portofolio tonsilitis

23
Presentasi Kasus dan Portofolio TONSILITIS AKUT Oleh: Dr. Saputra Tri Nopianto Pendamping: Dr. Leni Kopen Wahana: Puskesmas Tanjung Enim

Upload: saputra-tri-nopianto

Post on 16-Sep-2015

57 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cas

TRANSCRIPT

Presentasi Kasus dan PortofolioTONSILITIS AKUTOleh:

Dr. Saputra Tri NopiantoPendamping:

Dr. Leni KopenWahana:

Puskesmas Tanjung EnimKOMITE INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN

BADAN PPSDM KESEHATAN

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

2015PORTOFOLIO

Kasus-1Topik: Tonsilitis Akut

Tanggal (Kasus): 10 April 2015Presenter: dr. Saputra Tri Nopianto

Tanggal Presentasi: Pendamping: dr. Leni Kopen

Tempat Presentasi: Puskesmas Tanjung Enim

Objektif presentasi :

Keilmuan KetrampilanPenyegaranTinjauan Pustaka

DiagnostikManajemenMasalahIstimewa

NeonatusBayiAnakRemajaDewasaLansiaBumil

Deskripsi : Nyonya, Perempuan, 26 tahun, Tonsilitis Akut

Tujuan :

1. Penegakkan Diagnosa

2. Penatalaksanaan

Bahan bahasan:Tinjauan PustakaRisetKasusAudit

Cara membahas:DiskusiPresentasi dan diskusiE-mailPos

Data pasien :Nama: Ny. RNo registrasi: -

Usia: 26 tahunAlamat: Pasar, Tanjung Enim

Agama: IslamBangsa: Indonesia

Data utama untuk bahan diskusi:

Diagnosis/Gambaran Klinis:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis:

Keadaan umum tampak sakit sedang, dengan keluhan utama rasa mengganjal di tenggorokan dan susah menelan yang di rasakan sejak 1 bulan yang lalu, rasa mengganjal di tenggorok dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu terakhir. Keluahan lain batuk dan pilek.

2. Riwayat Pengobatan:Pasien belum berobat sebelumnya.

3. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sejak 2 bulan yang lalu penderita mengeluh batuk, pilek dan demam. Keluhan hilang timbul. Sejak 1 bulan yang lalu, rasa mengganjal di tenggorok dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu terakhir. Penderita juga mengeluhkan rasa sakit di tenggorok, nyeri menelan baik makanan padat maupun cair, rasa kering, dan gatal pada tenggorokan, batuk, pilek dan demam yang dirasakan OS terutama ketika serangan. Penderita juga mengeluhkan saat tidur mendengkur (ngorok), rasa tercekik saat tidur dan terbangun tiba-tiba karena sesak nafas yang dirasakan OS selama 2 minggu terakhir. Keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan tersebut dirasakan terutama setelah Penderita mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin dan terkadang keluhan tersebut akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Sakit didaerah wajah dan rasa adanya cairan yang mengalir di tenggorokan disangkal oleh OS. Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal oleh OS. Keluhan jantung berdebar serta nyeri persendian tidak ada. Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga disangkal. Mata merah, mata berair, gatal-gatal dan kemerahan di kulit juga disangkal oleh OS.

4. Riwayat Keluarga -

5. Riwayat Pekerjaan

Tidak ada

6. Lain-lain

Daftar Pustaka

1. Soepardi.E.A,et all.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. pg:212-25

2. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997. pg: 330-44.

3. Caparas.M.B, Lim.M.G. Basic Otolaryngology. Publication of comittee of the college of Medicine: University of the Philippines. 1998. pg: 149-59.

