askep glaukoma kelompok 1
DESCRIPTION
triTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Glaukoma adalah penyebab kebutaan nomor 2 di Indonesia setelah katarak,
biasanya terjadi pada usia lanjut. Dibeberapa negara 2% penduduk usia diatas 40
tahun menderita Glaukoma, dan di Indonesia Glaukoma sebagai penyebab kebutaan
yang tidak dapat dipulihkan.
Glaukoma salah satu penyakit mata yang diakibatkan karena kenaikan tekanan
bola mata dan menimbulkan kerusakan saraf penglihatan, sedangkan fungsi saraf
mata akan meneruskan bayangan yang dilihat ke otak. Diotak bayangan akan
digabungkan dipusat penglihatan dan membentuk benda (vision).
Glaukoma adalah sekelompok gangguan yang melibatkan beberapa perubahan
atau gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO)
dengan segala akibatnya. Saat peningkatan TIO lebih besar daripada toleransi
jaringan, kerusakan terjadi pada sel ganglion retina, merusak diskus optikus,
mentebabkan atrofi saraf optik dan hilangnya pandangan perifer. Glaukoma dapat
timbul secara perlahan dan menyebabkan hilangnya pandangan ireversibel tanpa
timbulnya tanpa timbulnya gejala lain yang nyata atau dapat timbul secara tiba-tiba
dan menyebabkan kebutaan dalam beberapa jam. Derajat peningkatan TIO yang
mampu menyebabkan kerusakan organik bervariasi. Beberapa orang dapat
menoleransi tekanan yang mungkin bagi orang lain dapat menyebabkan kebutaan.
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder, dan kongenital. Tipe primer
terbagi lagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
Sehingga dalam laporan ini,kami akan menjelaskan keseluruhan dari penyakit
glaucoma itu sendiri beserta asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dengan glaucoma.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan glaucoma.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian glaucoma.
b. Mengetahui etiologi glaucoma.
c. Mengetahui patofisiologi dan WOC glaucoma.
d. Mengetahui tanda dan gejala glaucoma.
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostic glaucoma.
f. Mengetahui penatalaksanaan medis dari glaucoma.
g. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan glaucoma baik secara
teoritis maupun secara kasus.
C. MANFAAT
1. Manfaat Bagi Penulis
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan
untuk mengetahui dan menambah wawasan khususnya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan glaucoma.
2. Manfaat Bagi Instituti Pendidikan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana
penambah informasi mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan glaucoma.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. DEFINISI
Beberapa pengertian menurut para ahli mengenai Glaukoma, yaitu :
1) Long Barbara, 1996
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intra okuler.
2) Chandler & Grant (1977)
Glaukoma adalah suatu keadaan pada mata, dimana ditemukan
kenaikan tekanan bola mata yang sudah menyebabkan kerusakan/kelainan
pada diskus optikus dan lapang pandangan.
3) Arif, 1999
Suatu keadaan tekanan intra oculer / tekanan dalam bola mata cukup
besar untuk menyebabkan kerusakan pupil, saraf optik dan kelainan lapang
pandang.
4) Sidarta Ilyas,2000
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peningkatan tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik
dengan defek lapang pandangan mata.
B. KLASIFIKASI
1) Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka menahun
Glaukoma Sudut-Terbuka Primer adalah tipe yang yang
paling umum dijumpai. Glaukoma jenis ini bersifat turunan, sehingga
resiko tinggi bila ada riwayat dalam keluarga. Biasanya terjadi pada
usia dewasa dan berkembang perlahan-lahan selama berbulan-bulan
atau bertahun-tahun.Seringkali tidak ada gejala sampai terjadi
kerusakan berat dari syaraf optik dan penglihatan terpengaruh secara
permanen. Pemeriksaan mata teratur sangatlah penting untuk deteksi
dan penanganan dini.Glaukoma Sudut-Terbuka Primer biasanya
membutuhkan pengobatan seumur hidup untuk menurunkan tekanan
dalam mata dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
b. Galukoma sudut tertutup akut
Pada glaukoma ini ditandai dengan serangan akut meningginya
tekanan intraokuler selama beberapa jam. Tekanan ini biasanya bisa
berlipat tiga, 4 kali dari tekanan normal. Bila bola mata ditekan akan
terasa empuk, tetapi pada saat terjadi serangan maka bola mata teraba
keras seperti batu dan aliran cairan mata terhambat sama sekali.
