case tonsilitis heru

Upload: heru-arifardi

Post on 03-Apr-2018

257 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    1/18

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    2/18

    2

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    Status generalis :

    - Keadaan umum : baik- Kesadaran : compos mentis- Vital sign :

    Tekanan darah : - Nadi : 70 x/menit Napas : 20 x / menit Suhu : 37,7oC (subfebris)

    Status lokalis : .

    Telinga :Telinga kanan Telinga kiri

    Aurikula Tidak ada edem, tidak

    hiperemis, tidak ada massa

    Tidak ada edem, tidak

    hiperemis, tidak ada massa

    Preaurikula Tidak edem, tidak hiperemis,

    massa (-), fistula (-), abses

    tidak ada

    Tidak edem, tidak hiperemis,

    massa (-), fistula (-), abses

    tidak ada

    Retroaurikula Tidak edem, tidak hiperemis,

    massa (-), fistula (-), abses

    tidak ada

    Tidak edem, tidak hiperemis,

    massa (-), fistula (-), abses

    tidak ada

    Palpasi Nyeri pergerakan aurikular (-),

    nyeri tekan tragus (-)

    Nyeri pergerakan aurikular(-

    ), nyeri tekan tragus (-)

    Meatus acusticus

    eksterna

    Serumen (+) dalam batas

    normal, tidak edem

    Serumen (+) dalam batas

    normal, tidak edem

    Membrane timpani Intak , Reflek cahaya (+), tidak

    hiperemis

    Intak , Reflek cahaya (+),

    tidak hiperemis

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    3/18

    3

    Hidung :Rhinoskopi anterior Cavum nasi kanan Cavum nasi kiri

    Mukosa hidung Hiperemis (-), secret (-),

    massa(-)

    Hiperemis (-), secret (-),

    massa(-)Septum nasi Deviasi (-), dislokasi(-) Deviasi (-), dislokasi(-)

    Konka inferior dan media Edem (-), hiperemis (-) Edem (-), hiperemis (-)

    Meatus inferior dan media Polip (-) Polip (-)

    TenggorokanKeterangan

    Mukosa Hiperemis (-)Tonsil

    Palatum

    Faring

    T3-T3, hiperemis (+), permukaannya

    tidak rata, detritus (+), perlengketan

    (+), kripta melebar(+)

    Hiperemis (-)

    Hiperemis (+)

    IV. DIAGNOSIS KERJA

    Tonsilitis kronik hipertrofi

    V. PENATALAKSANAAN

    1.Medikamentosa Clindamycin 3 x 1 tablet Metilprednisolon 2 x 1 tablet Parecetamol 3 x 250 mg

    2.Rencana Tonsilektomi

    VI. KONSELING

    Pasien tirah baringCairan harus diberikan dalam jumlah yang cukupMakanmakanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    4/18

    4

    VI. PROGNOSIS

    Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : ad bonam

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    5/18

    5

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

    II.1 Anatomi tonsil

    Tonsil adalah masa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat

    dengan kriptus di dalamnya. Terdapat 3 macam tonsil (tonsil faringeal, tonsil palatina dan

    tonsil lingual) yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Permukaan medial

    tonsil bentuknya beraneka ragam dan mempunyai celah yang disebut kriptus. Bagian

    peermukaan dilapisi epitel squamosa.

    Gambar 1. Cincin waldeyer

    Gambar 2. Histologi tonsil

    1.epitel squamous complex ; 2.epitel collumnair ; 3.cripte yang dalam, bercabang, berisi

    detritus; 4.centrum germinativum ; 5.fascia pharyngea ; 6.m. constriktor pharyngeus

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    6/18

    6

    Di dalam kriptus biasanya ditemukan lekosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan

    sisa makanan. Permukaan lateral tonsil melekat pada fascia faring yang disebut capsul faring,

    kapsul ini tidak melekat erat pada otot faring sehingga mudah dilakukan diseksi pada

    tonsilektomi. Tonsil mendapat darah dari a. palatina minor, a. palatina ascendens, cabang

    tonsil a. maksilaris eksterna, a. faring ascendens dan a. lingualis dorsal.

