case tonsilitis kelompok 3

43
Case Report Session TONSILITIS KRONIS Oleh: Graffita Bakti 0810312129 Candra 0810312098 Nurulia Muthi Karima 0910312115 Farid I Hussein 0810312070 Preseptor: dr. Sukri Rahman, Sp.THT-KL BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 1

Upload: zanoadam

Post on 31-Dec-2015

38 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Case Tonsilitis Kelompok 3

Case Report Session

TONSILITIS KRONIS

Oleh:

Graffita Bakti 0810312129

Candra 0810312098

Nurulia Muthi Karima 0910312115

Farid I Hussein 0810312070

Preseptor:

dr. Sukri Rahman, Sp.THT-KL

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RS DR. M. DJAMIL

PADANG

2013

1

Page 2: Case Tonsilitis Kelompok 3

BAB I

PENDAHULUAN

Tonsil merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh

jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Tonsil merupakan bagian organ tubuh yang

berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok.

Tonsil terbagi atas tonsila faringeal (adenoid), tonsila palatina, tonsila lingual, dan

tonsila tubaria yang membentuk lingkaran cincin Waldeyer. Cincin waldeyer yang

merupakan jaringan limfoid berperan sebagai daya pertahanan local dan surveilen

imun.Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari

invaginasi hipoblas di tempat ini.

Tonsilitis adalah inflamasi pada tonsila palatina yang disebabkan oleh infeki virus

atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut,

tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut

dengan sel-sel darah putih.

Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap

infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari

bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsilitis. Dalam beberapa kasus ditemukan

3 macam tonsilitis, yaitu tonsilitis akut, tonsilitis membranosa, dan tonsilitis kronis.

Pada radang tonsil yang kronis dapat menimbulkan komplikasi baik ke darerah

sekitar ataupun komplikai yang jauh.Pengobatan pada tonsillitis kronis dengan indikasi

dan prognosis yang buruk adalah pembedahan pengangkatan tonsil (Tonsilektomi).

2

Page 3: Case Tonsilitis Kelompok 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari

cincin waldeyer. Cincin Waldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di

dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil

lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateralband dinding faring/

Gerlach’s tonsil). Sedangkan Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis tonsil setelah

serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis.

2.2. Epidemiologi

Prevalensi tonsillitis kronik yang didapatkan pada tahun 1994-1996, yaitu

tonsilitis kronik nomor dua tertinggi setelah nasofaringitis akut (4,6%) yaitu sebesar

3,8%. Prevalensi tonsillitis kronik di RS Dr. Kariadi Semarang 23,36% dan 47% di

antaranya pada usia 6-15 tahun. Sedangkan di RSUP Dr. Hasan Sadikin pada April 1997-

Maret 1998 ditemukan 1024 pasien tonsilitis kronik atau 6,75% dari seluruh jumlah

kunjungan.

2.3 Etiologi

Bakteri penyebab tonsilitis kronis sama halnya dengan tonsilitis akut yaitu kuman

grup A Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan

Streptokokus piogenes, Staphilokokus , Hemophilus influenza, namun terkadang bakteri

berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif.

3

Page 4: Case Tonsilitis Kelompok 3

2.4 Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronis adalah rangsangan kronik yang

dapat berupa rokok maupun makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca (udara

dingin, lembab, suhu yang berubah-ubah), alergi (iritasi kronis dari allergen), keadaan

umum (kurang gizi, kelelahan fisik), dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

2.5 Patofisiologi

Peradangan pada tonsil dimulai pada satu atau lebih kripti. Dengan adanya proses

radang yang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis sehingga pada

proses penyembuhan jaringan limfoid akan digantikan dengan jaringan parut. Jaringan ini

akan mengerut sehingga kripti akan melebar. Kripti yang melebar secara klinis akan

tampak diisi oleh detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri

yang menutupi kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan). Proses ini meluas

hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa

tonsilaris. Pada anak-anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening

submandibula.

