bab 2 fix (1)
TRANSCRIPT
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi dan Fisiologi otak
Gambar 2.1 Otak manusia (Swaramuslim, 2009)
2.1.1 Otak
Otak terbagi menjadi 2 bagian yaitu otak besar (serebrum) dan otak kecil
(serebelum). Otak besar terbagi lagi menjadi beberapa lobus, mulai dari lobus
frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Permukaan
pada otak bergelombang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti sebuah lekukan
yang disebut dengan girus (Judha, Mohamad, 2012:35)
2.1.1.1 Otak besar (cerebrum)
Merupakan bagian otak terbesar lebih dari 85% yang terdiri dari sepasang
hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan celah-
7
8
celah (sulkus) dan girus, dengan demikian cerebrum terbagi menjadi beberapa
lobus yaitu :
1) Lobus frontalis
Mencakup bagian dari korteks serebrum ke depan dari sulcus sentralis dan
di atas sulcus lateralis. Bagian ini mengandung daerah-daerah motorik dan
pramotor. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk perilaku.
2) Lobus temporalis
Mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura
lateralis dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini adalah
daerah asosiasi untuk informasi auditorik dan mencakup daerah wernicke tempat
interprestasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interprestasi bau dan
penyimpanan ingatan.
3) Lobus Parietalis
Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus
sentralis, di atas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parieto-
oksipitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk rasa peraba
dan pendengaran.
4) Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus ini
terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan di atas fisura-fisura parieto-
oksipitalis.
2.1.1.2 Otak kecil (cerebellum)
Cerebellum merupakan bagian penting dari susunan syaraf pusat secara
tidak sadar mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal. Bagian
9
bagian dari cerebellum yaitu: lobus anterior, lobus medialis, dan lobus
fluccolonodularis. Lobus anterior merupakan paleocerebellum yang menerima
masukan rangsang dari ujung-ujung proprioseptif dalam otot dan tendon serta dari
reseptor raba dan tekan. Lobus medialis merupakan neocerebellum yang tidak
berhubungan dengan gerak voluntary. Lobus fluccolonodularis merupakan baguan
tertua dari cerebellum serta merupakan archicerebellum yang berhubungan
dengan susunan vestibular (nervus vestibularis dan nukleus vestibularis). Bagian
ini merupakan respon terhadap stimulus dari telinga bagian dalam dan membantu
mempertahankan keseimbangan dengan membawa modifikasi dalam tonus otot.
(Irfan, Muhammad, 2010:15)
2.1.2 Brainstem (batang otak)
Batang otak berhubungan dengan diensefalon di atasnya dan medula
spinalis di bawahnya, struktur struktur fungsional batang otak yang penting adalah
jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medula spinalis dan
bagian-bagian otak, anyaman selsaraf 12 pasang saraf cranial. Batang otak secara
garis besar tediri dari 3 segmen yaitu:
1) Mesensefalon
Merupakan penghubung antara pons dan serebellum dengan serebrum.
2) Pons
Merupakan jembatan penghubung antara mesensefalon dengan medula
oblongata, fungsinya membantu dalam regulasi pernafasan dan rasa raba, rasa
nyeri dan rasa suhu.
10
3) Medula oblongata
Merupakan struktur batang otak yang paling bawah dan akan melanjutkan
ke kaudal sebagai medulla spinalis (Irfan, Muhammad, 2010:20).
2.1.3 Pembuluh darah otak
2.1.3.1 Arteri
Terdapat 4 arteri yang mengalirkan darah ke otak yaitu : 2 arteri karotis
interna dari arah depan leher dan 2 arteri vertebralis melalui belakang leher, kedua
arteri vertebralis ini membentuk arteri basilaris yang kemudian bergabung dengan
arteri karotis interna membentuk arteri lingkaran arteri disebut sirkulus Willisi
(Judha, Mohamad, 2012:93).
Arteri karotis komunis memiliki percabangan yaitu arteri karotis interna dan
arteri karotis eksterna. Arteria karotis interna mengurus daerah:
1) Lobus frontalis, lobus parietalis, dan lobus temporalis
2) Kapsula interna
3) Korpus striatum dan
4) Belahan depan thalamus
Arteria vertebralis mengalirkan darah untuk bagian posterior otak, yaitu:
1) Lobus oksipitalis
2) Belahan belakang thalamus
3) Mesensefalon, pons, medulla oblongata
4) Serebellum dan
5) Bagian basal lobus temporalis
11
2.1.3.2 Vena
Darah dari otak ditampung di dalam pembuluh darah yang berada di antara
dua lapisan dura meter dan disebut sinus venosus. Dari sini darah masuk ke dalam
vena jugularis interna bersama darah dari bagian-bagian superfisial wajah dan dari
leher. Vena jugularis eksterna menerima darah dari bagian eksterior kranium dan
dari bagian-bagian profunda wajah. Pada akar leher, vena jugularis interna
bergabung dengan vena subklavia untuk membentuk vena brakiosefalika yang
kemudian menyatu untuk membentuk vena kava superior dan melalui vena ini
darah dialirkan ke dalam atrium kanan (Watson, Roger, 2002:276)
2.1.4 Sistem Motorik Volunter
Impuls gerakan volunter terutama dicetuskan di bagian otak girus
presentralis lobus frontalis (korteks motorik prmier, area 4 Brodmann) dan area
kortikal di sekitarnya (neuron motorik pertama). Impuls tersebut berjalan di dalam
serabut yang panjang (terutama traktus kortikonuklearis dan traktus
kortikospinalis), melewati batang otak dan turun ke medula spinalis ke kornu
anterius, yempat dimana membentuk kontak sinaptik dengan neuron motorik
kedua. Sertabut saraf yang muncul dari area 4 dan area kortikal yang berdekatan
bersama membentuk traktus piramidalis, yang merupakan hubungan yang paling
langsung dan tercepat antara area motorik primer dan neuron motorik di kornu
anterius.
Selain itu, area kortikal lain (terutama korteks premotorik, area 6) dan nuclei
subkortikalis (terutama basal ganglia) berpartisipasi dalam kontrol neuron
gerakan. Area tersebut membentuk lengkung umpan balik yang kompleks satu
dengan yang lain dan korteks dan dengan korteks motorik primer serta serebelum.
12
Dari hal tersebut akan mempengaruhi struktur sel di kornu anterius medula
spinalis melalui beberapa jaras yang berbeda di medula spinalis. Fungsinya
terutama untuk memodalisasi gerakan dan untuk mengatur tonus otot. Impuls
yang terbentuk di neuron motorik kedua pada nuclei nervi kranialis dan kornu
anterius medula spinalis berjalan melewati radiks anterior, pleksus saraf serta
saraf perifer dalam perjalanannya ke otot rangka. ( )
2.2 Biomekanik Pertumbuhan dan Perkembangan.
Dalam perkembangannya seorang bayi akan mengalami perkembangan
dan pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Dalam perkembangannya, bayi akan
memiliki perubahan yang dimulai dari fisik, motorik kasar, motorik halus,
sensori, vokalisasi dan sosialisasi. Dalam kaitanya pada kasus CP ini, maka
pertumbuhan yang berkaitan dan harus perhatikan adalah pada bagian motorik
kasar dan halus. Hal tersebut adalah sesuai dengan kompetensi fisioterapi dalam
penanganan pada klien. Dengan demikian maka dijelaskan secara terperinci antara
umur dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus normal yang
seharusnya dimilki oleh bayi.
2.2.1 Usia 1 bulan
2.2.1.1 Fisik : penambahan berat badan 150 sampai 210 gram setiap minggu
selama 6 bulan pertama, penambahan tinggi badan 2,5 cm setiap bulan
selama 6 bulan pertama, peningkatan lingkar kepala sebesar 1,5 cm selama
6 bulan pertama, adanya reflex primitive dan kuat, adanya reflex mata
boneka dan refleks dansa menghilang serta pernafasan hidung harus terjadi.
2.2.1.2 Motorik kasar : Dapat memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain,mengalami
head lag yang nyata, menahan kepala sebentar secara paralel dalam garis
13
tengah saat posisi telungkup, menunjukan reflex leher tonik asimetris, saat
posisi berdiri maka tubuh akan lemas pada lutut dan panggul, saat posisi
duduk maka punggung memutar bersamaan dan tidak ada control kepala.
2.2.1.3 Motorik halus : Tangan tertutup seacar umum, reflex menggenggam kuat
dan tangan mengatup pada kontak mainan.
2.2.2 Usia 2- 3 bulan
2.2.2.1 Fisik : refleks primitive menghilang dan fontamel posterior menutup dan
refleks merangkak hilang.
2.2.2.2 Motorik kasar : Menunjukan posisi yang kurang fleksi bila telungkup
dengan panggul datar kaki, kaki terekstensi, lengan fleksi dan kepala ke satu
sisi, head lag berkurang bila menariknya ke posisi duduk, dapat
mempertahankan kepala dalam kesejajaran yang sama dengan posisi tubuh
yang lain, bila telungkup dapat mengangkat kepala hampir 45° dari meja,
bila digendong dalam posisi duduk, kepala ditahan ke atas tetapi menunduk
ke depan serta menunjukan posisi reflex leher tonik asimetris secara
intermiten. Mampu menahan kepal lebih tegak bila duduk tetapi masih
menunduk ke depan, sedikit head lag saat menarik kepala ke posisi duduk,
mendapatkan posisi tubuh simetris, mampu mengangkat kepala dan bahu
dari posisi telungkup sampai sudut 45-90° dari meja, bila digending posisi
berdiri mampu menahan sedikit fraksi beban berat badan pada kakinya dan
memegang tangan sendiri.
