askep kelompok 10 agustus 2012

118
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang selalu tumbuh dan selalu berkembang mulai dari bayi hingga lanjut usia. Seiring dengan bertambahnya usia lansia akan mengalami perubahan baik fisik, mental, psikososial ataupun spiritual. Perubahan pada berbagai aspek tersebut akan menimbulkan masalah baik fisik, psikososial ataupun ekonomi. Pada sebagian lansia karena kondisinya yang tidak memungkinkan masa tua berarti tidak produktif atau tidak berpenghasilan lagi. Lansia bergantung atau menjadi beban anak cucu / anggota keluarga yang lain sehingga kadangkala lansia mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari keluarga yang mengakibatkan lansia ditempatkan di panti sosial. Keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan dan perbaikan kondisi sosial telah mampu meningkatkan usia harapan hidup ( life expectancy) manusia Indonesia. Hal ini tercatat pada tahun 1990 usia harapan hidup rata – rata mencapai 59 tahun dan tahun 2000 menjadi 67 tahun untuk laki – laki dan 71 tahun untuk 1

Upload: anatyas90

Post on 26-Jul-2015

127 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosio-spiritual yang selalu tumbuh

dan selalu berkembang mulai dari bayi hingga lanjut usia. Seiring dengan

bertambahnya usia lansia akan mengalami perubahan baik fisik, mental,

psikososial ataupun spiritual. Perubahan pada berbagai aspek tersebut akan

menimbulkan masalah baik fisik, psikososial ataupun ekonomi. Pada sebagian

lansia karena kondisinya yang tidak memungkinkan masa tua berarti tidak

produktif atau tidak berpenghasilan lagi. Lansia bergantung atau menjadi beban

anak cucu / anggota keluarga yang lain sehingga kadangkala lansia mendapatkan

perlakuan yang kurang baik dari keluarga yang mengakibatkan lansia

ditempatkan di panti sosial.

Keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan dan perbaikan kondisi

sosial telah mampu meningkatkan usia harapan hidup ( life expectancy) manusia

Indonesia. Hal ini tercatat pada tahun 1990 usia harapan hidup rata – rata

mencapai 59 tahun dan tahun 2000 menjadi 67 tahun untuk laki – laki dan 71

tahun untuk perempuan atau rata – rata 69 tahun. Berarti terjadi kenaikan rata –

rata 1,4 % per tahun. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan 500

juta dengan rata – rata 60 tahun dan diperkirakan tahun 2025 akan menjadi 1,2

milyar. Di Indonesia sendiri dari tahun ke tahun jumlah lansia juga mengalami

peningkatan. Pada tahun 2000 jumlah lansia berjumlah 15,8 juta jiwa. Pada tahun

2020 diperkirakan jumlah lansia akan mencapai 28,28 juta jiwa yang kita kenal

dengan bom lansia.

Perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik menyebabkan usia lansia kurang mendapat perhatian

sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan menjadi terlantar. Dalam

1

Page 2: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

masyarakat kita sering dijumpai pengertian dan mitos yang salah kaprah

mengenai lansia sehingga banyak merugikan lansia. Dalam masyarakat kita

selaku orang timur dengan budaya kekeluargaan yang sangat kental, anak cucu

dan sanak saudara dari para lansia pada umumnya sangat tidak keberatan untuk

menerima kehadiran dan keberadaan lansia dalam keluarganya. Namun adanya

pandangan yang keliru seperti tersebut di atas tak urung bisa mempengaruhi

anggota keluarga dalam memperlakukan para lansia sehingga lansia ditempatkan

di panti sosial. Selain itu karena alasan kesibukan dan juga tidak ada anggota

keluarga yang merawat lansia di rumah maka lansia juga akan ditempatkan di

panti sosial.

Berkaitan dengan masalah tersebut maka mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Banyuwangi Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan I Kelompok

A, melaksanakan praktek keperawatan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Banyuwangi sebagai konteks keperawatan gerontik mulai tanggal 09 Agustus

sampai dengan 18 Agustus 2012 sehingga bisa memberikan asuhan keperawatan

gerontik secara komprehensif.

1.2 Tujuan Kegiatan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien usia lanjut

dalam kehidupan di dalam panti secara komprehensif dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1) Mahasiswa dapat melakukan pengkajian situasi yang ada dalam suatu

panti.

2) Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul

pada klien lansia yang tinggal dalam lingkungan panti baik yang

bersifat aktual, potensial maupun resiko.

