makalah kelompok fg3 mankep kelas a fix

82
1 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN Makalah Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan Disusun Oleh: Kelompok FG 3 Kelas A Bambang Irawan (1306489092) Deri Wilasa (1306489110) Lidya Asfit Mahalya (1306489256) Nova Romaida (1306489312) Riris Wijayati (1306489350) FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

Upload: d-ry-wilasa

Post on 15-Nov-2015

289 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Kelompok makalah Mankep Jiwa

TRANSCRIPT

9

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

Makalah Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Disusun Oleh:

Kelompok FG 3 Kelas ABambang Irawan(1306489092)

Deri Wilasa (1306489110)

Lidya Asfit Mahalya(1306489256)

Nova Romaida(1306489312)

Riris Wijayati (1306489350)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

DEPOK

FEBRUARI 2015KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Manajemen Asuhan Keperawatan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Manajemen Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan, dan partisipasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hanny Handiyani, SKp., M.Kep., selaku fasilitator dan juga kepada berbagai pihak yang ikut membantu penulisan dan proses penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca agar makalah selanjutnya akan jauh lebih baik. Akhir kata, semoga makalah ini berguna bagi para pembaca.

Depok, Februari 2015 PenulisDAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL1KATA PENGANTAR2DAFTAR ISI3BAB I PENDAHULUAN4A. Latar Belakang4B. Rumusan Masalah4C. Tujuan Penulisan5D. Metode Penulisan5E. Sistematika Penulisan5BAB II TINJAUAN PUSTAKA6A. Konsep Manajemen asuhan keperawatan dan Perawat sebagai Leader6B. Penerapan Kepemimpinan dan Manajemen pada berbagai setting Pelayanan

di RS, Puskesmas dan Keluarga16C. Metode Penugasan dalam Manajemen Asuhan keperawatan di Ruang Rawat

dan di Puskesmas20D. Peran dan Tugas Perawat dalam Manajemen Asuhan Keperawatan29E. Proses Timbang Terima Per-shift dan Ronde Keperawatan30F. Dokumentasi dalam Askep di Ruang Rawat dan Puskesmas35G. Upaya Peningkatan Kualitas Kepeminpinan dan Mankep sesuai JCI39BAB III KESIMPULAN DAN SARAN50A. Kesimpulan50B. Saran50DAFTAR PUSTAKA52BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangKepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kompeten merupakan komponen kunci pada peningkatan kualitas sistem kesehatan suatu negara, sebagai respon terhadap kebutuhan masyarakat (Adam, 2009; Vriensendorp et al., 2010; Daire et al., 2014). Dalam tatanan pelayanan kesehatan, keperawatan adalah ujung tombak dari sistem pelayanan kesehatan kita. Pelayanan keperawatan yang profesional semestinya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang benar dan majanemen asuhan keperawatan yang berkualitas. Pada tingkat operasional di tatanan keperawatan, manajemen bertanggungjawab untuk mendayagunakan semua potensi sumber daya yang ada.Majanemen asuhan keperawatan diperlukan untuk mengorganisir semua potensi yang ada di dalam suatu organisasi pelayanan kesehatan. Dalam era globalisasi yang menuntut kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu tentunya harus didukung oleh sistem majerial yang baik. Dengan sistem manajerial asuhan keperawatan yang baik dan berkualitas diharapkan semua sumber daya yang ada akan optimal dan efektif, sehingga akan menghasilkan output yang optimal dan target sesuai kriteria hasil yang diharapkan.B. Rumusan Masalah

1. Apa saja konsep manajemen asuhan keperawatan dan bagaimana hubungannya dengan peran perawat sebagai leader?

2. Bagaimana penerapan kepemimpinan dan manajemen pada setting pelayanan keperawatan di ruang rawat RS dan Puskesmas serta keluarga di masyarakat?

3. Apa saja metode penugasan dalam manajemen asuhan keperawatan di ruang rawat dan di Puskesmas?

4. Apakah peran dan tugas perawat dalam manajemen asuhan keperawatan?

5. Jelaskan proses timbang terima per-shift dan ronde keperawatan di ruang rawat dan Puskesamas?

6. Bagaimana dokumentasi dalam asuhan keperawatan di ruang rawat dan Puskesmas?

7. Apa saja upaya peningkatan kualitas kepemimpinan dan manajemen keperawatan agar sesuai dengan kualitas akreditasi secara internasional?C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa memahami konsep, penerapan, metode penugasan, dan dokumentasi manajemen asuhan keperawatan serta mampu menerapkannya dalam praktik keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu menjalankan perannya sebagai leader dalam mengembangkan teori dan konsep manajemen asuhan keperawatan di RS dan puskesmas.D. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pencarian literatur melalui buku dan internet. E. Sistematika Penulisan

Makalah ini tersusun atas tiga bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisikan latar belakang dan tujuan penyusunan makalah ini. Dalam Bab I penyusun juga mencantumkan rumusan masalah yang nantinya akan dibahas pada bab selanjutnya. Bab II merupakan tinjauan pustaka yang berisi jawaban dan penjelasan dari rumusan masalah yang ditampilkan penyusun. Bab III adalah bab penutup dimana penyusun menuliskan kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan isi makalah.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan, dan Perawat Sebagai Leader.1. ManajemenDalam keperawatan, manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading) dan pengendalian (controlling) aktivitas-aktivitas upaya keperawatan atau divisi departemen keperawatan dan dari subunit departemen (Swanburg, 2000).Manajemen keperawatan merupakan penggunaan waktu yang efektif, keberhasilan rencana perawat manajer klinis, yang mempunyai teori atau sistematik dari prinsip dan metode yang berkaitan pada institusi yang besar dan organisasi keperawatan di dalamnya, termasuk setiap unit (Swanburg, 2000). Menurut Kozier, (2010) manajemen keperawatan adalah menyelesaikan tugas organisasi untuk mewujudkan suatu program dengan melaksanakan peran dan fungsi yang berbeda dengan tipe organisasi dan tingkat manajemen.a. Tingkatan Manajemen

Menurut Kozier (2010) dalam melaksanakan manajemen memiliki tiga tingkatan yaitu:

Manajer Tingkat Pertama

Seseorang yang bertanggung jawab mengatur pekerjaan staf non manajerial dan aktivitas harian kelompok kerja atau kelompok tertentu. Tanggung jawab mereka adalah memberi motivasi kepada staf agar dapat mencapai tujuan organisasi. Manajer pertama ini mewakili staf dalam hal pelaporan kepada manajer administrasi. Sebutan untuk manajer tingkat pertama bisa saja perawat primer, kepala tim, perawat kasus atau perawat penanggung jawab.

Manajer Tingkat MenengahSeseorang yang bertanggung jawab untuk mengawasi beberapa manajer tingkat pertama dan bertanggung jawab terhadap aktivitas dalam departemen yang mereka awasi. Manajer tingkat menengah bertindak sebagai perantara manajer tingkat pertama dan manajer tingkat atas. Manajer ini juga dapat disebut dengan supervisior, manajer perawat atau kepala perawat. Manajer Tingkat Atas (Tingkat Tinggi)Pada manajer ini merupakan ekskutif organisasi yang memiliki tanggung jawab utama untuk menetapkan tujuan dan mengembangkan rencana strategi. Perawat ekskutif merupakan perawat terdapat (RN) yang bertanggung jawab dalam mengelolah keparawatan dalam lingkup organisasi dan praktik keperawatan. Perawat dalam posisi ini dapat disebut sebagai wakil presiden bagi layanan kesehatan pasien, wakil presiden keperawatan, direktur keperawatan atau pimpinan perawat. Model Keterampilan ManajemenMenurut Swanburg (2000), ketrampilan manajemen dapat diklasifikasikan dalam tiga tingkatan yaitu :a. Keterampilan intelektual, yang meliputi kemampuan atau penguasaan teori, keterampilan berfikir.

b. Keterampilan teknikal meliputi: metode, prosedur atau teknik.

c. Keterampilan interpersonal, meliputi kemampuan kepemimpinan dalam berinteraksi dengan individu atau kelompok.Prinsip-prinsip Manajemen

Henri Fayol dalam Swansburg & Swansburg (2002) mengidentifikasi aktivitas atau fungsi administrator sebagai planning, organizing, coordinating dan controlling dan mendefinisikan manajemen dalam kata-kata berikut : To manage is to forecast and plan, to organize, to command, to coordinate and to control. To manage: melihat masa depan dan merencanakan tindakan. To organize: membangun struktur ganda, material dan manusia dari usaha tersebut. To command: mengikat bersama-sama, menyatukan dan menyelaraskan segala aktivitas dan usaha. To control: melihat segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan aturan yang dibangun dan memperlihatkan permintaan. Fayol mencantumkan prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut:

a. Division of work (pembagian kerja).b. Authority (otoritas). c. Discipline (disiplin).d. Unity of command (kesatuan komando/perintah).e. Unity of direction (kesatuan arah).f. Subordination of individual interest to the general interest (kepentingan individu tunduk pada kepentingan umum).g. Remuneration (penghasilan).h. Centralization (sentralisasi).i. Scalar chain (line of authority) (urutan otoritas).j. Order (ketertiban).k. Equity (keadilan).l. Stabillity or tenure of personnal (stabilitas jabatan pegawai).m. Initiative (prakarsa)n. Esprit de corps (kesetiakawanan korps).Berikut beberapa prinsip utama manajemen keperawatan menurut Swansburg & Swansburg, 2002 :

a. Planning adalah fungsi utama dalam manajemen keperawatan dan penting untuk semua aktivitas atau fungsi manajemen.