    Gambar 3. Orofaring

    II.2 Definisi

    Tonsillitis adalah suatu peradangan tonsila palatine yang merupakan bagian dari cincin

    Waldeyer. Dimana cincin waldeyer terdiri dari ; tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatine

    (tonsil faucial), tonsil lingual(tonsil pangkal lidah), tonsil tuba eustachius (lateral band

    dinding faring/ Gerlachs tonsil). Tonsillitis berupa peradangan umum dan pembengkakan

    dari jaringan tonsila dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati, bakteri patogen dalam

    kripta.

    Tonsilitis kronis merupakan infeksi kronis yang paling sering terjadi, dicirikan dengan

    adanya serangan akut yang berulang3. Penyebaran infeksi dapat melalui udara (air borne

    droplets), tangan dan ciuman. Tonsilitis dapat terjadi pada semua umur terutama pada anak.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    7/18

    7

    II.3 Etiologi

    Kuman penyebab tonsilitis kronis sama dengan penyebab tonsilitis akut, tetapi kadang-

    kadang kuman berubah menjadi golongan gram negatif. Adapun kuman-kuman penyebabnya,

    adalah :

    Streptococcus beta hemoliticus Group A (paling sering), Staphylococcus aureus, Klebsiella sp., Haemophilus parainfluensa, Haemophilus influenza, Pseudomonas Aeruginosa,

    E.coli, Fungus. Virus

    II.4 Faktor predisposisi

    Timbulnya tonsilitis kronis ialah karena rangsangan yang menahun dari rokok,

    beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan

    pengobatan tonsilitas akut yang tidak adekuat.

    Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya secara aerogen

    yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus

    masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui mulut masuk bersama makanan.

    II.5 Jenisjenis tonsillitis

    Adapun jenis-jenis tonsilitis, yaitu :

    1. Tonsilitis akut

    a. Tonsillitis viralPenyebab tersering adalah virus Epstein Barr. Gejalanya lebih menyerupai commond

    cold yang disertai nyeri tenggorok. Virus Haemofilus influenza menyebabkan tonsilitis

    supuratif akut. Jika terinfeksi virus Coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut

    akan tampak lukaluka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    8/18

    8

    b. Tonsillitis bakterialPenyebab paling sering grup A streptokokus haemolitikus , pneumokokus,

    streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri akan menimbulkan reaksi radang berupa

    keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Detritus ini mrupakan

    kumpulan dari leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang terlepas. Secara klinis

    detritus ini mengisi kriptus tonsil dan tampak sebagai bercak kuning.

    Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Jika bercak

    detritus menjadi satu akan membentuk alur disebut tonsilitis lakunaris. Gejalanya:

    masa inkubasi 2-4 hari. Nyeri tenggorok, nyeri menelan, demam suhu tinggi, rasa nyeri

    di telinga karena nyeri alih dari saraf n. glossofaringeus (n.IX), tonsil bengkak,

    hiperemis, kelenjar submandibula bengkak dan nyeri tekan.

    Gambar 4. Perbedaan tonsilitis bacterial dan viral

    Gambar 5. tonsilitis akut

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    9/18

    9

    2. Tonsilitis Membranosa

    a. Tonsilitis difteri

    Penyebabnya adalah kuman coryne bacterium difteriae. Tonsilitis ini paling sering

    ditemui pada anak kurang dari 10 tahun. Frekuensi penyakit ini sudah menurun berkat

    keberhasilan imunisasi pada bayi dan anak.

    b. Tonsilitis septik

    Penyebabnya adalah streptococcus hemolitikus yang ada pada susu sapi sehingga bisa

    timbul endemik. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan cara

    pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.

    c. Angina Plaut Vincent

    Penyebabnya bakteri spirochaeta atau triponema. Biasanya pada orang yang hygiene

    mulut kurang atau defisiensi vitamin C. Gejalanya demam tinggi, nyeri kepala, rasa

    nyeri di mulut, hipersalivasi , gigi dan gusi mudah berdarah. Pada pemeriksaan tampak

    membrane putih keabuan di atas tosil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesus alveolar,

    dan kelenjar mandibula membesar.

    d. Penyakit kelainan darah

    Leukemia akut: gejala awal sering terjadi perdarahan pada mulut, gusi, dan dibawahkulit sehingga ada bercak kebiruan.