2.2.2.3 Motorik halus : Tangan sering terbuka dan reflex menggenggam
menghilang. secara aktif memgang mainan tetapi tidak akan menggapai
14
maianan, reflex menggenggam tidak ada, tangan tetap tertutup rapat dan
akan menggenggam tangan sendiri
2.2.3 Usia 4- 5 bulan
2.2.3.1 Fisik : mulai merangkak, ada refleks moro, tonik leher dan rooting telah
menghilang. Kemudian adanya pertumbuhan gigi dan berat badan menjadi
2x lipat.
2.2.3.2 Motorik kasar : hampir tidak mengalami head lag, keseimbangan kepala
pada posisi duduk baik, mampu duduk tegak saat disangga, mampu
mengangkat kepala dan dada dari permukaan sampai sudut 90° dan mampu
berguling dan telungkup ke sisi lain. Kemudian berlanjut ke hilangnya head
lag, saat duduk mampyu menahan kepala dan menatap ke depan, mampu
duduk untuk periode lama saat punggung disokong, bila telungkup
menunjukan posisi simetris dengan lengan ekstensi, mampu membalik dari
posisi telungkup ke telentang serta saat terlentang dapat menempatkan keki
ke mulut.
2.2.3.3 Motorik halus : melihat dan memainkan tangan, mencoba meraih sesuatu
dengan tangan, akan menggenggam dengan kedua tangan dan dapat
memasukan objek ke mulutnya. Kemudian mampu menggenggam secara
volunteer menggunakan genggaman telapak, memainkan jari- jari dam
mampu memegang satu kotak dengan memperhatikan kotak yang lain.
2.2.4 Usia 6- 7 bulan
2.2.4.1 Fisik : laju pertumbuhan mulai penurun, penambahan berat badan dan
tinggi badan 90- 150 gram dan 1,25cm selama 6 bulan kedepannya, gigi
mulai pertumbuhan dua gigi insisi sentral bawah dan gerakan menggigit dan
15
mengunyah milai terjadi. Selanjutnya adalah pertumbuhan gigi insisi tengah
atas.
2.2.4.2 Motorik kasar : pada saat telungkup maka akan dapat mengangkat dada
dan abdomen bagian atas dan membebankan berat badan pada tangan, akan
mengankat kepala saat akan duduk, dapat duduk dengan tegak dan apabila
digendong dalam posisi berdiri akan stabil serta refleks memegang tangan
akan hilang. Kemudian saat terlentang secara spontan akan mengangka
kepala, duduk tegak ke depan dengan kedua tangan, saat gerakan telungkup
maka akan membebankanberat badan pada satu tangan, dapat membebankan
berat badan ke kaki serta dapat meloncat aktif saat posisi digendong.
2.2.4.3 Motorik halus : dapat mengambil benda yang jatuh, menggenggam dan
memanipulasi otak kecil, dapat memegang botol dan dapat menggenggam
kaki dan menariknya ke mulut. Kemudian akan berkembang dapat
memindahkan benda dari tangan satu ke satunya, dapat menggenggam dua
kotak bersamaan dan dapat menggaruk pada objek yang kecil.
2.2.5 Usia 8- 10 bulan
2.2.5.1 Fisik : pertumbuhan gigi insior lateral atas dan mulai merangkak bagian
tangan dan lutut. Kemudian adanya refleks labyrinth- righting yang kuat,
dan mampu mengangkat kepala saat telungkup.
2.2.5.2 Motorik kasar : ada creeps on hands and knees, bisa duduk dengan mantap
di lantai untuk waktu yang lama, bisa mengatasi keseimbangan saat
bersandar ke depan tetapi tidak saat bersandar ke belakang dan bisa menarik
tubuh ke posisi berdiri dan bisa bersiri dengan pegangan pada perabot.
Kemudian berkembang lagi dengan dapat mengubah dari posisi telungkup
16
ke duduk, masih berdiri deengan pegangan perabot tetapi duduk dengan
menjatuhkan diri, dapat melakukan keseimbangan saat duduk dengan
mudah serta pada saat berdiri mulai bisa mengangkat satu kaki untuk
melangkah.
2.2.5.3 Motorik halus : pada bulan-bulan ini mulai bisa menggunakan ibu jari dan
jari telunjuk dalam menggenggam, mulai terlihat dominan tangan yang
digunakan dan dapat membandingkan kotak yang akan dibawa. Selanjutnya
berkembang lagi dengan dapat melepaskan secara sederhana terhadap suatu
objek dan dapat menggenggam benda dengan pasti.
2.2.6 Usia 11- 12 bulan
2.2.6.1 Fisik : munculnya gigi incisor lateral bawah dan berlanjut dengan
bertambahnya berat bayi 3x lipat dan panjang tubuh meeningkat 50%,
meiliki lingkar kepala dan dada yang sama ( lingkar kepala 46,5 cm), meilki
gigi 6 atau 8 dan refleks landau berkurang, refleks babinski menghilang
serta munculnya kurva lumbar dan terlihat lordosis saat berjalan.
2.2.6.2 Motorik kasar : apabila dalam posisi duduk maka akan berputtar saat
meraih objek dan berjalan dengan memegang perabot dengan kedua tangan.
Berlanjut dengan dapat berjalan dengan berpegangan dengan satu tangan
dan dapat berdiri sendiri dengan baik serta dapat ke posisi duduk dari posisi
berdiri tanpa bantuan.
2.2.6.3 Motorik halus : pada bulan ini akan memilki genggaman yang erat,
menjatuhkan benda untuk di ambilnya dan dapat menempatkan suatu objek
setelah objek lain di dalam suatu wilayah. Kemudian berkembang
17
selanjutnya dengan membangun dua blok menara tetapi gagal serta dapat
membalik halaman buku dengan jumlah banyak dalam sekali waktu.
2.2.7 Usia 15 bulan dan 18 bulan
2.2.7.1 Fisik : pada bulan ke-15 pertumbuhan mantap pada tinggi dan berat badan,
lingkar kepala sekitar 48 cm, berat badan antara 11 kg dan tinggi badan
kisaran 78,7 cm. Berlanjut pada bulan ke- 18 akan terjadi penutupan
fontanel anterior dan mampu mengendalikan sfingter.
2.2.7.2 Motorik kasar : bulan ke- 15 akan dapat berjalan tanpa bantuan (biasanya
terjadi sejak usia 13 bulan), dapat memanjat tangga, berlutut tanpa sokongan
dan dapat berhenti secara tiba- tiba tetapi tidak kehilangan keseimbangan
serta dapat melempar bola tetapi dengan jatuh. Berlanjut ke bulan 18 maka
akan berkembang dengan dapar berlari dengan kikuk atau sering jatuh dan
mampu naik tangga dengan satu tangan berpegangan, dapat mendorong dan
menarik mainan, dapat melonpat di tempat dengan kedua kakinya dan dapat
duduk sendiri di kursi serta dapat melempar bola dari satu tangan ke tangan
satunya tanpa jatuh.
2.2.7.3 Motorik halus : perkembangan motorik halus pada bulan 15 ini yaitu dapat
mmembangun menara dengan dua kotak, memegang dua kotak dengan satu
tangan, memasukan butir- butir kecil ke leher nbotol yang sempit serta dapat
menggunakan cangkir dengan baik. Berkembang lagi ke bulan 18 yaitu dpat
membangun menara dengan tiga kotak, membalik halaman buku dengan
membalik 2 atau 3 halaman sekaligus, dapat membuat coretan gambar
dengan tekanan serta dpat mengatur sendok tanpa memutarnya.
2.2.8 Usia 24 bulan dan 30 bulan
18
2.2.8.1 Fisik : pada usia 24 bulan, maka akan memilki pertumbuhan fisik dimana
lingkar dada ˃ lingkar kepala, peningkatan tinggi badan biasanya 10 sampai
12,5 cm dan memiliki gigi geligi utama 16 gigi. Berkembang ke usia 30
bulan maka akan memilki 4x lipat berat bdan lahir, gigi geligi utama
lengkap (20 gigi) dan dapat mengontrol usus dan kandung kemih.
2.2.8.2 Motorik kasar : pada bulan ke 24 bulan maka akan dapat melakukan naik
dan turun tangga sendiri dengan dua kaki pada setiap langkah, dapat berk\
lari dengan seimbang dengan langkah lebar, dapat menangkap bola tanpa
jatuh serta dapat menendang bola tanpa jatuh. Berkembang pada usia 30
bulan, dimana akan dapat melompat dengan dua kaki dan melompat dari
kursi dan dapat mengambil du alangkah pada ujung ibu jari kaki.
2.2.8.3 Motorik halus : usia 24 bulan akan dapat membangun mebara dengan 6- 7
kotak, dapat menggambar atau meniru tekanan vertical dan melingkar dan
dapat membuka gerendel pintu. Sedangkan pada usia 30 bulan akan dapat
membangun menara dengan 8 kotak, dapat memegang alat tulis dengan baik
denga jari bukan menggenggamnya serta dapat menggambar dengan meniru
tekanan vertical dan horizontal dan membuat dua atau lebih tekanan untuk
menyilang.
2.2.9 Usia 3 tahun
2.2.9.1 Motorik kasar : pada usia ini maka balita akan dapat melakukan hal
seperti, mengendarai sepeeda roda tiga, melompat dari langkah dasar, dapat
berdiri satu kaki beberapa detik, menaiki tangga dengan kaki bergantian dan
turun dengan menggunakan kedua kaki untuk melangkah, dapat melompat
19
panjang serta akan mencoba gerakan menari tetapi keseimbangannya idak
terlalu kuat.
2.2.9.2 Motorik halus : dapat membangun menara dengan 9- 10 koatak, secara
benra dapat memasukan biji- bijian ke leher botol yang sempit, dapat
menggambar dengan meniru lingkaran, silangan serta menyebutkan yang
digambar.
