askep kolitis ulserative
DESCRIPTION
zsTRANSCRIPT
Askep Kolitis ulserative
A. Konsep Medis
I. Pengertian Kolitis Ulserativa
Kolitis ulserativa merupakan penyakit radang non spesifik kolon yang umumnya
berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti-ganti. Sakit
abdomen, diare dan perdarahan rektum merupakan tanda dan gejala yang penting. Lesi
utamanya berupa reaksi peradangan daerah subepitel yang timbul pada basis kripttus
Lieberkuhn, yang akhirnya dapat menimbulkan pertukaran pada mukosa. Frekuensi
penyakit paling banyak antara usia 20 -40 tahun, dan menyerang ke dua jenis kelamin
sama banyak. Insiden kolitis ulserativa adalah sekitar 1 per 10.000 orang dewasa kulit
putih per tahun.
II. Etiologi
Kolitis ulserativa belum diketahui faktor genetik tampaknya berperan dalam
etiologi, karena terdapat hubungan familial.Juga terdapat bukti yang menduga bahwa
autoimunita berperan dalam patogenisis kolitis ulserativa. Antibodi antikolon telah
ditemukan dalam serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari
penderita kolitis ulserativa merusak sel epitel pada kolon.
Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya
kolitis ulseratif diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap faktor lingkungan dan
makanan, interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya
ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress
III. Patofisiologis
Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mokusa dan terdiri atas
pembentukan abses dalam kriptus. Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan
kongesti mukosa. Udema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi
perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan.
Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati dinding
kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa.
Mukosa kemudian terkelupas dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak
diliputi mukosa (tukak). Pertukaran mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada
stadium lebih lanjut permukaan mukosa yang hilang luas sekali mengakibatkan banyak
kehilangan jaringan, protein dan darah.
Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolon melindungi mukosa kolon
dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang
berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon
sehingga menyebabkan terjadi ulkus
Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (mukosa) kolon atau rektum yang
menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna
merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang
berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus
yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk
pula nanah (pus).
IV. Penunjang
Tidak ada pemeriksaan atau test khas. Pada rektosigmoidoskopi akan tampak
gambaran radang, dan pemeriksaan laboratorium di dapat adanya anemia, leukositosis,
dan peninggian laju endap darah. Pemeriksaan pencitraan kolon dapat terlihat kelainan
mukosa dan hilangnya haustra. Pemeriksaan radiologi dengan barium pada kolon
membantu menentukan luas perubahan pada kolon yang lebih proksimal, tetapi
sebaiknya tidak dilakukan pada saat terjadi serangan akut, karena dapat mempercepat
terjadinya megakolontoksik dan perforasi.
Kolonoskopi dan biopsi dapat seringkali membantu membedakan kolitis ulseratif
dan kolitis granulomatosa. Biopsi mukosa untuk tingkat berat ringannya kelainan,
menyingkirkan adanya lesi lain dan deteksi terhadap karsinoma, menilai hasil
pengobatan serta dalam rangka penelitian terhadap penyakit ini. Kolonoskopi dilakukan
dengan hati- hati karena dinding kolon sangat tipis.
V. Pengobatan
Tidak ada pengobatan spesifik untuk kolitis ulseratif, tujuan terapi adalah
mengatasi peradangan, mempertahankan status gizi pendeita, meringankan gejala dan
mencegah infeksi.
Misalnya: sulfonumide, diet rendah resiko tinggi protein, tingtura opium dan
paregonik, bila tindakan medis tidak berhasil, maka dilakukan kolektomi total dan
pembuatan iloetomi permanen.
VI. Komplikasi
Bersifat lokal atau sistematik
0 Fistula dan fisura abses rectal
0 Dilatasi toksik atau megakolon
0 Perforasi usus
0 karsinoma
B. Askep Pada Klien Dengan Kolitis Ulseratif
I. Pengkajian klien
a. Aktivitas/ istrahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah
Insomnia, tidak tidur semalaman karena diare
Merasa gelisah dan ansietas
Pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan efek proses penyskit.
b. Sirkulasi
Tanda :
Takikardia crospons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri
Kemarahan area akimonsis (kekurangan vitamin K)
TD: hipotensi, termasuk postural
Kulit/ membran mukosa, turgor buruk, kering, lidah pecah (dehidrasi/ malnutrisi)
c. Integritas ego
Gejala :
Ansietas, ketakutan, emosi, tak ada alasan/ tak berdaya
Faktor stress akut/kronis, misalnya hubungan dengan keluarga.
Tanda :
Menolak, perhatian menyempit, depresi
d. Eliminasi
Gejala :
Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai batu atau berair.
Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hingga timbul, sering tak dapat dikontrol
(sebanyak 20-30 kali defekasi/ hari)
Riwayat batu ginjal (dehidrasi)
Tanda :
Menurunnya bising usus, tak ada peristoltik atau adanya peristoltik yang dilihat.
Oliguria.
e. Makanan/ cairan
Gejala :
Anoreksia, mual/ muntah
Penurunan berat badan
Tidak toleren terhadap diet/ sensitif misalnya buah segar/ sayur
Tanda :
Penurunan lemak subkutan/ massa otot
Kelemahan tonus otot dan tugor kulit buruk
Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
f. Higiene
Tanda :
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri
Stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin
Bau badan
g. Nyeri/ kenyamanan
Gejala:
Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah (mungkin hilang dengan defekasi)
Titik nyeri berpindah, nyeri tekan (arthtritis)
Nyeri mata, fotofobia
Tanda :
Nyeri tekan abdomen/ distensi
h. Interaksi sosial
Gejala :
Masalah hubungan/ peran sehubungan dengan kondisi
Ketidakmampuan aktif dalam sosial.
II. Diagnosa Keperawatan
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau metebolisme usus, dan adanya toksin.
Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan pemasukan terbatas
(mual).
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ganguan absorbsi nutrien.
Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, dan ancaman terhadap perubahan
status kesehatan. Nyeri berhubungan dengan diare lama, dan iritasi kulit/jaringan.
III. Rencana Keperawatan
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi, atau metebolisme usus, dan adanya toksin.
Intervensi:
1. Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
Rasional: membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
2. Buang feses dengan cepat, berikan pengharum ruangan.
Rasional: menurunkan bau tak sedap untuk menghindari rasa malu pasien.
3. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetus diare, mis sayuran segar dan buah,
sereal, bumbu, minuman karbonat, produk susu.
Rasional: menghindari iritan meningkatkan istrahat usus.
4. Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, penurunan protein serum, ansietas,
dan kelesuan.
Rasional: tanda bahwa toksik megakolon atau perforasi dan peritonitis akan terjadi/
telah terjadi memerlukan intervensi medik segera.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan terbatas
(mual).
Intervensi:
1. Awasi masukan dan pengeluaran, karakter dan jumlah feses; perkiraan kehilangan
yang terlihat, misalanya berkeringat, ukur berat jenis urine, observasi oliguria.
Rasional: memberikan informasi tentang keseimbangan cairan, fungsi ginjal, kontrol
penyakit usus juga merupakan pedoman untuk penggantian cairan.
2. Observasi TTV(TD, nadi, suhu)
Rasional: hipotensi, takikardia, demam dapat menunjukkan respon terhadap dan atau
efek kehilangan cairan.
3. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan tugor kulit,
pengisian kapiler lambat
Rasional: menunjukan kehilangan cairan berlebihan/dehidrasi.
4. Ukur BB tiap hari
Rasional: indikator cairan dan status nutrisi
5. Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari untuk meliaht adanya darah samar.
Rasional: diet tak adekuat dan penurunan obsorpsi dapat menimbulkan defisiensi
vitamin K dan merusak koagulasi, potensial resiko perdarahan.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ganguan absorbsi nutrien.
Intervensi:
1. Timbang berat badan tiap hari.
Rasional: memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi.
2. Dorong tirang baring dan/atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.
Rasional: menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energi.
3. Anjurkan istrahat sebelum makan.
Rasional: menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
4. Berikan kebersihan oral.
Rasional: mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa makanan.
Ansietas berhubungan dengan faktor psikologis, dan ancaman terhadap perubahan
status kesehatan.
Intervensi:
1. Dorong menyatakan perasaan. Berikan umpan balik
Rasional: membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien/ orang terdekat dalam
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan stres
2. Akui bahwa ansietas dan masalah mirip dengan yang diekspresikan orang lain.
Tingkatkan perhatian mendengar pasien.
Rasional: validasi bahwa perasaan normal dapat membantu menurunkan stres/isolasi
dan menyakini bahwa “ saya satu-satunya.
3. Berikan lingkungan tenang dan istrahat.
Rasional: memindahkan pasien dari stres luar meningkatkan relaksasi, membantu
menurunkan ansietas.
Nyeri berhubungan dengan diare lama, dan iritasi kulit/jaringan.
Intervensi:
1. Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
Rasional: mencoba untuk mentoleransi nyeri, daripada meminta analgesik.
2. Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghindarkan nyeri.
Rasional: dapat menunjukkan dengan tepat pencetus atau faktor pemberat (seperti
kejadian stres, tidak toleran terhadap makanan) atau mengidentifikasi terjadinya
komplikasi
3. Berikan tindakan nyaman (mis.. pijatan punggung, ubah posisi) dan aktivitas senggang
Rasional: meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan meningkatkan
kemampuan koping.
IV. Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia
Faktor genetik saluran cerna
Reaksi inflamasi dilapisan dan dinding
usus Hipersensitifitas
Pembengkakan Kurang
Interaksi Imun Tubuh
Infeksi kuman Kolitis ulseratifMengeluarkan toksin
Permeabilitas Meningkat
Lesi pada mukosa
Usus
meningkat motilitas usus
Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Sekresi air
dan Kesempatan Pembentukan
abses
Elektrolit absorbsi<< Gangguan Eliminasi BAB
Abses pecah
Ganguan metabolisme Diare
Air dan
elektrolit Iritasi
pada mukosa
DiususNyeriIntoleransi Aktivitas
Isi rongga
Usus >>Volume Cairan Kurang Dari Kebutuhan
DAFTAR PUSTAKACarpenitu, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2, EGC, Jakarta, 1999.
Doengoes, dkk., Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta, 2000.Price Sylvia & Wilson, Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit, Edisi 4 Buku I, EGC,
Jakarta, 1995.Suyono Slamet, dkk., Ilmu Penyakit Dalam, Edisi III, FKUI, Jakarta, 2001.
http://rachman-soleman.blogspot.com/2009/11/kolitis-ulseratif-deskripsi-singkat.html
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN COLITIS ULCERATIVE
A. Definisi
Kolitis ulseratif adalah penyakit yang menyebabkan peradangan dan luka, yang disebut borok, di lapisan rektum dan usus besar. Borok terbentuk peradangan telah membunuh sel-sel yang biasanya garis usus besar, kemudian perdarahan dan menghasilkan nanah. Peradangan dalam usus besar juga menyebabkan usus sering kosong, menyebabkan diare.
Ketika peradangan terjadi di rektum dan bagian bawah usus besar ini disebut ulseratif proktitis. Jika seluruh kolon terkena disebut pancolitis. Jika hanya sisi kiri kolon terkena disebut terbatas atau kolitis distal.
Kolitis ulseratif adalah penyakit inflamasi usus (IBD), nama umum untuk penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan di usus halus dan usus besar. Ini bisa sulit untuk mendiagnosis karena gejala yang mirip dengan gangguan usus lainnya dan jenis lain IBD disebut penyakit Crohn. Penyakit Crohn berbeda karena menyebabkan peradangan lebih dalam dinding usus dan dapat terjadi di bagian lain dari sistem pencernaan termasuk usus kecil, mulut, kerongkongan, dan perut.
Kolitis ulseratif dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tapi biasanya dimulai antara usia 15 dan 30, dan kurang sering antara 50 dan 70 tahun. Ini mempengaruhi laki-laki dan perempuan sama-sama dan tampaknya berjalan dalam keluarga, dengan laporan sampai dengan 20 persen orang dengan kolitis ulserativa memiliki anggota keluarga atau kerabat dengan kolitis ulserativa atau penyakit Crohn. Insiden yang lebih tinggi dari kolitis ulseratif terlihat dalam Putih dan orang-orang keturunan Yahudi.
Ulcerative colitis (Colitis ulcerosa, UC) adalah suatu bentuk penyakit radang usus (IBD). Ulcerative colitis adalah suatu bentuk radang usus besar, suatu penyakit dari usus,khususnya usus besar atau usus besar, yang meliputi karakteristik bisul, atau luka terbuka, di dalam usus. Gejala utama penyakit aktif biasanya konstan diare bercampur darah, dari onset gradual. Kolitis ulseratif ,biasanya diyakini memiliki sistemik etiologi yang mengarah ke banyak gejala di luar usus. Karena nama, IBD sering bingung dengan sindrom iritasi usus besar ( “IBS”), yang merepotkan, tapi kurang serius, kondisi. Kolitis ulseratif memiliki kemiripan dengan penyakit Crohn, bentuk lain dari IBD. Kolitis ulseratif adalah penyakit hilang timbul, dengan gejala diperburuk periode, dan periode yang relatif gejala-bebas. Meskipun gejala kolitis ulserativa kadang-kadang dapat berkurang pada mereka sendiri, penyakit biasanya membutuhkan perawatan untuk masuk ke remisi.
Colitis ulseratif terjadi pada 35-100 orang untuk setiap 100.000 di Amerika Serikat, atau kurang dari 0,1% dari populasi. Penyakit ini cenderung lebih umum di daerah utara. Meskipun kolitis ulserativa tidak diketahui penyebabnya, diduga ada genetik kerentanan komponen. Penyakit ini dapat dipicu pada orang yang rentan oleh faktor-faktor lingkungan. Meskipun modifikasi diet dapat mengurangi ketidaknyamanan seseorang dengan penyakit, kolitis ulserativa tidak diduga disebabkan oleh faktor-faktor diet. Meskipun kolitis ulserativa diperlakukan seolah-olah itu merupakan penyakit autoimun,tidak ada konsensus bahwa itu adalah seperti itu. Pengobatannya dengan obat anti-
peradangan, kekebalan, dan terapi biologis penargetan komponen spesifik dari respon kekebalan. Colectomy (parsial atau total pengangkatan melalui pembedahan usus besar) yang kadang-kadang diperlukan, dan dianggap sebagai obat untuk penyakit.
B. Etiologi
Etiologi kolitis ulserativa tidak diketahui. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi, karena terdapat hubungan familial. Juga terdapat bukti yang menduga bahwa autoimunnita berperan dalam patogenisis kolitis ulserativa. Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari penderrita kolitis ulserativa merusak sel epitel pada kolon.Selain itu ada juga beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah : hipersensitifitas terhadap factor lingkungan dan makanan, interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress.
C. Patofisiologis
Suatu serangan bisa mendadak dan berat, menyebabkan diare hebat, demam tinggi, sakit perut dan peritonitis (radang selaput perut). Selama serangan, penderita tampak sangat sakit.Yang lebih sering terjadi adalah serangannya dimulai bertahap, dimana penderita memiliki keinginan untuk buang air besar yang sangat, kram ringan pada perut bawah dan tinja yang berdarah dan berlendir.
Jika penyakit ini terbatas pada rektum dan kolon sigmoid, tinja mungkin normal atau keras dan kering. Tetapi selama atau diantara waktu buang air besar, dari rektum keluar lendir yang mengandung banyak sel darah merah dan sel darah putih. Gejala umum berupa demam, bisa ringan atau malah tidak muncul.Jika penyakit menyebar ke usus besar, tinja lebih lunak dan penderita buang air besar sebanyak 10-20 kali/hari.Penderita sering mengalami kram perut yang berat, kejang pada rektum yang terasa nyeri, disertai keinginan untuk buang air besar yang sangat. Pada malam haripun gejala ini tidak berkurang.Tinja tampak encer dan mengandung nanah, darah dan lendir. Yang paling sering ditemukan adalah tinja yang hampir seluruhnya berisi darah dan nanah.Penderita bisa demam, nafsu makannya menurun dan berat badannya berkurang.Kolitis ulseratif adalah penyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum. Penyakit ini umumnya mengenai orang kaukasia, termasuk keturunan Yahudi. Puncak insidens adalah pada usia 30-50 tahun. Kolitis ulseratif adalah penyakit serius, disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortalitas yang tinggi. Akhirnya 10%-15% pasien mengalami karsinoma kolon.
Kolitis ulseratif mempengaruhi mukosa superfisisal kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epitelium kolonik. Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi satu secara bergiliran, satu lesi diikuti lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhirnya usus menyempit, memendek dan menebal akibat hipertrofi muskuler dan deposit lemak.