    Angina agranulositosis : akibat keracunan obat dari golongan amidopirin, sulfa danarsen. Pada pemeriksaan akan tampak ulkus di mukosa mulut dan faring serta ada

    gejala radang.

    Infeksi mononucleosis : Gambaran darah khas yaitu terdapat leukosit mononukleusyang tinggi.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    10/18

    10

    3. Tonsilitis kronis

    Pada tonsilitis kronis biasanya penderita mengeluh ada yang mengganjal di tenggorok.

    Riwayat adanya rekurensi tonsilitis akut, permukaan tonsil ada fisura2 atau jaringan parut,

    beberapa kripta berisi detritus, muara kripta melebar, peritonsiler tenderness, limfadenopati

    leher.

    Gambar 6. Tonsillitis kronis

    II.6 Patologi

    Adanya infeksi berulang pada tonsil maka pada suatu waktu tonsil tidak dapat

    membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah

    fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan satu

    saat kuman dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat keadaan umum

    tubuh menurun.

    Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan

    limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan

    parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini

    tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan

    akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak

    proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa submandibula.

    Tonsilitis Kronis terjadi akibat pengobatan yang tidak tepat sehingga penyakit pasien

    menjadi kronis. Faktor-faktor yang menyebabkan kronisitas antara lain: terapi antibiotika

    yang tidak tepat dan adekuat, gizi atau daya tahan tubuh yang rendah sehingga terapi

    medikamentosa kurang optimal, dan jenis kuman yang tidak sama antara permukaan tonsil

    dan jaringan tonsil.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    11/18

    11

    II.7 Kriteria Diagnosa

    Gejala Klinis

    Gejala klinis Tonsilitis Kronis yaitu:

    1) Sangkut menelan.

    2) Bau mulut (halitosis) yang disebabkan adanya pus pada kripta tonsil.

    3) Sulit menelan dan sengau pada malam hari (bila tonsil membesar dan menyumbat jalan

    nafas).

    4) Pembesaran kelenjar limfe pada leher.

    5) Butiran putih pada tonsil.

    6) Penderita tampak loyo dan mengeluh sakit pada otot dan persendian.

    7) Biasanya disertai demam tinggi

    Pemeriksaan

    Dari pemeriksaan dapat dijumpai:

    1. Tonsil dapat membesar bervariasi.T0 ; jika sudah di operasi

    T1 ; ukuran yang normal ada

    T2 ; pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah

    T3 ; pembesaran mencapai garis tengah

    T4 ; pembesaran melewati garis tengah

    2. Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil

    3. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau material menyerupai

    keju

    4. Warna kemerahan pada plika anterior bila dibanding dengan mukosa faring, merupakan

    tanda penting untuk menegakkan infeksi kronis pada tonsil.

    5. Kripta melebar, dan beberapa kripta terisi oleh detritus jika lidah ditekan dengan spatula

    lidah.

    6. Kelenjar leher membesar tetapi tidak nyeri bila ditekan.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    12/18

    12

    Gambar 7. Ukuran tonsil

    Pemeriksaan Penunjang

    1. Mikrobiologi

    Penatalaksanaan dengan antimikroba sering gagal untuk mengeradikasi kuman patogen

    dan mencegah kekambuhan infeksi pada tonsil. Kegagalan mengeradikasi organisme patogen

    disebabkan ketidaksesuaian pemberian antibiotika atau penetrasi antibiotika yang inadekuat.