2.2.10 Usia 4 tahun
2.2.10.1 Motorik kasar : melompat dan meloncat pada satu kaki, dapat
menangkap bola dengan tepat dan bergatian melempar bola di tangan serta
turun tangga dengan kaki secara bergantian.
2.2.10.2 Motorik halus : dapat menggunakan gunting dengan baik untuk
memotong gambar sesuai garis, dapat memasang sepatu tetapi tidak bisa
mengikat talinya serta dalam menggambar akan dapat menjiplak gambar
dengan garis silang dan menambahkan tiga bagian pada gambar.
2.2.11 Usia 5 tahun
2.2.11.1 Motorik kasar : pada usia ini maka akan dapat melakukan lompatan
dan loncatan dengan kaki bergantian, dapat menangkap dan melempar bola
dengan baik, dapat bermain skate dengan seimbang, dapat berjalan mundur
dengan tumit dan ibu jari serta dapat melompat dari ketinggian 12 inci
dengan bertumpu pada ibu jari selanjutnya dapat menyeimbangkan kaki
secara bergantian dengan mata tertutup.
2.2.11.2 Motorik halus : dapat mengikat tali sepatu, dapat menggunakan
guntung, pensil dan alat sederhana dengan baik, dalam menggambar akan
20
dapat menggambar dengan paduan garis yang banyak dan dapat menulis
huruf atau angka satu, seperti nama.
2.2.12 Usia 6 tahun
2.2.12.1 Fisik dan Motorik : penambahan berat badan dan pertumbuhan
berlanjut dengan lambat, pemunculan gigi insisor mandibular tengah,
peningkatan bertahap dalam ketangkasan, aktifitas kontan, sering kembali
menggigit jari, lebih menyadari bahwa tangan sebagai alat, suka
menggambar, menulis dan mewarnai serta penglihatan mencapai maturitas.
(wong, L Donna,1998:180)
2.3 Deskripsi Kasus
2.3.1 Pengertian
Cerebral palsy (CP) merupakan kondisi neurologis yang terjadi permanen
tapi tidak mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena bersifat non
progesif pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang immature (Campbell SK
et al, 2005: 5). Lesi dapat terjadi sebagai cacat perkembangan, seperti infark dan
trauma. (Miller, Freeman, 2007 :31).
Dalam CP ini memiliki gejala-gejala yang dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa macam yaitu Diplegia merujuk pada keterlibatan terutama dari kaki,
hemiplegia mengacu pada individu dengan motor unilateral disfungsi dan pada
anak-anak kebanyakan ekstremitas atas lebih parah terlibat dari yang bawah serta
quadriplegia mengacu pada disfungsi dari keempat ekstremitas dan pada beberapa
anak satu ekstremitas atas mungkin kurang terlibat (miller,Freeman,2006:180).
Selain itu pada CP juga terdapat masalah yang terkait termasuk defisit sensorik
seperti masalah penglihatan, seperti strabismus, gangguan somato sensori dan
21
masalah bahasa (dysarthria, disfagia), epilepsi, keterbatasan kognitif serta
osteoporosis. Dalam hal ini juga adanya masalah motorik biasanya meliputi tonus
abnormal, kelemahan, dan berkurang kontrol selektif (Cooper, Grant, 2006 :30).
Dilain hal terdapat juga yang mengatakan bahwa CP memiliki klasifikasi gejala,
seperti sekelompok gangguan permanen dimana adanya gangguan pada gerakan
dan postur, menyebabkan keterbatasan aktivitas yang dikaitkan dengan gangguan
non-progressife yang terjadi di otak janin atau bayi berkembang serta gangguan
motorik. (Rosenbaum et al, 2007).
2.3.2 Etiologi
Sebagian besar kasus CP tidak memiliki identifikasi etiologi, meskipun
prematur adalah faktor terbesar tunggal terkait. Faktor risiko lain untuk CP
termasuk lahir premature, berat badan lahir rendah(<2500 g), infeksiprenatal,
perinatal stroke, postnatal, faktor risiko ibu, atau setelah melahirkan infeksi atau
trauma (cooper, Grant, 2006:28). Terdapat tiga bagian penyebab terjadinya
cerebral palsy pada anak yaitu :
2.3.2.1 Sebelum Lahir (prenatal)
Masalah bisa terjadi pada saat pembuahan bergabung dan sebelum bayi
dikandung sehingga menghasilkan keadaan yang tidak normal yang berhubungan
langsung dengan kerusakan jaringan syaraf. Adapun faktor-faktornya antara lain:
1) Ibu menderita penyakit /infeksi
Ini merupakan bawaan lahir, gangguan pada bayi mungkin muncul di awal
kehamilan yaitu masa-masa penentu bagi pertumbuhan dan pembentukan tubuh
janin. Misalnya seorang ibu terserang infeksi Rubella, toksoplasma, atau
sitomegalo yaitu virus yang bisa terjadi di usia kehamilan trimester pertama,
22
gangguan juga bisa muncul saat kehamilan memasuki usia trimester ketiga.
Penyebab lain, ibu menderita penyakit berat seperti tifus, kolera, malaria kronis,
sifilis, TBC dan yang lainya yang dapat mempengaruhi janin. Infeksi-infeksi ini
mengganggu perkembangan jaringan otak sehingga menimbulkan kerusakan
jaringan otak pada anak.
2) Perilaku Ibu
Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan, merokok, minum-minuman keras,
begitu juga dengan ibu yang mengalami depresi dan tekanan darah tinggi. Semua
ini bisa merusak janin baik fisik maupun mental.
3) Masalah Gizi
Ini berkaitan dengan masalah sosial ekonomi, ibu yang tinggal dengan
kondisi ekonomi yang kurang mampu sementara anaknya banyak, otomatis
asupan gizinya pun kurang. Masalah gizi ini akan terbawa sampai anaknya lahir.
Ibu yang menderita kekurangan gizi akan berpengaruh pada pembentukan dan
perkembangan otak janinnya (dapat menyebabkan kerusakan jaringan di otak).
2.3.2.2 Saat lahir (neonatal)
1) Terkena infeksi jalan lahir
Ini cukup sering mengakibatkan ketidaknormalan bayi karena terjadi
gangguan pada proses persalinan, jalan lahir kotor dan banyak kuman. Jika ibu
mempunyai infeksi TORCH, misalnya bayi bisa terkena infeksi jalan lahir
tersebut.
23
2) Hipoksis iskemik ensefalopati/ HIE
Saat lahir bayi dalam keadaan tak sadar, bahkan tak menangis dan justru
mengalami kejang hingga kekurangan oksigen ke otak. Akibatnya jaringan otak
rusak.
3) Kelahiran yang sulit
Pemakaian alat bantu seperti vakum saat proses persalinan tak bermasalah,
yang bisa mengganggu bayi adalah lamanya dijalan lahir karena berbagai
penyebab, kepala bayi lebih besar dari panggul ibu, atau ada lilitan tali pusat
sehingga tertarik tak mau keluar atau ibu tidak kuat menahannya.
4) Asfiksia
Bayi lahir tak bernafas, bisa karena paru-paru penuh cairan atau karena ibu
mendapatkan anestesi (obat bius) terlalu banyak.
5) Bayi lahir premature
Termasuk bayi beresiko tinggi mengalami gangguan karena lahir belum
waktunya atau kurang dari 32 minggu. kemungkinan jaringan organ tubuh dan
jaringan otaknya belum sempurna.
6) Berat lahir rendah
Selain bobotnya rendah, bayi kekurangan nutrisi. Meski lahir cukup bulan
tetapi bobotnya kurang dari 2.500 gram, ini bisa terjadi karena ibu kekurangan
gizi pada saat hamil.
7) Perdarahan otak
Perdarahan di bagian otak dapat mengakibatkan penyumbatan sehingga
anak menderita hidrosepalus ataupun microcepalus. Perdarahan juga dapat
menekan jaringan otak hingga terjadi kelumpuhan.
24
8) Bayi kuning
Merupakan keadaan bayi mengalami kuning yang berbahaya, misalnya
karena kelahiran inkompatibilitas golongan darah yaitu, ibu bergolongan darah O
sedangkan bayinya A atau B. Selain itu bayi yang mengalami hiperbilirubenimia
atau kuning yang tinggi, lebih dari 20mg/dl hinggga bilirubin besarnya melekat di
jaringan otak terganggu, oleh sebab itu bayi kuning harus segera mendapatkan
penanganan yang tepat pada minggu-minggu pertama kejadian.
2.3.2.3 Sudah Lahir (postnatal)
Biasanya paling rentan terjadi di usia-usia 0-3 tahun. Terdapat penyebab-
penyebab antara lain:
1) Infeksi pada selaput otak atau pada jaringan otak
Umumnya bayi usia muda sangat rentan dengan penyakit, misalnya
menginggitis dan ensepalitis pada usia setahun pertama. Ada kemungkinan
penyakit tersebut menyerang selaput otak bayi sehingga menimbulkan gagguan
pada perkembangan otaknya. Bila infeksinya terjadi dibawah tiga tahun umumnya
akan mengakibatkan cerebral palsy, sebab pada waktu itu otak sedang dalam
perkembangan menuju sempurna. Jadi anak yang terkena infeksi meningitis
(radang selaput otak) diusia 5 tahun dan menjadi lumpuh, ia tidak disebut
cerebral palsy melainkan komplikasi meningitis.
2) Kejang/stuip
Dapat terjadi karena bayi terkena penyakit dan suhu tubuhnya tinggi
kemudian timbul kejang. Kejang dapat pula karena infeksi yang dialami si anak.
atau mungkin juga lain anak menderita epilepsi.
