makalah hipotiroid
DESCRIPTION
makalah hipotiroidTRANSCRIPT
MAKALAH
HIPOTIROID
DISUSUN OLEH :
NAMA : TRISNA KURNIA PUTRI
NIM : 1301102
DOSEN PEMBIMBING
HUSNAWATI, M.Si, Apt
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
PEKANBARU
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana berkat rahmat dan karunia-
Nya kita masih diberikan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga Saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Hipoptiroid”.
Makalah ini dimaksudkan untuk menyelesaikan tugas Farmakoterapi II
serta untuk menambah wawasan dan pengetahuan kami serta para pembaca, agar
dapat mengetahui tentang penyakit asma dan bagaimana terapinya.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada ibuk
Husnawati,M.Si,Apt. selaku dosen pembimbing mata kuliah Farmakoterapi II.
Saya menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih banyak terdapat
kelemahan dan kekurangan sehingga kami membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.
Pekanbaru, 10 maret 2016
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan.................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3Tujuan.................................................................................................................5
Bab II Pembahasan................................................................................................6
2.1 Pengertian Hipotiroid.........................................................................................6
2.2 Klasifikasi Hipotiroid.........................................................................................6
2.3 Tanda dan gejala Hipotiroid...............................................................................8
2.4 patofisiologilogi Hipotiroid................................................................................9
2.5 diagnosa Hipotiroid..........................................................................................10
2.6 Terapi Non-Farrmakologi Hipotiroid...............................................................11
2.7 Terapi Farmakologi Hipotiroid........................................................................12
2.8 Penyelesaian Kasus..........................................................................................13
Bab III Penutup....................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.............................................................................................16
3.2 Saran.......................................................................................................17
Daftar Pustaka…………………………………………………………………..18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, esophagus,
pembuluh darah besar, dan sraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea sambil
melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran. Arteri karotis
komunis, arteri jugularis interna, dan nervus vagus terletak bersama di
dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus rekurens terletak di
dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus frenikus dan trunkus
simpatikus tidak masuk kedalam ruang antara fasia media dan
prevertebralis.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormone tiroid utama yaitu tiroksin.
Bentuk aktif hormone ini adalah triiodotironin yang sebgian besar berasal
dari konversi hormone tiroksin di perifer, dan sebagian kecil langsung
dibentuk oleh kelenjar tiroid. Sekresi hormone tiroid dikendalikan oleh
kadar hormone tiroid ( Thyroid Stimulaing Hormon ) yang dihasilkan oleh
lobus anterior kelenjar hipofisis. Kelenjar ini secara langsung dipengaruhi
dan di atur aktivitasnya oleh kadar hormone tiroid dalam sirkulasi, yang
bertindak sebagai umpan balik negative terhadap lobus anterior hipofisis
dan terhadap sekresi hormone pelepas tirotropin dari hipotalamus.
Hormone tiroid mempunyai pengaruh yang bermacam-macam terhadap
jaringan tubuh yang berhubungan degan metabolisme sel.
Hormone tiroid yang di produksi oleh kelenjar tiroid disimpan
sebagai residu asam amino dari triglobulin. Triglobulin merupakan
glikoprotein yang menempati sebagian besar flikel koloid kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid juga mengeluarkan kalsitonin dari sel parafolikuler.
Kalsitonin adalah polipeptida yang menurunkan kadar kalsium serum,
4
mungkin melalui pengaruhnya terhadap tulang. Hormone tiroid memang
suatu hormone yang di butuhkan oleh hamper semua proses tubuh
termasuk proses metabolisme, sehingga perubahan hipertiroid ataupun
hipotiroid berpengaruh atas bebagai peristiwa. Efek metaboliknya antara
lain adalah termoregulasi, metabolisme protein, metabolisme karbohidrat,
metaolisme lemak, dan vitamin A. Status tiroid seseorang di tentukan oleh
kecukupan sel atas hormone tiroid dan bukan kadar normal hormone tiroid
dalam darah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan Hipotiroid?