b. Penggunaan waktu yang efektif penting untuk manajemen keperawatan yang efektif, yang menampilkan rencana tindakan kedepan, pertumbuhan dan perubahan. c. Pengambilan keputusan merupakan elemen penting dalam manajemen keperawatan di semua tingkat. d. Perawat manajer mengatur disiplin praktek klinis dimana perawat professional menerapkan ilmunya untuk mengumpulkan data, membuat diagnose keperawatan dan asuhan keperawatan, mengawasi implementasi rencana asuhan keperawatan oleh tenaga terampil, dan mengevaluasi serta menyesuaikan rencana. e. Tujuan sosial disusun oleh perawat manajer dan dicapai oleh perawat klinis.f. Organizing adalah fungsi utama kedua manajemen keperawatan.g. Perubahan adalah elemen utama dalam manajemen keperawatan. h. Budaya organisasi seharusnya diatur untuk merefleksikan nilai dan keyakinan, dimana manajer dalam keperawatan memiliki tujuan umum membuat produktif nilai, aspirasi, dan tradisi pekerja yang individual sebaik anggota komunitas atau masyarakat.i. Directing atau leading adalah fungsi utama ketiga manajemen keperawatan, memberdayakan karyawan, meningkatkan kualitas dan memimpin hasil yang baik.j. Motivasi adalah elemen dasar fungsi directing dalam manajemen keperawatan, kepuasan penampilan dinilai dari kepuasan kerja, kualitas kerja, dan komitmen organisasi, kondisi yang memungkinkan perawat manajer menstimulasi motiasi perawat pelaksana. k. Komunikasi dan manajemen efektifmerupakan elemen penting manajemen keperawatan, yang dinilai dari lebih sedikitnya kesalah pahaman, memberikan pelaksana visi umum, pemahaman umum dan kesatuan arah serta usaha. l. Pertumbuhan staf merupakan elemen penting fungsi directing untuk menjaga kompetensi praktik perawat.m. Controlling atau evaluating adalah fungsi utama keempat dalam manajemen keperawatan termasuk proses evaluasi pemberian petunjuk dan sebaik apa rencana yang diambil terlaksana, membangun prinsip dan standar, membandingkan penampilan dengan standar, pola evaluasi dan mengoreksi kekurangan.Proses manajemen Keperawatan

Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling menopang. Sebagaimana proses keperawatan, dalam manajemen keperawatan terdiri atas: pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi hasil.

a. Pengkajian dan pengumpulan dataPada tahap ini, seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien , melainkan juga mengenai institusi (RS atau puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluhan.Manajer perawat yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi risiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilankesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal. Di dalam proses manajemen keperawatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.

b. Perencanaan Perencanaan dimaksudkan untuk menyusun suatu perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan di sini dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, menetapkan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf, serta menegakkan kebijaksanaan, dan prosedur operasionaluntuk mencapai visi dan misi institusi yang telah ditetapkan.

c. Pelaksanaan

Tahap implementasi dalam proses manajemen terdiri atas bagaimana manajer memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan. Fungsi kepemimpinan dapat dibagi lagi dalam komponen fungsi yang terdiri atas kepemimpinan, komunikasi dan motivasi.

d. EvaluasiTahap akhir proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan perannya sesuai dengan tujuan organisasiyang telah ditetapkan serta mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.

Model Dalam Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Jenis model asuhan keperawatan menurut Marquis & Huston (2010)

ModelDeskripsiPenanggung Jawab

Fungsional Berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan

Perawat melaksanakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada

Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama [ada saat perang dunia kedua. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1- 2 jenis intervensi (misalnya merawat luka) keperawatan kepeda semua pasien di bangsalPerawat yang bertugas pada tindakan tertentu

Kasus Berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi keperawatan

Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi pada pasien tertentu

Rasio pasien perawat= 1:1Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saait ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien untuk satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus seperti: isolasi, intesive careManager keperawatan

Tim Berdasarkan kelompok pada filosofi keperawatan

6- 7 perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua tim.

Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda- beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2- 3 tim/ grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantuKetua tim

Primer Berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi keperawatan

Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk mengkoordinir asuhan keperawatan

Rasio perawat dan pasien1:4 / 1:5 dan penugasan metode kasus. Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai KRS. Mendorong praktek kemandirian perawat, ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.Perawat primer

2. Kepemimpinan

a. Pengertian

Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas seseorang atau sekelompok orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Swanbrug, 2000).b. Tujuan

Tujuan kepemimpinan dalam keperawatan bervarias, bergantung pada aplikasi dan upaya seperti: Memperbaikan status kesehatan individu atau keluarga Meningkatkan keefektifan dan tingkat kepuasan di antara tenaga professional Memperbaiki sikap mayarakat dan dewan legislative terhadap profesi keperawatan serta harapan mereka terhadap profesi tersebut.

Kepemimpinan dapat bersifat formal maupun informal. Pemimpin formal yaitu pemimpin yang ditunjuk, dipilih oleh sebuah organisasi dan mendapatkan otoritas resmi untuk mengambil, keputusan dan melakukan tindakan. Pemimpin informal merupakan pemimpin yang tidak ditunjuk secara resmi untuk mengarahkan. Perawat sebagai pemimpin (Kozier, 2010)

Dapat ditunjuk secara resmi untuk menduduki sebuah posisi tertentu ataupun tidak Memiliki kekuatan dan otoritas untuk mengambil keputusan hanya selama pengikutnya bersedia dipimpin olehnya. Mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan, baik secara formal ataupun informal Tertarik untuk mengambil risiko dan mencari ide-ide baru Berhubungan dengan orang lain secara interpersonal dengan sikap intuitif dan empati Merasa mendapat pengakuan dengan pencapaian personal

c. Sikap Seorang Pemimpin

Behavior atau prilaku yang harus dimiliki oleh seorang leader adalah sebagai berikut :

Menentukan Prioritas

Adalah suatu kemmapuan untuk memprioritaskan sesuatu, mulai dari perencanaan, pemecahan masalah, strategi. Sebagai seorang leader perlu memngingat 3 E dalam emnentukan prioritas, yaitu : Evaluate (evaluasi), Eliminate (menghilangkan), dan Estimate (perkiraan). Berfikir Kritis

Inti dari berfikir kritis adalah kesediaan untuk bertanya dan terbuka terhadap ide-ide baru, dan cara baru untuk melakukan sesuatu. Memecahkan Masalah

Perawat yang efektif membantu orang lain untuk memecahkan masalah untuk menemukan solusi yang tepat

Menghormati individu/ orang lain

Terampil Komunikasi

Yang termasuk kedalam terampil komunikasi adalah bagaimana seorang pemimpin dapat mendengarkan orang lain, terbuka terhadap pertukaran informasi, dan mampu memberikan umpan balik terhadap informasi yang diterima.

Mengkomunikasikan visi masa depan

Pemimpin yang efektif mampu menunjukan visi di masa depan, oleh karena dengan adanya visi dapat menciptakan inspirasi ketika followers menghadapi kesulitan

Mengembangkan diri sendiri dan orang lain

Pembelajaran tidak hanya berakhir pada saat berakhirnya masa sekolah, akan tetapi dapat didapat darimana saja baik formal maupun informal, sebagai seorang leader harus mampu mengembangkan diri sendiri dan orang lain baik secara pengetahuan, kompetensi guna pengembangan organisasi pula.d. Peran Dan Fungsi Kepala Ruang Sebagai PemimpinMenurut Depkes RI 2002, Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawat profersional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di satu ruang rawat.1) Peran Kepala RuangTanggung jawab kepala ruangan menurutGillies (1998) adalah peran kepala ruangan harus lebih peka terhadap anggaran rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan.Tanggung jawab kepala ruangan dapat diidentifikasi sesuai dengan perannya meliputi:

Manajemen personalia/ketenagaan, meliputi penerimaan, seleksi, orientasi, pengembangan tenaga, penilain penampilan kerja, promosi dan penyediaan ketenagaan staf keperawatan. Manajemen operasional, meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan dalam pelayanan keperawatan. Manajemen kuliatas pelayan, meliputi pengembangan standar asuhan keperarawatan, program kendali mutu, program evaluasi team dan persiapan untuk akreditasi pelayanan keperawatan. Manajemen finansial, meliputi budget, cost control dalam pelayanan keperawatan.2) Fungsi Kepala Ruang

Adapun fungsi kepala ruangan menurutMarquis dan Houston (2010)sebagai berikut : Perencanaan : dimulai dengan penerapan filosofi, tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan peraturan peraturan : membuat perencanaan jangka pendek dan jangka panjang untuk mencapai visi, misi, dan tujuan, organisasi, menetapkan biaya biaya untuk setiap kegiatan serta merencanakan dan pengelola rencana perubahan. Pengorganisasian: meliputi pembentukan struktur untuk melaksanakan perencanaan, dan menetapkan metode.B. Penerapan Kepemimpinan dan Manajemen pada Setting Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat RS dan Puskesmas serta Keluarga di Masyarakat

Menurut Depkes (2002), manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan melalui pelaksanaan fungsi perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan pengendalian mutu keperawatan/pengawasan. Dari defenisi tersebut, maka manajemen keperawatan merupakan suatu proses bekerja yang dalam pelaksanaannya atau penerapannya terdapat perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian mutu keperawatan/pengarahan.