2.6 Manifestasi Klinis

Keluhan pasien dapat berupa rasa sakit (nyeri) yang terus menerus pada

tenggorokan (odinofagi), di tenggorokan seperti ada penghalang atau ada yang menganjal

terutama ketika pasien menelan, tenggorokan terasa kering, pernapasan pasien berbau.

4

Page 5: Case Tonsilitis Kelompok 3

Menurut Mawson (1977) gejala tonsillitis dapat berupa: 1) gejala lokal, bervariasi

dari rasa tidak enak di tenggorok, sakit tenggorok, sulit hingga sakit menelan, 2) gejala

sistemik, malaise, nyeri kepala, demam subfebris, nyeri otot dan persendian, 3) gejala

klinis tonsil dengan debris pada kripti (tonsilitis folikularis kronis), udem atau hipertrofi

tonsil (tonsilitis parenkimatosa kronis), tonsil fibrotik dan kecil (tonsilitis fibrotik kronis),

plika tonsilaris anterior hiperemis dan pembengkakan kelenjar limfe regional.

Pada tonsilitis kronik yang hipertrofi dapat terjadi apnea obstruksi saat tidur; gejala

yang umum adalah mendengkur, sering mengantuk, gelisah, perhatian berkurang, dan

menurunnya prestasi belajar.

Pada pemeriksaan akan tampak tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata,

kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus.

Ukuran tonsil dibagi atas :

T0 : Post tonsilektomi.

T1 : Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris.

T2 : Sudah melewati pilar anterior, belum melewati garis paramedian (pilar

posterior).

T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median.

T4 : Sudah melewati garis median.

2.7 Diagnosis

Diagnosis Tonsilitis Kronis :

1.Anamnesis

Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada tengorokan yang terus menerus, sakit

5

Page 6: Case Tonsilitis Kelompok 3

waktu menelan, nafas berbau busuk, malaise, nyeri pada sendi, kadang ada demam,

dan nyeri pada leher.

2.Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik tonsil tampak membesar dengan adanya hipertrofi dan

jaringan parut. Muara kripti dapat melebar dan mungkin terdapat detritus.

3. Pemeriksaan penunjang

Dapat dilakukan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil.

2.7. Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari Tonsilitis Kronis adalah:

1. Penyakit – penyakit dengan pseudomembran atau adanya membrane semu

yang menutupi tonsil (Tonsilitis Pseudomembran).

a. Tonsilitis Difteri

b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)

c. Mononukleosis Infeksiosa

2.Penyakit Kronik Faring Granulomatosa

a. Faringitis Tuberkulosa

b. Faringitis Luetika

c. Lepra (Lues)

d.Aktinomikosis Faring

3.Tumor tonsil

2.8. Komplikasi

6

Page 7: Case Tonsilitis Kelompok 3

Komplikasi Tonsilitis Kronis dapat terjadi secara perkontibuitatum ke daerah

sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil.

Ada beberapa komplikasi yang sering ditemui :

1.Komplikasi sekitar tonsil

a. Peritonsilitis

b. Abses peritonsilar (Quinsy)

c. Abses Parafaringeal

d. Abses Retrofaring

e. Krista Tonsil

f. Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)

2.Komplikasi Organ jauh

a.Demam rematik dengan penyakit jantung rematik

b. Glomerulonefritis

c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis.

d.Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura.

e. Artritis dan fibrositis.

2.8. Penatalaksanaan

Pengobatan pada Tonsilitis Kronis adalah pembedahan dengan pengangkatan

tonsil, tindakan ini dilakukan bila dengan penatalaksaan medis tidak berhasil .

Penatalaksaan medis antara lain :

7

Page 8: Case Tonsilitis Kelompok 3

- Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur atau

obat isap.

- Terapi sistemik dengan pemberian antibiotik, kortikosteroid, dan analgetik.

