askep tonsilitis

54
BAB I PENDAHULUAN 1. A. LATAR BELAKANG Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium. Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis. 1. B. TUJUAN 2. Tujuan Umum Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan tonsilitis secara komprehensif. 1. Tujuan khusus Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien tonsilitis Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien tonsilitis Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan yang timbul pada klien tonsilitis BAB II

Upload: eka-sasmita

Post on 22-Jan-2016

862 views

Category:

Documents


43 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Tonsilitis

BAB I

PENDAHULUAN

1. A.     LATAR BELAKANG

Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari

jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian

organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok.

Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil

faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak

dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium. Tonsillitis sendiri adalah

inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Oleh

karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis,

prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien

tonsilitis.

 

1. B.     TUJUAN

2. Tujuan Umum

Mengaplikasikan ilmu yang sudah didapat secara nyata dalam memberikan

asuhan keperawatan pada klien dengan tonsilitis secara komprehensif.  

1. Tujuan khusus

Mampu melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada klien tonsilitis

Mampu menganalisa dan menentukan masalah keperawatan pada klien

tonsilitis

Mampu melakukan intervensi dan implementasi untuk mengatasi masalah

keperawatan yang timbul pada klien tonsilitis

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

Page 2: Askep Tonsilitis

1. 1.      DEFENISI

Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri atau

kuman streptococcusi beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus

pyogenes dapat juga disebabkan oleh virus.

 

1. 2.      ETIOLOGI

Tonsilitis disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus beta hemolyticus,

Streptococcuc, viridans dan Streptococcuc pyrogen sebagai penyebab terbanyak,

selain itu dapat juga disesbabkan oleh Corybacterium diphteriae, namun dapat juga

disebabkan oleh virus (Mansyjoer, 2001).

Faktor predisposis adanya rangsangan kronik (rokok, makanan), pengaruh cuaca,

pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan higiene, mulut yang buruk.

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections)

Etiologi menurut Mansjoer (2001) etiologi tonslitis adalah :

a. Streptokokus Beta Hemolitikus

Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat

berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi

saluran nafas akut.

b. Streptokokus Pyogenesis

Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang

tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A.

Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada

manusia berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit.

c. Streptokokus Viridans

Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal

yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans

memiliki kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang

memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang

rusak.

d. Virus Influenza

Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus influenza).

Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada manusia gejala

umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung

tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapat menyebabkan

terjadinya pneumonia.

Page 3: Askep Tonsilitis

 

1. 3.      KLASIFIKASI

1) Tonsilitis Akut

Tonsilitis Akut disebabkan oleh streptococcus pada hemoliticus, streptococcus

viridians, dan streptococcus pyogene, dapat juga disebabkan oleh virus.

2) Tonsilitis Falikularis

Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi bercak

putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat leukosit,

epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.

3) Tonsilitis Lakunaris

Bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.

4) Tonsilitis Membranosa (Septis Sore Throat)

Eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut menyerupai

membran. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan berwarna putih

kekuning-kuningan.

5) Tonsilitis Kronik

Tonsilitis yang berluang, faktor predisposisi : rangsangan kronik (rokok, makanan)

pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut

yang buruk.

 

1. 4.      PATOFISIOLOGI

Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas, akan

menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem

limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan

terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat

menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan

dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada

tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam

tinggi bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga. (Nurbaiti 2001).

 

1. 5.      TANDA DAN GEJALA

Merah dan atau bengkak amandel

Putih atau kuning patch pada amandel

Tender, kaku, dan atau leher bengkak

Sakit tenggorokan

Page 4: Askep Tonsilitis

Sulit menelan makanan

Batuk

Sakit kepala

Sakit mata

Tubuh sakit

Otalgia

Demam

Panas dingin

Hidung mampet

 

1. 6.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

ü  Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan bakteri apakah yang ada dalam

tubuh pasien dan juga disertai dengan demam.

ü  Pemeriksaan Penunjang

Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

Terapi Menggunakan antibiotic spectrum lebar dan sulfonamide, antipiretik, dan obat

kumur yang mengandung desinfektan.

 

1. 7.      PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Medis

1) Antibiotik baik injeksi seperti cefotaxim, penisilin, amoksilin, eritromisin dan lain-

lain.

2) Antiperetik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.

3) Apabila penyakit tonsil sudah kronis harus dilakukan tindakan operatif

(tonsilektomi) karena penyakit tonsilitis yang sudah kronis akan terjadinya

pembesaran pada tonsil sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas karena jalan

nafas yang tidak efektif sehingga harus dilakukan tindakan tonsilektomi.

Penatalaksanaan Keperawatan

1) Kompres dengan air hangat 

2) Istirahat yang cukup

Page 5: Askep Tonsilitis

3) Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat.

4) Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

 

1. PENGKAJIAN

1. Wawancara

a. Kaji identitas klien

b. Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya dan penyakit keluarga (tonsillitis)

c. Apakah pengobatan adekuat

d. Kapan gejala itu muncul

e. Apakah mempunyai kebiasaan merokok

Page 6: Askep Tonsilitis

f. Bagaimana pola makannya

1. Apakah rutin / rajin membersihkan mulut

2. Pemeriksaan fisik

. Aktivitas / istirahat

Gejala :

 - kelemahan

 - kelelahan (fatigue)

b. Sirkulasi

Tanda : 

 - Hiperfentilasi (respons terhadap aktivitas)

c. Integritas Ego

Gejala :

 - Stress

 - Perasaan tidak berdaya

Tanda :

- Tanda- tanda ansietas, mual : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit.

d. Eliminasi

Gejala :

 - Perubahan pola berkemih

Tanda :

 - Warna urine mungkin pekat

e. Makanan dan cairan

Gejala :

 - Anoreksia

 - Masalah menelan

Tanda :

 - Membran mukosa kering

– Turgor kulit jelek

f. Nyeri / kenyamanan

Gejala :

Page 7: Askep Tonsilitis

- Nyeri pada daerah tenggorokan saat digunakan untuk menelan.

– Nyeri tekan pada daerah sub mandibula.

– Faktor pencetus : menelan ; makanan dan minuman yang dimasukkan melalui oral,

obat-obatan.

Tanda :

 - Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat, perhatian

menyempit.

 

1. 2.      DIAGNOSA

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil

Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil

 

 

 

 

 

1. 3.      INTERVENSI

2. Dx 1: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil

Tujuan : Suhu tubuh kembali normal

Kriteria hasil :

Suhu tubuh dalam rentang normal

Suhu kulit dalam batas normal

Nadi dan pernafasan dalam batas normal

Intervensi:

Pantau suhu pasien (derajat dan pola); perhatikan menggigil/ diafpresis

Rasional: Pada demam dapat membantu dalam diagnosis misal kurun demam lanjut

berkahir dari 24 jam.

Page 8: Askep Tonsilitis

Pantau suhu lingkungan, batasi tempat tidur sesuai indikasi

Rasional: Suhu ruangan harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati

normal dapat membantu mengurangi demam.

Berikan kompres mandi hangat

Rasional: Digunakan untuk mengurangi demam dengan sentralnya pada

hipotalamus.

 

1. Dx 2: Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil

Tujuan : Dapat hilang atau berkurang

Kriteria hasil :

ü  Mengenal faktor penyebab

ü  Mengenali serangan nyeri

ü  Tindakan pertolongan non analgetik

ü  Mengenali gejala nyeri

ü  Menunjukan posisi/ekspresi wajah rileks

Intervensi:

ü  Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10), frekuensi dan waktu.

Menandai non verbal, misal: gelisah, takikardi, meringis.

Rasional: Mengindikasi kebutuhan untuk intervensi dan juga tanda-tanda

perkembangan/resolusi komplikasi.