2. Apa saja klasifikasi Hipotiroid?
3. Apakah tanda dan gejala Hipotiroid?
4. Bagaimana Patofisiologi Hipotiroid?
5. Bagaimana diagnosa hipotiroid?
6. Bagaimana terapi non-farmakologi Hipotiroid?
7. Bagaimana terapi farmakologi Hipotiroid?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Hipotiroid
2. Mengetahui apa saja klasifikasi Hipotiroid
3. Mengetahui tanda dan gejala Hipotiroid
4. Mengetahui patofisiologi hipotiroid
5. Mengetahui diagnose hipotiroid
6. Mengetahui terapi non-farmakologi hipotiroid
7. Mengetahui terapi farmakologi hipotiroid
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipotiroid
Hipotiroidisme merupakan penyakit yang sering kali ditemukan dalam
masyarakat. Hipotiroidisme diakibatkan hipofungsi tiroid. Penyakit ini
juga sangat sensitive pada bayi dan anak-anak namun gejala dan tanda-
tandanya belum dapat dilihat dengan jelas.
Penyakit ini akan memberikan dampak pada keterbelakangan
individu, baik itu fisik maupun mental. Jika hal ini dibiarkan dan tanpa ada
usaha yang dilakukan untuk meminimalkan jumlah penderita
hipotiroidisme maka rakyat Indonesia akan terus berada dalam
keterbelakangan
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang
aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid.Hipotiroidisme dapat
terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka kadar hormon
tiroid yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negatif oleh hormon tiroid pada hipofisis
anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroidisme terjadi akibat malfungsi
hipofisis, maka kadar hormon tiroid yang rendah disebabkan oleh
rendahnya kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena.tidak adanya
umpan balik negatif baik dari TSH maupun hormon tiroid. Hipotiroidisme
yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus menyebabkan rendahnya
kadar hormon tiroid, TSH, dan TRH.
2.2 Klasifikasi Hipotiroid
6
Lebih dari 95% penderita hipotiroidisme mengalami hipotiroidisme
primer atau tiroidal yang mengacu kepada disfungsi kelenjar tiroid itu
sendiri. Apabila disfungsi tiroid disebabkan oleh kegagalan kelenjar
hipofisis, hipotalamus atau keduanya disebut hipotiroidisme sentral
(hipotiroidisme sekunder) atau pituitaria. Jika sepenuhnya disebabkan oleh
hipofisis disebut hipotiroidisme tersier.(Brunner &Suddarth.2001)
Jenis Organ Keterangan
Hipotiroidism
e primer
kelenjar tiroid Paling sering terjadi. Meliputi penyakit
Hashimoto tiroiditis
(sejenis penyakit autoimmune) dan terapi
radioiodine(RAI) untuk merawat penyakit
hipertiroidisme.
Hipotiroidism
e sekunder
kelenjar
hipofisis(pituitari)
Terjadi jika kelenjar hipofisis tidak
menghasilkan cukup
hormon perangsang tiroid
(TSH) untuk merangsang kelenjar tiroid
untuk menghasilkan jumlah
tiroksin
yang cukup. Biasanya terjadi apabila
terdapat tumor di kelenjar hipofisis, radiasi
atau pembedahan yang menyebabkan
kelenjar tiroid tidak lagi dapat
menghasilkan hormon yang cukup.
Hipotiroidism
e tertier
hipotalamus Terjadi ketika hipotalamus gagal
menghasilkan
TRH
yang cukup. Biasanya disebut juga disebut
hypothalamic-pituitary-axis
7
hypothyroidism.
2.3 Tanda dan Gejala Hipotiroid
Gejala-gejala hipotiroid adalah seringkali tidak kelihatan. Mereka
tidak spesifik (yang berarti mereka dapat meniru gejala-gejala dari banyak
kondisi-kondisi lain) dan adalah seringkali dihubungkan pada penuaan.
