askep bblr kelompok

73
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ). Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi premature. Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental. Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya. 1

Upload: helen-natalia

Post on 20-Oct-2015

41 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep bblr kelompok

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Dalam beberapa dasawarsa ini perhatian terhadap janin yang mengalami

gangguan pertumbuhan dalam kandungan sangat meningkat. Hal ini disebabkan

masih tingginya angka kematian perinatal neonatal karena masih banyak bayi yang

dilahirkan dengan berat badan lahir rendah. (Mochtar, 1998 ).

Sejak tahun 1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth

weight baby ( bayi dengan berat lahir rendah = BBLR ), karena disadari tidak semua

bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gr pada waktu lahir bukan bayi

premature.

Kematian perinatal pada bayi berat badan lahir rendah 8 kali lebih besar dari

bayi normal pada umur kehamilan yang sama. Kalaupun bayi menjadi dewasa ia

akan mengalami gangguan pertumbuhan, baik fisik maupun mental.

Prognosis akan lebih buruk lagi bila berat badan makin rendah. Angka kematian

yang tinggi terutama disebabkan oleh seringnya dijumpai kelainan komplikasi

neonatal seperti asfiksia, aspirasi pneumonia, perdarahan intrakranial, dan

hipoglikemia. Bila bayi ini selamat kadang-kadang dijumpai kerusakan pada syaraf

dan akan terjadi gangguan bicara, IQ yang rendah, dan gangguan lainnya.

Banyak masalah yang terdapat dalam keperawatan anak ini, salah satunya

yang kita bahas dalam bab ini yaitu asuhan keperawatan pada bayi baru lahir

dengan resiko tinggi. Pada bab ini, kami memfokuskan kepada masalah BBLR (Berat

Badan Lahir Rendah), SGN (Sindrom Gawat Nafas), dan Hiperbilirubinemia. Solusi

dalam hal ini adalah peningkatan kesehtan bayi baru lahir dan keluarga.Namun

dalam menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian

terhadap kehidupan , pengkajian klinis dan yang pasti asuhan keperawatan pada

bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan , intervensi, implementasi, dan

evaluasi) .Dalam hal ini penulis dapat membantu pembaca untruyk mendapatkan

informasi tersebut, sehingga pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja

yang akan diberikan kepada bayi baru lahir yang beresiko tinggi.

1

Page 2: askep bblr kelompok

1.2. TUJUAN PENYUSUNAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

a. Tujuan umum :

b. Tujuan khusus :

Untuk membantu mahasiswa dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan

yang tepat bagi bayi dengan BBLR serta komplikasinya yaitu

hiperbilirubinemia, Bayi sepsis dan tetanus neonatrum.

Untuk membantu mahasiswa dalam mengetahui tanda dan gejala dari bayi

dengan BBLR beserta komplikasinya.

Untuk membantu mahasiswa agar dapat mengetahui test diagnostik yang

menandakan bayi BBLR.

Mahasiswa mampu melakukan pencegahan atau penanganan lebih lanjut

untuk beberapa penyebab BBLR, yaitu dengan nutrisi yang adekuat serta

penatalaksanaannya.

1.3. MANFAAT PENYUSUNAN

Dengan adanya penyusunan makalah tentang “asuhan keperawatan pada

bayi dengan BBLR beserta komplikasinya”, maka diharapkan untuk dapat

membantu mahasiswa untuk memperdalam asuhan keperawatan yang tepat dan

lebih lanjut untuk klien (bayi) dengan kelainan tersebut.

1.4. SISTEMATIKA PENYUSUNAN

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai makalah ini,

penyusun menggunakan sistematika penyusunan makalah sebagai berikut :

2

Page 3: askep bblr kelompok

Bab I : merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penyususnan,

manfaat penyusunan, sistematika penyusunan dan metode pengumpulan data.

Bab II : merupakan tinjauan kasus yang meliputi pengertian, patofisiology, patoflow,

manifestasi klinis, test diagnostik, penatalaksanaan medis, serta asuhan

keperawatan pada bayi berat badan lehir rendah beserta komplikasinya yaitu

hiperbilirubinemia, bayi sepsis dan tetanus neonatorum.

Bab III : merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

Dan juga diserta daftar pustaka yang dapat menjadi referensi.

1.5. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penyusunan makalah ini penysusun melakukan pengkajian pustaka dalam

mengumpulkan teori-teori, bekonsultasi dengan dosen pembimbing dan melalui

searching internet untuk sumber lain sebagai pelengkap dan pendukung dari isi

makalah ini.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

Bayi Berat Badan Lahir Randah atau PrematuritasDan Asuhan Keperawatannya

3

Page 4: askep bblr kelompok

A. PERKEMBANGAN FETUS

Pada akhir minggu ketujuh dan kedelapan organisme yang berkembang disebut fetus.

Mulai dari saat konsepsi dua hal terjadi secara serentak terhadap zigot. Pertama,

memperbanyak diri sehingga dihasilkan peningkatan jumlah sel-sel dalam uterus. Kedua,

bentuk dari sel-sel berubah sehingga bagian-bagian yang berbda dari fetus akan

mengalami diferensiasi untuk berbagai tujuan.

Teori yang umum telah dirumuskan mengenai bagaimana terjadinya perjalanan

pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu dari teori ini adalah bahwa arah

perkembangan dikendalikan oleh prinsip sefalokaudal. Sebagai buktinya adalah kepala

dari fetus lebih panjang dan berkembang lebih baik daripada tungkai dan dalam

perkembangan fetus, tunas lengan timbul sebelum tunas tungkai. Prinsip sefakudal ini

menunjukkan bahwa kecenderungan perkembangan aadalah dari kepala turun ke kaki.

Pada umur 12 minggu : otot-otot sudah terbentuk dan janin mampu bergerak.

Susunan saraf berkembang dan kemungkinan terjadi sejumlah aktivitas-

aktivitas refleks. Gambaran wajah terbentuk; ditemukan kelopak mata dalam

keadaan melekat; mungkin dapat dilakukan indentifikasi sex external dan

terbentuk tunas-tunas gigi. Panjang janin sekitas 11,5 cm dan berat badannya

sekitar 20 gram.

Minggu ke-13 sampai ke-16 : panjang janin sekitar 19cm dan beratnya sekitar

100 gram. Klasifikasi dari skelet telah terjadi dan peningkatan gerakkan-

gerakkan pernafasan dapat dibantu dengan sonogram. Dapat dilihat bahwa

adanya rambut kepala dan janin yang aktif.

Minggu ke-17 sampai ke-20 : panjang janin sekitar 22cm dan berat badanya

meningkat sampai 300 gram. Ada alis mata dan lanugo.

Minggu ke-24 : kemajuan berlanjut dan tahapan ini diterima sebagai tingkat

kemampuan hidup yang lebih rendah. Semua gambaran diidentifikasi dengan

4

Page 5: askep bblr kelompok

jelas. Denyut jantung lebih keras, otot-otot lebih kuat dan ia akan menumpuk

sedikit lemak di bawah kulitnya.

Minggu ke-24 sampai ke-42 : selama periode ini janin mencapai sebagian

besar dari berat badannya. Rambut kepalanya tumbuh lebih panjang dan

sebagian besar dari lanugo yang menyerupai kapas lepas dari tubuhnya.

Panjangny abertambah dari 37cm menjadi 51cm dan beratnya meningkat dari

1000 gram menjadi 3200 gram.

B. BAYI BARU LAHIR

o Menurut Saifuddin, (2002) Bayi baru lahir adalah bayi yang baru lahir selama satu

jam pertama kelahiran.

o Menurut Donna L. Wong, (2003) Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir sampai usia 4

minggu. Lahirrnya biasanya dengan usia gestasi 38 – 42 minggu.

o Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan

umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai

4000 gram.

o Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara

2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan

congenital (cacat bawaan) yang berat.

- Ciri-ciri Bayi Baru Lahir normal :

5

Page 6: askep bblr kelompok

1. Berat badan 2500 - 4000 gram

2. Panjang badan 48 - 52 cm

3. Lingkar dada 30 - 38 cm

4. Lingkar kepala 33 - 35 cm

5. Frekuensi jantung 120 - 160 kali/menit

6. Pernafasan ± - 60 40 kali/menit

7. Kulit kemerah - merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup

8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna

9. Kuku agak panjang dan lemas

10. Genitalia;Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora

Laki – laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik

12. Reflek morrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik

13. Reflek graps atau menggenggan sudah baik

14. Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium

berwarna hitam kecoklatan

C. PENGERTIAN BBLR/PREMATURITAS

6

Page 7: askep bblr kelompok

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram

pada waktu lahir.

Berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah ( WHO, 1961 ).badan lahir rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan:

1. Prematuritas murni.Bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan atau disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilan ( NKBSMK).2. Dismaturitas.Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dismatur dapat terjadi dalam preterm, term, dan post term. Dismatur ini dapat juga: Neonatus Kurang Bulan – Kecil untuk Masa Kehamilan (NKB- KMK). Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan ( NCB-KMK ), Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan (NLB- KMK). Diklasifikasikan sebagai berikut :

Pre-term : < 37 minggu lengkap (< 259 hari) Term : mulai 37 minggu s.d < 42 minggu lengkap (259 s.d 293 hari) Post-term : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih).

D. KLASIFIKASI BBLR

Klasifikasi BBLR Primaturitas murni.Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan masa gestasi.

BBLR dibedakan menjadi : BBLR : berat badan lahir 1800-2500 gram BBLSR : berat badan lahir < 1500 gram BBLER : berat badan lahir ekstra rendah < 1000 gr

Dismaturitas.Dismatur adalah bayi yang BB lahirnya dibandingkan dengan BB yang seharusnya pada masa gestasinya (IKA,UI 2002)

E. ETIOLOGI

Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang

berhubungan, yaitu :

7

Page 8: askep bblr kelompok

1. Faktor ibu

Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau

diaatas 35 tahun

pekerjaan yang terlalu berat

Penyakit menahun ibu

o hipertensi jantung, gangguan pembuluh darah, perokok

Bila ibu hamil terkena sindrom ACA (anticardiolipilin; merupakan

meyakit autoimun), darahnya akan mudah mengental dan

menyebabkan pembuluh darahnya tersumbat. Kalau pembuluh darah

menuju placenta tersumbat, bisa dipastikan janin akan kekurangan

suplai darah dan oksigen. Akibat lain, pembuluh darah kapiler

mengalami penyempitan yang pada gilirannya menyebabkan hipertensi

pada ibu hamil. Akibat kelainan ini, bayi bisa lahir prematur atau si ibu

pengalami keguguran berulang.

2. Faktor kehamilan

Hamil dengan hidramnion(kelebihan cairan ketuban), hamil ganda

(bayi kembar), perdarahan antepartum(sebelum kelahiran).

Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini

3. Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim

4. Faktor yang masih belum diketahui

8

Page 9: askep bblr kelompok

F. PATOFISIOLOGI

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

9

Page 10: askep bblr kelompok

G. MANISFESTASI KLINIS

Prematuritas murni dismaturitas BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm,

LD < 30 cm

Masa gestasi < 37 minggu

Kepala lebih besar dari pada badan, kulit

tipis transparan, mengkilap dan licin

Lanugo (bulu-bulu halus) banyak

terdapat terutama pada daerah dahi,

pelipis, telinga dan lengan, lemak

subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura

lebar

Genetalia belum sempurna, pada wanita

labia minora belum tertutup oleh labia

mayora, pada laki-laki testis belum

turun.

Tulang rawan telinga belum sempurna,

rajah tangan belum sempurna

Pembuluh darah kulit banyak terlihat,

peristaltik usus dapat terlihat

Rambut tipis, halus, teranyam, puting

susu belum terbentuk dengan baik

Bayi kecil, posisi masih posisi fetal,

pergerakan kurang dan lemah

Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan

belum teratur dan sering mengalami

apnea, otot masih hipotonik

Reflek tonus leher lemah, reflek

menghisap, menelan dan batuk belum

sempurna

Kulit berselubung lanugo

tipis/tak ada,

Kulit pucat bernoda mekonium,

kering, keriput, tipis

Jaringan lemak di bawah kulit

tipis, bayi tampak gesit, aktif dan

kuat

Tali pusat berwarna kuning

kehijauan

10

Page 11: askep bblr kelompok

H. PERUBAHAN PADA BBLR

Ciri-ciri dari bayi prematur

ciri-ciri bervariasi dan paling nyata pada bayi dengan umur gestasi yang terpendek

Panjang

pengukuran panjang bayi dari vertex (mahkota kepala) sampai tumit dianggap cara yang

paling dapat diandalkan untuk menaksir umur gestasi pada bayi pre –term yang sehat. Hal

ini diukur atas dasar bahwa setelah 28minggu bayi berukuran 1¼x28=28+7=35cm.

tampaknya panjang bayi secara relatif konstan dan sedikit dipengaruhi oleh faktor seperti

sex, kelahiran multiganda dll

Berat

Terdapat variasi yang luas dalam berat-lahir rata-rata pada berbagai negara dan berbagai

daerah dalam suatu negara. Berat-lahir dipengaruhi oleh faktor seperti kelainan kongenital,

kehamilan multi ganda, fakktor biologis, dll. Berat-lahir rata-rata bayi yang dicatat oleh

Butler dan Alberman (1969), baik laki-laki dan perempuan yang lahir di England, Scotland

dan Wales selama satu minggu, adalah 28minggu (1130g), 32minggu (1890g), 36minggu

(2790g) dan 40minggu (3415g)

Selama beberapa hari kehidupan pertama terdapat penurunan dalam berat badan.

Kehilangan berat badan ini pada umumnya tidak diperoleh kembali hingga bulan ketiga dari

kehidupan. Sekali berat badan lahir telah dicapai kembali secara relatif terdapat

peningkatan berat badan yang cepat dimana hal ini akan lebih besar daripada bayi aterm.

Proporsi Umum

Bayi pre-term mempunyai kepala yang besar dibandingkan dengan proporsi ukuran

badannya. Lingkaran kepal rata- rata pada berbagai umur gestasi telah ditemukan sebagai

berikut (Crosse, 1971): 28minggu (25cm), 32minggu (29cm), 36minggu (32cm), dan

40minggu (35cm).

Toraks secara relatif kecil, sementara abdomen secara relatif besar dan anggota

gerak kecil dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya

11

Page 12: askep bblr kelompok

Aktivitas

Lebih rendah umur gestasi bayi, maka semakin kurang aktif anak tersebut. Asalkan kondisi

umum bayi, bahkan bayi yang terkecil pun akan memperlihatkan adanya saat aktivitas otot,

terutama jika tidak dibatasi oleh pakaian.

Pengendalian suhu

Bayi preterm cenderung untuk memiliki suhu tubuh yang subnormal.Hal ini disebabkan

oleh produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas. Kegagalan untuk

menghasilkan panas yang adekuat menyebabkan tidak adanya jaringan adiposa coklat

(yang mempunyai aktivitas metabolik yang tinggi), pernapasan yang lemah dengan

pembakaran oksigen yang buruk, aktivitas otot yang buruk, dan masukan makanan yang

rendah. Kehilangan panas akan meningkat karena adanya permukaan tubuh yang secara

relatif lebih besar dan tidak adanya lemak subkutan. Tidak adanya pengaturan panas pada

bayi sebagian disebabkan oleh keadaan imatur dari pusat pengatur panas dan sebagian

akibat kegagalan untuk memberikan respon terhadap stimulus dari luar. Keadaan ini

sebagian besar disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacad demikian juga tidak

adanya lemak subkutan.

Pada minggu pertama dari kehidupan bayi preterm memperlihatkan fluktuasi yang

nyata dalam suhu tubuh dan hal ini berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan.

Sistem pernapasan

Lebih pendek masa gestasi maka semakin kuranng perkembangan paru- paru. Pada bayi

dengan berat 900g alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit pembuluh darah yang

mengelilingi stroma seluler. Semakin matur bayi dan lebih besar berat badannya, maka

akan semakin besar alveoli, pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler.

Otot pernapasan bayi ini lemah dan pusat pernapasan kurang berkembang. Terdapat juga

kekurangan lipoprotein paru- paru, yaitu suatu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan

permukaan pada paru-paru. Surfaktan diduga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli

yang kecil, sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.

Ritme dan dalamnya pernapasan cenderung tidak teratur, seringkali ditemukan

apnea, dalam keadaan ini timbul sianosis. Ketika mencatat kecepatan pernapasan maka hal

ini harus dihitung selama 1 menit untuk perhitungan yang tepat.

12

Page 13: askep bblr kelompok

Pada bayi preterm yang terkecil refleks batuk tidak ada. Hal ini dapat mengarah

pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan dengan timbulnya konsekuensi yang

serius.

Saluran hidung sangat sempit dan cidera terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Hal

ini penting untuk diingat ketika memasukkan tabung naso-gastrik atau tabung endotrakeal

melalui hidung.

Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm.pada bayi

neonatus dalam keadaan istirahat, maka kecepatan pernapasan dapat 60 sampai 80 per

menit, berangsur- angsur menurun mencapai kecepatan yang mendekati biasa yaitu 34

sampai 36 per menit.

Sistem sirkulasi

Jantung secara relatif saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya lambat dan lemah.

Terjadi ekstra sistole dan bising yang dapat didengar pada atau segera setelah lahir. Hal ini

hilang ketika apertura jantung fetus menutup secara berangsur- angsur. Sirkulasi perifer

seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah. Kasus ini terutama pada

pembuluh darah imtrakranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya kecenderungan

perdarahan intracranial yang terlihat pada bayi preterm. Tekanan darah lebih rendah

dibandingkan dengan bayi aterm, tingginya menurun dengan menurunnya berat badan.