ü  Dorong pengungkapan perasaan

Rasional: Dapat mengurangi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi

akan intensitas rasa takut.

ü  Lakukan tindakan paliatif, misal: pengubahan posisi, masase.

Page 9: Askep Tonsilitis

Rasional: Meningkatkan relaksasi/menurunkan ketegangan pasien.

 

ü  Instruksikan pasien untuk menggunakan visualisasi/ bimbingan imajinasi, relaksasi

progresif, teknik nafas dalam.

Rasional: Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.

 

1. 4.      IMPLEMENTASI

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang

spesifik. Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan

yang telah diterapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam: 2001).

1. EVALUASI

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien

(hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap

perencanaan (Nursalam, 2001).

Adapun evaluasi dari tiap-tiap masalah di atas adalah :

Nyeri berkurang atau teratasi

-Reflek menelan baik

-Tidak ada masalah saat makan

-Tidak mengalami batuk saat menelan

-Menelan secara normal

-Menelan dengan nyaman.

Suhu tubuh dalam batas normal

-Suhu tubuh dalam rentang normal 36-370C

 

 

Page 10: Askep Tonsilitis

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

1. KESIMPULAN

Page 11: Askep Tonsilitis

Radang amandel merupakan infeksi pada amandel/tonsil yang kadang-kadang

mengakibatkan sakit tenggorokan dan demam. Tonsilitis yaitu peradangan amandel

sehingga amandel menjadi bengkak, merah, melunak dan memiliki bintik-bintik putih

di permukaannya. Pembengkakan ini disebabkan oleh infeksi baik virus atau bakteri.

 

1. SARAN

Dengan adanya makalah ini hendaknya pembaca khususnya mahasiswa

keperawatan lebih memahami tentang penyakit tonsilitis ini dan dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam praktik

keperawatan.

 

 

About these ads

Page 12: Askep Tonsilitis

Laporan Kasus Askep Tonsilitis

ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI PADA An. RDENGAN TONSILITIS KRONIK HIPERTROFI

DI RUANG RAFLESIA RSU BANJAR

I.PENGKAJIANA.Identitas1.Identitas KlienNama                          : An. RUmur                           : 9 tahunJenis Kelamin            : Laki-lakiAnak ke                      : 2Pendidikan                : -Suku/bangsa             : Sunda/IndonesiaTanggal Masuk RS   : 26 september 2012NO.MED.REC           : 205694Ruang/kamar : Raflesia/ IIDiagnosa Medis       : Tonsilitis Kronik HipertrofiTanggal Pengkajian  : 27 september  2012

Alamat                        :Dusun Babakan Rt/02 Rw/07 Desa Babakan,Kec.            Pangandaran-Ciamis2.Identitas Penanggung Jawab :Nama                          : Tn. DUmur                           : 46 tahun

Page 13: Askep Tonsilitis

Pendididkan              : SMPPekerjaan                  : WiraswastaSuku/Bangsa             : Sunda/Indonesia

Alamat                        : Dusun Babakan Rt/02 Rw/07 Desa Babakan, Kec.     Pangandaran-CiamisB. Riwayat Kesehatan    1. Keluhan Utama :Klien mengatakan nyeri menelan. Nyeri yang di rasakan klien hanya di daerah tenggorokan.     2. Riwayat Kesehatan saat ini :Pasien datang ke rumah sakit tanggal 26 september 2012 dan di rawat di ruang raflesia kamar II. Pada saat di kaji tanggal 27 september 2012 klien mengeluh nyeri menelan, dengan skala nyeri 2. Nyeri bertambah hebat jika klien makan atau minum, tenggorokan klien terasa nyeri.     3. Riwayat Kesehatan Dahulu :Ibu klien mengatakan bahwa klien  mengalami penyakit ini sejak 1 tahun yang lalu, dan belum pernah melakukan tindakan operasi di Rumah Sakit.     4. Riwayat Kesehatan Keluarga :Klien mengatakan di keluarga nya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien.

C.Keadaan Umum    1. Penampilan       : Klien terlihat lemas.    2. Kesadaran         :            Kualitas                                  : Composmentis            Kuantitas                                : E=4, M=6, V=5, GCS=15

            Fungsi kortikal (orientasi)    : Baik mampu mengenal ruangan,waktu,tempat,dan orang-orangyang ada  di sekitarnya.   3. Berat badan/Tinggi badan ; -   4. TTV             T =36,40 C             P = 80x/menit             R = 20x/menit             S = 100/80 mmHg

D. Pemeriksaan Fisik     1. Kepala dan rambut         Bentuk simetris tidak ada lesi atau benjolan,tidak ada nyeri.    2. MataBentuk simetris, konjungtiva merah muda,sklera mata putih,tidak memakai alat bantu penglihatan,lapang pandang baik,tidak ada keluhan.    3. Hidung            Bentuk simetris,tidak ada lesidan benjolan,fungsi penciuman baik.    4. Telinga            Bentuk simetris, telinga bersih, fungsi pendengaran baik.    5. Oral Cavity            Mukosa bibir kering, kondisi gigi kurang bersih,tonsil klien terlihat membesar.    6. LeherTidak ada pembesaran KGB, tidak ada pembesaran tyroid,pergerakan leher baik.     7. Dada            Bentuk simetris, pergerakan dada baik,pola nafs normal.

Page 14: Askep Tonsilitis

     8. Abdomen            Bentuk simetris,tidak ada nyeri tidak ada keluhan.     9. Genetalia            Tidak terpasang DC     10. Punggung dan bokong            Tidak ada lesi dan dekubitus,tidak ada nyeri.11. - Ekstremitas Atas : Bentuk simetris,kondisi kuku bersih, terpasang                 infus di sebelah kiri.- Ekstermitas bawah : Bentuk simetris,kondisi kuku bersih,pergerakan  bebas,tanpa ada keluhan/nyeri.- Kekuatan Otot :                              Skala otot Klien 0-5 :

* 4 = Bergerak menahan tahanan tetapi    kekuatannya   berkurang

               5             4               *5 = Dapat menahan tahanan dengan                                                              Kekuatan maksimal.                      5             5      12. Integumen            Keadaan kulit bersih, tidak terdapat lesi dan keadaan kulit lembab.

E. Pola AktivitasNO

AKTIVITAS DI RUMAH DI RUMAH SAKIT

1. Nutrisi dan Cairan*Nutrisi Jenis Frekuensi Tambahan Pantangan Keluhan*Cairan Jenis Frekuensi Jumlah

Bubur3x1

---

Air putih± 7 gelas/hari1680 ml/hari

Bubur3x1

---

Air putih± 7 gelas/hari1680 ml/hari

2. Istirahat dan TidurTidur siangTidur malamKualitas

± 2 jam8 jam/hari

-

1 jam± 5-6 jam/hari

-3. Eliminasi

*BAB Bentuk Frekuensi Warna*BAK Warna Frekuensi

Normal feces1x2/hari

Kuning khas

Kuning khas2-4x/hari

Normal feces1x/hari

Kuning khas

Kuning khas3x/hari

Page 15: Askep Tonsilitis

 Keluhan - -4. Personal Hygiene

MandiGosok GigiCuci RambutGanti Pakaian

2x/hari2x/hari

3x/minggu1x/hari

Di seka 1x/hari2x/hari

-2x/hari

F. Data Penunjang     1. Data fsikologisKlien terlihat stabil,persepsi terhadap penyakit ia yakin dan optimis akan kesembuhan penyakitnya.     2. Data sosialHubungan klien dengan lingkungan rumah sakit dan tenaga kesehatan baik,serta dukungan keluarga sangat penuh untuk kesembuhan klien.    3. Data spiritual            Klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.    4. Data ekonomi            Klien termasuk keluarga yang perekonomiannya menengah.    6. Pemeriksaan Laboraturium           

Pemeriksaan Hasil Normal

HbLeukositHematokritEritrositTrombositLED

12,97400

394,47

35100021

13-16 g/dl5000-10.000/ul

P40-48,w37-43%P4,5-5,5,w4-5 jt/ul

150.000-400.000/ulP0-10, W 0-15 mm/j

G. Therapi            Infus RL                      15 gtt/menit

Cefotaxime                2x500 mg       IV            Plasminex                  2x250 mg       IV            Tradosik                     1 amp             drip    

H. Analisa DataNO

Tgl/jam Data Penyebab Masalah

Page 16: Askep Tonsilitis

1. 27 September 201211.00

DS  : - Klien mengeluh nyeripada saat menelan.

