askep hipotiroid kelompok 3

34
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KASUS “HIPOTIROIDISME” 2.1 Pengertian Menurut Corwin (2009) yang disebut hiportiroidisme adalah suatu penyakit yang tejadi akibat penurunan kadar hormon tiroid yang bersirkulasi. Hipotiroidisme adalah suatu kelainan yang relative sering ditemukan degan ditandai oleh ketidakcukupan produksi hormone tiroid. (Stein, 2001). Sedangkan menurut Price (2006) Hipotiroid adalah defisiensi produksi hormon dari kelenjar tiroid. Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa hipotiroid merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh penurunan hormon tiroid yang ditandai dengan ketidakcukupan produksi hormon tiroid karena hormon tiroid berada di bawah nilai optimal. 2.2 Epidemiologi Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri . Sebagian besar penderita hipotiroidisme primer berusia 40 hingga 70 tahun dan biasanya ditemukan mengalami hipotiroidisme ringan sampai sedang yang telah berjalan lama. Hipotiroidisme lima kali 1

Upload: elisa-kartika

Post on 07-Jul-2016

541 views

Category:

Documents


58 download

DESCRIPTION

lengkap kak

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Hipotiroid Kelompok 3

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN KASUS

“HIPOTIROIDISME”

2.1 Pengertian

Menurut Corwin (2009) yang disebut hiportiroidisme adalah suatu penyakit

yang tejadi akibat penurunan kadar hormon tiroid yang bersirkulasi.

Hipotiroidisme adalah suatu kelainan yang relative sering ditemukan degan

ditandai oleh ketidakcukupan produksi hormone tiroid. (Stein, 2001).

Sedangkan menurut Price (2006) Hipotiroid adalah defisiensi produksi

hormon dari kelenjar tiroid.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa hipotiroid

merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh penurunan hormon tiroid yang

ditandai dengan ketidakcukupan produksi hormon tiroid karena hormon tiroid

berada di bawah nilai optimal.

2.2 Epidemiologi

Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu

kepada disfungsi kelenjar tiroid itu sendiri . Sebagian besar penderita

hipotiroidisme primer berusia 40 hingga 70 tahun dan biasanya ditemukan

mengalami hipotiroidisme ringan sampai sedang yang telah berjalan lama.

Hipotiroidisme lima kali lebih sering menyerang wanita dibandingkan laki-laki

dan paling sering terjadi pada usia di antara 30 hingga 60 tahun.

2.3 Etiologi

Ada empat penyebab terjadinya hiptiroidisme, yaitu:

A. Malfungsi kelenjar tiroid

Kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan

TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior

dan hipotalamus.

B. Malfungsi hipofisis

1

Page 2: Askep Hipotiroid Kelompok 3

Malfungsi hipofisis menyebabkan rendahnya kadar TSH yang akan

menurunkan kadar HT dalam darah.

C. Malfungsi hipotalamus

Malfungsi hipotalamus menyebabkan rendahnya kadar TSH, dan TRH

yang akan menurunkan kadar HT dalam darah.

D. Karena sebab lain, seperta farmakologis, defisiensi yodium dll

2.4 Tanda dan Gejala

Berikut ini adalah manifestasi hipotiroidisme secara umum yaitu

1. Kulit dan rambut

a. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal

b. Pembengkakan, tangan, mata dan wajah

c. Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk

d. Tidak tahan dingin

e. Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal

2. Muskuloskeletal

a. Volume otot bertambah, glossomegali

b. Kejang otot, kaku, paramitoni

c. Artralgia dan efusi synovial

d. Osteoporosis

e. Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda

f. Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis

g. Kadar fosfatase alkali menurun

3. Neurologik

a. Letargi dan mental menjadi lambat

b. Aliran darah otak menurun

c. Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian

kurang, penurunan reflek tendon)

d. Ataksia (serebelum terkena)

e. Gangguan saraf ( carfal tunnel)

f. Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu

2

Page 3: Askep Hipotiroid Kelompok 3

4. Kardiorespiratorik

a. Bradikardi, disritmia, hipotensi

b. Curah jantung menurun, gagal jantung

c. Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)

d. Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T

mendatar/inverse

e. Penyakit jantung iskemic

f. Hipotensilasi

g. Efusi pleural

h. Dispnea

5. Gastrointestinal

a. Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen

b. Obstruksi usus oleh efusi peritoneal

c. Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa

6. Renalis

a. Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun

b. Retensi air (volume plasma berkurang)

c. Hipokalsemia

7. Hematologi

a. Anemia normokrom normositik

b. Anemia mikrositik/makrositik

c. Gangguan koagulasi ringan

8. Sistem endokrin

a. Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa

menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dengan

hiperprolaktemi

b. Gangguan fertilitas

c. Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis

terhadap insulin akibat hipoglikemi

d. Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun

e. Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun

3

Page 4: Askep Hipotiroid Kelompok 3

f. Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri,

perilaku maniak

g. Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bula

(moon face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal,

sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin menurun, lemah, dan

ekspresi wajah kosong (Corwin. 2009).

2.5 Tipe Hipotiroid

Terdapat beberapa tipe hipotiroidisme. Tergantung dari timbulnya

permulaan masalah. Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami

hipotiroidisme primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid

itu sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar hipofisis,

hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral (hipotiroidisme

sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh hipofisis disebut

hipotiroidisme tersier. Penyakit hipotiroid ini dapat diklasifikasikan menjadi:

Jenis Organ Keterangan

Hipotiroidisme

primer

kelenjar tiroid Paling sering terjadi. Meliputi penyakit

Hashimoto tiroiditis (sejenis penyakit

autoimmune) dan terapi radioiodine (RAI) untuk

merawat penyakit hipertiroidisme. Hipotiroid ini

dibagi menjadi dua yaitu

a.  Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase

penyembuhan setelah tiroiditis, defisiensi

yodium

b. Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi

setelah pemberian yodium radioaktif atau

radiasi eksternal, agenesis, amiodaron.

Hipotiroidisme

Sekunder

kelenjar

hipofisis

(pituitari)

Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak

menghasilkan cukup hormon perangsang tiroid

(TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid untuk

menghasilkan jumlah tiroksin  yang cukup.

4

Page 5: Askep Hipotiroid Kelompok 3

Biasanya terjadi apabila terdapat tumor di

kelenjar hipofisis, radiasi atau pembedahan yang

menyebabkan kelenjar tiroid tidak lagi dapat

menghasilkan hormon yang cukup. kegagalan

hipotalamus (↓ TRH, TSH yang berubah-ubah, ↓

T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4

bebas).

Hipotiroidisme

tersier

hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal menghasilkan

TRH yang cukup. Biasanya disebut juga disebut

hypothalamic-pituitary-axis hypothyroidism.

Menurut umur mulai terkenanya (onset), hipotiroidisme tebagi menjadi;

A. Hipotiroidisme Infantil (Kreatinisme)

Kreatinisme adalah difisiensi tiroid yang diderita sebelum atau

segera sesudah lahir.

Umur yang mulai terserang adalah bayi, setelah 1-2 minggu setelah

lahir. Penyebab tersering adalah :

1. Ibu meminum obat mengandung iodida waktu hamil.

2. Minum obat antitiroid berlebihan saat hamil.

3. Agenesis tiroid.

4. Dishormogenesis tiroid.

5. Kurang iodium berat di daerah endemik.

6. Kadang-kadang hipofungsi hipotalamik-hipofisis.

Gejala-gejalanya meliputi:

1. Ikterus neonatal berkepanjangan, latergi, sukar minum, kulit kering dan

tebal, pot belly, hernia umbilikalis;

2. Bila tidak lekas diobati akan terjadi gejala-gejala seperti obstipasi, suara

tangisserak, lidah tebal, hipotermia, dan otot-otot lemah.

3. Bila berkelanjutan sampai umur satu tahun, pertumbuhan menjadi

terlambat, meliputi pertumbuhan gigi, kemampuan duduk, merangkak

dan berbicara.

5

Page 6: Askep Hipotiroid Kelompok 3

B. Hipotiroidisme juvenil

Mulai terjadinya biasanya pada masa anak-anak (childhood) sampai

pubertas. Penyebab tersering adalah tiroiditis autoimun, dan

pascatiroidectomi parsial. Gejalanya ringan, antara infantil dan deawasa;

tidak ditemukan hambatan mental yang berat, dan gejala khas miksedema.