D. Faktor Pencetus Terjadinya Colitis Ulcerative
Sementara ini penyebab kolitis ulserativa masih belum diketahui, beberapa, mungkin saling berkaitan, menyebabkan telah diusulkan. Sebagian orang berpendapat bahwa penyakit terkecil dapat memicu penyakit.
1. Faktor-faktor genetik
Sebuah genetik komponen ke etiologi kolitis ulseratif dapat didasarkan pada hipotesis berikut:
a) Agregasi dari kolitis ulserativa dalam keluarga.
b) Identik kembar konkordansi sebesar 10% dan dizigotik tingkat konkordansi kembar 3%
c) incidence Etnis perbedaan dalam insiden
d) Penanda genetik dan keterkaitan
Ada 12 daerah dari genom yang dapat dikaitkan dengan ulseratif kolitis. Ini termasuk kromosom 16, 12, 6, 14, 5, 19, 1, 16, dan 3 dalam urutan penemuan mereka. Namun, tidak satupun dari lokus telah secara konsisten terbukti bersalah, menunjukkan bahwa kelainan muncul dari kombinasi beberapa genSebagai contoh, band kromosom 1p36 merupakan salah satu wilayah tersebut diduga berkaitan dengan penyakit radang usus. Beberapa daerah diduga menyandikan protein transporter seperti OCTN1 dan OCTN2. Melibatkan daerah potensial lainnya perancah sel protein seperti keluarga MAGUK. Bahkan ada HLAasosiasi yang mungkin di tempat kerja. Bahkan, kaitan pada kromosom Mei 6 menjadi yang paling meyakinkan dan konsisten dari calon genetik.
Beberapa penyakit autoimun telah direkam dengan genetik neurovisceral dan kulitporphyrias termasuk ulcerative colitis, penyakit Crohn, penyakit celiac, dermatitis herpetiformis, diabetes, sistemik dan diskoid lupus, rheumatoid arthritis, spondilitis spondilitis, skleroderma, penyakit Sjorgen dan scleritis. Dokter harus berada pada siaga tinggi untuk keluarga dengan porphyrias di autoimmune disorders dan perhatian harus diambil dengan porphyrinogenic potensi obat-obatan, termasuk sulfasalazine.
2. Faktor-faktor lingkungan
Banyak hipotesis telah dibesarkan contributants lingkungan ke patogenesis ulseratif kolitis. Mereka meliputi:
a) Diet: sebagai usus besar terkena banyak zat-zat makanan yang dapat mendorongperadangan, faktor-faktor diet yang telah dihipotesiskan untuk memainkan peran dalampatogenesis dari kedua ulcerative colitis dan penyakit Crohn. Ada beberapa studi untuk menyelidiki seperti asosiasi, tetapi satu studi menunjukkan tidak ada asosiasi olahan gulapada prevalensi kolitis ulserativa.
b) Diet: Sebuah beragi diet rendah serat makanan dapat mempengaruhi insiden kolitis ulserativa.
c) Menyusui: Ada laporan yang saling bertentangan perlindungan menyusui dalam perkembangan penyakit inflamasi usus. Satu Italia penelitian menunjukkan efek perlindungan yang potensial.
d) Beberapa studi ilmiah telah diumumkan bahwa Accutane adalah kemungkinan pemicu Crohn’s Disease dan ulseratif kolitis di beberapa individu. Tiga kasus di Amerika Serikat telah pergi ke
pengadilan sejauh ini, dengan ketiga menghasilkan jutaan dolar penilaian terhadap pembuat Isotretinoin. Ada tambahan 425 kasus yang tertunda.
E. Manifestasi Klinik
Kebanyakan gejala Colitis ulserativa pada awalnya adalah berupa buang air besar yang lebih sering. Gejala yang paling umum dari kolitis ulseratif adalah sakit perut dan diare berdarah. Pasien juga dapat mengalami:
Anemia
Fatigue/ Kelelahan
Berat badan menurun
Hilangnya nafsu makan
Hilangnya cairan tubuh dan nutrisi
Lesi kulit (eritoma nodosum)
Lesi mata (uveitis)
Nyeri sendi
Kegagalan pertumbuhan (khususnya pada anak-anak)
Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari)
Terdapat darah dan nanah dalam kotoran.
Perdarahan rektum (anus).
Rasa tidak enak di bagian perut.
Mendadak perut terasa mulas.
Kram perut.
Sakit pada persendian.
Rasa sakit yang hilang timbul pada rectum
Anoreksia
Dorongan untuk defekasi
Hipokalsemia
Sekitar setengah dari orang-orang didiagnosis dengan kolitis ulserativa memiliki gejala-gejala ringan. Lain sering menderita demam, diare, mual, dan kram perut yang parah. Kolitis ulserativa juga dapat menyebabkan masalah seperti radang sendi, radang mata, penyakit hati, dan osteoporosis. Tidak diketahui mengapa masalah ini terjadi di luar usus. Para ilmuwan berpikir komplikasi ini mungkin
akibat dari peradangan yang dipicu oleh sistem kekebalan tubuh. Beberapa masalah ini hilang ketika kolitis diperlakukan.
Presentasi klinis dari kolitis ulserativa tergantung pada sejauh mana proses penyakit. Pasien biasanya hadir dengan diare bercampur darah dan lendir, dari onset gradual. Penyakit ini biasanya disertai dengan berbagai derajat nyeri perut, dari ketidaknyamanan ringan untuk sangat menyakitkan kram.
Kolitis ulseratif berhubungan dengan proses peradangan umum yang mempengaruhi banyak bagian tubuh. Kadang-kadang terkait ekstra-gejala usus adalah tanda-tanda awal penyakit, seperti sakit, rematik lutut pada seorang remaja. Kehadiran penyakit ini tidak dapat dikonfirmasi, namun, sampai awal manifestasi usus.
A. Asuhan Keperawatan
1. Anamnesa
a) Identitas Pasien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.
b) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, alamat, dll.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
DO : Fatigue (+), anoreksia(+), weakness (+)
DS : Klien mengatakan sudah diare selama 2 minggu, 5 hari terakhir terdapat darah dan lendir pada feses, perut terasa nyeri di kuadran kiri bawah.
d) Riwayat Penyakit Dahulu;
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit seperti ini setengah tahun yang lalu.
e) Riwayat Penyakit Keluarga
f) Aktifitas Sehari-hari
2. Pengkajian
a) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
b) Pemeriksaan Laboratorium / Data Penunjang
Sebuah hitung darah lengkap dilakukan untuk memeriksa anemia; Trombositosis,tinggi platelet count, kadang-kadang terlihat
Elektrolit studi dan tes fungsi ginjal dilakukan, sebagai kronis diare dapat berhubungan dengan hipokalemia, hypomagnesemia dan pra-gagal ginjal.
Tes fungsi hati dilakukan untuk layar untuk keterlibatan saluran empedu:kolangitis sclerosing utama.
X-ray
Urine
Bangku budaya, untuk menyingkirkan parasit dan menyebabkan infeksi.
Tingkat sedimentasi eritrosit dapat diukur, dengan tingkat sedimentasi yang tinggi menunjukkan bahwa proses peradangan hadir.
C-reactive protein dapat diukur, dengan tingkat yang lebih tinggi menjadi indikasi lain peradangan.
Sumsum tulang : Menurun secara umum pada tipe berat/setelah proses inflamasi panjang.
Alkaline fostase : Meningkat, juga dengan kolesterol serumdan hipoproteinemia, menunjukkan gangguan fungsi hati (kolangitis, sirosis)
Kadar albumin : Penurunan karena kehilangan protein plasma/gangguan fungsi hati.
Elektrolit : Penurunan kalium dan magnesium umum pada penyakit berat.
Trobositosis : Dapat terjadi karena proses penyakit inflamasi.
ESR : meningkatkarena beratnya penyakit.
Kadar besi serum : rendah karena kehilangan darah.
Endoskopi
Biopsi sampel (H & E noda) yang menunjukkan ditandai limfositik infiltrasi (biru /ungu) darimukosa usus dan arsitektur distorsi dari kriptus.
Tes terbaik untuk diagnosis kolitis ulserativa tetap endoskopi. Penuh kolonoskopi ke sekum dan masuk ke terminal ileum yang dicoba hanya jika diagnosis UC tidak jelas. Jika tidak, sigmoidoskopi yang fleksibel sudah cukup untuk mendukung diagnosis. Dokter dapat memilih untuk membatasi sejauh mana ujian jika kolitis parah dijumpai untuk meminimalkan risiko perforasi dari usus besar. Endoskopi temuan di kolitis ulserativa meliputi:
Hilangnya penampilan vaskular kolon
Eritema (atau kemerahan dari mukosa) dan kerapuhan dari mukosa
Ulserasi yang dangkal, yang mungkin anak sungai, dan
Pseudopolyps.
Sebuah kolonoskopi atau sigmoidoskopi adalah metode yang paling akurat untuk membuat diagnosis kolitis ulseratif dan penguasa-out kondisi lain yang mungkin, seperti penyakit Crohn, penyakit divertikular, atau kanker. Untuk kedua tes, dokter memasukkan sebuah endoskopi-panjang, fleksibel, tabung bercahaya terhubung ke komputer dan monitor TV-ke dalam anus untuk melihat bagian dalam kolon dan rektum. Dokter akan dapat melihat peradangan, perdarahan, atau borok pada dinding usus besar. Selama ujian, dokter akan melakukan biopsi, yang melibatkan mengambil sampel jaringan dari lapisan usus besar untuk melihat dengan sebuah mikroskop.
Tes darah dapat dilakukan untuk memeriksa anemia, yang dapat menunjukkan perdarahan di kolon atau rektum, atau mereka dapat mengungkap tinggi jumlah sel darah putih, yang merupakan tanda-tanda peradangan di suatu tempat di dalam tubuh.
Sebuah sampel tinja juga dapat menunjukkan sel-sel darah putih, yang kehadirannya menunjukkan kolitis ulserativa atau penyakit radang. Di samping itu, sampel tinja memungkinkan dokter untuk mendeteksi perdarahan atau infeksi di usus atau dubur yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau parasit.
Kadang-kadang x sinar seperti barium enema atau CT scan juga digunakan untuk mendiagnosis kolitis ulserativa atau komplikasinya.
3. Diagnosa Keperawatan
a) Diare berhubungan dengan proses inflamasi, iritasi atau malabsopsi .
b) Nyeri abdomen di quadran kiri bawah berhubungan dengan iritasi pada colon.
c) Feses berlendir dan bercampur darah berhubungan dengan terjadinya infeksi dan iritasi pada kolon
d) Kurangnya nafsu makan berhubungan dengan rasa mual.
e) Nyeri abdomen, berhubungan dengan peningkatan peristatik dan inflamasi.
f) Kurang volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan anoreksia, mual, dan diare.
g) Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pembatasan diet dan mual.
4. Implementasi
Tujuan utama mencakup mendapatkan eliminasi usus normal, hilangnya nyeri abdomen, dan keram, mencegah kekurangan volume cairan, mempertahankan nutrisi dan berat badan optimal, menghindari keletihan, penurunan anxietas, mencegah kerusakan kulit, mendapatkan pengetahuan dan pembahasan tentang proses penyakit dan program terapeutik dan tidak adanya komplikasi.
5. Intervensi
Mandiri Rasional
Observasi dan catat frekuensi defekasi, Agar mengurangi bau tak sedap untuk
karakteristik, jumlah dan factor pencetus
Buang feses dengan tepat, berikan pengharum ruangan.
Tingkatkan tirah baring, berikan alat alat di samping tempat tidur.
Ø Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode
menghindari malu pasien
Istirahat menurunkan mobilitas khusus, juga menurunkan laju metabolisme
F. Evaluasi
Pada diagnosis kolitis ulserative kronis, pemeriksaan feses yang cermat dilakukan untuk membedakannya dengan disentri yang di sebabkan oleh organisme usus umum, khususnya entamoeba histolityca. Feses positif terhadap darah. Tes laboratorium akan menunjukkan hematokrik dan hemoglobin yang rendah, peningkatan hitung darah lengkap, albumin rendah, dan ketidakseimbangna elektrorit.
Sigmoidoskopi dan enemabarium dapat membedakan kondisi ini dari penyakit kolon yang lain dengan gejala yang serupa. Enema barium akan menunjukkan iregularitas mukosal, pemendekkan kolon, dan dilatasi lengkung usus.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta:EGC
Marliynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta. EGC.
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&sl=en&u=http://www.medicinenet.com/ulcerative_colitis/page7.htm&prev=/search%3Fq%3Dcolitis%2Bulcerative%26hl%3Did%26sa%3DG%26as_qdr%3Dall&rurl=translate.google.co.id&usg=ALkJrhjR9AnVmtb5K76UFI9mBHkaiTQZ7A
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://en.wikipedia.org/wiki/Ulcerative_colitis&ei=QeXzSt2mGKfU6gP6zqUO&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=1&ved=0CA4Q7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dcolitis%2Bulcerative%26hl%3Did%26sa%3DG%26as_qdr%3Dall
www.semangateli.blogspot.com/2008_03_01www.medicastore.com/nutracare/isi-enzym.phpwww.medic-fighting.blogspot.com/2008/02www.indonesiaindonesia.com/f/10717-kolitis-ulserativa/
About these ads
askep kolitis ulseratif
ANATOMI FISIOLOGI
USUS BESAR (KOLON)
Merupakan usus yang memiliki diameter yang lebih besar dari usus halus.Memiliki panjang 1,5 M dan berbentuk huruf “ U “ terbalik.
Fungsi nya adalah :
- Menyerap air selama proses pencernaan
- Tempat di hasilkannya vitamin K dan H sebaga hasil simbiosis dengan
bakteri usus.
- Membentuk masa feses.
- Mendorong sisa makanan hasil pencernaan keluar dari tubuh.
A. TINJAUAN MEDIS
1. DEFINISI
Kolitis Ulseratif adalah peyakit ulseratif dan inflamasi berulang dari lapisan mukosa kolon dan rectum.(Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2.2001.1106)
Kolitis Ulseratif merupakan penyakit peradangan pada kolon non spesifik yang umumny berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang berganti- ganti. (Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Vol 1.2005.461)
Kolitis Ulseratif adalah penyakit serius disertai dengan komplikasi sistemik dan angka mortilitas yang tinggi. Akhirnya 10% sampai 15% pasien mengalami karsinoma kolon. (Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2. 2001.1106)
Kolitis Ulseratif adalah inflamasi usus yang kronis dan hanya mengenai mukosa dan submukosa kolon. (Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. 2009.321)
Kolitis Ulseratif adalah merupakan penyakit primer yang didapatkan pada kolon, yang merupakan perluasaan dari rektum. (Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. 1990. 137)
Kolitis Ulseratif mempengaruhi mukosa superficial kolon dan dikarakteristikkan dengan adanya ulserasi multiple, inflamasi menyebar, dan deskuamasi atau pengelupasan epithelium kolonik. Awitan puncak penyakit ini adalah antara usia 15 sampai 40 tahun, dan menyerang kedua jenis kelamin sama banyak.
Perdarahan terjadi sebagai akibat dari ulserasi. Lesi berlanjut, yang terjadi secara bergiliran, satu lesi diikuti oleh lesi yang lainnya. Proses penyakit mulai pada rectum dan akhirnya dapat mengenai seluruh kolon. Akhinya usus menyempit, memendek, dan menebal akibat hiperatrofi muskuler dan deposit lemak.
2. ETIOLOGI
Beberapa faktor penyebab terjadinya Kolitis Ulseratif yaitu :
a. Faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi karena terdapat hubungan familial yang jelas antara colitis ulseratif, enteritis regional dan spondilitis ankilosa.
b. Lingkungan seperti pestisida, adiktif makanan, tembakau, dan radiasi.
c. Imunologi. Penelitian menunjukkan abnormalitas dalam imunitas seluler dan humoral pada orang dengan gangguan ini.
d. Mikobakterium.
e. Alergi.
f. Diet.
3. PATOFISIOLOGI
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik yang dapat dilakukan adalah :
Pemeriksaan Hasil Normal
Sinar – X Lesi menyebar pada kolon.
Pemendekan kolon.
Tidak terdapat lesi pada kolon.
Panjang kolon 1,5 M.
Endoskopi Mukosa yang rapuh.
Mukosa terinflamasi dengan eksudat dan ulserasi.
Mukosa
Tidak terdapat eksudat dan ulserasi.
Sigmoidoskopi Mukosa yang rapuh.
Mukosa terinflamasi dengan eksudat dan ulserasi.
Mukosa berlapisan dengan lendir untuk melapisi lambung.
