askep glaukoma kelompok 1

36
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia setelah katarak, biasanya terjadi pada usia lanjut. Dibeberapa negara 2% penduduk usia diatas 40 tahun menderita Glaukoma, dan di Indonesia Glaukoma sebagai penyebab kebutaan yang tidak dapat dipulihkan. Glaukoma salah satu penyakit mata yang diakibatkan karena kenaikan tekanan bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan, sedangkan fungsi saraf mata akan meneruskan bayangan yang dilihat ke otak. Diotak bayangan akan digabungkan dipusat penglihatan dan membentuk benda (vision). Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan segala akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus, mentebabkan atrofi saraf optik dan hilangnya pandangan perifer. Glaukoma dapat timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa timbulnya tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam. Derajat peningkatan TIO yang mampu menyebabkan kerusakan

Upload: tri-sudirman

Post on 31-Dec-2015

675 views

Category:

Documents


93 download

DESCRIPTION

tri

TRANSCRIPT

Page 1: askep glaukoma kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia setelah katarak,

biasanya terjadi pada usia lanjut. Dibeberapa negara 2% penduduk usia diatas 40

tahun menderita Glaukoma, dan di Indonesia Glaukoma sebagai penyebab kebutaan

yang tidak dapat dipulihkan.

Glaukoma salah satu penyakit mata yang diakibatkan karena kenaikan tekanan

bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan, sedangkan fungsi saraf

mata akan meneruskan bayangan yang dilihat ke otak. Diotak bayangan akan

digabungkan dipusat penglihatan dan membentuk benda (vision).

Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan

atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO)

dengan segala akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi

jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus,

mentebabkan atrofi saraf optik dan hilangnya pandangan perifer. Glaukoma dapat

timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa

timbulnya tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba

dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam. Derajat peningkatan TIO yang

mampu menyebabkan kerusakan organik bervariasi. Beberapa orang dapat

menoleransi tekanan yang mungkin bagi orang lain dapat menyebabkan kebutaan.

Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder, dan kongenital. Tipe primer

terbagi lagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.

Sehingga dalam laporan ini,kami akan menjelaskan keseluruhan dari penyakit

glaucoma itu sendiri beserta asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien

dengan glaucoma.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan glaucoma.

Page 2: askep glaukoma kelompok 1

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian glaucoma.

b. Mengetahui etiologi glaucoma.

c. Mengetahui patofisiologi dan WOC glaucoma.

d. Mengetahui tanda dan gejala glaucoma.

e. Mengetahui pemeriksaan diagnostic glaucoma.

f. Mengetahui penatalaksanaan medis dari glaucoma.

g. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan glaucoma baik secara

teoritis maupun secara kasus.

C. MANFAAT

1. Manfaat Bagi Penulis

Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan

untuk mengetahui dan menambah wawasan khususnya dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan glaucoma.

2. Manfaat Bagi Instituti Pendidikan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana

penambah informasi mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada

klien dengan glaucoma.

Page 3: askep glaukoma kelompok 1

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Glaukoma, yaitu :

1) Long Barbara, 1996

Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan

peningkatan tekanan intra okuler.

2) Chandler & Grant (1977)

Glaukoma adalah suatu keadaan pada mata, dimana ditemukan

kenaikan tekanan bola mata yang sudah menyebabkan kerusakan/kelainan

pada diskus optikus dan lapang pandangan.

3) Arif, 1999

Suatu keadaan tekanan intra oculer / tekanan dalam bola mata cukup

besar untuk menyebabkan kerusakan pupil, saraf optik dan kelainan lapang

pandang.

4) Sidarta Ilyas,2000

Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik

berupa peningkatan tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik

dengan defek lapang pandangan mata.

B. KLASIFIKASI

1) Glaukoma primer

a. Glaukoma sudut terbuka menahun

Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang

paling   umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga

resiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada

usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan

atau bertahun-tahun.Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi

kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara

permanen. Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi

dan penanganan dini.Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya

Page 4: askep glaukoma kelompok 1

membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan

dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

b. Galukoma sudut tertutup akut

Pada glaukoma ini ditandai dengan serangan akut meningginya

tekanan intraokuler selama beberapa jam. Tekanan ini biasanya bisa

berlipat tiga, 4 kali dari tekanan normal. Bila bola mata ditekan akan

terasa empuk, tetapi pada saat terjadi serangan maka bola mata teraba

keras seperti batu dan aliran cairan mata terhambat sama sekali.

Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena

keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat,

pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya.

Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-

Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan

kebutaan dalam waktu yang singkat.

2) Glaukoma sekunder

Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti

katarak, diabetes,trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya.

Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat

meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus

diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.

Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan

penyempitan sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata

dapat diakibatkan oleh : perubahan lensa , Kelainan, uvea , Trauma

bedah. Naiknya tekanan intraokular pada glaukoma ini karena

terhambatnya aliran cairan air mata yang melewati pupil atau

ditempat keluarnya melalui kanal schlem.

3) Glaukoma congenital

Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal

memfungsikan trabekular. Glaukoma ini dapat dilihat dalam masa

pertumbuhan bola mata anak menjadi semakin besar karena tingginya

tekanan intraokular. Dan terjadi pada tahun pertama setelah lahir.

Diturunkan secara autosomal resesif. Penyakit ini timbul akbat dari

salah tumbuh struktur sudut dan saluran keluar air mata. Pemisahan

iris perifer dari dinding korneosklera tidak sempurna.

Page 5: askep glaukoma kelompok 1

C. ETIOLOGI

1) Primer terdiri dari :

a. Akut                    :Dapat disebabkan karena trauma.

b. Kronik                 :Dapat disebabkan oleh keturunan keluarga.

2) Sekunder

Disebabkan penyakit mata lain seperti :Katarak,Perubahan

lensa, Kelainan uvea, Pembedahan,Pemakai steroid secara rutin

misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang

tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat

steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid

secara rutin lainnya.

3) Faktor Resiko

Umur

Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat

2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini

akan bertambah dengan bertambahnya usia.

Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma

Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma

mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma.

Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua

dan anak-anak.

Tekanan bola mata

Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaucoma.

Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih

rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan

bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter

spesialis mata.

Obat-obatan

Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang

mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler

untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan

pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda

mengetahui bahwa anda pemakai obat-abatan steroid secara rutin,

Page 6: askep glaukoma kelompok 1

sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata

untuk pendeteksian glaukoma.

D. PATOFISIOLOGI

TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar

Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama

terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor

diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam

sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar

atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor

melalui kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan

evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan

retina. Iskemia menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara

bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea

sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan

hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan

kebutaan. Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang

pandang.

Page 7: askep glaukoma kelompok 1

E. WOC

Usia diatas 40 tahun

DM

Kortikosteroid jangka panjang

Myopia

Trauma mata

Obstruksi jaringan Peningkatan tekanan

Trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris

Cairan aqueous humor kedepan

MK: Nyeri TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Gangguan saraf optic Tindakan operasi

MK: Ansietas Perubahan penglihatan MK: Gangguan MK: Kurang Pengetahuan

Perifer Persepsi

Kebutaan Sensori

Penglihatan

Page 8: askep glaukoma kelompok 1

F. TANDA DAN GEJALA

Adapun tanda dan gejala dari glaucoma adalah sebagai berikut :

-Tekanan intraokuler meningkat

- Defek lapang pandang yang khas

- Penggaungan patologis papil saraf optik.

1) Glaukoma primer

a. Glaukoma sudut terbuka

     - Kerusakan visus yang serius

     - Lapang pandang mengecil

     - Perjalanan penyakit progresif lambat

b. Glaukoma sudut tertutup

     - Nyeri hebat didalam dan sekitar mata

     - Timbulnya halo disekitar cahaya

     - Pandangan kabur

     - Sakit kepala

     - Mual, muntah

     - Kedinginan

2) Glaukoma sekunder

    - Pembesaran bola mata

    - Gangguan lapang pandang

    - Nyeri didalam mata

3) Glaukoma kongenital

- Gangguan penglihatan

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1)   Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan

sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,

aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau

penglihatan ke retina atau jalan optik.

2)   Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor

pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.

3)   Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO

normal atau hanya meningkat ringan.

4)   Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi

Page 9: askep glaukoma kelompok 1

5)    EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan

aterosklerosisi,PAK

6)   Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

7)   Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina,

discus optikus macula dan pembuluh darah retina.

8)   Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler,

nilai mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap

patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan

menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan sudut

terbuka dari sudut tertutup glaukoma.

9)   Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi

oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga

memberikan pandangan oblikkedalam tuberkulum dengan lensa khusus.

