, suhu 380C, bed side monitor HR 173x/menit, RR 60x/menit, SpO2
97%, pemeriksaan auskultasi thorax rhonki (+/+). Terapi yang diberikan
ventilator, infuse D10% 8 tpm, inj ampicilin sulbactam, inj gentamisin, inj Ca
glukonas, inj dobutamin, fluid challenge NaCl 0,9 % 30 cc/30 menit, sudah
dimulai diet ASI 6x 5-10cc, dan dilakukan suction berkala.
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
6/45
Hari keempat (19 Juni 2014) pasien masuk rumah sakit, pasien tampak sakit berat,
ikterik (+) Kramer 3-4, tanda-tanda vital HR 198x/menit, RR 37x/menit, suhu
37,30C, bed side monitor HR 161x/menit, RR 41x/menit, SpO2 98%, pemeriksaan
auskultasi paru didapatkan rhonki +/+. Terapi yang diberikan ventilator, infuse
D10% 8 tpm, inj ampicilin sulbactam, inj gentamisin, inj Ca glukonas, inj
dobutamin, fluid challenge NaCl 0,9 % 30 cc/30 menit dihentikan, diet ASI 6x20
cc.
Jam 10.00 SpO2 100%, HR 126x/menit, RR 35x/menit, dan dilakukan program
fototerapi.
Hari kelima (20 Juni 2014) pasien masuk rumah sakit, pasien tampak sakit
sedang, ikterik (-), tanda-tanda vital HR 150x/menit, RR 35x/menit, suhu 36,40C,
bed side monitor HR 150x/menit, RR 35x/menit, SpO2 99 %, pemeriksaan
auskultasi paru didapatkan rhonki +/+. Terapi yang diberikan ventilator, infuse
D10% 8 tpm, inj ampicilin sulbactam, inj gentamisin, inj Ca glukonas, inj
dobutamin, diet ASI 6x20 cc, fototerapi dihentikan.
Hari keenam (21 Juni 2014) pasien masuk rumah sakit, pasien tampak sakit
sedang, ikterik (-), tanda-tanda vital HR 138x/menit, RR 52x/menit, suhu 37,10C,
bed side monitor HR 123x/menit, RR (-), SpO2 99 %, pemeriksaan auskultasi
paru didapatkan rhonki +/+. Pasien dilakukan program ekstubasi kemudian terapibantuan nafas yang diberikan mulai menggunakan O2 head box 8L/menit serta
infuse D10% 8 tpm, inj ampicilin sulbactam, inj gentamisin, inj Ca glukonas, diet
ASI 6x20 cc.
Pasca ekstubasi, SaO2 92-95%, HR 126x/menit.
Hari ketujuh (22 Juni 2014) pasien masuk rumah sakit, pasien tampak sakit
sedang, ikterik (-), tanda-tanda vital HR 110x/menit, RR 46x/menit, suhu 36,90C,
pemeriksaan auskultasi paru didapatkan rhonki +/+. Terapi yang diberikan O2
head box 8L/menit, infuse D10% 8 tpm, inj ampicilin sulbactam, inj gentamisin,
inj Ca glukonas, diet ASI 6x20 cc.
Hari kedelapan (23 Juni) pasien masuk rumah sakit, pasien tampak sakit sedang,
ikterik (-), tanda-tanda vital HR 120x/menit, RR 44x/menit, suhu 37,50C,
pemeriksaan auskultasi paru didapatkan rhonki +/+. Terapi bantuan nafas O2 head
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
7/45
box 8L/menit sudah dilepas dan diganti dengan O2 nasal 2L/menit. infuse D10%
8 tpm, inj ampicilin sulbactam, inj gentamisin, inj Ca glukonas, diet ASI 6x20 cc.
DIlakukan X photo thorax AP dan fisioterapi.
Hari kesembilan 24 Juni (2014) pasien masuk rumah sakit, pasien tampak sakit
sedang, merintih, ikterik (-), berat badan 3300 gram, tanda-tanda vital HR
140x/menit, RR 80x/menit, suhu 37,40C, ditemukan napas cuping hidung, mulut
kering, retraksi (+), pemeriksaan auskultasi paru didapatkan rhonki +/+. Terapi
yang diberikan O2 nasal 2 L/menit, infuse D10% 8 tpm, inj meropenem, inj
gentamisin, inj Ca glukonas, inj amikasin, ambroxol per oral, vitamin B1, B6,
B12, diet ASI 6x20 cc.
Hasil fisioterapi : vibrasi dada, suction ditemukan sputum kental, berwarna uning,
dan banyak.
Pukul 10.10 keadaan umum pasien sianosis, RR 64x/menit, HR 1 x/menit, retraksi
(+), napas cuping hidung (+). Kemudian dipasang CPAP dan akan dirujuk ke RS
lain.
Pukul 16.00 dilakukan pemasangan ET no.4 dengan kedalaman 12 cm oleh
bagian anestesi. Keluar perdarahan dari mulut dan ujung ET, dilakukan ekstubasi,
diberi VTP sampai KU pasien stabil. HR 160x/menit, RR 0 x/menit, SaO2 80%.
Pukul 16.30 dilakukan reintubasi dengan kedalaman 11 cm dan berhasil, HR100x/menit65x/menit, RR 0 x/menit, SaO2 60%.
Pukul 17.30 dilakukan VTP sampai KU stabil.
Pukul 18.00 HR 0 x/menit, RR 0 x/menit, pupil midriasis maksimal, dan pasien
dinyatakan meninggal.
Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat ibu menderita diabetes mellitus, hipertensi, asma, penyakit jantung
sebelum hamil disangkal
Riwayat Ibu menderita penyakit menular seksual selama kehamilan atau pada saat
proses persalinan seperti gonorea, klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vaginalis
disangkal.
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
8/45
Riwayat Ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama istrinya
hamil disangkal.
Riwayat ibu menderita demam tinggi selama proses kehamilan disangkal
Riwayat ibu mendapat transfuse darah selama kehamilan disangkal
Riwayat ibu dan anggota keluarga lain mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3
minggu, mendapat pengobatan paru selama 6 bulan dan membuat kencing
bewarna merah disangkal.
Riwayat Ibu mengidap HbsAg disangkal
Riwayat Pemeliharaan Prenatal
Ibu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan di puskesmas
terdekat. Mulai saat mengetahui kehamilan hingga usia kehamilan 8 bulan,
pemeriksaan dilakukan 1x/ bulan. Ibu mendapatkan suntikan TT sebanyak 2x,
pada bulan ke 4 dan 5. Tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan.