Glaukoma Sudut-Tertutup Akut lebih sering ditemukan karena
keluhannya yang mengganggu. Gejalanya adalah sakit mata hebat,
pandangan kabur dan terlihat warna-warna di sekeliling cahaya.
Beberapa pasien bahkan mual dan muntah-muntah. Glaukoma Sudut-
Tertutup Akut termasuk yang sangat serius dan dapat mengakibatkan
kebutaan dalam waktu yang singkat.
2) Glaukoma sekunder
Glaukoma Sekunder disebabkan oleh kondisi lain seperti
katarak, diabetes,trauma, arthritis maupun operasi mata sebelumnya.
Obat tetes mata atau tablet yang mengandung steroid juga dapat
meningkatkan tekanan pada mata. Karena itu tekanan pada mata harus
diukur teratur bila sedang menggunakan obat-obatan tersebut.
Glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata lain yang menyebabkan
penyempitan sudut / peningkatan volume cairan dari dalam mata
dapat diakibatkan oleh : perubahan lensa , Kelainan, uvea , Trauma
bedah. Naiknya tekanan intraokular pada glaukoma ini karena
terhambatnya aliran cairan air mata yang melewati pupil atau
ditempat keluarnya melalui kanal schlem.
3) Glaukoma congenital
Glaukoma yang terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal
memfungsikan trabekular. Glaukoma ini dapat dilihat dalam masa
pertumbuhan bola mata anak menjadi semakin besar karena tingginya
tekanan intraokular. Dan terjadi pada tahun pertama setelah lahir.
Diturunkan secara autosomal resesif. Penyakit ini timbul akbat dari
salah tumbuh struktur sudut dan saluran keluar air mata. Pemisahan
iris perifer dari dinding korneosklera tidak sempurna.
C. ETIOLOGI
1) Primer terdiri dari :
a. Akut :Dapat disebabkan karena trauma.
b. Kronik :Dapat disebabkan oleh keturunan keluarga.
2) Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti :Katarak,Perubahan
lensa, Kelainan uvea, Pembedahan,Pemakai steroid secara rutin
misalnya: Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang
tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat
steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid
secara rutin lainnya.
3) Faktor Resiko
Umur
Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat
2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini
akan bertambah dengan bertambahnya usia.
Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma
mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma.
Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua
dan anak-anak.
Tekanan bola mata
Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaucoma.
Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih
rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan
bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter
spesialis mata.
Obat-obatan
Pemakai steroid secara rutin misalnya: Pemakai obat tetes mata yang
mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler
untuk penderita asthma, obat steroid untuk radang sendi dan
pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda
mengetahui bahwa anda pemakai obat-abatan steroid secara rutin,
sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata
untuk pendeteksian glaukoma.
D. PATOFISIOLOGI
TIO ditentukan oleh kecepatan produksi Aqueos humor dan aliran keluar
Aqueos humor dari mata.TIO normal adalah 10- 21 mmHg dan dipertahankan selama
terdapat keseimbangan antara produksi dan aliran Aqueos humor. Aqueos humor
diproduksi didalam badan siliar dan mengalir keluar melalui kanal Schelmn kedalam
sistem vena. Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan siliar
atau oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar Aqueos humor
melalui kamera occuli anterior(COA). Peningkatan TIO > 23 mmHg memerlukan
evaluasi yang seksama. Peningkatan TIO mengurangi aliran darah ke saraf optik dan
retina. Iskemia menyebakan struktur ini kehilangan fungsinya secara
bertahap.Kerusakan jaringan biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea
sentralis. Kerusakan visus dan kerusakan sarf optik serta retina adalah irreversible dan
hal ini bersifat permanen. Tanpa penanganan, glaukoma dapat menyebabkan
kebutaan. Hilangnya pengelihatan ditandai dengan adanya titik buta pada lapang
pandang.
E. WOC
Usia diatas 40 tahun
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Myopia
Trauma mata
Obstruksi jaringan Peningkatan tekanan
Trabekuler vitreus
Hambatan pengaliran Pergerakan iris
Cairan aqueous humor kedepan
MK: Nyeri TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat
Gangguan saraf optic Tindakan operasi
MK: Ansietas Perubahan penglihatan MK: Gangguan MK: Kurang Pengetahuan
Perifer Persepsi
Kebutaan Sensori
Penglihatan
F. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda dan gejala dari glaucoma adalah sebagai berikut :
-Tekanan intraokuler meningkat
- Defek lapang pandang yang khas
- Penggaungan patologis papil saraf optik.
1) Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
- Kerusakan visus yang serius
- Lapang pandang mengecil
- Perjalanan penyakit progresif lambat
b. Glaukoma sudut tertutup
- Nyeri hebat didalam dan sekitar mata
- Timbulnya halo disekitar cahaya
- Pandangan kabur
- Sakit kepala
- Mual, muntah
- Kedinginan
2) Glaukoma sekunder
- Pembesaran bola mata
- Gangguan lapang pandang
- Nyeri didalam mata
3) Glaukoma kongenital
- Gangguan penglihatan
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.
2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor
pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina,
discus optikus macula dan pembuluh darah retina.
8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler,
nilai mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap
patologi bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan
menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan sudut
terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi
oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga
memberikan pandangan oblikkedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yangkhas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan
dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
11) Pemeriksaan Ultrasonografi..: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang
dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1) Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat
sistemik (obat yang mempengaruhi seluruh tubuh)
2) Terapi obat-obatan
Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang
diberikan adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan
metipranolol) atau simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk
mencegah efek samping obat diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi
pemberiannya tidak boleh terlalu sering. Miotikum (pilocarpine dan
carbachol) meski merupakan antiglaukoma yang baik tidak boleh digunakan
karena efek sampingnya.
a. obat sistemik
· Inhibitor karbonik anhidrase. Pertama diberikan secara intravena
(acetazolamide 500mg) kemudian diberikan dalam bentuk obat minum lepas
lambat 250mg 2x sehari.
· Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena
adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika
acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
· Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.
b. obat tetes mata lokal
· Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk
menurunkan TIO.
· Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan
mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
· Miotikum. Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x dengan jarak
15 menit kemudian diberikan 4x sehari. Pilokarpin 1% bisa digunakan sebagai
pencegahan pada mata yang lainnya 4x sehari sampai sebelum iridektomi
pencegahan dilakukan.
3) Terapi Bedah
· iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata
belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor
akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
· Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup
lebih dari 50% atau gagal dengan iridektomi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas klien, meliputi :
- Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke RS. Biasanya
klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami klien saat ini
sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah dialami klien
sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit yang dideritanya ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah dialami anggota
keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk mengetahui
adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus menjadi lebih luas dan lebih
dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan
pembuluh darah menjalar keluar dari iris.
- Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang cepat
menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara bertahap.
- Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi mata, sklera
kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal bereaksi terhadap cahaya.
Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO,
terasa lebih keras dibanding mata yang lain.
- Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open angledidapat
nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan
menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik. Pada
stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada
kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat,
sudut COA akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
B. Pengkajian Pola FungsionaL Gordon
1) POLA PERSEPSI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
- Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien menjaga
kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit glaukoma, bagaimana
kepatuhannya terhadap pengobatan.
- Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga dengan
penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta riwayat stress, alergi,
gangguan vasomotor, dan pernah terpancar radiasi.
2) POLA NUTRISI/METABOLISME
- Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
- Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
- Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
- Bagaimana nafsu makan klien
- Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan dan nafsu
makan
- Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir
- Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan mengeluhkan mual
muntah
3) POLA ELIMINASI
- Kaji kebiasaan defekasi
- Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan karekteristik
BAB
- Kaji kebiasaan miksi
- Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada kesulitan/nyeri
ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk miksi.
- Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola eliminasi,
kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe sekunder (DM,
hipertensi).
4) POLA AKTIVITAS/LATIHAN
- Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
- Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table gorden)
- Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
- Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada.
Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung atau keluarganya
( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
- Kaji kekuatan tonus otot
- Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-hari. Karena,
klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena cahaya matahari.
5) POLA ISTIRAHAT TIDUR
- Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
- Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
- Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat klien sehari-
hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat sehingga pola tidur klien
tidak normal.
6) POLA KOGNITIF-PERSEPSI
- Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman. Persepsi
nyeri, bahasa dan memori
- Status mental
- Bicara : - apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
- Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta keterampilan
interaksi
- Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
- Pendengaran : DBN / tidak
- Peglihatan :DBN / tidak
- Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas nyeri
- Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk mengurangi nyeri
saat nyeri terjadi
- Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
- Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera penglihatan. Pola
pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap yang biasa.
7) POLA PERSEPSI DIRI-KONSEP DIRI
- Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri,
gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
- Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
- Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah klien sering
merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien menggambarkannya.
- Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep diri karena
mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan klien tidak PD dalam
kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak mengalami gangguan pada persepsi dan
konsep diri.
8) POLA PERAN HUBUNGAN
- Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga lainnya.
- Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
- Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun cucu dll
- Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
- Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
- Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
- Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam berhubungan dengan
orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang mengakibatkan klien malu
berhubungan de ngan orang lain.
- Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan dalam
melakukan perannya
9) POLA KOPING-TOLERANSI STRESS
- Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan system
pendukung
- Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa bulan
terakhir
- Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang dihadapi,
apakah efektif?
- Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang lain
- Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
- Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi stress
- Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit yang
dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana klien mengalami
penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.
10) POLA REPRODUKSI/ SEKSUALITAS
- Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
- Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
- Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim berhubungan
penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau batuk hebat saat melakukan
hubungan intim
- Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola reproduksi
seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam keluarga akan terganggu
ketika anggota keluarga tidak menerima salah seorang dari mereka yang mengalami
penyakit mata.
11) POLA KEYAKINAN-NILAI
- Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan dalam hidup
- Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
- Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting dalam
hidupKlien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah sehari-hari
karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang akan mengganggu
ibadahnya.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan
muntah
2. Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan, gangguan status
organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
3. Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-
ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi
ditandai dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi,
terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
D. INTERVENSI
1. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan
muntah
Tujuan: nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
a. Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian nyeri
b. Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
c. Ekspresi wajah rileks
Intervensi:
a. Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
b. Kaji tingkatan nyeri untuk menentukan dosis analgesic
c. Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
d. Atur sikap fowler 30° atau dalam posisi nyaman.
e. Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
f. Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
g. Berikan analgesi sesuai anjuran
2. Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penerimaan, gangguan status
organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
a. Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
b. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih
lanjut
Intervensi:
a. Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
b. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan
penglihatan
c. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak
salah dosis
d. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan,
contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang
terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam
e. Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
3. Ansietas b/d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,
kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-
ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup
Tujuan: Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
a. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi
b. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
c. Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi:
a. Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan
pengetahuan kondisi saat ini
b. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa
pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan
c. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan
d. Identifikasi sumber/orang yang menolong
4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
b/d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi
ditandai dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi,
terjadi komplikasi yang dapat dicegah
Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya
Kriteria Hasil:
a. pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan
b. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
c. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi
a. Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi
b. Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata
c. Izinkan pasien mengulang tindakan
d. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata
e. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid
topical
E. EVALUASI
1. Nyeri hilang atau berkurang
2. Penggunaan penglihatan yang optimal
3. Cemas hilang atau berkurang
4. Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya
BAB IV
TINJAUAN KASUS
KASUS PEMICU
Tn w 40thn dirawat di RS karena kehilangan penglihatan,sisi samping (perifer), sakit kepala,
penglihatan kabur, melihat pelangi bila melihat sumbar cahaya terang. Sebelumnya Tn.W
pernah mengalami benturan pada matanya. Penglihatan yang kabur dirasakan sangat
mengganggu aktivitas pekerjaan Tn.W, sampai-sampai beliau sering berpegangan saat
berjalan karena takut jatuh. Penglihatan kabur lebih dirasakan saat siang hari dan saat malam
hari jika terkena sinar lampu. Pada pemeriksaan didapat pupil yang lebar dan iregular, edem
perifer corne, kongesti pembuluh darah episkleral dan konjungtiva, COA yang sempit.
Pemeriksaan tonometri TIO diatas 21mmHg, diduga faktor utama yang berperan dalam
meningkatnya TIO, antara lain karena kecepatan produksi Aqueos humor oleh badan silia,
resitensi aliran aqueos humor melalui jaringan trabekular dan kanal schlemna/ tekanan vena
epislera. Dokter berkolaborasi dengan perawat dalam pemberian tetes mata beta
bloker(trimolol, betaxolol, cateolol, levobunolol, metripranolol) yang kemungkinan akan
mengurangi pembentukan cairan di dalam mata dan TIO. Mata Tn.W terlihat masih memar,
Tn.W tampak lelah, mata Tn.W terlihat merah TTV S : 37 celcius, N : 80 x/menit,
TD : 120/80mmHg, RR : 18 x/menit.
A. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
Nama : Tn.WJenis kelamin : Laki-lakiUmur : 40 tahunStatus perkawinan : Sudah MenikahPendidikan : SMPSuku/Bangsa : IndonesiaAlamat : Muara sabakPekerjaan : Petugas parkerNama istri : MayaTanggal jam pengkajian : 17 agustus 2013
2) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Penglihatan kabur
RKS
P : Tn.W dibawa ke RS karena mengalami penglihatan kabur setelah
kemarin mengalami benturan pada matanya saat bekerja. Tn.W juga
merasakan tidak dapat melihat di sisi samping, dan selalu melihat ada pelangi
saat melihat lampu yg terang. Setelah mengalami benturan, mata Tn.W
dikompres istrinya dengan air dingin.
Q : penglihatan kabur dirasakan setelah Tn.W mengalami benturan pada
matanya.
R : di daerah matanya
S : penglihatan yang kabur dirasakan sangat mengganggu aktivitas
pekerjaan Tn.W, sampai-sampai beliau sering berpegangan saat berjalan
karena takut jatuh.
T : penglihatan kabur lebih dirasakan saat siang hari dan saat malam hari
jika terkena sinar lampu.
RKD : Tn.W tidak pernah mengalami riwayat penyakit mata sebelumnya.
RKK : Keluarga tidak ada memiliki riwayat penyakit yang sama.
Kebiasaan sehari-hari sebelum masuk RS (3 bulan terakhir) Pola makan : 3x/hari Pola minum : 8 gelas/hari Pola BAK : 5x/hari Pola BAB : 1x/hari Pola mandi : 2x/hari Pola sikat gigi : 2x/hari Potong kuku : 1x/minggi Keramas : 3x/minggu Istirahat : Siang jarang , malam 7 jam Olahraga : Jarang Rekreasi : Hanya duduk bersama keluarga Makanan kesukaan : Nasi goreng Minuman kesukaan : Kopi
3) Data Biologis di RS
Keadaan nutrisi
- Pola makan : 3x/hari
- Tn.W mengeluhkan mual muntah, sehingga Tn.W tidak nafsu makan
- Diet : Tidak ada
- Pantangan : Tidak ada.
- Alergi makanan : Tidak ada.
- Pola minuman : 5 gelas/hari
- Keluhan lain : Tn.W mengeluhkan mual muntah, sehingga
Tn.W tidak nafsu makan
Eliminasi
Frekuensi BAK : 4x/hari
Pola BAK : Teratur
Keluhan lain : Tidak ada
Frekuensi BAB : 1x/hari
Pola BAB : Teratur
Warna tinja : Kecoklatan
Konsistensi tinja : Padat
Keluhan lain : Tidak ada
Istirahat dan tidur
Tidur siang : Jarang
Tidur malam : 5 jam
Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada
Keluhan lain : Tidak ada
Personal hygnie
Pola mandi : Jarang
Pola sikat gigi : 1x/hari
Pola keramas rambut: Jarang
Ganti pakaian : 1x/hari
Potong kuku : Jarang
Lain-lain : tidak ada
B. Pemeriksaan Fisik
1) TTV TD : 120/80 mmHg Nadi : 80x/menit RR : 18x/menit Suhu : 37 c
2) Keadaan Umum Kesan umum : Klien tampak lemah Kesadaran : Composmentis TB/BB : 165 cm/60 kg
3) Kepala Struktur kepala : Simetris Rambut : Tipis Kulit kepala : Tidak ada ketombe, tidak ada lesi Lain-lain : Tidak ada keluhan
a. Telinga Struktur : Simetris Fungsi pendengaran : Baik Cerumen : Tidak ada Cairan telinga : Tidak ada ABD : Tidak ada Lain-lain : Tidak ada keluhan
b. Hidung Struktur : Simetris Secret hidung : Tidak ada Fungsi penciuman : Baik Epistaxis : Tidak ada Polip : Tidak ada Keluhan lain : Tidak ada keluhan
c. Mata Schlera : Anikterik Konjungtiva : Kongesti pembuluh darah Pupil : Isokor Refleks kornea : Kurang Ketajaman penglihatan : Menurun Keluhan lain : Penglihatan yang kabur dirasakan
sangat mengganggu aktivitas pekerjaan Tn.W, sampai-sampai beliau sering berpegangan saat berjalan karena takut jatuh.