Dapat terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan seks. Pada

pemeriksaan ditemukan; penurunan T4 bebas, peningkatan TSH, dan

penurunan ambilan I.

C. Hipotiroidisme Dewasa (Miksedema)

Miksedema diakibatkan oleh adanya penimbunan bahan

mukopolisakarida. Penyebabnya adalah tiroiditis autoimun, pasca

tiroidektomi parsial, pasca terapi iodium radioaktif, dan obat anti tiroid.

Gejala pada hipotiroid jenis ini adalah terjadinya berangsur-angsur. Gejala

ringan dapat berupa edema, dan bradikardi. Keadaan lebih lanjut

menunjukkan gejala-gejala seperti toleransi terhadap dingin menurun,

nafsu makan menurun, berat badan naik, menoragi, parau, lelah,

pendengaran menurun, galaktore, kerotenemia, sulit berkonsentrasi. Pada

keadaan berat terjadi tuli, ptosis, miopati, refleks menurun, psikosis, efusi

sendi, efusi pleura, efusi perikardial, edema anakarsa.

D. Hipotiroidisme Kongenital

Hipotiroid kongenital adalah suatu keadaan hormon tiroid yang tidak

adekuat pada bayi baru lahir sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan

tubuh yang dapat disebabkan oleh kelainan anatomi kelenjar tiroid,

kelainan genetik, kesalahan biosintesis tiroksin serta pengaruh lingkungan

(Tim Penyusun FKUI, 2006). Gangguan pertumbuhan dan retardasi mental

merupakan gejala yang tersering dan dan yang paling dirasakan (Brunner

& Suddarth, 2002). Namun selain itu terdapat pula gejala-gejala yang

tampak secara fisik seperti pembesaran kelenjar tiroid atau gondok,

frekuensi buang air besar yang berkurang, suara serak, kulit dan rambut

tampak kering, anak tampak pucat dan frekuensi denyut jantungnya lebih

jarang dari anak normal.

6

Page 7: Askep Hipotiroid Kelompok 3

2.6 Patofisiologi

2.7 Komplikasi dan Prognosis

Koma miksedema adalah situasi yang mengancam nyawa yang ditandai oleh

eksaserbasi (perburukan) semua gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa

menggigil, hipotensi, hipoglikemia, hipoventilasi, dan penurunan kesadaran

hingga koma. Kematian dapat terjadi apabila tidak diberikan HT dan stabilisasi

semua gejala (Corwin, 2009).

Ada juga risiko yang berkaitan dengan terapi defisiensi tiroid. Resiko ini

mencakup penggantian hormon yang berlebihan, ansietas, atrofi otot,

osteoporosis, dan fibrilasi atrium. Untuk prognosis penyakit ini biasanya respon

terhadap pengobatan umumnya baik sehingga pasien bisa kembali hidup normal

bila terus mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter.

2.8 Pengobatan

Tujuan primer penatalaksanaan hipotiroidisme adalah memulihkan

metabolisme pasien kembali kepada keadaan metabolik normal dengan cara

mengambil hormon yang hilang. Levitiroksin sintetik (Syntiroid atau levothroid)

merupakan preparat terpilih untuk pengobatan hipotiroidisme dan supresi penyakit

goiter nontoksis. Dosis terapi penggantian hormonal didasarkan pada konsentrasi

TSH dalam serum pasien. (Brunner & Suddarth, 2002).

Pengobatan hipotiroidisme antara lain dengan pemberian tiroksin, biasanya

dimulai dalam dosis rendah ( 50µg/hari ). Khususnya pada pasien yang lebih tua

atau pada pasien dengan miksedema berat, dan setelah beberapa hari atau minggu,

sedikit demi sedikit ditingkatkan sampai akhirnya mencapai dosis pemeliharaan

maksimal 150µg/hari. Pada dewasa muda, dosis pemeliharaan maksimal dapat

dimulai secepatnya.