1. Perencanaan

Dalam penerapannya, perencanaan menspesifikasikan pada apa yang akan dilakukan dimasa akan datang, serta bagaimana hal itu dilakukan dan apa yang kita butuhkan untuk mencapai tujuan. Menurut Douglas dalam Swanburg (2000), unsur-unsur perencanaan adalah unsur-unsur yang dapat menjawab What, Why, Where, When, Who, dan How. Sebagai manajer, dalam memberikan asuhan keperawatan baik di dalam Rumah Sakit, Puskesmas dan masyarakat, seorang perawat harus membuat perencanaan sebelum bertindak dengan bantuan unsur-unsur perencanaan tersebut. Secara lengkap pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud dalam penerapannya adalah: Tindakan apa yang harus dilakukan? Apa sebabnya tindakan itu harus dilaksanakan?

Dimana tindakan itu harus dikerjakan?

Kapan rencana itu harus dikerjakan?

Siapa yang akan mengerjakan tindakan itu?

Bagaimana cara melaksanakan indakan itu?

Unsur perencanaan mengarahkan para manajer menjawab apa yang harus dikerjakan, mengapa tindakan tersebut harus dilaksanakan, dimana tindakan dikerjakan, kapan dikerjakan, siapa yang mengerjakan, dan bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian dilakukan untuk memudahkan pembagian tugas perawat atau klien sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan dimiliki serta sesuai dengan kebutuhan klien. Pengorganisasian tugas perawat ini disebut metode penugasan. Asuhan keperawatan diberikan karena adanya ketidaktahuan dan ketidakmampuan klien dalam melakukan aktivitas mandiri dalam upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal. Oleh karena itu, tugas perawat sebagai manajer yang berjiwa leadership yaitu selalu mengkoordinasi, mengarahkan dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi, dan integrasi pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat baik dalam RS, puskesmas, dan komunitas.

3. Pengarahan

Pengarahan adalah elemen tindakan manajemen keperawatan. Pengarahan sering disebut sebagai fungsi memimpin dari manajemen keperawatan. Ini meliputi proses pendelegasian, pengawasan, koordinasi dan pengendalian implementasi rencana organisasi (Swansburg, 2000). Suasana kerja yang kondusif diciptakan melalui kemampuan interpersonal manajer pelayanan keperawatan dalam memotivasi dan membimbing staff maupun klien dalam komunitas sehingga meningkatkan kinerja staf (Depkes, 2002). Seorang manajer harus mampu membimbing dan memotivasi staf atau klien baik di RS, puskesmas, maupun komunitas agar bekerja sesuai dengan standar sehingga tujuan tercapai.

4. Pengawasan

pengawasan adalah usaha yang sistematis untuk menetapkan standar pelaksanaan; merancang system informasi umpan balik; membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya; menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan; serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan effisien dalam pencapaian tujuan-tujuan.

Dalam penerapannya manajemen terdiri dari lima elemen yaitu Input, Proses, Output, control dan mekanisme umpan balik. Input terdiri dari informasi, personel, peralatan dan fasilitas. Proses adalah sekelompok manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staff dan riset. Kontrol yang digunakan termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standard dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan financial, audit keperawatan, survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.

Dalam penerapan kepemimpinan dan manajemen keperawatan pada setting pelayanan keperawatan, manajer perawat harus memiliki kompetensi. Menurut Potter & Perrry (2005), menyebutkan ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh manajer keperawatan dalam meningkatkan keefektifan kerjanya:

Kepemimpinan

Pengambilan keputusan dan perencanaan

Hubungan/Komunikasi

Anggaran

Pengembangan

Personaliti

Negosiasi

Proses keperawatan dan proses manajemen keperawatan sangat dibutuhkan dalam pemberian asuhan keperawatan baik di RS, puskesmas, maupun komunitas. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional di RS, puskesmas, dan komunitas (Nursalam, 2002). Sebagaimana proses keperawatan, manajemen keperawatan terdiri dari:

Pengkajian

Pada tahap ini seorang manajer dituntut tidak hanya mengumpulkan informasi tentang keadaan pasien, tetapi juga mengenai tenaga keperawatan, administrasi & keuangan yang mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan. Perawat manajer yang efektif harus mampu memanfaatkan proses manajemen dalam mencapai suatu tujuan melalui usaha orang lain, sehingga harus bertindak secara terencana dan efektif, serta mampu menjalankan pekerjaan bersama dengan staf perawatnya. PerencanaanPerencanaan dimaksud adalah menyusun rencana strategi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan disini mencakup: Menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan; Menegakkan tujuan; Mengalokasikan anggaran belanja; Memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan; dan membuat pola struktur organisasi. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam proses manajemen adalah bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan sesuai rencana yang telah ditetapkan. EvaluasiTahap akhir dari proses manajerial adalah mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi disini adalah untuk menilai seberapa jauh staf ataupun masyarakat mampu melaksanakan perannya sesuai tujuan organisasi, serta mengidentifikasi faktor-faktor penghambat maupun faktor pendukung dalam pelaksanaanya.

C. Metode Penugasan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat, Puskesmas dan Keluarga.1. Metode Penugasan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Rumah Sakit

Menurut Marquis dan Huston (2010) metode Penugasan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Rumah Sakit ada 5 macam yaitu :a) Asuhan pasien Total dan metode keperawatan kasusAsuhan keperawatan yang paling tua dimana perawat mengemban tanggungjawab total untuk memenuhi semua kebutuhan pasien yang dikelola selama waktu kerja mereka.

b) Keperawatan fungsionalMetode ini perawat hanya menjalankan fungsi tertentu atau menyelesaikan tugas tertentu.

c) Tim dan keperawatan modularMetode keperawatan tim dimana setiap perawat bekerjasama dalam memberikan asuhan kepada sekelompok pasien dibawah arahan perawat profesional. d) Keperawatan primerMetode menggunakan konsep asuhan keperawatan total dan membawa kembali perawat terdaftar ke pelayanan untuk memberikan perawatan klinis.e) Manajemen Kasus

Metode manajemen keperawatan dengan proses kolaborasi yang mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan, mengkoordinasikan, memantau, dan mengevaluasi pilihan dan layanan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan seorang individu melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia guna meningkatkan hasil yang berkualitas dan efektif biaya (Gletter & Leen, 1996; Marquis & Huston, 2010).Sistem penugasan menurut Huber dalam Kusnanto (2003) terbagi atas private duty nurse, metode aplikasi klien, functional nursing, team nursing, primary nursing, case management, dan ProACT

1. Private duty nursing/sistem keperawatan kasus/case nursing adalah seorang perawat yang hanya merawat satu orang klien. Asuhan keperawatan dilakukan secara menyeluruh yang dilakukan baik di rumah sakit maupun di rumah. Keuntungannya yaitu hanya memfokuskan pada kebutuhan satu klien saja sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang terbaik. Sedangkan kerugiannya, sistem ini cenderung mahal dan mobilitas perawat terbatas serta terisolasi dari rekan kerja. Model ini kemudian dikembangkan menjadi keperawatan berkelompok (group nursing). Praktik kelompok terpadu yang terpadu dengan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat. Sehingga sekelompok perawat merawat sekelompok klien.

2. Metode aplikasi klien/ keperawatan total merupakan metode dimana satu orang perawat memberikan asuhan keperawatan kepada satu atau beberapa klien pada saat bertugas selama periode waktu tertentu atau sampai klien pulang. Kepala perawat bertanggung jawab dalam pembagian dan menerima laporan. Keuntungannya adalah fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien, memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komprehensif, memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas, mendukung penerapan proses keperawatan dan kepuasan tugas secara keseluruhan dapat tercapai. Kelemahannya adalah beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak, pendelegasian tugas terbatas dan kelanjutan perawatan hanya sebagian selama perawat penanggungjawab klien bertugas.3. Functional nursing/keperawatan fungsional

Keperawatan fungsional dilakukan dengan tiap perawat bekerja berdasarkan tugas spesifik dan bersifat teknis (memberikan obat, memandikan klien, mengukur tanda vital). Kelebihan: secara administratif sangat efisien karena setiap perawat mendapatkan tugas yang spesifik, perawat terampil untuk tugas tertentu, memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff. Kelemahan: tidak memungkinkan klien untuk menerima asuhan keperawatan yang holistik, pelayanan terpilah-pilah sehingga proses keperawatan sulit dilakukan, dam perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai keterampilan saja.

4. Team nursing/keperawatan tim diberikan oleh tim yang terdiri dari beberapa perawat dan tenaga penunjang keperawatan. Tim terdiri atas ketua tim dan beberapa anggota tim. Semua anggota tim bertanggung jawab atas pasien yang dirawat. Kelebihan: mengusahakan peningkatan kepuasan pasien dan staf perawat pada batas efisiensi biaya, memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal, dan konflik dapat ditekan melalui rapat tim. Kerugian: memungkinkan terjadinya keterlambatan tindakan, perawat yang belum berpengalaman akan bergantung pada anggota tim/ketua tim yang berpengalaman.

5. Primary nursing/keperawatan primer adalah pendekatan yang memungkinkan perawat untuk pertanggung jawab dan tanggung gugat mulai dari masuk hingga keluar rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab atas klien selama 24 jam. Kelebihan: memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif, memungkinkan penerapan proses keperawatan. memberikan kepuasan bagi klien dan perawat. Kelemahan: hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional dengan biaya relatif mahal.