10) Perimetri  : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang

pandangan yangkhas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan

dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.

11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang

dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS

1) Terapi medikamentosa

Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat

sistemik (obat yang mempengaruhi seluruh tubuh)

2) Terapi obat-obatan

Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang

diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan

metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk

mencegah efek samping obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi

pemberiannya tidak boleh terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan

carbachol) meski merupakan antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan

karena efek sampingnya.

a. obat sistemik

Page 10: askep glaukoma kelompok 1

·        Inhibitor karbonik anhidrase. Pertama diberikan secara intravena

(acetazolamide 500mg) kemudian diberikan dalam bentuk obat minum lepas

lambat 250mg 2x sehari.

·        Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat

minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena

adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika

acetazolamide sudah tidak efektif lagi.

·        Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.

b. obat tetes mata lokal

·        Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,

levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk

menurunkan TIO.

·        Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan

mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.

·        Miotikum. Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x dengan jarak

15 menit kemudian diberikan 4x sehari. Pilokarpin 1% bisa digunakan sebagai

pencegahan pada mata yang lainnya 4x sehari sampai sebelum iridektomi

pencegahan dilakukan.

3) Terapi Bedah

·        iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata

belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor

akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.

·        Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup

lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

Page 11: askep glaukoma kelompok 1

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a.       Identitas klien, meliputi :

-          Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.

b.      Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS. Biasanya

klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.

c.       Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien saat ini

sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.

d.      Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien

sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya ataupun tidak.

e.       Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami anggota

keluarga.

f.       Pemeriksaan Fisik

-          Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui

adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih

dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan

pembuluh darah menjalar keluar dari iris.

-          Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat

menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.

-          Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera

kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.

Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO,

terasa lebih keras dibanding mata yang lain.

-          Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angledidapat

nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan

menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada

stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada

kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat,

sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.

Page 12: askep glaukoma kelompok 1

B. Pengkajian Pola FungsionaL Gordon

1) POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN

- Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga

kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana

kepatuhannya terhadap pengobatan.

- Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga dengan

penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat stress, alergi,

gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.

2) POLA NUTRISI/METABOLISME

- Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam

- Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari

- Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )

- Bagaimana nafsu makan klien

- Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu

makan

- Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir

- Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual

muntah

3) POLA ELIMINASI

- Kaji kebiasaan defekasi

- Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan karekteristik

BAB

- Kaji kebiasaan miksi

- Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri

ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk miksi.

- Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi,

kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe sekunder (DM,

hipertensi).

4) POLA AKTIVITAS/LATIHAN

- Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi

- Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table gorden)

- Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang

Page 13: askep glaukoma kelompok 1

- Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada.

Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau keluarganya

( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )

- Kaji kekuatan tonus otot

- Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari. Karena,

klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya matahari.

5) POLA ISTIRAHAT TIDUR

- Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif

- Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur

- Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien sehari-

hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola tidur klien

tidak normal.

6) POLA KOGNITIF-PERSEPSI

- Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman. Persepsi

nyeri, bahasa dan memori

- Status mental

- Bicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup

- Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan

interaksi

- Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya

- Pendengaran : DBN / tidak

- Peglihatan :DBN / tidak

- Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri

- Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi nyeri

saat nyeri terjadi

- Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri

- Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan. Pola

pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.

7) POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI

- Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri,

gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri

- Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang

membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri

Page 14: askep glaukoma kelompok 1

- Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien sering

merasa marah, cemas, depresi, takut,  suruh klien menggambarkannya.

- Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri karena

mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak PD dalam

kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan

konsep diri.

8) POLA PERAN HUBUNGAN

- Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.

- Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien

- Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll

- Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.

- Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik

- Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social

- Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan dengan

orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan klien malu

berhubungan de ngan orang lain.

- Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam

melakukan perannya

9) POLA KOPING-TOLERANSI STRESS

- Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan system

pendukung

- Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa bulan

terakhir

- Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi,

apakah efektif?

- Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang lain

- Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik

- Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress

- Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang

dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien mengalami

penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.

10) POLA  REPRODUKSI/ SEKSUALITAS

- Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif

- Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya

Page 15: askep glaukoma kelompok 1

- Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan

penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat melakukan

hubungan intim

- Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi

seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan terganggu

ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka yang mengalami

penyakit mata.

11) POLA KEYAKINAN-NILAI

- Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam hidup

- Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.

- Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam

hidupKlien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari-hari

karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan mengganggu

ibadahnya.

C. Diagnosa Keperawatan

1.    Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan

muntah

2.    Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan, gangguan status

organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

3.    Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,

kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-

ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup

4.    Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi

ditandai dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi,

terjadi komplikasi yang dapat dicegah.

D. INTERVENSI

1.    Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan

muntah

Tujuan: nyeri hilang atau berkurang

Page 16: askep glaukoma kelompok 1

Kriteria Hasil:

a.    Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian nyeri

b.    Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang

c.    Ekspresi wajah rileks

Intervensi:

a.    Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri

b.    Kaji tingkatan nyeri untuk menentukan dosis analgesic

c.    Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang

d.    Atur sikap fowler 30° atau dalam posisi nyaman.

e.    Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO

f.     Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan

g.    Berikan analgesi sesuai anjuran

2.    Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan, gangguan status

organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.

Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal

Kriteria Hasil:

a.    Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan

b.    Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih

lanjut

Intervensi:

a.    Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan

b.    Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan

penglihatan

c.    Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak

salah dosis

d.    Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan,

contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang

terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam

e.    Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi

3.    Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,

kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-

ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup

Tujuan: Cemas hilang atau berkurang

Page 17: askep glaukoma kelompok 1

Kriteria Hasil:

a.    Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi

b.    Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah

c.    Pasien menggunakan sumber secara efektif

Intervensi:

a.    Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan

pengetahuan kondisi saat ini

b.    Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa

pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan

c.    Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan

d.    Identifikasi sumber/orang yang menolong

4.    Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan

b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi

ditandai dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi,

terjadi komplikasi yang dapat dicegah

Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya

Kriteria Hasil:

a.    pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan

b.    Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit

c.    Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan

Intervensi

a.    Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi

b.    Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata

c.    Izinkan pasien mengulang tindakan

d.    Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata

e.    Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid

topical

E.  EVALUASI

1.    Nyeri hilang atau berkurang

2.    Penggunaan penglihatan yang optimal

3.    Cemas hilang atau berkurang

4.    Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya

Page 18: askep glaukoma kelompok 1

BAB IV

TINJAUAN KASUS

KASUS PEMICU

Tn w 40thn dirawat di RS karena kehilangan penglihatan,sisi samping (perifer), sakit kepala,

penglihatan kabur, melihat pelangi bila melihat sumbar cahaya terang. Sebelumnya Tn.W

pernah mengalami benturan pada matanya. Penglihatan yang kabur dirasakan sangat

mengganggu aktivitas pekerjaan Tn.W, sampai-sampai beliau sering berpegangan saat

berjalan karena takut jatuh. Penglihatan kabur lebih dirasakan saat siang hari dan saat malam

hari jika terkena sinar lampu. Pada pemeriksaan didapat pupil yang lebar dan iregular, edem

perifer corne, kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva, COA yang sempit.

Pemeriksaan tonometri TIO diatas 21mmHg, diduga faktor utama yang berperan dalam

meningkatnya TIO, antara lain karena kecepatan produksi Aqueos humor oleh badan silia,

resitensi aliran aqueos humor melalui jaringan trabekular dan kanal schlemna/ tekanan vena

epislera. Dokter berkolaborasi dengan perawat dalam pemberian tetes mata beta

bloker(trimolol, betaxolol, cateolol, levobunolol, metripranolol) yang kemungkinan akan

mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO. Mata Tn.W terlihat masih memar,

Tn.W tampak lelah, mata Tn.W terlihat merah TTV S : 37 celcius, N : 80 x/menit,

TD : 120/80mmHg, RR : 18 x/menit.

A. Pengkajian

1) Pengumpulan Data

Nama : Tn.WJenis kelamin : Laki-lakiUmur  : 40 tahunStatus perkawinan : Sudah MenikahPendidikan : SMPSuku/Bangsa : IndonesiaAlamat : Muara sabakPekerjaan : Petugas parkerNama istri : MayaTanggal jam pengkajian : 17 agustus 2013

2) Riwayat Kesehatan

Keluhan utama : Penglihatan kabur

RKS

Page 19: askep glaukoma kelompok 1

P      : Tn.W dibawa ke RS karena mengalami penglihatan kabur setelah

kemarin mengalami benturan pada matanya saat bekerja. Tn.W juga

merasakan tidak dapat melihat di sisi samping, dan selalu melihat ada pelangi

saat melihat lampu yg terang. Setelah mengalami benturan, mata Tn.W

dikompres istrinya dengan air dingin.