Mukosa tidak terinflamasi dan tidak adanya cairan eksudat hanya cairan lender untuk melindungi lambung dari asam lambung.
Koloniskopi Mukosa rapuh dengan pseudopolip atau ulkus pada kolon kiri.
Mukosa berlapisan dengan lendir untuk melapisi lambung.
Tes laboratorium Hemoglobin rendah. Lk : 13.5-18 g/dl.
Albumin rendah.
Pr : 11.5-16 g/dl
3.5 - 5 g/dL.
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama dari colitis ulseratif adalah :
a. Diare (10 sampai 20 kali/ hari)
b. Nyeri abdomen.
c. Tenesmus Intermitten.
d. Perdarahan rectal.
e. Anoreksia.
f. Demam.
g. Nausea.
h. Muntah.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi pada Kolitis Ulseratif adalah :
a. Penyempitan lumen usus.
b. Pioderma gangrenosa.
c. Episkleritis.
d. Uveitis.
e. Arthritis.
f. Spondilitis ankilosa.
g. Gangguan fungsi hati.
h. Karsinoma kolon.
i. Retinitis.
j. Hemoragi.
k. Perforasi.
l. Neoplasma malignan.
m. Nefrolitiasis.
n. Eritema nodosum.
o. Batu ginjal.
p. Batu empedu.
7. PROGNOSA
Pada keadaan yang berat dimana didapatkan kelainan yang cukup luas, kemungkinan terjadinya komplikasi serta berkembangnya penyakit ini menjadi karsinoma cukup besar, sehingga pada keadaan ini prognosis tidak baik. Hal ini di sebabkan karena kolitis tidak dapat diobati sampai tuntas dan setiap saat mungkin terjadi kekambuhan, yang dapat dihubungkan dengan waktu. Faktor waktu itu juga sangat menentukan keberhasila pengobatan, yang dengan sendirinya tentu akan mempengaruhi prognosis penyakit ini.
Kemungkinan dapat disembuhkan dengan tindakan kolektomi.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan medis untuk colitis ulseratif ditujukan untuk mengurangi inflamasi, menekan respon imun, dan mengistirahatkan usus yang sakit, sehingga penyembuhan dapat terjadi.
1. Penatalaksanaan secara umum
a. Pendidikan terhadap keluarga dan penderita.
b. Menghindari makanan yang mengeksaserbasi diare.
c. Menghindari makanan dingin, dan merokok karena keduanya dapat meningkatkan motilitas usus.
d. Hindari susu karena dapat menyebabkan diare pada individu yang intoleransi lactose.
2. Terapi Obat.
Obat- obatan sedatife dan antidiare/ antiperistaltik digunakan untuk mengurangi peristaltic sampai minimum untuk mengistirahatkan usus yang terinflamasi.
a. Menangani Inflamasi : Sulfsalazin (Azulfidine) atau
Sulfisoxazal (Gantrisin).
b. Antibiotic : Digunakan untuk infeksi.
c. Azulfidin : Membantu dalam mencegah
kekambuhan.
d. Mengurangi Peradangan : Kortikosteroid (Bila kortikosteroid
dikurangi/ dihentikan, gejala penyakit dapat berulang. Bila kortikosteroid dilanjutkan gejala sisa merugikan seperti hipertensi, retensi cairan, katarak, hirsutisme (pertumbuhan rambut yang abnormal).
3. Psikoterapi : Ditujukan untuk menentukan faktor
yang menyebabkan stres pada pasien, kemampuan menghadapi faktor- faktor ini, dan upaya untuk mengatasi konflik ehingga mereka tidak berkabung karena kondisi mereka.
9. DAFTAR PUSTAKA
Price, A., & Wilson,L.M. (2005). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6, Vol 1,hal 461- 464. Jakarta : EGC.
Suddarth, B., Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8, Vol 2, hal 1106- 1120. Jakarta : EGC.
Doengoes, (2001). Perencanaan Asuhan Keperawatan
http:// keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/08/kolitis- ulse r atif
-ulseratif.html
Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005- 2006
Waspadji, S., dkk. (1990). Ilmu penyakit Dalam Jilid II. Jakarta:
FKUI.
Kasus
Ny. Y berusia 35 tahun, mengeluh kram berat, BAB cair lebih dari 10 kali/ hari, demam, nyeri pada abdomen, anoreksia 3 minggu. Klien mengatakan mengalami demam hampir 1 minggu. Setelah ditanya lebih lanjut feses berwarna gelap dan encer sebagian terbungkus darah. Ny. Y mempunyai kebiasaan merokok 5 tahun dan baru berhenti. Ny. Y mengatakan mudah lelah, penurunan BB, malaise dan pusing. Klien mengatakan kurang beristirahat dan tidak menghadiri arisan karena diare dan rasa nyeri. Setelah dilakukan TTV di dapat T : 38 ° C, N: 50x/ menit, R : 30x/ menit, TD: 90/60 mmHg.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian diambil dari :
Pasien : Tgl Pengkajian : 10 Oktober 2010
Nama Lengkap : Ny. Y
Tgl lahir/ Umur : 8 Agustus 1976/
35 tahun
Ruang/ TT : Mawar
Diagnosa Medik : Belum ada
Alamat : Jl. Ayani 2 Gg Buntu
No Hp : 085750170907
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : RT
Status pernikahan : Kawin.
1. INFORMASI MEDIK
1. Keluhan utama : Nyeri abdomen, BAB cair
lebih dari 10x/ hari, pusing.
2. Keluhan yang menyertai : Anoreksia 12 Minggu,
Penurunan BB.
3. Riwayat penyakit sekarang : Tidak ada
4. Waktu dan tempat pengobatan terakhir : 2 hari yang lalu membeli
obat di warung.
5. Obat terakhir yang didapat : Entrostop, paramex.
6. Pemeriksaan penunjang medis : Belum Ada.
7. Alat Bantu : Kontak lensa/ Kacamata.
8. Keluarga Berencana : [ Ya] :[ Suntik ]
9. Kebiasaan : Kopi : 2 gelas/ hari.
Merokok 1 Batang/ hari.
10. Alergi : Ada, Makanan : Udang.
Reaksi alergi : Gatal- gatal
11. Riwayat penyakit keluarga : Hipertensi.
2. KEADAAN UMUM
1. Keadaan sakit : Tampak sakit sedang
Data objektif dari hasil pengamatan/ inspeksi :
Muka pucat.
Klien tampak lemah.
Klien merintih kesakitan.
TTV : T : 38 °C, N: 50x/ menit, R: 30x/ menit, TD: 90/60 mmHg.
2. Tingkat kesadaran kualitatif : Compos Mentis.
3. Tingkat kesadaran kuantitatif :
Respon Motorik : 5
Respon verbal : 5
Respon membuka Mata : 3
Jumlah skor : 13
, Kesimpulan : Baik
4. Tanda Vital
T : 38 ° C, N : 50x/ Menit, TD : 90/60 mmHg, R : 30x/ menit.
[ Axila ] [ Lemah ] [ Lengan Kanan ]
[ Duduk ]
3. JANTUNG DAN PERNAPASAN
1. Bentuk thorax dan vertebrata : Normal
2. Pergerakan Dada : Simetris
3. Ictus Cordis :
4. Sirkulasi : [ Pusing ]. [ Kram ]
4. STATUS NUTRISI
1. BB : 40 Kg TB : 158 cm.
2. Rambut : [ Mudah rontok, bercabang, mudah patah, kusam].
3. Rongga Mulut : [ Stomatitis, Bersih ].
4. Lidah : [ Bersih ]
5. Gerakan mulut dan tenggorokan : [ Simetris ]
6. Kesulitan Menelan : [ Tidak Ada ]
7. Kulit : Turgor : [ Bersisik ]
8. Nafsu Makan : [ Mual, Muntah, Menurun ]
9. Kebiasaan Makan / Jenis Makan : 3x Sehari/ Gorengan, bakso.
10. Pantangan : [ Tidak Ada ]
11. Kebiasaan Minum : [ air putih : 4 gelas/ hari]
[ kopi : 2 gelas/ hari ].
5. ELIMINASI
1. Abdomen : [ Datar ]
[Nyeri tekan, lokasi : bagian kiri bawah]
2. Kebiasaan Defekasi : 10 x/ Sehari.
3. Masalah usus besar : [ Diare, Feses Berdarah ].
4. Masalah kandung kemih :
6. AKTIVITAS DAN LATIHAN
1. Posisi saat berdiri : [ Tegak ]
2. Posisi saat berbaring : [ Datar ]
3. Kebiasaan : Mandi : 2x/ hari.
Berpakaian : 3x/ hari
4. Olahraga yang disukai : Berenang, jogging.
5. Frekuensi olahraga : [ Sesak Napas, pusing
Setalah beraktivitas ].
7. TIDUR DAN ISTIRAHAT
1. Kebiasaan Tidur : Malam, 3 jam
Siang, 1 jam.
2. Masalah : Insomnia
8. SENSORI – KOGNITIF
1. Pupil Kanan : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 mm
Kiri : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 mm
2. Reflek Cahaya Kanan : Positif.
Kiri : Positif.
3. Lensa : [ Jernih ]
4. Pendengaran telinga kanan/ kiri : [ Tak ada kelainan ]
5. Bahasa sehari- hari : [ Indonesia]
6. Berbicara : [ Normal ]
7. Status Emosi : [ Gelisah, Depresi, Takut,
Khawatir].
9. KEYAKINAN – NILAI
1. Agama : Islam
2. Permintaan kunjungan rohaniawan saai ini : [ Ada ]
3. Harapan pasien/ keluarga : Secepatnya sembuh,
10. PENJELASAN KEPADA PASIEN DAN KELUARGA
Tentang :
1. Jam tamu pukul/ jumlah.
2. Konsultasi dokter.
3. Tv.
4. Jam makan.
5. Wc/ kamar mandi.
6. Pengaturan tempat tidur.
7. Perlengkapan yang perlu dibawa.
Tanda Tangan
Istafiyana Rahayu
B. Analisa Data
Hari/ tanggal
Symptom Etiologi Proplem
Selasa, 1 Maret 2011.
08.00 sampai 08.30
Ds: - Klien mengatakan rasa nyeri pada perut.
Klien mengatakan kram.
Do:- Klien tampak gelisah.
Klien tampak menahan rasa sakit.
Klien tampak lemah.
Inflamasi jaringan
Nyeri
Selasa, 1 Maret 2011.
08.45 sampai 09.15
Ds: - klien mengatakan BAB cair lebih dari 10x sehari.
Klien mengatakan feses
berwarna gelap dan
terbungkus darah.
Adanya rasa nyeri.
Do: - Penurunan berat badan.
Feses berwarna gelap.
Muka pucat.
Bibir kering.
Klien tampak lemah.
Inflamasi Usus/ Malabsorpsi usus
Diare
Selasa, 1 maret 2011.
09.30 sampai 09.50
Ds: - Klien mengatakan tidak nafsu makan.
Klien mengatakan berat badan menurun.
Klien mengatakan merasa
Gangguan absorpsi nutrisi.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
lemah, mual.
Do: - Penurunan BB.
Klien tampak lemah, pucat.
Bibir kering.
Rambut kusam.
Rabu, 2 Maret 2011.
10.00 sampai 10.20
Ds: - klien mengatakan mengalami demam selama 1 minggu.
Klien mengatakan mengalai pusing.
Do: T : 38 °C, N: 50.x/M, R :
30x/ M, TD: 90/60
mmHg.
Klien tampak menggigil
Proses infeksi Hipertermi
Rabu, 2 Maret 2011.
10.20 sampai 10.50
Ds: - klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit dan pengobatannya.
Do: - Klien banyak bertanya mengenai penyakit yang dialaminya.
Klien tidak memgikuti intutruksi dengan benar.
Terjadi komplikasi.
Kurangnya informasi tentang penyakit.
Kurang pengetahuan
C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b/d inflamasi jaringan.
2. Diare b/d inflamasi atau malabsorpsi usus.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Gangguan absorpsi nutrisi.
4. Hipertermi b/d proses infeksi.
5. Kurang pengetahuan b/d Kurangnya informasi tentang penyakit.
Prioritas Masalah
1. Diare b/d inflamasi atau malabsorpsi usus.
2. Nyeri b/d inflamasi jaringan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Gangguan absorpsi nutrisi.
4. Hipertermi b/d proses infeksi.
5. Kurang pengetahuan b/d Kurangnya informasi tentang penyakit.
D. Intervensi Keperawatan.
Hari/ Tanggal : 1 Maret 2011 Paraf
Diagnosa : Diare b/d inflamasi atau malabsorpsi usus di tandai dengan :
Ds :- Klien mengatakan BAB cair lebih dari 10x sehari.
Klien mengatakan feses berwarna gelap dan terbungkus darah.
Klien mengatakan adanya rasa nyeri.
Do :- Penurunan berat badan.
Feses berwarna gelap.
Muka pucat.
Bibir kering.
Klien tampak lemah.
Tafi
Tujuan & Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam frekuensi BAB menurun dengan KH :
BAB cair berhenti atau berkurang.
Tafi
Klien melaporkan penurunan frekuensi defekasi berkurang.
Bibir terlihat lembab.
Intervensi Rasional Paraf
Observasi dan catat frekuensi defekasi, karakteristik, jumlah dan faktor pencetus.
Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, mis, buah,bumbu, minuman karbonat, pruduk susu.
Tingkatkan tirah baring, berikan alat- alat di samping tempat tidur.
Mulai pemasukan cairan per oral secara bertahap. Hindari minuman dingin.
Membantu membedakan penyakit individu dan mengkaji beratnya episode.
Meningkatkan iritasi meningkatkan istirahat usus.
Istirahat menurunkan mortilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau pendarahan sebagai komplikasi, defekasi tiba- tiba dapat terjadi tanpa tanda dan dapat tidak terkontrol.
Memberikan istirahat kolon dengan menghilangkan/ menurunkan rangsangan makan/ cairan. Makan secara bertahap mencegah kram dan diare berulang, cairan dingin dapat meningkatkan motilitas usus.
Tafi
Hari/ Tanggal : 1 Maret 2011 Paraf
Diagnosa : Nyeri b/d inflamasi jaringan di tandai dengan Tafi
Ds :- Klien mengatakan rasa nyeri pada perut.
Klien mengatakan kram.
Do :- Klien tampak gelisah.
Klien tampak menahan rasa sakit.
Klien tampak lemah.
Tujuan & Kriteria Hasil : setelah dilakukan tindakan 1x 30 menit nyeri abdomen berkurang atau hilang dengan KH :
Klien mengatakan nyeri berkurang/ hilang.
Kram hilang.
Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri.
Klien dapat menerapkan metode non farmakologi untuk mengontrol nyeri.
Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi.
Skala nyeri 2- 5.
Tafi
Intervensi Rasional Paraf
Kaji laporan kram abdomen/ nyeri, catat lokasi, lamanya intesitas (skala 0-10).
Kaji faktor yang meningkatkan atau mrnghilangkan nyeri.
Berikan posisi yang nyaman.
Ciptakan lingkungan yang
Nyeri sebelum defekasi sering terjadi dengan tiba- tiba, dapat berat dan terus menerus. Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan komplikasi mis, perforasi, toksik megakolik.
Menunjukkan pencetus/ faktor pemberat atau mengidentifikasikan terjadinya komplikasi.
Menurunkan tegangan abdomen.
Dengan lingkungan yang nyaman klien dapat merasa rileks dan dapat beristirahat dengan tenang.
Tafi
nyaman.
Jelaskan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi dalam modifikasi diet, memberikan makanan dan cairan padat sesuai toleransi.
Berikan analgesik.
Antikolinergik.
Anodin supositoria.
Teknik farmakologi dapat menurunkan ketengangan otot, meningkatkan relaksasi, rasa control diri dan kemampuan koping.
Istirahat usus penuh dapat menurunkan nyeri dan kram.
Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan.
Menghilangkan spasme saluran GI dan berlanjutnya nyeri klonik.
Merilekskan otot rectal, menurunkan nyeri spasme.
Hari/ Tanggal : 1 Maret 2011 Paraf
Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Gangguan absorpsi nutrisi di tandai dengan :
Ds :- Klien mengatakan tidak nafsu makan.
Klien mengatakan berat badan menurun.
Klien mengatakan merasa lemah, mual.
Do:- Penurunan BB.
Tafi
Klien tampak lemah, pucat.
Bibir kering.
Rambut kusam.
Tujuan & Kriteria Hasil : Setelah dilakukan keperawatan 2 x 24 jam nutrisi klien terpenuhi dengan KH :
Menunjukkan peningkatan BB.
Bibir lembab.