Riwayat perdarahan saat hamil disangkal. Riwayat trauma saat lahir disangkal.
Riwayat minum obat tanpa resep dokter disangkal, Minum jamu-jamu selama
kehamilan disangkal ibu. Obat-obat yang diminum selama kehamilan ada;an
vitamin dan tablet penambah darah. Riwat hipertensi dan kencing manis selama
kehamilan disangkal.
Kesan : pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Anak laki-laki dari ibu G2P1A0 hamil 36 minggu, letak sungsang, lahir secara
spontan ditolong oleh dokter spesialis obgyn, anak lahir langsung menangis, berat
badan lahir 3.000 gram, tidak ada kelainan bawaan.
Kesan : Lahir spontan, neonatus preterm, letak sungsang
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
9/45
No. Kehamilan dan Kelahiran Usia saat ini
1. Laki-laki, aterm, spontan, BBL 3000 gram. 10 tahun
2. Laki-laki, preterm, spontan, letak sungsang,
BBL 3400 gram
28 hari
Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala dan lingkar
dada ibu juga tidak tahu. Berat badan sekarang 28 hari, 3400 gram, panjang badan
53 cm, lingkar kepala 30 cm, lingkar dada 32 cm.
Perkembangan:
Perkembangan anak belum dapat dinilai dan dievaluasi
Riwayat Makan dan Minum Anak
Pemberian ASI eksklusif diberikan dari mulai umur 0 hari sampai sekarang. ASIdiberikan kurang lebih setiap 2-3 jam sekali dalam sehari.
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : 1x (0 bulan)
BCG : -
Polio : 1x (0 bulan)
Hepatitis B : 1x (0 bulan)
Kesan : Anak sudah mendapatkan imunisasi sesuai KMS
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu Penderita sebelum mengandung penderita, menggunakan KB suntik setiap 3
bulan sekali di bidan.
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
10/45
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah penderita bekerja sebagai karyawan swasta, Ibu tidak bekerja, hanya
sebagai ibu rumah tangga. Menanggung 2 orang anak. Penghasilan per bulan +
Rp 1.500.000,-
Biaya pengobatan ditanggung BPJS non PBI
Kesan : Sosial ekonomi kurang
Data Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan ke- 1 1
Umur 38 tahun 34 tahun
Keadaan Kesehatan Sehat Sehat
Data Perumahan
Kepemilikan rumah : Rumah sendiri Keadaan rumah : Dinding rumah terbuat dari tembok, 1 kamar tidur,
kamar mandi di dalam rumah, dapur, dan ruang tamu
Sumber air bersih : Air PAM, terdapat jamban keluarga, sumber air
minum dari air gallon isi ulang
Keadaan Lingkungan : Jarak antara rumah berdekatan, padat
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 17 Juni 2014 Pk. 10.30 WIB
Anak laki-laki usia 28 hari, Berat badan 3400 gram, panjang badan 53 cm, lingkar kepala
30 cm, lingkar dada 32cm.
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
11/45
Kesan Umum
Tampak sakit berat, composmentis, neonates preterm, merintih, ikterik kramer 3
dan 4
Tanda- Tanda Vital
Tekanan darah : tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : 165 x/menit, Isi dan tegangan cukup
Laju nafas : 40 x/menit
Suhu : 37,10C
Status Internus
Kepala : Mesocephale, ukuran lingkar kepala 30 cm, ubun-ubun besar datar, caput
succadenum (-), cephal hematome (-), sutura tidak melebar, rambut hitam
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 2 mm,
reflex cahaya (+/+), kornea jernih.
Hidung : Bentuk normal, tidak ada septum deviasi, secret (-/-), nafas cuping
hidung (-)
Telinga : Bentuk normal, membalik segera ketika dilipat, tulang rawan tebal
teraba sampai ke tepi, liang telinga lapang, discharge (-)
Mulut : Kering (-), Trismus (-), Sianosis (+), stomatitis (-), palatoschizis (-)
Thorax :
Paru
o Inspeksi : Normothorax, simetris dalam diam dan pergerakan
nafas, retraksi suprasternal (-)
o Palpasi : Stem fremitus tidak dilakukan, Papilla mammae (+/+),
aerola mamae teraba datar
o Perkusi : Sulit dinilai
o Auskultasi : Suara dasar vesikuler, suara tambahan (-/-), rhonki
(+/+), wheezing (-/-)
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
12/45
Jantung
o Inspeksi : Pulsasi ictus cortis tidak sama
o Palpasi : Tidak teraba pulsasi ictus chordis
o Perkusi : Sulit dinilai batas jantung
o Auskultasi : BJ I-II regular, Gallop (-), Thrill (-), bising (-)
Abdomen
o Inspeksi : Cembung, tidak ada retraksi episgastrium, tali pusat sudah
lepas dan kering,
o Auskultasi : Bising usus (+) normal
o Perkusi : Sulit dinilai
o Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba.