Pasien-pasien dengan hipotiroid ringan mungkin tidak mempunyai tanda-
tanda atau gejala-gejala. Gejala-gejala umumnya menjadi lebih nyata
ketika kondisinya memburuk dan mayoritas dari keluhan-keluhan ini
berhubungan dengan suatu perlambatan metabolisme tubuh.
Gejala-gejala umum sebagai berikut:
Kelelahan
Depresi
Kenaikkan berat badan
Ketidaktoleranan dingin
Ngantuk yang berlebihan
Rambut yang kering dan kasar
Sembelit
Kulit kering
Kejang-kejang otot
Tingkat-tingkat kolesterol yag meningkat
Konsentrasi menurun
Sakit-sakit dan nyeri-nyeri yang samar-samar
Kaki-kaki yang bengkak
Ketika penyakit menjadi lebih berat, mungkin ada bengkak-bengak
disekeliling mata, suatu denyut jantung yang melambat, suatu penurunan
temperatur tubuh, dan gagal jantung. Dalam bentuknya yang amat besar,
hipotiroid yang berat mungkin menjurus pada suatu koma yang mengancam
8
nyawa (miksedema koma). Pada seorang yang mempunyai hipotiroid yang
berat, suatu miksedema koma cenderung dipicu oleh penyakit-penyakit berat,
operasi, stres, atau luka trauma.
Kondisi ini memerlukan opname (masuk rumah sakit) dan perawatan
segera dengan hormon-hormon tiroid yang diberikan melalui suntikan di
diagnosis secara benar, hipotiroid dapat dengan mudah dan sepenuhnya
dirawat dengan penggantian hormon tiroid. Pada sisi lain, hipotiroid yang
tidak dirawat dapat menjurus pada suatu pembesaran jantung
(cardiomyopathy), gagal jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan
sekitar paru-paru (pleural effusion).
2.4 Patofisiologi Hipotiroid
Hipotiroid dapat disebabkan oleh gangguan sintesis hormon tiroid
atau gangguan pada respon jaringan terhadap hormon tiroid. Sintesis
hormon tiroid diatur sebagai berikut :
1. Hipotalamus membuat Thyrotropin Releasing Hormone (TRH) yang
merangsang hipofisis anterior.
2. Hipofisis anterior mensintesis thyrotropin (Thyroid Stimulating
Hormone = TSH) yang merangsang kelenjar tiroid.
3. Kelenjar tiroid mensintesis hormon tiroid (Triiodothyronin = T3 dan
Tetraiodothyronin = T4 = Thyroxin) yang merangsang metabolisme
jaringan yang meliputi: konsumsi oksigen, produksi panas tubuh,
fungsi syaraf, metabolisme protrein, karbohidrat, lemak, dan vitamin-
vitamin, serta kerja daripada hormon-hormon lain.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan TRH
karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis anterior
dan hipotalamus. Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi hipofisis,
maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya kadar TSH. TRH
9
dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan balik negatif baik dari
TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan oleh malfungsi hipotalamus
akan menyebabkan rendahnya kadar HT, TSH, dan TRH
2.5 Diagnosa Hipotiroid
1.Pemeriksaan fisik. Bila terdapat kecurigaan adanya hipotiridisme.
Penemuan diferensial yang paling penting pada pemeriksaan fisik adalah
ada tidaknya goiter. Riwayat operasi tiroid yang sebelumnya harus
ditanyakan disamping pemeriksaan yang cermat terhadap tanda-tanda
hipotiroidisme.
2.Pemeriksaan laboratorium. Jika pemeriksaan fisik menunjukkan
kemungkinan hipotiroidisme, T4, T3U, dan TSH harus diperiksa.
o Hipotiroidisme Primer. T4 yang rendah dengan TSH yang meningkat.
