askep tonsilitis kelompok 1

24
TONSILITIS KONSEP DASAR MEDIS A. DEFINISI Tonsilitis adalah : Penyakit radang pada tonsil yang dapat menyerang pada semua umur. (Diagnosa Nanda,NIC NOC 2007-2008) Frekwensi tonsillitis akut sangat sering terjadi pada anak-anak.Tonsilitis kronis kurang umum dan mungkin disalah artikan dengan kelainan lain seperti alergi,asma dan sinusitis.(BOIES,Buku Ajar Penyakit THT,EGC,1997 ) Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara, Imam, 2006). Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000). Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan gambaran karet busa, bentuk

Upload: luciacornelia6492

Post on 31-Jul-2015

352 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Tonsilitis Kelompok 1

TONSILITIS

KONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISI

Tonsilitis adalah : Penyakit radang pada tonsil yang dapat menyerang

pada semua umur.(Diagnosa Nanda,NIC NOC 2007-2008)

Frekwensi tonsillitis akut sangat sering terjadi pada anak-

anak.Tonsilitis kronis kurang umum dan mungkin disalah artikan dengan

kelainan lain seperti alergi,asma dan sinusitis.(BOIES,Buku Ajar Penyakit

THT,EGC,1997 )

Tonsilitis adalah suatu penyakit yang dapat sembuh sendiri

berlangsung sekitar lima hari dengan disertai disfagia dan demam (Megantara,

Imam, 2006).

Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman

streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridons dan streptococcus

pygenes, dapat juga disebabkan oleh virus (Mansjoer, A. 2000).

Tonsil tidak mampu untuk mengalami resolusi lengkap dari suatu

serangan akut kripta mempertahankan bahan purulenta dan kelenjar regional

tetap membesar akhirnya tonsil memperlihatkan pembesaran permanen dan

gambaran karet busa, bentuk jaringan fibrosa, mencegah pelepasan bahan

infeksi (Sacharin, R.M. 1993).

Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri

kelompok A streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh

bakteri jenis lain atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).

Tonsilitis adalah suatu peradangan pada hasil tonsil (amandel), yang

sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak (Firman sriyono, 2006,

2006).

Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi

(Harnawatiaj, 2006).

Page 2: Askep Tonsilitis Kelompok 1

B. ANATOMI FISIOLOGI

Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan

(esophagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel).

Tonsil

Merupakan kumpulan jaringan limfosit yang terletak di kanan dan kiri faring

di antara tiang – tiang leung fauces. Tonsil di jelajahi pembuluh darah dan

pembuluh limfe serta mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi

membrane mukosa yang bersambung dengan bagian bawah faring. Permukaan

ini penuh dengan lekukan dan ke dalam lekukan yang banyak ini sejumlah

besar kelenjar penghasil mucus menuangkan sekresinya. Mucus ini

mengandung banyak limfosit. Dengan demikian tonsil bekerja sebagai garis

depan pertahanan dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut, dan

tenggorokan. Meskipun demikian tonsil bisa gagal menahan infeksi, yaitu

ketika terjadi tonsillitis (peradangan tonsil)

(Pearce, 2004; 181)

C. ETIOLOGI

Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta

hemolyticus, Streptococcuc, viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai

penyebab terbanyak, selain itu dapat juga disesbabkan oleh Corybacterium

diphteriae, namun dapat juga disebabkan oleh virus (Mansyjoer, 2001).

Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri

streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang

bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap

infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga

membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

Page 3: Askep Tonsilitis Kelompok 1

Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut

paling sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.

1. Pneumococcus

2. Staphilococcus

3. Haemalphilus influenza

4. Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.

Page 4: Askep Tonsilitis Kelompok 1

C. Klasifikasi

Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006)

1. Tonsillitis akut

Disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan

streptococcus piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.

2. Tonsilitis falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi

bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus.

Detritus ini terdapat leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-

sisa makanan yang tersangkut.

Page 5: Askep Tonsilitis Kelompok 1

3. Tonsilitis Lakunaris

Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)

permukaan tonsil.

4. Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)

Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut

menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang

dan berwarna putih kekuning-kuningan.