2

Page 3: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

3) Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk

mengatasi masalah yang terjadi pada lansia yang tinggal dalam panti

sesuai deangan konsep keperawatan gerontik.

4) Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan pada klien lansia.

5) Mahasiswa dapat melakukan evaluasi dari tindakan yang telah

dilakukan pada lansia di dalam lingkungan panti.

1.2.3 Manfaat Kegiatan

Manfaat dari praktek keperawatan gerontik adalah :

1) Bagi mahasiswa

Dapat menerapkan konsep teori / asuhan keperawatan gerontik pada lansia.

2) Bagi lansia di panti

a) Lansia mendapatkan pelayanan keperawatan yang komprehensif.

b) Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya.

c) Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya secara

sederhana.

3) Bagi institusi penyelenggara panti

a) Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia yang

tinggal di panti.

b) Mendapatkan masukan atau input dari mahasiswa mengenai masalah

kesehatan pada lansia serta alternatif penanganannya.

4) Bagi intitusi penyelenggara pendidikan.

Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada klien

lansia yang tinggal dalam lingkungan panti sekaligus sebagai sarana

evaluasi terhadap proses pembelajaran mahasiswa berkaitan dengan

praktek klinik keperawatan dalam tahap profesi.

3

Page 4: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

1.2.4 Batasan Masalah

Untuk membatasi meluasnya masalah maka kami membahas masalah

ini pada proses asuhan keperawatan klien lansia yang bermasalah.

1.2.5 Sistematika penulisan

Laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab 1 : Pendahuluan

Bab 2 : Tinjauan teori

Bab 3 : Pengkajian

Bab 4 : Perencanaan

Bab 5 : Pelaksanaan Dan Kegiatan

Bab 6 : Penutup

4

Page 5: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep lansia

2.1 Pengertian Lanjut Usia

Proses menua merupakan suatu yang fisiologis, yang akan dialami oleh

setiap orang. Batasan orang dikatakan lansia berdasarkan UU No.13 tahun 1998

adalah 60 tahun. Depkes dikutif dari Azis (1994) lebih lanjut membuat

penggolongan lansia menjadi 3 (tiga) kelompok yakni:

1. Kelompok lansia dini (55-64 tahun), yakni keompok yang baru

memasuki lansia

2. Kelompok lansia (65 tahun keatas)

3. Kelompok lansia resiko tinggi, yakni lansia yang berusia lebih dari 70

tahun.

2.1 Proses Terjadinya Penuaan

Proses terjadinya penuaan dijelaskan dalam beberapa teori penuaan, antara lain :

2.2.1 Biologi

a. Teori "Genetic Clock";

Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat adanya

program jam genetik didalam nuklei. Jam ini akan berputar dalam jangka

waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis putarannya maka, akan

menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini ditunjukkan oleh hasil

penelitian Haiflick, (1980) dikutif Darmojo dan Martono (1999) dari teori itu

dinyatakan adanya hubungan antara kemampuan membelah sel dalam kultur

dengan umur spesies Mutasisomatik (teori error catastrophe) hal penting

lainnya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor-aktor penyebab

terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan yang menyebabkan

terjadinya mutasi somatik. Sekarang sudah umum diketahui bahwa radiasi

5

Page 6: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

dan zat kimia dapat memperpendek umur. Menurut teori ini terjadinya mutasi

yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya

penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

b. Teori “Error”

Salah satu hipotesis yang yang berhubungan dengan mutasi sel

somatik adalah hipotesis "Error Castastrophe" (Darmojo dan Martono, 1999).

Menurut teori tersebut menua diakibatkan oleh menumpuknya berbagai

macam kesalahan sepanjang kehidupan manusia. Akibat kesalahan tersebut

akan berakibat kesalahan metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan

sel dan fungsi sel secara perlahan.

c. Teori “Autoimun”

Proses menua dapat terjadi akibat perubahan protein pasca tranlasi

yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh

mengenali dirinya sendiri (Self recognition). Jika mutasi somatik

menyebabkan terjadinya kelainan pada permukaan sel, maka hal ini akan

mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel yang mengalami

perubahan tersebut sebagai sel asing dan menghancurkannya Goldstein(1989)

dikutip dari Azis (1994). Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya

prevalensi auto antibodi pada lansia (Brocklehurst,1987 dikutif dari Darmojo

dan Martono, 1999). Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya

pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya

terhadap antigen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat

sesuai dengan menigkatnya umur (Suhana,1994 dikutif dari Nuryati, 1994)

d. Teori “Free Radical”