INDIKASI TONSILEKTOMI

1) Sumbatan

a. Hiperplasia tonsil dengan sumbatan jalan nafas

b. Gangguan menelan

c. Gangguan berbicara

2) Infeksi

a. Infeksi telinga tengah berulang

b. Rinitis dan sinusitis yang kronis

c. Peritonsiler abses

d. Tonsilitis kronis dengan gejala nyeri tenggorok yang menetap

3) Kecurigaan adanya tumor jinak atau ganas

Indikasi tonsilektomi :

1. Indikasi Absolut

a. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia

berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner.

8

Page 9: Case Tonsilitis Kelompok 3

b. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase

c. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

d. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi

2. Indikasi Relatif

a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik

adekuat.

b. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi

medis

c. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik

dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten

Kontraindikasi :

1. Gangguan perdarahan

a. leukemia

b. purpura

c. anemia aplastik

d. hemofilia

e. blood dyskrasia

2. penyakit sistemik yg belum terkontrol

a. penyakit jantung

b. DM

3. Risiko anestesi yang besar atau penyakit berat

4. Infeksi akut yang berat.

9

Page 10: Case Tonsilitis Kelompok 3

Tonsilektomi :

1) Evaluasi Laboratorium dan Foto Rontgen :

Sebelum pembedahan tonsil, pemeriksaan laboratorium rutin harus mencakup

pemeriksaan golongan darah ABO/Rh, kadar hemoglobin, hitung leukosit dan hitung

jenis. Penentuan kadar klorida keringat atau immunoglobulin serum mungkin penting

untuk mengevaluasi diagnosis banding medis yang mencakup fibrosis kistik atau

imunodefisiensi.

2) Teknik Tonsilektomi :

Prabedah penting untuk menghindari hipoglikemi, hipotermi dan dehidrasi.

Pemberian antikolinergik dan antasida prabedah dapat mencegah masalah aspirasi.

Dengan anestesi umum, saluran pernapasan diproteksi oleh pipa endotrakea

bermanset. Pendarahan dikontrol dengan tampon pada saat tonsil diangkat.

Pengupasan harus dilakukan pada kapsula tonsilaris, dan harus hati-hati melindungi

konstriktor faring serta arkus palatoglosus dan palatofaringeus. Pascabedah,

diberikan cairan IV selama 24 jam untuk menghindarkan dehidrasi dini. Pemberian

aspirin harus dihindarkan. Pada awal pascabedah, bisa diberikan 1,5 mg kodein

fosfat per kilogram berat badan untuk mengurangi rasa nyeri.

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 11: Case Tonsilitis Kelompok 3

1. Efiaty AS, Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin. Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;

2007. hal 221.

2. Farokah, Suprihati, Slamet Suyitno. Hubungan Tonsilitis Kronik dengan Prestasi

Belajar pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar di Kota Semarang. Dalam Cermin

Dunia Kedokteran No. 155, 2007. Hal 87-92

3. www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08Tonsilektomi89.pdf/Tonsilektomi89.htm

4. http://emedicine.medscape.com/article/871977-overview.

5. http://emedicine.medscape.com/article/872119-overview.

6. Fkuii.org/tikidownload_wiki_attachment.php?attld=1311&page=ike

%20Rahmawati.

7. http://medinux.blogspot.com/2007/09/tonsilektomi.html.

11

Page 12: Case Tonsilitis Kelompok 3

BAB IIIILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. E

• Umur : 9 tahun

• Jenis Kelamin : Laki-laki

• Suku Bangsa : Minangkabau

• Alamat : Palembayan

ANAMNESIS (alloanamnesis dan autoanamnesis)

Seorang pasien laki-laki dirawat di bangsal THT RS Achmad Moechtar Bukit tinggi

tanggal 16 November 2013 dengan :

Keluhan Utama :

Nyeri menelan sejak 1 minggu yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Nyeri menelan sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya nyeri dirasakan sejak 5 tahun

yang lalu, nyeri hilang timbul.