6. Case management/manajemen kasus yaitu sistem pemberian asuhan keperawtaan yang berfokus pada pencapaian keberhasilan klien dengan menggunakan waktu dan sumber secara efisien dan efektif. Sistem ini melalui pendekatan multidisiplin pada semua tatanan dan rentang pelayanan kesehatan.

7. ProACT (the professionally advanced care team model) model ini merupakan gabungan dari sistem penugasan keperawatan primer dan penugasan tim. Model ini menggunakan dua peran perawat profesional yaitu sebagai perawat primer dan manajemer asuhan klinis. Peran manajer asuhan klinis memungkinkan manajemen klinis dengan kualitas tinggi. Selain itu sistem ini mendayagunakan tenaga setara DIII/SPK untuk memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan perawat setara ners spesialis sebagai manajer asuhan klinis, perawat primer (S1 dan DIII plus) dan perawat pelaksana (setara DIII) .

Manajer asuhan klinik bertanggung jawab mengelola asuhan/pelayanan pasien yang dirawat melalui koordinasi pelayanan yang dilakukan dengan dokter, staf keperawatan dan tenaga medis lain, melengkapi pengkajian lanjutan, bertindak sebagai contoh dan memberikan pengarahan kepada perawat primer. Perawat primer mengelola asuhan keperawatan primer pasien selama dirawat di rumah sakit, mengkaji, merencanakan dan mengevaluasi asuhan keperawatan, dan mengkaji pasien yang berada dalam pengawasan selama shift dinas, menetapkan prioritas dan rencana asuhan. Sedangkan perawat pelaksana membantu melaksanakan fungsi keperawatan di bawah pengawasan perawat profesional dalam memberikan askep serta memberikan masukan kepada perawat primer tentang rencana asuhan keperawatan.

Kepala ruangan/Karu memiliki dua wakil kepala ruang yang menerima pengarahan dari kepala ruang dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan shift dinas. Manajer asuhan klinis memberikan pengarahan kepada wakil karu dinas sore dan malam. Selain itu, manajer asuhan klinis bertanggung jawab mengelola dan mengoordinasi pelayanan kesehatan terhadap 10-11 pasien. Selain itu, manajer asuhan klinis juga memberikan evaluasi terhadap perawat. 2. Metode Penugasan dalam Manajemen Asuhan Keperawatan di Puskesmas

Dalam manajemen puskesmas, terdapat beberapa komponen yang terdiri dari perencanaan (perencanaan upaya kesehatan wajib dan perencanaan upaya kesehatan pengembangan), pelaksanaan dan pengendalian (pengorganisasian, penyelenggaraan, kendali mutu, kendali biaya, dan pemantauan), dan pengawasan (internal dan eksternal) dan pertanggungjawaban (Depkes RI, 2004). Pengawasan mencakup aspek administratif, keuangan dan teknis pelayanan dan pada akhir tahun, kepala puskesmas membuat laporan pertanggungjawaban tahunan yang mencakup pelaksanaan kegiatan, serta perolehan dan penggunaan berbagai sumberdaya termasuk keuangan yang disampaikan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Puskesmas juga merupakan pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya. Untuk menjalani tugas pokok tersebut, puskesmas memiliki struktur sebagai berikut:

a. Kepala

b. Urusan Tata Usaha

c. Sub Seksi Pembinaan Kesehatan

d. Sub Seksi Pembangunan Kesehatan

e. Unit-unit (fungsional) Pelayanan Kesehatan

Puskesmas mempunyai kecendrungan sebagai organisasi yang harus menjalankan fungsinya secara maksimal. Sebagai sebuah organisasi, puskesmas juga mempunyai visi, misi, tujuan, dan fungsi.

A. Visi

Mewujudkan kecamatan sehat menuju Indonesia sehat.

B. Misi

a. Menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan. Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sektor lain agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu agar pembangunan tersebut mendorong lingkungan dan perilaku masyarakat agar semakin sehat.

b. Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat. Puskesmas selalu berupaya agar keluarga dan masyarakat makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk hidup sehat.

c. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau. Puskesmas harus selalu berupaya untuk menjaga agar cakupan dan kualitas layanan tidak menurun, bahkan kalau bisa selalu ditingkatkan agar semakin besar cakupannya dan semakin bagus kualitas layanannya.

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas selalu berupaya agar derajat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat tetap terpelihara bahkan semakin meningkat seiring dengan derap pembangunan kesehatan di wilayah kerja puskesmas.

C. Tujuan

Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan Nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat.

D. Fungsi

a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan

a. Puskesmas berperan sebagai motor dan motivator terselenggaranya pembangunan yang mengacu, berorientasi, serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama.

b. Memberdayakan masyarakat dan memberdayakan keluarga

a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada, baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat.

c. Memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama

Berdasarkan fungsi dari puskesmas tersebut dapat diketahui bahwa puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama, sehingga apabila masalah yang dihadapi tidak dapat dipenuhi dengan segala fasilitas yang puskesmas tersebut miliki, maka puskesmas dapat memberikan rujukan kepada puskesmas lainnya ataupun rumah sakit. Adapun hubungan tata kerja puskesmas dalam sistem pemerintahan di Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:

Tata kerja puskesmas diatur sebagai berikut:

Koordinasi fungsional antara puskesmas dengan RSUD dalam bidang pelayanan medik

koordinasi fungsional antara puskesmas dengan Camat dalam bidang pembangunan kesehatan di wilayah Kecamatan

Koordinasi fungsional antara puskesmas dan BPP dalam pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam rangka meningkatkan program Puskesmas

Sebagai sebuah organisasi, maka penerapan kepemimpinan dan manajemen di Puskesmas menjadi sangat penting. Adapun fungsi manajemen Puskesmas, kalau disederhanakan menjadi tiga fungsi, yaitu:

a. Fungsi Perencanaan Puskesmas (P1)

b. Fungsi Penggerakan Pelaksanaan Puskesmas (P2)

c. Fungsi Penilaian Puskesmas (P3)

E. Perencanaan Puskesmas

Depkes RI pernah memperkenalkan suatu bentuk perencanaan ditingkat Puskesmas yang disebut microplanning, yang merupakan penyusunan rencana 5 tahunan dengan tiap-tiap tahun di tingkat Puskesmas untuk mengembangkan dan membina Posyandu KB kesehatan di wilayah kerjanya, berdasarkan masalah yang dihadapi dan kemampuan yang dimiliki dalam rangka meningkatkan fungsi Puskesmas. Perencanaan tingkat Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Puskesmas dalam bidang perencanaan, khususnya dalam berpikir secara analitik dan berinisiatif, kreatif, serta inovatif.

F. Lokakarya Mini Puskesmas

Lokakarya Mini Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Puskesmas dalam penggerakan stafnya dalam pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan.

G. Stratifikasi Puskesmas

Stratifikasi Puskesmas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Puskesmas dalam melakukan pengendalian dan penilaian kegiatan.3. Penerapan Kepemimpinan dan Manajemen Di KeluargaPenerapan kepemimpinan dan manajemen pada setting pelayanan keperawatan di keluarga dan masyarakat berkaitan dengan konteks keperawatan keluarga dan keperawatan kesehatan masyarakat/komunitas. Perawatan kesehatan keluarga merupakan tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran atau penyalur. Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga dan akan mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga di sekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan (Friedman, Bowden, & Jones, 2010).

Keperawatan kesehatan masyarakat didefinisikan sebagai perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat yang mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya.Sesuai dengan salah satu prinsip keperawatan komunitas yaitu kegiatan yang dilakukan bersifat langsung menyentuh individu, keluarga, kelompok/masyarakat maka sasaran pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas terbagi menjadi 4 klasifikasi, antara lain:

a. individu, yaitu klien itu sendiri seperti klien rematik, hipertensi, Diabetes Mellitus (DM), Tuberculosis (TB) paru, dan lain-lain.

b. keluarga, misalnya keluarga dengan gizi kurang pada balita, keluarga dengan TB paru, hipertensi, asma, Demam Berdarah Dengue (DBD), Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) pada balita.

c. kelompok khusus seperti kelompok usia lanjut, kelompok remaja, kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai balita, kelompok pasien dengan asma, DM, penyakit jantung, dan lain-lain.

d. masyarakat seperti kelompok/masyarakat pengajian, ibu PKK, arisan RT/RW, kelompok/masyarakat paguyuban, dan lain-lain.

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas, yaitu:

a. Kenali/identifikasi tingkat pengetahuan dan kemampuan pasien/keluarga/kelompok/masyarakat ataupun petugas (kader).

b. Berikan penjelasan secara detail pelimpahan tugas yang diberikan, seperti penanganan diare, ISPA, dll.

c. Kaji/kenali adanya faktor penghambat seperti tidak adanya rujukan kasus, minimnya transportasi, minimnya sarana dan prasarana.

d. Sumber daya yang ada: terbatasnya waktu, petugas, peralatan, dll

e. Tindak lanjut setelah pelaksanaan tindakan.