Pengukuran kadar TSH pada pasien hipotiroidisme primer dapat digunakan

untuk menentukan manfaat terapi pengganti. Kadar ini harus dipertahankan dalam

kisaran normal. Pengobatan yang adekuat pada pasien dengan hipotiroidisme

sekunder sebaiknya dengan mengikuti kadar tiroksin bebas (Price, 2006).

7

Page 8: Askep Hipotiroid Kelompok 3

2.9 Pencegahan

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit

hipotiroid ini antara lain:

a. Memastikan kebutuhan yodium tubuh tercukupi dengan tepat mulai dini

b. Pemeriksaan fungsi tiroid sejak dini jika pernah melakukan terapi

radioiodium, pembedahan, atau preparat antitiroid.

c. Pada pasien lansia yang mengalami hipotiroidisme ringan hingga sedang,

terapi penggantian hormone tiroid harus dimulai dengan dosisi rendah dan

kemudian ditingkatkan secara perlahan-lahansekali (Brunner & Suddarth:

2002).

d. Pada masa kehamilan hindari penggunaan obat-obatah antitiroid secara

berlebihan, yodium profilaksis pada daerah-daerah endemik, diagnosis

dini melalui pemeriksaan penyaringan pada neonatus.

e. Sedangkan pada hipotiroidisme dewasa dapat dilakukan dengan

pemeriksaan ulang tahunan.

2.10 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita hipotiroid ini

adalah

A. Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan T3 dan T4 serum

Jika kadar TSH meningkat, maka T4 menurun sehingga terjadi hipotiroid.

a. T3 serum(0,6 – 1,85 mg/dl)

b.   T4 serum (4,8 – 12,0 mg/dl)

c. TSH (0,4 – 6,0 mg/dl)

2. Pemeriksaan TSH

Pemeriksaan TSH menggunakan uji sensitif merupakan scirining awal

yang direkomendasikan saat dicurigai penyakit tiroid (Rumahorbo, 1999).

8

Page 9: Askep Hipotiroid Kelompok 3

Dengan mengetahui kadar TSH, maka dapat dibedakan anatara pasien

hipotiroid,hipertiroid dan orang normal

B. Pemeriksaan Radiologis

1) Ambilain iodium radioaktif dan scan tiroid

Scan harus dilakukan jika terdapat keraguan mengenai nodularitas tiroid.

Scan tiroid bermanfaat untuk mendeteksi kelainan anatomi, jaringan

ektopik (tiroid lingual, tiroid mediastinum, trauma ovarii), tumor

metastatik. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mempelajarai nodul tiroid.

2) Ultrasonografi tiroid sangat bermanfaat untuk memastikan apakah nodul

tiroid, yang nonfungsional pada sidikan isotop, suatu kistik atau padat.

Jika kistik, dilakukan aspirasi dan pemeriksaan sitologisebagai pedoman

keperluan pembedahan.

3) Tes-tes laboratorium yang digunakan untuk memastikan hipotiroidisme

antara lain kadar tiroksin dan triyodotironin serum yang rendah, BMR

yang rendah, dan peningkatan kolesterol (Price, 2006).

C. Pemeriksaan Fisik

Bila terdapat kecurigaan adanya hipotiroidisme, penemuan diferensial yang

paling penting pada pemeriksaan fisik adalah ada tidaknya goiter. Riwayat operasi

tiroid yang sebelumnya harus ditanyakan disamping pemeriksaan yang cermat

terhadap tanda-tanda hipotiroidisme termasuk hipotermia, bradikardi, kulit kering,

rambut kasar, bicara lambat, lidah tebal, dan pembengkakan periorbiotal. Tanda

klinis yang paling khusus pada hipotiroidisme adalah fasr relaksasi yang lambat

pada refleks tendon dalam (Stein, 2001).