Q     : penglihatan kabur dirasakan setelah Tn.W mengalami benturan pada

matanya.

R      : di daerah matanya

S      : penglihatan yang kabur dirasakan sangat mengganggu aktivitas

pekerjaan Tn.W, sampai-sampai beliau sering berpegangan saat berjalan

karena takut jatuh.

T      : penglihatan kabur lebih dirasakan saat siang hari dan saat malam hari

jika terkena sinar lampu.

RKD : Tn.W tidak pernah mengalami riwayat penyakit mata sebelumnya.

RKK : Keluarga tidak ada memiliki riwayat penyakit yang sama.

Kebiasaan sehari-hari sebelum masuk RS (3 bulan terakhir) Pola makan : 3x/hari Pola minum : 8 gelas/hari Pola BAK : 5x/hari Pola BAB : 1x/hari Pola mandi : 2x/hari Pola sikat gigi : 2x/hari Potong kuku : 1x/minggi Keramas : 3x/minggu Istirahat : Siang jarang , malam 7 jam Olahraga : Jarang Rekreasi : Hanya duduk bersama keluarga Makanan kesukaan : Nasi goreng Minuman kesukaan : Kopi

3) Data Biologis di RS

Keadaan nutrisi

- Pola makan : 3x/hari

- Tn.W mengeluhkan mual muntah, sehingga Tn.W tidak nafsu makan

- Diet : Tidak ada

- Pantangan : Tidak ada.

Page 20: askep glaukoma kelompok 1

- Alergi makanan : Tidak ada.

- Pola minuman : 5 gelas/hari

- Keluhan lain : Tn.W mengeluhkan mual muntah, sehingga

Tn.W tidak nafsu makan

Eliminasi

Frekuensi BAK : 4x/hari

Pola BAK : Teratur

Keluhan lain : Tidak ada

Frekuensi BAB : 1x/hari

Pola BAB : Teratur

Warna tinja : Kecoklatan

Konsistensi tinja : Padat

Keluhan lain : Tidak ada

Istirahat dan tidur

Tidur siang : Jarang

Tidur malam : 5 jam

Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada

Keluhan lain : Tidak ada

Personal hygnie

Pola mandi : Jarang

Pola sikat gigi : 1x/hari

Pola keramas rambut: Jarang

Ganti pakaian : 1x/hari

Potong kuku : Jarang

Lain-lain : tidak ada

B. Pemeriksaan Fisik

1) TTV TD : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 18x/menit Suhu : 37 c

2) Keadaan Umum Kesan umum : Klien tampak lemah Kesadaran : Composmentis TB/BB : 165 cm/60 kg

Page 21: askep glaukoma kelompok 1

3) Kepala Struktur kepala : Simetris Rambut : Tipis Kulit kepala : Tidak ada ketombe, tidak ada lesi Lain-lain : Tidak ada keluhan

a. Telinga Struktur : Simetris Fungsi pendengaran : Baik Cerumen : Tidak ada Cairan telinga : Tidak ada ABD : Tidak ada Lain-lain : Tidak ada keluhan

b. Hidung Struktur : Simetris Secret hidung : Tidak ada Fungsi penciuman : Baik Epistaxis : Tidak ada Polip : Tidak ada Keluhan lain : Tidak ada keluhan

c. Mata Schlera : Anikterik Konjungtiva : Kongesti pembuluh darah Pupil : Isokor Refleks kornea : Kurang Ketajaman penglihatan : Menurun Keluhan lain : Penglihatan yang kabur dirasakan

sangat mengganggu aktivitas pekerjaan Tn.W, sampai-sampai beliau sering berpegangan saat berjalan karena takut jatuh.

d. Mulut Keadaan bibir : Kering Keadaan gigi : Ada 4 gigi yang tanggal Keadaan lidah : Bersih Fungsi pengecapan : Baik Fungsi pengunyah : Baik Mukosa mulut : Kering Tonsil : Tidak ada peradangan Keluhan lain : Tidak ada keluhan

4) Leher Keadaan leher : Simetris, tidak ada lesi Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran Kelenjar limfenoid : Tidak ada pembesaran Keluhan lain : Tidak ada keluhan