4. Robertson, J.S.2004. Journal of Tonsilitis. Available at: http://www.emedicine.com. Accessed on: April 2012.

5. Ramsey, D.D. 2003..Tonsilitis. Available at: http://www.illionisuniv.com. Accesed on: April 2012

6. Lee, K.J. MD. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. 2003.McGraw-Hill.

7. Jackson C. Disease of the nose, throat and ear. 2nd ed. Philadelphia: WB Sunders Co. 1959. pg: 239-59.

Hasil Pembelajaran:

1. Diagnosis Tonsilitis Akut

2. Tatalaksana Tonsilitis Akut

RANGKUMAN PEMBELAJARAN

1. Subjektif : Sejak 2 bulan yang lalu penderita mengeluh batuk, pilek dan demam. Keluhan hilang timbul. Sejak 1 bulan yang lalu, rasa mengganjal di tenggorok dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu terakhir. Penderita juga mengeluhkan rasa sakit di tenggorok, nyeri menelan baik makanan padat maupun cair, rasa kering, dan gatal pada tenggorokan, batuk, pilek dan demam yang dirasakan OS terutama ketika serangan. Penderita juga mengeluhkan saat tidur mendengkur (ngorok), rasa tercekik saat tidur dan terbangun tiba-tiba karena sesak nafas yang dirasakan OS selama 2 minggu terakhir. Keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan tersebut dirasakan terutama setelah Penderita mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin dan terkadang keluhan tersebut akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Sakit didaerah wajah dan rasa adanya cairan yang mengalir di tenggorokan disangkal oleh OS. Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal oleh OS. Keluhan jantung berdebar serta nyeri persendian tidak ada. Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga disangkal. Mata merah, mata berair, gatal-gatal dan kemerahan di kulit juga disangkal oleh OS.

2. Objektif :

Hasil pemeriksaan fisik:

Keadaan umum: tampak sakit sedang Kesadaran

: compos mentis Nadi

: 90x/menit

Pernafasan

: 22x/menit

Suhu

: 37,0oC

Berat badan

: 50 kg

Status Generalis

Kepala Bentuk

: Normosefali, simetris Rambut

: Hitam, lurus, tidak mudah dicabut Mata

: tidak cekung, Pupil bulat isokor 3mm,

reflek cahaya +/+, konjungtiva anemis (-),

sklera ikterik (-). Hidung

: Bentuk biasa, epistaksis (-), sekret (+), napas cuping hidung (-)

Mulut

: Mukosa mulut dan bibir kering (-), sianosis (-).

Tenggorokan: Status Lokalis Leher

Pembesaran KGB (-), JVP tidak meningkat

Thorax Paru-paru

Inspeksi: Statis dan dinamis simetris, iga gambang (-), retraksi (-) Palpasi : stemfremitus kiri sama dengan kanan

Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi: Vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-).

Jantung

Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi: Thrill tidak teraba

Perkusi: Batas jantung dalam batas normal

Auskultasi: HR: 90 x/menit, irama reguler, BJ I-II normal, bising (-)

Abdomen Inspeksi: Datar Palpasi: Lemas, hepar tidak teraba, cubitan kulit perut cepat

kembali

Perkusi: Timpani Auskultasi: Bising usus (+) normal

Ekstrimitas Akral dingin (-), sianosis (-), edema (-), Capillary refill time < 2 detikStatus Lokalis

TELINGA Kanan

Kiri

Bentuk Daun Telinga

Normal

Deformitas (-)

Normal Deformitas (-)

Kelainan Congenital

Tidak ada

Tidak ada

Radang, Tumor

Tidak ada

Tidak ada

Nyeri Tekan Tragus

Tidak ada

Tidak ada

Penarikan Daun Telinga

Tidak ada

Tidak ada

Kelainan pre-, infra-, retroaurikuler

Tidak ada

Tidak ada

Regio Mastoid

Tidak ada kelaianan

Tidak ada kelaianan

Liang Telinga

CAE lapang, serumen tidak ada

CAE lapang, serumen tidak ada

Membran Timpani

MT intak, hiperemis (-), edema (-), refleks cahaya (+) jam 5

MT intak, hiperemis (-), edema (-), refleks cahaya (+) jam 7

HIDUNG DAN SINUS PARANASAL Bentuk

: Normal, tidak ada deformitas Tanda peradangan: Hiperemis (-), Panas (-), Nyeri (-), Bengkak (-) Vestibulum