Tafi
Intervensi Rasional Paraf
Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini dan kesulitan menelan.
Dorong, tirah baring atau pembatasan aktivitas selama fase sakit akut.
Anjurkan istirahat sebelum makan.
Berikan kebersihan oral.
Hindari makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen, flatus mis, produk susu.
Kolaborasi : Pertahankan puasa sesuai indikasi.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh :
Makanan yang dimakan klien mempengaruhi status nutrisi klien. Dengan adanya kesulitan menelan asupan nutrisi menjadi berkurang sehingga terjadi penurunan berat badan dan kelemahan.
Menurunkan kebutuhan metabolik untuk mencegah penurunan kalori dan simpanan energi.
Menenangkan peristaltik dan meningkatkan energi untuk makan.
Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa nyaman.
Mencegah serangan akut/ eksaserbasi gejala.
Istirahat usus menurunkan peristaltic dan diare dimana menyebabkan malabsorpsi/ kehilangan nutrient.
Antikolinergik diberikan 15- 30 menit
Tafi
Donnatal, natrium dengan belladonna (Butibel), propantelen bromide (Probanthine).
Besi (Imeron yang disuntikkan).
Berikan nutrisi parentral total, terapi IV sesuai indikasi.
sebelum makan memberikan penghilang kram dan diare, menurunkan motiltas gaster dan meningkatkan waktu untuk absorpsi nutrient.
Mencegah/ mengobati anemia.
Program ini mengistirahatkan saluran GI sementara memberikan nutrisi penting.
Hari/ Tanggal : 2 Maret 2011 Paraf
Diagnosa : Hipertermi b/d proses infeksi di tandai dengan :
Ds :- klien mengatakan mengalami demam selama 1 minggu.
Klien mengatakan mengalai pusing.
Do: T : 38 °C, N: 50.x/M, R :30x/ M, TD: 90/60 mmHg.
Klien tampak menggigil
Tafi
Tujuan & Kriteria Hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 60 menit, suhu tubuh kembali normal dengan KH :
Suhu 36- 37 ° C.
Klien tidak menggigil.
Klien mengatakan dapat beristirahat dengan tenang.
Tafi
Intervensi Rasional Paraf
Observasi TTV setiap 2 jam.
Berikan minuman yang banyak.
Berikan kompres hangat.
Mengetahui perubahan TTV. Aapakah suhu kembali normal.
Klein hipertermi banyak kehilangan cairan.
Kompres dapat menurunkan suhu.
Klien dengan hipertermi akan
Tafi
Kolaborasi pemberian antipiretik.
mengalami kesulitan untuk istirahat.
Hari/ Tanggal : 2 Maret 2011 Paraf
Diagnosa : Kurang pengetahuan b/d Kurangnya informasi tentang penyakit di tandai dengan :
Ds :- Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit dan
pengobatannya.
Do:- Klien banyak bertanya mengenai penyakit yang dialaminya.
Klien tidak memgikuti intutruksi dengan benar.
Terjadi komplikasi.
Tafi
Tujuan & Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 menit, jam klien mendapatkan informasi tentang proses penyakit dan pengobatan dengan KH :
Pernyataan tentang informasi.
Klien mengikuti proses keperawatan.
Melakukan perubahan pola hidup.
Tafi
Intervensi Rasional Paraf
Tentukan persepsi klien tentang proses penyakit.
Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis, dan kemungkinan efek samping.
Ingatkan klien untuk mengobservasi efek samping bila steroid diberikan dalam jangka panjang, mis, ulkus, edema muka, kelemahan otot.
Tekankan pentingnya perawatan kulit, mis, teknik cuci tangan dengan baik dan
Membuat pengetahuan dasar dan memberikan kesadaran kebutuhan belajar individu.
Meningkatkan pemahaman dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program.
Steroid dapat digunakan untuk mengontrol inflamasi dan mempengaruhi remisi penyakit: namun obat dapat menurunkan ketahanan terhadap infeksi dan menyebabkan
Tafi
perawatan perineal yang baik.
Anjurkan berhenti merokok.
Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang dan evaluasi ulang periodik.
Rujuk ke sumber komunitas yang tepat, mis perawat kesehatan masyarakat, ahli diet, kelompok pendukung, dan pengamat social.
retensi cairan.
Menurunkan penyebaran bakteri dan resiko iritasi/ kerusakan kulit.
Dapat meningkatkan motilitas usus.
Pasien dengan inflamsi penyakit usus berisiko untuk kanker kolon/ rectal dan evaluasi diagnostik teratur dapat diperlukan.
Pasien dapat keuntungan dari pelayanan ini dalam koping dengan penyakit kronis dan evaluasi pengobatan.
E. Implementasi
No. DX
Hari/ Tanggal
Waktu Implementasi Paraf
1. 2 Maret 2011.
09.00
09.15
09.30
11.00
Mengobservasi karakteristik defekasi dengan menanyakan kepada klien tentang warna, banyaknya,apakah ada darah.
Menanyakan kepada klien makanan apa saja yang mencetus terjadi diare.
Meletakkan klien dengan posisi tirah baring yang sesuai.
Masukan cairan oral secara bertahap dengan melibatkan keluarga dan menghindari minuman yang dingin.
Tafi
2. 3 Maret 2011
09.00
09.10
09.20
09.30
09.30
Mengkaji nyeri yang dialami klien san respon nyeri dengan menggunakan GCS.
Mengkaji factor pemicu nyeri dengan menanyakan kepada klien factor apa saja yang dapat meningkatkan nyeri.
letakkan posisi yang nyaman untuk klien beristirahat.
Menciptakan lingkungan yang nyaman dengan cara :
Menghindari suasana yang ribut.
Membatasi jumlah pengunjung.
Menjelaskan teknik relaksasi yaitu : masase, napas dalam, music ll.
Mengkolaborasi dengan ahli diet makanan yang lunak.
Tafi
10.00
11.00
Memberikan analgesik, antikolinergik, dan anodin supositoria.
3. 4 Maret 2011
09.00
09.15
09.20
09.25
09.40
10.30
11.00
11.15
Mengkaji kebiasaan diet dan adanya kesulitan menelan.
Mendorong tirah baring dan membatasi aktivitas klien yang memicu nyeri.
Mengganjurkan klien untuk istirahat sebelum makan.
Memberikan kebersihan oral dengan cara menggosok gigi klien.
Menghindari makanan yang menyebabkan kram abdomen seperti produk susu, pedas.
Mengkolaborasikan dengan ahli diet tentang nutrisi yang diperlukan klien.
Masukan nutrisi bisa dengan cara nutrisi oral.
Memberikan obat sesuai indikasi.
Tafi
4. 5 Maret 2011
08.00 Mengobserasi TTV setiap 2 jam, dengan menggunakan alat : stetoskop, tensimeter, jam.
Tafi
08.15
08.30
09.00
Memberikan minum sekitar 2 liter sehari.
Memberikan kompres hangat pada dahi.
Mengkolaborasikan dalam pemberian antipiretik sesuai indikasi.
5. 5 Maret 2011
09.15 Menanyakan persepsi klien tentang penyakit yang dialaminya.
Mengkaji ulang efek samping dari obat yang di berikan.
Mengingatkan klien untuk mengamati efek samping dari obat yang diberikan.
Menekankan kepada klien pentingnya perawatan kulit dengan cara memakai lation.
Mengganjurkan klien menghentikan merokok.
Memenuhi evaluasi jangka panjang dan evaluasi ulang tentang penyakit.
Menempatan klien ke tempat komunitas untuk meningkatkan koping klien.
Tafi
F. EVALUASI
Hari/ Taggal
Jam No. DX Evaluasi Paraf
3 Maret 2011.
09.30 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 jam daire berkurang dengan :
S: Klien mengatakan frekuensi BAB berkurang dari 10x/ hari menjadi 5x/ hari.
Klien mengatakan dapat beristirahat.
O : Bibir klien terlihat lembab.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi makanan dan cairan yang mencetuskan diare, mis, buah,bumbu, minuman karbonat, produk susu.
2. Tingkatkan tirah baring, berikan alat- alat di samping tempat tidur.
3. Mulai pemasukan cairan per oral secara bertahap. Hindari minuman dingin.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 menit nyeri abdomen berkurang atau hilang dengan :
S : Klien mengatakan rasa nyeri pada perut berkurang dan kram berkurang.
Tafi
3 Maret 2011
09.30 2
O : Klien tampak rileks.
Klien dapt beristirahat dengan tenang.
A : Masalah teratasi tdalam waktu 1 x 30 menit.
P : Intervensi dihentikan.
Tafi
6 Maret 2011
09.30 3 Setelah dilakukan keperawatan 2 x 24 jam nutrisi klien terpenuhi dengan :
S : Klien mengatakan nafsu makan meningkat.
O : Peningkatan BB dari BB semula menjadi 41 Kg.
Klien tampak rileks
Bibir lembab.
Rambut kusam.
A : Masalah teratasi dalam waktu 2 x 24 jam.
P : Intervensi dihentikan.
Tafi
5 Maret 2011
08.00 4 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 60 menit, suhu tubuh kembali normal dengan :
S : Klien mengatakan dapat
Tafi
beristirahat dengan tenang.
Klien mengatakan tidak menggigil.
O : Suhu 37 ° C.
Klien dapat beristirahat.
A : Masalah teratasi dalam waktu 2 x 60 menit.
P : intervensi dihentikan.
5 Maret 2011
09.50 5 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 menit, jam klien mendapatkan informasi tentang proses penyakit dan pengobatan dengan :
S :Klien mengatakan mengerti tentang penyakit.
O :Klien mengikuti proses keperawatan.
Klien dapat menjelaskan tentang proses penyakit dan pengobatannya.
Klien melakukan perubahan pola hidup.
A : Masalah teratasi dalam waktu 30 menit.
P : Intervensi dihentikan.
Tafi
Diposkan oleh mbak tafi di 04.43
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
ASKEPKamis, 22 November 2012
MAKALAH IMUNISASI
MAKALAH
IMUNISASIDi ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Kedokteran Klinik
Di susun oleh :
Kelompok 2
Andri Sutiawan
Desmyati Alfa
Gina Bayinah
Indrawan
Tita
STIKes Karsa Husada Garut
DIII Keperawatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna dan disana sini masih banyak kekurangan dan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Pada kesempatan ini juga kami tak lupa mengucapkan terima kasih.Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.Amin.
i
DAFTAR ISIHalaman
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ……………………………………………………………… 1
B.Pembahasan Masalah ………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Imunisasi ………………………………………………………. 3
B.Tujuan Pemberian Imunisasi ………………………………………………. 3
C.Jenis-Jenis Imunisasi ………………………………………………………. 3
D.Efek Imunisasi …………………………………………………………….. 9
E.Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi 14
F. Imuisasi MMR …………………………………………………………….. 20
G.Penyakit Yang Kemungkinan Akan Ada Bila Tidak Mendapat Imunisasi MMR 21
H. Jadwal Pemberian Imunisasi ………………………………………………. 28
BAB III PENUTUP
A.KESIMPULAN …………………………………………………………….. 33
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. 34
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tuhan menciptakan setiap makhluk hidup dengan kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap ancaman dari luar dirinya.Salah satu ancaman terhadap manusia adalah penyakit,terutama penyakit infeksi yang di bawa oleh berbagai macam mikroba seperti virus,bakteri,parasit,jamur.Tubuh mempunyai cara dan alat untuk mengatasi penyakit sampai batas tertentu. Beberapa jenis penyakit seperti pilek, batuk, dan cacar air dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Dalam hal ini dikatakan bahwa sistem pertahanan tubuh (sistem imun) orang tersebut cukup baik untuk mengatasi dan mengalahkan kuman-kuman penyakit itu. Tetapi bila kuman p e n y a k i t i t u g a n a s , s i s t e m p e r t a h a n a n t u b u h ( t e r u t a m a p a d a a n a k - a n a k a t a u p a d a orang dewasa dengan daya tahan tubuh yang lemah) tidak mampu mencegah kuman itu berkembangbiak sehingga dapat mengakibatkan penyakit berat yang membawa kepada cacat atau kematian.
A p a k a h y a n g d i m a k s u d k a n d e n g a n s i s t e m i m u n ? K a t a i m u n b e r a s a l d a r i b a h a s a L a t i n ‘ i m m u n i t a s ’ y a n g b e r a r t i p e m b e b a s a n ( k e k e b a l a n )
y a n g d i b e r i k a n k e p a d a p a r a s e n a t o r R o m a w s e l a m a m a s a j a b a t a n m e r e k a t e r h a d a p k e w a j i b a n s e b a g a i w a r g a n e g a r a b i a s a d a n t e r h a d a p d a k w a a n
D a l a m s e j a r a h i s t i l a h i n i k e m u d i a n b e r k e m b a n g s e h i n g g a p e n g e r t i a n n y a b e r u b a h m e n j a d i p e r l i n d u n g a n terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyaki menular. Sistem imunadalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yangdihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh.
1
Kuman disebut antigen. Pada saat pertama kali antigen masuk ke dalam tubuh,maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi.Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat,karena tubuh belum mempunyai "pengalaman." Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut s e h i n g g a p e m b e n t u k a n a n t i b o d i t e r j a d i d a l a m w a k t u y a n g l e b i h c e p a t d a n d a l a m j u m l a h y a n g l e b i h b a n y a k .
I t u l a h s e b a b n y a p a d a b e b e r a p a j e n i s p e n y a k i t y a n g d i a n g g a p b e r b a h a y a d i l a k u k a n t i n d a k a n i m u n i s a s i a t a u v a k s i n a s . H a l i n i d i m a k s u d k a n s e b a g a i t i n d a k a n p e n c e g a h a n a g a r t u b u h t i d a k t e r j a n g k i t p e n y a k i t tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikandengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri. Contohnyaadalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi pasif adalah penyuntikans e j u m l a h a n t i b o d i , s e h i n g g a k a d a r a n t i b o d i d a l a m t u b u h m e n i n g k a t . C o n t o h n y a adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami lukakecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayitersebut menerima berbagai jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selamamasa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak.
B.Pembahasan Masalah :
1.Pengertian Imunisasi
2.Penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang tidak di imunisasi
3.Imunisasi Mmr
4.Penyakit-penyakit yang di timbulkan pada anak yang kemungkinan akan di alami bila tidak mendapat Imunisasi Mmr
5.Jadwal pemberian imunisasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit denganmemasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedangm e w a b a h a t a u b e r b a h a y a b a g i s e s e o r a n g . I m u n i s a s i b e r a s a l d a r i k a t a i m u n y a n g berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikank e k e b a l a n a t a u r e s i s t e n s i p a d a p e n y a k i t i t u s a j a , s e h i n g g a u n t u k t e r h i n d a r d a r i penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistemkekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadapserangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapiharus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangatmembahayakan kesehatan dan hidup anak.
B.Tujuan Pemberian Imunisasi
T u j u a n d a r i d i b e r i k a n n y a s u a t u i m u n i t a s d a r i i m u n i s a s i a d a l a h u n t u k mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan b a h k a n b i s a m e n y e b a b k a n k e m a t i a n p a d a p e n d e r i t a n y a B e b e r a p a p e n y a k i t y a n g dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
C.Jenis-Jenis Imunisasi
1.BCG
2.Hepatitis B
3.Polio
4.DTP
5.Campak
3
1. Imunisasi BCG
Kepanjangan BCG ? Mungkin karena susah mengucapkannya makanya jarangyang hafal kepanjangannya. Bacillus Calmette-Guerin. BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC, orang bilang flek paru. Meskipun BCG merupakan vaksin y a n g p a l i n g b a n y a k d i g u n a k a n d i d u n i a ( 8 5 % b a y i m e n e r i m a 1 d o s i s B C G p a d a tahun 1993), tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya.
Royan said : maksudnya, kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalans e s e o r a n g p a d a p e n y a k i t T B C s e t e l a h d i i m u n i s a s i . B e r b e d a d e n g a n i m u n i s a s i hepatitis B, kita bisa memeriksa titer anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya >10 μg dianggap memiliki kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B.
B e b e r a p a p e n e l i t i a n m e n u n j u k k a n b a h w a k e m a m p u a n p r o t e k s i B C G berkurang jika telah ada sensitisasi dengan mikobakteria lingkungan sebelumnya,tetapi data ini tidak konsisten.
R o y a n s a i d : m a k s u d n y a , k a l a u s i h a n a k s u d a h k e m a s u k k a n k u m a n T B C s e b e l u m d i i m u n i s a s i , p r o s e s p e m b e n t u k a n a n t i b b o d i s e t e l a h d i i m u n i s a s i k u r a n g memuaskan.