(Friedman, Bowden, & Jones, 2010)Pada intinya, manajemen perawatan kesehatan keluarga dapat diaplikasikan dengan cara sebagai berikut (Friedman, Bowden, & Jones, 2010). Membina hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga

melaksanakan pengkajian masalah kesehatan keluarga

menyusun rencana asuhan keperawatan kesehatan keluarga

melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga

melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang dilakukanD. Peran dan Tugas Perawat dalam Manajemen Asuhan Keperawatan

1. Peran Perawat dalam Manajemen Asuhan Keperawatan

Peran perawat dalam manajemen asuhan keperawatan meliputi director of nursing, service directors, nurse manager dan charge nurse (Chase, 2010). Director of Nursing (RN/registered nurse) manajemen keperawatan dalam posisi senior dan memegang gelar eksekutif seperti chief nursing officer. Perannya yaitu mengawasi perawatan semua pasien di fasilitas perawatan kesehatan. Service directors atau layanan direksi berperan mengawasi fasilitas sistem meliputi layanan bedah. Layanan kegawatdaruratan, dan layanan perawatan kritis. Nurse manager atau manajer keperawatan bertanggung jawab dalam suatu unit keperawatan. Manajer keperawatan memiliki tanggung jawab dalam hal anggaran, staffing, dan operasi unit harian. Sedangkan charge nurse merupakan perawat yang mengerjakan asuhan keperawtaan sesuai dengan shift. Charge nurse bertanggung jawab untuk memastikan asukah keperawatan diberikan secara aman kepada pasien dan pasien menerima perawatan yang adekuat.

2. Tugas Perawat dalam Manajemen Asuhan Keperawatan

Tugas perawat dalam manajemen asuhan keperawatan menurut Potter dan Perry (2009) meliputi membantu menciptakan dan mengevaluasi kinerja suatu unit, memonitor standar praktik keperawatan professional, merekrut dan memperkerjakan perawat baru, menciptakan suasana kerja yang kondusif menentukan perkembangan staf dan melanjutkan kebutuhan pendidikan, serta mengevaluasi kerja. Selain itu manajer juga membuat dan mengimplementasikan rencana perbaikan kualitas bagi unit tersebut.

E. Proses Timbang Terima Per-Shift dan Ronde Keperawatan di ruang Rawat dan Puskesmas

Serah terima pasien diartikan pertukaran informasi pasien diantara anggota tim perawatan. Perawat mengkomunikasikan informasi tentang pasien sehingga semua anggota tim dapat membuat keputusan terbaik tentang pasien dan perawatannya (Potter & Perry, 2005)

Tujuan serah terima pasien menurut Potter & Perry (2005) adalah untuk memberikan kontinuitas perawatan yang lebih baik diantara perawat yang merawat pasien.

Apapun metode yang digunakan serah terima, prinsip-prinsip berikut harus dipatuhi:

a. Libatkan pasien

b. Menjaga kerahasiaan dengan membahas perawatan hanya di samping tempat tidur.

c. Hancurkan setiap daftar yang ditulis pada akhir setiap shift (sebelum meninggalkan bangsal)

d. Jangan menggunakan nomor tempat tidur atau teluk untuk mengidentifikasi pasien (International Patient safety Goal, JCI)e. Hindari jargon dan singkatan yang tidak dimengerti

f. Pergeseran masuk tidak harus penerima informasi yang pasif tetapi harus tantangan dan mengajukan pertanyaan.

g. Siswa memberikan serah terima harus disertai oleh mentor mereka atau perawat senior dari shift.

h. Hindari interupsi.

i. Jangan subjektif, namun aktual dan akurat.

j. Mendorong pembelajaran.

k. Gunakan catatan keperawatan.

Hal-hal lain yang harus diperhatikan dalam melakukan operan serah terima pada saat pergeseran shift adalah :

a. Operan dilaksanakan tepat pada waktu pergantiaan shift.

b. Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien; pre dan post conferencec. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.

d. Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan pasien.

e. Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.

f. Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume suara yang cukup sehingga pasien disebelahnya tidak mendengar sesuatu rahasia bagi pasien lainnya. Sesuatu yang dianggap rahasia sebaiknya tidak dibicarakan secara langsung didekat pasien.

g. Sesuatu yang mungkin akan membuat pasien terkejut dan syok sebaiknya dibicarakan di nurse station.Manfaat operan serah terima perawat saat pergeseran shif meliputi manfaat untuk perawat itu sendiri dan untuk pasien:

a. Manfaat operan untuk perawat :

1) Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.

2) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.

3) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien berkesinambungan.

4) Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

b. Manfaat operan untuk pasien :

1) Klien dapat menyampaikan masalah secara lansung bila ada keluhan atau hal yang belum terungkap.

2) Klien dapat mengenal dan mengetahui perawat yang akan merawatnya.

Pelaksanaan serah terima pasien menurut Nursalam, (2011):

Tahap persiapanMenjelang serah terima pasien, anggota tim memberitahukan pasien bahwa serah terima pasien akan dimulai. Hal ini bertujuan agar pasien ikut berkontribusi dalam perawatan dan agar keluarga/ pengunjung meninggalkan ruangan untuk sementara waktu.

Tahap PelaksanaanKepala ruangan mendatangi pasien bersama ketua tim dan anggota tim. Selanjutnya dengan menggunakan lembar serah terima sebagai panduan proses serah terima pasien dilaksanakan. Perawat yang akan menyerahkan pasien harus memberikan informasi tentang pasien secara akurat, singkat, dan professional menyangkut rencana asuhan keperawatan, respon pasien, serta rekomendasi perawatan selanjutnya.

Tahap setelah pelaksanaan serah terimaMenjelang berakhirnya serah terima pasien, kepala ruangan memeriksa grafik, mengidentifikasi masalah baru, dan melaksanakan diskusi. Pelaporan serah terima pasien ditulis pada format khusus yang ditandatangani ketua tim yang jaga pada saat itu dan ketua tim yang akan melanjutkan perawatan, serta diketahui kepala ruangan.

Ada empat model utama dari laporan timbang terima di dalam literatur (Miller, 1998; Sexton et al. 2004):

1. Verbal handover, ialah proses timbang terima yang dilakukan secara lisan

2. Tape recorded handover, yaitu proses timbang terima yang dilakukan dengan mengunakan alat perekam

3. Bedside handover merupakan proses timbang terima yang dilakukan di ruang pasien atau dihadapan pasien atau dengan melibatkan kontribusi pasien4. Written handover yaitu proses timbang terima yang dilakukan secara tulisan atau menggunakan catatanLembar sebelum persiapan yang berisi rincian pasien dapat menjadi metode timbang terima (Miller, 1998; Sexton et al. 2004) walaupun ini membutuhkan waktu untuk persiapan. Timbang terima lisan tanpa pencatatan terkadang dapat digunakan terutama ketika waktu yang terbatas. However, McKenna (1997) in Sexton et al. (2004) tidak dapat mengidentifikasi satu jenis metode yang terbaik. Hal ini disebabkan oleh situasi yang berbeda-beda dari satu area ke area lain meliputi jumlah pasien, ketergantungan, sehingga faktor-faktor ini yang mempengaruhi pemilihan metode. Penggabungan metode sangat sering dipakai

Komunikasi antara perawat satu sama lain terjadi secara formal selama pergantian shift dalam penyerahan keperawatan dan penggunaan catatan pasien. Selama serah terima, perawat pengganti masuk, kemudian diberitahu tentang keadaan pasien saat ini, pengobatan dan rencana perawatan, alokasi dan prioritas perawatan.

Ronde keperawatan

Ronde keperawatan adalah suatu metode untuk menggali dan membahas secara mendalam masalah keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer atau pun perawat pelaksana, konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan (Nursalam, 2002).

Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaaan dan cara berpikir kritis perawat akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam praktik keperawatan. a. Tujuan ronde keperawatan :

1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.

2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.

3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.

4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien.

5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan

6) Meningkatkan kemampuan justifikasi.

7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

b. Manfaat dari ronde keperawatan adalah :

1. Masalah pasien dapat teratasi.

2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.

3. Terciptanya komunitas perawat yang profesional.

4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan.

5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.c. Kriteria Klien

Klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah klien yang memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan.

2. Klien dengan kasus baru atau langka.

d. Langkah-langkah kegiatan ronde keperawatan:1. Praronde

Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka).

Menentukan tim ronde keperawatan. Mencari sumber atau literatur. Membuat proposal. Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian. Diskusi : apa diagnosis keperawatan ?; Apa data yang mendukung ?; Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan?; Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan?

2. Pelaksanaan ronde

Penjelasan tentang klien oleh PP yang difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dan/atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu didiskusikan. Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut. Pemberikan justifikasi oleh PP atau peraawat konselor atau kepala ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.

3. Pascaronde Evaluasi, revisi, dan perbaikan. Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis dan intervensi keperawatan selanjutnya.F. Dokumentasi dalam Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat dan Puskesmas

Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai rekaman atau bukti bagi pihak berwenang. Dokumentasi proses asuhan keperawatan merupakan tampilan perilaku atau kinerja perawat pelaksana dalam memberikan proses asuhan keperawatan kepada pasien. Dokumentasi asuhankeperawatan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai standar. Kualitas pendokumentasian keperawatan dapat dilihat dari kelengkapan dan keakuratan menuliskan proses asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien, yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan evaluasi (Nursalam,2007). Kriteria dokumentasi keperawatan yaitu akurat, komprehensif, dan fleksibel untuk memperoleh data penting, mempertahankan kesinambungan pelayanan, melacak hasil klien, dan menggambarkan standar praktik terkini; bersifat rahasia dan hanya boleh diketahui oleh klien itu sendiri dan juga anggota profesi kesehatan lainnya yang berkaitan dengan masalah klien; dapat dijadikan dokumentasi legal yang penting bagi klaim hukum yang terkait dengan pelayanan keperawatan. Dokumentasi dapat dijadikan dasar untuk tagihan keuangan karena didalamnya terdapat semua jenis pelayanan kesehatan yang telah diterima oleh klien. Selain itu, dokumentasi juga berfungsi sebagai bahan pendidikan dan penelitian bagi perawat, dan juga audit-monitor untuk meningkatkan derajat kualitas pelayanan kesehatan.