Genitalia
Laki-laki, kedua testis sudah turun, dalam batas normal
Anorektal
Tidak terdapat atresia ani
Ekstremitas
Superior Inferior
Deformitas -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Akral sianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
Capillary refill
time
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
13/45
Kulit
Kulit coklat kehitaman, dengan warna ikterik dada, perut, paha, lengan, dan
tungkai (Kramer 3 dan 4), Sklerema (-)
Refleks Primitif
Refleks Oral:
o Refleks rooting (+)
o Refleks hisap (+)
Refleks Moro (+)
Refleks Tonic Neck (+)
Refleks Palmar Grasp (+)
Refleks Plantar Grasp (+)
3. Pemeriksaan Khusus
Skoring faktor resiko sepsis neonatorum
FAKTOR SCORE
Prematuritas 3
Riwayat ketuban keruh, purulen, atau bercambur mekonium -
Riwayat demam pada saat ibu hamil -
Asfiksia -
Partus lama -
Riwayat vagina tidak bersih -
Ketuban pecah dini -
TOTAL SCORE 3
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
14/45
Sumber: Gupte S, Chowdhry J 2003
Kesimpulan: Total score 3Skrining Neonatal Infeksi
New Ballard Score
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
15/45
Maturitas Neuromuskuler Poin Maturitas Fisik Poin
Sikap tubuh 2 Kulit 2
Jendela siku-siku 3 Lanugo 2
Rekoil Lengan 2 Lipatan Telapak Kaki 3
Sudut popliteal 2 Payudara 2
Tanda Selempang 2 Bentuk Telinga 2
Tumit ke kuping 3 Genitalia (Laki-laki) 2
TOTAL 13 TOTAL 12
New Ballard Score = Maturitas neuromuscular + Maturitas fisik
= 14 + 13 = 27 = 36 minggu
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai normal
16/06/14 Hematologi rutin
Hb
Ht
Leukosit
Trombosit
Kimia Klinik
GDS
Natrium
Kalium
Kalsium
11,8 g/dL
38 %
17.700 /l
528.000 /l
105 mg/dL
134
6,70 ()
1,30
14,0-18,0
42-52
4,8-10,8
150-400
70-115
134,0-147,0
3,50-5,20
1,12-1,32
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
16/45
17/06/14 Bilirubin direk
Bilirubin total
Biliubin indirek
0,89 mg/dl ()
7,64 mg/dl ()
-
0,0-0,35
0,0-1,00
0,0-0,65
18/06/14 Bilirubin direkBilirubin total
Bilirubin indirek
1,02 mg/dl ()
7,61 mg/dl ()
-
0,0-0,350,0-1,00
0,0-0,65
Hasil Tes BGA (Blood Gas Analisys)
Tanggal 17-6-2014 Tanggal 18-6-2014 Tanggal 24 -6-2014
Corrected 37,4 C Corrected 36,6 C Corrected 37,4 C
pH 7,171 7,454 7,158
PCO2 93,2 46.9 83,5
PO2 22,8 128,9 37,7
Measured 37 C
pH - 7,44 7,163
PCO2 79,176 47,7 82,0
PO2 22,2 131,4 36.7
Calculated data
HCO2 act 33,1 mmol/L 32.3 mmol/L 28,8 mmol
HCO2 std 25,1 mmol/L 31,1 mmol/L 22,5 mmol/L
BE (ecf) 4,7 mmol/L 8,3 mmol/L 0,1 mmol/L
BE (B) 2,4 mmol/L 7,2 mmol/L -1,4 mmol/L
CtCO2 36,0 mmol/L 33,8 mmol/L 31,3 mmol/L
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
17/45
Ca2+ 7,4 7,4 7,4
O2 sat 25,2 % 98,7 % 53,4 %
O2 CT 4,2 ml/dl 16,6 ml/dl 8,4 ml/dl
pO2 /FiO2 0,56 2.63 0,43
pO2 (A-a) (T) 151,7 mmHg 171,3 mmHg 480,5 mmHg
pO2 (a-A) (T) 0,13 0,43 0,07
Entered Data
Temp 37,4C 36,6C 37,4C
Ct Hb 11,8 g/dL 11,8 g/dL 11,2 g/dL
FIO2 40,0% 50,8 % 96,8 %
Foto thorax Babygram, 23 Juni 2014
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
18/45
oCOR : Ukuran normal, bentuk dan letak normal
oPulmo : Corakan bronkovaskuler meningkat, Tampak bercak-bercak di
paru
oDiafragma dan sinus costophrenicus kanan kiri normal
o
BNO : Distribusi udara usus normal, dilatasi (-), fekal maternal (-) tak
tampak AFL ataupun Free air, tak tampak gambaran massa zolid
intraabdomen
KESAN : Cor : normal
Pulmo : Bronkopneumonia
C. DIAGNOSIS BANDING
Neonatus Preterm
Janin
Gawat janin
Kehamilan kembar
Eritroblastosis
Hydrops non imun
Plasenta
Plasenta previa
Abruptio plasenta
Uterus
Uterus bikornat
Serviks tidak kompeten
Ibu
Pre eklamsia
Penyakit medis kronis (mis. Penyakit jantung)
Infeksi (mis. Infeksi saluran kemih)
Penyalahgunaan obat
Lain-lain
Polihidramnion
Iatrogenik
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
19/45
Ketuban pecah sebelum waktunya
Hiperbilirubinemia
Ikterus Fisiologis
Peningkatan bilirubin yang tersedia
- Peningkatan produksi bilirubin
oPeningkatan SDM
oUmur SDM yang pendek
oPeningkatan early bilirubin
- Peningkatan resirkulasi enterohepatik shunt
oPeningkatan aktifitasglukoronidase
oTidak adanya flora bakteri
o
Pengeluaran mekonium yang terlambat
Penurunan bilirubin clearance
- Penurunan clearance dari plasma
oDefisiensi protein carier
- Penurunan metabolism hepatic
oPenurunan aktifitas UDPGT
Ikterus Patologis
Peningkatan produksi bilirubin
o Incompatibilitas darah fetomaternal (Rh, ABO)
Peningkatan penghancuran hemoglobin
o Defisiensi enzim congenital (G6PD, Galaktosemia)
o Perdarahan tertutup (Sefalhematom, memar)
o Sepsis
Peningkatan jumlah hemoglobin
o Polisitemia
Peningkatan sirkulasi enterohepatik
o Keterlambatan pasase mekonium, ileus mekonium
o Puasa atau keterlambatan minum
o Atresia adat stenosis intestinal
Perubahan clearance bilirubin hati
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
20/45
o Imaturitas
Perubahan produksi atau aktivitas Uridine Diphosphoglucoronyl
transferase
o Gangguan metabolic / endokrin ( Criglar-Najjar disease)
Perubahan dungsi dan perfusi hati
o Asfiksia, hipoksia, hipotermi, hipoglikemi
o Sepsis
o Obat-obatan dan hormone
Obstruksi hepatic
o Anomali congenital (atresia biliaris, fibrosis kistik)
o Stasis biliaris (Hepatitis, sepsis)
o
Bilirubin load berlebihan (Sering pada hemolisis berat
Aspirasi susu
Kelainan Kongenital
Labiopalatoskizis
Atresia esophagus
Atresia pilorus
Asupan berlebih
Refleks gag lemah
D. DIAGNOSA SEMENTARA
Bayi Preterm
Aspirasi susu
Hiperbilirubinemia
Lahir spontan dengan letak sungsang
E. TERAPI (MEDIKAMENTOSA dan DIETETIK)
Terapi :
Th : - O2 headbox, 5-6 l/m
- Inf. D5% 8 tpm mikro
- Inj. Ampisulbactam 2 x 250 mg
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
21/45
- Inj. Gentamicin 1 x 20 mg
- Inj. Ca Glukonas 3x 1,5 cc aqua pelan
p.o : - Ambroxol 3x cc
Diet : ASI ad libitum ( 8 x 20-25 cc )
Program : -Evaluasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
- Jaga kehangatan bayi
- Periksa kadar bilirubin darah 2-3 hari sekali
F. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
G. USULAN
Test Golongan darah dan rhesus Ibu
Hapus darah tepi
Test Fungsi hati
Kadar albumin
Coomb test
H. NASEHAT DI RUMAH
1. Jaga kehangatan bayi.
2. Beri ASI tiap 2-3 jam sekali dan berikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
3. Kebanyakan bayi cenderung menghisap udara yg berlebihan sewaktu menyusui.
Karena itu setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak
lurus di pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai ia mengeluarkan
udara.4. Jika ibu menggunakan botol susu, pastikan botol susu dan dot selalu dalam keadaan
bersih dan harus selalu dicuci serta direbus sebelum digunakan. Ibu harus selalu
membersihkan puting susu sebelum menyusui bayinya. Bila menggunakan susu
formula, ikutilah petunjuk yang terdapat dalam kemasan tentang cara membuat susu
formula serta selalu mencuci tangan sebelum membuat susu.