Bengkak pada amandel sejak 1 bulan yang lalu hilang timbul disertai nyeri saat

menelan.

Awalnya bengkak sudah muncul sejak pasien berusia 4 tahun, dengan ukuran

sedang lalu makin bertambah besar sampai sekarang.

Riwayat batuk pilek ada, kurang lebih 8x setahun.

12

Page 13: Case Tonsilitis Kelompok 3

Riwayat demam ada, frekuensi sering lebih kurang 8x setahun diiringi batuk dan

pilek.

Riwayat tidur ngorok ada dan pasien punya kebiasaan tidur miring ke kanan atau

ke kiri bila terasa sulit bernafas saat tidur.

Pasien tidak ada bersin-bersin >5 x pada pagi hari, riwayat alergi obat dan

makanan tidak ada.

Sesak nafas tidak ada.

Keluhan telinga berdenging tidak ada.

Gangguan pendengaran tidak ada.

Riwayat terasa cairan/dahak mengalir di tenggorokan tidak ada

Riwayat berkurangnya penciuman ada, sama di kedua hidung, timbul terutama

saat demam disertai batuk pilek.

Pasien juga pernah berobat sebelumnya ke puskesmas, dalam frekuensi yang

semakin sering hampir tiap bulan, mendapat obat dari dokter tapi keluarga lupa

nama obatnya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Pasien sudah menderita bengkak pada amandelnya sejak usia 4 tahun.

- Pasien tidak punya riwayat asma, tidak ada alergi terhadap makanan atau obat dan

tidak pernah bersin-bersin di pagi hari lebih dari 5 kali.

- Pasien tidak pernah dirawat sebelumnya karena penyakit seperti ini

13

Page 14: Case Tonsilitis Kelompok 3

Riwayat Penyakit Keluarga :

- ada anggota keluarga yang punya riwayat asma yaitu kakak pasien. Kakak pasien

tersebut sering bersin-bersin di pagi hari lebih dari 5 kali dan ada riwayat kulit

berbenjol-benjol saat udara dingin. Alergi terhadap makanan dan obat-obatan

tidak ada.

- tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita sakit seperti pasien.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan:

- Pasien seorang siswa Sekolah Dasar

- Pasien jarang sekali mengonsumsi jajanan es. Kebiasaan jajanan snack ada,

namun masih dalam frekuensi yang jarang

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : CMC

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi : 90x/menit

Frekuensi nafas : 20 x/menit

Suhu : 37 C

Pemeriksaan sistemik

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : Tidak ditemukan pembesaran KGB

14

Page 15: Case Tonsilitis Kelompok 3

Paru : normochest, fremitus kanan=kiri, sonor, suara nafas

vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung : iktus teraba 2 jari medial midclavicula sinistra RIC V,

batas jantung dalam batas normal, irama teratur, bunyi

jantung murni, bising (-)

Abdomen : tidak membuncit, supel, hepar dan lien tidak teraba,

timpani, bising usus (+) normal

Extremitas : akral hangat, perfusi baik

Status Lokalis THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Daun Telinga Kel. Kongenital - -

Trauma - -

Radang - -

Kel. Metabolik - -

Nyeri Tarik - -

Nyeri Tarik tragus - -

Dinding liang telinga Cukup lapang (N) + +

Sempit - -

Hiperemi - -

Edema - -

Massa - -

Sekret/serumen Bau - -

Warna Kuning -

15

Page 16: Case Tonsilitis Kelompok 3

Jumlah Sedikit -

Jenis Kering -

Mastoid Tanda radang - -

Fistel - -

Sikatrik - -

Nyeri tekan - -

Nyeri ketok - -

Tes garputala Rinne + +

Scwabach Sama dgn pemeriksa

Sama dgn pemeriksa

Weber Tidak ada lateralisasi

Tidak ada lateralisasi

Kesimpulan Normal Normal

16

Membran timpani

Utuh Warna Putih mutiara Putih mutiara

Reflek cahaya + (arah jam 5) + (arah jam 7)