5. Tonsilitis Kronik

Tonsillitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok,

makanan) pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan

hygiene mulut yang buruk.

D. TANDA DAN GEJALA

Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan

merasa sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai

dengan trismus (kesulitan membuka mulut). Bila laring terkena, suara akan

menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil

membengkak, hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang

detritus berdekatan menjadi sati (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane

semu. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak

melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan,

terutama pada anak-anak.

Pembesaran adenoid dapat menyebabkan pernafasan mulut, telinga

mengeluarkan cairan, kepala sering panas, bronchitis, nafas baud an

pernafasan bising.

Page 6: Askep Tonsilitis Kelompok 1

E. PEMERIKSAAN / EVALUASI DIAGNOSTIK

1. TesLaboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada

dalam tubuh pasien merupkan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan

demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam kejang

2. Pemeriksaanpenunjang

Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

3. Terapi

Dengan menggunakan antibiotic spectrum lebardan sulfonamide, antipiretik,

dan obat kumur yang mengandung desinfektan.

F. TONSILEKTOMI

Pembesaran tonsil jarang merupakan indikasi untuk pengakalan

kebanyakan anak-anak mempunyai tonsil yang besar, yang ukuranya akan

menurun sejalan dengan perlambatan usia.

Tonsilektomi dilakukan hanya jika pasien mempunyai masalah-masalah

berikut :

1. Menderita tonsillitis berulang

2. Hipertrifi tonsil dan adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi.

3. Serangan otitis media purulens berulang.

4. Diduga kehilangan pendengaran akibat otitis media serosa yang terjadidalam

kalbunya dengan pembasaran konal dan adenoid.

5. Kecurigaan keganasan tonsil pada orang dewasa muda dan dewasa.

6. Indikasi khusus anak adalah tonsillitis rekurens yang kambuh lebih dari 3 kali,

hyperplasia setelah infeksi mononukleus dan riwayat demam rheumatik

dengan gangguan jantung yang berhubungan dengan tonsillitis kronik yang

sukar diatasi dengan antibiotic.

7. Tonsilektomi pada orang dewasa dapat dikerjakan dalam narkose atau dengan

anestesi local, pada anak biasanya dilakukan dalam narkose.

Page 7: Askep Tonsilitis Kelompok 1

G. PATOFISIOLOGI / PATHWAY

Bakteri(dalam udara & makanan)

Virus(dalam udara & makanan)

Peradangan tonsil Prod. Secret berlebih

Tonsillitis

Pembesaran tonsilPeningkatan suhu tubuh

Bersihan jln nafas tidak efektif

Benda asing di jln nafasDiproses

Obst. Jln nafas

Obs. mekanik

Kekurangan vol. cairan

Bersihan jln nafas tdk efektif Resiko kerusakan menelan

Gangguan rasa nyaman (nyeri)

Tonsilektomi

anoreksia

Kurang pemahaman Resiko perdarahan

Resiko perub. Nutrisi kurang dari kebutuhan

Kurang pengetahuan Darah di sal. nafas

Bersihan jln nafas tidak efektif

Page 8: Askep Tonsilitis Kelompok 1

H. PENATALAKSANAAN

Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan

dan status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu

dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan

kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu

makan / anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan

operatif (tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari

perluasan infeksi, sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic,

obat kumur dan vitamin C dan B.

Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu

diperlukan karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling

memberikan kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk

memungkinkan drainage dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan

nafas oral tidak dilepaskan sampai pasien menunjukkan reflek menelanya

telah pulih.

Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah

atau berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi

dan pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah.

Perawat harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt

operasi terhadap perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung

dan basin pembuang. Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang

operasi, dilakukan anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika

tidak terjadi perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien

diinstruksikan untuk menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini

akan menyebabkan nyeri tengkorak.

Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan

larutan normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang

kental yang mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama

beberapa hari serbet dan gelatin adalah makanan yang dapat diberikan.

Makanan pedas, panas, dingin, asam atau mentah harus dihindari. Susu dan

Page 9: Askep Tonsilitis Kelompok 1

produk lunak (es krim) mungkin dibatasi karena makanan ini cenderung

meningkatkan jumlah mucus yang terbentuk.