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
22/45
5. Menjelaskan kepada ibu pasien untuk selalu mencuci tangan sehabis membersihkan
tinja anak.
6. Lakukan pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin ke Pusat Pelayanan Kesehatan
terdekat untuk memeriksa perkembangan dan pertumbuhan badan serta pemberian
imunisasi dasar pada bayi.
7. Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat rentan terhadap
infeksi pernafasan.
8. Ibu harus menemui dokter secepat mungkin jika bayinya :
- Mempunyai masalah bernafas.
- Menangis (lebih sering atau berbeda dari biasanya), merintih, atau mengerang
kesakitan.
- Suhu tubuh 380C.
- Muntah atau buang air besar berlebihan lebih dari 2-3 x/hari.
- Mengeluarkan darah (walaupun sedikit) pada air kencing maupun beraknya.
- Mengalami gemetar pada kaki dan tangan.
- Kejang
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
23/45
PNEUMONIA
Pendahuluan
Di Amerika Serikat. Sedikit studi yang telah dilakukan untuk mengetahui
perbedaan antara pneumonia aspirasi dan pneumonitis aspirasi. Beberapa studi
menyatakan bahwa 5-15% dari 4.5 juta kasus community-acquired pneumonia
diakibatkan oleh pneumonia aspirasi. Kira-kira 10% pasien yang diopname pasca
intoksikasi atau overdosis obat/racun akan menjadi pneumonitis aspirasi.
Tingkat kematian akibat pneumonitis aspirasi (Mendelson sindrom) bisa
mencapai 70%. Pneumonia aspirasi tanpa perawatan, dihubungkan dengan tingginya
insidens timbulnya kavitas dan abses bila dibandingkan dengan community-acquired.
Pneumonia. Walaupun demikian, ternyata keduanya bisa menyebabkan komplikasi
berupa empyema, sindrom distress pernapasan akut, dan kegagalan pernapasan.
Pneumonitis aspirasi dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dengan cepat.
Pneumonia aspirasi lebih umum pada pria dibanding wanita. Dan lebih sering
terjadi pada orang tua atau maupun muda. Tidak ada bukti bahwa ras tertentu memiliki
faktor risiko untuk menderita pneumonia aspirasi.
Landasan TeoriDefinisi
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masaanak-anak dan
sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakitprimer dan dapat juga
akibat penyakit komplikasi. (A. Aziz Alimul : 2006).Sedangkan menurut Elizabeth J. Corwin,
Pneumonia adalah infeksi saluran nafasbagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru
oleh mikroorganisme.Selain itu, menurut wikipedia.com pneumonia adalah sebuah penyakit
pada paru-paru di mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab
menyerapoksigen dari atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan.
Pneumonia aspirasi adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan-bahan,
seperti makanan, minuman, muntahan atau ludah, ke dalam saluran pernafasan dan paru-paru.
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
24/45
Etiologi
Daftar Mikroorganisme yang menyebabkan Pneumonia
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu
bakteri, virus, jamur dan protozoa. Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang diderita
oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri Gram positif, sedangkan
pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri Gram negatif sedangkan
pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob. Akhir-akhir ini laporan dari
beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa bakteri yang ditemukan dari
pemeriksaan dahak penderita pneumonia komuniti adalah bakteri Gram negatif.
Sindrom ini paling umum terjadi pada individu dengan mekanisme pertahanan
jalan napas yang lemah. Ini meliputi gag refleks, batuk, pergerakan silia, dan mekanisme
kekebalan imun, yang kemudian memudahkan pemindahan bahan material (hasil
kolonisasi bakteri) dengan cepat ke jalan napas bawah. Resiko lain berupa faktor meliputi
higienitas gigi dan mulut yang kurang baik. yang mana kedua-duanya dapat
menyebabkan peningkatan sekresi oropharyngeal yang disertai oleh overload bakteri.
Ada beberapa tipe aspirat yang bisa masuk ke dalam paru-paru yakni :
1. Aspirasi benda asing (corpus alienum)
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
25/45
Aspirasi benda asing atau corpus alienum, merupakan penyebab yang paling
umum obstruksi intraluminal jalan napas pada anak-anak. Corpus alienum yang paling
sering adalah makanan dan fragmen gigi yang rusak, keduanya paling sering ditemukan
pada daerah bronkus utama atau bronkus lobar. Kebanyakan pasien datang dengan
manifestasi klinis yang bervariasi tergantung besar dan dimana level/lokasi korpus
alienum tersebut berada. Dalam banyak kasus, pencitraan radiologis menunjukkan
obstruksi lobar, segmental atau atelektasis. Diagnosis memerlukan pengintegrasian antara
gejala klinis dan penemuan radiologis, walaupun hasil diagnosa pasti pada umumnya
dibuat dengan radiografi dada/foto konvensional. Namun demikian CT Scan jauh lebih
sensitif dibanding radiografi dada dalam menunjukkan badan asing yang radiolusen.
Aspirasi cairan
Aspirasi yang berhubungan dengan asam lambung ( Mendelson Sindrom)
Muntah dengan aspirasi masif bahan-bahan material yang berasal dari lambung
merupakan peristiwa yang sangat sering terjadi dan mungkin salah satu penyebab paling
umum penyakit aspirasi. Karakteristik lesi tergantung pada ukuran dan sifat aspirat.
Asam lambung dengan pH kurang dari 2.5 dapat menyebabkan reaksi patologis yang
bermacam-macam mulai dari bronchiolitis ringan hingga edema paru-paru hemorrhagic.
Segmen posterior dari lobus superior dan segmen superior dari lobus inferior merupakan
tempat yang paling sering terkena ketika pasien berbaring pada posisi telentang. Cairan
asam dengan cepat masuk kedalam percabangan bronchial dan parenkim paru-paru,
menyebabkan pneumonitis kimia dalam beberapa menit. Derajat kerusakan jaringan
secara langsung dihubungkan dengan pH dan volume dari aspirat. Tingkat kematian
yang terjadi pada pasien dengan aspirasi asam lambung adalah kira-kira 30% dan lebih
dari 50% diantaranya mengalami syok atau apnea, radang paru paru sekunder, dan
distress pernapasan akut.