25
3) Karena trauma/ benturan
Bayi yang sering mengalami jatuh dan menimbulkan luka di kepala, apalagi
luka dibagian dalam kepala atau pendarahan di otak, dapat menyebabkan
kerusakan jaringan otaknya. kerusakan tergantung dari hebat atau tidaknya
benturan. Akibatnya, sebagian kecil jaringan otak rusak. Memang tidak bisa
dilihat secara pasti seberapa besar kerusakan otak yang terjadi. (miller freeman,
2005)
2.3.3 Patologi
Pada bayi prematur, mekanisme patologis termasuk hipoksia-aschaemic
cedera otak. Khas lesi iskemik hipoksia pada bayi prematur meliputi lesi
perdarahan dan Leukomalacia periventricular, cedera otak parasagital dan
marmoratus (hill dan volpe, 1997). Temuan dari kelainan bawaan oleh MRI
biasanya menunjukkan cedera pada paruh pertama kehamilan (Barkovich et al,
2001).
Cedera otak akibat vascular insufficiency tergantung pada berbagai faktor
saat terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak, efisiensi aliran darah
ke otak dan sistem peredaran darah serta respon biokimia jaringan otak terhadap
penurunan oksigenasi (Boosara, 2004). Kelainan tergantung pada berat ringannya
asfiksia yang terjadi pada otak. Pada keadaan yang berat tampak ensefalomalasia
kistik multipel atau iskemik yang menyeluruh. Pada keadaan yang lebih ringan
terjadi patchy necrosis di daerah paraventrikular substansia alba dan dapat terjadi
atrofi yang difus pada substansia grisea korteks serebri. Kelainan dapat lokal atau
menyeluruh tergantung tempat yang terkena. (Anonim, 2002). Stres fisik yang
dialami oleh bayi yang mengalami kelahiran prematur seperti imaturitas pada otak
26
dan vaskularisasi cerebral merupakan suatu bukti yang menjelaskan mengapa
prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian CP.
Sebelum dilahirkan, distribusi sirkulasi darah janin ke otak dapat menyebabkan
tendensi terjadinya hipoperfusi sampai dengan periventrikular white matter.
Hipoperfusi dapat menyebabkan haemorrhage pada matrik germinal atau PVL,
yang berhubungan dengan kejadian diplegia spastik. (Boosara, 2004)
Pada saat dimana sirkulasi darah ke otak telah menyerupai sirkulasi otak
dewasa, hipoperfusi kebanyakan merusak area batas air korteks (zona akhir dari
arteri cerebral mayor) yang selanjutnya menyebabkan fenotip spastik
quadriplegia. Ganglia basal juga dapat terpengaruh dengan keadaan ini, yang
selanjutnya menyebabkan terjadinya ekstrapiramidal (seperti koreoathetoid atau
distonik). (Boosara, 2004).
Tidak ada hal–hal yang mengatur dimana kerusakan vaskular akan terjadi
dan kerusakan ini dapat terjadi lebih dari satu tahap dalam perkembangan otak
janin. Autoregulasi peredaran darah cerebral pada neonatal sangat sensitif
terhadap asfiksia perinatal, yang dapat menyebabkan vasoparalysis dan cerebral
hyperemia. Terjadinya kerusakan yang meluas diduga berhubungan dengan
vaskular regional dan faktor metabolic serta distribusi regional dari rangsangan
pembentukkan synaps (Boosara, 2004). Pada waktu antara minggu ke-26 sampai
dengan minggu ke-34 masa kehamilan, area periventricular white matter yang
dekat dengan lateral ventricles sangat rentan terhadap cedera. Apabila area ini
membawa fiber yang bertanggungjawab terhadap kontrol motorik dan tonus otot
pada kaki, cedera dapat menyebabkan spastik diplegia (yaitu spastisitas utama dan
kelemahan pada kaki, dengan atau tanpa keterlibatan lengan dengan derajat agak
27
ringan). Saat lesi yang lebih besar menyebar sebelum area fiber berkurang dari
korteks motorik, hal ini dapat melibatkan centrum semiovale dan corona radiata,
yang dapat menyebabkan spastisitas pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
atau quadriplegia. (Boosara, 2004).
Hiperbilirubin encephalopathy akut dapat menyebabkan bentuk CP
diskinetik (atau ekstrapiramidal) yang dapat terjadi baik pada bayi lahir dengan
umur mendekati normal yang ditandai dengan hiperbilirubinemia atau pada bayi
prematur tanpa ditandai hiperbilirubinemia. Efek–efek ini utamanya melibatkan
ganglia basalia, sebagian globus pallidus dan subthalamic nucleus,
hippocampus, substantia nigra, beberapa nervus cranial nuclei, sebagian
oculomotor, vestibular, cochlear dan facial nerve nuclei, saraf batang otak seperti
formasi retikular pada pons, saraf olivary inferior, saraf cerebellar seperti pada
dentate dan horn cells anterior dari tulang belakang. (Boosara, 2004).
Lesi yang terjadi pada neuron motorik pertama di otak atau medula spinalis
akan menimbulkan paresis spastik. Pada umumnya defisit mototrik akibat lesi
pada sistem saraf jarang terlihat sendiri, biasanya disertai oleh berbagai defisit
sensorik, otonomik, kognitif dan atau defisit neuropsikologis dalam berbagai
bentuk tergantung pada lokasi dan sifat lesi untuk gerakan volunter yang akan
dimilki.
2.3.4 Tanda dan Gejala
Pada CP memilki beberapa tanda dan gejala yang sangat komplek dengan
terjadi gangguan yang terdapat pada postur abnormal, tonus abnormal, reflek
Abnormal, perkembangan motorik abnormal dan performa motorik atipikal
(Senner et al, 2004). Sedangkan menurut Levine (dikutip dari Thamrin) membagi
28
kelainan motorik pada CP menjadi 6 kategori yaitu pola gerak dan postur
(postures and movement pattern), pola gerak oral (oral motor pattern), tonus otot
(tone of muscle), reaksi postural dan kelainan yang mudah untuk dikenali, reflex
tendon (primitive dan plantar) (Nelson, 2003). Gejala CP biasanya tergantung dari
jenisnya. Ada bermacam- macam tipe dari CP dengan memanifestasi yang
berlainan. Tanda dan gejala yang ada pada CP tipe quadriplegia ini adalah :
1.3.5 Spastik
adalah jenis yang paling banyak. Kerusakan terjadi di traktus kortikospinalis
(darah di korteks), akan menimbulkan kelumpuhan yang kaku, refleks menggigit.
Misalnya refeleks moro yang sering terjadi baik dirangsang atau tidak dirangsang
dan adanya refeleks yang menetap yang seharusnya hilang di usia tertentu tetapi
masih ada. Refleks ini normalny akan menghilang pada usia 3-4 bulan tetapi pada
anak CP akan tetap ada. Spastik itu sendiri memiliki beberapa jenis, antara lain :
Quadriplegia yaitu spastisitas yang terjadi pada keempat anggota gerak tubuh.
Dari kedua tangan dan kedua kakinya. Tipe ini adalah tipe yang paling kompleks.
Pada CP tipe quadriplegia ini memiliki tanda dan gejala yang sangat
kompleks. Tanda dan gejala meliputi ekstremitas bawah dan ekstremitas atas
dengan adanya spastisitas. Tetapi juga sering ditemukan gejala tambahan seperti
hip subluksasi atau dislokasi dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan
dalam hal rasa sakit dan kesulitan dengan kontrol postural, menciptakan
keterbatasan dalam duduk, berdiri dan berjalan, dan kebersihan dan pertimbangan
perawatan pribadi. (Scruton at al, 2004 :92 )
Untuk tipe quadriplegia, akan memilki pola yang akan dominan yang
menyertainya. Pola yang pertama adalah pola fleksi atau mendekati tubuh yang
29
dapat dilihat dari tulang punngungnya yang akan diikuti oleh 4 anggota geraknya
sama mengikuti pola punggungnya, dari sendi lutut, sendi hip, sendi siku dan
sendi bahu akan mengikuti pola fleksi. Selain itu ada juga pola ekstensi atau
menjauh dari tubuh, yang 4 anggota geraknya akan sama, dari mulai sendi lutut,
sendi hip, sendi siku dan sendi bahu akan mengikuti pola ekstensi pula. Sehingga
dapat diketahui dengan jelas bahwa tipe quadriplegi ini merupakan CP yang
paling berta dan memilki pola yang dapat dilihat juga. (Allen, Michael dan
Matthews Dennis J, 2010:169)
Gambar 2.2 Cerebral palsy quadriplegia (Allen, Michael dan Matthews
Dennis J, 2010:167)
2.3.5 Komplikasi
Terdapat beberapa penyakit lain yang berhubungan dengan CP, yaitu :
2.3.5.1 Gangguan mental
30
Sepertiga anak cerebral palsy memiliki gangguan intelektual ringan,
sepertiga dengan gangguan sedang sampai yang berat dan sepertiga lainnya
normal.
2.3.5.2 Kejang atau epilepsi
Setengah dari anak cerebral palsy menderita kejang. Gangguan tersebut
akan menyebar keseluruh otak dan menyebabkan gejala pada seluruh tubuh.
2.3.5.3 Gangguan pertumbuhan
Gagal tumbuh secara umum ialah istilah untuk mendeskripsikan anak-anak
yang terhambat pertumbuhan dan perkembangannya walaupun cukup
mendapatkan asupan makanan.
2.3.5.4 Gangguan penglihatan dan pendengaran
Tidak sedikit anak cerebral palsy menderita starbismus. Dimana mata
tidak tampak segaris karena ada perbedaan pada otot mata kanan dan kiri sehingga
akan menimbulkan penglihatan ganda. Gangguan pendengaran juga sering
ditemui antara penderita cerebral palsy dibanding pada populasi umum.
