bab 2 fix (1)

77
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Anatomi dan Fisiologi otak Gambar 2.1 Otak manusia (Swaramuslim, 2009) 2.1.1 Otak Otak terbagi menjadi 2 bagian yaitu otak besar (serebrum) dan otak kecil (serebelum). Otak besar terbagi lagi menjadi beberapa lobus, mulai dari lobus frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Permukaan pada otak bergelombang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti sebuah lekukan yang disebut dengan girus (Judha, Mohamad, 2012:35) 7

Upload: elisabet-hana

Post on 13-Aug-2015

112 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB 2 fix (1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi dan Fisiologi otak

Gambar 2.1 Otak manusia (Swaramuslim, 2009)

2.1.1 Otak

Otak terbagi menjadi 2 bagian yaitu otak besar (serebrum) dan otak kecil

(serebelum). Otak besar terbagi lagi menjadi beberapa lobus, mulai dari lobus

frontalis, lobus parientalis, lobus oksipitalis dan lobus temporalis. Permukaan

pada otak bergelombang dan berlekuk-lekuk membentuk seperti sebuah lekukan

yang disebut dengan girus (Judha, Mohamad, 2012:35)

2.1.1.1 Otak besar (cerebrum)

Merupakan bagian otak terbesar lebih dari 85% yang terdiri dari sepasang

hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai dengan celah-

7

Page 2: BAB 2 fix (1)

8

celah (sulkus) dan girus, dengan demikian cerebrum terbagi menjadi beberapa

lobus yaitu :

1) Lobus frontalis

Mencakup bagian dari korteks serebrum ke depan dari sulcus sentralis dan

di atas sulcus lateralis. Bagian ini mengandung daerah-daerah motorik dan

pramotor. Lobus frontalis bertanggung jawab untuk perilaku.

2) Lobus temporalis

Mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan ke bawah dari fisura

lateralis dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis. Lobus ini adalah

daerah asosiasi untuk informasi auditorik dan mencakup daerah wernicke tempat

interprestasi bahasa. Lobus ini juga terlibat dalam interprestasi bau dan

penyimpanan ingatan.

3) Lobus Parietalis

Lobus parietalis adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus

sentralis, di atas fisura lateralis dan meluas ke belakang ke fisura parieto-

oksipitalis. Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk rasa peraba

dan pendengaran.

4) Lobus oksipitalis

Lobus oksipitalis adalah lobus posterior korteks serebrum. Lobus ini

terletak di sebelah posterior dari lobus parietalis dan di atas fisura-fisura parieto-

oksipitalis.

2.1.1.2 Otak kecil (cerebellum)

Cerebellum merupakan bagian penting dari susunan syaraf pusat secara

tidak sadar mengendalikan kontraksi otot-otot volunter secara optimal. Bagian

Page 3: BAB 2 fix (1)

9

bagian dari cerebellum yaitu: lobus anterior, lobus medialis, dan lobus

fluccolonodularis. Lobus anterior merupakan paleocerebellum yang menerima

masukan rangsang dari ujung-ujung proprioseptif dalam otot dan tendon serta dari

reseptor raba dan tekan. Lobus medialis merupakan neocerebellum yang tidak

berhubungan dengan gerak voluntary. Lobus fluccolonodularis merupakan baguan

tertua dari cerebellum serta merupakan archicerebellum yang berhubungan

dengan susunan vestibular (nervus vestibularis dan nukleus vestibularis). Bagian

ini merupakan respon terhadap stimulus dari telinga bagian dalam dan membantu

mempertahankan keseimbangan dengan membawa modifikasi dalam tonus otot.

(Irfan, Muhammad, 2010:15)

2.1.2 Brainstem (batang otak)

Batang otak berhubungan dengan diensefalon di atasnya dan medula

spinalis di bawahnya, struktur struktur fungsional batang otak yang penting adalah

jaras asenden dan desenden traktus longitudinalis antara medula spinalis dan

bagian-bagian otak, anyaman selsaraf 12 pasang saraf cranial. Batang otak secara

garis besar tediri dari 3 segmen yaitu:

1) Mesensefalon

Merupakan penghubung antara pons dan serebellum dengan serebrum.

2) Pons

Merupakan jembatan penghubung antara mesensefalon dengan medula

oblongata, fungsinya membantu dalam regulasi pernafasan dan rasa raba, rasa

nyeri dan rasa suhu.

Page 4: BAB 2 fix (1)

10

3) Medula oblongata

Merupakan struktur batang otak yang paling bawah dan akan melanjutkan

ke kaudal sebagai medulla spinalis (Irfan, Muhammad, 2010:20).

2.1.3 Pembuluh darah otak

2.1.3.1 Arteri

Terdapat 4 arteri yang mengalirkan darah ke otak yaitu : 2 arteri karotis

interna dari arah depan leher dan 2 arteri vertebralis melalui belakang leher, kedua

arteri vertebralis ini membentuk arteri basilaris yang kemudian bergabung dengan

arteri karotis interna membentuk arteri lingkaran arteri disebut sirkulus Willisi

(Judha, Mohamad, 2012:93).

Arteri karotis komunis memiliki percabangan yaitu arteri karotis interna dan

arteri karotis eksterna. Arteria karotis interna mengurus daerah:

1) Lobus frontalis, lobus parietalis, dan lobus temporalis

2) Kapsula interna

3) Korpus striatum dan

4) Belahan depan thalamus

Arteria vertebralis mengalirkan darah untuk bagian posterior otak, yaitu:

1) Lobus oksipitalis

2) Belahan belakang thalamus

3) Mesensefalon, pons, medulla oblongata

4) Serebellum dan

5) Bagian basal lobus temporalis

Page 5: BAB 2 fix (1)

11

2.1.3.2 Vena

Darah dari otak ditampung di dalam pembuluh darah yang berada di antara

dua lapisan dura meter dan disebut sinus venosus. Dari sini darah masuk ke dalam

vena jugularis interna bersama darah dari bagian-bagian superfisial wajah dan dari

leher. Vena jugularis eksterna menerima darah dari bagian eksterior kranium dan

dari bagian-bagian profunda wajah. Pada akar leher, vena jugularis interna

bergabung dengan vena subklavia untuk membentuk vena brakiosefalika yang

kemudian menyatu untuk membentuk vena kava superior dan melalui vena ini

darah dialirkan ke dalam atrium kanan (Watson, Roger, 2002:276)

2.1.4 Sistem Motorik Volunter

Impuls gerakan volunter terutama dicetuskan di bagian otak girus

presentralis lobus frontalis (korteks motorik prmier, area 4 Brodmann) dan area

kortikal di sekitarnya (neuron motorik pertama). Impuls tersebut berjalan di dalam

serabut yang panjang (terutama traktus kortikonuklearis dan traktus

kortikospinalis), melewati batang otak dan turun ke medula spinalis ke kornu

anterius, yempat dimana membentuk kontak sinaptik dengan neuron motorik

kedua. Sertabut saraf yang muncul dari area 4 dan area kortikal yang berdekatan

bersama membentuk traktus piramidalis, yang merupakan hubungan yang paling

langsung dan tercepat antara area motorik primer dan neuron motorik di kornu

anterius.

Selain itu, area kortikal lain (terutama korteks premotorik, area 6) dan nuclei

subkortikalis (terutama basal ganglia) berpartisipasi dalam kontrol neuron

gerakan. Area tersebut membentuk lengkung umpan balik yang kompleks satu

dengan yang lain dan korteks dan dengan korteks motorik primer serta serebelum.

Page 6: BAB 2 fix (1)

12

Dari hal tersebut akan mempengaruhi struktur sel di kornu anterius medula

spinalis melalui beberapa jaras yang berbeda di medula spinalis. Fungsinya

terutama untuk memodalisasi gerakan dan untuk mengatur tonus otot. Impuls

yang terbentuk di neuron motorik kedua pada nuclei nervi kranialis dan kornu

anterius medula spinalis berjalan melewati radiks anterior, pleksus saraf serta

saraf perifer dalam perjalanannya ke otot rangka. ( )

2.2 Biomekanik Pertumbuhan dan Perkembangan.

Dalam perkembangannya seorang bayi akan mengalami perkembangan

dan pertumbuhan sesuai dengan umurnya. Dalam perkembangannya, bayi akan

memiliki perubahan yang dimulai dari fisik, motorik kasar, motorik halus,

sensori, vokalisasi dan sosialisasi. Dalam kaitanya pada kasus CP ini, maka

pertumbuhan yang berkaitan dan harus perhatikan adalah pada bagian motorik

kasar dan halus. Hal tersebut adalah sesuai dengan kompetensi fisioterapi dalam

penanganan pada klien. Dengan demikian maka dijelaskan secara terperinci antara

umur dengan perkembangan motorik kasar dan motorik halus normal yang

seharusnya dimilki oleh bayi.

2.2.1 Usia 1 bulan

2.2.1.1 Fisik : penambahan berat badan 150 sampai 210 gram setiap minggu

selama 6 bulan pertama, penambahan tinggi badan 2,5 cm setiap bulan

selama 6 bulan pertama, peningkatan lingkar kepala sebesar 1,5 cm selama

6 bulan pertama, adanya reflex primitive dan kuat, adanya reflex mata

boneka dan refleks dansa menghilang serta pernafasan hidung harus terjadi.

2.2.1.2 Motorik kasar : Dapat memutar kepala dari satu sisi ke sisi lain,mengalami

head lag yang nyata, menahan kepala sebentar secara paralel dalam garis

Page 7: BAB 2 fix (1)

13

tengah saat posisi telungkup, menunjukan reflex leher tonik asimetris, saat

posisi berdiri maka tubuh akan lemas pada lutut dan panggul, saat posisi

duduk maka punggung memutar bersamaan dan tidak ada control kepala.

2.2.1.3 Motorik halus : Tangan tertutup seacar umum, reflex menggenggam kuat

dan tangan mengatup pada kontak mainan.

2.2.2 Usia 2- 3 bulan

2.2.2.1 Fisik : refleks primitive menghilang dan fontamel posterior menutup dan

refleks merangkak hilang.