     Klien mengeluh nyeri pada tenggorokannya.DO : - Terlihat luka insisi pada tonsil klien.

     Klien terlihat meringis.

Invasi kuman/bakteri/virus

pada tonsil 

Terjadinya peradangan pada

tonsil 

Tindakan pembedahan

 

Luka insisi 

Nyeri

Nyeri

2. DS : - Klien mengeluh nyeri pada daerah post opDO : - Terlihat adanya luka insisi.

Operatif Invasif 

Resiko tinggi infeksi

Page 17: Askep Tonsilitis

Penyebaran Kuman

 

Resti Infeksi

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN :1.    Nyeri berhubungan dengan luka insisi pasca operasi.2.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca

operatif.

III. RENCANA KEPERAWATANNama              : An. R                                     Tgl masuk RS             : 26-09-2012Umur               : 9 tahun                                  No.Med.Rec                : 205694Ruang/kamar  : Raflesia/II                              Diagnosa Medis          : Tonsilitis Kronik

No Tgl / jam Diagnosa keperawatan

PerencanaanTujuan & KH Intervensi Rasional

1. 27 september 201208.30

Nyeri berhubungan dengan trauma insisi pasca operasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan klien tidak mengeluh nyeri.Kriteria Hasil :- nyeri hilang/berkurang.- klien mengatakan tenggorokan tidak terasa sakit.- skala nyeri berkurang.- tonsil klien kembali normal dan tidak kemerahan.

1.Kaji tingkat nyeri

2. Anjurkan teknik relaksasi dengan distraksi dan nafas dalam.

3.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik.

-Mengetahui skala nyeri klien.

-Membantu mengendalikan nyeri dan mengalihkan perhatian dari rasa nyeri.

-Untuk menghilangkan rasa nyeri.

 2. 27 september  2012 09.00

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan penyebaran kuman akibat invasif pasca

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan menunjukkan peningkatan

1. Kaji adanya tanda-tanda infeksi.

-Deteksi dini terjadinya infeksi.

Page 18: Askep Tonsilitis

operatif. penyembuhan luka tepat waktu dengan kriteria hasil :-  Tanda-tanda infeksi tidak terjadi.

2. Observasi TTV.

3. Kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.

-Mengetahui keadaan umum klien danMerupakan tanda adanya infeksi apabila terjadi peradangan.

-Antibiotik dapat mencegah sekaligus membunuh kuman penyakit untuk berkembang biak.

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATANNama              : An. R                                                             Tgl MRS          : 26-09-2012Umur               :  9 tahun                                                         No.Med.rec      :  205694Jenis kelamin  :  Laki-laki                                                        Dx.medis         : Tonsilitis Kronik

No Tgl/ jam No. Diagnosa

keperawatan

Implementasi Hasil/Respon Paraf

1 27 september 201210.30

DX.I 1.Mengkaji tingkat nyeri.

2. Menganjurkan teknik relaksasi dan distraksi.

3.Berkolaborasi dengan dokter pemberian analgetik.

Hasil :Skala nyeri klien 2, nyeri dengan tidak nyaman.

Hasil :Klien terlihat tenang.

Respon :Therapi obat masuk.

2. 27 september 201211.00

DX.II 1. Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi.

2.Mengobservasi TTV.

Hasil :Tidak terjadi tanda-tanda infeksi.

Hasil :T = 36,20CP =80x/menitR =22x/menit

Page 19: Askep Tonsilitis

3.Berkolaborasi dengan dokter  untuk pemberian antibiotik.

S =100/80 mmHg.

Respon :Therapi obat masuk.

V. EVALUASI KEPERAWATANNama              : An. R                                                 Tgl MRS          : 26-09-2012Umur               :  9 tahun                                             No.Med.rec      : 205694Jenis kelamin  : Laki-laki                                             Dx medis         : Tonsilitis Kronik

Tgl / jam No.DX Keperawatan

Perkembangan Pasien Paraf Pelaksana

28 sep 201208.00

DX.I S : Klien masih mengeluh nyeri.O : Skala nyeri 2A : Nyeri belum teratasi.P : Lanjutkan intervensi

28 sep 201208.30

DX.II S : -O : Tidak terjadi tanda-tanda infeksi.A : Resiko tinggi infeksi tidak terjadi.P : Pertahankan intervensi.

Page 20: Askep Tonsilitis

ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS KRONIK

KONSEP MEDIS

1. Pengertian

Tonsilitis kronik adalah tonsil yang dapat mengalami peradangan menahun. (M.A. Handerson, Ilmu

Bedah untuk Perawat, 1989)

2. Etiologi

Penyebab tonsillitis kronik sama dengan tonsillitis akut yaitu kuman golongan atreptococcus

hemolyticus viridans dan streptococcus pyogenes, tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi

kuman golongan gram negatif.

Faktor predisposisi timbulnya radang kronik ini ialah yang menahun (misalnya : makanan),

pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat, serta hygiene yang buruk.

3. Gambaran Klinis

Gambaran klinis dari tonsillitis yaitu tonsil membesar dengan adanya hipertropi dan jaringan

parut.

Sebagian kripta tampak mengalami stenosis, tapi eksudat yang sering kali purulen.

Gambaran klinis lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil biasanya membuat lekukan.

Biakan tonsilia dengan penyakit kronis biasanya menunjukan beberapa organisme yang

virulensinya relatif rendah.

Gejala tonsillitis kronik sebagai brikut

a. Keluhan sakit menelan, liur banyak.

b. Panas, sakit kepala, rasa sakit ditelinga

c. Tonsil warna merah dan membengkak.

d. Tonsil tampak bercak kecil dan sumbatan pada kripta (angila lakrimalis) pada tonsillitis folio

kuralis bercaknya besar.

e. Bercak tampak bergabung menjadi satu meluas sampai ke arkus varing.

f. Oedem pada arkus varing dan mungkin sampai palatum mole.

g. Sakit tekan pada limforadi.

h. Bercak dapat meluas keseluruh jaringan limfe dilingkaran welldeyer.

4.  Patofisiologi

Pada tonsilitis kronik terdapat dua bentuk yaitu hipertroil dan aerotnsil karena proses berulang,

maka selain epitel mukosa terkikis, jaringan limfoik diganti oleh jaringan parut. Jaringan parut ini

sesuai dengan sifatnya akan mengalami pengerutan. Kelompok jaringan limfoid mengerut,

sehingga ruang antara kelompok melebar. Hal ini secara klinik tampak sebagai pelebaran kriptus

dan kriptus ini diisi oleh defritus. Proses berjalan terus, sehingga menembus kapsul dan akhirnya

timbul perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsillitis. Pada anak-anak proses ini disertai

dengan pembesaran kelenjar limfe sub mandibula.