2.3.5.5 Sensasi dan persepsi abnormal.
Sebagian penderita cerebral palsy mengalami gangguan kemampuan
untuk merasakan sensasi misalnya pada sentuhan dan merasa nyeri, ataupun
sebaliknya mengalami kesulitan merasakan dan mengidentifikasi obyek melalui
sensasi raba. (cooper, Grant, 2006:56)
2.3.6 Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada ada atau tidaknya kecacatan yang terkait
dan secara khusus pada kecerdasan anak. Dengan kecerdasan yang normal
masalah-masalah pada kecacatan motorik dapat diatasi. Kualitas penatalaksanaan
31
juga mempengaruhi prognosis.Anak dengan kelainan yang parah mungkin
memerlukan pendidikan disekolah yang khusus yang menyediakan ahli
fisioterapi, terapi ekopasi, pengajar dan fasilitas lainnya. Selain dalam hal itu
tingkat kesembuhan klien CP tipe quadriplegia ini juga dapat dilihat secara nyata
mengenai peningkatan kemampuan motorik dan pertumbuhan yang sesui dengan
normalnya serta melakukan fungsional dengan mandiri. Tetapi pada kasus ini
prognosis untuk kedepannya kemungkinan tidak akan kembali ke normalnya dan
pasti akan meninggalkan kecacatan yang permanen. (soetjiningsih, 2012:86)
2.4 Penatalaksanaan Fisioterapi
Penatalaksanaan fisioterapi yang dilakukan pada klien dengan CP
quadriplegia spastik akan membahas mengenai pemeriksaan subyektif,
pemeriksaan fisik, diagnosis fisioterapi, tujuan dan intervensi fisioterapi. Berikut
ini pembahasannya :
2.4.1 Pemeriksaan Subyektif
2.4.1.1 Anamnesis
1) Anamnesis umum
Untuk anamnesis umum yang perlu ditanyakan adalah penjelasan tentang
data pribadi, nama, usia, peranan dan menentukan tugas- tugas (Willms, 2005).
Pada kasus CP ini yang dilakukan adalah bertanya kepada orang tua klien karena
klien biasanya belum bisa di ajak berkomunikasi (Allen, Michael dan Matthews
Dennis J, 2010 : 4).
2) Anamnesis khusus
Pada anamnesis khusus ini berkaitan dengan keadaan atau penyakit klien.
Data yang bisa diperoleh dalam anamnesis khusus adalah :
32
(1) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang (RPS) berisikan tentang masalah yang saat ini
dihadapi oleh klien/ orang tua yang mendorong untuk datang ke tenaga medis
(willms, 2005). Dalam RPS hal yang perlu ditanyakan adalah lokasi kecacatan,
waktu terjadinya dan kronologisnya, derajat kecacatan, faktor yang memperberat
dan memperingan kecacatan serta keluhan yang lain yang menyertai (Bahrudin,
2011:15). Pada CP quadriplegia keluhan utama biasanya diketahui oleh orang tua
karena dirasa memilki keganjalan atau ketidaknormalan terhadap anaknya
dibanding anak yang lain, seperti spastisitas pada 4 anggota gerak, motorik dan
aktifitas fungsional klien akan lambat atau klien tidak sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan normalnya , : hal 5).
(2) Riwayat Prenatal dan Perinatal
Berisikan mengenai masalah atau hal yang sudah dirasakan sewaktu orang
tua dalam masa mengandung dan setelah melahirkan klien ((Alexander, Michael A
dan dennis J. Matthews, 2010 : hal 2). Keanehan itu kita ulas dengan jelas apakah
dalam masa mengandung atau setelah melahirkan. Dalam masa mengandung yang
bisa menyebabkan CP adalah adanya infeksi pada ibu, perilaku ibu selama
mengandung dan masalah gizi. Sedangkan pada saat setelah klien lahir yang harus
kita tanyakan kepada ibu adalah apakah mengalami infeksi pada selaput otak atau
pada jaringan otak, pernah kejang ataukah pernah ada trauma pada bagian kepala.
Terdapat juga hal yang harus diperjelas pada saat kelahiran bayi, ada beberapa hal
yang bisa menyebabkannya antara lain apakah terkena infeksi jalan kelahiran,
apakah mengalami hipoksik iskemik enselopati, apakah kesulitan kelahiran,
adanya asfiksia, apakah klien lahir premature, apakah berat badan rendah, apakag
33
ada pendarahn pada otak dan apakah klien lahir dengan penyakit kuning (Freeman
Miller, 2006 : hal 45).
(3) Riwayat Kesehatan Umum
Pada anamnesis tentang riwayat kesehatan umum ini merupakan hal yang
berkaitan dengan perjalanan klien dari gejala awal hingga terjadinya gangguan
yang diawali (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010:5). Pada klien ini
akan diperoleh informasi yang menunjukan riwayat kesehatan klien dalam masa
kehamilan, ssat lahir dan setelah lahir sampai saat klien saat ini. Hal tersebut
dimaksudkan apakah klien pernah sebelumnya dirawat atau mengalami sakait
terlebih dahulu sebelun terjadinya CP tipe quadriplegia. Meliputi pernah dirawat
di Rumah Sakit karena apa? Berapa lama? Dan bagaimana permulaan tanda dan
gejala klien mengalami gangguan CP tipe quadriplegia. (Allen, Michael dan
Matthews Dennis J ,2010:6)
(4) Riwayat Pendidikan dan Sosial
Pada hal ini yang perlu diperhatikan adalah umur dan aktifitas klien dalm
bersosial dan bagaimana klien itu dalam melakukan aktifitasnya sebagai siswa
(apabila sudah bersekolah). (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010:24)
(5) Riwayat Keluarga
Yang harus dipertanyakan adalah ada atau tidaknya penyakit menurun
dalam keluarga atau riwayat penyakit menular (Bahrudin, 2011:15). Untuk kasus
CP tipe quadriplegia ini maka yang harus dikethui adalah apakah ada atau tidak
penyakit gen, kemudian kondisi kesehatan dari orang tua klien (ayah dan ibu),
34
apakah ada riwayat keluarga yang lain yang pernah atau meiliki penyakit yang
sama dengan klien saat ini serta adakah suadara dari klien yang menderita hal
yang sama. (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010 :5 )
(6) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
pada klien CP tipe quadriplegi ini akan ditemukan klien akan terlambat
dalam pertumbuhannya (disfungsi motorik) dan kekakuan pada anggota gerak.
selain itu terdapat gangguan kinerja kegiatan motorik kasar, seperti duduk,
merangkak, berdiri atau berjalan. Salah satu yang harus diperhatikan kualitas
gerakan, postur, kelemahan, inkoordinasi, asimetri, atau kelainan refleks yang
mencerminkan defisit motorik. (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010:8)
Sebelum melakukan penatalaksanaan biasanya tim akan melakukan
beberapa pemeriksaan terlebih dahulu,pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
pasien CP itu adalah :
2.4.2 Pemeriksaan obyektif
2.4.2 1 Pemeriksaan Tanda Vital
Hal yang harus di ukur adalah tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,
temperatur, tinggi badan, berat badan dalam pertemuan singkat ( Wilms, 2003).
2.4.2 2 Inspeksi/ observasi
Pada klien CP tipe quadriplegia akan didapatkan hasil terlihat klien adanya
perubahan mobilitas sendi pada anggota gerak bawah dan anggota gerak atas,
dimana terkadang disertai juga dengan pembengkokan tulang belakang. Selain itu
akan terlihat pola fleksi/ melipat pada tubuh klien dan terlihat lemah atau pola
fleksor lebih dominan. Kemudian melihat klien hiperaktif atau tenag saat
35
dipisahkan dengan orang tua, tidak bisa konsentrasi pada suatu benda yang
dihadapannya. (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010:22 )
2.4.2 3 Palpasi
Dilakukan untuk mengetahui adanya spastik, nyeri tekan dan deformitas
yang lain ( Tjokorda, 2009 : hal ). Pada CP quadriplegia spastik maka akan
ditemukan spastik pada 4 anggota gerak klien. Pada kasus CP tipe quadriplegia
maka akan didapatkan adanya spastisitas pada saat diam dan bergerak pada
keempat anggota gerak. pada saat klien menangis maka akan teraba tegang pada
bagian ubun- ubun. . (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010: 24 )
2.4.2 4 PEMERIKSAAN SPESIFIK
1) Pemeriksaan refleks
Merupakan kemampuan khusus yang dimilki oleh bayi sejak lahir berupa
pergerakan spontan yang aktif dan tidak terkoordinasi maupun disadari oleh bayi
yang bersangkutan. Refleks ini muncul secara otomatis dan merupakan media
penyesuaian diri terhadap lingkungan di awal hidupnya. Berikut ini beberapa
refleks yang dimilki :
(1) Sucking reflex (refleks menghisap)
Bila bibir disentuh dengan ujung jari, secara otomatis bayi akan membuka
mulutnya dan memulai menghisap. Begitu juga ketika puting susu masuk ke
dalam mulutnya maka bayi akan langsung menghisap ASI.
(2) Rooting reflex (refleks mencari puting susu)
Pada saat bibir dan pipi bayi disentuh dengan tangan atau jari, maka bayi
akan langsung memiringkan kepalanya ke arah datangnya sentuhan dengan mulut
yang membuka. Begitu juga bila pipinya bersentuhan dengan payudara ibunya,
36
mak akan langsung memiringkan keplanya dan mengarahkan mulutnya untuk
mendapatkan ASI.
(3) Moro reflex
Refleks ini ditimbulkan bila bayi diberikan rangsangan yang mendadak
dan mengejutkan. Misalnya dengan mendadak menaikan tempat berbaringnya,
tepuk tangan dekat bayi, mendadak menggerakan lehernya, menarik alas tidurnya
serta mengangkat dan menurunkan tubuhnya secara mendadak. Hasil dari
rangsangan yang diberikan adalah dengan cepat terjadi abduksi dan ekstensi
lengan dengan telapak lengan dengan telapak tangan membuka, kemudian akan
diikuti gerakan seperti memeluk dan menangis. Refleks ini sangat penting untuk
menilai tonus otot. Apabila tonus otot kedua sisi tubuh tidak sama atau bila
kelemahan dari salah satu dari anggota gerak dan atau adanya cidera humerus
serta clavikula maka gerakan tidak akan simetris.