9

Page 10: Askep Hipotiroid Kelompok 3

BAB 3.PATHWAY

10

Gangguan hipotalamus &

hipofisis

Produksi hormon tiroid

Gangguan Metabolisme tubuh

Fungsi GI

Fungsi syaraf

Produksi ATP & ADP

Gangguan kelenjar tiroid

Penyebab lain,

iodium, Hashimoto, riwayat pengobatan

Produksi panas tubuh Fungsi KardioKelemahan fisik

MK: Intoleransi aktivitas

Tonus otot

MK: Resiko cedera

MK:Hipotermia Bradikardi

MK:Penurunan curah jantung

Motilitas usus & sekresi hormon

pencernaan

Konstipasi

MK:Gangguan eliminasi: defekasi

Fungsi Pernafasan

Depresi Pernafasan

MK:Pola nafas tidak efektif

konstipasi

Page 11: Askep Hipotiroid Kelompok 3

11

Suplai darah ke seluruh tubuh

Suplai O2 dan nutrisi ke

otak

Otak tidak dapat berfungsi secara maksimal

Gangguan proses pikir

Gangguan sensori persepsi

Sistem reproduksi

AmenoreMasa menstruasi yang memanjang

Disfungsi seksual Ketidakefektifan pola seksual

Page 12: Askep Hipotiroid Kelompok 3

4.1 Asuhan Keperawatan Hipotiroidisme

4.1.1Pengkajian

1. Identitas klien

a. umur : kebanyakan terjadi pada usia tua yaitu antara umur 30-60 tahun dan

pada bayi pada hipotiroidisme kongenital;

b. jenis kelamin : Hipotiroidisme lima kali lebih banyak diderita oleh

perempuan daripada laki-laki namun tidak menutup kemungkinan dapat

diderita oleh laki-laki;

2.  Keluhan utama klien

  Keluhan utama klien mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh;

a. Sistem pernapasan : dispneu atau merasa sesak saat beraktivitas, sleep

apneu

b. Sistem pencernaan : Pasien biasanya akan merasa tidak nafsu makan atau

anoreksia dan kesulitan untuk buang air besar (konstipasi)

c. Sistem kardiovaskuler :terjadi bradikardi

d. Sistem musculoskeletal : pasien akan merasakan nyeri otot, kesemutan,

dan gerak otot lambat

e. Sistem neurologik dan Emosi/psikologis : fungsi intelektual lambat,

berbicara lambat dan terbata – bata dan gangguan memori

f. Metabolik : penurunan metabolism basal yang menyebabkan penurunan

suhu tubuh dan intoleransi terhadap dingin

3.  Riwayat penyakit saat ini

4. Riwayat penyakit  dahulu

5. Riwayat kesehatan klien dan keluarga.

6. Pemeriksaan fisik mencakup:

a. Penampilan secara umum: amati wajah klien terhadap adanya edema

sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah

kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lambat. Kulit

kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.

12

Page 13: Askep Hipotiroid Kelompok 3

b. Aktivitas atau istirahat : pasien lebih banyak tidur, gerakan melambat,

berkurangnya reflek, kelemahan otot proksimal

c. Sirkulasi : bradikardia, gangguan kontraktilitas, penurunan curah jantung,

dan kardiomegali ( paling banyak disebabkan oleh efusi perikard), anemia

d. Eliminasi :Penurunan kemampuan ekskresi kelebihan cairan cairan dan

hiponatremia, Penurunan peristaltik usus yang menyebabkan konstipasi

e. Makanan / Cairan: Anoreksia, Peningkatan berat badan akibat penurunan

metabolisme

f. Neurosensori: lebih sering mengantuk, penurunan reflek otot, kesemutan,

dan gangguan memori, pusing

g. Pernapasan: sesak dengan aktivitas, gangguan respon ventilasi terhadap

hiperkapnia dan hipoksia, hipoventilasi, sleep apnea, dapat ditemukan

efusi pleura

h. Seksualitas: perubahan ovulasi, anovulasi, dan penurunan libido (Subekti

dan Purnamasari: 2007)

7. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sasial dengan

lingkungannya, mengurung diri. Keluarga mengeluh klien sangat malas

beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. dapat dikaji bagaimana konsep diri

klien mencakup kelima komponen konsep diri

8. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum;

pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi

peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat

menurun atau normal).

4.2 Diagnosa

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan fungsi pernafasan.

2.Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipometabolisme, sekresi

.hormon tiroid menurun.

3.Hipotermia berhubungan dengan hipometabolisme tubuh.

4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan metabolisme.

13

Page 14: Askep Hipotiroid Kelompok 3

5.Gangguan eliminasi: defekasi berhubungan dengan penurunan motilitas

usus.