Karena itu, BCG dianjurkan diberikan umur 2-3 bulan) atau dilakukan ujituberkulin dulu (bila usia anak lebih dari 3 bulan.IDAI) untuk mengetahui apakahanak telah terinfeksi TBC atau belum (lihat jadwal imunisasi) Dan lagi, kekebalanuntuk penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak (imunitas seluler),
karena ituanak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu-ibu harus segeramemberikan imunisasi BCG buat anaknya.
Perlu diketahui juga, derajat proteksi imunisasi BCG tidak ada hubungannyadengan hasil tes tuberkulin sesudah imunisasi dan ukuran parut (bekas luka suntikan)dilengan. Jadi tidak benar kalau parutnya kecil atau tidak tampak maka imunisasinyadianggap gagal.
4
Imunsasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun,dan 0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan.
Royan said : maksudnya disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot). Bila penyuntikan benar, akan ditandai kulit yang menggelembung.BCG ulang tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.
BCG tidak dapatdiberikan pada penderita dengan gangguan kekebalan seperti pada penderita lekemia(kanker darah), anak dengan pengobatan obat steroid jangka panjang dan penderitainfeksi HIV.
(Sumber : system imun,imunisasi,dan penyakit imun. Prof.Dr.dr. A. Samik Wahab, Spa(K). Widya Medika)
2 . I m u n i s a s i H e p a t i t i s B
Imunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih d a r i 1 0 0 n e g a r a m e m a s u k k a n v a k s i n a s i i n i d a l a m p r o g r a m n a s i o n a l n y a . J i k a menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainanyang dibawanya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutanhati.
B a n y a k j a l a n m a s u k v i r u s h e p a t i t i s B k e t u b u h s i k e c i l . Y a n g p o t e m s i a l melalui jalan lahir. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusidarah. Bisa juga melali alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darahdari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yangada di klinik gigi. Bahkan juga bisa lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakanantar anggota keluarga.
Malangnya, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan olehdokter sekalipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis.Anak juga terlihat sehat, nafsu makan baik, berat badan juga normal. Penyakit barudiketahui setelah dilakukan pemeriksaan darah.
5
Upaya pencegahan adalah l a n g k a h t e r b a i k . J i k a a d a s a l a h s a t u a n g g o t a keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadapa n a k - a n a k n y a u n t u k m e n g e t a h u i a p a k a h m e m b a w a v i r u s a t a u t i d a k . S e l a i n i t u , imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B.
Jumlah Pemberian Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
Usia Pemberian Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat,kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan padausia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB,selain imunisasi tsb dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalamwaktu sebelum usia 24 jam
Lokasi Penyuntikan P a d a a n a k d i l e n g a n d e n g a n c a r a i n t r a m u s k u l e r . Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral (antero= otot-otot bagian depan,l a t e r a l = o t o t b a g i a n l u a r ) . P e n y u n t i k a n d i b o k o n g t i d a k d i a n j u r k a n k a r e n a b i s a mengurangi efektivitas vaksin.
Tanda Keberhasilan : T a k a d a t a n d a k l i n i s y a n g d a p a t d i j a d i k a n p a t o k a n . Namun dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah denganmengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas1 0 0 0 , b e r a r t i d a y a t a h a n y a 8 t a h u n ; d i a t a s 5 0 0 , t a h a n 5 t a h u n ; d i a t a s 2 0 0 t a h a n 3 tahun. Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya 0 berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
Tingkat Kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.
Indikator Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang sakit berat
3.Polio
I m u n i s a s i p o l i o a d a 2 m a c a m , y a n g p e r t a m a o r a l p o l i o v a c c i n e a t a u y a n g s e r i n g d i l i h a t d i m a n a m a n a y a i t u v a k s i n t e t e s m u l u t .
5
S e d a n g k a n y a n g k e d u a inactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Kalo yang tetes mudah diberikan,murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan. Kalo yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain itu saat ini MUI telah mengeluarkan fatwa agar pemakaian vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena dayatahan tubuhnya lemah P o l i o a t a u l e n g k a p n y a p o l i o m e l i t i s a d a l a h s u a t u p e n y a k i t r a d a n g y a n g menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapat sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil.
Di wikipedia dijelaskan bahwa Polio sudah dikenal sejak zaman pra sejarah. Lukisan dinding di kuil-kuil Mesir kuno menggambarkan orang-orang sehat dengan kaki layu yang berjalan dengan tongkat. Kaisar Romawi Claudius terserang polio ketika masih kanak-kanak dan menjadi pincang seumur hidupnya.
Virus polio menyerang tanpa peringatan merusak system saraf menimbulkan kelumpuhan permanen,biasanya pada kaki.
Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Ketika polio menyerang Amerika selama dasawarsa seusai Perang Dunia II, penyakit itu disebut ‘momok semua orangtua’, karena menjangkiti anak-anak terutama yang berumur di bawah lima tahun. Disana para orang tua tidak membiarkan anak mereka keluar rumah, gedung-gedung bioskop dikunci, kolam renang, sekolah dan bahkan gereja tutup.
Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita ataumakanan dan minuan yang dicemari.
Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali sesuai dengan jadwal imunisasi.
6
4.DTP
Deskripsi Vaksin Jerap DTP adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan t e t a n u s y a n g d i m u r n i k a n , s e r t a b a k t e r i p e r t u s i s y a n g t e l a h d i i n a k t i v a s i y a n g teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakansebagai pengawet. Potensi vaksin per dosis tunggal sedikitnya 4 IU pertussis, 30 IU difteri dan 60 IU tetanus. Indikasi Untuk Imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan.
K o m p o s i s i T i a p m l m e n g a n d u n g T o k s o i d d i f t e r i y a n g d i m u r n i k a n 4 0 L f T o k s o i d t e t a n u s y a n g d i m u r n i k a n 1 5 L f B , p e r t u s s i s y a n g d i i n a k t i v a s i 2 4 O U Aluminium fosfat 3 mg Thimerosal 0,1 mg. Dosis dan cara pemberiaan vaksin harus di kocok dulu untuk menghomogenkan suspensi. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atausecara subkutan yang dalam. Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yangdirekomendasikan untuk tempat penyuntikkan. (Penyuntikan di bagian pantat padaanak-anak tidak direkomendasikan karena dapat mencederai syaraf pinggul). Tidak b o l e h d i s u n t i k k a n p a d a k u l i t k a r e n a d a p a t m e n i m b u l k a n r e a k s i l o k a l . S a t u d o s i s adalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringe yang steril.
D i n e g a r a - n e g a r a d i m a n a p e r t u s s i s m e r u p a k a n a n c a m a n b a g i b a y i m u d a , imunisasi DTP harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan padausia 6
minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 m i n g g u . V a k s i n D T P d a p a t d i b e r i k a n s e c a r a a m a n d a n e f e k t i f p a d a w a k t u y a n g bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin Yellow Fever.
K o n t r a i n d i k a s i T e r d a p a t b e b e r a p a k o n t r a i n d i k a s i y a n g b e r k a i t a n d e n g a n suntikan pertama DTP. Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala-gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi dari komponen pertussis. Imunisasi DTP kedua tidak boleh diberikan kepada anak yangmengalami gejala-gejala parah pada dosis pertama DTP.
7
Komponen pertussis harus dihindarkan, dan hanya dengan diberi DT untuk meneruskan imunisasi ini. Untuk i n d i v i d u p e n d e r i t a v i r u s h u m a n i m m u n o d e f f i c i e n c y ( H I V ) b a i k d e n g a n g e j a l a m a u p u n t a n p a g e j a l a h a r u s d i b e r i i m u n i s a s i D T P s e s u a i d e n g a n s t a n d a r j a d u a l tertentu.
5.Campak
Imunisasi campak sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak d a r i i b u n y a . N a m u n s e i r i n g b e r t a m b a h n y a u s i a , a n t i b o d i d a r i i b u n y a s e m a k i n menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi p e n y a k i t c a m p a k m u d a h m e n u l a r , d a n m e r e k a y a n g d a y a t a h a n t u b u h n y a l e m a h gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) p e n d e r i t a y a n g t e r h i r u p m e l a l u i h i d u n g a t a u m u l u t . P a d a m a s a i n k u b a s i y a n g berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah munculgejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahabn dan berair, si kecil pun merasasilau saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. satu-duahari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40,5 derajat celcius.
Seiring dengan itu barulah muncul bercak-bercak merah yang merupakan cirik h a s p e n y a k i t i n i . U k u r a n n y a t i d a k t e r l a l u b e s a r , t a p i j u g a t i d a k t e r l a l u k e c i l . Awalnya haya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti kuping, leher, dada,muka, tangan dan kaki. Dalam waktu 1 minggu, bercak-bercak merah ini hanya di beberapa bagian tibih saja dan tidak banyak.
J i k a b e r c a k m e r a h s u d a h k e l u a r , u m u m n y a d e m a m a k a n t u r u n d e n g a n sendirinya. Bercak merah pun akan berubah menjadi kehitaman dan bersisik, disebuthiperpigmentasi.
8
Pada akhirnya bercak akan mengelupas atau rontok atau sembuh d e n g a n s e n d i r i n y a . U m u m n y a d i b u t u h k a n w a k t u h i n g g a 2 m i n g g u s a m p a i a n a k sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini tetaplah meminum obat yangsudah diberikan dokter. Jaga stamina dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak.
Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadik o m p l i k a s i , t e r u t a m a p a d a c a m p a k y a n g b e r a t . C i r i - c i r i c a m p a k b e r a t , s e l a i n b e r c a k n y a d i s e k u j u r t u b u h , g e j a l a n y a t i d a k m e m b a i k s e t e l a h d i o b a t i 1 - 2 h a r i . K o m p l i k a s i y a n g t e r j a d i b i a s a n y a b e r u p a r a d a n g p a r u - p a r u d a n r a d a n g o t a k . Komplikasi ini yang umumnya paing sering menimbulkan kematian pada anak.
Usia dan Jumlah Pemberian Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di u s i a 6 t a h u n . D i a n j u r k a n , p e m b e r i a n c a m p a k k e - 1 s e s u a i j a d w a l . S e l a i n k a r e n a a n t i b o d i d a r i i b u s u d a h m e n u r u n d i u s i a 9 b u l a n , p e n y a k i t c a m p a k u m u m n y a menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasicampak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
D.Efek Imunisasi
1.Efek Imunisasi
Imunisasi memang penting untuk membangun pertahanan tubuh bayi. Tetapi,orangtua masa kini seharusnya lebih kritis terhadap efek samping imunisasi yang mungkin menimpa Si Kecil.
Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna. Itulah sebabnya pemberian i m u n i s a s i , b a i k w a j i b m a u p u n l a n j u t a n , d i a n g g a p p e n t i n g b a g i m e r e k a u n t u k membangun pertahanan tubuh. Dengan imunisasi, diharapkan anak terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan jiwanya.
9
D i l a i n p i h a k , p e m b e r i a n i m u n i s a s i k a d a n g m e n i m b u k a n e f e k s a m p i n g . Demam tinggi pasca-imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orangtua was-was.Padahal, efek samping ini sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksiny a n g d i m a s u k k a n k e d a l a m t u b u h t e n g a h b e k e r j a . N a m u n , k i t a p u n t i d a k b o l e h menutup mata terhadap fakta adakalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat, bahkan berujung kematian. Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI disebut "KejadianI k u t a n P a s c a I m u n i s a s i " ( K I P I ) . M e n u r u t K o m i t e N a s i o n a l P e n g k a j i a n d a n Penanggulangan (KN PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yangterjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.
2.Tidak Ada yang Bebas Efek Samping
Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi yang aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, iaharus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak terjadiadanya KIPI (reaksi cepat).S e l a i n i t u , m e n u r u t P r o f . D R . D r . S r i R e j e k i H a d i n e g o r o S p A . ( K ) , u n t u k menghindari adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan,maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu.
"Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat. Dilihat dari gejalanya pun, dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya," terang Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)ini.
Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya. Pada k e a d a a n t e r t e n t u l a m a p e n g a m a t a n K I P I d a p a t m e n c a p a i m a s a 4 2 h a r i ( p a s c a - vaksinasi rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga bisa diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan juga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat kesalahan teknik pembuatan, p e n g a d a a n , d i s t r i b u s i s e r t a p e n y i m p a n a n v a k s i n . K e s a l a h a n p r o s e d u r d a n t e k n i k pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan," demikian Sri.
10
P e n e l i t i a n V a c c i n e S a f e t y C o m m i t t e e , I n s t i t u t e o f M e d i c i n e ( I O M ) , A S , melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan. "Kejadian yang m e m a n g a k i b a t i m u n i s a s i t e r s e r i n g a d a l a h a k i b a t k e s a l a h a n p r o s e d u r d a n t e k n i k pelaksanaan atau pragmatic errors)," tukas dokter yang berpraktek di RSUPN CiptoMangunkusumo ini.
Stephanie Cave MD, ahli medis yang menulis "Yang Orangtua Harus Tahu tentang Vaksinasi Pada Anak" menyebutkan, peluang terjadinya efek samping vaksin pada bayi dan anak-anak adalah karena mereka dijadikan target imunisasi massal oleh pemerintah, pabrik vaksin, maupun dokter. Padahal, imunisasi massal yang memilikisikap "satu ukuran untuk semua orang" ini sangat berbahaya. Karena, "Setiap anak a d a l a h p r i b a d i t e r s e n d i r i , d e n g a n b a n g u n g e n e t i k a , l i n g k u n g a n s o s i a l , r i w a y a t kesehatan, keluarga dan pribadi yang unik, yang bisa berefek terhadap cara mereka bereaksi terhadap suatu vaksin," demikian Cave.
3.Beberapa Kejadian Pasca-Imunisasi
Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi. Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikutini beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi:
a.Reaksi Suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan l a n g s u n g m i s a l n y a r a s a s a k i t , b e n g k a k d a n k e m e r a h a n p a d a t e m p a t s u n t i k a n . Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampaisinkope atau pingsan.
b.Reaksi Suntikan
Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca- imunisasi DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas.
11
Meski demikian, b i s a j u g a r e a k s i i n d u k s i v a k s i n b e r a k i b a t p a r a h k a r e n a a d a n y a r e a k s i s i m p a n g d i dalam tubuh (misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan,kesulitan memusatkan perhatian, nasalah perilaku seperti autisme, hingga resikokematian.
c.Faktor Kebetulan
Seperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul secara kebetulan setelah bayi diimunisasi. Petunjuk "faktor kebetulan" ditandai dengan ditemukannya kejadiansama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat, dengan karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi.
d. Penyebab tidak di ketahui
Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke d a l a m s a l a h s a t u p e n y e b a b , m a k a u n t u k s e m e n t a r a d i m a s u k k a n k e k e l o m p o k " p e n y e b a b t i d a k d i k e t a h u i " s a m b i l m e n u n g g u i n f o r m a s i l e b i h l a n j u t . B i a s a n y a , dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
'Imunisasi itu Aman' Ilmu Pengetahuan atau Fiksi?
Keraguan tentang aman-tidaknya imunisasi bukan sesuatu yang mengada-ada.Saat ini sudah ada puluhan ribu kejadian buruk akibat imunisasi yang dilaporkan, dan p u l u h a n r i b u l a i n n y a y a n g t i d a k d i l a p o r k a n . P a d a a n a k - a n a k , i m u n i s a s i ( d a n antibiotik) bertanggung jawab untuk sebagian besar reaksi negatif dibanding obat-obat resep lainnya. Jadi realitanya, tidak ada obat yang aman untuk setiap anak. Dan, beberapa obat lebih berbahaya dari pada beberapa obat lainnya.
Keamanan imunisasi seharusnya berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang baik, bukan hipotesa, pendapat, keyakinan perorangan, atau pengamatan. Namunfaktanya, hingga kini banyak yang tidak diketahui para ilmuwan tentang cara kerjaimunisasi di dalam tubuh pada tingkat sel dan molekul. Tes yang memadai
untuk imunisasi juga tidak ada. Yang juga kurang, adalah pengertian tentang efek jangka panjang dari imunisasi massal bagi bayi dan anak-anak.
12
Yang diketahui adalah, sejak akhir tahun 1950-an, ketika imunisasi massal mulai diwajibkan di Amerika Serikat, t e l a h t e r j a d i p e n i n g k a t a n k a s u s k e l a i n a n s i s t e m i m u n d a n p e r s a r a f a n , t e r m a s u k k e s u l i t a n m e m u s a t k a n p e r h a t i a n , a s m a , a u t i s m e , d i a b e t e s a n a k - a n a k , s i n d r o m a k e l e t i h a n m e n a h u n , k e s u l i t a n b e l a j a r , r e m a t o i d a r t r i t i s , m u l t i p e l s k l e r o s i s , d a n masalah kesehatan yang menahun lainnya.