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal bebas

dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa : superoksida (O2),

Radikal Hidroksil (OH) dan Peroksida Hidrogen (H2O2). Radikal bebas

sangat merusak karena sangat reaktif , sehingga dapat bereaksi dengan

6

Page 7: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Menurut Oen (1993) yang dikutif

dari Darmojo dan Martono (1999) menyatakan bahwa makin tua umur

makin banyak terbentuk radikal bebas, sehingga poses pengrusakan terus

terjadi , kerusakan organel sel makin banyak akhirnya sel mati.

e. Wear &Tear Teori

Kelebihan usaha dan stress menyebaban sel tubuh rusak.

f. Teori kolagen

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan kecepatan

kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel jaringan.

2.2.2 Teori Sosiologi

a. Activity theory, ketuaan akan menyebabkan penurunan jumlah kegiatan

secara langsung.

b. Teori kontinuitas, adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan

adanya suatu pola prilaku yang meningkatkan stress.

c. Disengagement Theory, putusnya hubungan dengan dunia luar seperti

hubungan dengan masyarakat, hubungan dengan individu lain.

d. Teori Stratifikasi usia, karena orang yang digolongkan dalam usia tua

akan mempercepat proses penuaan.

2.2.3 Teori Psikologis

a. Teori kebutuhan manusia dari Maslow, orang yang bisa mencapai

aktualisasi menurut penelitian 5% dan tidak semua orang bisa mencapai

kebutuhan yang sempurna.

b. Teori Jung, terdapat tingkatan-tingkatan hidup yang mempunyai tugas

dalam perkembangan kehidupan.

c. Course of Human Life Theory, Seseorang dalam hubungan dengan

lingkungan ada tingkat maksimumnya.

7

Page 8: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

d. Development Task Theory, Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas

perkembangan sesuai dengan usianya.

2.2.4 Konsep Model Florence Nightingle

Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek

lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan

psikologis dan lingkungan sosial.

a. Lingkungan fisik (physical enviroment)

Merupakan lingkungan dasar/alami yan berhubungan dengan

ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap

lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien

dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap,

bau-bauan.Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara

bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat

sedemikian rupa sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain

maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus

memberikan memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas. Tempat

tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan

dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian

rupa supaya mendapat ventilasi.

b. Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)

F. Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif

dapat menyebabkan stress fsiik dan berpengaruh buruk terhadap emosi

pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan

fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik dan

aktivitas manual dapat merangsang semua faktor untuk membantu

pasien dalam mempertahankan emosinya.

8

Page 9: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks

lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara

terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang

dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan

pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau

jauh dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang

terlalu muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya.

Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada

atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik

dapat memberikan rasa nyaman.

c. Lingkungan sosial (social environment)

Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang

spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan

keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan

demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi

dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar

data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya.

Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial

dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungnya individu pasien yaitu

lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan

rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas

yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.

d. Hubungan teori Florence Nightingale dengan beberapa konsep

Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan :

1. Individu / manusia

Memiliki kemampuan besar untuk perbaikan kondisinya dalam

menghadapi penyakit.

9

Page 10: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

2. Keperawatan

Bertujuan membawa / mengantar individu pada kondisi terbaik

untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar untuk

mempengaruhi lingkungan.

3. Sehat / sakit

Fokus pada perbaikan untuk sehat.

4. Masyarakaat / lingkungan

Melibatkan kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan

perkembangan individu, fokus pada ventilasi, suhu, bau, suara dan

cahaya.

e. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan

1. Pengkajian / pengumpulan data

Data pengkajian Florence N lebih menitik beratkan pada kondisi

lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial).

2. Analisa data

Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan

mental yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan

dengan lingkungan keseluruhan.

3. Masalah

Difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan misalnya :

Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan

Ventilasi

Pembuangan sampah

Pencemaran lingkungan

Komunikasi sosial, dll

10

Page 11: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

4. Diagnosa keperawatan

Berbagai masalah klien yang berhubungan dengan lingkungan

antara lain:

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas

asuhan.

Penyesuaian terhadap lingkungan.

Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.

5. Implementasi

Upaya dasar merubah / mempengaruhi lingkungan yang

memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang baik yang

mempengaruhi kehidupan, perrtumbuhan dan perkembangan

individu.