Bulging - -

Retraksi - -

Atrofi - -

Perforasi Jumlahperforasi - -

Jenis - -

Kwadran - -

pinggir - -

Gambar

Page 17: Case Tonsilitis Kelompok 3

audiometri

Hidung

pemeriksaan Kelainan Dextra SinistraHidung luar Deformitas - -

Kelainan kogenital - -Trauma - -Radang - -Massa - -

Sinus paranasalpemeriksaan Dextra SinistraNyeri tekanNyeri ketok

- -- -

Rinoskopi anteiorvestibulum Vibrise Ada Ada

Radang - -Kavum nasi Cukup lapang Cukup lapang Cukup lapang

Sempit - -Lapang - -

Secret Lokasi Ada AdaJenis Serosa SerosaJumlah Sedikit Sedikit Bau - -

Konka inferior Ukuran Eutrofi EutrofiWarna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin LicinEdema - -

Konka media Ukuran Eutropi EutropiWarna Merah muda Merah mudaPermukaan Licin LicinEdema - -

Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurusPermukaan Licin LicinWarna Merah muda Merah mudaSpina - -Krista - -Abses - -Perforasi - -

Massa Lokasi - -Bentuk - -

17

Page 18: Case Tonsilitis Kelompok 3

Ukuran - -Permukan - -Warna - -Konsistensi - -Mudah digoyang - -Pengaruh konstriktor - -

Gambar

Rinoskpopi Posterior (nasofaring)Pemeriksaan Kelainan Dekstra SinistraKoana Cukup lapang (N) Sulit dinilai Sulit dinilai

Sempit Sulit dinilai Sulit dinilaiLapang Sulit dinilai Sulit dinilai

Mukosa Warna Sulit dinilai Sulit dinilaiEdema Sulit dinilai Sulit dinilaiJaringan granulasi Sulit dinilai Sulit dinilai

Konkha inferior Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilaiWarna Sulit dinilai Sulit dinilaiPermukaan Sulit dinilai Sulit dinilaiEdema Sulit dinilai Sulit dinilai

Adenoid Ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilaiMuara tuba eustachius Tertutup secret Sulit dinilai Sulit dinilai

Edema mukosa Sulit dinilai Sulit dinilaiMasa Lokasi Sulit dinilai Sulit dinilai

Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilaiBentuk Sulit dinilai Sulit dinilaiPermukaan Sulit dinilai Sulit dinilai

Post Nasal Drip Ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilaiJenis Sulit dinilai Sulit dinilai

Gambar

Orofaring dan MulutPemeriksaanPalatum mole+ arcus faring

Simetris/tidak Simetris SimetrisWarna Tidak hiperemis Tidak hiperemisEdema - -Bercak/eksudat - -

Dinding Faring Warna Merah muda Merah mudaPermukaan Tidak rata Tidak rata

Tonsil Ukuran T3 T3

18

Page 19: Case Tonsilitis Kelompok 3

Warna Tidak hiperemis Tidak hiperemisPermukaan Tidak Rata Tidak rataMuara kripti Melebar Detritus - -Eksudat - -Perlengketan dengan pilar

- -

Peritonsil Warna Tidak hiperemisEdema - -Abses - -

Tumor Lokasi - -BentukUkuran

- -

Permukaan - -Konsistensi - -

Gigi Karies/radiks PreMolar 2 bawah PreMolar 2 bawahKesan - -

Lidah Warna Merah muda Merah mudaBentuk Normal NormalDeviasi - -Masa - -

Gambar

Laringoskopi indirek Sulit dinilai Sulit dinilaiPemeriksaan Sulit dinilai Sulit dinilaiepiglotis Bentuk Sulit dinilai

WarnaEdemaPinggir rata atau tidakMasa

Aritenoid Warna Sulit dinilaiEdemaMassaGerakan

Ventricular band Warna Sulit dinilai Sulit dinilaiEdema -Massa -

Plika vokalis Warna Sulit dinilaiGerakan Pinggir medialMassa

Subglotis/trachea Massa Sulit dinilai Sulit dinilaiSecret ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai

Sinus piriformis Massa Sulit dinilai Sulit dinilaiSecret Sulit dinilai Sulit dinilai

19

Page 20: Case Tonsilitis Kelompok 3

Gambar

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher

Tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran KGB leher.