Adanya goiter bersama dengan antibody
antitiroglobulin/antimikrososm mendukung diagnosis tiroiditis
Hashimoto. Peningkatan TSH dengan T4 yang normal dapat
menunjukkan keggalan kelenjar dan hipotiroidisme yang
mengancam.
o Hipotiroidisme sekunder/tersier. T4 yang rendah dan TSH yang
rendah. Untuk membedakan penyakit sekunder dengan tersier, dapat
dilakukan uji perangsangan TRH. TSH yang tidak member respons
terhadap TRH mendukung diagnosis etiologk penyakit sekunder.
Pemeriksaan anatomic terhadap daeraah hipofisis/hipotalamus harus
dilakaukan bila diindikasi.
o Kelainan laboratorium lain yang ditemukan pada hipotiroidisme
antara lain adalah anemia dan penigkatan kolesterol, CPK,SGOT,
dan LDH. Hipotiroidismeyang berat berkaitan dengan hipoglikemia,
hiponatremia, hipoksia, dan hiperkpina.
3.Pemeriksaan Radiologis. Ambilan iodium radioaktif dan sken tiroid
biasanya tidak banyak gunanya pada hipotiroidisme. Tetapi, sken harus
dilakukn jika terdapat keraguan mengenai nodularitas tiroid.
10
Diagnosis hipotiroidisme dapat dipastikan di laboratorium dengan
adanya penurunan indeks tiroksin bebas. Kadar T3 sedikit bermanfaat
karena hanya menurun pada hipotiroidisme ekstrim.
2.6 Terapi non-farmakologi Hipotiroid
Pada penderita hipotiroid, sangat penting diketahui bahwa diperlukan
diet yang dapat membantu mengurangi gejala dan mengontrol berat badan,
yang umumnya terjadi pada kasus hipotiroid. Beberapa hal yang dapat
dilakukan terkait dengan pengaturan pola dan jenis konsumsi makanan,
yaitu:
Diet sehat untuk penderita hipotiroid meliputi biji-bijian, makanan
alami, banyak buah dan sayuran, serta asupan yang baik dari makanan
laut dan protein lainnya. Yang harus dikurangi adalah daging yang
berlemak.
Mineral yang penting bagi penderita hipotiroid adalah Selenium.
Mineral ini merupakan antioksidan dan penting dalam mengkonversi
hormon tiroid yang diproduksi oleh tubuh, yaitu T4, menjadi bentuk
aktifnya, yaitu T3. Makanan yang banyak mengandung selenium yaitu
kacang-kacangan dan daging tidak berlemak.
Mengkonsumsi nutrisi yang mengandung banyak serat. Serat dapat
menyebabkan rasa kenyang dan dapat membantu dalam penurunan
berat badan serta membantu pada kejadian konstipasi pada pasien
hipotiroid. Serat dapat diperoleh dalam bentuk sediaan obat, tetapi
lebih baik serat yang berasal dari makanan, seperti kacang, beras, biji-
bijian, serta gandum.
Diet pada penderita hipotiroid disarankan untuk lebih baik makan
dalam porsi kecil tetapi frekuensinya sering (5-6 kali), daripada makan
dalam porsi besar tetapi frekuensinya hanya 3 kali. Apabila makan
dalam porsi kecil dengan frekuensi sering, akan membantu
11
menyeimbangkan metabolisme yang lambat yang terjadi pada tubuh
penderita hipotiroid.
2.7 Terapi Farmakologi Hipotiroid
1. Pengganti Hormon Tiroid
Levo-thyroxin
Dalam pengobatan hipotiroidisme, senyawa tiroksin dan
triiodotironin yang dipakai adalah isomer L (Levo).Isomer ini
digunakan karena memiliki aktivitas yang jauh lebih tinggi
daripada isomer dextro.
Dosis permulaan 1 kali sehari 25 mcg, 0.5-1 jam sebelum
makan, setiap 2 minggu dinaikkan dengan 25 mcg. Untuk dosis
pemeliharaan, 1 kali sehari 100-125 mcg sebelum makan.Untuk
lansia dan pasien jantung dengan dosis awal 1 kali sehari 12.5 mcg.