6. Evaluasi

Mengobservasi dampak perubahan lingkungan terhadap kesehatan

individu.

f. Hubungan teori Florence Nightingale dengan teori-teori lain :

1. Teori adaptasi

Adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap kekuatan

yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks lingkungan

menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berrhasil tidaknya

respon adapatsi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan

yang dijelaskan Florence N.

Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai

pengaruh dari lingkungannya berperanpenting pada setiap individu

dalam berespon adaptif atau mal adaptif.

11

Page 12: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

2. Teori kebutuhan

Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada penekanan

teori Florence N, sebagai contoh kebutuhan oksigen dapat

dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan

yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang

bersih.

Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan

kebutuhan yang berhubungan dengan kemampuan manusia dalam

mempertahankan hidupnya.

3. Teori stress

Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam

lingkungan, yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip

tergantung pada hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk

mengambil tindakan positip dalam mencapai keinginan atau

kebutuhan.

Stress juga dapat menyebabkan kelelahan jika stress begitu

kuat sehingga individu tidak dapat mengatasi. Florence N,

menekankan penempatan pasien dalam lingkungan yang optimum

sehingga akan menimumkan efek stressor, misalnya tempat yang

gaduh, membangunkan pasien dengan tiba-tiba, ,semuanya itu

dipandang sebagai suatu stressor yang negatif. Jumlah dan lamanya

stressor juga mempunyai pengaruh kuat pada kemampuan koping

individu.

4. Teori Kejiwaan sosial

a. Aktifitas atau kegiatan ( activity theory )

Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah secara

langsung. Teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses

12

Page 13: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

adalah mereka yang aktif dan ikut dalam banyak kegiatan

sosial

Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup

dari lanjut usia

Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu

agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

b. Kepribadian berlanjut ( continuity theory )

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada

lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas.

Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada

seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe

personality yang dimiliki.

5. Teori Pembebasan ( Disengagement theory )

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia,

seseorang secara bengangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan sosialnya. Keadaan ini mengakibatkan interksi sosial

lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas

sehingga sering terjadi kehilangan ganda ( tripel loss ), yakni 1)

kehilangan peran 2) hambatan kontak sosial 3) berkurangnya

kontak komitmen

2.2 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia

1. Perubahan Fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ

tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,

kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal,

genito urinaria, endokrin dan integumen.

13

Page 14: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

a. Sistem pernafasan pada lansia.

1. Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume

udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.

2. Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk

sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

3. Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga

jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan,

kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

4. Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan

normal 50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.

5. Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose

oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua

kejaringan.

6. CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri

juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.

7. Kemampuan batuk yang berkurang, sehingga pengeluaran sekret &

corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial

terjadinya obstruksi.

b. Sistem persyarafan.

1. Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.

2. Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.

3. Mengecilnya syaraf panca indera.

4. Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

14

Page 15: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.

1. Penglihatan

a. Kornea lebih berbentuk skeris.

b. Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.

c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

d. Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.

e. Hilangnya daya akomodasi.

f. Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.

g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada

skala.

2. Pendengaran.

a. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :

Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara

yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas

umur 65 tahun.

b. Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

c. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya kreatin.

3. Pengecap dan penghidu.

a. Menurunnya kemampuan pengecap.

b. Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera

makan berkurang.

4. Peraba.

a. Kemunduran dalam merasakan sakit.

b. Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

c. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

15

Page 16: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

1. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

2. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun

sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya.

3. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,

perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa

menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

(mengakibatkan pusing mendadak).

4. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

c. Sistem genito urinaria.

1. Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran

darah ke ginjal menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulo

menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya

kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun

proteinuria ( biasanya + 1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai

ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi

lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan

frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada

pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

3. Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia

diatas 65 tahun.

4. Atropi vulva.

5. Vagina, Selaput menjadi kering, elastisitas jaringan

menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,

reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

16

Page 17: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

6. Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung

menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan

terus.

d. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.

1. Produksi hampir semua hormon menurun.

2. Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.

3. Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah

dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari

ACTH, TSH, FSH dan LH.

4. Menurunnya aktivitas tiriod BMR turun dan

menurunnya daya pertukaran zat.

5. Menurunnya produksi aldosteron.

6. Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron,

estrogen, testosteron.

7. Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism,

depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi

tekanan jiwa (stess).

e. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

1. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal

disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain

meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis

dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya

sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin,

asam & pahit.