Carpenito (1999) menguraikan sistem dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa komponen, yaitu pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Komponen dan kriteria standar dokumentasi keperawatan yang mengacu pada standar asuhan keperawatan Departemen Kesehatan tahun 1994, sebagai berikut:

1. Standar Pengkajian Data Keperawatan.

Komponen pengkajian keperawatan meliputi: pengumpulan data, pengelompokan data, dan perumusan masalah

2. Diagnosa Keperawatan.

Kriteriakriteria yang ada dalam diagnosa keperawatan yaitu status kesehatan dibandingkan dengan normal untuk menentukan kesenjangan, diagnosa keperawatan dihubungkan dengan penyebab kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan klien, diagnosa keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang, komponen diagnosa keperawatan terdiri dari masalah, penyebab dan tanda/gejala, diagnosa keperawatan aktual untuk perumusan status kesehatan klien yang sudah nyata terjadi, dan diagnosa keperawatan potensial untuk perumusan status kesehatan klien yang kemungkinan akan terjadi, apabila dilakukan upaya pencegahan.

3. Standar Perencanaan Keperawatan.

Komponen perencanaan keperawatan, yaitu prioritas masalah, tujuan asuhan keperawatan, dan rencana tindakan

4. Standar Implementasi Keperawatan.

Kriteria standar implementasi keperawatan, yaitu dilaksanakan sesuai dengan rencana keperawatan, mengamati keadaan bio psiko sosio dan spiritual klien; menjelaskan setiap tindakan keperawatan kepada klien / keluarga; sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; menggunakan sumber daya yang ada; menunjukkan sikap yang sabar dan ramah dalam berinteraksi dengan klien dan keluarga; mencuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan keperawatan; menerapkan prinsip aseptik dan antiseptic; menerapkan etika keperawatan; menerapkan prinsip aman, nyaman, ekonomis, privacy dan mengutamakan keselamatan klien; mencatat semua tindakan yang dilakukan; dan melaksanakan tindakan keperawatan berpedoman pada prosedur teknis yang telah ditentukan.

5. Standar Evaluasi.

Kriteria standar evaluasi yaitu pengkajian ulang diarahkan pada tercapainya tujuan atau tidak, prioritas dan tujuan ditetapkan serta pendekatan keperawatan lebih lanjut dilakukan dengan tepat dan akurat, dan tindakan keperawatan yang baru ditetapkan dengan cepat dan tepat.

Dokumentasi dan pelaporan berkualitas memiliki lima karakteristik penting, yaitu bersifat factual, akurat, lengkap, baru, dan terorganisasi. Terdapat beberapa sistem dokumentasi untuk perekaman data klien (Potter & Perry, 2009) yaitu dokumentasi naratif, rekam medis yang berorientasi pada masalah, rekaman sumber, diagram pengecualian, dan rencana manajemen kasus dan alur kritis. Teknik dokumentasi keperawatan merupakan cara menggunakan dokumentasi keperawatan dalam penerapan proses keperawatan. Ada tiga teknik dokumentasi yang sering digunakan:

1)SOR (Source Oriented Record): adalah tehnik dokumentasi yang dibuat oleh setiap anggota tim kesehatan. Catatan ini cocok untuk klien rawat inap.

2)Kardex: teknik dokumentasi ini menggunakan serangkaian kartu dan membuat data penting tentang klien dengan menggunakan ringkasan problem dan terapi klien yang digunakan pada klien rawat jalan.

3)POR (Problem Oriented Record): teknik efektif untuk mendokumentasikan system pelayanan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien.

Dokumentasi Keperawatan Di Rumah Sakit

Dokumentasi askep di rumah sakit di Indonesia menggunakan dua teknik yakni dokumentasi berbasis computer dan dokumentasi tertulis atau manual. Computerized nursing documentation adalah suatu modul keperawatan yang dikombinasikan dengan sistem komputer rumah sakit ke staf perawat. Pendokumentasian keperawatan yang tertulis (paper-based documentation) saat ini dilaporkan mutunya sangat rendah dan ini juga berdampak terhadap penerimaan publik termasuk profesi kesehatan yang lain terhadap profesinalisasi keperawatan di Indonesia.Komponen dan kriteria standar dokumentasi keperawatan di rumah sakit juga mengacu pada standar asuhan keperawatan. Sistem penyelengaraan rekam medik dimulai dari pengumpulan data yang dilakukan pada saat penerimaan pasien selanjutnya data didistribusikan menurut jenis pelayanan yang dibutuhkan pasien (unit pelaksana pelayanan), kemudian setiap unit pelaksana pelayanan akan mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan dan pengobatan pasien dengan menggunakan alat perekam tertentu baik secara manual atau komputer.

Biasanya dokumen medik yang tertulis atau manual disimpan di bagian tersendiri dari bagian medical record mengikuti sistem yang ada di masing-masing Rumah Sakit. Tersusun rapi menurut sistem yang dianut, abjad atau nomor atau tanggal masuk. Untuk lama penyimpanan tidak ada aturan pasti, tetapi ini menyangkut keamanan penyimpanan dan ruangan serta biaya pemeliharaan. Kelemahan pendokumentasian yang dilakukan secara tertulis dan manual yaitu sering hilang dan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu dokumentasi tersebut diperlukan.

Dokumentasi keperawatan di Puskesmas

Dokumentasi askep di Puskesmas di Indonesia menggunakan dua teknik yakni dokumentasi berbasis computer dan dokumentasi tertulis atau manual. Cara pendokumentasiannya pun sama dengan di rumah sakit.

Dokumentasi askep di puskesmas Indonesia sebagian besar telah menerapkan model dokumentasi berbasis komputer, yang dinamakan SIMPUS. SIMPUS adalah program sistem informasi kesehatan daerah yang memberikan informasi tentang segala keadaan kesehatan masyarakat di tingkat puskesmas mulai dari data diri orang sakit, ketersediaan obat sampai data penyuluhan kesehatan masyarakat. Fasilitas yang ada didalam SIMPUS antara lain: tabel (tabel pasien, penyakit, obat), input (Register Harian Pasien, penerimaan obat, pengeluaran obat, stok obat bulanan), dan laporan (query register harian, query penyakit, query obat, rekap pasien per jenis dan golongan umur, rekap penyakit, rekap obat, data kesakitan, dan LPLPO). Beberapa keunggulan SIMPUS seperti program mudah dalam operasional dan menarik dalam laporan-laporan yang dihasilkan, pengelolaan database yang dapat diakses bersama (terbentuk Bank Data Kesehatan Daerah), dapat menampilkan sekaligus mencetak per-kategori yang dikehendaki ataupun rekap keseluruhan berkenaan dengan masalah kesehatan, SIMPUS dapat bekerja secara multi user maupun stand alone, dan terakhir SIMPUS dapat dipakai dalam jaringan Terpusat maupun Terdistribusi.

G. Upaya Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Agar Sesuai dengan Kualitas Akreditasi secara Internasional (JCI)

Berdasarkan ketetapan Menteri Kesehatan tahun 1993 tentang standar pelayanan rumah sakit, semua rumah sakit di Indonesia wajib melaksanakan dan memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan. Akreditasi JCI (Joint Commision International) merupakan pengakuan berstandar internasional yang diberikan oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan terhadap institusi kesehatan yang telah memenuhi standar yang ditentukan yang sekaligus merupakan cerminan profesionalisme Rumah Sakit. JCI mendasarkan penilaiannya pada: pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.Sedangkan dalam standar akreditasi Rumah Sakit versi 2012 mencakup standard:

1. Pelayanan berfokus pada pasien

2. Standar manajemen rumah sakit

3. Sasaran keselamatan pasien di rumah sakit dan standar program MDGs

Upaya peningkatan kualitas menkep yang telah direncanakan pemerintah, antara lain:

1. Penandatanganan Pakta Integritas 7 RS Model untuk melaksanakan akreditasi internasional

2. Penyusunan Standar Akreditasi Rumah Sakit

Standar Akreditasi berisikan tentang butir-butir seperti standar pelayanan berfokus pada pasien, standar manajemen rumah sakit, dan keselamatan pasien rumah sakit.

3. Penyusunan Instrumen Akreditasi RS versi 2012

Standar akreditasi versi 2012 ini mengacu pada standar Internasional, yaitu:

International Principles for Healthcare Standards

A Framework of requirement for standards

3rd Edition December 2007

International Society for Quality in Health Care/ISQua

Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals 4 rd Edition, 2011

Serta tetap mengacu pada Instrumen Akreditasi Rumah Sakit, edisi 2007,Standar Akreditasi dalam Joint Commission International (JCI)Standar-standar manajemen organisasi pelayanan kesehatan dalam JCI mengatur beberapa hal antara lain: (JCI, 2010)

1. Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)

Adapun beberapa standar yang diatur dalam peningkatan mutu dan keselamatan pasien, antara lain:

PMKP.1Mereka yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola rumah sakit berpartisipasi dalam perencanaan dan pengukuran program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.

PMKP.2Rumah sakit merancang system dan proses, baik yang baru maupun hasil modifikasi berdasarkan prinsip-prinsip perbaikan mutu.