2.2.2.2 Motorik kasar : Menunjukan posisi yang kurang fleksi bila telungkup

dengan panggul datar kaki, kaki terekstensi, lengan fleksi dan kepala ke satu

sisi, head lag berkurang bila menariknya ke posisi duduk, dapat

mempertahankan kepala dalam kesejajaran yang sama dengan posisi tubuh

yang lain, bila telungkup dapat mengangkat kepala hampir 45° dari meja,

bila digendong dalam posisi duduk, kepala ditahan ke atas tetapi menunduk

ke depan serta menunjukan posisi reflex leher tonik asimetris secara

intermiten. Mampu menahan kepal lebih tegak bila duduk tetapi masih

menunduk ke depan, sedikit head lag saat menarik kepala ke posisi duduk,

mendapatkan posisi tubuh simetris, mampu mengangkat kepala dan bahu

dari posisi telungkup sampai sudut 45-90° dari meja, bila digending posisi

berdiri mampu menahan sedikit fraksi beban berat badan pada kakinya dan

memegang tangan sendiri.

2.2.2.3 Motorik halus : Tangan sering terbuka dan reflex menggenggam

menghilang. secara aktif memgang mainan tetapi tidak akan menggapai

Page 8: BAB 2 fix (1)

14

maianan, reflex menggenggam tidak ada, tangan tetap tertutup rapat dan

akan menggenggam tangan sendiri

2.2.3 Usia 4- 5 bulan

2.2.3.1 Fisik : mulai merangkak, ada refleks moro, tonik leher dan rooting telah

menghilang. Kemudian adanya pertumbuhan gigi dan berat badan menjadi

2x lipat.

2.2.3.2 Motorik kasar : hampir tidak mengalami head lag, keseimbangan kepala

pada posisi duduk baik, mampu duduk tegak saat disangga, mampu

mengangkat kepala dan dada dari permukaan sampai sudut 90° dan mampu

berguling dan telungkup ke sisi lain. Kemudian berlanjut ke hilangnya head

lag, saat duduk mampyu menahan kepala dan menatap ke depan, mampu

duduk untuk periode lama saat punggung disokong, bila telungkup

menunjukan posisi simetris dengan lengan ekstensi, mampu membalik dari

posisi telungkup ke telentang serta saat terlentang dapat menempatkan keki

ke mulut.

2.2.3.3 Motorik halus : melihat dan memainkan tangan, mencoba meraih sesuatu

dengan tangan, akan menggenggam dengan kedua tangan dan dapat

memasukan objek ke mulutnya. Kemudian mampu menggenggam secara

volunteer menggunakan genggaman telapak, memainkan jari- jari dam

mampu memegang satu kotak dengan memperhatikan kotak yang lain.

2.2.4 Usia 6- 7 bulan

2.2.4.1 Fisik : laju pertumbuhan mulai penurun, penambahan berat badan dan

tinggi badan 90- 150 gram dan 1,25cm selama 6 bulan kedepannya, gigi

mulai pertumbuhan dua gigi insisi sentral bawah dan gerakan menggigit dan

Page 9: BAB 2 fix (1)

15

mengunyah milai terjadi. Selanjutnya adalah pertumbuhan gigi insisi tengah

atas.

2.2.4.2 Motorik kasar : pada saat telungkup maka akan dapat mengangkat dada

dan abdomen bagian atas dan membebankan berat badan pada tangan, akan

mengankat kepala saat akan duduk, dapat duduk dengan tegak dan apabila

digendong dalam posisi berdiri akan stabil serta refleks memegang tangan

akan hilang. Kemudian saat terlentang secara spontan akan mengangka

kepala, duduk tegak ke depan dengan kedua tangan, saat gerakan telungkup

maka akan membebankanberat badan pada satu tangan, dapat membebankan

berat badan ke kaki serta dapat meloncat aktif saat posisi digendong.

2.2.4.3 Motorik halus : dapat mengambil benda yang jatuh, menggenggam dan

memanipulasi otak kecil, dapat memegang botol dan dapat menggenggam

kaki dan menariknya ke mulut. Kemudian akan berkembang dapat

memindahkan benda dari tangan satu ke satunya, dapat menggenggam dua

kotak bersamaan dan dapat menggaruk pada objek yang kecil.

2.2.5 Usia 8- 10 bulan

2.2.5.1 Fisik : pertumbuhan gigi insior lateral atas dan mulai merangkak bagian

tangan dan lutut. Kemudian adanya refleks labyrinth- righting yang kuat,

dan mampu mengangkat kepala saat telungkup.

2.2.5.2 Motorik kasar : ada creeps on hands and knees, bisa duduk dengan mantap

di lantai untuk waktu yang lama, bisa mengatasi keseimbangan saat

bersandar ke depan tetapi tidak saat bersandar ke belakang dan bisa menarik

tubuh ke posisi berdiri dan bisa bersiri dengan pegangan pada perabot.

Kemudian berkembang lagi dengan dapat mengubah dari posisi telungkup

Page 10: BAB 2 fix (1)

16

ke duduk, masih berdiri deengan pegangan perabot tetapi duduk dengan

menjatuhkan diri, dapat melakukan keseimbangan saat duduk dengan

mudah serta pada saat berdiri mulai bisa mengangkat satu kaki untuk

melangkah.

2.2.5.3 Motorik halus : pada bulan-bulan ini mulai bisa menggunakan ibu jari dan

jari telunjuk dalam menggenggam, mulai terlihat dominan tangan yang

digunakan dan dapat membandingkan kotak yang akan dibawa. Selanjutnya

berkembang lagi dengan dapat melepaskan secara sederhana terhadap suatu

objek dan dapat menggenggam benda dengan pasti.

2.2.6 Usia 11- 12 bulan

2.2.6.1 Fisik : munculnya gigi incisor lateral bawah dan berlanjut dengan

bertambahnya berat bayi 3x lipat dan panjang tubuh meeningkat 50%,

meiliki lingkar kepala dan dada yang sama ( lingkar kepala 46,5 cm), meilki

gigi 6 atau 8 dan refleks landau berkurang, refleks babinski menghilang

serta munculnya kurva lumbar dan terlihat lordosis saat berjalan.

2.2.6.2 Motorik kasar : apabila dalam posisi duduk maka akan berputtar saat

meraih objek dan berjalan dengan memegang perabot dengan kedua tangan.

Berlanjut dengan dapat berjalan dengan berpegangan dengan satu tangan

dan dapat berdiri sendiri dengan baik serta dapat ke posisi duduk dari posisi

berdiri tanpa bantuan.

2.2.6.3 Motorik halus : pada bulan ini akan memilki genggaman yang erat,

menjatuhkan benda untuk di ambilnya dan dapat menempatkan suatu objek

setelah objek lain di dalam suatu wilayah. Kemudian berkembang

Page 11: BAB 2 fix (1)

17

selanjutnya dengan membangun dua blok menara tetapi gagal serta dapat

membalik halaman buku dengan jumlah banyak dalam sekali waktu.

2.2.7 Usia 15 bulan dan 18 bulan

2.2.7.1 Fisik : pada bulan ke-15 pertumbuhan mantap pada tinggi dan berat badan,

lingkar kepala sekitar 48 cm, berat badan antara 11 kg dan tinggi badan

kisaran 78,7 cm. Berlanjut pada bulan ke- 18 akan terjadi penutupan

fontanel anterior dan mampu mengendalikan sfingter.

2.2.7.2 Motorik kasar : bulan ke- 15 akan dapat berjalan tanpa bantuan (biasanya

terjadi sejak usia 13 bulan), dapat memanjat tangga, berlutut tanpa sokongan

dan dapat berhenti secara tiba- tiba tetapi tidak kehilangan keseimbangan

serta dapat melempar bola tetapi dengan jatuh. Berlanjut ke bulan 18 maka

akan berkembang dengan dapar berlari dengan kikuk atau sering jatuh dan

mampu naik tangga dengan satu tangan berpegangan, dapat mendorong dan

menarik mainan, dapat melonpat di tempat dengan kedua kakinya dan dapat

duduk sendiri di kursi serta dapat melempar bola dari satu tangan ke tangan

satunya tanpa jatuh.

2.2.7.3 Motorik halus : perkembangan motorik halus pada bulan 15 ini yaitu dapat

mmembangun menara dengan dua kotak, memegang dua kotak dengan satu

tangan, memasukan butir- butir kecil ke leher nbotol yang sempit serta dapat

menggunakan cangkir dengan baik. Berkembang lagi ke bulan 18 yaitu dpat

membangun menara dengan tiga kotak, membalik halaman buku dengan

membalik 2 atau 3 halaman sekaligus, dapat membuat coretan gambar

dengan tekanan serta dpat mengatur sendok tanpa memutarnya.

2.2.8 Usia 24 bulan dan 30 bulan

Page 12: BAB 2 fix (1)

18

2.2.8.1 Fisik : pada usia 24 bulan, maka akan memilki pertumbuhan fisik dimana

lingkar dada ˃ lingkar kepala, peningkatan tinggi badan biasanya 10 sampai

12,5 cm dan memiliki gigi geligi utama 16 gigi. Berkembang ke usia 30

bulan maka akan memilki 4x lipat berat bdan lahir, gigi geligi utama

lengkap (20 gigi) dan dapat mengontrol usus dan kandung kemih.

2.2.8.2 Motorik kasar : pada bulan ke 24 bulan maka akan dapat melakukan naik

dan turun tangga sendiri dengan dua kaki pada setiap langkah, dapat berk\

lari dengan seimbang dengan langkah lebar, dapat menangkap bola tanpa

jatuh serta dapat menendang bola tanpa jatuh. Berkembang pada usia 30

bulan, dimana akan dapat melompat dengan dua kaki dan melompat dari

kursi dan dapat mengambil du alangkah pada ujung ibu jari kaki.

2.2.8.3 Motorik halus : usia 24 bulan akan dapat membangun mebara dengan 6- 7

kotak, dapat menggambar atau meniru tekanan vertical dan melingkar dan

dapat membuka gerendel pintu. Sedangkan pada usia 30 bulan akan dapat

membangun menara dengan 8 kotak, dapat memegang alat tulis dengan baik

denga jari bukan menggenggamnya serta dapat menggambar dengan meniru

tekanan vertical dan horizontal dan membuat dua atau lebih tekanan untuk

menyilang.