Tekanan sistolik dari bayi aterm sekitar 80mmHg dan pada bayi preterm 45 sampai 60

mmHg. Tekanan diastolic secara proporsional rendah, bervariasi dari 30 sampai 45 mmHg.

Nadi bervariasi antar 100 dan 160/menit. Cenderung ditemukan aritmia dan untuk

memperolehsuara yang tepat maka dianjurkan untuk mendengar pada debaran ape

dengan menggunakan stetoskop.

Sistem pencernaan

Semakin rendah umur gestasi, maka semakin lemah reflex menghisap dan menelan, bayi

yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif.regurgitasi merupakan hal yang

paling sering terjadi. Hal ini disebabkan oleh karena mekanisme penutupan spingter

jantung yang kurang berkembang dan spingter pylorus yang secara relative kuat.

Pencernaan tergantung pada perkembangan dari alat pencernaan. Lambung dari

seorang bayi denagn berat 900g memperlihatkan adanya sedikit lipatan mukosa, glandula

13

Page 14: askep bblr kelompok

sekretoris, demikian juga otot, kurang berke4mbang. Perototan usus yang lemah

mengarahv pada timbulnya distensi dan retensi bahan yang dicerna.

Hepar secara relative besar tetapi kurang berkembang, terutama pada bayi yang

kecil. Hal ini merupakan predisposisi untuk terjadinya ikterus, akibat adanya

ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin, yaitu keadaan tidak larut dan

ekskresinya ke dalam empedu tidak mungkin.

Pencernaan. Pencernaan protein tampaknya berkembang dengan baik bahkan pada

bayi preterm yang terkecil. Protein, baik dari tipe manusia atau hewani, tampaknya dapat

ditoleransi dan diabsorpsi.

Lemak. Absorpsi lemak tampaknya merupakan masalah kendatipun sudah terdapat

enzim pemecah lemak. Hal ini berkaitan dengan kurangnya ASI.

Karbohidrat. Dalam bentuk glucose, karbohidrat mudah diserap.

Sistem urinarius

Pada saat lahir, fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Fungsi

ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi glomerulus yang menurun, klirens urea

dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan terjadinya penurunan kemampuan

untuk mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit. Gangguan keseimbangan air dan

elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan adanya tubulus yang kurang berkembang.

Sistem persarafan

Perkembangan susunan saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas. Pusat

pengendali fungsi vital, misalnya pernapasan, suhu tubuh dan pusat refleks, kurang

berkembang. Refleks, seperti refleks Moro dan refleks leher tonik ditemukan pada bayi

premature yang normal, tetapi refleks tendon bervariasi. Karena perkembangan susunan

saraf buruk, maka bayi terkecil pada khususnya, lebih lemah, lebih sulit untuk dibangunkan

dan mempunyai tangisan yang lemah.

Sistem genital

Genital kecil, pada wanita labia minora tidak ditutupi oleh labia majora hingga aterm. Pada

laki- laki, testis terdapat dalam abdomen, kanalis inguinalis atau skrotum.

14

Page 15: askep bblr kelompok

Mata

Maturitas fundus terjadi pada gestasi sekitar 34 minggu. Terdapat adanya dua stadium

perkembangan yang dapat dikenali, yaitu imatur dan transisional (peralihan), yang terjadi

antara 24 dan 33 sampai 34 minggu. Selama stadium ini bayi dapat menjadi buta

Gambaran umum

Kulit biasanya tipis, merah, dan berkerut. Ditemukan sedikit lemak subkutan. Kuku lembut

dan lanugo mencolok tetapi terdapat sedikit atau tidak ditemukan vernix caseosa. Rambut

pendek dan jarang dan alis mata seringkali tidak ada.

I. KOMPLIKASI

IRDS (Idiopatik Respiratorius Disease Sindrome)

Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperpnea dengan frekuensi pernafasan besar 60 x/i, sianosis, merintih waktu ekspirasi dan retraksi didaerah epigastrium, suprosternal, interkostal pada saat inspirasi. ( Ngatisyah.2005 hal 23 )

Kumpulan gejala yang terdiri dari frekuensi nafas bayi lebih dari 60x/i atau kurang dari 30x/i dan mungkin menunjukan satu atau lebih dari gejala tambahan gangguan nafas sebagai berikut:

o Patofisiologi IRDS

Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli masih kecil sehingga kesulitan berkembang, pengembangan kurang sempurna kerana dinding thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna. Kekurangan surfaktan mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance) menurun 25% dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis respiratorik. Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10% protein , lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar alveoli tetap mengembang.

Secara makroskopik, paru-paru nampak tidak berisi udara dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang luas dari rongga udara bahagian distal menyebabkan edema interstisial dan kongesti dinding alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan keracunan oksigen, menyebabkan kerosakan pada endothelial dan epithelial sel jalan pernafasan bagian distal sehingga menyebabkan

15

Page 16: askep bblr kelompok

eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36- 72 jam setelah lahir. Proses penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi Bronchopulmonal Displasia (BPD).

a) rintihan waktu inspirasib) napas cuping hidungc) kecepatan respirasi leih dari 70/ menitd) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada )Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan :a) kadar oksigen arteri menurunb) konsentrasi CO2 meningkatc) asidosis metabolic

Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.

PneumotoraksPneumotoraks adalah penimbunan udara di dalam rongga dada di sekeliling paru-paru yang menyebabkan paru-paru kolaps.

Pada bayi yang paru-parunya kaku, terutama jika pernafasannya dibantu oleh ventilator, udara bisa merembes dari alveoli ke dalam jaringan ikat di paru-paru dan kemudian ke dalam jaringan lunak diantara paru-paru dan jantung (keadaan ini disebut pneumonediastinum). Pneumomediastinum biasanya tidak mempengaruhi fungsi pernafasan dan tidak perlu dilakukan pengobatan khsusus. Tetapi pneumomediastinum bisa berkembang menjadi pneumotoraks.

Pneumotoraks terjadi jika udara merembes ke dalam rongga dada di sekeliling paru-paru (rongga pleura), dimana bisa terjadi penekanan terhadap paru-paru. Kolaps sebagain pada paru-paru bisa tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan pengobatan. Tetapi jika paru-paru yang kolaps sangat tertekan, bisa berakibat fatal, terutama pada bayi yang menderita penyakit paru yang berat. Udara yang terperangkap bisa menyebabkan kesulitan bernafas dan mengganggu peredaran darah di rongga dada. Pada keadaan ini,, udara di sekeliling paru-paru harus segera dikeluarkan dengan bantuan sebuah jarum atau selang.

16

Page 17: askep bblr kelompok

Fibroplasiasis retrolental

Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.

HyperbilirubinemiaHiperbilirubinemia adalah keadaan meningginya kadar bilirubin didalam jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning. ( Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, p 197 )

J. TEST DIAGNOSTIK

1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3,

hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ).

2. Hematokrit (Ht) : 43% – 61% (peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan

polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal /perinatal).

3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl (kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau

hemolisis berlebihan).

4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl

pada 3-5 hari.

5. Destrosix : tetes glukosa pertama selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata 40-

50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.

6. Pemantauan elektrolit ( Na, K, CI) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.

7. Pemeriksaan Analisa gas darah.

17

Page 18: askep bblr kelompok

K. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan

gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi.

2. Memeriksa kadar gula darah (true glukose) dengan dextrostix atau laboratorium kalau

hipoglikemia perlu diatasi.

3. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.

4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK.

5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.

6. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari 60x/

menit dibuat foto thorax.

L. PENATALAKSANAAN MEDIS

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan

perkembangan serta penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu

diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu oksigen,

mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR

Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,

karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya

rendah dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat

di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila bayi dirawat

dalam inkubator maka suhu bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan

untuk bayi dengan berat badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak

ada bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air

panas, sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

2. Nutrisi

Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencernaan

belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal/kg BB

18

Page 19: askep bblr kelompok

sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah

lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih

lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi frekwensi yang

lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama,sehingga ASI lah yang paling

dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan

diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju

lambung. Permulaan cairan diberikan sekitar 50-60 cc/kg BB/ hari dan terus dinaikkan

sampai mencapai sekitar 200 cckg BB/ hari.

3. Menghindari infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang masih

lemah,kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi belum sempurna.

Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga

tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan demikian perawatan dan pengawasan

bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan baik.

19

Page 20: askep bblr kelompok

M. PERAWATAN BAYI DALAM INKUBATOR

Pada dasarnya inkubator merupakan suatu kotak, dirancang untuk mempertahankan suatu suhu internal yang konstan dengan menggunakan suatu termostat. Terdapat banyak tipe yang diperoleh dan kesemuanya mempunyai fungsi yang sama.

Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Pada satu atau kedua sisi inkubator. Seelum memasukkan anak ke inkubator, maka inkubator terlebih dahulu diahngatkan sampai sekitar 29,4 derajat celcius untuk bayi dengan berat 1,7kg dan 32,2 derajat celcius untuk bayi yang lebih keci.

Tangki diisi dengan air steril dan popok ditempatkan oada kasur busa. Bayi dirawat dalam keadaan tidak memakai baju.

Hal ini mempunyai keuntungan sbb : Memungkinkan adanya pernapasan yang tidak terhalang. Memungkinkan anak untuk bergerak tanpa dibatasi. Memungkinkan observasi yang lebih mudah untuk pernapasan. Mengindari penanganan anak yang berlebihan ketika mengenakan pakaian.

Kelembaban : suatu kelembaban 70 sampai 80 persen mencegah terjadinya dehidrasi.

Inkubator Merupakan cara memberikan perawatan pada bayi dengan dimasukkan ke dalam alat yang berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal. Dalam pelaksanaan perawatan di dalam inkubator terdapat dua cara yaitu dengan cara tertutup dan terbuka.

Inkubator tertutup:1. Inkubator harus selalu tertutup dan hanya dibuka dalam keadaan tertentu seperti apnea, dan apabila membuka incubator usahakan suhu bayi tetap hangat dan oksigen harus selalu disediakan.2. Tindakan perawatan dan pengobatan diberikan melalui hidung.3. Bayi harus keadaan telanjang (tidak memakai pakaian) untuk memudahkan observasi.4. Pengaturan panas disesuaikan dengan berat badan dan kondisi tubuh.5. Pengaturan oksigen selalu diobservasi.6. Inkubator harus ditempatkan pada ruangan yang hangat kira-kira dengan suhu 27 derajat celcius.Inkubator terbuka:1. Pemberian inkubator dilakukan dalam keadaan terbuka saat pemberian perawatan pada bayi.2. Menggunakan lampu pemanas untuk memberikan keseimbangan suhu normal dan kehangatan.3. Membungkus dengan selimut hangat.

20

Page 21: askep bblr kelompok

4. Dinding keranjang ditutup dengan kain atau yang lain untuk mencegah aliran udara.5. Kepala bayi harus ditutup karena banyak panas yang hilang melalui kepala.

6. Pengaturan suhu inkubator disesuaikan dengan berat badan sesuai dengan ketentuan di bawah ini.

N. PRINSIP PEMBERIAN NUTRISI

Pembrian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Kondisi ini antara lain menyebabkan kerusakan otak pada bayi pre-term. Petunjuk makanan ini tergantung pada masa gentasi dan berat badan bayi.

Bayi pre-term di bawah 32 minggu dengan berat di bawah 1500 gram. Pada minggu pertama bayi diberi makan setiap jam sejak berumur 2 jam. Suatu tabung nasigastrik dimasukkan dan isi lambung diaspirasi setiap 4jam tepat sebelum makan. Minggu kedua bayi diberi makan setiap 2 jam dan hal ini dilanjutkan hingga bayi mencapai 36 minggu.

Bayi pre-term dari gestasi 32 sampai 34 minggu dengan berat badan 1500 gram sampai 2200 gram. Sejak berumur 2 jam bayi diberi makan setiap 2 jam, menggunakan tabung nasogastrik.

Bayi pre-term gestasi 34 minggu sampai 37 minggu. Pemberian makan dapat ditunda hingga bayi berumur 12 jam . makanan pertama terdiri dari dextrose, jumlahnya tergantung dari berat badan bayi. Jika bayi cukup sehat, maka makanan dapat diberikan melalui dot dapat berupa ASI atau susu ostermilk formula lengkap dan hal ini diulangi hingga 4jam.

Pada kehidupan minggu pertama, kebutuhan metabolik dari bayi prematur rendah karena semntara terjadi penyesuaian terhadap kehidupan pascanatal lainnya, simpanan glikogen digunakan sebagai sumber utama dari energi. Walaupun demikian selama minggu kedua terdapat peningkatan cepat dalam kebutuhan akan makanan, masing-masing bayi secara individu berbeda dalam kebutuhan kalori maksimal sehingga dianjurkan jumlah kalori sebesar 90 sampai 165 kkal/kg/hari. Tipe susu mempengaruhi ebutuhan kalori karena kemampuan yang buruk dari bayi pre-term untuk mengabsorbsi lemak kemungkinan faktor paling penting dalam mempengaruhi kebutuhan kalori total.

Pemberian makanan hampir selalu merupakan masalah yang sulit bagi bayi prematur yang memerlukan masukkan protein yang tinggi, lebih dari 5 gram /kg bb, dan diperlukan suatu masukkan karbohidrat (seperti gula tebu atau laktose) jiaka akan mendapatkan pertambahan berbat badan secara adekuat setelah terjadi kehilangan awal selama minggu pertama kehidupan.

ASI, asi merupakan pilihan pertama jika bayi mampu untuk menghisap. ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika tidak cukup kuat atau cocok untuk menghisap dari mamae.

Susu botol, dapat digunakan botol susu kecil/biasa. Dot tidak boleh terlalu keras.

21

Page 22: askep bblr kelompok

Makanan kateter, alasan pemberian makanan tipe ini terutama adalah adanya ketidakmampuan dari bayi yang lemah dan tidak mampu untuk refleks menelan dengan baik.

O. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Aktivitas/ istirahatBayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.

2. PernafasanTakipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung.

3. Makanan/ cairanBerat badan rata-rata 2500 – 4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120 – 150m1/kg BB/ hari.

4. Berat badanKurang dari 2500 gram

5. SuhuBBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan.

6. IntegumenPada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

22

Page 23: askep bblr kelompok

P. DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan

1.

2.

Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru

Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan

Pola nafas yang efektif

Kriteria : Kebutuhan

oksigen menurun Nafas spontan,

adekuat Tidak sesak. Tidak ada

retraksi

Pertukaran gas adekuat

Kriteria : Tidak sianosis. Analisa gas

darah normal Saturasi oksigen

normal.

Berikan posisi kepala sedikit ekstensi

Berikan oksigen dengan metode yang sesuai

Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan

Lakukan isap lendir kalau perlu Berikan oksigen dengan

metode yang sesuai Observasi warna kulit Ukur saturasi oksigen Observasi tanda-tanda

perburukan pernafasan Lapor dokter apabila terdapat

tanda-tanda perburukan pernafasan

Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah

Kolaborasi dalam pemeriksaan surfaktan

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan

3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan

Hidrasi baik

Kriteria: Turgor kulit

elastik Tidak ada

edema Produksi urin 1-

2 cc/kgbb/jam Elektrolit darah

Observasi turgor kulit. Catat intake dan output Kolaborasi dalam pemberian

cairan intra vena dan elektrolit Kolaborasi dalam pemeriksaan

elektrolit darah

23

Page 24: askep bblr kelompok

4.

5

cairan dan elektrolit

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi dan intake yang kurang adekuat

Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan

dalam batas normal

Nutrisi adekuat

Kriteria : Berat badan

naik 10-30 gram / hari

Tidak ada edema

Protein dan albumin darah dalam batas normal

Suhu bayi stabil Suhu 36,5 0C -

37,2 0C Akral hangat

Berikan ASI/PASI dengan metode yang tepat

Observasi dan catat toleransi minum

Timbang berat badan setiap hari

Catat intake dan output Kolaborasi dalam pemberian

total parenteral nutrition kalau perlu

Rawat bayi dengan suhu lingkungan sesuai

Hindarkan bayi kontak langsung dengan benda sebagai sumber dingin/panas

Ukur suhu bayi setiap 3 jam atau kalau perlu

Ganti popok bila basah

24

Page 25: askep bblr kelompok

TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BBLR DENGAN KOMPLIKASI

HIPERBILIRUBIN

A. Pengertian

Ikterus da hiperbilirubunemia sering ditemukan pada masa neonatus dan

terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Istilah ikterus

biasanya lebih banyak dipakai untuk menggambarkan keadaan yang fisiologik

atau ringan, sedangkan hiperbilirubinemia menggambarkan proses yang lebih

berat dan penanganan yang berat. (Anik Maryuni, 2009)

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah

melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Hiperbilirubin adalah suatu

keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah berlebihan sehingga

menimbulkan joundice pada neonatus (Dorothy R.Marlon).

Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah

yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada

neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan

cairan tubuh. Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin

dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek

patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane

mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith G.).

Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)

yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus.

(Suzanne C. Smeltzer, 2002).

25

Page 26: askep bblr kelompok

Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek

pathologis. (Markum, 1991:314).

Mekanisme Pembentukan Bilirubin Normal

Untuk mendapat pengertian yang cukup mengenai masalah ikterus pada

neonatus, perlu diketahui sedikit tentang metabolisme bilirubin pada neonatus.

Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh.

Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degredasi hemoglobin darah dan

sebagian lagi dari hem bebas atau eritropoesis yang tidak efektif. Pembentukan

bilirubin tadi dimulai dengan proses oksidasi yang menghasilkan biliverdin serta

beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan menjadi bilirubin

bebas atau bilirubin IX alfa. Zat ini sulit larut dalam air tetapi larut dalam lemak,

karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit diekskresi dan mudah melalui

membran biologik seperti plasenta dan sawar darah otak. Bilirubin bebas tersebut

kemudian bersenyawa dengan albumin dan dibawa ke hepar. Di dalam hepar terjadi

mekanisme ambilan, sehingga bilirubin terikat oleh reseptor membran sel hati dan

masuk ke dalam sel hati. Segera setelah ada dalam sel hati, terjadi persenyawaan

dengan ligandin (protein-Y) protein Z dan glutation hati lain yang membawanya ke

retikulum endoplasma hati, tempat terjadinya proses konjugasi.

Prosedur ini timbul berkat adanya enzim glukotonil transferase yang kemudian

menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini dapat larut dalam air dan

pada kadar tertentu dapat diekskresikan melalui ginjal. Sebagian besar bilirubin

yang terkonjugasi ini dikeskresi melalui duktus hepatikus ke dalam saluran

pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dengan tinja sebagai

sterkobilin. Dalam usus sebagian diabsorbsi kembali oleh mukosa usus dan

terbentuklah proses absorbsi enterohepatik.

Sebagian besar neonatus mengalami peninggian kadar bilirubin indirek pada hari-

hari pertama kehidupan. Hal ini terjadi karena terdapatnya proses fisiologik

tertentu pada neonatus. Proses tersebut antara lain karena tingginya kadar eritrosit

neonatus, masa hidup eritrosit yang lebih pendek (80-90 hari) dan belum

matangnya fungsi hepar. Peninggian kadar bilirubin ini terjadi pada hari ke 2-3 dan

26

Page 27: askep bblr kelompok

mencapai puncaknya pada hari ke 5-7, kemudian akan menurun kembali pada hari

ke 10-14 kadar bilirubin pun biasanya tidak melebihi 10 mg/dl pada bayi cukup

bulan dan kurang dari 12 mg/dl pada bayi kurang bulan. Pada keadaan ini

peninggian bilirubin masih dianggap normal dan karenanya disebut ikterus

fisiologik.

Masalah akan timbul apabila produksi bilirubin ini terlalu berlebihan atau konjugasi

hati menurun sehingga kumulasi di dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin yang

berlebihan dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh t3, misal kerusakan sel otak

yang akan mengakibatkan gejala sisa dihari kemudian.

B. Etiologi

a. Produksi bilirubin yang berlebihan.

b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya

Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu. c.

Gangguan konjugasi bilirubin di hepar. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh

beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat merusak sel hati .

d. Gangguan sekresi .

Klasifikasi

• Ikterus prehepatik

Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah merah.

Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada disfungsi

hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.

• Ikterus hepatic

Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati maka

terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta gangguan

akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam duktus

hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.

• Ikterus posthepetik

27

Page 28: askep bblr kelompok

Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan bilirubin

terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah

peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi

tidak didapatkan urobilirubin dalam tinja dan urin.

• Ikterus neonatus fisiologi

Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.

penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin.

• Ikterus neonatus patologis

Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang tinggi

dan berat badan tidak bertambah.

C. Manifestasi Klinis

• Kulit berwarna kuning.

• bayi tampak lemah

• Reflek hisap kurang

• Urine pekat

• bayi rewel

• Pembesaran lien dan hati

• Gangguan neurologik

• Feses seperti dempul

• Kadar bilirubin total >12,5 mg/dl (prematur) dan >10mg/dl.

• Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.

- Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi

baru lahir, sepsis atau ibu dengan infeksi.

28

Page 29: askep bblr kelompok

D. Patofisiologi

1. Akibat Peningkatan Produksi Bilirubin

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.

Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada sel

hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan

penghancuran eritrosit, polisitemia.

Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan

tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar

larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya

efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah

otak. Kelainan yang terjadi di otak disebut kernikterus. Mudah tidaknya kadar

bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan

neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi

terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia. (Markum,

1991).

2. Gangguan Transportasi

Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan

peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein

berkurang. sehingga bilirubun tidak dapat ditransfortasi dengan baik akibat

hipoalbuminemia. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y berkurang, atau pada

keadaan proten Y dan protein Z terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan

asidosis atau dengan anoksia/hipoksia.

3. Gangguan Konjugasi

Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah

apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukoronil

tranferase). Gangguan konjugasi pada bayi biasanya juga diakibatkan karena masih

belum sempurnanya fungsi hepar.

29

Page 30: askep bblr kelompok

4. Gangguan Sekresi

Terjadinya sumbatan pada saluran empedu bayi, sehingga bilirubin tidak

dapat dikeluarkan dari tubuh.

E. Pemeriksaan Diagnostik

• Pemeriksaan bilirubin serum

- Pada bayi, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari setelah lahir.

Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.

- Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari

setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis.

• Pemeriksaan radiology

Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma

kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma

• Ultrasonografi

Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.

• Biopsy hati

Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti

untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga

untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.

• Peritoneoskopi

• Laparatomi

F. Pencegahan

Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :

• Pengawasan antenatal yang baik

• Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa kehamilan

dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.

• Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.

30

Page 31: askep bblr kelompok

• Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.

• Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir

• Pemberian makanan yang dini.

• Pencegahan infeksi.

G. Komplikasi

• Retardasi mental - Kerusakan neurologis

• Gangguan pendengaran dan penglihatan

• Kematian.

H. Penatalaksanaan

• Tindakan umum

Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil,

Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang

ikhterus, infeksi dan dehidrasi.

Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan

kebutuhan bayi baru lahir.

Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.

Tentukan jenis ikterus: fisiologis atau patologis.

Penatalaksanaan pada biirubin indirek:

10-12 mg% adalah fototerapi

12-15 mg% adalah fototerapi

Bila protein rendah diberiakn albumin atau plasma kalori cukup.

Bila kadar bilirubin lebih dari 20mg% (bayi cukup bulan) atau kadar bilirubin

18 mg% (bayi premature) dilakukan transfusi tukar.

31

Page 32: askep bblr kelompok

• Tindakan khusus

Fototerapi

Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan berfungsi untuk

menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan urine dengan oksidasi foto.

Pemberian fenobarbital

Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun pemberian ini tidak

efektif karena dapat menyebabkan gangguan metabolic dan pernafasan baik pada

ibu dan bayi.

Memberi substrat yang kurang untuk transportasi/ konjugasi

misalnya pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya bilirubin dari

ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih mudah dikeluarkan dengan

transfuse tukar.

Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi

untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan dan

dikhawatirkan akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan untuk menurunkan

kadar bilirubin serum pada neonatus dengan hiperbilirubin jinak hingga moderat.

Terapi obat-obatan

misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan bilirubin di sel hati yang

menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga berguna untuk mengurangi

timbulnya bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.

• Tindak lanjut

Tindak lanjut terhadap semua bayi yang menderita hiperbilirubin dengan evaluasi

berkala terhadap pertumbuhan, perkembangan dan pendengaran serta fisioterapi

dengan rehabilitasi terhadap gejala sisa.

32

Page 33: askep bblr kelompok

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN

a. Pengkajian

Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi). Reflek

hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot (kejang/tremor). Hidrasi

bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan mengelupas (skin resh), sclera

mata kuning (kadang-kadang terjadi kerusakan pada retina) perubahan warna urine

dan feses.

Riwayat penyakit

Terdapat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan

darah A,B,O). Infeksi, hematoma, gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran

pencernaan, ibu menderita DM.

o Pemeriksaan bilirubin menunjukkan adanya peningkatan.

o Pengkajian psikososial

Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa

bersalah, perpisahan dengan anak.

o Hasil Laboratorium :

- Kadar bilirubin 12mg/dl pada cukup bulan.

- Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai 15mg/dl.

B. Diagnosa keperawatan

1) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.

2) Resiko terjadi cidera berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan kadar

bilirubin.

3) Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C. Intervensi

Dx I : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan jaundice atau radiasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

33

Page 34: askep bblr kelompok

diharapkan integritas kulit kembali baik / normal.

NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes

Kriteria Hasil :

o Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

o Tidak ada luka / lesi pada kulit

o Perfusi jaringan baik

Intervensi :

o Hindari kerutan pada tempat tidur

o Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

o Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali

o Monitor kulit akan adanya kemerahan.

o Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah yang tertekan

o Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat

DX II: Resiko terjadi cidera berhubungan dengan fototerapi atau peningkatan kadar

bilirubin.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama proses keperawatan

diharapkan tidak ada resiko cidera.