Preparat pilihan untuk pengganti hormone tiroid adalah
levotiroksin.Levotiroksin memiliki waktu paruh yang panjang (7
hari), lebih stabil, tidak menimbulkan alergi, murah, dan
konsentrasinya dalam plasma mudah diukur.
Liotironin (T3)
Liotironin (T3) memiliki efek yang lebih poten daripada
levotiroksin. Namun liotironin jarang dipakai karena waktu
paruhnya yang singkat (24 jam), lebih mahal, dan sulit untuk
memonitor kadarnya dalam plasma.
Efek samping liotironin lebih berbahaya, khususnya pasien
dengan infark jantung, maka kurang layak untuk terapi jangka
panjang.Terapi ini digunakan bila dibutuhkan kerja cepat dan kuat,
misalnya pada mixudema.
Pada hipotiroid berat digunakan dosis awal 25 mcg/hari,
kemudian berangsur-angsur dinaikkan sampai 75 mcg.Pada
mixudema dan struma, 1 kali sehari, 2.5-5 mcg.
12
2. Pengobatan komplikasi dan gejala serta hipotiroidisme kasus khusus.
Pada pasien yang mengalami miksedema dan penyakit
jantung coroner, pemberian hormone tiroid dapat berbahaya karena
meningkatkan aktifitas jantung. Pada kasus ini harus menyembuhkan
penyakit jantung coroner lebih dahulu baru mengobati miksedema.
Kasus gawat darurat hipotirodisme adalah koma miksedema. Faktor
predisposisinya adalah infeksi paru, penyakit serebrovaskular, dan
gagal jantung kongestif. Pada kasus ini diberikan levotiroksin melalui
intravena sebanyak 300-400 mikrogram, yang dilanjutkan dengan
dosis 50-100 mikrogram per hari.
2.8 Penyelesaian Kasus
Mrs Smith, who is 35-years-old, comes into your pharmacy with
her 1-year-old daughter and gives you a prescription for levothyroxine 50-
microgram tablets. Take one daily, this is the first time she has taken the
drug. She has gained a lot of weight since the birth of her daughter and has
not been able to shift it evev by sticking to a calorie – controlled diet. She
feels cold all the time, even on a hot day, and her hair is thinning. She has
no energy at all, wherea before the birth of her daughter she used to go to
aerobics at least three times a week.
Ny. Smith 35 tahun datang ke apotek dengan anak perempuannya
berusia 1 tahun dan memberikan kepada anda sebuah resep tablet
levothyroxin 50 mikrogram diminum satu kali sehari. Ini pertama kalinya
ia mendapatkan obat tersebut. Dia menjadi gemuk sejak kelahiran putrinya
dan belum mampu mampu menurunkan berat badannya sehingga tetap
menjalankan diet kalori terkontrol. Dia merasa dingin sepanjang waktu,
bahkan di hari yang panas dan rambutnya menipis. Dia tidak memiliki
energi sama sekali, sedangkan sebelum kelahiran putrinya dia
menyempatkan diri untuk pergi ke aerobik setidaknya tiga kali seminggu.
13
Jawab:
1. Subjektif
Nama : Mrs Smith
Umur : 35 tahun
Keluhan :Berat badan meningkat sejak melahirkan dan belum
mampu berjalan. Namun dia tetap menjaga kalori, diet
terkonrol. Merasakan dingin sepanjang waktu, bahkan
dihari yang panas. Rambut menipis. Tidak memiliki tenaga,
sedangkan sebelum melahirkan putrinya dia sering pergi
aerobic setiknya tiga kali dalam seminggu.
Pengobatan : Levothyroxin 50 mcg per hari
2. Objektif : Tidak terdapat data objektif
3. Assessment : Berdasarkan keluhan yang dialami Ny. Smith
dapat dinyatakan bahwa Ny. Smith mengalami Hipotiroid. Keluhan
yang muncul seperti kelebihan berat badan, merasa dingin, rambut
menipis, dan energi berkurang
4. Plan
a. Tujuan dari terapi yang dilakukan yaitu untukMenormalkan
kembali kadar hormon tiroid pasien dengan cara terapi sulih
hormon/ supresif yang paling aman dan rasional bagi pasien dan
mengurangi gejala dan konsekeunsi jangka panjang. Dengan
sasaran terapinya adalah peningkatan sekresi hormone tiroid
b. Terapi Non Farmakologi :
Diet sehat seperti konsumsi biji-bijian, makanan alami, banyak
buah dan sayuran.