Near drowning
Aspirasi akut sejumlah air dalam jumlah masif pada kasus near drowning akan
menghasilkan suatu edema paru-paru yang secara radiologis tak dapat dibedakan dengan
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
26/45
edema paru-paru dari penyebab lainnya. Kepentingan klinis pada pasien tergantung pada
volume air yang diaspirasi, juga apakah aspirat adalah air bersih atau laut.
Aspirasi barium
Aspirasi barium merupakan komplikasi yang terjadi selama pencitraan
gastrointestinal (mag duodenum). Beberapa faktor predisposisi kejadian aspirasi barium,
yakni gangguan menelan dan pasca operasi esofagus. Tingkat kematian kira-kira 30%
dan lebih dari 50% diantaranya juga mengalami syok atau apnea, radang paru paru
sekunder, dan distress pernapasan akut seperti Mendelson Syndrome. Bahan kontras
nonionik yang larut air mungkin menyebabkan morbiditas yang berarti, namun tidak
menyebabkan pneumonitis kimiawi seperti halnya bahan kontras ionik yang larut dalam
air.
Klasifikasi pneumonia
Berdasarkan klinis dan epideologis :
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia / nosocomial pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
Berdasarkan bakteri penyebab
a. Pneumonia bakterial/tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Beberapa bakteri mempunyai tendensi menyerang
sesorang yang peka, misalnya Klebsiella pada penderita alkoholik, Staphyllococcus pada
penderita pasca infeksi influenza.
b. Pneumonia atipikal, disebabkan Mycoplasma, Legionella dan Chlamydia
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
27/45
c. Pneumonia virus
d. Pneumonia jamur sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada
penderita dengan daya tahan lemah (immunocompromised)
Berdasarkan predileksi infeksi
a. Pneumonia lobaris.
Sering pada pneumania bakterial, jarang pada bayi dan orang tua. Pneumonia
yang terjadi pada satu lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh
obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau proses keganasan
b. Bronkopneumonia.
Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada lapangan paru. Dapat disebabkan
oleh bakteria maupun virus. Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan
obstruksi bronkus
c. Pneumonia interstisial
Patofisiologi
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme.
Terdapatnya bakteri di paru merupakan akibat ketidakseimbangan antara daya tahan
tubuh, mikroorganisme dan lingkungan, sehingga mikroorganisme dapat berkembang
biak dan berakibat timbulnya sakit. Masuknya mikroorganisme ke saluran napas dan paru
dapat melalui berbagai cara:
a. Inhalasi langsung dari udara
b. Aspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring
c. Perluasan langsung dari tempat-tempat lain
d. Penyebaran secara hematogen
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
28/45
Aspirasi merupakan hal yang dapat terjadi pada setiap orang.Di sini terdapat
peranan aksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material yang
teraspirasi. Terdapat 3 faktor determinan yang berperan dalam pneumonia aspirasi, yaitu
sifat material yang teraspirasi, volume aspirasi, serta faktor defensif host.
Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan
antara berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada
parenkim disertai bronkiolitis dan gangguan interstisial. Perubahan patologis meliputi
kerusakan epitel, pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus.
Selanjutnya terjadi infiltrasi sel radang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi
baik pada jaringan interstisial, duktus alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula
disertai pembentukan membran hialin dan perdarahan intra alveolar. Gangguan paru
dapat berupa restriksi, difusi dan perfusi.
Basil yang masuk bersama sekret bronkus ke dalam alveoli menyebabkan reaksi
radang berupa edema seluruh alveoli disusul dengan infiltrasi sel-sel PMN dan diapedesis
eritrosit sehingga terjadi permulaan fagositosis sebelum terbentuknya antibodi. Sel-sel
PMN mendesak bakteri ke permukaan alveoli dan dengan bantuan leukosit yang lain
melalui psedopodosis sitoplasmik mengelilingi bakteri tersebut kemudian dimakan. Pada
waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah
parasitik terset yaitu :
1. Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.
2. Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel
darah merah.
3. Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif
dengan jumlah PMN yang banyak.
4. Zona resolusiE : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang
mati, leukosit dan alveolar makrofag.
Red hepatization ialah daerah perifer yang terdapat edema dan perdarahan 'Gray
hepatization' ialah
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
29/45
konsolodasi yang luas.
Gejala Klinis
Gejala pneumonia belum muncul setidaknya dalam waktu 1-2 hari. Gejala yang
muncul bisa berupa :
a. Anamnesis
- Batuk dengan dahak purulen, bisa berwarna hijau atau disertai dengan
nanah
- Demam atau menggigil
- Sesak nafas
- Nyeri dada
- Mual/muntah
- Penurunan berat badan
- Gangguan menelan
- Kulit berwarna kebiruan akibat kekurangan oksigen
- Kelelahan
- Suara nafas mengi
Diagnosis
Untuk mendiagnosis pneumonia aspirasi, tenaga kesehatan harus melihat
gejala pasien dan temuan dari pemeriksaan fisik. Keterangan dari foto polos dada,
pemeriksaan darah dan kultur sputum mungkin juga bermanfaat. Foto torak
biasanya digunakan untuk mendiagnosis pasien di rumah sakit dan beberapa
klinik yang ada fasilitas foto polosnya. Namun, pada masyarakat (praktek umum),
pneumonia biasanya didiagnosis berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik saja.Mendiagnosis pneumonia bisa menjadi sulit pada beberapa orang, khususnya
mereka dengan penyakit penyerta lainnya. Adakalanya CT scan dada atau
pemeriksaan lain diperlukan untuk membedakan pneumonia dari penyakit lain.
Orang dengan gejala pneumonia memerlukan evaluasi medis.
Pemeriksaan fisik oleh tenaga kesehatan mungkin menunjukkan adanya
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
30/45
peningkatan suhu tubuh, peningkatan laju pernapasan, penurunan tekanan darah ,
denyut jantung yang cepat dan rendahnya saturasi oksigen, yang merupakan
jumlah oksigen di dalam darah yang indikasikan oleh oksimetri atau analisis gas
darah. Orang dengan kesulitan bernapas, yang bingung, atau memiliki sianosis
memerlukan perhatian segera.
