204023988 case tonsilitis

23
1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Anatomi Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid) dan tonsil lingual. a. Tonsil Palatina Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh: Lateral : muskulus konstriktor faring superior Anterior : muskulus palatoglosus Posterior : muskulus palatofaringeus Superior : palatum mole Inferior : tonsil lingual

Upload: arsy-mira-pertiwi

Post on 28-Dec-2015

62 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Anatomi

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin

Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri

dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid) dan tonsil lingual.

a. Tonsil Palatina

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa

tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan

pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,

masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil.

Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal

sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring.

Dibatasi oleh:

Lateral : muskulus konstriktor faring superior

Anterior : muskulus palatoglosus

Posterior : muskulus palatofaringeus

Superior : palatum mole

Inferior : tonsil lingual

2

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi

invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan

tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular

dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme

pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik.

Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal .

Fosa Tonsil

Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot

palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding

luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang

tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus

glosofaringeal.

Pendarahan

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu

1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan

arteri palatina asenden;

2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatine desenden;

3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; arteri faringeal asenden.

Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan

bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi

oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri

palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan

pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah

dan pleksus faringeal.

3

Aliran Getah Bening

Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal

profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus

sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus

torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh

getah bening aferen tidak ada.

Persarafan

Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus

glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.

Imunologi Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B

membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil

adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di

pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen,

interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel limfoid yang

immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular, area

ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid.

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan

proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu

menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif dan sebagai organ utama

produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.

b. Tonsil Faringeal (Adenoid)

Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid

yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur

seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya.

Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal

sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding

belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding

4

atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba

eustachius.kuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid

akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.

c. Tonsil Lingual

Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum

glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum

pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata.

1.2 Definisi

Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatine yang merupakan bagian dari

cincin Waldeyer. Proses peradangan biasanya meluas sampai ke daerah adenoid dan

tonsil lingual.Sedangkan Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil setelah

serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis. 2

1.3 Etiologi

Bakteri penyebab tonsilitis kronis sama halnya dengan tonsilitis akut yaitu kuman

grup A Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus viridian dan

Streptokokus piogenes, Staphilokokus , Hemophilus influenza, namun terkadang bakteri

berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif. 3

1.4 Faktor Predisposisi

Beberapa factor predisposisi timbulnya tonsillitis Kronis adalah: rangsangan

kronik karena rokok maupun makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca (udara

dingin ,lembab, suhu yang berubah-ubah), alergi (iritasi kronis dari allergen), keadaan

umum (kurang gizi, kelelahan fisik), pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat. Jurnal

tonsilitis. 2,3

1.5 Patofisiologi

Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripti tonsil .Karena proses

radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses

5

penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut

sehingga kripte akan melebar, ruang antara kelompok melebar yang akan diisi oleh

detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi

kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan). Proses ini meluas hingga menembus

kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak-

anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula. 1

1.6 Manifestasi Klinis

Pasien sering mengeluh adanya rasa sakit (nyeri) yang terus menerus pada

tenggorokan (odinofagi), di tenggorokan seperti ada penghalang atau ada yang menganjal

terutama ketika pasien menelan, tenggorokan terasa kering, pernapasan pasien berbau.

Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar dengan permukaan tidak rata,

kriptus membesar dan terisi detritus.

Ukuran tonsil dibagi atas :

T0 : Post tonsilektomi.

T1 : Tonsil masih terbatas dalam fossa tonsilaris.

T2 : Sudah melewati pilar anterior, belum melewati garis paramedian (pilar

posterior).

T3 : Sudah melewati garis paramedian, belum melewati garis median.

T4 : Sudah melewati garis median.2

1.7 Diagnosis

Diagnosis Tonsilitis Kronis :

1.Anannesis

Pasien datang dengan keluhan rasa sakit pada tengorokan yang terus

menerus, sakit waktu mwenelan , nafas bau busuk, malaise, sakit pada

sendi, kadang ada demam dan nyeri pada leher. 5

2. Pemeriksaan Fisik

Tonsil tampak membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut.

Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat

diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut.5

6

3. Pemeriksaan penunjang

Dapat dilakukan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus

tonsil.5

1.8 Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari Tonsilitis Kronis adalah:

1. Penyakit – penyakit dengan pseudomembran atau adanya membrane semu

yang menutupi tonsil (Tonsilitis Pseudomembran).

a. Tonsilitis Difteri

b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)

c. Mononukleosis Infeksiosa

2.Penyakit Kronik Faring Granulomatosa

a. Faringitis Tuberkulosa

b. Faringitis Luetika

c. Lepra (Lues)

d.Aktinomikosis Faring

3.Tumor tonsil

1.9 Komplikasi

Komplikasi Tonsilitis Kronis dapat terjadi secara perkontibuitatum ke daerah

sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil.