D i A m e r i k a S e r i k a t d a n t e m p a t - t e m p a t l a i n d i d u n i a , a d a n y a p e n i n g k a t a n besar jumlah masalah medis yang terkait dengan imunisasi yang dilaporkan orangtuad a n p r o f e s i o n a l k e d o k t e r a n , t e l a h m e n c e t u s k a n s u a t u g e r a k a n y a n g m e n u n t u t dilakukannya lebih banyak kajian yang lebih baik tentang potensi efek buruk jangka panjang atau menahun dari imunisasi.Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat.
Efek samping yang biasa terjadi adalah sebaagai berikut:
1.BCG
Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempatsuntikan. Setelah 2–3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan kemudian menjadi luka dengan garis tengah ±10 mm. Luka akan sembuhsendiri dengan meninggalkan luka parut yang kecil.
2 . D P T
K e b a n y a k a n b a y i m e n d e r i t a p a n a s p a d a w a k t u s o r e h a r i s e t e l a h mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu2 hari. Sebagian besar merasa nyeri sakit, kemerahan atau bengkak di tempats u n t i k a n . K e a d a a n i n i t i d a k b e r b a h a y a d a n t i d a k p e r l u m e n d a p a t k a n pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.Bila gejala diatas tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan danImunisasi tidak perlu diulang.
3 . P O L I O :
J a r a n g t i m b u k e f e k s a m p i n g .
1 3
4 . C A M P A K :
A n a k m u n g k i n p a n a s , k a d a n g d i s e r t a i d e n g a n k e m e r a h a n 4 – 1 0 hari sesudah penyuntikan.
5.HEPATITIS :
Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlu diingat efek samping imunisasi jauh lebih ringan daripada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.
E.Penyakit – Penyakit Yang Ditimbulkan Pada Anak Yang Tidak Di Imunisasi
Imunisasi, tak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tapi juga ampuh untuk mencegah dan menangkal timbulnya penyakit serta kematian pada anak-anak. Lalu m e n g a p a k a d a n g k a l a o r a n g t u a k e r a p m e n g a b a i k a n t i n d a k a n p e n t i n g t e r s e b u t ? Bukankah lebih baik mencegah daripada mengobati?S e s u a i d e n g a n y a n g d i p r o g r a m k a n o l e h o r g a n i s a s i k e s e h a t a n d u n i a W H O (Badan Kesehatan Dunia), Pemerintah Indonesia menetapkan ada 12 imunisasi yangharus diberikan kepada anak-anak. 5 Diantaranya merupakan imunisasi yang wajib diberikan sebab fungsinya adalah untuk mencegah anak dari serangan penyakit – penyakit seperti:
1 . T u b e r k u l o s i s ( T B C )
Tuberkulosis, terutama TB paru, merupakan masalah yang timbul tidak hanyadi negara berkembang tetapi juga di negara maju. Tuberkulosis tetap merupakan salahsatu penyebab tingginya angka kesakitan dan kematian, baik di negara berkembang maupun di negara maju f a k t o r r e s i k o i n f e k s i d a n f a k t o r r e s i k o p r o g r e s i i n f e k s i m e n j a d i p e n y a k i t ( resiko penyakit ).Resiko Infeksi TB Faktor resiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah :anak yang memiliki kontak dengan orang dewasa dengan TB aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat intravena, kemiskinan, serta lingkungan yang tidak sehat.
2.Hepatitis B
yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati Penyakit hepatitis B pada bayi menjadi kronik jauh lebih besar (lebih dari 90 persen) dibandingkan kemungkinan pada orang dewasa. "Oleh karena itu, bagi bayi vaksin hepatitis B mutlak perlu.
14
Ciri-ciri penderita hepatitis B umumnya tak diketahui secara jelas karena penderita seperti orang sehat. Akibatnya ia tak segera menyadari dirinya telah tertular v i r u s h e p a t i t i s B , b a h k a n s u d a h m e n u l a r k a n n y a k e p a d a o r a n g l a i n . " S e b a i k n y a , mereka yang memiliki gejala kuning pada mata, kulit, lesu, tak memiliki nafsu makanserta sakit lambung-seperti maag yang tak sembuh dalam tempo enam bulan-segera periksa ke dokter.
V i r u s h e p a t i t i s B d i k e t a h u i s e b a g a i s a l a h s a t u v i r u s y a n g p a l i n g m u d a h menular. Bahkan, penularan virus ini 100 kali lebih menular daripada HIV (virus penyebab AIDS), dan diperkirakan menginfeksi 10 kali lebih banyak daripada HIV.V i r u s i t u m e n y e r a n g h a t i d a n m e r u s a k o r g a n t u b u h s e c a r a t a k l a n g s u n g
m e l a l u i gangguan sistem kekebalan. Pada serangan tahap awal masih bisa disembuhkan jikasegera diobati. Namun, jika penyakit berkembang lebih berat maka ia akan mencapait a h a p h e p a t i t i s a k u t , s i r o s i s ( p e n g e r a s a n h a t i ) , s a m p a i k e m u d i a n m e n g a k i b a t k a n munculnya kanker hati.
3.Penyakit polio.
Penyakit ini disebabkan virus, menyebar melalui tinja/kotoran orang yang terinfeksi. Anak yang terkena polio dapat menjadi lumpuh layuh.P o l i o m y e l i t i s a t a u P o l i o , a d a l a h p e n y a k i t p a r a l i s i s a t a u l u m p u h y a n g disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, mengifeksi saluran usus. Virus ini d a p a t m e m a s u k i a l i r a n d a r a h d a n m e n g a l i r k e s i s t e m s a r a f p u s a t m e n y e b a b k a n melemahnya otot dan kadang kelumpuhan. Kata Polio sendiri berasal dari bahasaY u n a n i y a i t u π ο λ ι ο μ υ ε λ ί τ ι ς , a t a u b e n t u k n y a y a n g l e b i h m u t a k h i r πολιομυελίτιδα, dari πολιός "abu-abu" dan μυελός "bercak". Virus Polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus. Bentuknya adalah ikosahedral tanpa sampuld e n g a n g e n o m e R N A s i n g l e s t r a n d e d m e s s e n g e r m o l e c u l e . S i n g l e R N A i n i m e m b e n t u k h a m p i r 3 0 p e r s e n d a r i v i r i o n d a n s i s a n y a t e r d i r i d a r i 4 p r o t e i n b e s a r ( V P 1 - 4 ) d a n s a t u p r o t e i n k e c i l ( V p g ) .
1 5
P o l i o a d a l a h p e n y a k i t m e n u l a r y a n g d i k a t e g o r i k a n s e b a g a i p e n y a k i t p e r a d a b a n . P o l i o m e n u l a r m e l a l u i k o n t a k antar manusia. Virus masuk ke dalam tubuh melalui mulut ketika seseorang memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi feses.
Poliovirus adalah virus RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan a m a t m e n u l a r . V i r u s a k a n m e n y e r a n g s i s t e m s a r a f d a n k e l u m p u h a n d a p a t t e r j a d i dalam hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. Penyebab penyakit polio terdiriatas tiga strain yaitu strain 1 (brunhilde) strain 2 (lanzig), dan strain 3 (Leon). Strain 1adalah yang paling paralitogenik atau yang paling ganas dan sering kali menyebabkan kejadian luar biasa atau wabah. Strain ini sering ditemukan di Sukabumi.Sedangkan Strain 2 adalah yang paling jinak. Penyakit Polio terbagi atas tiga jenis yaitu Polio non-paralisis, Polio paralisis spinal, dan Polio bulbar. -Polio non- paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.
Terjadi kram o t o t p a d a l e h e r d a n p u n g g u n g , o t o t t e r a s a l e m b e k j i k a d i s e n t u h . - P o l i o P a r a l i s i s Spinal Jenis Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai.Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan palingsering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akandiserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh.P o l i o v i r u s m e n y e r a n g s a r a f t u l a n g b e l a k a n g d a n n e u r o n m o t o r - - y a n g mengontrol gerak fisik.
Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat menyebar sepanjang serabut saraf. Seiringd e n g a n b e r k e m b a n g b i a k n y a v i r u s d a l a m s i s t e m s a r a f p u s a t , v i r u s a k a n menghancurkan neuron motor.
16
N e u r o n m o t o r t i d a k m e m i l i k i k e m a m p u a n r e g e n e r a s i d a n o t o t y a n g berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat.Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas -- kondisi ini disebutacute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menye- babkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan abdomen(perut), disebut quadriplegia. -Polio Bulbar Polio jenis ini disebabkan oleh tidak a d a n y a k e k e b a l a n a l a m i s e h i n g g a b a t a n g o t a k i k u t t e r s e r a n g . B a t a n g o t a k m e n g a n d u n g n e u r o n m o t o r y a n g m e n g a t u r p e r n a p a s a n d a n s a r a f k r a n i a l , y a n g m e n g i r i m s i n y a l k e b e r b a g a i o t o t y a n g m e n g o n t r o l p e r g e r a k a n b o l a m a t a ; s a r a f trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, danotot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbgai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah danrasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahanyang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderta yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim''perintah bernapas'' ke paru-paru.
P e n d e r i t a j u g a d a p a t m e n i n g g a l k a r e n a k e r u s a k a n p a d a f u n g s i p e n e l a n a n ; korban dapat ''tenggelam'' dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotanatau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelummasuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderitatelah menggunakan ''paru-paru besi'' (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalautekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru- p a r u . I n f e k s i y a n g j a u h l e b i h p a r a h p a d a o t a k d a p a t m e n y e b a b k a n k o m a d a n kematian.
17
Penyakit Polio dapat ditularkan oleh infeksi droplet dari oro-faring (mulut dant e n g g o r o k a n ) a t a u d a r i t i n j a p e n d e r i t a y a n g t e l a h t e r i n f e k s i s e l a i n i t u j u g a d a p a t menular
melalui oro-fecal (makanan dan minuman) dan melalui percikan ludah yangk e m u d i a n v i r u s i n i a k a n b e r k e m b a n g b i a k d i t e n g o r o k a n d a n u s u s l a l u k e m u d i a n menyebar ke kelenjar getah bening, masuk ke dalam darah serta menyebar ke seluruh tubuh.
Penularan terutama sering terjadi langsung dari manusia ke manusia melaluifekal-oral (dari tinja ke mulut) atau yang agak jarang terjadi melalui oral-oral (mulutk e m u l u t ) . V i r u s P o l i o d a p a t b e r t a h a n l a m a p a d a a i r l i m b a h d a n a i r p e r m u k a a n , bahkan dapat sampai berkilo-kilometer dari sumber penularannya.Penularan terutama terjadi akibat tercemarnya lingkungan leh virus polio dari penderita yang telah terinfeksi, namun virus ini hidup di lingkungan terbatas. Virus Polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka terhadap formaldehide danlarutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat mematikan virus tetapi pada keadaan bekudapat bertahun-tahun masa hidupnya.
4 . P e n y a k i t c a m p a k ( t a m p e k )
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi v i r u s y a n g s a n g a t m e n u l a r , y a n g d i t a n d a i d e n g a n d e m a m , b a t u k , k o n j u n g t i v i t i s (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkankarena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak.Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruamkulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Penyebab Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangatmudah menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4hari pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus c a m p a k ) . P e n u l a r a n t e r j a d i m e l a l u i p e r c i k a n l u d a h d a r i h i d u n g , m u l u t m a u p u n . Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakterigram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
18
G e j a l a u t a m a d a r i p e n y a k i t d i f t e r i y a i t u a d a n y a b e n t u k a n p s e u d o m e m b r a n y a n g merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembran sendiri merupakan lapisantipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa hidung,mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan pseudomembran, kuman ini j u g a m e n g h a s i l k a n s e b u a h r a c u n y a n g d i s e b u t e k s o t o x i n y a n g s a n g a t b e r b a h a y a karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf (www.blogdokter.net).
Difteri dapat menyerang seluruh lapisan usia tapi paling sering menyeranganak-anak yang belum diimunisasi. Pada tahun 2000, di seluruh dunia dilaporkan30.000 kasus dan 3.000 orang diantaranya meninggal karena penyakit iniKata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu tetanos dari teinein yang berartim e n e g a n g . P e n y a k i t i n i a d a l a h p e n y a k i t i n f e k s i d i m a n a s p a s m e o t o t t o n i k d a n hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis pernapasan(wikipedia.org).
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani yang terdapat dit a n a h , k o t o r a n h e w a n , d e b u , d a n s e b a g a i n y a . B a k t e r i i n i m a s u k k e d a l a m t u b u h m a n u s i a m e l a l u i l u k a y a n g t e r c e m a r k o t o r a n . D i d a l a m l u k a b a k t e r i i n i a k a n berkembang biak dan membentuk toksin (racun) yang menyerang saraf.U N I C E F ( U n i t e d N a t i o n s C h i l d r e n ’ s F u n d / D a n a P B B u n t u k A n a k -A n a k ) menyebutkan dalam situsnya bahwa tetanus sangat berisiko terkena pada bayi-bayiyang dilahirkan dengan bantuan dukun bayi di rumah dengan peralatan yang tidak s t e r i l ; m e r e k a j u g a b e r e s i k o k e t i k a a l a t - a l a t y a n g t i d a k b e r s i h d i g u n a k a n u n t u k memotong tali pusar dan olesan-olesan tradisional atau abu digunakan untuk menutupl u k a b e k a s p o t o n g a n ( w w w . u n i c e f . o r g ) .
A n g k a k e m a t i a n y a n g d i a k i b a t k a n o l e h tetanus berkisar antara 15-25%. Pertusis atau batuk rejan adalah penyakit infeksi bakterial yang menyerang sistem pernapasan yang melibatkan pita suara (larinks), trakea dan bronkial.
19
Infeksi ini menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan sehingga menyebabkan serangan batuk yang parah. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis yang bersarang di saluran pernapasan dan sangat mudah tertular (www.warmasif.co.id).
P e r t u s i s d a p a t m e n y e r a n g s e g a l a u m u r , 6 0 % m e n y e r a n g a n a k - a n a k y a n g berumur kurang dari 5 tahun. Penyakit ini akan menjadi serius jika menyerang bayi berumur kurang dari 1 tahun. Biasanya pada bayi yang baru lahir dan keadaannyamenjadi lebih parah. Pada tahun 2000 diperkirakan 39 juta kasus terjadi dan 297.000kematian terjadi didunia yang diakibatkan oleh pertusis.
5. Imunisasi MMR
1.Defenisi
I m u n i s a s i M M R a d a l a h i m u n i s a s i k o m b i n a s i u n t u k m e n c e g a h p e n y a k i t Campak, Campak Jerman dan Penyakit Gondong. Pemberian vaksin MMR biasanya diberikan pada usia anak 16 bulan. Vaksin ini adalah gabungan vaksin hidup yang dilemahkan. Semula vaksin ini ditemukan secara terpisah, tetapi dalam beberapatahun kemudian digabung menjadi vaksin kombinasi. Kombinasi tersebut terdiri dariv i r u s h i d u p C a m p a k g a l u r E d m o n t o n a t a u S c h w a r z y a n g t e l a h d i l e m a h k a n , Componen Antigen Rubella dari virus hidup Wistar RA 27/3 yang dilemahkan danAntigen gondongen dari virus hidup galur Jerry Lynn atau Urabe AM-9.
2.Tujuan
T u j u a n d i b e r i k a n n y a i m u n i s a s i M M R i n i a d a l a h u n t u k m e n c e g a h a t a u m e n g u r a n g i t e r j a d i n y a i n f e k s i p a d a a n a k y a n g d i s e b a b k a n p e n y a k i t - p e n y a k i t , gondongan dan rubela.
20
3.Efek Samping
Beberapa ahli memang ada yang mengkhawatirkan dengan pemberian MMR i n i , d a p a t m e m b e r i k a n a u t i s m e y a n g d i s e b a b k a n p e l a r u t M M R m e n g a n d u n g Tiomersal, tetapi dugaan tersebut tidak terbukti. Seperti yang dikemukakan AndrewWakefield tahun 1998, MMR tidak terbukti menyebabkan autisme karena sampelyang diteliti hanya pada 12 pasien. “Itulah sebabnya hingga sekarang, MMR tetap a m a n u n t u k d i b e r i k a n p a d a a n a k m e n g i n g a t p e n t i n g n y a i m u n i s a s i i n i t e r h a d a p perlindungan anak,” ungkapnya.Pencegahan sindrom rubela congenital merupakan tujuan pemberian imunisasir u b e l a .