: Hiperemis -/-, sekret -/- Cavum nasi

: Lapang +/+, edema -/-, hiperemis -/- Konka inferior

: Eutrofi/eutrofi Meatus nasi inferior: Eutrofi/eutrofi Konka medius

: Eutrofi/eutrofi Meatus nasi medius: Sekret +/+ Septum nasi

: Deviasi -/- Pasase udara

: Hambatan -/- Daerah sinus frontalis : Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-) Daerah sinus maksilaris: Tidak ada kelainan, nyeri tekan (-)RHINOPHARYNX (RHINOSKOPI POSTERIOR) ---- Tidak dilakukan pemeriksaanTENGGOROKPHARYNX

Dinding pharynx: merah muda, hiperemis (-), granular (-) Arkus pharynx : simetris, hiperemis (-), edema (-) Tonsil

: T2B/T2B

hiperemis +/+

permukaan mukosa tidak rata/ granular +/+

Kripta melebar +/+

Detritus +/+

Perlengketan -/- Uvula

: letak di tengah, hiperemis (-) Gigi

: gigi geligi lengkap,caries (-) Lain-lain: radang ginggiva (-),mukosa pharynx tenang,post nasal drip (-)LEHER Kelenjar limfe submandibula : tidak teraba membesar Kelenjar limfe servikal

: tidak teraba membesar

3. Assessment: Pasien datang dengan keluhan utama rasa mengganjal di tenggorokan dan susah menelan yang di rasakan sejak 1 bulan yang lalu, rasa mengganjal di tenggorok dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu terakhir. Keluahan lain batuk dan pilek.

Sejak 2 bulan yang lalu penderita mengeluh batuk, pilek dan demam. Keluhan hilang timbul. Sejak 1 bulan yang lalu, rasa mengganjal di tenggorok dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu terakhir. Penderita juga mengeluhkan rasa sakit di tenggorok, nyeri menelan baik makanan padat maupun cair, rasa kering, dan gatal pada tenggorokan, batuk, pilek dan demam yang dirasakan OS terutama ketika serangan. Penderita juga mengeluhkan saat tidur mendengkur (ngorok), rasa tercekik saat tidur dan terbangun tiba-tiba karena sesak nafas yang dirasakan OS selama 2 minggu terakhir. Keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan tersebut dirasakan terutama setelah Penderita mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin dan terkadang keluhan tersebut akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Sakit didaerah wajah dan rasa adanya cairan yang mengalir di tenggorokan disangkal oleh OS. Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan rasa penuh di telinga disangkal oleh OS. Keluhan jantung berdebar serta nyeri persendian tidak ada. Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga disangkal. Mata merah, mata berair, gatal-gatal dan kemerahan di kulit juga disangkal oleh OS.Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan: tonsil hipertrofi dengan ukuran T2B/T2B tonsil hiperemis +/+ permukaan mukosa tidak rata/ granular +/+ Kripta melebar +/+ Detritus +/+Dasar diagnosis:Diagnosis kerja tonsilitis akut hipertrofi diambil berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapatkan pada OS.Anamnesis: Rasa mengganjal di tenggorok yg dirasakan akibat tonsil yang membesar Selama 2 bulan terakhir OS telah mengalami keluhan-keluhan peradangan tonsil, yang hilang timbul. Keluhan: rasa sakit di tenggorok nyeri menelan rasa gatal di tenggorokan kadang disertai batuk pilek dan demamTonsilotis Akut: peradangan tonsil kurang dari 3 bulan,dan baru pertama kali dialami. Riwayat kebiasaan: OS suka mengkonsumsi gorengan, makanan pedas dan minuman dingin (menjadi faktor predisposisi timbulnya tonsilitis)Pemeriksaan fisik tenggorok: tonsil T2B/T2B hiperemis +/+ permukaan mukosa tidak rata +/+ Kripta melebar +/+, detritus +/+