(4) The asymmetrical tonic neck reflex (ATNR)
Apabila klien sedang istirahat dan tidak menangis, maka pada saat tertentu
ia akan berbaring degan kepala menghadap ke satu sisi, lengan pada sisi yang
sama ekstensi dan sendi lutut kontralateral flexi. Refleks ini memang agak sulit
terlihat, tapi masih bisa diamati. Pengamatan dilakukan dengan cara
membaringkan klien dan memiringkan kepalanya ke satu sisi (misalnya kiri),
maka respon klien yaitu tangan yang sesisi klien akan segera merentang lurus
(ekstensi), sedangkan tangan yang kontralateral (kanan) akan menekuk (flexi) ke
arah kepalanya.
(5) Symmetrical tonik neck reflex (STNR)
37
Refleks ini dapat muncul apabila kepala klien diflexikan maka legan bayi
akan ikut flexi juga. Sebaliknya, apabila kepal klien diekxtensikan maka lengan
bayi juga akan ekxtensi.
(6) Babinsky reflex
Akan muncul apabila telapak kaki klien digores dengan benda yang agak
tajam (bisa dengan menggunakan ujung jari), mulai dari tumit kearah lateral,
kemudian kearah depan dan berakhir di pangkal ibu jari kaki. Hasilnya adalah
elevasi ibu jari kaki disertai dengan adduksi keempat jari kaki lainya.
(7) Grasping reflex (refleks menggenggam)
Akan muncul apabila ada benda tau jari diletakan di tengah telapak tangan
klien atau di bawah jari kakinya, maka otomatis klien akan segera memflexikan
jari- jarinya seperti menggenggam dan menjepitnya dengan erat.
(8) Stepping reflex (refleks melangkah)
Apabila tubuh klien dipegang pada bagian bawah ketiaknya dalam posisi
tegak (pastikan kepalanya tertopang denganbaik), kemudian sentuhkan pada
bidang yang datar maka secara otomatis klien akan meluruskan
(mengekstensikan) kakinya seolah akan berdiri. Kemudian apabila tubuh klien
dimiringkan ke depan maka kakinya bergerak seolah ingin melangkah.
(trisnowiyanto, Bambang, 2012 : 5)
2) GMFM ( groos motor function measure)
Merupakan salah stu sarana pemeriksaan yang sudah distandarisasi untuk
mengukur perubahan fungsi motorik kasar pada anak CP. Penilaian menggunakan
kriteria sebagai berikut :
0 : tidak memilki inisiatif
38
2 : inisiatif
2 : sebagian dilakukan
3 : dilakukan
Cara penilaian yang digunakan untuk pemeriksaan ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Skoring pemeriksaan GMFM
No pemeriksaan Perhitungan skor nilai % Goal
area
A
B
C
D
E
Berbaring dan berguling
Duduk
Merangkak dan berlutut
Berdiri
Berjalan dan melompat
(Total dimensi A : 51)x 100= %
(Total dimensi B: 60)x 100= %
(total dimensi C: 42)x 100= %
(Total dimensi D: 39)x 100= %
(total dimensi E: 72)x 100= %
Total skor = (%A+ %B+
%C+ %D+ %E) : total
dimensi
Total skor goal = jumlah skor
tiap dimensi dalam seluruh solas
area : goal area
Item dalam penghitungan skor GMFM- 66 ditandai dengan tanda bintang
(*) hanya berlaku untuk anak CP. Berikut ini adalah formulir GMFM :
(1) Berbaring dan berguling
Tabel 2.2 pemeriksaan GMFM berbaring dan berguling
No Gerakan Skor
1 Terlentang: kepala tegak lurus : kepala dipegang dan
diputar tangan dan kaki simetris
39
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Terlentang: tangan digerakan ke tengah, jari- jari
bertautan
Terlentang: angkat kepala 45°
Terlentang: hip dan lutut kanan fleksi penuh
Terlentang: hip dan lutut kiri fleksi penuh
Terlentang: tangan kanan menggapai, meraih mainan
Terlentang: tangan kiri menggapai, meraih mainan
Terlentang: berguling ke kanan
Terlentang: berguling ke kiri
Terlentang: mengangkat kepala tegak
Tengkurap dengan tumpuan lengan: angkat kepala
tegak, elbow ekstensi, dada diangkat
Tengkurap dengan tumpuan lengan: berat badan
dibebankan pada tangan kanan, lengan kiri kedepan
Tengkurap dengan tumpuan lengan: berat badan
dibebankan pada tangan kiri, lengan kanan kedepan
Tengkurap: berguling ke kanan
Tengkurap: berguling ke kiri
Tengkurap: berputar ke kanan 90° menggerakan
tangan dan kaki
Tengkurap: berputar ke kiri 90° menggerakan tangan
dan kaki
(2) Duduk
40
Tabel 2.3 tabel pemeriksaan GMFM duduk
No Gerakan Skor 0- 3
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Terlentang, tangan digenggam oleh terapis, badan
diangkat sendiri ke posisi duduk dengan mengontrol
kepala
Terlentang, berguling ke kanan ke posisi duduk
Terlentang, berguling ke kiri ke posisi duduk
Duduk di matras, leher dioegang oleh terapis, kepala
diangkat tegak tahan 3 detik
Duduk di matras, leher dipegang oleh terapis, angkat
kepla ke posisi setengah tagak, tahan 10 detik
Duduk di matras: lengan dipegang, tahan 5 detik
Duduk di matras: tahan lengan rileks, 3 detik
Duduk di matras: mainan kecil diletakan di depan,
badan membungkuk, menyentuh mainan tegak
kembali tanpa bantuan orang lain
Duduk di matras menyentuh mainan yang diletakan
45° di sebelah kanan belakang kembali ke posisi
awal
Duduk di matras menyentuh mainan yang diletakan
45° di sebelah kiri belakang kembali ke posisi awal
Duduk di sebelah kanan: tahan, lengan rileks 5 detik
Duduk di sebelah kiri: tahan, lengan rileks 5 detik
Duduk di matras: membungkuk menuju posisi
41
31
32
33
34
35
36
37
tengkurap gerakan dikontrol
Duduk di matras, kaki diletakan di depan: ke posisi
four point ke kanan
Duduk di matras, kaki diletakan di depan: ke posisi
four point ke kiri
Duduk di matras: berputar 90° tanpa bantuan lengan
Duduk di bangku: tahan lengan dan kaki rileks, 10
detik
Berdiri: melakukan gerakan duduk di atas bangku
kecil
Di lantai: melakukan gerakan duduk di atas bangku
kecil
Di lantai: melakukan gerakan duduk di atas bangku
besar
(3) Merangkak dan berlutut
2.4 tabel pemeriksaan GMFM merangkak dan berlutut
No Gerakan Skor 0- 3
38
39
40
41
Tengkurap: merangkak ke depan 1,8 meter
4point: tahan, berat badan dibebankan pada tangan
dan lutut 10 detik
4point: melakukan gerakan duduk dengan lengan
bebas
Tengkurap: ke posisi 4 point, berat bedan dibebankan
42
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
pada tangan dan lutut
Poin 4: lengan kanan lururs ke depan, tangan
diangkat melebihi bahu
Poin 4: lengan kiri lurus ke depan, tangan diangkat
melebihi bahu
Poin 4: merangkak atau maju ke depan 1,8 meter
Poin 4: merangkak bergantian ke depan 1,8 meter
Poin 4: merangkak naik 4 langkah dengan tumpuan
tangan dan lutut
Poin 4: merangkak turun 4 langkah dengan tumpuan
tangan dan lutut
Duduk di matras: high knocking dengan bantuan
lengan, tahan, lengan rileks 10 detik
High knocking: ke posisi half knocking dengan
tumpuan lutut dan lengan kanan tahan, lengan rileks
10 detik
High knocking: ke posisi half knocking dengan
tumpuan lutut dan lengan kiri tahan, lengan rileks 10
detik
High knocking: lutut maju ke depan 10 langkah,
lengan rileks
(4) Berdiri
2.5 tabel pemeriksaan GMFM berdiri
43
No Gerakan Skor 0- 3
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
Dilantai: bangun, berdiri di meja besar
Berdiri: tahan lengan rileks 3 detik
Berdiri: berpegangan pada meja besar, dengan satu
tangan, angkat kaki kanan 3 detik
Berdiri: berpegangan pada meja besar, dengan satu
tangan, angkat kaki kiri 3 detik
Berdiri: tahan, lengan rileks 20 detik
Berdiri: angkat kaki kiri, lengan rileks 10 detik
Berdiri: angkat kaki kanan, lengan rileks 10 detik
Duduk di meja kecil: berdiri tanpa bantuan tangan
High knocking: bangun dari posisi high knocking
dengan lutut kanan tanpa bantuan lengan
High knocking: bangun dari posisi high knocking
dengan lutut kiri tanpa bantuan lengan
Berdiri: bergerak ke posisi duduk di lantai, gerakan
dikontrol
Berdiri: jongkok, lengan rileks
Berdiri mengambil benda dari lantai, lengan rileks,
kembali ke posisi berdiri
(5) Berjalan, berlari dan melompat
2.6 tabel pemeriksaan GMFM berjalan, berlari dan melompat
No Gerakan Skor 0- 3
44
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
Berdiri, kedua tangan di atas bangku besar, bergerak
5 langkah ke kanan
Nerdiri, kedua tangan di atas bangku besar, bergerak
5 langkah ke kiri
Berdiri, kedua tangan dipegang: berjalan ke depan 10
langkah
Berdiri, 1 tangan dipegang: berjalan ke depan 10
langkah
Berdiri, berjalan ke depan 10 langkah