5. Pathways

Tonsilitis berulang

Page 21: Askep Tonsilitis

Epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis

Proses penyembuhan limfoid

Cicatrik

Tonsilitis kronik

Hipertropi & cicatrik      mengkerut dan hiperemis

Pelebaran kripta   timbul lekukan

Mengganggu Tonsil membesar &   tonsil tetap kecil

nervus Pengangkatan jaringan

glasovaringeus          tonsilektomi

adenopati reginal

gangguan

telinga nyeri menelan nyeri      luka insisi          kesulitan 

tengah                     bicara

potensial komplikasi

       Resiko                                  Resiko   

                Infeksi perdarahan

Input cairan < gangguan rasa            resti perubahan nyaman, nyeri      volume cairan        

input nutrisi     Kerusakan

kurang dari resti prubahan nutrisi komunikasi

kebutuhan kurang dari kebutuhan     verbal

6. Komplikasi

Tonsillitis yang tidak segera ditangani/diterapi dapat berkembang menjadi penyakit yang

berbahaya.

Komplikasi ke daerah sekitar tonsil berupa

a. Rinitis kronis

b. Sirositis

Komplikasi ke organ yang jauh dari tonsil seperti

● Indokarditis ● Artritis

● Miositis ● Nefritis, ufeisis

● Iridoksitis ● Dermatitis

● Pruritis ● Utikaria

● Furun kilosis

7. Penatalaksanaan

Pengobatan dan perawatan yang diberikan pada pasien tonsillitis kronik adalah:

a. Tonsilektomi

Page 22: Askep Tonsilitis

b. Antibiotika, analgetika/anti panas

c. Makan-makanan yang lembut

d. Makanan yang pedas dan panas dilarang

TONSILEKTOMI

Indikasi tonsilektomi yang penting dapat diterima anak-anak adalah sebagai berikut :

1. Serangan tonsillitis berulang yang tercatat (walaupun telah diberikan penatalaksanaan medis

yang adekuat)

2. Tonsilitis berhubungan dengan streptococcus menetap dan patogenik (keadaan karier)

3. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap 6 bulan setelah infeksi mononucleosis (biasanya pada

dewasa muda) 

4. Hiperplasia tonsil yang obstruksi

Kontra indikasi

1. Infeksi pernafasan bagian atas yang berulang

2. Infeksi sistemik

3. Asma

4. Tonus otot yang melemah

5. sinositus

KONSEP KEPERAWATAN

Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap (Gebbie and Lavin, 1974) yaitu :

1. Pengkajian

2. diagnosa keperawatan

3. Perencanaan

4. Pelaksanaan

5. Evaluasi

1. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan. Diperlukan pengkajian yang

cermat untuk mengenali masalah klien, agar dapat memberikan arah pada tindakan keperawatan.

Pengkajian data merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi data-data dari klien yang

meliputi biopsikososial spiritual yang komprehensif. Data dapat dikumpulkan dari berbagai

sumber.

Data utama adalah pasien. Data-data tambahan yang dibutuhkan dapat diperoleh dari sumber lain,

missal : keluarga, tenaga kesehatan lain, catatan-catatan oleh tenaga kesehatan yang tercatat

dalam dokumentasi medis pasien dan hasil pemeriksaan penunjang.

Adapun data yang diperoleh dari pasien tonsillitis :

► Data Subyektif

a. Keluhan sakit menelan

b. Sakit kepala

c. Pasien sakit di telinga

d. Pasien sakit tekan di limfoid

► Data Obyektif

a. Panas

b. Liur banyak

c. Tonsil tampak memerah

d. Tonsil bengkak

e. Oedema pada arkus faring

Page 23: Askep Tonsilitis

2.  DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada klien dengan pre atau post operasi

tonsillitis antara lain :

a. Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan masukan

cairan sekunder terhadap nyeri saat menelan.

b. Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

penurunan masukan sekunder terhadap nyeri saat menelan.

c. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik yang berhubungan dengan

ketidakcukupan pengetahuan tentang komplikasi, penatalaksanaan nyeri, pengaturan posisi dan

pembatasan aktivitas.

d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.

e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik terhadap pembedahan.

f. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan dengan

kurangya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.

g. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi dan post

operasi takut tentang beberapa aspek pembedahan.

h. Resiko tinggi terhadap komplikasi, infeksi berhubungan dengan factor pembedahan

3. PERENCANAAN

Merpakan prioritas, hasil yang diharapkan dari pasien dengan kegiatan keperawatan yang spesifik.

Beberapa diagnosa yang menjadi focus intervensinya adalah :

a. Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan penurunan masukan

cairan sekunder terhadap nyeri saat menelan.

◊ Rencana tujuan

Klien dapat meningkatkan masukan cairan minimal 2000 ml

◊ Rencana tindakan

○ Kaji perubahan tanda vital, contoh peningkatan suhu tubuh

○ Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa.

b. Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

penurunan masukan sekunder nyeri saat menelan.

◊ Rencana tujuan

Klien menunjukan nafsu makan

◊ Rencana tindakan

Beri makanan porsi kecil dan sering atau makanan yang menarik untuk pasien.

c. Resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik yang berhubungan dengan

ketidakcukupan pengetahuan tentang komplikasi, penatalaksanaan nyeri, pengaturan posisi dan

pembatasan aktivitas.

◊ Rencana tujuan

Klien dapat menggambarkan proses penyakit, penyebab-penyebab dan factor penunjang pada

gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.

◊ Rencana tindakan

Diskusikan aspek ketidalmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan harapan

kesembuhan.

d. Nyeri berhubungan dengan pembedahan.

◊ Rencana tujuan

Klien menyatakan nyeri hilang/terkontrol

◊ Rencana tindakan

Page 24: Askep Tonsilitis

○ Pantau tanda-tanda vital

○ Berikan tindakan nyaman missal perubahan posisi, musik, relaksasi.

e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan mobilitas fisik terhadap pembedahan.

◊ Rencana tujuan

Klien berpartisipasi secara fisik dan atau verbal dalam aktivitas.

◊ tentukan tingkat bantuan yang diperlukan.

f. Resiko tinggi terhadap kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan dirumah berhubungan dengan

kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri saat pasien pulang.

◊ Rencana tujuan

Klien menyatakan mrngerti tentang instruksi, melaksanakan dengan tepat ketrampilan perawatan

diri yang diperlukan, mengidentifikasi bagian-bagian yang memerlukan perawatan.

◊ Rencana tindakan

Ajarkan dan biarkan pasien merawat luka jika penggantian perlu dilakukan di rumah.

g. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian pra operasi dan post

operasi, takut tentang beberapa aspek pembedahan.

◊ Rencana tujuan

Mengungkapkan pemahaman tentang kejadian pra operasi dan pasca operasi, melaporkan

berkurangnya perasaan cemas atau gugup, ekspresi wajah rileks, kurang bicara.

◊ Rncana tindakan

Jelaskan apa yang terjadi selama periode pra operasi dan pasca operasi termasuk tes laboratorium

pra operasi, alas an status puasa.

h. Resiko tinggi terhadap komplikasi, infeksi berhubungan dengan factor pembedahan.

◊ Rencana tujuan

○ Tidak ada infeksi

○ Tidak ada komplikasi

◊ Rencana tindakan

Pantau suhu badan tiap 4 jam, keadaan luka ketika melakukan perawatan.

4. IMPLEMENTASI

Merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat terhadap pasien.

Beberapa petunjuk pada implementasi adalah sebagai berikut :

a. Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi.

b. Dokumenyasi intervensi dan respon klien.

5. EVALUASI

Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan dan menentukan sejauh mana tujuan dapat

dicapai.

Evaluasi dilakukan dengan memakai criteria evaluasi, dengan melibatkan klien, keluarga dan

anggota tim kesehatan lain.

Evaluasi dikatakan berhasil apabila masalah sudah dapat diatasi dengan kata lain tujuan sudah

tercapai sesuai dengan rencana tujuan yang telah ditetapkan.