2.2.9 Usia 3 tahun

2.2.9.1 Motorik kasar : pada usia ini maka balita akan dapat melakukan hal

seperti, mengendarai sepeeda roda tiga, melompat dari langkah dasar, dapat

berdiri satu kaki beberapa detik, menaiki tangga dengan kaki bergantian dan

turun dengan menggunakan kedua kaki untuk melangkah, dapat melompat

Page 13: BAB 2 fix (1)

19

panjang serta akan mencoba gerakan menari tetapi keseimbangannya idak

terlalu kuat.

2.2.9.2 Motorik halus : dapat membangun menara dengan 9- 10 koatak, secara

benra dapat memasukan biji- bijian ke leher botol yang sempit, dapat

menggambar dengan meniru lingkaran, silangan serta menyebutkan yang

digambar.

2.2.10 Usia 4 tahun

2.2.10.1 Motorik kasar : melompat dan meloncat pada satu kaki, dapat

menangkap bola dengan tepat dan bergatian melempar bola di tangan serta

turun tangga dengan kaki secara bergantian.

2.2.10.2 Motorik halus : dapat menggunakan gunting dengan baik untuk

memotong gambar sesuai garis, dapat memasang sepatu tetapi tidak bisa

mengikat talinya serta dalam menggambar akan dapat menjiplak gambar

dengan garis silang dan menambahkan tiga bagian pada gambar.

2.2.11 Usia 5 tahun

2.2.11.1 Motorik kasar : pada usia ini maka akan dapat melakukan lompatan

dan loncatan dengan kaki bergantian, dapat menangkap dan melempar bola

dengan baik, dapat bermain skate dengan seimbang, dapat berjalan mundur

dengan tumit dan ibu jari serta dapat melompat dari ketinggian 12 inci

dengan bertumpu pada ibu jari selanjutnya dapat menyeimbangkan kaki

secara bergantian dengan mata tertutup.

2.2.11.2 Motorik halus : dapat mengikat tali sepatu, dapat menggunakan

guntung, pensil dan alat sederhana dengan baik, dalam menggambar akan

Page 14: BAB 2 fix (1)

20

dapat menggambar dengan paduan garis yang banyak dan dapat menulis

huruf atau angka satu, seperti nama.

2.2.12 Usia 6 tahun

2.2.12.1 Fisik dan Motorik : penambahan berat badan dan pertumbuhan

berlanjut dengan lambat, pemunculan gigi insisor mandibular tengah,

peningkatan bertahap dalam ketangkasan, aktifitas kontan, sering kembali

menggigit jari, lebih menyadari bahwa tangan sebagai alat, suka

menggambar, menulis dan mewarnai serta penglihatan mencapai maturitas.

(wong, L Donna,1998:180)

2.3 Deskripsi Kasus

2.3.1 Pengertian

Cerebral palsy (CP) merupakan kondisi neurologis yang terjadi permanen

tapi tidak mempengaruhi kerusakan perkembangan saraf karena bersifat non

progesif pada lesi satu atau banyak lokasi pada otak yang immature (Campbell SK

et al, 2005: 5). Lesi dapat terjadi sebagai cacat perkembangan, seperti infark dan

trauma. (Miller, Freeman, 2007 :31).

Dalam CP ini memiliki gejala-gejala yang dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa macam yaitu Diplegia merujuk pada keterlibatan terutama dari kaki,

hemiplegia mengacu pada individu dengan motor unilateral disfungsi dan pada

anak-anak kebanyakan ekstremitas atas lebih parah terlibat dari yang bawah serta

quadriplegia mengacu pada disfungsi dari keempat ekstremitas dan pada beberapa

anak satu ekstremitas atas mungkin kurang terlibat (miller,Freeman,2006:180).

Selain itu pada CP juga terdapat masalah yang terkait termasuk defisit sensorik

seperti masalah penglihatan, seperti strabismus, gangguan somato sensori dan

Page 15: BAB 2 fix (1)

21

masalah bahasa (dysarthria, disfagia), epilepsi, keterbatasan kognitif serta

osteoporosis. Dalam hal ini juga adanya masalah motorik biasanya meliputi tonus

abnormal, kelemahan, dan berkurang kontrol selektif (Cooper, Grant, 2006 :30).

Dilain hal terdapat juga yang mengatakan bahwa CP memiliki klasifikasi gejala,

seperti sekelompok gangguan permanen dimana adanya gangguan pada gerakan

dan postur, menyebabkan keterbatasan aktivitas yang dikaitkan dengan gangguan

non-progressife yang terjadi di otak janin atau bayi berkembang serta gangguan

motorik. (Rosenbaum et al, 2007).

2.3.2 Etiologi

Sebagian besar kasus CP tidak memiliki identifikasi etiologi, meskipun

prematur adalah faktor terbesar tunggal terkait. Faktor risiko lain untuk CP

termasuk lahir premature, berat badan lahir rendah(<2500 g), infeksiprenatal,

perinatal stroke, postnatal, faktor risiko ibu, atau setelah melahirkan infeksi atau

trauma (cooper, Grant, 2006:28). Terdapat tiga bagian penyebab terjadinya

cerebral palsy pada anak yaitu :

2.3.2.1 Sebelum Lahir (prenatal)

Masalah bisa terjadi pada saat pembuahan bergabung dan sebelum bayi

dikandung sehingga menghasilkan keadaan yang tidak normal yang berhubungan

langsung dengan kerusakan jaringan syaraf. Adapun faktor-faktornya antara lain:

1) Ibu menderita penyakit /infeksi

Ini merupakan bawaan lahir, gangguan pada bayi mungkin muncul di awal

kehamilan yaitu masa-masa penentu bagi pertumbuhan dan pembentukan tubuh

janin. Misalnya seorang ibu terserang infeksi Rubella, toksoplasma, atau

sitomegalo yaitu virus yang bisa terjadi di usia kehamilan trimester pertama,

Page 16: BAB 2 fix (1)

22

gangguan juga bisa muncul saat kehamilan memasuki usia trimester ketiga.

Penyebab lain, ibu menderita penyakit berat seperti tifus, kolera, malaria kronis,

sifilis, TBC dan yang lainya yang dapat mempengaruhi janin. Infeksi-infeksi ini

mengganggu perkembangan jaringan otak sehingga menimbulkan kerusakan

jaringan otak pada anak.

2) Perilaku Ibu

Ibu yang mengkonsumsi obat-obatan, merokok, minum-minuman keras,

begitu juga dengan ibu yang mengalami depresi dan tekanan darah tinggi. Semua

ini bisa merusak janin baik fisik maupun mental.

3) Masalah Gizi

Ini berkaitan dengan masalah sosial ekonomi, ibu yang tinggal dengan

kondisi ekonomi yang kurang mampu sementara anaknya banyak, otomatis

asupan gizinya pun kurang. Masalah gizi ini akan terbawa sampai anaknya lahir.

Ibu yang menderita kekurangan gizi akan berpengaruh pada pembentukan dan

perkembangan otak janinnya (dapat menyebabkan kerusakan jaringan di otak).

2.3.2.2 Saat lahir (neonatal)

1) Terkena infeksi jalan lahir

Ini cukup sering mengakibatkan ketidaknormalan bayi karena terjadi

gangguan pada proses persalinan, jalan lahir kotor dan banyak kuman. Jika ibu

mempunyai infeksi TORCH, misalnya bayi bisa terkena infeksi jalan lahir

tersebut.

Page 17: BAB 2 fix (1)

23

2) Hipoksis iskemik ensefalopati/ HIE

Saat lahir bayi dalam keadaan tak sadar, bahkan tak menangis dan justru

mengalami kejang hingga kekurangan oksigen ke otak. Akibatnya jaringan otak

rusak.

3) Kelahiran yang sulit

Pemakaian alat bantu seperti vakum saat proses persalinan tak bermasalah,

yang bisa mengganggu bayi adalah lamanya dijalan lahir karena berbagai

penyebab, kepala bayi lebih besar dari panggul ibu, atau ada lilitan tali pusat

sehingga tertarik tak mau keluar atau ibu tidak kuat menahannya.

4) Asfiksia

Bayi lahir tak bernafas, bisa karena paru-paru penuh cairan atau karena ibu

mendapatkan anestesi (obat bius) terlalu banyak.

5) Bayi lahir premature

Termasuk bayi beresiko tinggi mengalami gangguan karena lahir belum

waktunya atau kurang dari 32 minggu. kemungkinan jaringan organ tubuh dan

jaringan otaknya belum sempurna.

6) Berat lahir rendah

Selain bobotnya rendah, bayi kekurangan nutrisi. Meski lahir cukup bulan

tetapi bobotnya kurang dari 2.500 gram, ini bisa terjadi karena ibu kekurangan

gizi pada saat hamil.

7) Perdarahan otak

Perdarahan di bagian otak dapat mengakibatkan penyumbatan sehingga

anak menderita hidrosepalus ataupun microcepalus. Perdarahan juga dapat

menekan jaringan otak hingga terjadi kelumpuhan.

Page 18: BAB 2 fix (1)

24

8) Bayi kuning

Merupakan keadaan bayi mengalami kuning yang berbahaya, misalnya

karena kelahiran inkompatibilitas golongan darah yaitu, ibu bergolongan darah O

sedangkan bayinya A atau B. Selain itu bayi yang mengalami hiperbilirubenimia

atau kuning yang tinggi, lebih dari 20mg/dl hinggga bilirubin besarnya melekat di

jaringan otak terganggu, oleh sebab itu bayi kuning harus segera mendapatkan

penanganan yang tepat pada minggu-minggu pertama kejadian.

2.3.2.3 Sudah Lahir (postnatal)

Biasanya paling rentan terjadi di usia-usia 0-3 tahun. Terdapat penyebab-

penyebab antara lain:

1) Infeksi pada selaput otak atau pada jaringan otak

Umumnya bayi usia muda sangat rentan dengan penyakit, misalnya

menginggitis dan ensepalitis pada usia setahun pertama. Ada kemungkinan

penyakit tersebut menyerang selaput otak bayi sehingga menimbulkan gagguan

pada perkembangan otaknya. Bila infeksinya terjadi dibawah tiga tahun umumnya

akan mengakibatkan cerebral palsy, sebab pada waktu itu otak sedang dalam

perkembangan menuju sempurna. Jadi anak yang terkena infeksi meningitis

(radang selaput otak) diusia 5 tahun dan menjadi lumpuh, ia tidak disebut

cerebral palsy melainkan komplikasi meningitis.