    Kuman terbayak yang ditemukan yaitu Streptokokus beta hemolitikus diukuti Stafilokokus

    aureus.

    2. Histopatologi

    Diagnosa Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi

    dengan tiga kriteria histopatologi yaitu ditemukan ringan- sedang infiltrasi limfosit, adanya

    Ugras abses dan infitrasi limfosit yang difus.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    13/18

    13

    II.8 Penatalaksanaan

    Sebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup, serta

    makanmakanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang tenggorokan.

    1. Medikamentosa

    Antipiretik dan analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakitkepala.

    Jika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihanadalah penisilin. Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamicin

    Idealnya, jenis antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil biakan. Antibiotik

    diberikan antara 5 sampai 10 hari. Kadang kadang dibutuhkan suntikan benzatin

    penisilin 1,2 juta unit intramuskuler jika diperkirakan pengobatan orang tidak adekuat.

    Terapi obat lokal untuk hegiene mulut dengan obat kumur atau obat isap..2. Operatif

    Dengan tindakan tonsilektomi

    Indikasi Tonsilektomi

    Terdapat 2 indikasi tonsilektomi berdasarkan the American Academy of Otolaringology Head

    and Neck Surgery yaitu indikasi absolute dan indikasi relatif.

    Absolute Relatif

    - Cor pulmonale (krn obstruksi jln napas kronis)

    - Hipertropi tonsil/adenoid dg sindrom apnea wkt

    tidur

    - Hipertrofi berlebihan, disfagia dg BB turun

    - Biopsi eksisi dicurigai keganasan

    - Peritonsilar abses berulang/meluas

    - Tonsilitis berulang yg tercatat

    - Tonsilitis dg biakan streptokokus menetap

    - Hiperplasi tonsil dg obstruksi fungsional

    - Hiperplasia dan obstruksi menetap 6 bln stl

    infeksi mononukleosis

    - Riwayat demam rematik

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    14/18

    14

    Kontraindikasi Tonsilektomi

    Infeksi pernapasan atas berulang Infeksi sistemik atau kronis

    Demam tak diketahui sebabnyaPembesaran tonsil tanpa gejala obstruksiRhinitis alergikaAsmaDiskrasia darahKetidakmampuan yg umum/kegagalan utk tumbuhTonus otot yang lemahSinusitis

    Teknik Operasi Tonsilektomi

    Di Indonesia teknik tonsilektomi yang terbanyak digunakan saat ini adalah teknik

    Guillotine dan diseksi.

    a) Diseksi : Dikerjakan dengan menggunakan Boyle-Davis mouth gag, tonsil dijepitdengan forsep dan ditarik ke tengah, lalu dibuat insisi pada membran mukus. Dilakukan

    diseksi dengan disektor tonsil atau gunting sampai mencapai pole bawah dilanjutkandengan menggunakan senar untuk menggangkat tonsil.

    b) Guilotin: Tehnik ini sudah banyak ditinggalkan. Hanya dapat dilakukan bila tonsildapat digerakkan dan bed tonsil tidak cedera oleh infeksi berulang.

    c) Elektrokauter: Kedua elektrokauter unipolar dan bipolar dapat digunakan pada tehnikini. Prosedur ini mengurangi hilangnya perdarahan namun dapat menyebabkan

    terjadinya luka bakar.

    d) Laser tonsilektomi: Diindikasikan pada penderita gangguan koagulasi. Laser KTP-512dan CO2 dapat digunakan namun laser CO2 lebih disukai.tehnik yag dilakukan sama

    dengan yang dilakukan pada tehik diseksi.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    15/18

    15

    II.9 Komplikasi

    Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah sekitarnya

    (perkontinuinatum), secara hematogen atau limfogen. Berupa :

    a) Abses peritonsil. Gejala penderita adalah malaise yang bermakna, odinofagi yang berat

    dan trismus. Diagnosa dikonfirmasi dengan melakukan aspirasi abses.

    b) Abses parafaring. Gejala utama adalah trismus, indurasi atau pembengkakan di sekitar

    angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan dinding lateral faring sehingga

    menonjol kearah medial.

    c) Abses intratonsilar. Merupakan akumulasi pus yang berada dalam substansi tonsil.