Ada beberapa komplikasi yang sering ditemui :

1.Komplikasi sekitar tonsil

a. Peritonsilitis

b. Abses peritonsilar (Quinsy)

c. Abses Parafaringeal

d. Abses Retrofaring

e. Krista Tonsil

f. Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)5

2.Komplikasi Organ jauh

a.Demam rematik dengan penyakit jantung rematik

7

b. Glomerulonefritis

c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis.

d.Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura.

e. Artritis dan fibrositis. 6

1.10 Penatalaksanaan

Pengobatan pada Tonsilitis Kronis adalah pembedahan dengan pengangkatan

Tonsil. Tindakan ini dilakukan bila dengan penatalaksaan medis tidak berhasil.7

Penatalaksaan medis antara lain :

Terapi mulut (terapi lokal) ditujukan kepada hygiene mulut dengan berkumur

atau obat isap.

Terapi sistemik dengan pemberian antibiotik, kortikosteroid, dan analgetik. 7

8

DAFTAR PUSTAKA

1. Arsyad Soepardi Efiaty dan Rusmarjono, Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga,

Hidung dan Tenggorok, edisi keenam FKUI Jakarta 2007.

2. Udayan K Shah et al. Tonsillitis and Peritonsillar Abscess , diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/871977 pada tanggal 31 Januari 2014

3. C Georgalas Christos et al. 2009. Tonsillitis. BMJ Publishing Group.

4. Jeffrey Heit, MD. Tonsillitis, diunduh dari

http://health.abqjournal.com/ConditionFactsheet.aspx?id=210&pg=2&topicid=0

pada tanggal 31 Januari 2014

5. Yuan-Yung Lin MD. 2011. Bilateral peritonsillar abscesses complicating acute

tonsillitis. Canadian Medical AssociationJournal

6. Ahmet Akcay et al. 2006. Childhood Asthma and Its Relationship with Tonsillar

Issue. 129-134

7. Ann R Coll Surg Engl. 2009. Indications for tonsillectomy: are we documenting

them? 91: 697–699

9

BAB III

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

• Nama : Nn. H

• Umur : 7 tahun

• Jenis Kelamin : Perempuan

• Suku Bangsa : Jambi

• Alamat : Jambi

ANAMNESIS (alloanamnesis dan autoanamnesis)

Seorang pasien perempuan datang ke poli THT RS Achmad Moechtar Bukit tinggi

stanggal 24 Februari 2012 dengan :

Keluhan Utama :

Bengkak pada amandel sejak lebih kurang 1 bulan lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :

Bengkak pada amandel sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu, hilang timbul, tidak

disertai nyeri saat menelan.

Awalnya bengkak sudah muncul sejak pasien berusia 3 bulan, dengan ukuran

sedang lalu makin bertambah besar sampai sekarang.

Keluhan nyeri saat menelan disangkal.

Riwayat batuk pilek ada, namun jarang terjadi.

Riwayat demam ada, frekuensi jarang. Pasien sering mengeluhakan terasa panas

pada tangan dan kaki hingga sulit tidur di malam hari, namun keluhan hilang bila

tangan dan kaki direndam sejenak dengan air.

Riwayat tidur ngorok ada dan pasien punya kebiasaan tidur miring ke kanan atau

ke kiri bila terasa sulit bernafas saat tidur.

Sesak nafas tidak ada.

Keluhan telinga berdenging tidak ada.

Gangguan pendengaran tidak ada.

Riwayat terasa cairan/dahak mengalir di tenggorokan tidak ada

10

Pasien tidak ada bersin-bersin lebih dari 5 kali pada pagi hari, alergi makanan dan

obat tidak ada.

Riwayat berkurangnya penciuman ada, sama di kedua hidung, frekuensi jarang.

Pasien sudah pernah berobat ke dukun kampung, tidak mendapat obat dan hanya

dianjurkan untuk tidak makan/ minum es. Pasien juga pernah berobat sebelumnya

ke puskesmas, dalam frekuensi yang jarang, mendapat obat dari dokter tapi

keluarga lupa nama obatnya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

- Pasien sudah menderita bengkak pada amandelnya sejak usia 3 bulan.