Mineral yang penting bagi penderita hipotiroid adalah
Selenium.
Mengkonsumsi nutrisi yang mengandung banyak serat.
14
Diet pada penderita hipotiroid disarankan untuk lebih baik
makan dalam porsi kecil.
c. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yang digunakan kurang tepat untuk
menggunakan levothyroxin 50 mcg perhari, sebaiknya dosis permulaan
yang digunakan yaitu 25 mcg perhari, kemudian setelah 2 minggu
dosis dinaikkan menjadi 50 mcg perhari sebagai dosis pemeliharaan.
d. Monitoring
Monitoring efek dari pengobatan dan efek lain yang mungkin
timbul selama masa terapi.
Monitoring kadar TSH
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelenjar tiroid terletak di leher, antara fasia koli media dan fasia
prevertebralis. Di dalam ruang yang sama terletak trakea, esophagus,
pembuluh darah besar, dan sraf. Kelenjar tiroid melekat pada trakea
sambil melingkarinya dua pertiga sampai tiga perempat lingkaran.
Arteri karotis komunis, arteri jugularis interna, dan nervus vagus
terletak bersama di dalam sarung tertutup di laterodorsal tiroid. Nervus
rekurens terletak di dorsal tiroid sebelum masuk laring. Nervus
frenikus dan trunkus simpatikus tidak masuk kedalam ruang antara
fasia media dan prevertebralis.
Hipotiroidisme merupakan penyakit yang sering kali ditemukan dalam
masyarakat. Hipotiroidisme diakibatkan hipofungsi tiroid. Penyakit ini
juga sangat sensitive pada bayi dan anak-anak namun gejala dan tanda-
tandanya belum dapat dilihat dengan jelas.
Hipotiroid dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
kadar HT yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar TSH dan
TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh HT pada hipofisis
anterior dan hipotalamus. Apabila hipotiroid terjadi akibat malfungsi
hipofisis, maka kadar HT yang rendah disebabkan oleh rendahnya
kadar TSH. TRH dari hipotalamus tinggi karena tidak adanya umpan
balik negatif baik dari TSH maupun HT. Hipotiroid yang disebabkan
oleh malfungsi hipotalamus akan menyebabkan rendahnya kadar HT,
TSH, dan TRH
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang
aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid.Hipotiroidisme
dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Apabila disebabkan oleh malfungsi kelenjar tiroid, maka
16
kadar hormon tiroid yang rendah akan disertai oleh peningkatan kadar
TSH dan TRH karena tidak adanya umpan balik negatif oleh hormon
tiroid pada hipofisis anterior dan hipotalamus.
3.2. Saran
Demi sempurnanya makalah ini kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca agar makalah ini bisa menjadi
lebih baik untuk selanjutnya. Serta kami menyarankan kepada pembaca
agar lebih memperhatikan mengenai penyakit Hipotiroid sehingga dapat
mencegah terjadinya penyakit asma ataupun mengobatinya.
17
DAFTAR PUSTAKA
M.Biomed Priyanto. Farmakoterapi & Terminologi Medis. Lembaga Studi dan
Konsultasi Farmakologi.
Mayer Brenna. Buku Ajar Patofisiologi( Profesional Guide to Pathophysiology)
2012. Buku kedokteran. Jakarta
Ikawati Zulies, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan , 2007. Pustaka
Adipura , Yogyakarta
Elin Yulinah Sukandar dkk. Iso Farmakoterapi . PT. ISFI . 2009. Jakarta
Elizabeth dkk . Buku Saku Patofisiologi .Buku Kedokteran .2009. Jakarta
18