6.Resiko cedera berhubungan dengan penurunan tonus otot.

14

Page 15: Askep Hipotiroid Kelompok 3

4.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi

1 Pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan

penurunan fungsi

pernafasan yang ditandai

dengan:

DS:

Pasien merasa sesak saat

beraktivitas

DO:

1.Pasien tampak sesak

2.Takipneu atau Bradipneu

3.RR > 20x/menit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

pasien menunjukkan keefektifan pola

napas dengan kriteria hasil:

1.Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah

tidak sesak lagi

2. Pasien tampak menunjukkan kepatenan

jalan napas

3. RR 20x/menit

1.

2.

1. Kaji dan pantau kecepatan, irama, kedalaman,

dan upaya pernapasan

Rasional: Mengidentifikasi hasil pemeriksaan

dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan

mengevaluasi efektifitas intervensi.

2. Atur posisi pasien: Semifowler

Rasional: untuk mengoptimalkan pernapasan

3. Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama

periode gawat napas

Rasional: Untuk mengatur pernapasan sehingga

pasien dapat bernapas tetap optimal selama sesak

napas.

4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain terkait

pemberian obat bronkhodilator

Rasional: Sebagai terapi pengobatan untuk

membantu memperluas jalan napas pasien

15

Page 16: Askep Hipotiroid Kelompok 3

sehingga pasien dapat bernapas dengan optimal

2 Penurunan curah jantung

berhubungan dengan

hipometabolisme, sekresi

hormon tiroid menurun,

yang ditandai dengan:

DS:

1. Pasien mengeluh lelah

DO:

1. Bradikardi

2. dispneu

3. Kulit dingin

4. Tekanan Darah:

5. Edema

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

pasien menunjukkan

dengan kriteria hasil:

1. TD dalam batas normal

1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya

sianosis, status pernapasan dan status mental

Rasional: Untuk mengidentifikasi data dasar untuk

menentukan tindakan intervensi selanjutnya

2. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan

memperhatikan adanya awitan napas pendek,

palpitasi, dan limbung

Rasional: Penurunan curah jantung dapat

dimanifestasikan dengan adanya penurunan

toleransi aktivitas

3. Anjurkan pasien untuk membatasi aktivitas

Rasional: Pembatasan aktivitas dimaksudkan

untuk memaksimalkan kerja jantung sehingga

jantung dapat meningkatkan curah jantung dan

mencukupi kebutuhan sirkulasi dan metabolisme

4. Kolaborasi dengan tim medis terkait pemberian

16

Page 17: Askep Hipotiroid Kelompok 3

dan penghentian obat tekanan darah

Rasional: pemberian obat tekanan darah

digunakan untuk membantu meningkatkan curah

jantung pasien

3 Hipotermia berhubungan

dengan hipometabolisme

tubuh yang ditandai dengan

DS:

1.Pasien merasa kedinginan

dan menggigil

DO:

1.Pasien tampak menggigil

2. Kulit dingin

3. Tampak pucat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

pasien menunjukkan termoregulasi yang

normal dengan kriteria hasil:

1. Pasien merasa sudah tidak kedinginan

dan tidak menggigil

2. pasien tampak tidak menggigil

3. kulit hangat

4. Warna kulit normal

5. Suhu tubuh 36 C

1. Kaji gejala hipotermia, seperti perubahan warna

kulit, kelelahan, kelemahan,

Rasional: Mengetahui adanya hipotermian pada

pasien untuk menentukan intervensi selanjutnya

2. Kaji tanda-tanda vital

Rasional: Perubahan termoregulasi dimanifestasi

kliniskan dengan adanya perubahan tanda-tanda

vital terutama suhu tubuh

3. Untuk pasien lansia: Kaji secara seksama untuk

adanya konfusi dan penurunan tingkat kesadaran

Rasional: Pasien lansia mungkin tidak menggigil

atau mengeluh merasa kedinginan

4. Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut

penghangat, alat-alat pemanas mekanis, suhu 17

Page 18: Askep Hipotiroid Kelompok 3

4. Suhu tubuh <36 C ruangan yang disesuaikan, berendam di air

hangat, dan minum air hangat sesuai toleransi

Rasional: untuk membantu mempertahankan dan

meningkatkan termoregulasi pasien

4 Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan

gangguan metabolism, yang

ditandai dengan:

DS

1. Pasien mengeluh sesak

saat beraktivitas

2. pasien merasa lelah

DO:

1. Tekanan darah:

2. Bradikardi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

pasien menunjukkan toleransi aktivitas

dengan kriteria hasil:

1. Pasien memiliki kemampuan untuk

menyelesaikan aktivitas

2. pasien merasa tidak sesak saat

aktivitas

3. TD normal

1. Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas

Rasional: Untuk mengidentifikasi pemenuhan

kebutuhan aktivitas pasien

2. Pantau respon kardiorespiratori terhadap

ativitas

Rasional:Untuk memantau kemampuan

kardiorespiratori pasien dalam melakukan aktivitas

3. Pantau tanda-tanda vital sebelum, selama, dan

setelah aktivitas

Rasional: Mengidentifikasi adanya perubahan

yang signifikan tanda-tanda vital pasien saat

beraktivitas

4. Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien

memiliki energi paling banyak

18

Page 19: Askep Hipotiroid Kelompok 3

Rasional: Untuk membantu mengoptimalkan

aktivitas pasien

5 Perubahan pola

defekasi:konstipasi

berhubungan dengan

penurunan motilitas usus

yang ditandai dengan:

DS:

1. Pasien mengeluh tidak

bisa BAB

2. Pasien mengeluh tidak

nafsu makan

DO:

1. Anoreksia

2. Penurunan peristaltik

usus

3. Perubahan pola defekasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

pasien menunjukkan pola defekasi yang

normal, dengan kriteria hasil:

1. Pasien BAB 1x sehari

2. Feses lunak dan berbentuk

3. pasien melaporkan keluarnya feses

dan pola defekasi yang normal

1. Kaji mengenai program defekasi, aktivitas,

pengobatan, dan pola kebiasaan pasien

Rasional: untuk mengetahui data dasar mengenai

pola defekasi dari pasien untuk menentukan

interensi selanjutnya

2. Anjurkan aktivitas optimal untuk merangsang

eliminasi defekasi pasien

Rasional:Untuk membantu peningkatan peristaltik

usus

3. Kolaborasi dengan ahli gizi terkait diet

pemberian makanan berserat tinggi dan cairan

Rasional: Membantu menentukan program diet

yang tepat untuk mengatasi konstipasi

4. Ajarkan kepada pasien tentang efek diet pada

eliminasi

19

Page 20: Askep Hipotiroid Kelompok 3

Rasional: memberikan pengetahuan pada pasien

mengenai pengaruh program diet yang

diberikan terhadap defekasi

6 Resiko cedera berhubungan

dengan penurunan tonus

otot.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

resiko cedera akan menurun, dengan

kriteria hasil:

1. Keamanan pasien terjaga

2. Lingkungan sekitar pasien aman

3. Pasien menunjukkan pengendalian

resiko cedera

1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi

kebutuhan keamanan akan cedera

Rasional: mengidentifikasi kebutuhan dan

intervensi yang tepat untuk mengatasi resiko

cedera pasien

2. Identifikasi faktor lingkungan yang

memungkinkan resiko jatuh

Rasional: keamanan lingkungan akan

menunjangpenurunan resiko cedera pada pasien

3. Bantu ambulasi pasien jika perlu

Rasional: Membantu aktivitas pasien sehingga

resiko cedera dapt terhindari

4. Lakukan pendidikan kesehatan mengenai

strategi dan tindakan untuk mencegah cedera

20

Page 21: Askep Hipotiroid Kelompok 3

Rasional: memberikan pengetahuan mengenai

strategi dan tindakan untuk mencegah cedera

sehingga diharapkan pasien memiliki

kemandirian dalam pencegahan cedera

21

Page 22: Askep Hipotiroid Kelompok 3

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C. dan John E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi

9. Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol

2. Jakarta: EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC.

Price A, Sylvia dan Wilson M, Lorraine. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC.

Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Endokrin. Jakarta : EGC

Stein, Jay H. 2001. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jakarta: EGC

Tim Penyusun. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jaka

Page 23: Askep Hipotiroid Kelompok 3

i