- Pasien tidak punya riwayat asma, tidak ada alergi terhadap makanan atau obat dan

tidak pernah bersin-bersin di pagi hari lebih dari 5 kali.

- Pasien tidak pernah dirawat sebelumnya karena penyakit seperti ini

Riwayat Penyakit Keluarga :

- tidak ada anggota keluarga yang punya riwayat asma, sering bersin-bersin di pagi

hari lebih dari 5 kali dan alergi terhadap makanan

- tidak ada anggota keluarga yang pernah menderita sakit seperti pasien.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, dan Kebiasaan:

- Pasien seorang siswi Taman Kanak-kanak

- Pasien jarang sekali mengkonsumsi jajanan es. Kebiasaan jajanan snack ada,

namun masih dalam frekuensi yang jarang

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : CMC

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi : 105x/menit

Frekuensi nafas : 22 x/menit

Suhu : 36,7 C

Pemeriksaan sistemik

11

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Leher : Tidak ditemukan pembesaran KGB

Paru : Dalam batas Normal

Jantung : Dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Extremitas : tidak ada kelainan

Status Lokalis THT

Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Daun Telinga Kel. Kongenital - -

Trauma - -

Radang - -

Kel. Metabolik - -

Nyeri Tarik - -

Nyeri Tarik tragus - -

Dinding liang telinga Cukup lapang (N) + +

Sempit - -

Hiperemi - -

Edema - -

Massa - -

Sekret/serumen Bau - -

Warna Kuning Kuning

12

Jumlah Sedikit Sedikit

Jenis Kering Kering

Mastoid Tanda radang - -

Fistel - -

Sikatrik - -

Nyeri tekan - -

Membran timpani

Utuh Warna Putih mutiara Putih mutiara

Reflek cahaya + (arah jam 5) + (arah jam 7)

Bulging - -

Retraksi - -

Atrofi - -

Perforasi Jumlahperforasi - -

Jenis - -

Kwadran - -

pinggir - -

Gambar

13

Nyeri ketok - -

Tes garputala Rinne + +

Scwabach Sama dgn

pemeriksa

Sama dgn

pemeriksa

Weber Tidak ada

lateralisasi

Tidak ada

lateralisasi

Kesimpulan Normal Normal

audiometri

Hidung

pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra

Hidung luar Deformitas - -

Kelainan kogenital - -

Trauma - -

Radang - -

Massa - -

Sinus paranasal

pemeriksaan Dextra Sinistra

Nyeri tekan

Nyeri ketok

- -

- -

Rinoskopi anteior

vestibulum Vibrise Ada Ada

Radang - -

Kavum nasi Cukup lapang - Cukup lapang

14

Sempit sempit -

Lapang - -

Secret Lokasi Tidak ada Tidak ada

Jenis - -

Jumlah - -

Bau - -

Konka inferior Ukuran Hipertropi Eutropi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema - -

Konka media Ukuran Eutropi Eutropi

Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Edema - -

Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurus

Permukaan Licin Licin

Warna Merah muda Merah muda

Spina - -

Krista - -

Abses - -

Perforasi - -

Massa Lokasi - -

Bentuk - -

Ukuran - -

Permukan - -

Warna - -

Konsistensi - -

Mudah digoyang - -

Pengaruh - -

15

konstriktor

Gambar

Rinoskpopi

Posterior

(nasofaring)