Berdiri: berjalan ke depan 10 langkah, berhenti,
berbalik 180° kembali
Berdiri: mundur 10 langkah
Berdiri: berjalan ke depan 10 langkah, membawa
benda besar dengan kedua tangan
Berdiri: berjalan ke depan 10 langkah tanpa berhenti
di antara dua garis lurus 20 cm
Berdiri: berjalan ke depan 10 langkah tanpa berhenti
di antara dua garis lurus 2 cm
Berdiri: melangkah di atas stik pada level lutut, kaki
kanan memimpin
Berdiri: melangkah melewati tongkat setinggi lutut,
kaki kiri dulu
Berdiri: berlari 4,5 meter, berhenti dan kembali
Berdiri: menendang bola dengan kaki kanan
45
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
Berdiri: menendang bola dengan kaki kiri
Berdiri: melompat 30 cm, kedua kaki bersamaan
Berdiri: melompat ke depan 30cm, kedua kaki
bersamaan
Berdiri: di atas kaki kanan melompat dengan kaki
kanan 10kali dalam lingkaran 60cm
Berdiri: di atas kaki kiri melompat dengan kaki
kanan 10kali dalam lingkaran 60cm
Berdiri, memegang 1rail, naik 4 langkah memegang
1 rail memutar kaki
Berdiri, memegang 1 rail, turun4 langkah memegang
1 rail memutar kaki
Berdiri, naik 4 langkah, kaki diputar
Berdiri, turun 4 langkah, kaki diputar
Berdiri di anak tangga 15cm, melompat turun, kedua
kaki bersamaan
Sumber : bambang trisnowiyanto, 2012: 21
2.4.3 Diagnosis Fisioterapi
2.9.3.1 Impairment
Pada kasus CP tipe quadriplegia ini kan didapatkan masalah adanya
keterbatasan LGS pada 4 anggota gerak klien, adanya kekakuan atau spastisitas
pada sendi 4 anggota gerak serta adanya keterbatasan LGS. (miller, freeman,
2007:76)
46
2.9.3.2 Functional Limitation
Untuk kasus CP tipe quadriplegia ini, diketahui memilki masalah pada
aktifitas fungsionalnya yang tidak bisa berkembang secara normal. Dalam hal
tersebut CP tipe ini akan kesulitan untuk berguling, duduk, merangkak, berdiri
dan berjalan. Hal tersebut klien akan kehilangan pola gerakan yang seharusnya
terdapat sesuai dengan pertumbuhan normalnya. Selain itu dalam usia dewasa
akan kesulitan dalam perawatan diri. (miller, freeman, 2007:77)
2.9.3.3 Disability
Pada hal gangguan terhadap aktifitas sosial klien, ditentukan sesuai
kelompok umur. Pada umur klien di bawah usia 5 tahun akan memilki gangguan
berkomunikasi dengan teman suumurnya, sulit untuk bermain dengan lingkungan
sekitarnya. Sedangkan dalam usia dewasa atau usia sekolah maka klien dengan
CP tipe quadriplegia akan memilki kesulitan untuk bersosial di lingkungan sekitar
karena keterbatasan yang dimilki. (Alexander, Michael A dan dennis J.
Matthews,2002:45 )
2.4.4 Tujuan Fisioterapi
Tujuan yang harus dicapai dalam penanganan kasus CP tipe quadriplegia
ini adalah membantu klien untuk memilki LGS yang normal, mengurangi
spastisitas pada 4 anggota gerak klien, membantu klien untuk bisa untuk
melakukan aktifitas normalnya sesuai pertumbuhan dan perkembangan serta
membantu klien untuk bisa menaikan percaya diri. (cooper, grant ,2007:78)
47
2.4.5 Intervensi Fisioterapi
2.4.5.1 Latihan Range Of Motions (ROM)
Teknik dasar yang digunakan untuk pemeriksaan gerakan dan untuk
memulai gerakan menjadi program intervensi terapeutik. Gerakan yang diperlukan
untuk mencapai kegiatan fungsional dapat dilihat, di bentuk yang paling
sederhana, seperti otot atau kekuatan eksternal bergerak tulang dalam berbagai
pola atau rentang gerakan (Kisner, Carolyn, 2007 :44). Tulang bergerak dengan
tulang satu sama lain di yang menghubungkan sendi. Struktur sendi serta
integritas dan fleksibilitas dari jaringan lunak yang ada sendi, mempengaruhi
jumlah gerak yang dapat terjadi antara dua tulang. Gerak penuh mungkin disebut
rentang gerak (ROM). Ketika menggerakan ROM, semua struktur yang
terpengaruh antara lain adalah otot, permukaan sendi, kapsul, ligamen, fasciae,
dan saraf. Untuk menggambarkan berbagai sendi, istilah-istilah seperti fleksi,
ekstensi, adduksi, abduksi dan rotasi digunakan. Rentang gerak sendi biasanya
diukur dengan sebuah goniometer. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
penurunan ROM, seperti sistemik, sendi, saraf, otot atau penyakit, bedah atau
trauma bahkan hanya tidak aktif atau imobilisasi. Kegiatan ROM yang diberikan
bertujuan untuk menjaga mobilitas sendi dan jaringan lunak sehingga
meminimalkan hilangnya kekakuan jaringan dan pembentukan kontraktur.
Ada tiga macam latihan LGS, yaitu latihan pasif (pasif exercise- PROM),
latihan aktif (aktif exercise- AROM) dan latihan aktif dengan bantuan (Aktif-
Assistive- A-AROM). Dalam melakukan latigan ROM ini terdapat hal yang tidak
bisa dilakukan apabila mengganggu proses penyembuhan (kontraindikasi), adanya
rasa sakit yang bertambah, gerakan yang dilakukan semakin menciderai klien.
48
Selain itu ada beberapa hal yang harus diketahui sebelum melakukan ROM ini,
antara lain tentukan kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam ROM
aktivitas, apakah PROM, A-AROM, atau AROM dapat memenuhi tujuan
langsung, tentukan jumlah gerak yang dapat dilakukan dengan aman saat
diterapkan, putuskan apa pola terbaik yang dapat memenuhi tujuan, memantau
kondisi umum pasien dan tanggapan selama dan setelah pemeriksaan dan
intervensi dan catat setiap perubahan dalam tanda-tanda vital, setiap perubahan
dalam suhu dan warna segmen serta setiap perubahan dalam rasa sakit saat ROM
atau kualitas gerakan dan juga mencatat hasil latihan. Dalam pelaksanaanya ada
hal yang harus dilakukan, antara lain berkomunikasi dengan pasien atau
keluarganya, jelaskan rencana dan metode yang dilakukan dan tujuan, bebaskan
daerah dari pakaian ketat, linen, splints, dan dressing, posisikan pasien dalam
posisi yang nyaman dengan tepat keselarasan tubuh dan stabilisasi tetapi juga
memungkinkan Anda untuk memindahkan segmen melalui ROM yang tersedia,
posisikan diri Anda sehingga mekanika tubuh yang tepat dapat digunakan.
Penerapan latihan ROM :
1) Untuk mengontrol gerakan, pegang ekstremitas sekitar sendi. Jika sendi
yang menyakitkan, memodifikasi pegangan, masih menyediakan dukungan yang
diperlukan untuk kontrol.
2) Pindahkan segmen lengkap jangkauan bebas rasa sakit ke titik resistensi
jaringan. Jangan memaksa di luar jangkauan. Jika Anda memaksa gerak, itu
menjadi Teknik peregangan.
49
3) Lakukan gerakan lancar dan berirama, dengan 5 sampai 10 pengulangan.
Jumlah pengulangan tergantung pada tujuan program dan kondisi pasien dan
respon terhadap pengobatan. (Carolyn, Kisner, 2007, 45)
2.4.5.2 Teknik Bobath
Adapula dengan penggunaan metode yang lain,seperti Teknik Bobath.
Berdasarkan konsep hirarki pemahamanpembangunan, pendekatan ini berfokus
pertama padamengoreksi normal badan melalui penggunaan berbagaigerakan
latihan, mendorong motoriknormalpola, dan positioning. Kedua, refleks primitif
abnormal ditanganimelalui penggunaan kepunahan oleh stimulationberulang.
Kemudian,Tujuan ketiga adalah untuk bekerja pada reaksi otomatis, seperti
menempatkan tangan didepan ketika jatuh diantisipasi seperti dalam respon
parasut. Contoh lainadalah leher fleksi sebagai anak yang jatuh ke belakang untuk
mencegah kepaladari memukul. pertama Aspek ini mencakuppenanganan anak
dalam pola gerakan normal dan menghindarinormal sikap. Pada awal dari teknik,
ada fokus besar pada gerakan ideal, sepertisebagai cara yang sempurna untuk
datang ke posisi duduk dari berbaring, namun, fokustelah baru-baru ini berada di
pola fungsional yang bekerja untuk anak.Teknik sensorik motoriksangat
bergantung pada rangsangan taktil untuk memfasilitasi pergerakan. Keseluruhan
tujuan dari terapi sensorik motorik adalah untuk mengaktifkan gerakan pada
otonomtingkat yang sama dengan bagaimana respon postural pada individu
normal diaktifkan. Aktivasi ini membutuhkan melapiskan mobilitas yang
diproduksi oleh otot dasar tanggapan ke stabilitas, yang dihasilkan oleh respon
otot tonik. Teknik motorik sensorik menggunakan serangkaian delapan
perkembangan jelas pola, dimana anak-anak untuk belajar secara berurutan. Pola-
50
pola ini terlentang, berguling, leher kontraksi, duduk, merangkak, berdiri dan
berjalan.