2) Kejang/stuip

Dapat terjadi karena bayi terkena penyakit dan suhu tubuhnya tinggi

kemudian timbul kejang. Kejang dapat pula karena infeksi yang dialami si anak.

atau mungkin juga lain anak menderita epilepsi.

Page 19: BAB 2 fix (1)

25

3) Karena trauma/ benturan

Bayi yang sering mengalami jatuh dan menimbulkan luka di kepala, apalagi

luka dibagian dalam kepala atau pendarahan di otak, dapat menyebabkan

kerusakan jaringan otaknya. kerusakan tergantung dari hebat atau tidaknya

benturan. Akibatnya, sebagian kecil jaringan otak rusak. Memang tidak bisa

dilihat secara pasti seberapa besar kerusakan otak yang terjadi. (miller freeman,

2005)

2.3.3 Patologi

Pada bayi prematur, mekanisme patologis termasuk hipoksia-aschaemic

cedera otak. Khas lesi iskemik hipoksia pada bayi prematur meliputi lesi

perdarahan dan Leukomalacia periventricular, cedera otak parasagital dan

marmoratus (hill dan volpe, 1997). Temuan dari kelainan bawaan oleh MRI

biasanya menunjukkan cedera pada paruh pertama kehamilan (Barkovich et al,

2001).

Cedera otak akibat vascular insufficiency tergantung pada berbagai faktor

saat terjadinya cedera, antara lain distribusi vaskular ke otak, efisiensi aliran darah

ke otak dan sistem peredaran darah serta respon biokimia jaringan otak terhadap

penurunan oksigenasi (Boosara, 2004). Kelainan tergantung pada berat ringannya

asfiksia yang terjadi pada otak. Pada keadaan yang berat tampak ensefalomalasia

kistik multipel atau iskemik yang menyeluruh. Pada keadaan yang lebih ringan

terjadi patchy necrosis di daerah paraventrikular substansia alba dan dapat terjadi

atrofi yang difus pada substansia grisea korteks serebri. Kelainan dapat lokal atau

menyeluruh tergantung tempat yang terkena. (Anonim, 2002). Stres fisik yang

dialami oleh bayi yang mengalami kelahiran prematur seperti imaturitas pada otak

Page 20: BAB 2 fix (1)

26

dan vaskularisasi cerebral merupakan suatu bukti yang menjelaskan mengapa

prematuritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian CP.

Sebelum dilahirkan, distribusi sirkulasi darah janin ke otak dapat menyebabkan

tendensi terjadinya hipoperfusi sampai dengan periventrikular white matter.

Hipoperfusi dapat menyebabkan haemorrhage pada matrik germinal atau PVL,

yang berhubungan dengan kejadian diplegia spastik. (Boosara, 2004)

Pada saat dimana sirkulasi darah ke otak telah menyerupai sirkulasi otak

dewasa, hipoperfusi kebanyakan merusak area batas air korteks (zona akhir dari

arteri cerebral mayor) yang selanjutnya menyebabkan fenotip spastik

quadriplegia. Ganglia basal juga dapat terpengaruh dengan keadaan ini, yang

selanjutnya menyebabkan terjadinya ekstrapiramidal (seperti koreoathetoid atau

distonik). (Boosara, 2004).

Tidak ada hal–hal yang mengatur dimana kerusakan vaskular akan terjadi

dan kerusakan ini dapat terjadi lebih dari satu tahap dalam perkembangan otak

janin. Autoregulasi peredaran darah cerebral pada neonatal sangat sensitif

terhadap asfiksia perinatal, yang dapat menyebabkan vasoparalysis dan cerebral

hyperemia. Terjadinya kerusakan yang meluas diduga berhubungan dengan

vaskular regional dan faktor metabolic serta distribusi regional dari rangsangan

pembentukkan synaps (Boosara, 2004). Pada waktu antara minggu ke-26 sampai

dengan minggu ke-34 masa kehamilan, area periventricular white matter yang

dekat dengan lateral ventricles sangat rentan terhadap cedera. Apabila area ini

membawa fiber yang bertanggungjawab terhadap kontrol motorik dan tonus otot

pada kaki, cedera dapat menyebabkan spastik diplegia (yaitu spastisitas utama dan

kelemahan pada kaki, dengan atau tanpa keterlibatan lengan dengan derajat agak

Page 21: BAB 2 fix (1)

27

ringan). Saat lesi yang lebih besar menyebar sebelum area fiber berkurang dari

korteks motorik, hal ini dapat melibatkan centrum semiovale dan corona radiata,

yang dapat menyebabkan spastisitas pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah

atau quadriplegia. (Boosara, 2004).

Hiperbilirubin encephalopathy akut dapat menyebabkan bentuk CP

diskinetik (atau ekstrapiramidal) yang dapat terjadi baik pada bayi lahir dengan

umur mendekati normal yang ditandai dengan hiperbilirubinemia atau pada bayi

prematur tanpa ditandai hiperbilirubinemia. Efek–efek ini utamanya melibatkan

ganglia basalia, sebagian globus pallidus dan subthalamic nucleus,

hippocampus, substantia nigra, beberapa nervus cranial nuclei, sebagian

oculomotor, vestibular, cochlear dan facial nerve nuclei, saraf batang otak seperti

formasi retikular pada pons, saraf olivary inferior, saraf cerebellar seperti pada

dentate dan horn cells anterior dari tulang belakang. (Boosara, 2004).

Lesi yang terjadi pada neuron motorik pertama di otak atau medula spinalis

akan menimbulkan paresis spastik. Pada umumnya defisit mototrik akibat lesi

pada sistem saraf jarang terlihat sendiri, biasanya disertai oleh berbagai defisit

sensorik, otonomik, kognitif dan atau defisit neuropsikologis dalam berbagai

bentuk tergantung pada lokasi dan sifat lesi untuk gerakan volunter yang akan

dimilki.

2.3.4 Tanda dan Gejala

Pada CP memilki beberapa tanda dan gejala yang sangat komplek dengan

terjadi gangguan yang terdapat pada postur abnormal, tonus abnormal, reflek

Abnormal, perkembangan motorik abnormal dan performa motorik atipikal

(Senner et al, 2004). Sedangkan menurut Levine (dikutip dari Thamrin) membagi

Page 22: BAB 2 fix (1)

28

kelainan motorik pada CP menjadi 6 kategori yaitu pola gerak dan postur

(postures and movement pattern), pola gerak oral (oral motor pattern), tonus otot

(tone of muscle), reaksi postural dan kelainan yang mudah untuk dikenali, reflex

tendon (primitive dan plantar) (Nelson, 2003). Gejala CP biasanya tergantung dari

jenisnya. Ada bermacam- macam tipe dari CP dengan memanifestasi yang

berlainan. Tanda dan gejala yang ada pada CP tipe quadriplegia ini adalah :

1.3.5 Spastik

adalah jenis yang paling banyak. Kerusakan terjadi di traktus kortikospinalis

(darah di korteks), akan menimbulkan kelumpuhan yang kaku, refleks menggigit.

Misalnya refeleks moro yang sering terjadi baik dirangsang atau tidak dirangsang

dan adanya refeleks yang menetap yang seharusnya hilang di usia tertentu tetapi

masih ada. Refleks ini normalny akan menghilang pada usia 3-4 bulan tetapi pada

anak CP akan tetap ada. Spastik itu sendiri memiliki beberapa jenis, antara lain :

Quadriplegia yaitu spastisitas yang terjadi pada keempat anggota gerak tubuh.

Dari kedua tangan dan kedua kakinya. Tipe ini adalah tipe yang paling kompleks.

Pada CP tipe quadriplegia ini memiliki tanda dan gejala yang sangat

kompleks. Tanda dan gejala meliputi ekstremitas bawah dan ekstremitas atas

dengan adanya spastisitas. Tetapi juga sering ditemukan gejala tambahan seperti

hip subluksasi atau dislokasi dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan

dalam hal rasa sakit dan kesulitan dengan kontrol postural, menciptakan

keterbatasan dalam duduk, berdiri dan berjalan, dan kebersihan dan pertimbangan

perawatan pribadi. (Scruton at al, 2004 :92 )

Untuk tipe quadriplegia, akan memilki pola yang akan dominan yang

menyertainya. Pola yang pertama adalah pola fleksi atau mendekati tubuh yang

Page 23: BAB 2 fix (1)

29

dapat dilihat dari tulang punngungnya yang akan diikuti oleh 4 anggota geraknya

sama mengikuti pola punggungnya, dari sendi lutut, sendi hip, sendi siku dan

sendi bahu akan mengikuti pola fleksi. Selain itu ada juga pola ekstensi atau

menjauh dari tubuh, yang 4 anggota geraknya akan sama, dari mulai sendi lutut,

sendi hip, sendi siku dan sendi bahu akan mengikuti pola ekstensi pula. Sehingga

dapat diketahui dengan jelas bahwa tipe quadriplegi ini merupakan CP yang

paling berta dan memilki pola yang dapat dilihat juga. (Allen, Michael dan

Matthews Dennis J, 2010:169)

Gambar 2.2 Cerebral palsy quadriplegia (Allen, Michael dan Matthews

Dennis J, 2010:167)

2.3.5 Komplikasi

Terdapat beberapa penyakit lain yang berhubungan dengan CP, yaitu :

2.3.5.1 Gangguan mental

Page 24: BAB 2 fix (1)

30

Sepertiga anak cerebral palsy memiliki gangguan intelektual ringan,

sepertiga dengan gangguan sedang sampai yang berat dan sepertiga lainnya

normal.

2.3.5.2 Kejang atau epilepsi

Setengah dari anak cerebral palsy menderita kejang. Gangguan tersebut

akan menyebar keseluruh otak dan menyebabkan gejala pada seluruh tubuh.

2.3.5.3 Gangguan pertumbuhan

Gagal tumbuh secara umum ialah istilah untuk mendeskripsikan anak-anak

yang terhambat pertumbuhan dan perkembangannya walaupun cukup

mendapatkan asupan makanan.