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tonsilitis kronik adalah tonsil yang dapat mengalami peradangan menahun.

Page 25: Askep Tonsilitis

2. Kasus tonsillitis kronik tanpa diragukan merupakan penyakit yang paling sering dari srmua

penyakit tenggorokan berulang.

3. Tonsiliyis kronik sering ditemukan pada anak-anak.

4. Pengobatan pada klien tonsillitis kronik adalah berupa tindakan tonsilektomi dan pemberian

antibiotik serta anti piretik.

B. Saran

Dalam setiap melakukan pengkajian keperawatan, seorang perawat hendaknya mampu melakukan

pengkajian secara menyeluruh karena dengan pengkajian yang menyeluruh segala aspek, maka

didapatkan data yang lengkap sehingga dapat memunculkan diagnosa keperawatan yang tepat.

Asuhan Keperawatan Tonsilitis KronikASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS KRONIK

Page 26: Askep Tonsilitis

Tonsilitis

Pengertian

Tonsilitis adalah terdapatnya peradangan umum dan pembengkakan dari

jaringan tonsil dengan pengumpulan lekosit, sel-sel epitel mati dan bakteri

patogen dalam kripta (Adam Boeis, 1994: 330).

Tonsilektomi adalah suatu tindakan invasif yang dilakukan untuk mengambil

tonsil dengan atau tanpa adenoid (Adam Boeis, 1994: 337).

Etiologi

1. Streptokokus hemolitikus grup A.2. Pneumokokus.3. Stafylokokus.4. Haemofilus influezae.Pathofisiologi

1. Terjadinya peradangan pada daerah tonsila akibat virus.2. Mengakibatkan terjadinya pembentukan eksudat.3. Terjadi selulitis tonsila dan daerah sekitarnya.4. Pembentukan abses peritonsilar.5. Nekrosis jaringan.Gejala-gejala

1. Sakit tenggorokan dan disfagia.2. Penderita tidak mau makan atau minum.3. Malaise.4. Demam.5. Nafas bau.6. Otitis media merupakan salah satu faktor pencetusnya.

Page 27: Askep Tonsilitis

Penatalaksanaan

1. Tirah baring.2. Pemberian cairan adekuat dan diet ringan.3. Pemberian obat-obat (analgesik dan antibiotik).4. Apabila tidak ada kemajuan maka alternatif tindakan yang dapat di lakukan adalah pembedahan.Indikasi tindakan pembedahan

Indikasi absolut

1. Timbulnya kor pulmonale akibat adanya obstruksi jalan nafas yang kronis.2. Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan sindroma apnea pada waktu tidur.3. Hipertrofi yang berlebihan yang mengakibatkan disfagia dan penurunan berat badan sebagai penyertanya.4. Biopsi eksisi yang di curigai sebagai keganasan (limfoma).5. Abses peritonsilaris berulang atau abses yang meluas pada jaringan sekitarnya.Indikasi relatif

Seluruh indikasi lain untuk tindakan tonsilektomi di anggap sebagai indikasi

relatif.

Indikasi lain yang paling dapat di terima adalah

1. Serangan tonsilitis yang berulang.2. Hiperplasia tonsil dengan gangguan fungsional (disfagia).3. Hiperplasia dan obstruksi yang menetap selama 6 bulan.4. Tidak memberikan respons terhadap penatalaksanaan dan terapi.

Before And After Tonsilektomy

Kontraindikasi

Page 28: Askep Tonsilitis

1. Demam yang tidak di ketahui penyebabnya.2. Asma.3. Infeksi sistemik atau kronis.4. Sinusitis.Persiapan operasi yang mungkin di lakukan

Pemeriksaan laboratorium (Hb, lekosit, waktu perdarahan).Berikan

penjelasan kepada klien tindakan dan perawatan setelah operasi.Puasa 6-8

jam sebelum operasi.Berikan antibiotik sebagai propilaksis.Berikan

premedikasi ½ jam sebelum operasi.

Pengkajian

1. Riwayat kesehatan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya tonsilitis serta bio-psiko-sosio-spiritual.2. Peredaran darah : Palpitasi, sakit kepala pada saat melakukan perubahan posisi, penurunan tekanan darah, bradikardi, tubuh teraba dingin, ekstrimitas tampak pucat.3. Eliminasi : Perubahan pola eliminasi (inkontinensia uri/alvi), distensi abdomen, menghilangnya bising usus.4. Aktivitas/istirahat : Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran, menurunnya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum.5. Nutrisi dan cairan : Anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah.6. Persarafan : Pusing/syncope, nyeri kepala, menurunnya luas lapang pandang/pandangan kabur, menurunnya sensasi raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran.7. Kenyamanan : Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah.8. Pernafasan : Nafas yang memendek, ketidakmampuan dalam bernafas, apnea, timbulnya periode apnea dalam pola nafas.9. Keamanan Fluktuasi dari suhu dalam ruangan.10. Psikologis : Denial, tidak percaya, kesedihan yang mendalam, takut, cemas.Masalah dan rencana tindakan keperawatan

Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan

jaringan atau trauma pada pusat pernafasan.

Tujuan:

Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan pernafasan secara

adekuat dengan memperlihatkan hasil blood gas yang stabil dan baik serta

hilangnya tanda-tanda distress pernafasan.

Rencana tindakan:

Page 29: Askep Tonsilitis

1. Bebaskan jalan nafas secara paten (pertahankan posisi kepala dalam keadaan sejajar dengan tulang belakang/sesuai indikasi).2. Lakukan suction jika di perlukan.3. Kaji fungsi sistem pernafasan.4. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan batuk/usaha mengeluarkan sekret.5. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan tindakan.6. Observasi tanda-tanda adanya ditress pernafasan (kulit menjadi pucat/cyanosis).Kolaborasi dengan terapist dalam pemberian fisoterapi.Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan

neuromuskuler pada ekstrimitas.

Tujuan:

Pasien menunjukan adanya peningkatan kemampuan dalam melakukan

aktivitas fisik.

Rencana tindakan:

1. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.2. Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan.3. Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah kekakuan otot dan atrofi.4. Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang lurus.5. Bantu pasien secara bertahap dalam melakukan ROM sesuai kemampuan.6. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic atau relaxant jika di perlukan.Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.Penurunan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema

cerebri, perdarahan pada otak.

Tujuan:

Pasien menunjukan adanya peningkatan kesadaran, kognitif dan fungsi

sensori.

Rencana tindakan:

1. Kaji status neurologis dan catat perubahannya.2. Berikan pasien posisi terlentang.3. Kolaborasi dalam pemberian O2.4. Observasi tingkat kesadaran, tanda vital.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya trauma

secara fisik.

Tujuan:

Pasien mengungkapkan nyeri sudah berkurang dan menunjukkan suatu

keadaan yang relaks dan tenang.

Page 30: Askep Tonsilitis

Rencana tindakan:

1. Kaji tingkat atau derajat nyeri yang di rasakan oleh pasien dengan menggunakan skala.2. Bantu pasien dalam mencarai faktor presipitasi dari nyeri yang di rasakan.3. Ciptakan lingkungan yang tenang.4. Ajarkan dan demontrasikan ke pasien tentang beberapa cara dalam melakukan tehnik relaksasi.Kolaborasi dalam pemberian sesuai indikasi.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari

kerusakan pada area bicara pada himisfer otak.

Tujuan:

Pasien mampu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya

dan menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan komunikasi.

Rencana tindakan:

1. Lakukan komunkasi dengan pasien (sering tetapi pendek serta mudah di pahami).2. Ciptakan suatu suasana penerimaan terhadap perubahan yang dialami pasien.3. Ajarkan pada pasien untuk memperbaiki tehnik berkomunikasi.4. Pergunakan tehnik komunikasi non verbal.5. Kolaborasi dalam pelaksanaan terapi wicara.Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi.