4. Plan:Diagnosis: Tonsilitis Akut HipertrofiPenatalaksanaan : Non Medikamentosa :1. Edukasi pasien mengenai penyakit yang diderita2. Jangan minum air es, makan berminyak dan bersantan3. Banyak istirahat4. Sarankan agar sering kontrol ke dokter THTMedikamentosa: Sefadroksil 2x500 mg, selama 7-10 hari Deksametason 3x1 tab selama 5 hari Paracetamol 3x500 mg selama 5 hari Obat kumur desinfektan

TONSILITISANATOMI DAN FISIOLOGI TONSILTonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tuba Eustachius.2

A. Tonsil Palatina1,2Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:

Lateral muskulus konstriktor faring superior

Anterior muskulus palatoglosus

Posterior muskulus palatofaringeus

Superior palatum mole

Inferior tonsil lingual

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal

Fosa Tonsil1,2Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal.

Pendarahan1,2,3 Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina asenden; 2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal

Aliran getah bening1,2 Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada

Persarafan1,2 Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.

Imunologi Tonsil1,2 Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid.

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.B. Tonsil Faringeal (Adenoid)1Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.

C. Tonsil Lingual1,2Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata TONSILITIS AKUT

A. DEFINISITonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Penyebaran infeksi melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman. Dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.1

B. ETIOLOGIPenyebab tonsilitis bermacam macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu :1,2 Streptokokus beta hemolitikus

Streptokokus viridans

Streptokokus piogenes

Virus influenza

Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections)

C. Patologi Tonsilitis Akut

Tonsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa tonsil yang terfiksasi oleh jaringan ikat longgar. Tonsil terdiri dari banyak jaringan limfoid yang disebut folikel. Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang yang disebut kripta. Saat folikel mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris.

Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran) yang menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis akut didiagnosa banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis, tonsilitis difteri, dan scarlet fever.

D. MANIFESTASI KLINISTanda dan gejala tonsilitis akut adalah :

nyeri tenggorok

nyeri telan

sulit menelan

demam

mual, anoreksia

kelenjar limfa leher membengkak

E. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan.1,2Ukuran tonsil pada tonsilitis kronik dapat membesar (hipertrofi) atau atrofi. Pembesaran tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 T4. Cody& Thane (1993) membagi pembesaran tonsil dalam ukuran berikut : T1= batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar anterior uvula

T2= batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak pilar anterior-uvula

T3= batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak pilar anterior-uvula

T4= batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula atau lebih. F. DIAGNOSISPenderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok. Kemudian berubah menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan. Makin lama rasa nyeri ini semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri hebat ini dapat menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia) tersebut tersebar melalui nervus glossofaringeus (IX).

Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti orang yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice. Mulut berbau busuk (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang hebat (ptialismus). Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan terdapat detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau pseudomembran. Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang angulus mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan.

Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagaiberikut:

Anamnesa

Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di tenggorok, nafas bau, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.

Pemeriksaan Fisik

Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh detritus. Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis dan sejumlah kecil sekretpurulen yang tipis terlihat pada kripta.

Pemeriksaan Penunjang

Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaanapus tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus, atauPneumokokus.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :6 Leukosit : terjadi peningkatan

Hemoglobin : terjadi penurunan

Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obatH. KOMPLIKASIMeskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses peritonsil, abses parafaring dan otitis media akut. Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut & glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler (plebitis).Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :31. tonsilitis kronis

2. otitis media

I. PENATALAKSANAAN Tonsilitis viral: istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan bila gejala berat.1 Tonsilitis bakterial: antibiotika spektrum luas penisilin, eritromisin; antipiretik dan obat kumur yang mengandung desinfektan.1faring hiperemis

edema faring

pembesaran tonsil

tonsil hiperemia

mulut berbau

otalgia ( sakit di telinga )

malaise