2.3.5.4 Gangguan penglihatan dan pendengaran

Tidak sedikit anak cerebral palsy menderita starbismus. Dimana mata

tidak tampak segaris karena ada perbedaan pada otot mata kanan dan kiri sehingga

akan menimbulkan penglihatan ganda. Gangguan pendengaran juga sering

ditemui antara penderita cerebral palsy dibanding pada populasi umum.

2.3.5.5 Sensasi dan persepsi abnormal.

Sebagian penderita cerebral palsy mengalami gangguan kemampuan

untuk merasakan sensasi misalnya pada sentuhan dan merasa nyeri, ataupun

sebaliknya mengalami kesulitan merasakan dan mengidentifikasi obyek melalui

sensasi raba. (cooper, Grant, 2006:56)

2.3.6 Prognosis

Prognosis sangat tergantung pada ada atau tidaknya kecacatan yang terkait

dan secara khusus pada kecerdasan anak. Dengan kecerdasan yang normal

masalah-masalah pada kecacatan motorik dapat diatasi. Kualitas penatalaksanaan

Page 25: BAB 2 fix (1)

31

juga mempengaruhi prognosis.Anak dengan kelainan yang parah mungkin

memerlukan pendidikan disekolah yang khusus yang menyediakan ahli

fisioterapi, terapi ekopasi, pengajar dan fasilitas lainnya. Selain dalam hal itu

tingkat kesembuhan klien CP tipe quadriplegia ini juga dapat dilihat secara nyata

mengenai peningkatan kemampuan motorik dan pertumbuhan yang sesui dengan

normalnya serta melakukan fungsional dengan mandiri. Tetapi pada kasus ini

prognosis untuk kedepannya kemungkinan tidak akan kembali ke normalnya dan

pasti akan meninggalkan kecacatan yang permanen. (soetjiningsih, 2012:86)

2.4 Penatalaksanaan Fisioterapi

Penatalaksanaan fisioterapi yang dilakukan pada klien dengan CP

quadriplegia spastik akan membahas mengenai pemeriksaan subyektif,

pemeriksaan fisik, diagnosis fisioterapi, tujuan dan intervensi fisioterapi. Berikut

ini pembahasannya :

2.4.1 Pemeriksaan Subyektif

2.4.1.1 Anamnesis

1) Anamnesis umum

Untuk anamnesis umum yang perlu ditanyakan adalah penjelasan tentang

data pribadi, nama, usia, peranan dan menentukan tugas- tugas (Willms, 2005).

Pada kasus CP ini yang dilakukan adalah bertanya kepada orang tua klien karena

klien biasanya belum bisa di ajak berkomunikasi (Allen, Michael dan Matthews

Dennis J, 2010 : 4).

2) Anamnesis khusus

Pada anamnesis khusus ini berkaitan dengan keadaan atau penyakit klien.

Data yang bisa diperoleh dalam anamnesis khusus adalah :

Page 26: BAB 2 fix (1)

32

(1) Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat penyakit sekarang (RPS) berisikan tentang masalah yang saat ini

dihadapi oleh klien/ orang tua yang mendorong untuk datang ke tenaga medis

(willms, 2005). Dalam RPS hal yang perlu ditanyakan adalah lokasi kecacatan,

waktu terjadinya dan kronologisnya, derajat kecacatan, faktor yang memperberat

dan memperingan kecacatan serta keluhan yang lain yang menyertai (Bahrudin,

2011:15). Pada CP quadriplegia keluhan utama biasanya diketahui oleh orang tua

karena dirasa memilki keganjalan atau ketidaknormalan terhadap anaknya

dibanding anak yang lain, seperti spastisitas pada 4 anggota gerak, motorik dan

aktifitas fungsional klien akan lambat atau klien tidak sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan normalnya , : hal 5).

(2) Riwayat Prenatal dan Perinatal

Berisikan mengenai masalah atau hal yang sudah dirasakan sewaktu orang

tua dalam masa mengandung dan setelah melahirkan klien ((Alexander, Michael A

dan dennis J. Matthews, 2010 : hal 2). Keanehan itu kita ulas dengan jelas apakah

dalam masa mengandung atau setelah melahirkan. Dalam masa mengandung yang

bisa menyebabkan CP adalah adanya infeksi pada ibu, perilaku ibu selama

mengandung dan masalah gizi. Sedangkan pada saat setelah klien lahir yang harus

kita tanyakan kepada ibu adalah apakah mengalami infeksi pada selaput otak atau

pada jaringan otak, pernah kejang ataukah pernah ada trauma pada bagian kepala.

Terdapat juga hal yang harus diperjelas pada saat kelahiran bayi, ada beberapa hal

yang bisa menyebabkannya antara lain apakah terkena infeksi jalan kelahiran,

apakah mengalami hipoksik iskemik enselopati, apakah kesulitan kelahiran,

adanya asfiksia, apakah klien lahir premature, apakah berat badan rendah, apakag

Page 27: BAB 2 fix (1)

33

ada pendarahn pada otak dan apakah klien lahir dengan penyakit kuning (Freeman

Miller, 2006 : hal 45).

(3) Riwayat Kesehatan Umum

Pada anamnesis tentang riwayat kesehatan umum ini merupakan hal yang

berkaitan dengan perjalanan klien dari gejala awal hingga terjadinya gangguan

yang diawali (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010:5). Pada klien ini

akan diperoleh informasi yang menunjukan riwayat kesehatan klien dalam masa

kehamilan, ssat lahir dan setelah lahir sampai saat klien saat ini. Hal tersebut

dimaksudkan apakah klien pernah sebelumnya dirawat atau mengalami sakait

terlebih dahulu sebelun terjadinya CP tipe quadriplegia. Meliputi pernah dirawat

di Rumah Sakit karena apa? Berapa lama? Dan bagaimana permulaan tanda dan

gejala klien mengalami gangguan CP tipe quadriplegia. (Allen, Michael dan

Matthews Dennis J ,2010:6)

(4) Riwayat Pendidikan dan Sosial

Pada hal ini yang perlu diperhatikan adalah umur dan aktifitas klien dalm

bersosial dan bagaimana klien itu dalam melakukan aktifitasnya sebagai siswa

(apabila sudah bersekolah). (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010:24)

(5) Riwayat Keluarga

Yang harus dipertanyakan adalah ada atau tidaknya penyakit menurun

dalam keluarga atau riwayat penyakit menular (Bahrudin, 2011:15). Untuk kasus

CP tipe quadriplegia ini maka yang harus dikethui adalah apakah ada atau tidak

penyakit gen, kemudian kondisi kesehatan dari orang tua klien (ayah dan ibu),

Page 28: BAB 2 fix (1)

34

apakah ada riwayat keluarga yang lain yang pernah atau meiliki penyakit yang

sama dengan klien saat ini serta adakah suadara dari klien yang menderita hal

yang sama. (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010 :5 )

(6) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

pada klien CP tipe quadriplegi ini akan ditemukan klien akan terlambat

dalam pertumbuhannya (disfungsi motorik) dan kekakuan pada anggota gerak.

selain itu terdapat gangguan kinerja kegiatan motorik kasar, seperti duduk,

merangkak, berdiri atau berjalan. Salah satu yang harus diperhatikan kualitas

gerakan, postur, kelemahan, inkoordinasi, asimetri, atau kelainan refleks yang

mencerminkan defisit motorik. (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010:8)

Sebelum melakukan penatalaksanaan biasanya tim akan melakukan

beberapa pemeriksaan terlebih dahulu,pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk

pasien CP itu adalah :

2.4.2 Pemeriksaan obyektif

2.4.2 1 Pemeriksaan Tanda Vital

Hal yang harus di ukur adalah tekanan darah, denyut nadi, pernapasan,

temperatur, tinggi badan, berat badan dalam pertemuan singkat ( Wilms, 2003).

2.4.2 2 Inspeksi/ observasi

Pada klien CP tipe quadriplegia akan didapatkan hasil terlihat klien adanya

perubahan mobilitas sendi pada anggota gerak bawah dan anggota gerak atas,

dimana terkadang disertai juga dengan pembengkokan tulang belakang. Selain itu

akan terlihat pola fleksi/ melipat pada tubuh klien dan terlihat lemah atau pola

fleksor lebih dominan. Kemudian melihat klien hiperaktif atau tenag saat

Page 29: BAB 2 fix (1)

35

dipisahkan dengan orang tua, tidak bisa konsentrasi pada suatu benda yang

dihadapannya. (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010:22 )

2.4.2 3 Palpasi

Dilakukan untuk mengetahui adanya spastik, nyeri tekan dan deformitas

yang lain ( Tjokorda, 2009 : hal ). Pada CP quadriplegia spastik maka akan

ditemukan spastik pada 4 anggota gerak klien. Pada kasus CP tipe quadriplegia

maka akan didapatkan adanya spastisitas pada saat diam dan bergerak pada

keempat anggota gerak. pada saat klien menangis maka akan teraba tegang pada

bagian ubun- ubun. . (Allen, Michael dan Matthews Dennis J, 2010: 24 )

2.4.2 4 PEMERIKSAAN SPESIFIK

1) Pemeriksaan refleks

Merupakan kemampuan khusus yang dimilki oleh bayi sejak lahir berupa

pergerakan spontan yang aktif dan tidak terkoordinasi maupun disadari oleh bayi

yang bersangkutan. Refleks ini muncul secara otomatis dan merupakan media

penyesuaian diri terhadap lingkungan di awal hidupnya. Berikut ini beberapa

refleks yang dimilki :

(1) Sucking reflex (refleks menghisap)

Bila bibir disentuh dengan ujung jari, secara otomatis bayi akan membuka

mulutnya dan memulai menghisap. Begitu juga ketika puting susu masuk ke

dalam mulutnya maka bayi akan langsung menghisap ASI.

(2) Rooting reflex (refleks mencari puting susu)

Pada saat bibir dan pipi bayi disentuh dengan tangan atau jari, maka bayi

akan langsung memiringkan kepalanya ke arah datangnya sentuhan dengan mulut

yang membuka. Begitu juga bila pipinya bersentuhan dengan payudara ibunya,

Page 30: BAB 2 fix (1)

36

mak akan langsung memiringkan keplanya dan mengarahkan mulutnya untuk

mendapatkan ASI.