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Keluhan utama

Nyeri telan, sakit tenggorok, serak, demam

2. Riwayat penyakit sekarang

Menetapkan kapan gejala mulai timbul, apa yang menjadi

pencetusnya, apa jika ada yang dapat menghilangkan atau

meringankan

3. Riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kelahiran, riwayat imunisasi,

penyakit yang pernah diderita, riwayat alergi, ataupenyakit yang

timbul bersamaan

4. Aktivitas / Istirahat

a. Gejala: kelelahan, kelemahan.

b. Tanda: takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas

5. Nyeri/ketidaknyamanan

a. Gejala: nyeri telan dan nyeri tekan.

b. Tanda: perilaku distraksi, misal gelisah

6. Pernapasan

a. Gejala: napas pendek, kesulitan bernapas.

b. Tanda: dispnea, batuk, pernapasan dangkal, stridor

7. Keamanan

a. Gejala: riwayat infeksi virus, jamur, bakteri, penurunan system

imun.

b. Tanda : demam

Page 10: Askep Tonsilitis Kelompok 1

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan bafas tidak efektif berhubungan dengan dengan

obstruksi nafas karena adanya benda asing; produksi secret berlebih.

2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan jaringan; insisi bedah

3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

dengan anoreksia ; kesulitan menelan.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemahaman,

pemajaran / mengingat.

5. Resiko kekurangan vol. cairan berhubungan dengan resiko perdarahan

akibat tindakan operatif tondilektomi.

Page 11: Askep Tonsilitis Kelompok 1

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN TONSILITIS

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIAHASIL

INTERVENSI RASIONALISASI

1 Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......... diharapkan suhu tubuh menjadi normal dengan kriteria:Suhu tubuh 37 -37,5 derajatTidak menggigilTurgor elastis

1.Observasi suhu tubuh ( derajat dan pola) perhatikan menggigil atau tidak

2.Observasi suhu lingkungan

3.Beri kompres hangat

4.Berikan asupan cairan yang adekuat

5.Anjurkan penggunaan kain, pakaian yang ketat yang dikenakan pasien

6.Kolaborasi dokter untuk pemberian anti piretik

1. Suhu 38,9 – 41,1 menunjukkan proses penyakit infeksius,pola demam dapat membantu dalam diagnosis

2. Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati normal

3. Dapat membantu mengurangi demam

4. Asupan yang adekuat membuat badan lebih segar sehingga panas akan turun

5. Untuk mempertahankan suhu tubuh pasien mendekati normal

6. Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus,meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi pertumbuhan organisme dan meningkatkan auto distruksi dari sel – sel yang terinfeksi

2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi nyeri (skala, 1. Untuk menentukan intervensi

Page 12: Askep Tonsilitis Kelompok 1

dengan pembengkakan tonsil keperawatan selama ..... diharapkan nyeri berkurang sampai hilang dengan kriteria:Wajah rileksTekanan darah normal

intensitas,kedalaman, frekuensi)

2. Berikan posisi tidur yang nyaman ( sokong kepala dan leher dengan bantal)

3. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan saliva dengan hati - hati bila tidak mampu menelan

4. Kolaborasi dokter untuk pemberian analgetik

yang tepat

2. Kelemahan otot diakibatkan oleh tindakan pembedahan, kurang sokongan mengakibatkan ketidaknyamanan

3. Menelan menyebabkan aktifitas otot, yang dapat menimbulkan nyeri karena oedem

4. Derajat nyeri sehubungan dengan inflamasi dapar berkurang dengan pemberian analgetik

Page 13: Askep Tonsilitis Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn E (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Jakarta : EGC

Mansjoer, et all. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC

Sjamsuhidajat ; R & Jong, W.D. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta ; EGC

Smeltzer, Suzanne & Bare, B E. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, ed. 8. Jakarta ; EGC

Page 14: Askep Tonsilitis Kelompok 1

Konsep Advokasi Dan Legal Etik Keperawatan Terkait Dengan Penyakit

Perawat memiliki peran sebagai advokat klien dalam menjalankan tugas

keperawatannya, salah satunya yaitu terkait dengan pasien yang memiliki masalah

penyakit tonsilitis. Dalam hal ini perawat bertanggung jawab untuk memberikan

informasi menyeluruh terkait dengan penyakit tersebut termasuk alternative

tindakan dan sumber pembiayaan (mencari asuransi pemerintah misalnya

Jamkesda, Jamkesta, dll) ketika diperlukan tindakan pembedahan.