NOC : risk control

Kriteria hasil :

o Klien terbebas dari cidera

o Klien mampu menjelaskan metode untuk mencegah injuri/ cidera

o Klien mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injuri.

o Kaji status neurologis

o Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tujuan dari metode pengamanan

o Jaga keamanan lingkungan keamanan pasien

o Libatkan keluiarga untuk mencegah bahaya jatuh

o Observasi tingkat kesadaran dan TTV

o Dampingi pasien

34

Page 35: askep bblr kelompok

Dx III : Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan kepeerawatan selama proses keperawatan

diharapkan keluarga dan pasien tidak cemas.

Kriteria Hasil :

o Keluarga menunjukkan fleksibilitas peran para anggotanya.

o Nilai keluarga dalam mengatur masalah-masalah.

o Melibatkan anggota keluarga untuk membuat keputusan.

Intervensi :

o Tenangkan klien.

o Jelaskan seluruh prosedur pada keluarga

o Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.

o Sediakan aktivitas untuk mengurangi kecemasan.

o Hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit.

o Sediakan informasi actual tentang diagnosa, penanganan.

o Dukung keterlibatan keluarga dengan cara tepat.

35

Page 36: askep bblr kelompok

ASUHAN KEPERAWATANPADA BAYI SEPSIS

A. PengertianSepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan penyakit sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah.

B. Etiologi dan EpidemiologiOrganisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok, Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes dan organisme yang anaerob.Faktor-faktor dari ibu dan organisme diperoleh dari cairan ketuban yang terinfeksi atau ketika janin melewati jalan lahir (penyakit yang mempunyai awitan dini), bayi mungkin terinfeksi dalam lingkungannya atau dari sejumlah sumber dari rumah sakit (penyakit yang mempunyai awitan lambat)

C. Tanda dan gejalaGejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan :- Suhu tubuh yang abnormal (hiper- atau hipotermi),- Ikterus,- Kesulitan pernafasan,- Hepatomegali,- distensi abdomen,- Anoreksia,- Muntah-muntah, dan- Letargi.- Jaundice (sakit kuning)- kejang

D. DiagnosisDiagnosis sepsis tergantung pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan spinal, air kemih atau cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari bahan-bahan tersebut.

E. PengobatanBila dipikirkan diagnosis sepsis setelah pengambilan bahan untuk pembiakan selesai dilakukan, pembiakan dengan antibiotika harus segera dimulai. Pengobatan awal hendaknya tersendiri dari ampisilin dan gentamisin atau kanamisin secara intravena atau intramuskular.

36

Page 37: askep bblr kelompok

Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit, bantuan pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit, transfusi tukar, pengobatan terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang merupakan bantuang yang penting bagi pengobatan antibiotik.

F. PrognosisAngka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 – 40 %. Angka tersebut berbeda-beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen atiologik, derajat prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan.

G. PencegahanPeningkatan penggunaan fasilitas perawatan prenatal, perwujudan program melahirkan bagi ibu yang mempunyai kehamilan resiko tinggi, pada pusat kesehatan yang memiliki fasilitas perawatan intensif bayi neonatal dan pengambangan alat pengangkutan yang modern, mempunyai pengaruh yang cukup berarti dalam penurunan faktor ibu dan bayi yang merupakan predisposisi infeksi pada bayi neonatus. Pemberian antibiotik profilaktik dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi neonatus.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN BAYIDENGAN SEPSIS

PENGKAJIAN

1. Identitas Klien2. Riwayat Penyakit

a) Keluhan utamaKlien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah.

b) Riwayat penyakit sekarangPada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua , tapi kejadian ikterik ini berlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.

c) Riwayat penyakit dahulu.Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi.

d) Riwayat penyakit keluargaOrang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.

37

Page 38: askep bblr kelompok

3. Riwayat Tumbuh Kembanga) Riwayat prenatal

Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi.

b) Riwayat neonatalSecara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.

4. Riwayat Imunisasi

5. Pemeriksaan Fisika) Inspeksi

Kulit kekuningan Sulit bernafas Letargi Kejang Mata berputar

b) Palpasi tonos otot meningkat leher kaku

c) Auskultasi

d) Perkusi

6. Studi DiagnosisPemeriksaan biliribin direct dan indirect, golongan darah ibu dan bayi, Ht, jumlah retikulosit, fungsi hati dan tes thyroid sesuai indikasi.

7. Prioritas masalah1) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar

bilirubin yang ditandai dengan : Kulit bayi kekuningan Bilirubin total : 4,6 Bilirubin direct : 0,3

38

Page 39: askep bblr kelompok

Bilirubin indirect : 4,3

TujuanBayi akan terhindar dari kerusakan kulit

Intervensi Catat kondisi selama diberikan sinar setiap 6 jam dan laporkan bila perlu. Monitor baik langsung atau tidak langsung tingkat bilirubin Jaga kulit bayi agar tetap bersih dan kering

Rasional Untuk mengetahui kondisi bayi, sehingga dapat melakukan intervensi lebih

dini. Untuk menilai kondisi kekuningan pada kulit Menurunkan iritasi dan resiko kerusakan kulit.

2) Resiko tinggi injuri (internal) berhubungan dengan kerusakan hepar sekunder fisioterapi di tandai dengan: Kulit bayi terlihat kekuningan

Tujuan:Injuri tidak terjadi

Intervensi: monitor kadar bilirubin sebelum melakukan perawatan dengan sinar,

laporkan bila ada peningkatan inspeksi kulit, urine tiap 4 jam untuk melihat warna kekuningan, laporkan

apa yang terjadi

Rasional: mengetahui kadar bilirubin serta membantu keefektifan pemberian terapi mengetahui seberapa besar kadar bilirubin

3) Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang diberikan pada bayi.

Data Subyektif: • Klien/keluarga selalu menanyakan tindakan yang akan diberikan. Data Obyektif : • Orang tua tampak cemas • Ibu tampak takut saat melihat keadaan bayinya.

Tujuan:Orang tua menegerti tentang perawatan, keluarga dapat ber- partisipasi meng- identifikasi gejala-gejala untuk men- yampaikan pada tim kesehatan

Intervensi Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi ikterus

39

Page 40: askep bblr kelompok

Berikan penjelasan tentang: Penyebab ikterus, proses terapi, dan perawatanya. Berikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan . Diskusikan tentang keadaan bayi dan program-program yang akan dilakukan

selama di rumah sakit Ciptakan hubungan yang akrab dengan keluarga selama melakukan

perawatan

Rasional Memberikan bahan masukan bagi perawat sebelum me- lakukan pendidikan

kesehat- an kepada keluarga Dengan mengerti penyebab ikterus, program terapi yang diberikan keluarga

dapat menerima segala tindakan yang diberikan kepada bayinya. Informasi yang jelas sangat penting dalam membantu mengurangi

kecemasan keluarga Komunikasi secara terbuka dalam memecahkan satu per-masalahan dapat

mengurangi kecemasan keluarga. Hubungan yang akrab dapat meningkatkan partisipasi keluarga dalam

merawat bayi ikterus

40

Page 41: askep bblr kelompok

TINJAUAN PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Pada bayi Tetanus Neonatorum

A. PENGERTIAN

Tetanus berasal dari kata tetanos (Yunani) yang berarti peregangan.

Tetanus Neonatorum :

Penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda klinik yang khas, setelah 2 hari

pertama bayi hidup, menangis dan menyusu secara normal, pada hari ketiga atau lebih

timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai dengan kesulitan membuka mulut dan

menetek, disusul dengan kejang–kejang (WHO, 1989).

Kejang yang sering di jumpai pada BBL, yang bukan karena trauma kelahiran atau

asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi

sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatannya yang tidak bersih Ngastijah,

1997).

B. ETIOLOGI

Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram

positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran

pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang tahan

lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin.

C. PATOFISIOLOGI

Spora yang masuk dan berada dalam lingkungan anaerobic berubah menjadi bentuk

vegetatif dan berbiak sambil menghasilkan toxin. Dalam jaringan yang anaerobic ini

terdapat penurunan potensial oksidasi reduksi jaringan dan turunnya tekanan oxigen

jaringan akibat adanya nanah, nekrosis jaringan, garam kalsium yang dapat diionisasi.

Secara intra axonal toxin disalurkan ke sel saraf (cel body) yang memakan waktu sesuai

dengan panjang axonnya dan aktifitas serabutnya. Belum terdapat perubahan elektrik dan

41

Page 42: askep bblr kelompok

fungsi sel saraf walaupun toksin telah terkumpul dalam sel. Dalam sungsum belakang

toksin menjalar dari sel saraf lower motorneuron ke lekuk sinaps dan diteruskan ke ujung

presinaps dari spinal inhibitory neurin. Pada daerah inilah toksin menimbulkan gangguan

pada inhibitory transmitter dan menimbulkan kekakuan.