Diagnosis Kerja : Tonsilitis Kronis + hipertrofi adenoid

Diagnosis Tambahan : -

Pemeriksaan Anjuran :

Laboratorium rutin: Hb,Ht,leukosit,LED

Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.

Terapi: Tonsilektomi

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanam : bonam

Quo ad fungsionam : malam

20

Page 21: Case Tonsilitis Kelompok 3

RESUME(DASAR DIAGNOSIS)

Seorang pasien anak laki-laki, usia 9 tahun, dirawat di RS Achmad Mochtar

Bukittinggi dengan keluhan nyeri menelan sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya nyeri

dirasakan sejak 5 tahun yang lalu, nyeri hilang timbul. Bengkak pada amandel sejak 1

bulan yang lalu hilang timbul disertai nyeri saat menelan. Awalnya bengkak sudah

muncul sejak pasien berusia 4 tahun, dengan ukuran sedang lalu makin bertambah besar

sampai sekarang. Riwayat batuk pilek ada, kurang lebih 8x setahun. Riwayat demam ada,

frekuensi sering lebih kurang 8x setahun diiringi batuk dan pilek. Riwayat tidur ngorok

ada dan pasien punya kebiasaan tidur miring ke kanan atau ke kiri bila terasa sulit

bernafas saat tidur. Riwayat berkurangnya penciuman ada, sama di kedua hidung, timbul

terutama saat demam disertai batuk pilek. Pasien juga pernah berobat sebelumnya ke

puskesmas, dalam frekuensi yang semakin sering hampir tiap bulan, mendapat obat dari

dokter tapi keluarga lupa nama obatnya.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kavum nasi dekstra dan sinistra terdapat sekret

serosa berjumlah sedikit. Pada pemeriksaan orofaring dan mulut ditemukan palatum mole

simetris dan tonsil dekstra ukuran T3 dan tonsil sinistra T3 dengan permukaan tidak rata,

muara kripti melebar, dan tanpa disertai detritus atau perlengketan dengan pilar pada

kedua tonsil. Karies pada pre-molar 2 bawah dekstra dan pre-molar 2 bawah sinistra.

Pada pemeriksaan kelenjar getah bening leher tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran

KGB leher.

Pasien ini didiagnosis kerja sebagai tonsilitis kronis dengan diagnosis tambahan

karies dentis. Pemeriksaan anjuran yang dilakukan adalah laboratorium rutin

21

Page 22: Case Tonsilitis Kelompok 3

(Hb,Ht,leukosit,LED, PT/APTT). Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah

tonsilektomi. Prognosis pada kasus ini adalah bonam. Nasihat yang diberikan pada pasien

adalah pasien menjaga higiene rongga mulut dengan menggosok gigi minimal 2x sehari.

Selain itu pasien mengurangi makan jajanan (snack dan minuman-minuman dingin atau

es krim) di luar rumah, menjaga kebersihan makanan di rumah.