3. Esofagus melebar.

4. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar

menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

17

Page 18: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

5. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

6. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

7. Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat

penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

f. Sistem muskuloskeletal.

1. Tulang kehilangan densikusnya rapuh.

2. Resiko terjadi fraktur.

3. Kyphosis.

4. Persendian besar & menjadi kaku.

5. Pada wanita lansia > resiko fraktur.

6. Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

7. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi

pendek ( tinggi badan berkurang ).

a. Gerakan volunter gerakan berlawanan.

b. Gerakan reflektonik Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi

terhadap rangsangan pada lobus.

c. Gerakan involunter Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai

reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus

d. Gerakan sekutu Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk

menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunter.

g. Perubahan sistem kulit & jaringan ikat.

1. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2. Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan

hilangnya jaringan adiposa

3. Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik,

sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang

tinggi.

18

Page 19: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

4. Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat

menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi

pigmen.

5. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan

penyembuhan luka luka kurang baik.

6. Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

7. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak

serta warna rambut kelabu.

8. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang

kadang menurun.Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan

metabolisme yang menurun.

9. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi

panas yang banyak rendahnya akitfitas otot.

h. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.

1. Perubahan sistem reprduksi.

a. selaput lendir vagina menurun/kering.

b. menciutnya ovarium dan uterus.

c. atropi payudara.

d. testis masih dapat memproduksi meskipun adanya

penurunan secara berangsur berangsur.

e. dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal

kondisi kesehatan baik.

2. Kegiatan sexual.

Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi

kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang

mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga

sisi : 1) fisik, Secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara

biologis melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses

19

Page 20: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

reproduksi, 2) rohani, Secara rohani tertuju pada orang lain sebagai

manusia, dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan

sexualitas melalui pola pola yang baku seperti binatang dan 3) sosial,

Secara sosial kedekatan dengan suatu keadaan intim dengan orang lain

yang merupakan suatu alat yang apling diharapkan dalammenjalani

sexualitas.

Sexualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya,

yaitu dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain

mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak

yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain

unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan

lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil

alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman sex.

2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :

a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (herediter)

e. Lingkungan

f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian

g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan

famili

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri

dan perubahan konsep diri

20

Page 21: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

Perubahan kepribadian yang drastic, keadaan ini jarang terjadi lebih

sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin

oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.

Kenangan ( memory ) ada dua; 1) kenangan jangka panjang, berjam-jam

sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan, 2) kenangan

jangka pendek atau seketika ( 0-10 menit ), kenangan buruk.

Intelegentia Quation; 1) tidak berubah dengan informasi matematika dan

perkataan verbal, 2) berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan

psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-

tekanan dari faktor waktu.

Pengaruh proses penuaan pada fungsi psikososial.

1. Perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya

penurunan fungsi, kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran

mengakibatkan kurangnya percaya diri pada fungsi mereka.

2. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi

sel-sel otak.

3. Gangguan halusinasi.

4. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi.

5. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir

dan gambaran diri.

3. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya

(Maslow, 1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini

terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. ( Murray dan Zentner,

1970 ).

21

Page 22: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi penuaan

1. Herediter atau ketuaan genetik.

2. Nutrisi atau makanan.

3. Status kesehatan.

4. Pengalaman hidup.

5. Lingkungan.

6. Stress.

2.4 Proses menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa

dan masa tua ( Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis

maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara

fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,

rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan

lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitifitas emosional meningkat

dan kurang gairah.

Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi

tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya lanjut usia harus sehat. Sehat

dalam hal ini diartikan :

1. Bebas dari penyakit fisik, mental, dan sosial.

2. Mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari.

3. Mendapat dukungan secara sosial dari

keluarga dan masyarakat ( Rahardjo, 1996 ).

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan

yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus menerus. Apabila

proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbullah

22

Page 23: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

berbagai masalah. Hurlock ( 1979 ) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto

( 1994) menyebutkan masalah-masalah yang menyertai lansia yaitu :

1. Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang

lain.

2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola

hidupnya.

3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah

meninggal atau pindah.

4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang bertambah

banyak.

5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan

dengan perubahan fisik, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik

yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat

terhadap diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin

berkurang. Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terkhir minta terhadap

kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu diperlukan

motivasi yang tinggi pada diri lansia untuk selalu menjaga kebugaran fisiknya

agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlikan untuk melakukan latihan

fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan kebugaran fisiknya.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock ( 1990 ) mengatakan

bahwa perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya

terhadap perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya.