Efek Toxin pada :

1. Ganglion pra sumsum tulang belakang :

Memblok sinaps jalur antagonist, mengubah keseimbangan dan koordinasi impuls

sehingga tonus ototnya meningkat dan otot menjadi kaku. Terjadi penekanan pada

hiperpolarisasi membran dari neurons yang merupakan mekanisme yang umum

terjadi bila jalur penghambat terangsang. Depolarisasi yang berkaitan dengan jalur

rangsangan tidak terganggu. Toksin menyebabkan hambatan pengeluaran

inhibitory transmitter dan menekan pengaruh bahan ini pada membran neuron

motorik.

2. Otak :

Toxin yang menempel pada cerebral gangliosides diduga menyebabkan gejala

kekakuan dan kejang yang khas pada tetanus. Hambatan antidromik akibat

rangsangan kortikal menurun.

3. Saraf otonom :

Terutama mengenai saraf simpatis dan menimbulkan gejala keringat yang

berlebihan, hiperthermia, hypotensi, hypertensi, arytmia cardiac block atau

takhikardia. Sekalipun otot yang terkena adalah otot bergaris terutama otot

penampang dan penggerak tubuh yang besar-besar, pada tetanus berat otot polos

juga ikut terkena, sehingga timbul manifestasi klinik seperti disebutkan diatas.

42

Page 43: askep bblr kelompok

D. MANIFESTASI

Gejala klinik pada tetanus neonatorum sangat khas sehingga masyarakat yang

primitive pun mampu mengenalinya sebagai “penyakit hari kedelapan” (Jaffari, Pandit dan

Ismail 1966).

1. Trismus (lock-jaw, clench teeth)

Adalah mengatupnya rahang dan terkuncinya dua baris gigi akibat kekakuan otot

mengunyah (masseter) sehingga penderita sukar membuka mulut. Untuk menilai

kemajuan dan kesembuhan secara klinik, lebar bukaan mulut diukur tiap hari.

Trismus pada neonati tidak sejelas pada anak, karena kekakuan pada leher lebih

kuat dan akan menarik mulut kebawah, sehingga mulut agak menganga. Keadaan

ini menyebabkan mulut “mecucu” seperti mulut ikan tetapi terdapat kekakuan

mulut sehingga bayi tak dapat menetek.

2. Risus Sardonicus (Sardonic grin)

Terjadi akibat kekakuan otot-otot mimic dahi mengkerut mata agak tertutup

sudut mulut keluar dan kebawah manggambarkan wajah penuh ejekan sambil

menahan kesakitan atau emosi yang dalam.

3. Opisthotonus

Kekakuan otot-otot yang menunjang tubuh : otot punggung, otot leher, trunk

muscle dan sebagainya. Kekakuan yang sangat berat menyebabkan tubuh

melengkung seperti busur, bertumpu pada tumit dan belakang kepala. Secara klinik

dapat dikenali dengan mudahnya tangan pemeriksa masuk pada lengkungan busur

tersebut. Pada era sebelum diazepam, sering terjadi komplikasi compression

fracture pada tulang vertebra.

4. Otot dinding perut kaku, sehingga dinding perut seperti papan. Selain otot didnding

perut, otot penyangga rongga dada juga kaku, sehingga penderita merasakan

keterbatasan untuk bernafas atau batuk. Setelah hari kelima perlu diwaspadai

timbulnya perdarahan paru (pada neonatus) atau bronchopneumonia.

43

Page 44: askep bblr kelompok

5. Bila kekakuan makin berat, akan timbul kejang-kejang umum, mula-mula hanya

terjadi setelah penderita menerima rangsangan misalnya dicubit, digerakkan secara

kasar, terpapar sinar yang kuat dan sebagainya, lambat laun “masa istirahat” kejang

makin pendek sehingga anak jatuh dalam status convulsivus.

6. Pada tetanus yang berat akan terjadi Gangguan pernafasan akibat kejang yang

terus-menerus atau oleh karena spasme otot larynx yang bila berat menimbulkan

anoxia dan kematian. Pengaruh toksin pada saraf otonom akan menyebabkan

gangguan sirkulasi (akibat gangguan irama jantung misalnya block, bradycardi,

tachycardia, atau kelainan pembuluh darah/hipertensi), dapat pula menyebabkan

suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) atau berkeringat banyak hiperhidrosis).

Kekakuan otot sphincter dan otot polos lain seringkali menimbulkan retentio alvi

atau retention urinae.

Patah tulang panjang (tulang paha) dan fraktur kompresi tulang belakang.

44

Page 45: askep bblr kelompok

E. DIAGNOSIS, DIAGNOSA BANDING DAN KOMPLIKASI

1. Diagnosa

Pemeriksaan laboratorium :

- Liquor Cerebri normal,

- hitung leukosit normal atau sedikit meningkat.

- Pemeriksaan kadar elektrolit darah terutama kalsium dan magnesium,

- analisa gas darah dan gula darah sewaktu penting untuk dilakukan.

Pemeriksaan radiologi :

- Foto rontgen thorax setelah hari ke-5.

2. Diagnosa Banding

Meningitis

Meningoenchepalitis

Enchepalitis

Tetani karena hipocalsemia atau hipomagnesemia

Trismus karena process lokal

3. Komplikasi

Bronkhopneumonia

Asfiksia

Sepsis Neonatorum

45

Page 46: askep bblr kelompok

F. FAKTOR RESIKO DAN PENCEGAHAN

1. Faktor resiko

Tetanus neonatorum terjadi pada masa perinatal, antara umur 0 sampai 28 hari,

terutama pada saat luka puntung tali pusat belum kering, sehingga spora C.Tetani

dapat mencemari dan berbiak menjadi kuman vegetatif.

Menurut Foster, (1983) serta Sub Dinas PPM Propinsi Jawa Timur, (1989) terdapat 5

faktor resiko pokok tetanus neonatorum yaitu :

a) Faktor Risiko Pencemaran Lingkungan Fisik dan Biologik

Merupakan faktor yang menentukan kepadatan kuman dan tingginya tingkat

pencemaran spora di lingkungannya. Risiko akan hilang bila lahan pertanian

dan peternakan diubah penggunaannya.

b) Faktor Cara Pemotongan Tali Pusat, Penggunaan sembilu, pisau cukur atau

silet untuk memotong tali pusat tergantung pada pengertian masyarakat akan

sterilitas. Setelah dipotong, tali pusat dapat disimpul erat-erat atau diikat

dengan benang. Penolong persalinan biasanya lebih memusatkan perhatian

pada ”kelahiran” plasenta dan perdarahan ibu.

c) Faktor Cara Perawatan Tali Pusat, Tata cara perawatan perinatal sangat

berkaitan erat dengan hasil interaksi antara tingkat pengetahuan, budaya,

ekonomi masyarakat dan adanya pelayanan kesehatan di lingkungan

sekitarnya. Masyarakat di banyak daerah masih menggunakan daun-daun,

ramuan, serbuk abu dan kopi untuk pengobatan luika puntung tali pusat.

Kebiasaan ini tidak dapat dihilangkan hanya dengan pendidikan dukun bayi

saja.

d) Faktor Kebersihan Pelayanan Persalinan, Merupakan interaksi antara kondisi

setempat dengan tersedianya pelayanan kesehatan yang baik di daerah

tersebut yang menentukan subyek penolong persalinan dan kebersihan

persalinan. Untuk daerah terpencil yang belum terjangkau oleh pelayanan

persalinan yang higienis maupun daerah perkotaan yang biaya persalinannya

tak terjangkau oleh masarakat, peranan dukun bayi (terlatih atau tidak)

maupun penolong lain sangatlah besar. Pelatihan dukun bayi dapat

46

Page 47: askep bblr kelompok

menurunkan kematian perinatal namun tidak berpengaruh pada kejadian

tetanus neonatorum.

Masih banyak ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya (25 sampai 60%)

dan lebih banyak lagi yang persalinannya tidak ditolong oleh tenaga medis

(70%) sehingga resiko tetanus neonatorum bagi bayi lahir di Indonesia besar.

e) Faktor Kekebalan Ibu Hamil, Merupakan faktor yang sangat penting. Antibodi

antitetanus dalam darah ibu hamil yang dapat disalurkan pada bayinya dapat

mencegah manifestasi klinik infeksi dengan kuman C. tetani (Suri, dkk,1964).

Suntikan tetanus toksoid 1 kalipun dapat mengurangi kematian tetanus

neonatorum dari 70-78 per 1000 kelahiran hidup menjadi 40 per 1000

kelahiran hidup (Newell, 1966, Black, 1980, Rahman, 1982).