Tujuan:

Pasien menunjukan peningkatan kemampuan dalam menerima keadaan nya.

Rencana tindakan:

1. Kaji pasien terhadap derajat perubahan konsep diri.2. Dampingi dan dengarkan keluhan pasien.3. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif.4. Kaji kemampuan pasien dalam beristirahat (tidur).5. Observasi kemampuan pasien dalam menerima keadaanya.Perubahan pola eliminasi defekasi dan uri berhubungan dengan an

inervasi pada bladder dan rectum.

Tujuan:

Pasien menunjukkan kemampuan dalam melakukan eliminasi (defekasi/uri)

secara normal sesuai dengan kebiasaan pasien.

Rencana tindakan:

1. Kaji pola eliminasi pasien sebelum dan saat di lakukan pengkajian.2. Auskultasi bising usus dan distensi abdomen.

Page 31: Askep Tonsilitis

3. Pertahankan porsi minum 2-3 liter perhari (sesuai indikasi).4. Kaji/palpasi distensi dari bladder.5. Lakukan bladder training sesuai indikasi.6. Bantu/lakukan pengeluaran feces secara manual.7. Kolaborasi dalam(pemberian gliserin, pemasangan dower katheter dan pemberian obat sesuai indikasi).Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

sirkulasi perifer yang tidak adekuat, adanya edema, imobilisasi.

Tujuan:

Tidak terjadi kerusakan integritas kulit (dikubitus).

Rencana tindakan:

1. Kaji keadaan kulit dan lokasi yang biasanya terjadi luka atau lecet.2. Anjurkan pada keluarga agar menjaga keadan kulit tetap kering dan bersih.3. Ganti posisi tiap 2 jam sekali.4. Rapikan alas tidur agar tidak terlipat.Resiko terjadinya ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan yang

berhubungan dengan kurangnya informasi.

Tujuan:

Pasien menunjukan kemauan untuk melakukan kegiatan penatalaksanaan.

Rencana tindakan:

1. Identifikasi faktor yang dapat menimbulkan ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.2. Diskusikan dengan pasien cara-cara untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.3. Jelaskan pada pasien akibat dari ketidak patuhan terhadap penatalaksanaan.4. Libatkan keluarga dalam penyuluhan.5. Anjurkan pada pasien untuk melakukan kontrol secara teratur.Source:

Boeis, Adam, 1994, Buku Ajar Penyakit THT, Jakarta: EGC. Junadi, Purnawan, 1982, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Price, Sylvia Anderson, 1985, Pathofisiologi Konsep klinik proses-proses penyakit, Jakarta: EGC.Diposkan oleh Puskesmas Kalitanjung   di 08.13

Page 32: Askep Tonsilitis

ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS1.      PENGERTIAN TONSILITIS

Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A

streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain atau oleh

infeksi virus (Hembing, 2004).

Tonsilitis adalah peradangan amandel sehingga amandel menjadi bengkak, merah,

melunak dan memiliki bintik-bintik putih di permukaannya. Pembengkakan ini disebabkan

oleh infeksi baik virus atau bakteri.

Klasifikasi Tonsilitis

1.      Tonsillitis akut

Tonsilitis akut dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis permukaan nya yang

diliputi eksudat (nanah) berwarna putih kekuning- kuningan.

Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :

a.       Tonsilitis viral

Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab

paling tersering adalah virus Epstein Barr.

b.      Tonsilitis Bakterial

Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta hemoliticus

yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus viridian dan streptococcus

piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.

Dari kedua Tonsilitis viral dan Tonsilitis Bakterial dapat meenimbulkan gejala

perkembangan lanjut tonsillitis akut yaitu :

         Tonsilitis folikularis dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis dengan permukaannya

berbentuk bercak putih yang mengisi kripti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdiri

dari leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan, dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.

         Infiltrat peritonsiler dengan gejala perkembangan lanjut dari tonsiitis akut. Perkembangan ini

sampai ke palatum mole (langit-langit), tonsil menjadi terdorong ke tengah, rasa nyeri yang

Page 33: Askep Tonsilitis

sangat hebat , air liur pun tidak bisa di telan. Apabila dilakukan aspirasi (penyedotan dengan

spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum mole (langit- langit) akan keluar

darah.

         Abses peritonsil dengan gejala perkembangan lanjut dari infiltrat peritonsili. Dan gejala

klinis sama dengan infiltrat perintonsiler. Apabila dilakukan aspirasi (penyedotan dengan

spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum mole (langit- langit) akan keluar

NANAH.

2.      Tonsilitis membranosa

Tonsilitis membranosa dengan gejala eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang

membengkak tersebut meluas menyerupai membran. Membran ini biasanya mudah diangkat

atau di buang dan berwarna putih kekuning- kuningan.

Tonsilitis lakunaris dengan gejala bercak yang berdekatan, bersatu dan mengisis

lakuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.

a. Tonsilitis Difteri

Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang termasuk

Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung, faring dan laring.

b. Tonsilitis Septik

Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga

menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara

pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.

3.      Angina Plout Vincent

Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang didapatkan

pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C. Gejala berupa

demam sampai 39° C, nyeri kepala, badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.

a.       Tonsilitis kronik

Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang menahun dari

rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik

dan pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman penyebabnya sama dengan

tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.

(Soepardi,Efiary Arsyad,dkk 2007)

2.      ANATOMI FISIOLOGI

Page 34: Askep Tonsilitis

Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-

30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh

fosa tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar

tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap

kali makan.

Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih tonsil dapat

meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi velofaring atau obstruksi

hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil tersering adalah ke arah

hipofaring, sehingga sering menyebabkan terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada

jalan nafas.

Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama:

1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.

2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda.

3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai

Stadium.

Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat pada daerah

faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan dan mulai berfungsi

sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas “warisan” dari ibu mulai

Page 35: Askep Tonsilitis

menghilang dari tubuh anak. Pada saat itu (usia lebih kurang 1 tahun) tonsil dan adenoid

merupakan organ imunitas utama pada anak, karena jaringan limfoid lain yang ada di seluruh

tubuh belum bekerja secara optimal.

Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral.

Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“ kuman dan

virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja karena adanya sel (limfoid

B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang dapat membunuh kuman dan virus.

Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan

tetap bersarang disana serta menyebabklan infeksi amandel yang kronis dan berulang

(Tonsilitis kronis). Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja

terus “ dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid

akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan adenoid yang

demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat menjadi sumber infeksi (fokal infeksi)

sehingga anak menjadi sering sakit demam dan batuk pilek.Selain itu folikel infeksi pada

amandel dapat menyebabkan penyakit pada ginjal (Glomerulonefritis), katup jantung

(Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis) dan kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis

media pada anak seringkali juga disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel dan adenoid.

3.      ETIOLOGI TONSILITIS

Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini

yaitu :

1. Streptokokus Beta Hemolitikus

2. Streptokokus Viridans

3. Streptokokus Piogenes

4. Virus Influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections).

Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling sering

disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.

         Pneumococcus

         Staphilococcus

         Haemalphilus influenza

         Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.

Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.

         Streptococcus B hemoliticus grup A

         Streptococcus viridens

         Streptococcus pyogenes

         Staphilococcus

         Pneumococcus

         Virus

Page 36: Askep Tonsilitis

         Adenovirus

         ECHO

         Virus influenza serta herpes

Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri streptococcus atau

infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya

sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun

virus, sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis.