(3) Moro reflex

Refleks ini ditimbulkan bila bayi diberikan rangsangan yang mendadak

dan mengejutkan. Misalnya dengan mendadak menaikan tempat berbaringnya,

tepuk tangan dekat bayi, mendadak menggerakan lehernya, menarik alas tidurnya

serta mengangkat dan menurunkan tubuhnya secara mendadak. Hasil dari

rangsangan yang diberikan adalah dengan cepat terjadi abduksi dan ekstensi

lengan dengan telapak lengan dengan telapak tangan membuka, kemudian akan

diikuti gerakan seperti memeluk dan menangis. Refleks ini sangat penting untuk

menilai tonus otot. Apabila tonus otot kedua sisi tubuh tidak sama atau bila

kelemahan dari salah satu dari anggota gerak dan atau adanya cidera humerus

serta clavikula maka gerakan tidak akan simetris.

(4) The asymmetrical tonic neck reflex (ATNR)

Apabila klien sedang istirahat dan tidak menangis, maka pada saat tertentu

ia akan berbaring degan kepala menghadap ke satu sisi, lengan pada sisi yang

sama ekstensi dan sendi lutut kontralateral flexi. Refleks ini memang agak sulit

terlihat, tapi masih bisa diamati. Pengamatan dilakukan dengan cara

membaringkan klien dan memiringkan kepalanya ke satu sisi (misalnya kiri),

maka respon klien yaitu tangan yang sesisi klien akan segera merentang lurus

(ekstensi), sedangkan tangan yang kontralateral (kanan) akan menekuk (flexi) ke

arah kepalanya.

(5) Symmetrical tonik neck reflex (STNR)

Page 31: BAB 2 fix (1)

37

Refleks ini dapat muncul apabila kepala klien diflexikan maka legan bayi

akan ikut flexi juga. Sebaliknya, apabila kepal klien diekxtensikan maka lengan

bayi juga akan ekxtensi.

(6) Babinsky reflex

Akan muncul apabila telapak kaki klien digores dengan benda yang agak

tajam (bisa dengan menggunakan ujung jari), mulai dari tumit kearah lateral,

kemudian kearah depan dan berakhir di pangkal ibu jari kaki. Hasilnya adalah

elevasi ibu jari kaki disertai dengan adduksi keempat jari kaki lainya.

(7) Grasping reflex (refleks menggenggam)

Akan muncul apabila ada benda tau jari diletakan di tengah telapak tangan

klien atau di bawah jari kakinya, maka otomatis klien akan segera memflexikan

jari- jarinya seperti menggenggam dan menjepitnya dengan erat.

(8) Stepping reflex (refleks melangkah)

Apabila tubuh klien dipegang pada bagian bawah ketiaknya dalam posisi

tegak (pastikan kepalanya tertopang denganbaik), kemudian sentuhkan pada

bidang yang datar maka secara otomatis klien akan meluruskan

(mengekstensikan) kakinya seolah akan berdiri. Kemudian apabila tubuh klien

dimiringkan ke depan maka kakinya bergerak seolah ingin melangkah.

(trisnowiyanto, Bambang, 2012 : 5)

2) GMFM ( groos motor function measure)

Merupakan salah stu sarana pemeriksaan yang sudah distandarisasi untuk

mengukur perubahan fungsi motorik kasar pada anak CP. Penilaian menggunakan

kriteria sebagai berikut :

0 : tidak memilki inisiatif

Page 32: BAB 2 fix (1)

38

2 : inisiatif

2 : sebagian dilakukan

3 : dilakukan

Cara penilaian yang digunakan untuk pemeriksaan ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1 Skoring pemeriksaan GMFM

No pemeriksaan Perhitungan skor nilai % Goal

area

A

B

C

D

E

Berbaring dan berguling

Duduk

Merangkak dan berlutut

Berdiri

Berjalan dan melompat

(Total dimensi A : 51)x 100= %

(Total dimensi B: 60)x 100= %

(total dimensi C: 42)x 100= %

(Total dimensi D: 39)x 100= %

(total dimensi E: 72)x 100= %

Total skor = (%A+ %B+

%C+ %D+ %E) : total

dimensi

Total skor goal = jumlah skor

tiap dimensi dalam seluruh solas

area : goal area

Item dalam penghitungan skor GMFM- 66 ditandai dengan tanda bintang

(*) hanya berlaku untuk anak CP. Berikut ini adalah formulir GMFM :

(1) Berbaring dan berguling

Tabel 2.2 pemeriksaan GMFM berbaring dan berguling

No Gerakan Skor

1 Terlentang: kepala tegak lurus : kepala dipegang dan

diputar tangan dan kaki simetris

Page 33: BAB 2 fix (1)

39

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

Terlentang: tangan digerakan ke tengah, jari- jari

bertautan

Terlentang: angkat kepala 45°

Terlentang: hip dan lutut kanan fleksi penuh

Terlentang: hip dan lutut kiri fleksi penuh

Terlentang: tangan kanan menggapai, meraih mainan

Terlentang: tangan kiri menggapai, meraih mainan

Terlentang: berguling ke kanan

Terlentang: berguling ke kiri

Terlentang: mengangkat kepala tegak

Tengkurap dengan tumpuan lengan: angkat kepala

tegak, elbow ekstensi, dada diangkat

Tengkurap dengan tumpuan lengan: berat badan

dibebankan pada tangan kanan, lengan kiri kedepan

Tengkurap dengan tumpuan lengan: berat badan

dibebankan pada tangan kiri, lengan kanan kedepan

Tengkurap: berguling ke kanan

Tengkurap: berguling ke kiri

Tengkurap: berputar ke kanan 90° menggerakan

tangan dan kaki

Tengkurap: berputar ke kiri 90° menggerakan tangan

dan kaki

(2) Duduk

Page 34: BAB 2 fix (1)

40

Tabel 2.3 tabel pemeriksaan GMFM duduk

No Gerakan Skor 0- 3

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

Terlentang, tangan digenggam oleh terapis, badan

diangkat sendiri ke posisi duduk dengan mengontrol

kepala

Terlentang, berguling ke kanan ke posisi duduk

Terlentang, berguling ke kiri ke posisi duduk

Duduk di matras, leher dioegang oleh terapis, kepala

diangkat tegak tahan 3 detik

Duduk di matras, leher dipegang oleh terapis, angkat

kepla ke posisi setengah tagak, tahan 10 detik

Duduk di matras: lengan dipegang, tahan 5 detik

Duduk di matras: tahan lengan rileks, 3 detik

Duduk di matras: mainan kecil diletakan di depan,

badan membungkuk, menyentuh mainan tegak

kembali tanpa bantuan orang lain

Duduk di matras menyentuh mainan yang diletakan

45° di sebelah kanan belakang kembali ke posisi

awal

Duduk di matras menyentuh mainan yang diletakan

45° di sebelah kiri belakang kembali ke posisi awal

Duduk di sebelah kanan: tahan, lengan rileks 5 detik

Duduk di sebelah kiri: tahan, lengan rileks 5 detik

Duduk di matras: membungkuk menuju posisi

Page 35: BAB 2 fix (1)

41

31

32

33

34

35

36

37

tengkurap gerakan dikontrol

Duduk di matras, kaki diletakan di depan: ke posisi

four point ke kanan

Duduk di matras, kaki diletakan di depan: ke posisi

four point ke kiri

Duduk di matras: berputar 90° tanpa bantuan lengan

Duduk di bangku: tahan lengan dan kaki rileks, 10

detik

Berdiri: melakukan gerakan duduk di atas bangku

kecil

Di lantai: melakukan gerakan duduk di atas bangku

kecil

Di lantai: melakukan gerakan duduk di atas bangku

besar

(3) Merangkak dan berlutut

2.4 tabel pemeriksaan GMFM merangkak dan berlutut

No Gerakan Skor 0- 3

38

39

40

41

Tengkurap: merangkak ke depan 1,8 meter

4point: tahan, berat badan dibebankan pada tangan

dan lutut 10 detik

4point: melakukan gerakan duduk dengan lengan

bebas

Tengkurap: ke posisi 4 point, berat bedan dibebankan

Page 36: BAB 2 fix (1)

42

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

pada tangan dan lutut

Poin 4: lengan kanan lururs ke depan, tangan

diangkat melebihi bahu

Poin 4: lengan kiri lurus ke depan, tangan diangkat

melebihi bahu

Poin 4: merangkak atau maju ke depan 1,8 meter

Poin 4: merangkak bergantian ke depan 1,8 meter

Poin 4: merangkak naik 4 langkah dengan tumpuan

tangan dan lutut

Poin 4: merangkak turun 4 langkah dengan tumpuan

tangan dan lutut

Duduk di matras: high knocking dengan bantuan

lengan, tahan, lengan rileks 10 detik

High knocking: ke posisi half knocking dengan

tumpuan lutut dan lengan kanan tahan, lengan rileks

10 detik

High knocking: ke posisi half knocking dengan

tumpuan lutut dan lengan kiri tahan, lengan rileks 10

detik

High knocking: lutut maju ke depan 10 langkah,

lengan rileks

(4) Berdiri

2.5 tabel pemeriksaan GMFM berdiri

Page 37: BAB 2 fix (1)

43

No Gerakan Skor 0- 3

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

Dilantai: bangun, berdiri di meja besar

Berdiri: tahan lengan rileks 3 detik

Berdiri: berpegangan pada meja besar, dengan satu

tangan, angkat kaki kanan 3 detik

Berdiri: berpegangan pada meja besar, dengan satu

tangan, angkat kaki kiri 3 detik

Berdiri: tahan, lengan rileks 20 detik

Berdiri: angkat kaki kiri, lengan rileks 10 detik

Berdiri: angkat kaki kanan, lengan rileks 10 detik

Duduk di meja kecil: berdiri tanpa bantuan tangan

High knocking: bangun dari posisi high knocking

dengan lutut kanan tanpa bantuan lengan

High knocking: bangun dari posisi high knocking

dengan lutut kiri tanpa bantuan lengan

Berdiri: bergerak ke posisi duduk di lantai, gerakan

dikontrol

Berdiri: jongkok, lengan rileks

Berdiri mengambil benda dari lantai, lengan rileks,

kembali ke posisi berdiri

(5) Berjalan, berlari dan melompat

2.6 tabel pemeriksaan GMFM berjalan, berlari dan melompat

No Gerakan Skor 0- 3

Page 38: BAB 2 fix (1)