2. Pencegahan

Tindakan pencegahan bahkan eliminasi terutama bersandar pada tindakan

menurunkan atau menghilangkan factor-faktor resiko. Meskipun banyak faktor

resiko yang telah dikenali dan diketahui cara kerjanya, namun tidak semua dapat

dihilangkan, misalnya lingkungan fisik dan biologik. Menekan kejadian tetanus

neonatorum dengan mengubah lingkungan fisik dan biologik tidaklah mudah karena

manusia memerlukan daerah pertanian dan peternakan untuk produksi pangan

mereka.

Pendekatan pengendalian lingkungan dapat dilakukan dengan mengupayakan

kebersihan lingkungan yang maksimal agar tidak terjadi pencemaran spora pada

proses persalinan, pemotongan dan perawatan tali pusat. Mengingat sebagian

besar persalinan masih ditolong oleh dukun, maka praktek 3 bersih, yaitu bersih

tangan, alat pemotong tali pusat dan alas tempat tidur ibu (Dep. Kesehatan, 1992),

serta perawatan tali pusat yang benar sangat penting dalam kurikulum pendidikan

dukun bayi. Bilamana attack rate tak dapat diturunkan dan penurunan faktor risiko

persalinan serta perawatan tali pusat memerlukan waktu yang lama, maka

imunisasi ibu hamil merupakan salah satu jalan pintas yang memungkinkan untuk

ditempuh.

47

Page 48: askep bblr kelompok

Pemberian tokoid tetanus kepada ibu hamil 3 kali berturut-turut pada trimester

ketiga dikatakan sangat bermanfaat untuk mencegah tetanus neonatorum.

Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril dan perawatan tali pusat

selanjutnya.

G. PENATALAKSANAAN MEDIK

Empat pokok dasar tata laksana medik : debridement, pemberian antibiotik,

menghentikan kejang, serta imunisasi pasif dan aktif, yang dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1. Diberikan cairan intravena dengan larutan glukosa 5% dan NaCl fisiologis dalam

perbandingan 4 : 1 selama 48-72 jam selanjutnya IVFD hanya untuk

memasukan obat. Jika pasien telah dirawat lebih dari 24 jam atau pasien sering

kejang atau apnea, diberikan larutan glukosa 10% dan natrium bikarbonat 1,5%

dalam perbandingan 4 : 1 (jika fasilitas ada lebih baik periksa analisa gas darah

dahulu). Bila setelah 72 jam bayi belum mungkin diberi minum peroral/sonde,

melalui infus diberikan tambahan protein dan kalium.

2. Diazepam dosis awal 2,5 mg intravena perlahan-lahan selama 2-3 menit,

kemudian diberikan dosis rumat 8-10 mg/kgBB/hari melalui IVFD (diazepam

dimasukan ke dalam cairan infus dan diganti setiap 6 jam). Bila kejang masih

sering timbul, boleh ditambah diazepam lagi 2,5 mg secara intravena perlahan-

lahan dan dalam 24 jam berikutnya boleh diberikan tembahan diazepam 5

mg/kgBB/hari sehingga dosis diazepam keseluruhannya menjadi 15

mg/kgBB/hari. Setelah keadaan klinis membaik, diazepam diberikan peroral

dan diurunkan secara bertahap. Pada pasien dengan hiperbilirubinemia berat

atau bila makin berat, diazepam diberikan per oral dan setelah bilirubin turun

boleh diberikan secara intravena.

3. ATS 10.000 U/hari, diberikan selama 2 hari berturut-turut dengan IM. Perinfus

diberikan 20.000 U sekaligus.

4. Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis, intravena selama 10 hari. Bila

pasien menjadi sepsis pengobatan seperti pasien lainnya. Bila pungsi lumbal

48

Page 49: askep bblr kelompok

tidak dapat dilakukan pengobatan seperti yang diberikan pada pasien

meningitis bakterialis.

5. Tali pusat dibersihkan/kompres dengan alcohol 70%/Betadine 10%.

6. Perhatikan jalan napas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TETANUS NEONATORUM

1. Pengkajian

1. Identitas

2. Riwayat Keperawatan : antenatal, intranatal, postnatal.

49

Page 50: askep bblr kelompok

3. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Lemah, sulit menelan, kejang

Kepala : Poisi menengadah, kaku kuduk, dahi mengkerut, mata agak

tertutup, sudut mulut keluar dan kebawah.

Mulut : Kekakuan mulut, mengatupnya rahang, seperti mulut ikan.

Dada : Simetris, kekakuan otot penyangga rongga dada, otot

punggung.

Abdomen : Dinding perut seperti papan.

Kulit : Turgor kurang, pucat, kebiruan.

Ekstremitas : Flexi pada tangan, ekstensi pada tungkai, hipertoni

sehingga bayi dapat diangkat bagai sepotong kayu.

4. Pemeriksaan Persistem

Respirasi : Frekuensi nafas, penggunaan otot aksesori, bunyi nafas,

batuk-pikel.

Kardiovaskuler : Frekuensi, kualitas dan irama denyut jantung,

pengisian kapiler, sirkulasi, berkeringat, hiperpirexia.

Neurologi : Tingkat kesadaran, reflek pupil, kejang karena

rangsangan.

Gastrointestinal : Bising usus, pola defekasi, distensi

Perkemihan : Produksi urine

Muskuloskeletal : Tonus otot, pergerakan, kekakuan.

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

1. Ketidakefektifan pola nafas b.d kelelahan otot-otot respirasi

2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d refleks menghisap pada

bayi tidak adekuat.

3. Intervensi

a. Ketidakefektifan pola nafas b.d kelelahan otot-otot respirasi

Intervensi :

o Kaji frekuensi dan pola nafas

50

Page 51: askep bblr kelompok

o Perhatikan adanya apnea dan perubahan frekuensi jantung, tonus otot dan

warna kulit.

o Lakukan pemantauan jantung dan pernafasam secara kontinue.

o Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.

o Beri rangsang taktil segera setelah apnea.

o Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

o Beri O2 sesuai indikasi.

o Beri obat-obatan sesuai indikasi.

b. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b.d refleks menghisap pada

bayi tidak adekuat.

Intervensi :

o Kaji maturitas refleks berkenaan dengan pemberian makan, menghisap,

menelan dan batuk.

o Auskultasi bising usus.

o Kaji tanda-tanda hipoglikemia.

o Beri suplemen elektrolit sesuai medikasi.

o Beri nutrisi parenteral.

o Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

o Lakukan pemberian minum sesuai toleransi.

BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN BBLR/PREMATURITAS

51

Page 52: askep bblr kelompok

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500gr. BUR dapat dibagi 2 golongan yaitu prematuritas murni dan dismaturitas. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah sering mengalami masalah sukar bernafas, sukar dalam pemberian minum ,ikterus berat dan infeksi.Bayi juga rentan mengalami hipotermi jika tidak dalam incubator. Bayi ini memerlukan perawatan khusus.Bila fasilitas tempat bayi dilahirkan tidak memadai untuk perawatan bayi, maka bayi harus segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas khusus untuk bayi yang lahir dengan berat badan rendah. Selama perjalanan ke tempat rujukan pastikan bahwa bayi terjaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lembut,kering,selimuti dan pakai topi untuk menghindari kehilangan panas. Prognosis BBLR akan baik bila ditangani dengan cepat dan perawatan yang intensif.

KESIMPULAN HIPERBILIRUBINEMIA

Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah

yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada

neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan

tubuh. Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah

yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada

neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan

tubuh.

SARAN

Diharapkan perawat dapat memberikan asuahan keperawatan secara baik

pada pada klien, dengan tidak hanya mengandalkan makalah ini saja tapi dapat

mencari yang lebih kompleks, yaitu dengan mempelajari sumber lain yang berkaitan

dengan penyakit hiperbilirubinemia.

1. KESIMPULAN TETANUS NEONATORUM

Tetanus berasal dari kata tetanos (Yunani) yang berarti peregangan.

Tetanus Neonatorum adalah Penyakit tetanus pada bayi baru lahir dengan tanda

52

Page 53: askep bblr kelompok

klinik yang khas, setelah 2 hari pertama bayi hidup, menangis dan menyusu secara

normal, pada hari ketiga atau lebih timbul kekakuan seluruh tubuh yang ditandai

dengan kesulitan membuka mulut dan menetek, disusul dengan kejang–kejang

Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman

gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping.

2. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini kelompok masih jauh dari sempurna. Olehkarena itu kelompok meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah yang kami buat dapat bermanfaat bagi pembaca.

-

- DAFTAR PUSTAKA

- Maryani, Anik. 2009. Asuhan Kegawadaruratan dan Penyakit Pada Neonatus.

Jakarta: KDT.

53

Page 54: askep bblr kelompok

- http://2.bp.blogspot.com/_8mqlNYnbrnk/TMnz1bQ9/Vs/SY_M79C7ErM/s1600/

Capture3.JPG

- http://www.pendidikan-kesehatan.co.cc/2011/04/askep-tetanus-neonatorum-

tn.html

- Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.- Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan,

Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta.- Dongoes, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

54