22

Page 23: Case Tonsilitis Kelompok 3

23

Page 24: Case Tonsilitis Kelompok 3

24

Page 25: Case Tonsilitis Kelompok 3

Follow Up

Senin, 18 November 2013

S/ Nyeri menelan (+)

Demam (-)

Batuk (-)

Pilek (-)

O/ KU : tampak sakit sedang

Kesadaran : CMC

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 90x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 37 C

Status generalis

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Leher : tidak ada pembesaran KGB

Thorak : Cor dan Pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Status lokalis

Telinga : liang telinga cukup lapang/lapang, membran timpani utuh/utuh,

warna putih mutiara, refleks cahaya +/+

25

Page 26: Case Tonsilitis Kelompok 3

Hidung : vestibulum cukup lapang, konka inferior eutrofi/eutrofi warna

merah muda, sekret +/+ serosa

Orofaring dan mulut : Palatum mole simetris, uvula di tengah, tonsil ukuran T3-

T3, permukaan tidak rata, muara kripti melebar, detritus tidak ada,

perlengketan dengan pilar tidak ada, karies pada pre-molar 2

bawah dekstra dan sinistra

KGB : tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

Hasil labor (18 November 2013)

Hb : 12,4 gr/dL

Ht : 34,6%

Leukosit : 10.000/mm3

Trombosit : 419.000 /mm3

Diff Count : 0/12/1/55/30/2

CT : 41 s

BT : 31 s

Selasa, 19 November 2013

S/ Demam (-)

Batuk (-)

Pilek (-)

Mual (-)

Muntah (-)

BAB dan BAK biasa

26

Page 27: Case Tonsilitis Kelompok 3

O/ KU : tampak sakit sedang

Kesadaran : CMC

TD : 100/80 mmHg

Nadi : 93x/menit

Nafas : 19x/menit

Suhu : 37,1 C

Status generalis

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Leher : tidak ada pembesaran KGB

Thorak : Cor dan Pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Status lokalis

Telinga : liang telinga cukup lapang/lapang, membran timpani utuh/utuh,

warna putih mutiara, refleks cahaya +/+

Hidung : vestibulum cukup lapang, konka inferior eutrofi/eutrofi warna

merah muda, sekret +/+ serosa

Orofaring dan mulut : Palatum mole simetris, uvula di tengah, tonsil ukuran T0-

T0, perdarahan tidak ada, karies pada pre-molar 2 bawah dekstra

dan sinistra

KGB : tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

27

Page 28: Case Tonsilitis Kelompok 3

A/ Kesan: post tonsilektomi, hemodinamik stabil

Th/ cefadroxyl syrup 2x250 mg

Ibuprofen syrup 3x100 mg

Kalnex syrup 3x250 mg

Instruksi post op:

Awasi tanda-tanda perdarahan

Awasi tanda-tanda vital

Tidur miring satu sisi tanpa bantal

Boleh diet MC dingin bila bising usus (+)

Rabu, 20 November 2013

S/ Demam (-)

Batuk (-)

Pilek (-)

Mual (-)

Muntah (-)

BAB dan BAK biasa

O/ KU : tampak sakit sedang

Kesadaran : CMC

TD : 110/80 mmHg

Nadi : 92x/menit

Nafas : 21x/menit

Suhu : 37,1 C

28

Page 29: Case Tonsilitis Kelompok 3

Status generalis

Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Leher : tidak ada pembesaran KGB

Thorak : Cor dan Pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : akral hangat, perfusi baik

Status lokalis

Telinga : liang telinga cukup lapang/lapang, membran timpani utuh/utuh,

warna putih mutiara, refleks cahaya +/+

Hidung : vestibulum cukup lapang, konka inferior eutrofi/eutrofi warna

merah muda, sekret +/+ serosa

Orofaring dan mulut : Palatum mole simetris, uvula di tengah, tidak oedem, tonsil

ukuran T0-T0, clotting (+), tampak fibrin, perdarahan tidak ada,

karies pada pre-molar 2 bawah dekstra dan sinistra

KGB : tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening

A/ Kesan: hemodinamik stabil

Th/ cefadroxyl syrup 2x250 mg

Ibuprofen syrup 3x100 mg

Kalnex syrup 3x250 mg

29

Page 30: Case Tonsilitis Kelompok 3

BAB III

DISKUSI

Telah dilaporkan satu kasus seorang anak laki-laki berusia 9 tahun yang di

diagnosis dengan tonsillitis kronis. Epid (?).