Pemeriksaan fisik tergantung pada luas lesi di paru. Pada pemeriksaan
terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu bernapas, fremitus raba meningkat
disisi yang sakit. Pada perkusi ditemukan redup, pernapasan bronkial, ronki basah
halus, egofoni, bronkofoni, whispered pectoriloquy. Kadang- kadang terdengar
bising gesek pleura (pleural friction rub). Distensi abdomen terutama pada
konsolidasi pada lobus bawah paru, yang perlu dibedakan dengan kolesistitis dan
peritonitis akut akibat perforasi.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran air
bronchogram misalnya oleh Streptococcus pneumoniae; bronkopneumonia, dan
pneumonia interstisial. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atau inferior
lobus atas sugestif untuk kuman aspirasi. Bentuk lesi berupa kavitas dengan air fluid level
sugestif untuk abses paru, infeksi anaerob, gram negatif atau amiloidosis. Pembentukan
kista terdapat pada pneumonia nekrotikans/supurativa, abses, dan fibrosis akibat
terjadinya nekrosis jaringan paru.
b. Pemeriksaan laboratorium Pneumonia Aspirasi
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri ; leukosit normal/rendah
dapat disebabkan oleh infeksi virus/micoplasma atau pada infeksi berat. Leukopenia
menunjukkan depresi imunitas.
c. Pemeriksaan bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal, aspirasi jarum transtorakal.
Torakosentesis, bronkoskopi, atau biopsi.
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
31/45
d. Pemeriksaan khusus
Titer antibodi terhadap infeksi virus, legionella, dan mikoplasma. Analisis gas
darah dilakukan untuk menilai tingkat hipoksia dan kebutuhan oksigen. Riwayat klinis
penting dalam mendiagnosis pneumonia aspirasi. Sifat alami material yang teraspirasi,
kuantitas, dan interval waktu sejak peristiwa aspirasi pertama kali terjadi akan
mempengaruhi distribusi dan ukuran kelainan yang terjadi pada parenkim paru-paru.
Penatalaksanaan
Penanganan yang diberikan tergantung dan seberapa berat pneumonia yang terjadi
beberapa penderita mungkin perlu di rawat inap, dan terkadang diperlukan alat bantu
nafas (ventilator).
Pemberian untuk pneumonia aapirasi bisa berupa pemberian oksigen dan
bronkoskopi untuk membersihkan saluran nafas akibat tertutupnya partikel.
Berdasarkan kesepakatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), kriteria
yang dipakai untuk indikasi rawat inap pneumonia komuniti adalah:
1. Skor PORT >70
2. Bila Skor PORT kurang 70 maka penderita tetap perlu dirawat inap bila dijumpai salah
satu dari kriteria di bawah ini.a. frekuensi napas >30/menit
b. PaO2/FiO2kurang dari 250 mmHg
c. Foto toraks paru menunjukan kelainan bilateral
d. Foto toraks paru melibatkan >2 lobus
e. Tekanan sistolik
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
32/45
toraks paru menunjukan kelainan paru bilateral, PaO2 < 250mmHg). Kriteria mayor dan
minor bukan merupakan indikasi untuk perawatan ruang intensif.
Penatalaksanaan pneumonia komuniti dibagi menjadi 3, yaitu:
1.
Penderita rawat jalana. pengobatan suportif / simptomatik
i. istirahat di tempat tidur
ii. minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi
iii. bila panas tinggi perlu dikompres atau minum obat penurun panas
iv. bila perlu dapat diberikan mukolitik dan ekspektoran
b. pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jam
2. Penderita rawat inap di ruang rawat biasa
a. pengobatan suportif / simptomatik
i. pemberian terapi oksigen
ii. pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
iii. pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik dan mukolitik
b. pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jam
3. Penderita rawat inap di ruang rawat intensif
a. pengobatan suportif / simptomatik
i. pemberian terapi oksigen
ii. pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi kalori dan elektrolit
iii. pemberian obat simptomatik antara lain antipiretik dan mukolitik
b. pengobatan antibiotik harus diberikan (sesuai dengan bagan) kurang dari 8 jam
c. bila ada indikasi penderita dipasang ventilator mekanik
Penderita pneumonia berat yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD)
diobservasi tingkat kegawatannya. Bila dapat distabilkan maka penderita dirawat inap di
ruang rawat biasa; bila terjadi respiratory distressmaka penderita dirawat di ruang rawat
intensif.
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
33/45
1. Terapi suportif umum
a. Terapi O2 untuk mencapai PaO2 80 100 mmHg atau saturasi 95 96%
berdasarkan pemeriksaan analisis gas darah.
b. Humidifikasi dengan netribulizer untuk pengenceran dahak yang kental, dapat
disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat bronkospasme
c. Pengaturan cairan.
d. Ventilasi mekanis.
2. Antibiotik
Dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
- Penisilin G dosis tinggi 612 juta unit/hari
- Ampicilin/Amoxicilin 34 x (5001000) mg/hari
- Eritromicin 34 x 500 mg/hari
- Sefalosporin dosis sesuai jenis preparat
- Cotrimoxazol 2 x (12) tablet
- Dapat pula diberi klindamycin selama 1 hingga 2 minggu.
Prognosis
Prognosis sangat ditentukan oleh tingkat keparahan pneumonia, jenis organisme
yang menginvasi, dan luas area paru yang terlibat. Jika terus dibiarkan maka akan
berkembang pada kegagalan respirasi yang akut dan fatal yang bisa menyebabkan
kematian.
Komplikasi
- Penyebaran infeksi secara hematogen (bacteremia)
- Penurunan tekanan darah
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
34/45
- Syok
- Acute Respiratory Distress Syndrome
- Pneumonia dengan abses paru
- Sepsis
- Efusi pleura
- Empyema
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
35/45
HIPERBILIRUBINEMIA
1. Definisi Hiperbilirubinemia
Hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah
terjadinya kern ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak
dikendalikan(Mansjoer,2008). Hiperbilirubinemia fisiologis yang memerlukan terapi sinar,
tetap tergolong non patologis sehingga disebut Excess Physiological Jaundice. Digolongkan
sebagai hiperbilirubinemia patologis (Non Physiological Jaundice) apabila kadar serum
bilirubin terhadap usia neonates >95% menurut Normogram Bhutani (Etika et al, 2006).