Bagaimana sikap yang ditunjukan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal

ini tergantung dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman

pribadinya. Perubahan yang diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang

berkaitan dengan masalah peningkatan kesehatan, ekonmi atau pendapatan dan

peran sosial ( Goldstein, 1992 ).

23

Page 24: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri-ciri

penyesuaian yang tidak baik dari lansia ( Hurlock, 1979 ) di kutip oleh Munandar

( 1994 ) adalah :

1. Minat sempit terhadap kejadian di

lingkungannya.

2. Penarikan diri ke dalam dunia fantasi.

3. Selalu mengingat kembali masa lalu.

4. Selalu kuatir karena pengangguran.

5. Kurang ada motivasi.

6. Rasa kesendirian karena hubungan dengan

keluarga kurang baik.

7. Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

Dilain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:

Minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,

menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilakukan saat ini dan

memiliki kekuatiran minimal terhadap diri dan orang lain.

2.5 Permasalahan umum yang terjadi pada lansia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan

lanjut usia antara lain menurut Setiabudi ( 1999 : 40-42 ).

Permasalahan umum

1. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

2. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehinggan anggota keluaraga

yang lanjut usia kurang diperhatikan, dihargai dan dihormati.

3. Lahirnya kelompok masyarakat industry.

4. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia.

24

Page 25: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

5. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

2.6 Permasalahan khusus

1. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik

fisik, mental maupun sosial.

2. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

3. Rendahnya produktifitas kerja lanjut usia.

4. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

5. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

6. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik lansia.

2.7 Penyakit yang sering dijumpai pada lansia

Menurut The National Old People’s Welfare Council, dikemukakan 12

macam taitu 1) depresi mental 2) gangguan pendengaran 3) bronchitis kronis 4)

gangguan pada tungkai/sikap berjalan 5) gangguan pada koksa/sendi panggul 6)

anemia 7) demensia 8) gangguan penglihtan 9)kecemasan 10) gagal jantung 11)

kencing manis,tulang rapuh 12) gangguan pada defekasi.

2.8 Optimalisasi fungsi lanjut usia

Setiap orang menginginkan hidup selama mungkin. Hidup kita tidak akan

berarti bila tidak disertai dengan kesehatan yang baik dan bahagia. Lajut usia

bukan merupakan penyakit. Menurut Setiabudi (1994 ) perilaku yang dianjurkan

pada lanjut usia agar tetap sehat dan sejahtera adalah mau menerima keadaan,

sabar, optimis, dan meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan

yang sesuai dengan kemampuan. Kegiatan diatas lebih baik bila diikuti dengan

25

Page 26: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesamanya, olahraga sesuai

dengan kondisi untuk menjaga kebugaran fisik, serta mengembangkan hobi

sesuai kemampuan yang dimiliki ( Goldstein, 1992 ).

Disisi lain agar lanbjut usia tetap sehat bahagia dan sejahtera diperlukan

faktor dukungan dari keluarga, masyarakat organisasi maupun pemerintah. Dari

sisi peraturan perundang-undangan pemerintah sudah cukup memperhatikan

keberadaan lanjut usia. Tetapi tampaknya peraturan tersebut belum dilaksanakan

secara koperhensif disegala lini. ( Wirakarta Kusumah, 1994 ) Guna mendukung

pelaksanaan peraturan dan atau kebijaksanaan tersebut, masih di perlukan

berbagai macam kajian tentang lanjut usia ( Raharjo, 1996 ). Kajian ini menjadi

penting karena masalah lanjut usia di masa yang akan datang semakin komplek.

Masalah tersebutr di antaranya belum adanya kemandirian pada diri lanjut usia,

belum adanya lembaga yang mengayomi para lanjut usia, struktur keluarga yang

mengarah ke keluarga inti ( Wirakarta Kusumah, 1994 ).

Agar lanjut usia tetap sehat, ada beberapa anjuran untuk hidup sehat

seperti tertera pada KMS ( Kartu menuju sehat ) lansia, antara lain : memperkuat

ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memeriksakan kesehatan secara

teratur, melakukan kegiatan fisik secara benar dan teratur, memperhatikan

keluhan-keluhan kesehatan yang di rasakan, makan dan minum sesuai dengan

standar gizi ( Depkes 1998 ).