d. Mulut Keadaan bibir : Kering Keadaan gigi : Ada 4 gigi yang tanggal Keadaan lidah : Bersih Fungsi pengecapan : Baik Fungsi pengunyah : Baik Mukosa mulut : Kering Tonsil : Tidak ada peradangan Keluhan lain : Tidak ada keluhan
4) Leher Keadaan leher : Simetris, tidak ada lesi Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran Kelenjar limfenoid : Tidak ada pembesaran Keluhan lain : Tidak ada keluhan
5) Dada Bentuk dada : Simetris, tidak ada lesi Retraksi dada : Sama antara kiri dan kanan Buah dada : Simetris, Lain-lain : Tidak ada keluhan
a. Paru-paru Pola nafas : Teratur Irama nafas : I=E Organ bantu : Tidak ada Vocal fremitus : (+/+) Bunyi nafas : Vesikuler Lain-lain : Tidak ada keluhan
b. Jantung Ukuran/ batas jantung : Normal, tidak ada kardiomegali
Iktus kordis : Tidak tampak
Bendungan vena : Tidak ada
Pengisian pembuluh darah : CRT 3 detik
Kafiler
Bunyi jantung : S1 lebih tinggi dari S2
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
6) Perut/abdomen
Bentuk abdomen : Simetris, tidak ada distensi
Nyeri episgastrum : Tidak ada
Peristaltik usus : 4 kali/ menit
Ukuran hevar : Normal/ tidak teraba
Limfa : Normal
Nyeri tekan/ apendiks : tidak ada
Lain- lain : tidak ada
7) Status neurologis
Tingkat kesadaran : Compos metis
Motorik (6), Bye(5),Eye (4) : M(6) B(5) E(4)
Kelumpuhan : tidak ada
Lain- lain : tidak ada
8) Perasaan terhadap rangsangan
Nyeri : Normal
Suhu : Normal
Perabaan : Normal
Tekan : Normal
Tusukan : Normal
9) Kulit
Kelainan warna kulit : Tidak ada
Turgor : Jelek
Lesi : tidak ada
Keadaan kulit : Normal, tidak ada kelainan
Keluhan lain : Tidak ada
10) Muskoloskeletal
Kekuatan otot : 5,5,5,5 5, 5, 5,5
5,5,5,5 5,5,5,5
Kecacatan : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
Trauma : Tidak ada
Keterbatasan pergerakan (ROM): Tidak ada
Lain- lain : Tidak ada
11) Aktivitas sehari- hari
Dapat menolong sendiri : Dapat menolong sendiri
Sebagaian di tolong orang lain : -
Semua di tolong orang lain : -
12) Data Psikologis
Klien cemas memikirkan kondisinya, karena penurunan penglihatan yang ia
alami.
13) Data Spiritual
Selama di rawat, ibu hanya berdzikir.
14) Data Sosisal
Hubungan ibu dengan keluarga baik , terbukti banyak yang datang
mengunjungi ibu.
C. Klasifikasi Data
Ds :
- Tn.W mengeluhkan mual muntah, sehingga Tn.W tidak nafsu makan
- Klien mengatakan penglihatan yang kabur dirasakan sangat mengganggu aktivitas
pekerjaan Tn.W, sampai-sampai beliau sering berpegangan saat berjalan karena
takut jatuh.
- Klien mengatakan penglihatan kabur lebih dirasakan saat siang hari dan saat
malam hari jika terkena sinar lampu.
Do :
- Klien tampak lemah
- Padaa pengkajian mata : sclera anikterik, ketajaman pengkihatan menurun
- Pemeriksaan tonometri TIO diatas 21mmHg ( 13,460 – 20,148 mmHg )
- Mata Tn.W terlihat masih memar, mata Tn.W terlihat merah
- Klien tamapak cemas memikirkan kondisinya, karena penurunan penglihatan
yang ia alami.
D. Analisa data
No
.Data Etiologi Problem
1. Ds :
- Tn.W mengeluhkan mual
muntah, sehingga Tn.W tidak
nafsu makan
- Klien mengatakan penglihatan
yang kabur dirasakan sangat
mengganggu aktivitas
pekerjaan Tn.W, sampai-
sampai beliau sering
berpegangan saat berjalan
karena takut jatuh.
- Klien mengatakan penglihatan
kabur lebih dirasakan saat
siang hari dan saat malam hari
jika terkena sinar lampu.
Do :
Peningkatan TIO Gangguan persepsi
sensori penglihatan
- Padaa pengkajian mata :
sclera anikterik, ketajaman
pengkihatan menurun
- Pemeriksaan tonometri TIO
diatas 21mmHg ( 13,460 –
20,148 mmHg )
- Mata Tn.W terlihat masih
memar, mata Tn.W terlihat
merah