Gambar 2.1
Kadar serum bilirubin terhadap usia neonates >95% menurut Normogram Bhutani
Sumber :http://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal-jaundice/bhutanis-
nomogram
http://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal-jaundice/bhutanis-nomogramhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal-jaundice/bhutanis-nomogramhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal-jaundice/bhutanis-nomogramhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal-jaundice/bhutanis-nomogramhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal-jaundice/bhutanis-nomogramhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal-jaundice/bhutanis-nomogram -
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
36/45
Ikterus pada bayi atau yang dikenal dengan istilah ikterus neonatarum adalah keadaan klinis
pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin
tak terkonjugasi yang berlebih(Sukadi,2008). Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila
serum bilirubin >2 mg/dl(>17mol/L) sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum
bilirubin >5mg/dl(86mol/L)(Etika et al,2006). Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis
berupa pewaranaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada
gambaran kadar bilirubin serum total.
2. Klasifikasi
Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang fisiologis dan patologis.
I kterus fisiologi
Ikterus fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak
mempunyai dasar patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi karena ikterus. Adapun tanda-
tanda sebagai berikut :
1. Timbul pada hari kedua dan ketiga
2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5% per hari.
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%.
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.
I kterus Patologi
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin mencapai
suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya sebagai berikut :
1. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
2.
Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5% pada
neonatus kurang bulan.
3. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
4. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
37/45
6. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. (Arief ZR, 2009. hlm. 29)
3. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Secara garis besar, ikterus neonatarum dapat dibagi:
a) Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada hemolisis yang
meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah lain, defisiensi G6PD, piruvat
kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b) Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya
enzim glukorinil transferase(Sindrom Criggler-Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi protein
Y dalam hepar yang berperanan penting dalam uptakebilirubin ke sel hepar.
c) Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan bilirubin dengan
albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfarazole. Defisiensi albumin
menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah
melekat ke sel otak.
d) Gangguan dalam ekskresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar. Kelainan di luar
hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi
atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
(Hassan et al.2005)
4. Patofisiologi
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
38/45
Bilirubin adalah produk penguraian heme. Sebagian besar (85-90%) terjadi dari penguraian
hemoglobin dan sebagian kecil (10-15%) dari senyawa lain seperti mioglobin. Sel
retikuloendotel menyerap kompleks haptoglobin dengan hemoglobin yang telah dibebaskan dari
sel darah merah. Sel-sel ini kemudian mengeluarkan besi dari heme sebagai cadangan untuk
sintesis berikutnya dan memutuskan cincin heme untuk menghasilkan tertapirol bilirubin, yang
disekresikan dalam bentuk yang tidak larut dalam air (bilirubin tak terkonjugasi, indirek). Karena
ketidaklarutan ini, bilirubin dalam plasma terikat ke albumin untuk diangkut dalam medium air.
Sewaktu zat ini beredar dalam tubuh dan melewati lobulus hati ,hepatosit melepas bilirubin dari
albumin dan menyebabkan larutnya air dengan mengikat bilirubin ke asam glukoronat(bilirubin
terkonjugasi, direk) (Sacher,2004).
Dalam bentuk glukoronida terkonjugasi, bilirubin yang larut tersebut masuk ke sistem
empedu untuk diekskresikan. Saat masuk ke dalam usus ,bilirubin diuraikan oleh bakteri kolon
menjadi urobilinogen. Urobilinogen dapat diubah menjadi sterkobilin dan diekskresikan sebagai
feses. Sebagian urobilinogen direabsorsi dari usus melalui jalur enterohepatik, dan darah porta
membawanya kembali ke hati. Urobilinogen daur ulang ini umumnya diekskresikan ke dalam
empedu untuk kembali dialirkan ke usus, tetapi sebagian dibawa oleh sirkulasi sistemik ke ginjal,
tempat zat ini diekskresikan sebagai senyawa larut air bersama urin (Sacher, 2004).
Pada dewasa normal level serum bilirubin 2mg/dl dan pada bayi baru lahir akan muncul ikterus bila kadarnya >7 mg/dl
(Cloherty et al, 2008).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi kemampuan
hati normal untuk ekskresikannya atau disebabkan oleh kegagalan hati (karena rusak) untuk
mengekskresikan bilirubin yang dihasilkan dalam jumlah normal. Tanpa adanya kerusakan hati,
obstruksi saluran ekskresi hati juga akan menyebabkan hiperbilirubinemia. Pada semua keadaan
ini, bilirubin tertimbun di dalam darah dan jika konsentrasinya mencapai nilai tertentu (sekitar 2-
2,5mg/dl), senyawa ini akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian menjadi kuning.
Keadaan ini disebut ikterus ataujaundice(Murray et al,2009).
5. Manifestasi klinis
Bayi baru lahir (neonatus) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6mg/dl
(Mansjoer at al, 2007). Ikterus sebagai akibat penimbunan bilirubin indirek pada kulit
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
39/45
mempunyai kecenderungan menimbulkan warna kuning muda atau jingga. Sedangkan ikterus
obstruksi (bilirubin direk) memperlihatkan warna kuning-kehijauan atau kuning kotor. Perbedaan
ini hanya dapat ditemukan pada ikterus yang berat (Nelson, 2007).
Gambaran klinis ikterus fisiologis:
a) Tampak pada hari 3,4
b) Bayi tampak sehat (normal)
c) Kadar bilirubin total
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
40/45
dengan sinar lampu dan bisa tidak terlihat dengan penerangan yang kurang, terutama pada
neonatus yang berkulit gelap. Penilaian ikterus akan lebih sulit lagi apabila penderita sedang
mendapatkan terapi sinar (Etika et al, 2006).
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
41/45
Salah satu cara memeriksa derajat kuning pada neonatus secara klinis, mudah dan sederhana
adalah dengan penilaian menurut Kramer(1969). Caranya dengan jari telunjuk ditekankan pada
tempat-tempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung,dada,lutut dan lain-lain. Tempat
yang ditekan akan tampak pucat atau kuning. Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing
tempat tersebut disesuaikan dengan table yang telah diperkirakan kadar bilirubinnya(Mansjoer et
al, 2007).
Derajat Ikterus pada Neonatus menurutKramer
Tabel 2.1 Derajat ikterus pada neonatus menurutKramer
Sumber: Arif Mansjoer.Kapita Selekta Kedokteran jilid 2,edisi Media Aesculapius FK
UI.2007:504
Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan
penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan kemungkinan penyebab
ikterus tersebut (Etika et al, 2006).
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan serum bilirubin (direk dan indirek) harus dilakukan pada neonatus yang mengalami
ikterus. Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi-bayi yang tergolong resiko tingggi
terserang hiperbilirubinemia berat.
Pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus
antara lain adalah golongan darah dan Coombs test, darah lengkap dan hapusan darah, hitung
retikulosit, skrining G6PD dan bilirubin direk. Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
42/45
setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga
harus diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar atau transfusi tukar (Etika et al, 2006).