R u b e l a a d a l a h p e n y a k i t y a n g c u k u p b e r b a h a y a a p a b i l a t e r j a d i d i a w a l kehamilan, karena dapat menimbulkan kelainan jiwa, kelahiran prematur, dan cacat bawaan.A p a b i l a c a c a t d a r i l a h i r , b a y i d a p a t m e n g a l a m i c a c a t d a l a m b e n t u k , t u l i , kelainan mata, kalainan jantung, kelainan saraf, mikrosefali, dan retardasi mental. “Untuk menghindar penyakit ini, ibu-ibu harus memiliki kekebalan rubela sejak kecil,s e h i n g g a d i h a r a p k a n p e n y a k i t t e r s e b u t t i d a k a k a n t e r j a d i p a d a b a y i y a n g a k a n dilahirkan.
G.Penyakit Yang Kemungkinan Akan Ada Bila Tidak Mendapat ImunisasiMMR
Vaksin MMR merupakan vaksin yang diberikan kepada anak untuk mencegah penyakit campak, gondongan, dan campak Jerman.
1. Bedanya campak biasa dan campak jerman itu apa?
C a m p a k b i a s a , b e r b e d a d a r i c a m p a k J e r m a n a t a u r u b e l a . C a m p a k J e r m a n umumnya memiliki dampak lebih ringan dan tidak fatal. Umumnya pun terjadi padaanak usia 5 sampai 14 tahun.M e m a n g g e j a l a n y a h a m p i r s a m a d e n g a n c a m p a k b i a s a , s e p e r t i f l u , b a t u k , pilek dan demam tinggi. Yang membedakan, bercak merah pada rubela tidak timbulterlalu banyak dan tidak separah campak biasa, juga cepat menghilang dalam waktu 3h a r i . G e j a l a l a i n , u m u m n y a n a f s u m a k a n a n a k a k a n m e n u r u n k a r e n a t e r j a d i pembengkakan pada limpa.Justru kita harus lebih khawatir bila rubela menyerang wanita hamil karenavirusnya bisa menular pada janin melalui plasenta.
21
Bila janin tertular maka anak yangdilahirkan akan mengalami sindrom rubela kongenital dengan kelainan-kelainan, misalnya mata bayi mengalami katarak, tidak bisa mendengar, terjadi pengapuran diotak, juga banyak terjadi anak-anak tumbuh dengan keterbelakangan perkembangan.S e t i a p a n a k p e r e m p u a n h a r u s m e n d a p a t v a k s i n a s i r u b e l a . H a l i n i u n t u k mengantisipasi terjadinya rubela serta melindungi janin yang dikandungnya kelak.Tak hanya pada perempuan, vaksinasi rubela pun penting bagi kaum pria. Gunanyamencegah agar tidak terserang rubela dan menulari sang istri yang mungkin tengahhamil nanti.
2.Tidak Adanya Hubungan Antara Terjadinya Autisme Dengan Imunisasi Mmr
a).Akhir-akhir ini pada sebagian masyarakat tersebar informasi tentang dugaan adanya hubungan antara autisme dengan imunisasiMMR (Measles, Mumps, Rubella).
b).Imunisasi adalah pemberian vaksin pada tubuh seseorang dengan tujuan untuk meningkatkan kekebalan terhadap penyakit infeksi tertentu. Pemerintah telah melaksanakan Program Imunisasi sejak lebih dari 30 tahun yang lalu dan telah b e r h a s i l m e n u r u n k a n a n g k a k e s a k i t a n d a n a n g k a k e m a t i a n d a r i b e r b a g a i p e n y a k i t m e n u l a r .
P r o g r a m I m u n i s a s i d i I n d o n e s i a m e n c a k u p a n t a r a l a i n p e m b e r i a n v a k s i n u n t u k m e n i n g k a t k a n k e k e b a l a n b a y i t e r h a d a p p e n y a k i t tuberkolosa (vaksin BCG), difteria , batuk rejan, dan tetanus (vaksin DPT), p o l i o m y e l i t i s ( v a k s i n P o l i o ) , c a m p a k ( v a k s i n C a m p a k ) , d a n h e p a t i t i s B (vaksin Hepatitis B). Program Imunisasi juga mencakup pemberian vaksin untuk meningkatkan kekebalan ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus (vaksinTT) dan peningkatan kekebalan anak sekolah dasar terhadap penyakit difteridan tetanus (vaksin DT).
22
c).Autisme adalah gangguan petumbuhan anak yang kronik dengan gejala utamag a n g g u a n i n t e r a k s i s o s i a l , k o m u n i k a s i , s e r t a k e t e r b a t a s a n p e r h a t i a n d a n aktifitas, biasanya terjadi pada usia di bawah 3 tahun.
d ) . V a k s i n M M R m e r u p a k a n v a k s i n y a n g d i b e r i k a n k e p a d a a n a k d e n g a n m a k s u d untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan campak Jerman (German measles). Di Indonesia, vaksin MMR telah digunakan untuk imunisasi anak di berbagai rumah sakit dan klinik, walaupun belum termasuk dalam jenis vaksin y a n g d i g u n a k a n d a l a m P r o g r a m I m u n i s a s i N a s i o n a l .
V a k s i n M M R y a n g dipasarkan di Indonesia telah mendapat izin edar setelah dilakukan evaluasiterhadap efektifitas, keamanan, dan mutu vaksin oleh Komite Nasional
PenilaiObat Jadi (KOMNAS POJ). Di negara-negara maju, vaksin MMR digunakansecara luas untuk imunisasi anak.
e ) . K e a m a n a n v a k s i n M M R t e l a h d i b u k t i k a n d e n g a n b e r b a g a i p e n e l i t i a n d i l u a r negeri. Penelitian yang dilakukan mencakup pengamatan pasca pemasaran (post marketing surveillance) selama 30 tahun terhadap 250 juta dosis vaksinMMR di lebih dari 40 negara di Eropa, Amerika Utara, Australia, dan Asia. Laporan terakhir mengenai keamanan vaksin telah pula dilakukan di Finlandiasejak tahun 1982 selama 14 tahun. Studi tersebut dilakukan pada 1,8 juta anak yang menggunakan 3 juta dosis vaksin MMR. Pemantauan dilakukan terhadapsemua kejadian serius setelah imunisasi dan hasilnya menunjukkan tidak adalaporan kasus autisme yang berhubungan dengan penggunaan vaksin MMR.Hasil tersebut sesuai dengan Specific hypothesis driven studies yang pernah d i l a k u k a n s e b e l u m n y a . B e r d a s a r k a n k a j i a n t e r s e b u t d i a t a s , D e p a r t e m e n Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat dan Makanan,dan Ikatan Dokter Anak Indonesia mengambil kesimpulan bahwa tidak ada k a i t a n a n t a r a k e j a d i a n a u t i s m e p a d a a n a k d e n g a n i m u n i s a s i M M R .
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, Badan Pengawas Obat Dan M a k a n a n , d a n I k a t a n D o k t e r A n a k I n d o n e s i a a k a n t e r u s m e m a n t a u d a n m e n g k a j i e f e k t i f i t a s s e r t a k e a m a n a n s e m u a v a k s i n y a n g d i g u n a k a n d i Indonesia, termasuk vaksin MMR.
23
Masyarakat dan segenap tenaga kesehatand i I n d o n e s i a d i h a r a p k a n t i d a k p e r l u k h a w a t i r m e n g e n a i k e a m a n a n v a k s i n MMR.
3. Imunisasi Penyebab Autis ?
Kekawatiran Terhadap Thimerosal Dan Autis Dr Widodo Judarwanto SpADari waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum Autis tampaknya semakin meningkat pesat. Autis seolah-olah mewabah ke berbagai belahan dunia. Di beberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme yang cukup tajam. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi danin teraksi sosial. Di Amerika Serikat disebutkan Autis terjadi pada 60.000 – 15.000anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain menyebutkan angka kejadian autis 10-20kasus dalam 10.000 orang.Kontroversi yang terjadi akhir-akhir ini berkisar pada kemungkinan hubungan A u t i s d e n g a n i m u n i s a s i a n a k . B a n y a k o r a n g t u a m e n o l a k i m u n i s a s i k a r e n a m e n d a p a t k a n i n f o r m a s i b a h w a b e b e r a p a j e n i s i m u n i s a s i k h u s u s n y a k a n d u n g a n T h i m e r o s a l d a p a t m e n g a k i b a t k a n A u t i s . A k i b a t n y a , a n a k t i d a k m e n d a p a t k a n p e r l i n d u n g a n i m u n i s a s i u n t u k m e n g h i n d a r i p e n y a k i t -p e n y a k i t j u s t r u y a n g l e b i h berbahaya. Penyakit tersebut adalah hepatitis B, Difteri, Tetanus, pertusis, TBC dansebagainya. Banyak penelitian yang dilakukan secara luas ternyata membuktikan b a h w a A u t i s t i d a k b e r k a i t a n d e n g a n t h i m e r o s a l .
M e m a n g t e r d a p a t t e o r i a t a u kesaksian yang menunjukkan bahwa Autis dan berhubungan dengan thimerosal.Thimerosal atau Thiomersal adalah senyawa merkuri organik atau dikenalsebagai sodium etilmerkuri thiosalisilat, yang mengandung 49,6% merkuri.
Bahan inidigunakan sejak tahun 1930, sebagai bahan pengawet dan stabilizer dalam vaksin, produk biologis atau produk farmasi lainnya.
Thimerosal yang merupakan derivatdari etilmerkuri, sangat efektif dalam membunuh bakteri dan jamur dan mencegahkontaminasi bakteri terutama pada kemasan vaksin multidosis yang telah terbuka.
23
Selain sebagai bahan pengawet, thimerosal juga digunakan sebagai agen inaktivasi pada pembuatan beberapa vaksin, seperti pertusis aseluler atau pertusis ”whole-cell”.Food and Drug Administration (FDA) menetapkan peraturan penggunaan thimerosalsebagai bahan pengawet vaksin yang multidosis untuk mencegah bakteri dan jamur.Vaksin tunggal tidak memerlukan bahan pengawet. Pada dosis tinggi, merkuri danm e t a b o l i t n y a s e p e r t i e t i l m e r k u r i d a n m e t i l m e r k u r i b e r s i f a t n e f r o t o k s i s d a n neurutoksis.
Senyawa merkuri ini mudah sekali menembus sawar darah otak, dan dapat merusak otak.WHO (Worls Health Organization), FDA (Food and Drug Administration),EPA (US Enviromental Protection Agency), dan ATSDR Amerika Serikat (Agencyf o r T o x i s S u b s t a n c e s a n d D i s e a s e R e g i s t r y ) m e n g e l u a r k a n r e k o m e n d a s i t e n t a n g batasan paparan etilmerkuri yang masih bisa ditoleransi antara 0,1 – 0,47 ug/kg berat b a d a n / h a r i . K a n d u n g a n y a n g a d a d i d a l a m v a k s i n a d a l a h e t i l m e r k u r i b u k a n metilmerkuri. Etilmerkuri hanya mempunyai paruh waktu singkat di dalam tubuh,s e k i t a r 1 , 5 j a m , s e l a n j u t n y a a k a n d i b u a n g m e l a l u i s a l u r a n c e r n a . S e d a n g k a n metilmerkuri lebih lama berada di dalam tubuh.Pendapat yang mendukung Autis berkaitan dengan Thimerosal : Terdapat beberapa teori, penelitian dan kesaksian yang mengungkapkan Autisme mungkin berhubungan dengan imunisasi yang mengandung Thimerosal. Toksisitas merkuri pertama kali dilaporkan tahun 1960 di Minamata Jepang. Konsumsi ikan laut yangtercemari limbah industri, sehingga kadar merkuri yang dikandung ikan laut tersebutmencapai 11 mcg/kg dan kerang 36 mcg/kg (batas toleransi kontaminasi sekitar 1mcg/kg). Penelitian pada binatang ditemukan efek neurotoksik etilmerkuri dan metilmerkuri. Ditemukan kadarnya di dalam otak cukup tinggi pada metil merkuri.
Hal inimenunjukkan bahwa merkuri dapat menembus sawar darah otak.S a l i n e B e r n a r d a d a l a h p e r a w a t d a n j u g a o r a n g t u a d a r i s e o r a n g p e n d e r i t a Autisme bersama beberapa orang tua penderita Autis lainnya melakukan pengamatanterhadap imunisasi merkuri.
24
Mereka bersaksi di depan US House of Representatif (MPR Amerika) bahwa gejala yang diperlihatkan anak Autis hampir sama dengan g e j a l a k e r a c u n a n m e r k u r i B e b e r a p a o r a n g t u a p e n d e r i t a A u t i s d i I n d o n e s i a p u n , berkesaksian bahwa anaknya terkena autis setelah diberi imunisasiPenelitian dan rekomendasi yang menentang Thimerosal menyebabkan AutisSedangkan penelitian yang mengungkapkan bahwa Thimerosal tidak mengakibatkanA u t i s j u g a l e b i h b a n y a k l a g i . K r e e s t e n M . M a d s e n d k k d a r i b e r b a g a i i n t i t u s i d i denmark seperti Danish Epidemiology Science Centre, Department of Epidemiology and Social Medicine, University of Aarhus, Denmark Institute for Basic PsychiatricResearch, Department of Psychiatric Demography, Psychiatric Hospital in Aarhus,R i s s k o v , N a t i o n a l C e n t r e f o r R e g i s t e r - B a s e d R e s e a r c h , U n i v e r s i t y o f A a r h u s , A a r h u s , D e n m a r k , S t a t e S e r u m I n s t i t u t e , D e p a r t m e n t o f M e d i c i n e , C o p e n h a g e n , Denmark mengadakan penelitian bersama terhadap anak usia 2 hingga 10 tahun sejak tahun 1970 hingga tahun 2000.Mengamati 956 anak sejak tahun 1971 hingga 2000 anak dengan autis. Sejak thimerosal digunakan hingga tahun 1990 tidak didapatkan kenaikkan penderita auitissecara bermakna.
Kemudian sejak tahun 1991 hingga tahun 2000 bersamaan dengantidak digunakannya thimerosal pada vaksin ternyata jumlah penderita Autis malah meningkat drastis. Kesimpulan penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan antara pemberian Thimerazol dengan Autis.Stehr-Green P dkk, Department of Epidemiology, School of Public Health andCommunity Medicine, University of Washington, Seattle, WA, bulan Agustus 2003melaporkan antara tahun 1980 hingga 1990 membandingkan prevalensi dan insiden penderita autisme di California, Swedia, dan Denmark yang mendapatkan ekposur d e n g a n i m u n i s a s i T h i m e r o s a l . P e n e l i t i a n t e r s e b u t m e n y i m p u l k a n b a h w a i n s i d e n pemberian Thimerosal pada Autisme tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.Geier DA dalam Jurnal
Americans Physicians Surgery tahun 2003menungkapkan b a h w a T h i m e r o s a l t i d a k t e r b u k t i m e n g a k i b a t k a n g a n g g u a n n e u r o d e v e l o p m e n t (gangguan perkembangan karena persarafan) dan penyakit jantung.
25
Melalui forum National Academic Press tahun 2001, Stratton K dkk melaporkan tentang keamanant h i m e r o s a l p a d a v a k s i n d a n t i d a k b e r p e n g a r u h t e r h a d a p g a n g g u a n g a n g g u a n neurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan).H v i i d A d k k d a l a m l a p o r a n d i m a j a l a h J A M A 2 0 0 4 m e n g u n g k a p k a n penelitian terhadap 2 986 654 anak pertahun didapatkan 440 kasus autis. Dilakukan pengamatan pada kelompok anak yang menerima thimerosal dan tidak menerimathimerosal. Ternyata tidak didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan bahwa pemberian thimerosal tidak berhubungan dengan terjadinya autis.
Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat berbedadengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkantidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dan darah anak Autis.Pichichero melakukan penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6 bulan yang diberi vaksinyang mengandung thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontrol tanpa
diberithimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah,karena etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masih b a n y a k l a g i p e n e l i t i m e l a p o r k a n h a s i l y a n g s a m a , y a i t u t h i m e r o s a l t i d a k mengakibatkan Autis.
Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu kontroversitersebut tanpa memahami dengan jelas, maka masyarakat awam bahkan beberapa klinisipun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitanAutis dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas. Maka,akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahaya p a d a a n a k . P e n e l i t i a n d a l a m j u m l a h b e s a r d a n l u a s t e n t a n g T h i m e r o s a l t i d a k mengakibatkan Autis secara epidemiologis lebih bisa dipercaya untuk menunjukan s e b a b a k i b a t . L a p o r a n b e b e r a p a p e n e l i t i a n d a n k a s u s j u m l a h n y a r e l a t i f t i d a k b e r m a k n a d a n d a l a m p o p u l a s i y a n g k e c i l .