2.9 Asuhan Keperawatan Pada Klien Usia lanjut

1. Proses Keperawatan

Dalam memberi pelayanan keperawatan yang sesuai dengan

kebutuhan setiap sasaran ( DepKes RI 1993 ) menggunakan proses

keperawatan yang merupakan metode ilmiah yang dapat dipertanggung

jawabkan dalam keperawatan. Dalam memberi pelayanan keperawatan

26

Page 27: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

yang sesuai dengan kebutuhan setiap sasaran menggunakan proses

keperawatan yang. Proses keperawatan terdiri dari 4 tahapan yaitu :

a) Pengkajian

1) Fisik.

o Wawancara

o Pemeriksaan fisik: meliputi secara inspeksi, perkusi, auskultasi,

palpasi.

o Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik yaitu dengan

sistem tubuh: sistem persyarafan, kardiovaskular, GI tract,

genitourinarius, kulit, muskuloskeletal, endokrin.

2) Psikologis.

3) Sosial ekonomi.

4) Spiritual.

b) Diagnosa keperawatan

a. Fisik / biologis

o Gangguan nutrisi: kurang/berlebihan dari kebutuhan tubuh

sampai dengan pemasukan yang tidak adekuat.

o Gangguan persepsi sensorik: pendengaran, penglihatan sampai

dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.

o Kurangnya perawatan diri sampai dengan penurunan miant

perawatan diri.

o Potensial cedera fisik sampai dengan penurunan fungsi tubuh.

o Gangguan pola tidur sampai dengan kecemasan atau nyeri.

o Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan penyempitan

jalan napas atau adanya sekret pada jalan napas.

o Gangguan mobilitas fisik sampai dengan kekuatan sendi.

b. Psikososial

27

Page 28: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

o Isolasi sosial sampai dengan perasaan curiga.

o Menarik diri dari lingkungan sampai dengan perasaan tidak

mampu.

o Depresi sampai dengan isolasi sosial.

o Harga diri rendah sampai perasaan ditolak.

o Koping tidak adekuat sampai dengan ketidak mampuan

mengemukakan perasaan secara tepat.

o Cemas sampai dengan sumber keuangan yang terbatas.

o Spiritual.

o Reaksi berkabung atau berduka sampai dengan ditinggal

pasangan.

o Penolakan terhadap proses penuaan sampai dengan ketidak

siapan menghadapi kematian.

o Marah terhadap tuhan sampai dengan kegagalan yang dialami.

o Perasaan tidak senang sampai dengan ketidak mampuan

melakukan ibadah secara tepat.

c. Rencana keperawatan

Meliputi:

o Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan.

o Bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya.

o Menentukan priorotas: - Klien mungkin puas dengan situasi

demikian.

o Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksakan.

o Keamanan atau rasa aman, rasa aman adalah utama yang

merupakan kebutuhan.

o Mencegah timbulnya masalah-masalah.

28

Page 29: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

o Menyediakan klien cukup waktu untuk mendapatkan input atau

pemasukan.

o Menulis semua rencana dan jadwal.

d. Perencanaan

Tujuan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan kebutuhan

dasar antara lain:

o Pemenuhan kebutuhan nutrisi.

o Peningkatan keamanan dan keselamatan.

o Memelihara kebersihan diri.

o Memelihara keseimbangan istirahat / tidur.

o Meningkatnya hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.

2. Tujuan Umum Asuhan Keperawatan Usia

Lanjut.

a. Agar Usia Lanjut Dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara

mandiri dengan :

1) Peningkatan derajat kesehatan.

2) Pencegahan penyakit.

3) Pemeliharaan kesehatan.

Sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir

hidup.

b. Mempertahankan kesehatan serta

kemempuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan cara

menjalan kan perawatan dan pencegahan.

c. Membantu mempertahankan serat

membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia ( life

support ).

29

Page 30: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

d. Menolong dan merawat klien usia lanjut

yang menderita penyakit atau mengalami gangguan tertentu ( baik

Kronik maupon akut ).

e. Merangsang para petugas kesehatan

untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa secara dini bila

mereka menjumpai suatu kelinan tertentu.

f. Mencari uapaya semaksimal mungkin

agar para klien lansia yang menderita suatu penyakit atau gangguan

masih dapat mempertahankan kebebasan yang meksimal tanpa perlu

pertolongan ( pemeliharaan kemandirian secara maksimal ).