Dari segi legal keperawatan, apabila akan dilakukan tindakan keperawatan

maupun medis maka harus memintakan inform consent sebelumnya.

Dari segi moral etik kepererawatan yang terkait dengan kasus tersebut yaitu :

a. Memberikan kebebasan kepada pasien/keluarga untuk memilih dan

memutuskan tindakan yang akan dilakukan.

b. Kejujuran memberikan informasi tentang penyakit dan factor yang terkait

misalnya menyangkut ekonomi keluarga.

Page 15: Askep Tonsilitis Kelompok 1

JURNAL TERKAIT

LAMPIRAN JURNAL

PERIKARDITIS KONSTRIKTIF: KISAH SEORANG HATI DIBATASI

Abstrak:

Latar Belakang: Gejala dari perikarditis konstriktif mungkin spesifik,

menyesatkan dan dapat menunda atau mengarah ke diagnosis yang salah.

Kasusklinis: Kami menyajikan kasus seorang pria 28 tahun yang dirawat di

rumah sakit dengan dispnea progresif, nyeri dada dan sejarah dari 25 kg berat

badan selama 2 tahun terakhir. Dia dievaluasi pada fasilitas lain dan presentasi

klinis mengarah ke diagnosis yang keliru penyakit hati primer (sirosis dan

hipertensi portal). Pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa ia dispnea, kurus, telah

menandai distensi vena frontalis nya kranial, bunyi jantung berkurang, asites

masif dan edema kaki. Tes laboratorium melaporkan tes fungsi hati yang

abnormal dan ascites paracentesis chylous perut. Elektrokardiogram menunjukkan

irama sinus dengan perubahan repolarisasi umum tegangan rendah dan tidak

spesifik. Ukuran jantung normal pada radiografi dada. Ekokardiografi Doppler

dilatasi atrium bilateral melaporkan, sebuah perikardium menebal dan

perlambatan waktu singkat aliran transmitral. Sebuah perikardium menebal dan

kalsifikasi terlihat pada CT scan. Pericardiectomy dilakukan. Poliuria spontan

diamati selama dan setelah operasi dengan perbaikan berikutnya asites dan edema.

Perikardium ditemukan menjadi terlalu menebal dan meradang.

Kesimpulan: Clinician harus menyadari dari program lambat dan progresif

kegagalan ventrikel kanan, serta untuk mengenali perikarditis konstriktif sebagai

penyebab kronis aspek hemodinamik ascites.The dari penyakit ini sangat penting

untuk diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.

sumber :http://web.ebscohost.com/ehost/detail?sid=8f00d84c-32b5-4644-9d9e-

9cedb802acb0%40sessionmgr104&vid=24&hid=127&bdata=JnNpdGU9ZWhvc3

QtbGl2ZQ%3d%3d#db=mnh&AN=21167101

Page 16: Askep Tonsilitis Kelompok 1

LAPORAN

PBL KASUS I : PERIKARDITIS

Disusun Oleh :

KELOMPOK I

PROGRAM STUDI S1/B KEPERAWATAN

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2012

Page 17: Askep Tonsilitis Kelompok 1

ANGGOTA KELOMPOK

1. ANTONIUS YOGI PRATAMA 1103001

2. BRAHMONO WIDIHARTO 1103004

3. CHICHILIA NUR ASIH 1103005

4. EKO WIDAYANTO 1103008

5. ELI SAMAN FITRY 1103009

6. HARTATI 1103011

7. LUCIA CORNELIA RETNO W 1103013

8. NILA SARI CANDRA 1103017

9. NOVI AYU LESTARI 1103018

10. OKTALIA DAMAR P 1103019

11. SIJITRA 1103022

12. SUNAWAN BUDI UTOMO 1103023

13. VICTORINI EVELIN 1103025