Teknik- teknik yang termasuk didalamnya adalah The Ayers teknik yang
dilatih sebagai seorang ahli terapi okupasional. Tujuan dasar dari teknik terapi
adalah untuk mengajar anak-anak bagaimana mengintegrasikan umpan balik
sensoris mereka berguna dan tujuan tanggapan motorik. Pendekatan integrasi
sensorik mencoba untuk memiliki anak-anak mengakses dan mengintegrasikan
semua masukan sensorik mereka untuk menggunakan untuk keuntungan
fungsional. Kegiatan seperti menangkap bola di posisi yang berbeda dapat
digunakan sebagai cara untuk merangsang dan membutuhkan integrasi visual,
vestibular, dan sendi umpan balik sistem proprioception pada waktu yang sama.
Kemudian Teknik The Vojta adalah pendekatan ini diterapkan pada bayi muda
dan membutuhkan penilaian setiap bayi dengan mengidentifikasi empat tingkatan
koordinasi motorik sentral gangguan. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk
mencegah beresiko bayidari mengembangkan CP dan mengurangi efek atau
keparahan CP pada mereka. Terapi, Pendidikan, dan Modalitas Lain Pengolahan
yang mengembangkan gejala-gejala. Pengobatan dasar adalah dengan
menggunakan pemicu proprioseptifpoin pada batang dan ekstremitas untuk
memulai gerakan refleks, yang menghasilkan bergulir, merangkak, dan fungsi
spesifik lainnya. Selanjutnya adalah Doman-DelacatoTeori ini mengusulkan
bahwa selama pembangunan, kegiatan dewasa sepertikegiatan refleks mulai
pertama, dan bahwa kegiatan tersebut akan merangsang otak yang lebih tinggi
berfungsi untuk mengembangkan kegiatan. Selain itu, melakukan aktivitas sering
akan membekas pada otak dan merangsang otak untuk mengembangkan lebih
51
tinggi berikutnya fungsi. Pengobatan bobath ialah perkembangan motoris yang
normal, dimana righting reaction dan keseimbangan merupakan faktor yang
sangat penting Prinsip pengobatannya ialah fasilitasi, inhibisi dan stimulasi.
1) Righting reaction
Reaksi yang pertama kali muncul pada anak ialah righting reaction yaitu
pada usia 10-12 bulan dan hilang pada usia 6 tahun. Yang termasuk righting
reaction ialah:
(1) Neck righting reaction
Dengan memutar kepala secara pasif atau aktif ke salah satu sisi dengan
posisi terlentang akan terjadi gerakan memutar ke samping atau miring.
(2) Labirinthing reaction
Reaksinya ialah menegakkan kepala dalam posisi tengkurap, muncul pada
usia 1-6 bulan
(3) Reaksi vaetibular
Reaksi mempertahankan kepala saat terlentang menuju keduduk
Body righting reaction (gerakan kepala). Mengatur posisi kepala diudara, timbul
saat kaki anak disentuhkan dilantai, yang diikuti tegaknya kepala.
(4) Body righting reaction (gerakan tubuh)
Terdapat pada anak usia 6-8 bulan. Modifikasi dari neck righting reaction.
Kepala diputar akan diikuti rotasi bahu, lalu diikuti rotasi pelvis atau sebaliknya.
Reaksi ini membantu anak tengkurap sendiri.
(5) Optical righting reaction
Reaksi untuk melihatm berkembang sesuai dengan kematangan usia anak.
2) Reaksi keseimbangan
52
Diperlukan untuk mempertahankan posisi, mengatur dan menyesuaikan
sikap tubuh dan anggota gerak. Muncul saat usia 6 bulan. Reaksi ini kompleks
yang bekerja sama dengan sejumlah reaksi yaitu:
(1) Antigravity Mechanism
Disebut juga supporting reaction, untuk mempertahankan tubuh terhadap gravitasi
(2) Postural fiksasi
Memberikan fiksasi pada bagian tubuh, misalnya kepala dengan tubuh
(3) Counter posisi
Reaksi pengaturan posisi badan dan gerakan, sehingga memungkinkan gerakan
selama mempertahankan suatu posisi.
(4) Tilt reaction
Reaksi mempertahankan keseimbangan sewaktu diangkat dari bidang horizontal.
Mulai timbul usia 6 bulan.
(5) Protective reaction
Reaksi mencegah badan jatuh ke bawah, misalnya berdiri di dorong ke depan,
reaksi melangkah atau melompat ke depan. Selain reaksi tersebut juga perlu
diketahui ialah: reflex landau, ATNR, menggenggam, STNR. (Raine, Sue,
2009:45). Prinsip yang digunakan sebagai pelaksanaan latihan terhadap klien CP
tipe quadriplegia adalah
1) Inhibisi
Ialah menghambat pola gerak abnormal maupun sikap tubuh abnormal.
Tekniknya di sebut RIP (Refleks inhibisi postur), misalnya spastisitus ekstensor,
anak diposisikan ke fleksi
53
2) Fasilitasi
Upaya memberikan kemudahan, disini di berikan fasilitasi adalah posisi
dan gerakan yang lebih normal.
3) Stimulasi
Biasanya diberikan pada kasus hypotonic. Tekniknya berupa kompresi,
tapping atau stroking, juga bisa dengan goresan es.
4) Key point of control (KPOC)
Tempat tertentu yang paling efektif memberikan inhibisi, fasilitasi maupun
stamulasi. Biasanya sendi proksimal, misalnya panggul, bahu dan sebagainya,
meskipun tempat-tempat lain juga bisa di gunakan.
Program latihan yang digunakan untuk klien CP tipe quadriplegia adalah :
1) Fasilitasi berguling.
Anak dengan CP tipe quadriplegia akan diberikan latihan untuk
melakukan gerakan memutar agar dapt berguling. Hal tersebut dilakukan untuk
membantu klien untuk dapat melakukan dengan sendirinya kemudian dan
dilakukan agar klien dapat melakukan fungsionalnya sesuai dengan pertumbuhan.
2) Fasilitasi duduk dari tengkurap.
Diberikan latihan duduk pada klien agar dapat melakukan fungsional
secara mandiri. Dengan teknik fasilitasi diharapkan klien dapat belajar dengan
54
bertahap ke posisi duduk tegak. Disinilah peran fisioterapi sangat penting untuk
membantu fungsional klien.
3) Fasilitasi dalam posisi merangkak.
Pada tahap latihan ini klien diajarkan untuk dapat melakukan gerakan
merangkak dari posisi awal duduk. Pada tahap ini fisioterapi hanya memfasilitasi
gerakan klien yang melatih secara bertahap untuk dapat merangkak secara
mandiri.
4) Fasilitasi dan atau stabilisasi posisi duduk.
Klien pada tahap ini memulai untuk melakukan latihan duduk dari posisi
awal merangkak. Latihan ini merupakan lanjutan program latihan yang
sebelumnya. Latihan ini seperti latihan untuk klien agar dapat melakukan
fungsionalnya mandiri. Sehingga hasil yang diharapkan adalah klien dapat duduk
sendiri tanpa adanya bantuan atau sokongan dari orang lain.
5) Berdiri dengan bantuan atau sandaran dan berjalan.
Dari lanjutan program latihan tersebut diharapkan hasil akhirnya adalah
dapat berdiri serta berjalan. Latihan fungsional ini merupakan latihan yang
berlanjutan yang mana fungsi akhirnya klien melakukan fungsional secara mandiri
tanpa bantuan orang lain atau meminimalkan bantuan dari luar dirinya. (Raine,
sue, 2008:78)
55
2.4.5.3 Functional Electrical Stimulation
Stimulasi listrik selalu menjadi modalitas dasar terapi fisik praktek. Listrik
di anak-anak CP bisa distimulasi dengan saraf listrik transkutan stimulasi (TENS).
Stimulasi listrik fungsional berarti listrik stimulasi dilakukan dengan tujuan
menyebabkan kontraksi otot fungsional. Utama penggunaan FES pada anak
dengan CP adalah perpanjangan pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Otot
juga dapat diaktifkan dengan merangsang transcutaneously atau melalui kabel
perkutan. Stimulasi listrik Terapi (TES) adalah penggunaan stimulasi listrik
bawah tingkat di mana kontraksi otot terjadi.(Grant, cooper, 2007:46)
Pada penggunaan stimulus ini terdapat parameter penggunaan alat yang
sesuai dengan tujuannya adalah membantu mengkontraksikan otot klien dan
memberikan stimulus terhadap otot agar terlatih untuk difungsikan secara mandiri.
Parameter itu sebagai berikut :
Tabel 2.7 parameter penggunaan NMES (Cameron, Michelle H, 2009:216)
Tujuan Frekuensi Durasi
pulse
Amplitud
o
On:off
Times and
Ratio
Ramp
time
Treatment
Time
Times
per
day
Muscle
reeduc
ation
35-50 pps 150-200
µs untuk
otot
kecil,
200-350
µs untuk
Cukup
untuk
melakuka
n aktifitas
fungsional
Tergantung
pada
aktifitas
fungsional
Paling
tidak 2
detik
Tergantung
pada
aktifitas
fungsional
Tidak
berlaku
56
otot
besar
2.4.6 Evaluasi
Dalam melakukan evaluai pada kasus CP tipe quadriplegia terdapat hal
yang harus di evaluasi. Evaluasi itu mencakup tentang fungsional klien, motorik
yang dimilki klien sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan. Dalam usia
dewasa bisa dilihat dari bagaimana klien beraktifitas di lingkungan dan di sekolah,
bagaimana ketrampilan yang dimilki serta komunikasi klien terhadap ligkungan
(Alexander, Michael A dan dennis J. Matthews ,2010:23 )