Diagnosis tonsillitis kronik dapat ditegakan berdasarkan anamnesis, gejala klinik,

dan pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini dari anamnesis mengeluhkan nyeri menelan

sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri menelan sudah dirasakan sejak usia 5 tahun, tetapi hilang

timbul. bengkak pada pipi kanan ynag meluas ke rahang bawah hingga dan disertai nyeri,

nyeri dan sukar menelan, rasa mengganjal di tenggorokan dan sukar buka mulut.

Abshirini dkk, mendapatkan pada penelitiannya gejala yang paling sering pada abses

leher dalam adalah pembengkakan pada leher (87,1%), trismus (53,7%), disfagia (30,6%)

dan odinofagia (29,3%). Namun, berdasarkan ruang leher dalam yang dikenai akan

menimbulkan gejala spesifik yang sesuai dengan ruang potensial yang terlibat. Seperti

halnya pada pasien ini telah terjadi perluasan abses hingga ke peritonsil dengan

ditemukan adanya gejala tambahan berupa hipersalivasi, suara bergumam, dan pada

pemeriksaan fisiknya ditemukan uvula tampak edema dan terdorong kesisi yang sehat,

arkus faring asimetris, sisi kanan terdorong ke medial, hiperemis dan edema, peritonsil

tampak hiperemis dan edema, sisi kanan terdorong ke medial dan tampak abses pada

peritonsil kanan. Selain itu kemungkinan juga terjadi perluasan ke parafaring dengan

ditemukannya angulus submandibula yang tidak teraba.

Sumber infeksi pada pasien ini kemungkinan berasal dari infeksi gigi. Karena dari

anamnesis di dapatkan bahwa ada infeksi gigi sebelum terjadinya abses. Selain itu

30

Page 31: Case Tonsilitis Kelompok 3

Parhischar dkk mendapatkan, dari 210 pasien abses leher dalam penyebab terbanyak

adalah infeksi gigi 43%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Yang dkk terhadap 100

orang penderita abses leher dalam didapatkan hasil 77 % dapat diidentifikasikan sumber

nfeksi sebagai penyebabnya. Penyebab terbanyak berasal dari infeksi orofaring (35 %),

odontogenik (23%) dan sisanya infeksi kulit, sialolitiasis, trauma, tuberkulosis dan kista

yang terinfeksi.

Untuk penatalaksanaan, dilakukan aspirasi pada daerah yang paling fluktuatif dan

didapatkan pus, selanjutnya dilakukan insisi. Pada pasien ini tindakan drainase abses

dilakukan dengan anastesi lokal karena abses yang masih dangkal dan terlokalisasi.

Menurut kepustakaan tindakan insisi dan drainase abses harus segera dilakukan setelah

hasil aspirasi abses terdapat pus dan sudah terlihat gambaran abses pada pemeriksaan

tomografi komputer. Kemudian Pasien diistirahatkan dengan posisi Tredelenburg untuk

mencegah turunnya abses ke daerah mediastinum dan mencegah aspirasi jika abses

pecah. Diberikan antibiotik untuk kuman aerob dan anaerob. Karena abses leher dalam

dapat disebabkan oleh beberapa kuman baik aerob maupun anaerob. Idealnya antibiotik

yang diberikan harus sesuai dengan hasil kultur dan tes resistensi. Karena pemeriksaan

ini membutuhkan hasil yang lama, maka pemberian antibiotik dapat berdasarkan empiris

atau sesuai dengan pola kuman pada deerah tersebut. Pada kasus ini digunakan antibiotik

seftriakson dan metronidazol. Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin

generasi ketiga yang efektif untuk kuman aerob sedangkan metronidazol untuk kuman

anaerob. Sumber infeksi diketahui dari gigi maka pasien dikonsulkan pada bagian gigi.

31