2 5
H a n y a m e n u n j u k a n k e m u n g k i n a n hubungan tidak menunjukkan sebab akibat. Beberapa institusi atau badan kesehatan dunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskan p e m b e r i a n i m u n i s a s i M M R . H a l i n i j u g a m e n a m b a h k e y a k i n a n b a h w a m e m a n g Thimerosal dalam vaksin memang benar aman.Walaupun paparan merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagian kecil saja yang mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitan dengan teori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metalotionin.Metalothionein merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri dari 61-68 asam amino, kaya sistein dan memiliki kemampuan untuk mengikat logam. Pada penderita Autis tampaknya didapatkan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Gangguan metabolismetersebut dapat mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran) logam berat (merkuri). Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat berbeda dengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkantidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dan darah anak Autis.Pichichero melakukan penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6 bulan yang diberi vaksinyang mengandung thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontrol tanpa diberithimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah,karena etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masih b a n y a k l a g i p e n e l i t i m e l a p o r k a n h a s i l y a n g s a m a , y a i t u t h i m e r o s a l t i d a k mengakibatkan Autis.
Bagaimana sikap kita sebaiknya ? Bila menyimak dan mengetahu kontroversi tersebut tanpa memahami dengan jelas, maka masyarakat awam bahkan beberapa klinisi pun jadi bingung. Bila terpengaruh oleh pendapat yang mendukung keterkaitanAutis dan imunisasi tanpa melihat fakta penelitian lainnya yang lebih jelas. Maka,akan mengabaikan imunisasi dengan segala akibatnya yang jauh lebih berbahaya p a d a a n a k .
2 6
P e n e l i t i a n d a l a m j u m l a h b e s a r d a n l u a s t e n t a n g T h i m e r o s a l t i d a k mengakibatkan Autis secara epidemiologis lebih bisa dipercaya untuk menunjukan s e b a b a k i b a t . L a p o r a n b e b e r a p a p e n e l i t i a n d a n k a s u s j u m l a h n y a r e l a t i f t i d a k b e r m a k n a d a n d a l a m p o p u l a s i y a n g k e c i l . H a n y a m e n u n j u k a n k e m u n g k i n a n hubungan tidak menunjukkan sebab akibat.
Beberapa institusi atau badan kesehatandunia yang bergengsi pun telah mengeluarkan rekomendasi untuk tetap meneruskan p e m b e r i a n i m u n i s a s i M M R . H a l i n i j u g a m e n a m b a h k e y a k i n a n b a h w a m e m a n g Thimerosal dalam vaksin memang benar aman.Walaupun paparan merkuri terjadi pada setiap anak, namun hanya sebagiankecil saja yang mengalami gejala Autis. Peristiwa tersebut mungkin berkaitan denganteori genetik, salah satunya berkaitan dengan teori Metalotionin. Metalothionein merupakan suatu rantai polipeptida liner tediri dari 61-68 asam amino, kaya sisteindan memiliki kemampuan untuk mengikat logam. Pada penderita Autis tampaknyadidapatkan adanya gangguan metabolisme metalotionin. Gangguan metabolismetersebut dapat mengakibatkan gangguan ekskresi (pengeluaran) logam berat (merkuri,dll) dari tubuh anak autis.
Gangguan itu mengakibatkan peningkatan logam berat d a l a m t u b u h y a n g d a p a t m e n g g a n g g u o t a k , m e s k i p u n a n a k t e r s e b u t m e n e r i m a merkuri dalam batas yang masih ditoleransi.P a d a a n a k s e h a t b i l a m e n e r i m a m e r k u r i d a l a m b a t a s t o l e r a n s i , t i d a k mengakibatkan gangguan. Melalui metabolisme metalotionin pada tubuh anak, logam berat tersebut dapat dikeluarkan oleh tubuh. Tetapi pada anak Autis terjadi gangguan metabolisme metalotionin.Kejadian itulah yang menunjukkan bahwa imunisasi yangmengandung thimerosal harus diwaspadai pada anak yang beresiko Autis, tetapi tidak perlu dikawatirkan pada anak normal lainnya.P e n e l i t i a n a t a u p e n d a p a t b e b e r a p a k a s u s y a n g m e n d u k u n g k e t e r k a i t a n Autisme dengan imunisasi, tidak boleh diabaikan bergitu saja. Sangatlah bijaksana u n t u k l e b i h w a s p a d a , b i l a a n a k s u d a h m u l a i t a m p a k d i t e m u k a n p e n y i m p a n g a n perkembangan atau perilaku sejak dini.
27
Dalam kasus tersebut untuk mendapatkanimunisasi yang mengandung Thimerosal harus berkonsutlasi dahulu dengan dokter a n a k . M u n g k i n h a r u s m e n u n d a d a h u l u i m u n i s a s i y a n g m e n g a n d u n g t h i m e r o s a l sebelum dipastikan diagnosis Autis dapat disingkirkan. Dalam hal seperti ini, harus dipahami dengan baik resiko, tanda dan gejala autis sejak dini.Bila anak tidak beresiko atau tidak menunjukkan tanda tanda dini terjadinyaAutis maka tidak perlu kawatir untuk mendapatkan imunisasi tersebut. Kekawatirant e r h a d a p i m u n i s a s i t a n p a d i d a s a r i p e m a h a m a n y a n g b a i k , a k a n m e n i m b u l k a n permasalahan kesehatan yang baru pada anak kita. Dengan menghindari imunisasi, b e r e s i k o t e r j a d i a k i b a t
b e r b a h a y a d a n d a p a t m e n g a n c a m j i w a . B i l a a n a k t e r k e n a infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi.
H. Jadwal Pemberian Imunisasi
1 . J a d w a l p e m b e r i a n V a k s i n H e p a t i t i s B d i b e r i k a n d a l a m s a t u s e r i y a n g t e r d i r i dari 3 kali suntik.
•P e r t a m a : B i l a i b u a d a l a h p e m b a w a v i r u s d a l a m d a r a h n y a , m a k a vaksin harus diberikan paling lama 12 jam setelah lahir. Tetapi bila ibubukan pembawa virus, bisa diberikan pada kontrol di bulan pertamaatau kedua.
•Kedua : Kalau yang pertama diberikan segera setelah lahir, yang keduad i b e r i k a n a n t a r a b u l a n p e r t a m a d a n k e d u a . B i l a y a n g p e r t a m a diberikan setelah sebulan, maka yang kedua diberikan antara bulan ketiga dan keempat.
•Ketiga : Diberikan pada usia 6 bulan untuk yang mendapatkan vaksin p e r t a m a s e b e l u m u s i a 1 b u l a n . U n t u k y a n g m e n d a p a t k a n v a k s i n pertama setelah usia 1 bulan, diberikan pada usia antara 6 s/d 18 bulan.
•Resiko yang mungkin timbul Resiko serius yang berkaitan dengan pemberian vaksin HBV sangat jarang terjadi. Biasanya efek samping hanya bagian bekas suntik menjadi kemerah-merahan.
•Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila ada reaksi alergi serius terhadap suntikan vaksin.
28
•Setelah pemberian Setelah vaksinasi panas badan anak mungkin naik,dan juga daerah sekitar bekas suntikan menjadi merah. Untuk itu anda bisa memakai obat penurun panas (Tempra, Sanmol, dll), dan kompresdengan air hangat bagian bekas suntikan.
2 . J a d w a l p e m b e r i a n
D i b e r i k a n s e b a g a i s a t u s e r i y a n g t e r d i r i d a r i 5 k a l i s u n t i k . Yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15 s/d 18 bulan dan terakhir saat s e b e l u m m a s u k s e k o l a h ( 4 s / d 6 t a h u n ) . D i a n j u r k a n u n t u k m e n d a p a t k a n vaksin Td (penguat terhadap difteri dan tetanus) pada usia 11 s/d 12 tahun a t a u p a l i n g l a m b a t 5 t a h u n s e t e l a h i m u n i s a s i D T P t e r a k h i r . S e t e l a h i t u direkomendasikan untuk mendapatkan Td setiap 10 tahun.
•R e s i k o y a n g m u n g k i n t i m b u l S e r i n g k a l i p e m b e r i a n v a k s i n i n i menimbulkan panas badan ringan atau panas di sekitar bekas suntikanyang diakibatkan oleh komponen pertussis dalam vaksin.
•Menunda pemberian : Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badanringan. Bila anak memiliki kelainan syaraf atau tidak tidak tumbuh secara normal, komponen pertussis dari vaksin dianjurkan untuk tidak d i b e r i k a n d a n h a n y a D T ( d i f t e r i &
t e t a n u s ) s a j a . B i l a s e t e l a h m e n d a p a t k a n v a k s i n D T P ( D T a P ) t i m b u l g e j a l a s e p e r t i d i b a w a h k o n s u l t a s i k a n d e n g a n d o k t e r a n a k s e b e l u m m e n d a p a t k a n v a k s i n lainnya : kejang-kejang dalam 3 s/d 7 hari setelah imunisasi kejang-kejang yang makin memburuk dibanding sebelumnya apabila pernahm e n g a l a m i n y a r e a k s i a l e r g i k e s u l i t a n m a k a n a t a u g a n g g u a n p a d a m u l u t , t e n g g o r o k a n a t a u m u k a p a n a s b a d a n l e b i h d a r i 4 0 d e r a j a t Celcius (105 derajat Fahrenheit) pingsan dalam 2 hari pertama setelahimunisasi terus menangis lebih dari 3 jam di 2 hari pertama setelah imunisasi
•Setelah pemberian : Anak mungkin mengalami panas badan ringan dan atau kemerah-merahan di sekitar bekas suntikan. Untuk mencegah panas badan kadangkala dokter anak memberikan resep obat sebelumimunisasi.
29
Segera hubungi dokter anak anda apabila timbul gejala- gejala seperti diatas.3.HIB (Haemophilus Influenza Tipe B) Jadwal pemberian Diberikan pada usia2 bulan, 4 bulan dan sekitar 6 bulan. Setelah itu diberikan sebagai penguat pada usia 12 s/d 15 bulan.
•Resiko yang mungkin timbul Sangat sedikit sekali efek sampingan y a n g p e r n a h d i t e m u k a n , k e c u a l i k e m e r a h - m e r a h a n d a n n y e r i p a d a bagian bekas suntikan atau panas badan ringan.
•Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan r i n g a n . B i l a a d a r e a k s i a l e r g i s e t e l a h i m u n i s a s i , m a k a p e m b e r i a n vaksin Hib berikutnya harus dihentikan.
•Setelah pemberian Persiapkan obat-obatan untuk penurun panas badanringan.
4 . P O L I O
J a d w a l p e m b e r i a n D i b e r i k a n p a d a u s i a 3 b u l a n , 4 b u l a n , 5 b u l a n , 1 2 s / d 1 8 b u l a n d a n s a a t s e b e l u m m a s u k s e k o l a h ( 4 s / d 6 t a h u n ) . I m u n i s a s i p e r t a m a d a n k e d u a a d a l a h I P V s e d a n g d u a t e r a k h i r d e n g a n O P V . N a m u n apabila tidak ada gangguan dianjurkan untuk mendapatkan vaksin semuanyas e c a r a I P V .
U n t u k i t u k o n s u l t a s i k a n d e n g a n d o k t e r a n a k a n d a m a n a y a n g terbaik untuk kasus anak anda.
•R e s i k o y a n g m u n g k i n t i m b u l B a g i a n d a y a n g b e l u m p e r n a h m e n d a p a t k a n i m u n i s a s i p o l i o p a d a s a a t b a l i t a d i a n j u r k a n u n t u k imunisasi dengan IPV sebelum anak anda mendapatkan vaksin poliosecara OPV. Ini untuk mencegah penularan virus polio hidup yang terkandung dalam vaksin OPV ke anda.
•M e n u n d a p e m b e r i a n A p a b i l a a n a k m e m i l i k i g a n g g u a n k e k e b a l a n tubuh, vaksin IPV lebih baik daripada OPV. Sebagai catatan, untuk anak-anak tipe ini harus dihindari kontak dengan anak lain yang baru saja menerima vaksin OPV sampai sekitar 2 minggu setelah vaksinasi.
30
Vaksin IPV tidak boleh diberikan kepada anak yang memiliki alergiserius terhadap antibiotika neomycin atau streptomycin. Untuk itu sebaiknya diberikan vaksin tipe OPV.
•S e t e l a h p e m b e r i a n U n t u k I P V , s e r i n g m e n i m b u l k a n p a n a s b a d a n r i n g a n d a n n y e r i a t a u k e m e r a h - m e r a h a n d i s e k i t a r b e k a s s u n t i k a n . Untuk OPV tidak ada gejala pasca imunisasi apapun.5.BCG Jadwal pemberian Diberikan satu kali pada usia 2 bulan.
•Resiko yang mungkin timbul Jarang ditemui adanya reaksi berlebihanterhadap vaksin ini.
•Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan.
•Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.6.MMR / CAMPAK Jadwal pemberian Diberikan sebagai satu seri yang terdiridari dua kali pemberian. Yaitu pada usia 12 s/d 15 bulan dan saat sebelummasuk sekolah (4 s/d 6 tahun) atau pada usia 11 s/d 12 tahun.
•R e s i k o y a n g m u n g k i n t i m b u l J a r a n g s e k a l i t i m b u l m a s a l a h s e r i u s akibat vaksin ini.
•Menunda pemberian Bila anak sakit lebih dari sekedar panas badan ringan. Bila memiliki alergi terhadap telur atau antibiotika neomycin.Bila menerima gamma globulin dalam selang waktu 3 bulan sebelumimunisasi. Bila memiliki gangguan kekebalan tubuh akibat kanker atausedang menjalani terapi kemo atau radiasi.
•Setelah pemberian Seperti vaksin lainnya cukup siapkan obat penurun panas, apabila tidak ada gejala lain yang serius.
31
Tabel jadwal imunisasi umum :
JADWAL PEMBERIAN JENIS VAKSIN
Waktu Lahir BCG,Hepatitis B (dosis I)
Umur 1Bulan Hepatitis B (dosis II)
Umur 2 Bulan DPT dan Polio (dosis I)
Umur 3 Bulan DPT dan Polio(dosis II)
Umur 4 Bulan DPT dan Polio(dosis III)
Umur 5 Bulan Polio (dosis IV)
Umur 6 Bulan Hepatitis (dosis III)
Umur 9 bulan Campak
Umur 15 Bulan MMR
Umur 18 Bulan DPT(dosis IV),Polio (dosis V)
Kls 1 SD DT(dosis I dan II)
32
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Imunisasi merupakan hal yang terpenting dalam usaha melindungi kesehatananak anda. Imunisasi bekerja dengan cara merangsang timbulmya kekebalan tubuh y a n g a k a n m e l i n d u n g i a n a k a n d a d a r i p e n y a k i t - p e n y a k i t s e b a g a i b e r i k u t : p o l i o , campak, gondongan, campak Jerman, influenza, tetanus, difteri dan pertusis (batuk rejan).Tanpa pemberian vaksin, jumlah kematian anak-anak yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut meningkat dan banyak orang yang mengalami komplikasi kronik setelah menderita penyakit tersebut.
33
DAFTAR PUSTAKA
1 . A g u n g , I G u s t i N g u r a h , 2 0 0 1 . S t a t i s t i k a A n a l i s i s H u b u n g a n K a u s a l Berdasarkan Data Kategorik. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa.
2.http://eprints.ums.ac.id/888/1/2008v1n102.pdf 3.http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15&id=44.http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/12/imunisasi-dan-faktor-yang-mempengaruhinya/ 5.http://www.ictjogja.net/kesehatan/C5_1.htm6.http://vinadanvani.wordpress.com/2008/02/20/jenis-imunisasi-yang- diawajibkan-dan-dianjurkan/ 7.http://m.infeksi.com/articles.php?lng=en&pg=15&id=138.http://www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imuni sasi.pdf 9.www.google.com
34
Diposkan oleh andri sutiawan di 21.40
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
1 komentar:
1.
andri sutiawan 9 Januari 2013 19.10 ASKEP yang saya buat ini menjadikan saya jadi tahu tentang imunisasi
Balas
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
avril lavigneArsip Blog
2013 (3)
2012 (1)
o November (1)
MAKALAH IMUNISASI Mengenai Saya
andri sutiawan Lihat profil lengkapku
Template Ethereal. Diberdayakan oleh Blogger.