    Tonsil terlihat membesar dan merah.

    e) Fokal infeksi dari demam rematik dan glomerulonefritis

    II.10 Prognosis

    Gejala tonsilitis biasanya meningkat setelah 2-3 hari setelah pengobatan dimulai.

    Infeksi biasanya sembuh setelah pengobatan yang adekuat, tetapi beberapa orang

    membutuhkan lebih dari sekedar pengobatan dengan antibiotik. Jika infeksi tidak segera

    ditangani akan menimbulkan komplikasi berat dan bila diobati tidak adekuat juga akan

    menimbulkan komplikasi serta infeksi berulang.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    16/18

    16

    BAB III. ANALISA KASUS

    Anamnesis

    Melalui anamnesa didapatkan informasi bahwa pasien memiliki gejala:

    Os datang dengan keluhan tenggorok sejak 10 hari SMRS. Keluhan disertai dengannyeri menelan (+), Pernafasan bau (-). Menurut keluarga sejak 5 tahun terakhir, os

    menderita pembengkakan amandel menurut dokter spesialis THT. Orangtua os juga

    mengatakan saat tidur os suka mendengkur (+), sesak nafas saat tidur (-). Saat ini batuk

    (-), pilek (-), demam (+) sejak 3 hari SMRS. Menurut keluarganya os mempunyai

    kebiasaan sering mengkonsumsi minuman dingin.

    Keluhan nyeri tenggorokan sebelumnya diakui. Riwayat alergi disangkal.Dari hasil anamnesa diagnosa mengarah ke Tonsilitis kronis hipertrofi. Karena

    didapatkan gejala yang mengarah pada tonsillitis kronis hipertrofi dengan tanda radang yang

    sudah mereda dan ada riwayat infeksi berulang.

    Pemeriksaan fisik

    T3T3, hiperemis (+), permukaan tonsil tidak rataNormal nya tonsil palatine tidak mengalami hipertrofi dan hiperemis (-)

    Kripta melebar (+), detritus (+),Normalnya kripta tidak melebar dan tidak terdapat detritus

    Perlengketan (+)Dari hasil pemeriksaan fisik,diagnosa mengarah pada tonsilitis kronis hipertrofi karena

    ditemukannya masa tonsil dengan ciri- ciri mengarah pada diagnosis tersebut.

    Jadi, berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik saya menyimpulkan bahwadiagnosa pasien ini adalah Tonsilitis Kronis hipertrofi. Hal ini juga sesuai dengan literature

    yang didapat.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    17/18

    17

    Penatalaksanaan

    Pemberian obat oralClindamisin, yang merupakan antibiotik spectrum luas untuk kuman anaerob dan

    aerob.

    Metil prednisolon yang berguna sebagai anti inflamasi.

    Paracetamol untuk menurunkan antipiretik

    Rencana operasi : Tonsilektomi merupakan indikasi absolute karena sudah hipertropidan sindrom apneu saat tidur.

  • 7/29/2019 Case Tonsilitis Heru

    18/18

    18

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Arsyad, dkk. 2007. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leheredisi ke 6. Jakarta: Balai penerbit FKUI

    2. Ballenger, john jacob. 1997. Penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher edisike 13 jilid 2. Jakarta: Binarupa aksara

    3. Boies, dkk. 1997.Buku ajar penyakit THT edisi 6. Jakarta : EGC4. BPOM. 2008.Informatorium obat nasional Indonesia. Jakarta: Sagung seto5. Snell. 2007.Anatomi klinik. Jakarta : EGC6. http://repository.usu.ac.id

    http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/