44

65

66

67

68

69

70

71

72

73

74

75

76

77

78

Berdiri, kedua tangan di atas bangku besar, bergerak

5 langkah ke kanan

Nerdiri, kedua tangan di atas bangku besar, bergerak

5 langkah ke kiri

Berdiri, kedua tangan dipegang: berjalan ke depan 10

langkah

Berdiri, 1 tangan dipegang: berjalan ke depan 10

langkah

Berdiri, berjalan ke depan 10 langkah

Berdiri: berjalan ke depan 10 langkah, berhenti,

berbalik 180° kembali

Berdiri: mundur 10 langkah

Berdiri: berjalan ke depan 10 langkah, membawa

benda besar dengan kedua tangan

Berdiri: berjalan ke depan 10 langkah tanpa berhenti

di antara dua garis lurus 20 cm

Berdiri: berjalan ke depan 10 langkah tanpa berhenti

di antara dua garis lurus 2 cm

Berdiri: melangkah di atas stik pada level lutut, kaki

kanan memimpin

Berdiri: melangkah melewati tongkat setinggi lutut,

kaki kiri dulu

Berdiri: berlari 4,5 meter, berhenti dan kembali

Berdiri: menendang bola dengan kaki kanan

Page 39: BAB 2 fix (1)

45

79

80

81

82

83

84

85

86

87

88

Berdiri: menendang bola dengan kaki kiri

Berdiri: melompat 30 cm, kedua kaki bersamaan

Berdiri: melompat ke depan 30cm, kedua kaki

bersamaan

Berdiri: di atas kaki kanan melompat dengan kaki

kanan 10kali dalam lingkaran 60cm

Berdiri: di atas kaki kiri melompat dengan kaki

kanan 10kali dalam lingkaran 60cm

Berdiri, memegang 1rail, naik 4 langkah memegang

1 rail memutar kaki

Berdiri, memegang 1 rail, turun4 langkah memegang

1 rail memutar kaki

Berdiri, naik 4 langkah, kaki diputar

Berdiri, turun 4 langkah, kaki diputar

Berdiri di anak tangga 15cm, melompat turun, kedua

kaki bersamaan

Sumber : bambang trisnowiyanto, 2012: 21

2.4.3 Diagnosis Fisioterapi

2.9.3.1 Impairment

Pada kasus CP tipe quadriplegia ini kan didapatkan masalah adanya

keterbatasan LGS pada 4 anggota gerak klien, adanya kekakuan atau spastisitas

pada sendi 4 anggota gerak serta adanya keterbatasan LGS. (miller, freeman,

2007:76)

Page 40: BAB 2 fix (1)

46

2.9.3.2 Functional Limitation

Untuk kasus CP tipe quadriplegia ini, diketahui memilki masalah pada

aktifitas fungsionalnya yang tidak bisa berkembang secara normal. Dalam hal

tersebut CP tipe ini akan kesulitan untuk berguling, duduk, merangkak, berdiri

dan berjalan. Hal tersebut klien akan kehilangan pola gerakan yang seharusnya

terdapat sesuai dengan pertumbuhan normalnya. Selain itu dalam usia dewasa

akan kesulitan dalam perawatan diri. (miller, freeman, 2007:77)

2.9.3.3 Disability

Pada hal gangguan terhadap aktifitas sosial klien, ditentukan sesuai

kelompok umur. Pada umur klien di bawah usia 5 tahun akan memilki gangguan

berkomunikasi dengan teman suumurnya, sulit untuk bermain dengan lingkungan

sekitarnya. Sedangkan dalam usia dewasa atau usia sekolah maka klien dengan

CP tipe quadriplegia akan memilki kesulitan untuk bersosial di lingkungan sekitar

karena keterbatasan yang dimilki. (Alexander, Michael A dan dennis J.

Matthews,2002:45 )

2.4.4 Tujuan Fisioterapi

Tujuan yang harus dicapai dalam penanganan kasus CP tipe quadriplegia

ini adalah membantu klien untuk memilki LGS yang normal, mengurangi

spastisitas pada 4 anggota gerak klien, membantu klien untuk bisa untuk

melakukan aktifitas normalnya sesuai pertumbuhan dan perkembangan serta

membantu klien untuk bisa menaikan percaya diri. (cooper, grant ,2007:78)

Page 41: BAB 2 fix (1)

47

2.4.5 Intervensi Fisioterapi

2.4.5.1 Latihan Range Of Motions (ROM)

Teknik dasar yang digunakan untuk pemeriksaan gerakan dan untuk

memulai gerakan menjadi program intervensi terapeutik. Gerakan yang diperlukan

untuk mencapai kegiatan fungsional dapat dilihat, di bentuk yang paling

sederhana, seperti otot atau kekuatan eksternal bergerak tulang dalam berbagai

pola atau rentang gerakan (Kisner, Carolyn, 2007 :44). Tulang bergerak dengan

tulang satu sama lain di yang menghubungkan sendi. Struktur sendi serta

integritas dan fleksibilitas dari jaringan lunak yang ada sendi, mempengaruhi

jumlah gerak yang dapat terjadi antara dua tulang. Gerak penuh mungkin disebut

rentang gerak (ROM). Ketika menggerakan ROM, semua struktur yang

terpengaruh antara lain adalah otot, permukaan sendi, kapsul, ligamen, fasciae,

dan saraf. Untuk menggambarkan berbagai sendi, istilah-istilah seperti fleksi,

ekstensi, adduksi, abduksi dan rotasi digunakan. Rentang gerak sendi biasanya

diukur dengan sebuah goniometer. Banyak faktor yang dapat menyebabkan

penurunan ROM, seperti sistemik, sendi, saraf, otot atau penyakit, bedah atau

trauma bahkan hanya tidak aktif atau imobilisasi. Kegiatan ROM yang diberikan

bertujuan untuk menjaga mobilitas sendi dan jaringan lunak sehingga

meminimalkan hilangnya kekakuan jaringan dan pembentukan kontraktur.

Ada tiga macam latihan LGS, yaitu latihan pasif (pasif exercise- PROM),

latihan aktif (aktif exercise- AROM) dan latihan aktif dengan bantuan (Aktif-

Assistive- A-AROM). Dalam melakukan latigan ROM ini terdapat hal yang tidak

bisa dilakukan apabila mengganggu proses penyembuhan (kontraindikasi), adanya

rasa sakit yang bertambah, gerakan yang dilakukan semakin menciderai klien.

Page 42: BAB 2 fix (1)

48

Selain itu ada beberapa hal yang harus diketahui sebelum melakukan ROM ini,

antara lain tentukan kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam ROM

aktivitas, apakah PROM, A-AROM, atau AROM dapat memenuhi tujuan

langsung, tentukan jumlah gerak yang dapat dilakukan dengan aman saat

diterapkan, putuskan apa pola terbaik yang dapat memenuhi tujuan, memantau

kondisi umum pasien dan tanggapan selama dan setelah pemeriksaan dan

intervensi dan catat setiap perubahan dalam tanda-tanda vital, setiap perubahan

dalam suhu dan warna segmen serta setiap perubahan dalam rasa sakit saat ROM

atau kualitas gerakan dan juga mencatat hasil latihan. Dalam pelaksanaanya ada

hal yang harus dilakukan, antara lain berkomunikasi dengan pasien atau

keluarganya, jelaskan rencana dan metode yang dilakukan dan tujuan, bebaskan

daerah dari pakaian ketat, linen, splints, dan dressing, posisikan pasien dalam

posisi yang nyaman dengan tepat keselarasan tubuh dan stabilisasi tetapi juga

memungkinkan Anda untuk memindahkan segmen melalui ROM yang tersedia,

posisikan diri Anda sehingga mekanika tubuh yang tepat dapat digunakan.

Penerapan latihan ROM :

1) Untuk mengontrol gerakan, pegang ekstremitas sekitar sendi. Jika sendi

yang menyakitkan, memodifikasi pegangan, masih menyediakan dukungan yang

diperlukan untuk kontrol.

2) Pindahkan segmen lengkap jangkauan bebas rasa sakit ke titik resistensi

jaringan. Jangan memaksa di luar jangkauan. Jika Anda memaksa gerak, itu

menjadi Teknik peregangan.

Page 43: BAB 2 fix (1)

49

3) Lakukan gerakan lancar dan berirama, dengan 5 sampai 10 pengulangan.

Jumlah pengulangan tergantung pada tujuan program dan kondisi pasien dan

respon terhadap pengobatan. (Carolyn, Kisner, 2007, 45)

2.4.5.2 Teknik Bobath

Adapula dengan penggunaan metode yang lain,seperti Teknik Bobath.

Berdasarkan konsep hirarki pemahamanpembangunan, pendekatan ini berfokus

pertama padamengoreksi normal badan melalui penggunaan berbagaigerakan

latihan, mendorong motoriknormalpola, dan positioning. Kedua, refleks primitif

abnormal ditanganimelalui penggunaan kepunahan oleh stimulationberulang.

Kemudian,Tujuan ketiga adalah untuk bekerja pada reaksi otomatis, seperti

menempatkan tangan didepan ketika jatuh diantisipasi seperti dalam respon

parasut. Contoh lainadalah leher fleksi sebagai anak yang jatuh ke belakang untuk

mencegah kepaladari memukul. pertama Aspek ini mencakuppenanganan anak

dalam pola gerakan normal dan menghindarinormal sikap. Pada awal dari teknik,

ada fokus besar pada gerakan ideal, sepertisebagai cara yang sempurna untuk

datang ke posisi duduk dari berbaring, namun, fokustelah baru-baru ini berada di

pola fungsional yang bekerja untuk anak.Teknik sensorik motoriksangat

bergantung pada rangsangan taktil untuk memfasilitasi pergerakan. Keseluruhan

tujuan dari terapi sensorik motorik adalah untuk mengaktifkan gerakan pada

otonomtingkat yang sama dengan bagaimana respon postural pada individu

normal diaktifkan. Aktivasi ini membutuhkan melapiskan mobilitas yang

diproduksi oleh otot dasar tanggapan ke stabilitas, yang dihasilkan oleh respon

otot tonik. Teknik motorik sensorik menggunakan serangkaian delapan

perkembangan jelas pola, dimana anak-anak untuk belajar secara berurutan. Pola-

Page 44: BAB 2 fix (1)

50

pola ini terlentang, berguling, leher kontraksi, duduk, merangkak, berdiri dan

berjalan.