4.      PATOFISIOLOGI

Proses Inflamasi 

Invasi kuman patogenik (bakteri atau virus) 

Membran Limfogen 

Faring dan tonsil 

Page 37: Askep Tonsilitis
Page 38: Askep Tonsilitis

5.      TANDA DAN GEJALA

1. Nyeri tenggorok

2. Nyeri telan

3. Sulit menelan

4. Demam

5. Mual

6. Anoreksia

7. Kelenjar limfa leher membengkak

8. Faring hiperemis

9. Edema faring

10. Pembesaran tonsil

11. Tonsil hiperemia

12. Mulut berbau

13. Otalgia (sakit di telinga)

14. Malaise

6.      TEST DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis

akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :  Leukosit : terjadi peningkatan

  Hemoglobin : terjadi penurunan

  Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat

  Terapi

  Tes Schick atau tes kerentanan di ptori

  Audiometri : adenoid terinfeksi

7.      KOMPLIKASI

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :o   Abses pertonsil

Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi

beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.

Page 39: Askep Tonsilitis

o   Otitis media akut

Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat

mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.o   Mastoiditis akut

Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel

mastoid.o   Laringitis

o   Sinusitis

o   Abses paraparineal

o   Abses Retrofaringeal

o   Adenitis servikal supuratif

o   Ketulian permanen

o   Komplikasi sistemik : radang ginjal akut dan demam rematik

8.      PENCEGAHAN

         Tidak boleh makan sembarangan

         Kebersihan gigi dan mulut

         Imunisasi DPT

         Kumur air hangat 3 X sehari

         Terapi antibiotik

         Kompres hangat di leher

         Operasi tonsil

         Menghindari kontak langsung penderita tonsillitis

9.      PENATALAKSANAAN

1.      Penatalaksanaan Medis

a)      Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika

mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

b)      Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :  Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.

  Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.

  Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.

  Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

  Hemoragi

Merupakan komplikasi potensial setelah tonsilektomi. Jika pasien memuntahkan

banyak darah dengan warna yang berubah atau dengan warna merah terang pada interval

yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernapasan meningkat dan pasien gelisah, segera

beritahu dokter bedah. Siapkan alat yang digunakan untuk memeriksa tempat operasi

terhadap pendarahan : sumber cahaya, cermin, kasa, hemostat lengkung, dan basin

pembuang. Kadang, akan berguna jika dilakukan menjahit atau meligasi pembuluh yang

Page 40: Askep Tonsilitis

berdarah. Jika tidak terjadi pendarahan lebih lanjut , beri pasien es dan sesapan es. Pasien

diinstruksikan untuk tidak banyak bicara dan batuk karena dapat menyebabkan nyeri

tenggorok.Bilas mulut alkalin dan larutan normal salinhangat mengatasi lendir kental yang

mungkin ada setelah operasi tonsilektomi ( masih dipertanyakan keefektivitasannya).

Diet cairan atau semicari beberapa hari . Serbat  dan gelatin adalh makanan yang

dapat diberikan . Makanan  yang  harus dihindari adalah makanan pedas, dingin, panas, asam,

atau mentah. Makanan yang dibatasi adalah makanan yang cenderung meningkatkan mukus

yang terbentuk misanya susu dan produk lunak (es krim).

Pendidikan yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga adalah tentang tanda dan

gejala hemoragi. Biasanya tanda dan gejala muncul 12-24 jam pertama. Paien diinstruksikan

untuk melapor setiap pendarahan yang terjadi.

c)      Pasca operasi

         Pemantauan keperawatan kontinu diperlukan pada pasca operasi segera

         Periode pemulihan karena risiko signifikan hemoragi         Kepala dimiringkan kesamping memungkinkan drainase dari mulut dan faring  memberi

kenyamanan posisi         Napas oral dilepaskan  jika menunjukkan reflek menelan

         Collar es dipasang pada leher, dan basin serta tisu disiapkanekspectorasi darah dan lendir

d)     Analgetik

e)      Antipiretik

(Brunner & Suddart.(2001).Kperawatan Medikal Bedah.Edisi 8. Volume 2. Jakarta.EGC)

2.      Penatalaksanaan Keperawatan

a)      Kompres air hangat

b)      Istirahat yang cukup

c)      Cairan diberikan adekuat

d)     Banyak minum air hangat

e)      Diit cairan atau lunak sesuai kondisi pasien

INDIKASI TINDAKAN TONSILAKTOMI

INDIKASI ABSOLUT:

1. Tonsil (amandel) yang besar hingga mengakibatkan gangguan pernafasan, nyeri telan

yang berat, gangguan tidur atau sudah terjadi komplikasi penyakit-penyakit kardiopulmonal.

2. Abses peritonsiler (Peritonsillar abscess) yang tidak menunjukkan perbaikan dengan

pengobatan. Dan pembesaran tonsil yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan wajah atau

mulut yang terdokumentasi oleh dokter gigi bedah mulut.

3. Tonsillitis yang mengakibatkan kejang demam.

Page 41: Askep Tonsilitis

4. Tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi jaringan untuk menentukan gambaran

patologis jaringan.

INDIKASI RELATIF:

1. Jika mengalami Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan tidak menunjukkan

respon sesuai harapan dengan pengobatan medikamentosa yang memadai.

2. Bau mulut atau bau nafas tak sedap yang menetap pada Tonsilitis kronis yang tidak

menunjukkan perbaikan dengan pengobatan.

3. Tonsilitis kronis atau Tonsilitis berulang yang diduga sebagai carrier kuman

Streptokokus yang tidak menunjukkan repon positif terhadap pengobatan dengan antibiotika.

4. Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai berhubungan dengan

keganasan (neoplastik)

KONTRAINDIKASI

Ada beberapa keadaan yang merupakan kontraindikasi melakukan pembedahan tonsil

karena bila dikerjakan dapat terjadi komplikasi pada penderita, bahkan mengancam

kematian. Keadaan tersebut adalah kelainan hematologik, kelainan alergi-imunologik

dan infeksi akut. Kontraindikasi pada kelainan hematologik adalah anemi, gangguan’ pada

sistem hemostasis dan lekemi. Pada kelainan alergi-imunologik seperti penyakit alergi pada

saluran pernapasan, sebaiknya tidak dilakukan tonsilektomi bila pengobatan kurang dari 6

bulan kecuali bila terdapat gejala sumbatan karena pembesaran tonsil. Pembedahan tonsil

sebagai pencetus serangan asthma pernah dilaporkan. Tonsilektomi juga tidak dikerjakan

apabila terdapat infeksi akut lokal, kecuali bila disertai sumbatan jalan napas atas.

Tonsilektomi sebaiknya baru dilakukan setelah minimal 23 minggu bebas dari infeksi akut.

Di samping itu tonsilektomi juga tidak dilakukan pada penyakit-penyakit sistemik yang tidak

terkontrol seperti diabetes atau penyakit jantung pulmonal

ASUHAN KEPERAWATAN

I.       Pengkajian

Hari/tanggal     : Rabu, 28 Oktober 2010-10-28

Waktu              : 08.30 WIB

Tempat            : Ruang Delima

Oleh                 : Perawat Lina

A.    Identitas Klien

Nama                                 : Nn.T

Umur                                 : 19 th

Pekerjaan                           : Mahasiswa

Alamat                              : Sleman,Jogjakarta

Status Pernikahan             : Belum menikah

Suku                                  : Jawa, Indonesia

Diagnosa Medis                : Tonsilitis Akut

Page 42: Askep Tonsilitis

Tanggal Masuk RS            : 28 Oktober 2010

No.RM                              : 430055

B.     Penanggung Jawab

Nama                                 : Ny.S

Umur                                 : 42 th

Alamat                              : Sleman,Jogjakarta

Hubungan                         : Ibu

II.    Riwayat Kesehatan

A.    Keluhan Utama                             :

Klien mengatakan nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan.