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra

Koana Cukup lapang (N) Sulit dinilai Sulit dinilai

Sempit Sulit dinilai Sulit dinilai

Lapang Sulit dinilai Sulit dinilai

Mukosa Warna Sulit dinilai Sulit dinilai

Edema Sulit dinilai Sulit dinilai

Jaringan granulasi Sulit dinilai Sulit dinilai

Konkha inferior Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai

Warna Sulit dinilai Sulit dinilai

Permukaan Sulit dinilai Sulit dinilai

Edema Sulit dinilai Sulit dinilai

Adenoid Ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai

Muara tuba

eustachius

Tertutup secret Sulit dinilai Sulit dinilai

Edema mukosa Sulit dinilai Sulit dinilai

Masa Lokasi Sulit dinilai Sulit dinilai

Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai

Bentuk Sulit dinilai Sulit dinilai

Permukaan Sulit dinilai Sulit dinilai

Post Nasal Drip Ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai

16

Jenis Sulit dinilai Sulit dinilai

Gambar

Orofaring dan

Mulut

Pemeriksaan

Palatum mole+

arcus faring

Simetris/tidak Simetris Simetris

Warna Tidak hiperemis Tidak hiperemis

Edema - -

Bercak/eksudat - -

Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda

Permukaan Licin Licin

Tonsil Ukuran T4 T4

Warna Tidak hiperemis Tidak hiperemis

Permukaan Tidak Rata Tidak rata

Muara kripti Tidak Melebar

Detritus - -

Eksudat - -

Perlengketan

dengan pilar

- -

Peritonsil Warna Tidak hiperemis

Edema - -

Abses - -

Tumor Lokasi - -

Bentuk

Ukuran

- -

Permukaan - -

17

Konsistensi - -

Gigi Karies/radiks M 1 bawah I 2 bawah

Kesan - -

Lidah Warna Merah muda Merah muda

Bentuk - -

Deviasi - -

Masa - -

Gambar

Laringoskopi

indirek

Sulit dinilai Sulit dinilai

Pemeriksaan Sulit dinilai Sulit dinilai

epiglotis Bentuk Sulit dinilai

Warna

Edema

Pinggir rata atau

tidak

Masa

Aritenoid Warna Sulit dinilai

Edema

Massa

Gerakan

Ventricular band Warna Sulit dinilai Sulit dinilai

Edema -

Massa -

Plika vokalis Warna Sulit dinilai

Gerakan

18

Pinggir medial

Massa

Subglotis/trachea Massa Sulit dinilai Sulit dinilai

Secret ada/tidak Sulit dinilai Sulit dinilai

Sinus piriformis Massa Sulit dinilai Sulit dinilai

Secret Sulit dinilai Sulit dinilai

Gambar

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher

Tidak terlihat dan tidak teraba pembesaran KGB leher.

Diagnosis Kerja : Tonsilitis Kronis

Diagnosis Tambahan : -

Diagnosis Banding : Tonsilitis Hipertropi

Pemeriksaan Anjuran :

Laboratorium rutin: Hb,Ht,leukosit,LED

Kultur dan uji resistensi kuman dari sedian apus tonsil.

Terapi: Tonsilektomi

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanam : bonam

Quo ad fungsio : bonam

19

RESUME

(DASAR DIAGNOSIS)

ANAMNESIS

Bengkak pada amandel sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu, hilang timbul, tidak

disertai nyeri saat menelan, sudah muncul sejak pasien berusia 3 bulan, dengan

ukuran sedang lalu makin bertambah besar sampai sekarang.

Riwayat batuk pilek ada, namun jarang terjadi.

Riwayat demam ada, frekuensi jarang. Pasien sering mengeluhakan terasa panas

pada tangan dan kaki hingga sulit tidur di malam hari, namun keluhan hilang bila

tangan dan kaki direndam sejenak dengan air.

Riwayat tidur ngorok ada dan pasien punya kebiasaan tidur miring ke kanan atau

ke kiri bila terasa sulit bernafas saat tidur.

Riwayat berkurangnya penciuman ada, sama di kedua hidung, frekuensi jarang.

Pasien sudah pernah berobat ke dukun kampung, tidak mendapat obat dan hanya

dianjurkan untuk tidak makan/ minum es. Pasien juga pernah berobat sebelumnya

ke puskesmas, dalam frekuensi yang jarang, mendapat obat dari dokter tapi

keluarga lupa nama obatnya.

PEMERIKSAAN FISIK

Pada rinoskopi anterior kavum nasi dekstra ditemukan konka inferior

ukuran hipertrofi, permukaan licin, warna merah muda, tidak disertai

sekret.

Pada pemeriksaan orofaring dan mulut ditemukan palatum mole simetris

dan tonsil dekstra ukuran T4 dan tonsil sinistra T4 dan tanpa disertai

detritus atau perlengketan dengan pilar pada kedua tonsil. Karies pada M 2

bawah dekstra dan I 2 bawah sinistra.

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening Leher : Tidak terlihat dan tidak teraba

pembesaran KGB leher

Diagnosis Kerja : Tonsilitis Kronis

Diagnosis Tambahan : Karies dentis

Diagnosis Banding : Tonsilitis Hipertropi

20

Pemeriksaan Anjuran :

Laboratorium rutin: Hb,Ht,leukosit,LED, PT/APTT

Terapi: Tonsilektomi

Prognosis

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanam : bonam

Quo ad fungsio : bonam

Nasehat:

Pasien menjaga higiene rongga mulut dengan menggosok gigi minimal 2x sehari.

Pasien mengurangi makan jajanan (snack dan minuman-minuman dingin atau es

krim) di luar rumah, menjaga kebersihan makanan di rumah.

21

22

23