Page 22: askep glaukoma kelompok 1

5) Dada Bentuk dada : Simetris, tidak ada lesi Retraksi dada : Sama antara kiri dan kanan Buah dada : Simetris, Lain-lain : Tidak ada keluhan

a. Paru-paru Pola nafas : Teratur Irama nafas : I=E Organ bantu : Tidak ada Vocal fremitus : (+/+) Bunyi nafas : Vesikuler Lain-lain : Tidak ada keluhan

b. Jantung Ukuran/ batas jantung : Normal, tidak ada kardiomegali

Iktus kordis : Tidak tampak

Bendungan vena : Tidak ada

Pengisian pembuluh darah : CRT 3 detik

Kafiler

Bunyi jantung : S1 lebih tinggi dari S2

Keluhan lain : Tidak ada keluhan

6) Perut/abdomen

Bentuk abdomen : Simetris, tidak ada distensi

Nyeri episgastrum : Tidak ada

Peristaltik usus : 4 kali/ menit

Ukuran hevar : Normal/ tidak teraba

Limfa : Normal

Nyeri tekan/ apendiks : tidak ada

Lain- lain : tidak ada

7) Status neurologis

Tingkat kesadaran : Compos metis

Motorik (6), Bye(5),Eye (4) : M(6) B(5) E(4)

Kelumpuhan : tidak ada

Lain- lain : tidak ada

8) Perasaan terhadap rangsangan

Nyeri : Normal

Suhu : Normal

Page 23: askep glaukoma kelompok 1

Perabaan : Normal

Tekan : Normal

Tusukan : Normal

9) Kulit

Kelainan warna kulit : Tidak ada

Turgor : Jelek

Lesi : tidak ada

Keadaan kulit : Normal, tidak ada kelainan

Keluhan lain : Tidak ada

10) Muskoloskeletal

Kekuatan otot : 5,5,5,5 5, 5, 5,5

5,5,5,5 5,5,5,5

Kecacatan : Tidak ada

Nyeri : Tidak ada

Trauma : Tidak ada

Keterbatasan pergerakan (ROM): Tidak ada

Lain- lain : Tidak ada

11) Aktivitas sehari- hari

Dapat menolong sendiri : Dapat menolong sendiri

Sebagaian di tolong orang lain : -

Semua di tolong orang lain : -

12) Data Psikologis

Klien cemas memikirkan kondisinya, karena penurunan penglihatan yang ia

alami.

13) Data Spiritual

Selama di rawat, ibu hanya berdzikir.

14) Data Sosisal

Hubungan ibu dengan keluarga baik , terbukti banyak yang datang

mengunjungi ibu.

C. Klasifikasi Data

Ds :

Page 24: askep glaukoma kelompok 1

- Tn.W mengeluhkan mual muntah, sehingga Tn.W tidak nafsu makan

- Klien mengatakan penglihatan yang kabur dirasakan sangat mengganggu aktivitas

pekerjaan Tn.W, sampai-sampai beliau sering berpegangan saat berjalan karena

takut jatuh.

- Klien mengatakan penglihatan kabur lebih dirasakan saat siang hari dan saat

malam hari jika terkena sinar lampu.

Do :

- Klien tampak lemah

- Padaa pengkajian mata : sclera anikterik, ketajaman pengkihatan menurun

- Pemeriksaan tonometri TIO diatas 21mmHg ( 13,460 – 20,148 mmHg )

- Mata Tn.W terlihat masih memar, mata Tn.W terlihat merah

- Klien tamapak cemas memikirkan kondisinya, karena penurunan penglihatan

yang ia alami.

D. Analisa data

No

.Data Etiologi Problem

1. Ds :

- Tn.W mengeluhkan mual

muntah, sehingga Tn.W tidak

nafsu makan

- Klien mengatakan penglihatan

yang kabur dirasakan sangat

mengganggu aktivitas

pekerjaan Tn.W, sampai-

sampai beliau sering

berpegangan saat berjalan

karena takut jatuh.

- Klien mengatakan penglihatan

kabur lebih dirasakan saat

siang hari dan saat malam hari

jika terkena sinar lampu.

Do :

Peningkatan TIO Gangguan persepsi

sensori penglihatan

Page 25: askep glaukoma kelompok 1

- Padaa pengkajian mata :

sclera anikterik, ketajaman

pengkihatan menurun

- Pemeriksaan tonometri TIO

diatas 21mmHg ( 13,460 –

20,148 mmHg )

- Mata Tn.W terlihat masih

memar, mata Tn.W terlihat

merah