B.     Keluhan Tambahan                       :

-     Suara serak

-     Merasa lesu

-     Tidak nafsu makan

-     Nafas berbau

C.     Alasan masuk rumah sakit :

Nyeri yang tidak tertahankan

D.    Riwayat penyakit lalu                   :

Belum pernah mengalami penyakit pernapasan

E.     Riwayat penyakit sekarang           :

Awalnya klien demam selama 2 hari. Kemudian klien mengukur suhu dan diperoleh suhu

38,20C. Setelah itu klien memutuskan untuk periksa ke rumah sakit X, karena ia mengalami

nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan. Saat dilakukan pemeriksaan bagian mulut

terjadi pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring. Klien kemudian disarankan

untuk dilakukan pemeriksaan kultur : usap tonsilar. Ternyata hasilnya positif terdapat

Streptococcus group A. Tim medis menyarankan klien untuk dilakukan operasi dan klien

menyetujui.

III. Pengkajian Fisik

A.    Tanda-tanda vital :

Nadi          : 84 x/menit

Respirasi    : 22x/menit

TD             : 100/60 mmHg

Suhu          : 38,20 C

B.     Pemeriksaan mulut dan tenggorok :

-     Berbicara kurang jelas

-     Suara serak dan parau

-     Warna lidah merah

-     Palatum simetris

-     Uvula simetris

-     Napas bau

Page 43: Askep Tonsilitis

-     Tonsil = T3 (kanan dan kiri)

C.     Pemeriksaan Fisik  :

-     Pemeriksaan kepala : bentuk nesochepal, rambut hitam, tipis dan bersih

-     Pemeriksaan mata : tidak ada sekret di sudut mata, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak

ikterik, pasien bisa membaca dan membedakan warna.

-     Pemeriksaan telinga : bersih, tidak ada cairan keluar, simetris antara kanan dan kiri

-     Pemeriksaan hidung : bersih dan tidak ada sekret

-     Pemeriksaan mulut dan tenggorokan : tidak ada caries pada gigi, terdapat pembesaran pada

jaringan limfatik kedua sisi orofaring.

-     Pemeriksaan leher : JVP tidak meningkat

-     Pemeriksaan dada : ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan

IV. Diagnosa Keperawatan1.    Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai oleh

DS:-       Pasien mengatakan nyeri saat menelan-       Klien mengatakan nyeri hanya di tenggorok

DO :-       Saat menelan pasien meringis-       Pasien gelisah-       Tonsil merah dengan bercak keputih-putihan-       Tonsil : T3 kanan dan kiri2.    Ansietas berhubungan dengan akan dilakukannya tindakan tonsilektomi ditandai oleh :

DS:-       pasien mengatakan takut operasi

DO :-       pasien gelisah-       pasien murung-       TD 100/60 mmHg-       Nadi  84x/menit-       RR 22x/menit-       Suhu  38,20C-       Akan dilakukan tonsilektomi3.    Kurang pengetahuan mengnai kondisi berhubungan dengan kurang informasi ditandai

denganDS:

-       Pasien mengeluh deman-       Pasien mengatakan susah menelan-       Pasien mengatakan  sakit tenggorokan-       Pasien mengatakani tidak pernah mengalami sakit seperti ini-       Pasien mengatakan tidk tau mengenai tonsilektomi

 DO:-       Pasien bertanya mengapa ia demam-       Pasien bertanya mengapa harus dilakukan tonsilektomi-       Pasien terlihat bingung

4.    Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil, ditandai oleh :DS :

Page 44: Askep Tonsilitis

-       Pasien mengatakan demamDO :

-       Suhu : 38,20C-       RR : 22 x/menit-       Nadi : 84 x/menit-       TD : 100/60 mmHg-       Tonsil : T3

5.    Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan adanya anoreksia ditandai oleh :DS :

-       Pasien mengatakan tidak nafsu makan-       Pasien mengatakan sakit saat menelan

DO :-       Pasien lemas-       Kulit kering

Page 45: Askep Tonsilitis

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATANNama pasien    : Nn.TRuang              : DelimaTanggal           :28 oktober 2010

No.

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

Rencana Tindakan

Rasional

1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai olehDS:

        Pasien mengatakan nyeri saat menelan

        Klien mengatakan nyeri hanya di tenggorokDO :

        Saat menelan pasien meringis

        Pasien gelisah        Tonsil merah dengan

bercak keputih-putihan        Tonsil : T3 kanan dan

kiri

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam nyeri yang dialami pasien menurun dengan kriteria :DO :

        Pasien menunjukkan nyeri berkurang (skala 3)DO :

        Pasien lebih rileks

1.      Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan

2.      Anjurkan perilaku penggunaan manajemen stress

3.      Berikan analgetik, misalnya kodein; ASA; dan darvan sesuai indikasi

1.      Meningkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan perhatian pada sesuatu disamping diri sendiri / ketidaknyamanan

2.      Meningkatkan rasa sehat

3.      Analgetik dapat menurunkan rasa nyeri

2. Ansietas berhuungan dengan akan dilakukannya tindakan tonsilektomi ditandai oleh :DS:

        pasien mengatakan takut operasiDO :

        pasien gelisah        pasien murung        TD100/60 mmHg        Nadi 84x/menit        RR22x/menit        Suhu 38,20C        Akan dilakukan

tonsilektomi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 jam pasien menunjukkan kemampuan untuk mengatasi masalah dengan kriteria :DS :Pasien mengatakan sudah tidak begitu takutDO :Pasien lebih rileks

1.      Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis. Hindari argumen mengenai persepsi pasien terhadap situasi tersebut

2.      Dorong pasien/ orang terdekat untuk menyatakan perasaan

3.      Tunjukkan / dorong tindakan relaksasi misalnya imajinasi

1.      Dapat mengurangi ansietas dan ketidak mampuan pasien untuk membuat pilihan/keputusan berdasarkan realita

2.      Memberi kesempatan untuk menerima masalah, memperjelas kenyataan takut, dan menurunkan ansietas sampai ke tingkat yang dapat diterima

3.      Memberi manajemen aktif situasi untuk menunkan perasaan tak berdaya

3 Kurang pengetahuan mengnai kondisi

Setelah dilakukan tindakkan

1.      Tegaskan jumlah persiapan pra

1.      Informasi dapat memberikan

Page 46: Askep Tonsilitis

berhubungan dengan kurang informasi ditandai denganDS:

        Pasien mengeluh deman

        Pasien mengatakan susah menelan

        Pasien mengatakan  sakit tenggorokan

        Pasien mengatakani tidak pernah mengalami sakit seperti ini

        Pasien mengatakan tidk tau mengenai tonsilektomi DO:

        Pasien bertanya mengapa ia demam

        Pasien bertanya mengapa harus dilakukan tonsilektomi

        Pasien terlihat bingung

keperawatan 3 x 24 jam diharapkan pasien memahami mengenai penyakitnya dengan kriteria :DS :

        Pasien mengatakan sudah paham mengenai penyakitnyaDO:

        Pasien lebih rileks

operasi dan retensi informasi.Kaji tingkat ansietas sehubungan dengan diagnosis dan pmbedahan

2.      Berikan atau ulang penjelasan pada tingkat penerimaan pasien. Diskusikan ketidakakuratan dalam persepsi tentang proses penyakit dan terapi bersama klien dan orang terdekat

petunjuk tentang reaksi pasien pasca operasi. Ansietas dapat mempengaruhi pemahaan informasi yang diberikan sebelum operasi

2.      Terdapat stresor yang berlebihan dan mungkin disertai dengan pengetahuan yang terbatas. Salah satu konsep kadang tak dapat dihindari, namun ketidakberhasilan untuk mengali dan memperbaikinya dapat mengakibatkan kegagalan pasien mencapai kemajuan kesehatan