Penegakan diagnosis ikterus
neonatarum berdasarkan
waktu kejadiannya: Waktu
Diagnosis banding Anjuran Pemeriksaan
Hari ke-1 *Penyakit hemolitik
Inkompatibilitas
darah(Rh,ABO)
Sferositosis. Anemia
hemolitik
nonsferositosis(defisiensi
G6PD)
Kadar bilirubin serum berkala
Hb, Ht, retikulosit,sediaan
hapus darah golongan darah
ibu/bayi, uji Coomb
Hari ke-2 s.d ke-5 Kuning pada bayi prematur
Kuning fisiologik, Sepsis
Darah ekstravaskular,
Polisitemia
Sferositosis kongenital
Hitung jenis darah lengkap
Urin mikroskopik dan biakan
urin, Pemeriksaan terhadap
infeksi bakteri, golongan
darah ibu/bayi, uji Coomb
Hari ke-5 s.d ke-10 Sepsis, Kuning karena ASI
Def G6PD, Hipotiroidisme
Galaktosemia, Obat-obatan
Uji fingsi tiroid, Uji tapis
enzim G6PD, Gula dalam
urin
Pemeriksaan terhadap sepsis
Hari ke-10 atau lebih Atresia biliaris, Hepatitis
neonatal
Kista koledokusm,
Sepsis(terutama
infeksi saluran kemih),
Stenosis pilorik
Urin mikroskopik dan biakan
Uji serologi TORCH, Alfa
fetoprotein, alfa1antitripsin,
Kolesistografi, Uji Rose-
Bengal
Sumber: Levine Ml,Tudehope D.Thearle J.Essentials of Neonatal Medicine Brookes:Waterloo
1990:165
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
43/45
Tabel 2.2 Penegakan diagnosis ikterus neonatarum berdasarkan waktu kejadiannya
Sumber: Arif Mansjoer.Kapita Selekta Kedokteran jilid 2,edisi Media Aesculapius FK
UI.2007:505
7. Penatalaksanaan
Pada dasarnya, pengendalian bilirubin adalah seperti berikut:
a) Stimulasi proses konjugasi bilirubin menggunakan fenobarbital. Obat ini kerjanya lambat,
sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang terjadi bukan
disebabkan oleh proses hemolitik. Obat ini sudah jarang dipakai lagi.
b) Menambahkan bahan yang kurang pada proses metabolisme bilirubin (misalnya
menambahkan glukosa pada hipoglikemi) atau (menambahkan albumin untuk memperbaiki
transportasi bilirubin). Penambahan albumin bisa dilakukan tanpa hipoalbuminemia.
Penambahan albumin juga dapat mempermudah proses ekstraksi bilirubin jaringan ke dalam
plasma. Hal ini menyebabkan kadar bilirubin plasma meningkat, tetapi tidak berbahaya karena
bilirubin tersebut ada dalam ikatan dengan albumin. Albumin diberikan dengan dosis tidak
melebihi 1g/kgBB, sebelum maupun sesudah terapi tukar.
c) Mengurangi peredaran enterohepatik dengan pemberian makanan oral dini
d) Memberi terapi sinar hingga bilirubin diubah menjadi isomer foto yang tidak toksik dan
mudah dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air.
e)Mengeluarkan bilirubin secara mekanik melalui transfusi tukar (Mansjoer et al, 2007).
Pada umunya, transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sebagai berikut:
1) Pada semua keadaan dengan kadar bilirubin indirek 20mg%
2) Kenaikan kadar bilirubin indirek yang cepat yaitu 0,3-1mg%/jam
3) Anemia yang berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung
4) Bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat 2) sampai 2 hingga 4 jam telah digunakan untuk mengurangi level bilirubin pada janin
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
44/45
dengan penyakit hemolitik isoimun. Mekanismenya belum diketahui tetapi secara teori
immunoglobulin menempati sel Fc reseptor pada sel retikuloendotel dengan demikian dapat
mencegah lisisnya sel darah merah yang dilapisi oleh antibody(Cloherty et al, 2008).
Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir yang di rawat di rumah sakit.
Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar,yang perlu diperhatikan sebagai berikut :
1) Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan membuka
pakaian bayi.
2) Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan cahaya
agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.
3) Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik untuk
mendapatkan energi yang optimal.
4) Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena cahaya
dapat menyeluruh.
5) Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
6) Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
7) Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis.
8.Komplikasi
Terjadi kern ikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Pada
kern ikterus, gejala klinis pada permulaan tidak jelas antara lain: bayi tidak mau menghisap,
letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu,
kejang tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus. Bayi yang selamat biasanya
menderita gejala sisa berupaparalysis serebral dengan atetosis, gangguan pendengaran,paralysis
sebagian otot mata dan dysplasia dentalis
-
7/21/2019 CBD Kelompok Aspirasi Fix
45/45
Daftar Pustaka
1. Haryadi, Wahyu Rahmat, 2014, Pneumonia Aspirasi, Avaliable at
http://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/pneumonia-aspirasi.html
2.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003, Pneumonia Komuniti, PDPI, Avaliable at
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdf
3. http://metiska.co.id/home/newsDetail/id/47/PNEUMONIA
4. H, Denis, 2013, Aspiration Pneumonia. MedlinePlus
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000121.htm
5. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37957/4/Chapter%20II.pdf
6. Sumber:http://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal
jaundice/bhutanis-nomogram
7. Sumber: Arif Mansjoer.Kapita Selekta Kedokteran jilid 2,edisi Media Aesculapius FK
UI.2007:504
http://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/pneumonia-aspirasi.htmlhttp://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/pneumonia-aspirasi.htmlhttp://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdfhttp://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdfhttp://metiska.co.id/home/newsDetail/id/47/PNEUMONIAhttp://metiska.co.id/home/newsDetail/id/47/PNEUMONIAhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000121.htmhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000121.htmhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37957/4/Chapter%20II.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37957/4/Chapter%20II.pdfhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal%20jaundice/bhutanis-nomogramhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal%20jaundice/bhutanis-nomogramhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal%20jaundice/bhutanis-nomogramhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal%20jaundice/bhutanis-nomogramhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal%20jaundice/bhutanis-nomogramhttp://www.juliathomson.co.uk/guidelines/other-guidelines/neonatal%20jaundice/bhutanis-nomogramhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37957/4/Chapter%20II.pdfhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000121.htmhttp://metiska.co.id/home/newsDetail/id/47/PNEUMONIAhttp://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-pneumoniakom/pnkomuniti.pdfhttp://kampusdokter.blogspot.com/2012/12/pneumonia-aspirasi.html