PMKP.3Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran-ukuran penting dalam struktur, proses, dan hasil kerja rumah sakit untuk digunakan dalam rencana perbaikan mutu dan keselamatan pasien di tingkat keseluruhan organisasi.

PMKP.4Individu dengan pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang tepat bertugas mengumpulkan dan menganalisis data rumah sakit secara sistematis.

PMKP.5Rumah sakit mengunakan proses internal untuk melakukan validasi data.

PMKP.6Rumah sakit mengunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan mengelola kejadian sentinel.

PMKP.7Data dianalisis ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan dari data itu.

PMKP.8Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kegagalan.

PMKP.9Perbaikan mutu dan keselamatan dicapai dan berkelanjutan.

PMKP.10Kegiatan perbaikan dan keselamatan dilakukan pada area prioritas yang telah diidentifikasi oleh pemimpin rumah sakit.

PMKP.11Suatu program manajemen resiko yang berkelanjutan digunakan untuk mengidentifikasi dan mengurangi Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan risiko-risiko keselamatan lainnya pada pasien dan staf.

2. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)

Tujuan program PPI di rumah sakit untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi di antara pasien, staf, professional kesehatan, pekerja kontrak, relawan, mahasiswa, dan pengunjung. Berikut standar yang mengatur fungsi tersebut: (JCI, 2010)

PPI.1Semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi diawasi oleh satu atau lebih individu. Individu tersebut memiliki kualifikasi yang cukup dalam bidang pencegahan dan pengendalian infesi yang didapat dari pendidikan, pelatihan, pengalaman, atau sertifikasi.

PPI.2Terdapat mekanisme koordinasi untuk semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang melibatkan para dokter, perawat, dan lain-lain berdasarkan ukuran dan kompleksitas rumah sakit.

PPI.3Program pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan atas pengetahuan ilmiah terkini, pedoman praktik yang diterima, undang-undang dan peraturan yang berlaku, serta standar-standar untuk sanitasi dan kebersihan.

PPI.4Pemimpin rumah sakit menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi.

PPI.5Rumah sakit merancang dan menerapkan suatu program menyeluruh untuk mengurangi risiko infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada pasien dan petugas pelayanan kesehatan.

PPI.6Rumah sakit menggunakan pendekatan berbasis resiko dalam menetapkan focus program pencegahan dan penurunan infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.

PPI.7Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses yang terkait dengan risiko infeksi dan menerapkan strategi untuk mengurangi risiko infeksi.

PPI.8Rumah sakit menyediakan alat pelindung untuk kewaspadaan (barrier precautions) dan prosedur isolasi yang melindungi pasien, pengunjung, dan staf dari penyakit menular dan melindungi pasien imunosupresi dari infeksi.

PPI.9Sarung tangan, masker, pelindung mata, peralatan pelindung lainnya, sabun dan disinfektan tersedia dan digunakan secara tepat jika diperlukan.

PPI.10Proses pencegahan dan pengendalian infeksi terintegrasi dengan program rumah sakit keseluruhan untuk perbaikan mutu dan keselamatan pasien.

PPI.11Rumah sakit menyediakan edukasi mengenai praktik pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf, dokter, pasien, keluarga pasien, dan pemberi pelayanan lainnya bila ada indikasi mereka terlibat dalam pelayanan.

3. Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah (TKKA)

Standar-standar yang ada dalam mengatur tata kelola, kepemimpinan dan arah rumah sakit ialah sebagai berikut: (JCI, 2010)

TKKA.1Tanggung jawab dan akuntabilitas tata kelola dijelaskan dalam peraturan, kebijakan dan prosedur atau dokumen sejenis yang memandu pelaksanaannya.

TKAA.2Seorang manajer senior atau kepala bertanggung jawab untuk mengoperasikan rumah sakit dan menaati undang-undang dan peraturan yang berlaku.

TKAA.3Pemimpin rumah sakit diidentifikasi dan secara kolektif bertanggung jawab untuk mendefinisikan misi rumah sakit dan membentuk rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk memenuhi misi tersebut.

TKAA.4Pemimpin medis, keperawatan, dan layanan klinis lainnya merencanakan dan menetapkan struktur organisasi yang efektif untuk mendukung tanggung jawab dan wewenang mereka.

TKAA.5Satu atau lebih individu yang memenuhi syarat memberikan arahan untuk setiap departemen atau layanan dalam rumah sakit.

TKAA.6Rumah sakit menyusun kerangka kerja manajemen etika yang memastikan bahwa perawatan pasien disediakan sesuai norma bisnis, keuangan, etika, dan hukum serta melindungi pasien dan hak-hak mereka.

4. Manajemen dan Keamanan Fasilitas (MKF)

Secara khusus, menejemen harus berusaha untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko, mencegah kecelakaan dan cidera, serta memelihara konissi yang aman. Berikut ini standar yang mengatur manajemen dan kamanan fasilitas: (JCI, 2010)

MKF.1Rumah sakit mematuhi undang-undang, peraturan, dan persyaratan inspeksi fasilitas yang relevan.

MKF.2Rumah sakit menyusun dan mengurus rencana tertulis yang menggambakan proses untuk mengelola risiko yang bisa timbul bagi pasien, keluarga pasien, pengunjung, dan staf.

MKF.3Perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko-risiko dalam lingkungan perawatan diawasi oleh satu atau lebih individu yang memiliki kualifikasi.

MKF.4Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan suatu program untuk menciptakan lingkungan fisik yang aman dan terlindungi.

MKF.5Rumah sakit memiliki rencana untuk inventarisasi, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan-bahan berbahaya serta pengendalian dan pembuangan bahan-bahan dan limbah berbahaya.

MKF.6Rumah sakit menyusun dan menjalankan rencana dan program manajemen keadaan darurat untuk merespons keadaan darurat, epidemi, bencana alam, dan lainnya yang mungkin terjadi di masyarakat.

MKF.7Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk memastikan bahwa semua penghuni gedung selamat dari bahaya api, asap, dan keadaan darurat lainnya di seluruh fasilitasnya.

MKF.8Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk menginspeksi, menguji, dan memelihara peralatan medis dan mendokumentasikan hasil-hasilnya.

MKF.9Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui sumber biasa atau alternatif, untuk memenuhi kebutuhan penting perawatan pasien.

MKF.10Listrik, air, pembuangan, ventilasi, gas medis, dan sistem utama lainnya secara berkala diinspeksi, dipelihara, dan bila perlu ditingkatkan.

MKF.11Rumah sakit mengedukasi dan melatih semua anggota staf mengenai peran mereka dalam mereka dalam penyediaan fasilitas perawatan pasien yang aman dan efektif.

5. Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS)

Beberapa standar dalam pengaturan kualifikasi dan pendidikan staf, antara lain: (JCI, 2010)

KPS.1Pemimpin rumah sakit menetapkan persyaratan pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan persyaratan lainnya bagi anggota staf.

KPS.2Pemimpin rumah sakit menyusun dan melaksanakan proses-proses untuk merekrut, mengevaluasi, dan menunjuk staf serta produser-produser terkait lainnya yang diidentifikasi oleh rumah sakit.

KPS.3Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan staf klinis sesuai dengan kebutuhan pasien.

KPS.4Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan staf nonklinis sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan persyaratan untuk posisi tersebut.

KPS.5Terdapat informasi kepegawaian yang terdokumentasi untuk setiap anggota staf.

KPS.6Rencana susunan kepegawaian bagi rumah sakit, yang disusun secara kolaboratif oleh pemimpin, mengidentifikasi, tipe, dan kualifikasi staf yang diinginkan.

KPS.7Semua anggota staf klinis dan nonklinis diorientasi mengenai rumah sakit, departemen atau unit di mana mereka ditugaskan dan mengenai tanggung jawab pekerjaan spesifik mereka pada saat penunjukan.

KPS.8Tiap anggota staf menerima pelatihan internal (in-service education/training) serta pendidikan dan pelatihan lain yang berkelanjutan untuk menyokong dan meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya.

KPS.9Rumah sakit memiliki proses efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan mengevaluasi kredensial (lisensi, pendidikan, pelatihan, kompetensi, dan pengalaman) staf medis yang diizinkan untuk memberikan perawatan pasien tanpa pengawasan.

KPS.10Rumah sakit memiliki tujuan dan prosedur yang berbasis bukti yang terstandar untuk mengesahkan semua anggota staf medis untuk menerima dan menangani pasien serta memberikan pelayanan klinis lainnya yang konsisten dengan kualifikasi mereka.

KPS.11Rumah sakit menggunakan proses standar yang berkesinambungan untuk mengevaluasi mutu dan keselamatan pelayanan pasien yang disediakan oleh tiap anggota staf medis.

KPS.12Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi kredensial staf keperawatan (lisensi, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja)

KPS.13Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat penugasan pekerjaan klinis berdasarkan kredensial anggota staf keperawatan dan persyaratan peraturan.

KPS.14Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan partisipasi staf keperawatan dalam kegiatan-kegiatan perbaikan mutu rumah sakit, termasuk evaluasi kinerja individu jika diperlukan.

KPS.15Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk mengumpulkan, memverivikasi, dan mengevaluasi kredensial anggota staf professional lainnya (lisensi, pendidikan, pelatihan dan pengalaman).

KPS.16Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk mengidentifikasi tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat penugasan klinis berdasarkan kredensial anggota staf medis professional dan persyaratan menurut peraturan.

KPS.17Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk partisipasi anggota staf professional kesehatan lain dalam kegiatan-kegiatan perbaikan mutu rumah sakit.

6. Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI)

Gagalnya komunikasi ini menjadi salah satu penyebab awal paling umum dari terjadinya insiden yang mencelakakan pasien. Berikut standar akraditasi manajemen komunikasi dan informasi: (JCI, 2010)

MKI.1Rumah sakit berkomunikasi dengan komunitasnya untuk mempermudah akses layanan dan akses informasi tentang layanan perawatan pasien.

MKI.2Rumah sakit menginformasikan kepada pasien dan keluarganya mengenai perawatan dan layanannya serta bagaimana cara memperoleh layanan tersebut.

MKI.3Komunikasi dan pendidikan bagi pasien dan keluarganya dilakukan dalam format dan bahasa yang mudah dimengerti.

MKI.4Komunikasi dilaksanakan secara efektif di seluruh rumah sakit.

MKI.5Pemimpin memastikan adanya komunikasi dan koordinasi yang efektif di antara individu dan departemen yang bertanggung jawab dalam penyediaan layanan klinis.

MKI.6Informasi mengenai perawatan pasien dan respons terhadap perawatan dikomunikasikan antara tenaga medis, perawat, dan praktisi kesehatan lainnya pada setiap giliran petugas dan antarpergantian petugas.

MKI.7Data pasien tersedia bagi para praktisi kesehatan untuk mempermudah.

MKI.8Informasi yang berkaitan dengan perawatan pasien ditransfer bersama pasien.

MKI.9Rumah sakit merencanakan dan merancang proses-proses manajemen informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.

MKI.10Terjaganya privasi dan kerahasiaan informasi.

MKI.11Terjadinya keamanan informasi termasuk integritas data.

MKI.12Rumah sakit memiliki kebijakan sampai berapa lama catatan, data, dan informasi akan disimpan.

MKI.13Rumah sakit menggunakan kode diagnosis, kode prosedur, symbol, singkatan, dan definisi yang terstandar.

MKI.14Kebutuhan data dan informasi dari pihak dalam dan luar rumah sakit dipenuhi secara tepat waktu dalam format yang memenuhi harapan pengguna dan dengan frekuensi yang diinginkan.

MKI.15Petugas knilis dan manajerial yang tepat berpartisipasi dalam memilih, mengintegrasikan, dan menggunakan teknologi manajemen informasi.

MKI.16Catatan dan informasi terlindungi dari risiko hilang, rusak, diubah-ubah; juga tidak dapat diakses atau digunakan oleh pihak yang tidak berwenang.

MKI.17Para pengambil keputusan dan anggota staf lainnya edukasi dan dilatih dalam prinsip manajemen informasi.

MKI.18Terdapat kebijakan atau protocol tertulis yang menetapkan apa saja persyaratan untuk mengembangkan dan memelihara kebijakan dan prosedur internal serta proses untuk mengelola kebijakan dan prosedur eksternal.

MKI.19Rumah sakit memprakarsai dan mengurus catatan klinis untuk setiap pasien yang diperiksa atau diobati.

MKI.20Kumpulan data dan informasi mendukung perawatan pasien, manajemen organisasi dan program manajemen kualitas.

MKI.21Rumah sakit mendukung perawatan pasien, pendidikan, penelitian dan manajemen, dengan informasi secara tepat waktu dari sumber yang mutakhir.

BAB IIIKESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Manajemen keperawatan merupakan proses pengorganisasian pelayanan keperawatan melalui upaya staff keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa aman kepada pasien. Suatu rumah sakit tentunya memiliki manajemen tersendiri agar suatu rumah sakit dapat berjalan dengan baik. Karena tanpa ada manajemen dan pemimpin, akan menjadi sulit untuk mengatur kinerja rumah sakit sehingga pelayanan yang terbaikpun tidak dapat diberikan kepada pasien.

Untuk mengatur terkait manajemen rumah sakit maupun puskesmas, dibutuhkan metode yang tepat untuk mengaturnya. Metode tersebut terdapat pada metode penugasan asuhan keperawatan rumah sakit yang terdiri dari private duty nurse, metode aplikasi klien, functional nursing, team nursing, primary nursing, case management, dan ProACT. Sedangkan di puskesmas, metode penugasannya terdiri atas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta diakhir, dilaksanakan pengawasan dan pertanggungjawaban di akhir program.

Manajemen asuhan keperawatan tak lepas dari peran dan tugas perawat dalam memanajemen suatu ruangan. Peran perawat dalam manajemen asuhan keperawatan antara lain meliputi director of nursing, service directors, nurse manager dan charge nurse. Sedangkan tugas dari perawat antara lain membantu menciptakan dan mengevaluasi kinerja suatu unit, memonitor standar praktik keperawatan professional, merekrut dan memperkerjakan perawat baru, menciptakan suasana kerja yang kondusif menentukan perkembangan staf dan melanjutkan kebutuhan pendidikan, serta mengevaluasi kerja. Perawat juga berperan dalam pembagian shift dan ronde yang diatur oleh seorang manajer keperawatan.

Untuk memastikan bahwa manajemen keperawatan berjalan dengan baik, perlu adanya suatu standar sebagai tolak ukur pelayanan yang diberikan dari pihak puskesmas atau rumah sakit kepada klien. Standar tersebut berupa akreditasi dari JCI (Joint Commision International) yang merupakan pengakuan berstandar internasional yang diberikan oleh lembaga independen yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan terhadap institusi kesehatan yang telah memenuhi standar yang ditentukan yang sekaligus merupakan cerminan profesionalisme Rumah Sakit. Dalam penilaiannya, JCI mendasarkan penilaian pada: pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien.

B. Saran

Perawat sebagai tenaga kesehatan dengan berbagai perannya, seyogyanya dapat mengaplikasikan ilmu manajemen dan kepemimpinan dalam memberikan asuhan keperawatan dan dalam kehidupannya sehari-hari. Tak hanya itu, dengan pengaplikasian ilmu ini dengan baik, diharapkan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya sistem akreditasi suatu rumah sakit melalui standar JCI merupakan suatu cara untuk meningkatkan mutu suatu rumah sakit. Baik dari segi safety, kenyamanan, dan pelayanan yang berfokus pada pasien.

Adanya sikap kepemimpinan pada setiap individu, khususnya perawat juga merupakan suatu keahlian dan nilai tambah yang berguna bagi perawat itu sendiri. Perawat dihadapi dengan berbagai macam kasus dan berbagai macam sifat dan kepribadian klien. Dengan adanya kemampuan kepemimpinan, diharapkan perawat dapat memberikan keputusan yang arif dan sesuai dengan aturan serta kode etik keperawatan yang ada.

DAFTAR PUSTAKACarpenito, L.J. (1999) Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Terjemahan. Edisi ke-2. Jakarta: EGC Daire, J., Gilson, L., &Cleary, S.(2014). Developing leadership and management competencies in low and middle-income country health systems: a Review of the literature. Cape Town. University of Cape TownDepartemen Kesehatan. (2002). Pedoman manajemen puskesmas. Jakarta: Bakti Husada

Departemen Kesehatan. (2005). Pedoman penyelenggaraan puskesmas di perkotaan. Jakarta: Bakti Husada Depkes RI. (2004). Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Depkes : BUK Dasar

Depkes. R,I. (2005). Pedoman pengembangan jenjang karir professional perawat. Direktoral Bina Keperawatan, Direktoral Jendral Bina Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan R.I.Friedmen, M.M., Bowden, V.R., & Jones, E.G.(2010). Buku ajar keperawatan keluarga: Riset, teori & praktek,( Penerj. Hamid dkk.).(edisi 5). Jakarta: EGC Gillies, D.A. (1998). Nursing management, a system approach. Third Edition. Philadelphia : WB Saunders.Joint Commision International. (2010). Joint Commision International: Standar Akreditasi Rumah Sakit. Ed. 4, Terj: Meitasari Tjandrasa&Nicole Budiman. Jakarta: Gramedia. Joint Commision International. (2011). Joint Commission International Accreditation Strandards for Hospital. 4th ed. USA: Joint Commission Resources.Kozier, Barbara dkk . 2010. Fundamental of Nursing, Concepts, Process, and Practice. 7th edition. New jersey:person education Kusnanto. (2003). Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Linda, Chase. (2010). Thesis: Nurse Manager Competencies.Marquis, B.L., & Huston, C.J.(2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan: Teori dan aplikasi, (Penerj. Widyawati dkk.).Jakarta: EGC. Nursalam,(2007). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.Nursalam.(2002). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Salemba Medika, JakartaPotter & Perry. (2005). Fundamental of nursing: concepts, process, and practice. 7th Ed. St. Louis, MI: Elseiver Mosby.Potter, P.A. dan Perry, A.G. (2009). Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Sexton, A. et al. (2004). Nursing handovers: do we really need them? Journal of Nursing Management. Vol 12, 37-45.

Swanburg, R.C. (2000). Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk perawat klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Swansburg, R.C. & Swansburg, R.J. (2002). Introduction to Management and Leadership for Nurse Managers. 3rd Edition. Canada: Jones & Bartlett Publishers.

Perencanaan Puskesmas

Pendekatan evaluasi

Akreditasi

Stratifikasi Puskesmas

LOKAKARYA MINI PUSKESMAS

Penggalangan/Peningkatan Kerjasama dalam Tim

Penggalangan/Peningkatan Kerjasama Lintas Sektoral

Lokakarya Bulanan Puskesmas

Lokakarya Tribulanan Lintas Sektoral