Teknik- teknik yang termasuk didalamnya adalah The Ayers teknik yang

dilatih sebagai seorang ahli terapi okupasional. Tujuan dasar dari teknik terapi

adalah untuk mengajar anak-anak bagaimana mengintegrasikan umpan balik

sensoris mereka berguna dan tujuan tanggapan motorik. Pendekatan integrasi

sensorik mencoba untuk memiliki anak-anak mengakses dan mengintegrasikan

semua masukan sensorik mereka untuk menggunakan untuk keuntungan

fungsional. Kegiatan seperti menangkap bola di posisi yang berbeda dapat

digunakan sebagai cara untuk merangsang dan membutuhkan integrasi visual,

vestibular, dan sendi umpan balik sistem proprioception pada waktu yang sama.

Kemudian Teknik The Vojta adalah pendekatan ini diterapkan pada bayi muda

dan membutuhkan penilaian setiap bayi dengan mengidentifikasi empat tingkatan

koordinasi motorik sentral gangguan. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk

mencegah beresiko bayidari mengembangkan CP dan mengurangi efek atau

keparahan CP pada mereka. Terapi, Pendidikan, dan Modalitas Lain Pengolahan

yang mengembangkan gejala-gejala. Pengobatan dasar adalah dengan

menggunakan pemicu proprioseptifpoin pada batang dan ekstremitas untuk

memulai gerakan refleks, yang menghasilkan bergulir, merangkak, dan fungsi

spesifik lainnya. Selanjutnya adalah Doman-DelacatoTeori ini mengusulkan

bahwa selama pembangunan, kegiatan dewasa sepertikegiatan refleks mulai

pertama, dan bahwa kegiatan tersebut akan merangsang otak yang lebih tinggi

berfungsi untuk mengembangkan kegiatan. Selain itu, melakukan aktivitas sering

akan membekas pada otak dan merangsang otak untuk mengembangkan lebih

Page 45: BAB 2 fix (1)

51

tinggi berikutnya fungsi. Pengobatan bobath ialah perkembangan motoris yang

normal, dimana righting reaction dan keseimbangan merupakan faktor yang

sangat penting Prinsip pengobatannya ialah fasilitasi, inhibisi dan stimulasi.

1) Righting reaction

Reaksi yang pertama kali muncul pada anak ialah righting reaction yaitu

pada usia 10-12 bulan dan hilang pada usia 6 tahun. Yang termasuk righting

reaction ialah:

(1) Neck righting reaction

Dengan memutar kepala secara pasif atau aktif ke salah satu sisi dengan

posisi terlentang akan terjadi gerakan memutar ke samping atau miring.

(2) Labirinthing reaction

Reaksinya ialah menegakkan kepala dalam posisi tengkurap, muncul pada

usia 1-6 bulan

(3) Reaksi vaetibular

Reaksi mempertahankan kepala saat terlentang menuju keduduk

Body righting reaction (gerakan kepala). Mengatur posisi kepala diudara, timbul

saat kaki anak disentuhkan dilantai, yang diikuti tegaknya kepala.

(4) Body righting reaction (gerakan tubuh)

Terdapat pada anak usia 6-8 bulan. Modifikasi dari neck righting reaction.

Kepala diputar akan diikuti rotasi bahu, lalu diikuti rotasi pelvis atau sebaliknya.

Reaksi ini membantu anak tengkurap sendiri.

(5) Optical righting reaction

Reaksi untuk melihatm berkembang sesuai dengan kematangan usia anak.

2) Reaksi keseimbangan

Page 46: BAB 2 fix (1)

52

Diperlukan untuk mempertahankan posisi, mengatur dan menyesuaikan

sikap tubuh dan anggota gerak. Muncul saat usia 6 bulan. Reaksi ini kompleks

yang bekerja sama dengan sejumlah reaksi yaitu:

(1) Antigravity Mechanism

Disebut juga supporting reaction, untuk mempertahankan tubuh terhadap gravitasi

(2) Postural fiksasi

Memberikan fiksasi pada bagian tubuh, misalnya kepala dengan tubuh

(3) Counter posisi

Reaksi pengaturan posisi badan dan gerakan, sehingga memungkinkan gerakan

selama mempertahankan suatu posisi.

(4) Tilt reaction

Reaksi mempertahankan keseimbangan sewaktu diangkat dari bidang horizontal.

Mulai timbul usia 6 bulan.

(5) Protective reaction

Reaksi mencegah badan jatuh ke bawah, misalnya berdiri di dorong ke depan,

reaksi melangkah atau melompat ke depan. Selain reaksi tersebut juga perlu

diketahui ialah: reflex landau, ATNR, menggenggam, STNR. (Raine, Sue,

2009:45). Prinsip yang digunakan sebagai pelaksanaan latihan terhadap klien CP

tipe quadriplegia adalah

1) Inhibisi

Ialah menghambat pola gerak abnormal maupun sikap tubuh abnormal.

Tekniknya di sebut RIP (Refleks inhibisi postur), misalnya spastisitus ekstensor,

anak diposisikan ke fleksi

Page 47: BAB 2 fix (1)

53

2) Fasilitasi

Upaya memberikan kemudahan, disini di berikan fasilitasi adalah posisi

dan gerakan yang lebih normal.

3) Stimulasi

Biasanya diberikan pada kasus hypotonic. Tekniknya berupa kompresi,

tapping atau stroking, juga bisa dengan goresan es.

4) Key point of control (KPOC)

Tempat tertentu yang paling efektif memberikan inhibisi, fasilitasi maupun

stamulasi. Biasanya sendi proksimal, misalnya panggul, bahu dan sebagainya,

meskipun tempat-tempat lain juga bisa di gunakan.

Program latihan yang digunakan untuk klien CP tipe quadriplegia adalah :

1) Fasilitasi berguling.

Anak dengan CP tipe quadriplegia akan diberikan latihan untuk

melakukan gerakan memutar agar dapt berguling. Hal tersebut dilakukan untuk

membantu klien untuk dapat melakukan dengan sendirinya kemudian dan

dilakukan agar klien dapat melakukan fungsionalnya sesuai dengan pertumbuhan.

2) Fasilitasi duduk dari tengkurap.

Diberikan latihan duduk pada klien agar dapat melakukan fungsional

secara mandiri. Dengan teknik fasilitasi diharapkan klien dapat belajar dengan

Page 48: BAB 2 fix (1)

54

bertahap ke posisi duduk tegak. Disinilah peran fisioterapi sangat penting untuk

membantu fungsional klien.

3) Fasilitasi dalam posisi merangkak.

Pada tahap latihan ini klien diajarkan untuk dapat melakukan gerakan

merangkak dari posisi awal duduk. Pada tahap ini fisioterapi hanya memfasilitasi

gerakan klien yang melatih secara bertahap untuk dapat merangkak secara

mandiri.

4) Fasilitasi dan atau stabilisasi posisi duduk.

Klien pada tahap ini memulai untuk melakukan latihan duduk dari posisi

awal merangkak. Latihan ini merupakan lanjutan program latihan yang

sebelumnya. Latihan ini seperti latihan untuk klien agar dapat melakukan

fungsionalnya mandiri. Sehingga hasil yang diharapkan adalah klien dapat duduk

sendiri tanpa adanya bantuan atau sokongan dari orang lain.

5) Berdiri dengan bantuan atau sandaran dan berjalan.

Dari lanjutan program latihan tersebut diharapkan hasil akhirnya adalah

dapat berdiri serta berjalan. Latihan fungsional ini merupakan latihan yang

berlanjutan yang mana fungsi akhirnya klien melakukan fungsional secara mandiri

tanpa bantuan orang lain atau meminimalkan bantuan dari luar dirinya. (Raine,

sue, 2008:78)

Page 49: BAB 2 fix (1)

55

2.4.5.3 Functional Electrical Stimulation

Stimulasi listrik selalu menjadi modalitas dasar terapi fisik praktek. Listrik

di anak-anak CP bisa distimulasi dengan saraf listrik transkutan stimulasi (TENS).

Stimulasi listrik fungsional berarti listrik stimulasi dilakukan dengan tujuan

menyebabkan kontraksi otot fungsional. Utama penggunaan FES pada anak

dengan CP adalah perpanjangan pergelangan tangan dan pergelangan kaki. Otot

juga dapat diaktifkan dengan merangsang transcutaneously atau melalui kabel

perkutan. Stimulasi listrik Terapi (TES) adalah penggunaan stimulasi listrik

bawah tingkat di mana kontraksi otot terjadi.(Grant, cooper, 2007:46)

Pada penggunaan stimulus ini terdapat parameter penggunaan alat yang

sesuai dengan tujuannya adalah membantu mengkontraksikan otot klien dan

memberikan stimulus terhadap otot agar terlatih untuk difungsikan secara mandiri.

Parameter itu sebagai berikut :

Tabel 2.7 parameter penggunaan NMES (Cameron, Michelle H, 2009:216)

Tujuan Frekuensi Durasi

pulse

Amplitud

o

On:off

Times and

Ratio

Ramp

time

Treatment

Time

Times

per

day

Muscle

reeduc

ation

35-50 pps 150-200

µs untuk

otot

kecil,

200-350

µs untuk

Cukup

untuk

melakuka

n aktifitas

fungsional

Tergantung

pada

aktifitas

fungsional

Paling

tidak 2

detik

Tergantung

pada

aktifitas

fungsional

Tidak

berlaku

Page 50: BAB 2 fix (1)

56

otot

besar

2.4.6 Evaluasi

Dalam melakukan evaluai pada kasus CP tipe quadriplegia terdapat hal

yang harus di evaluasi. Evaluasi itu mencakup tentang fungsional klien, motorik

yang dimilki klien sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan. Dalam usia

dewasa bisa dilihat dari bagaimana klien beraktifitas di lingkungan dan di sekolah,

bagaimana ketrampilan yang dimilki serta komunikasi klien terhadap ligkungan

(Alexander, Michael A dan dennis J. Matthews ,2010:23 )