3. Fokus asuhan keperawatan

a. Peningkatan kesehatan ( health promotion ).

b. Pencegahan penyakit ( Preventif).

c. Mengoptimalkan fungsi mental.

d. Mengatasi gangguan kesehatan umum.

4. Fungsi Keperawatan.

Fungsi keperawatan pada keperawatan akut, keperawatan

waktu lama dan keperawatan di masyarakat berbeda tergantung

menurut keperluannya ( Mary Ann Chris & Faith J. Hohloch 1993 ),

membaginya dalam :

a. Pada keperawatan akut ( acut care )

1. Melakukan anamnesa penderita, menanyakan riwayat medik,

psikosoaial dan riwayat keluarga.

2. Ascessment penderita.

3. Menjelaskan diagnosa dan pengobatan kepada penderita dan

keluarga.

30

Page 31: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

4. Bekerja sama dengan penderita, keluarga dan petugas

kesehatan lainnya untuk menyusun rencana keperawatan yang

baik.

5. Mendorong kemandirian penderita.

6. Mempertahankan hidrasi, ventilasi, makanan dan kenyamanan.

7. Menyampaikan obat dan melakukan pengobatan serta menilai

reaksi penderita.

8. Memberitahukan kepada dokter kemajuan kondisi penderita.

9. Memberikan tindakan darurat bila di perlukan.

10. Merencanakan keluarnya penderita dari rumah sakit dan

mengkoordinasikan rujukan kelembaga sosial masyarakat.

11. Memberi advokasi kepada penderita.

b. Pada Keperawatan Lama ( long term care )

1. Melakukan anamnesa penderita menanyakan riwayat medik

psikososial dan keluarga.

2. Ascessment penderita.

3. Mengikutsertakan penderita, keluarga dalam menyiapkan dan

melaksanakan rencana keperawatan.

4. Menciptakan iklim semangat hidup, bukan sakit.

5. Meyakinkan penderita bahwa ia memperoleh perawatan medik.

gigi, dan anggota gerak yang tepat.

6. Mempertahankan hidrasi, ventilasi, gizi dan bekerjasama

dalam evaluasi.

7. Menyampaikan obat dan melakukan pengobatan dan latihan

rehabilitatif serta menilai reaksi penderita.

8. Memberitahu dokter, perubahan kondisi penderita.

9. Memberikan pertolongan darurat bila diperlukan.

31

Page 32: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

10. Memberikan pelajaran dan nasehat kepada penderita dan

keluarga tentang penyakit.

11. Memperkanalkan pelayanan lansia yang di berikan oleh

masyarakat.

12. Memberi advokasi pada penderita.

c. Keperawatan di masyarakat ( comunity care )

1. Identifikasi kebutuhan penderita, baik dari segi kesehatan,

sosial maupun ekonominya.

2. Merujuk ke instansi yang dapat memenuhi kebutuhan

penderita.

3. Menjelaskan diagnosa serta pengobatan kepada keluarga dan

penderita.

4. Menilai keparahan penderita dan reaksi penderita terhadap

pengobatan.

5. Melakukan kunjungan rumah dan menyuruh penderita agar

memanfaatkan klinik guna meningkatkan kesehatannya.

6. Memberi pelajaran dan nasehat Kepada penderita dan keluarga

tentang penyakit.

7. Melakukan penilaian kemandirian penderita.

8. Memberi advokasi pada penderita.

B. Konsep Panti Sosial Lanjut Usia

1. Batasan

Adalah unit pelaksana teknis di bidang pembinaan kesejahteraan

sosial lansia yang memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia

berupa pemberian penampungan, jaminan hidup, seperti pakaian,

pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan

32

Page 33: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

sosial mental serta agama sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya

dengan diliputi ketentraman lahir dan batin.

2. Tujuan

Tujuan pelayanan UPT adalah tercapainya kwalitas hidup dan

kesejahteraan para lansia yang layak dalam tata kehidupan masyarakat,

bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga

mereka dapat menikmati hari tuanya dengan ketentraman lahir dan bathin.

Indikator keberhasilan penyelenggaraan Panti Sosial Lanjut Usia :

a. Bagi usia lanjut :

1. Terpenuhinya kebutuhan jasmani lansia yaitu kebutuhan sandang,

pangan, papan, dan kesehatan.

2. Terpenuhinya kebutuhan rohaniah lansia yaitu kebutuhan akan kasih

sayang baik dari keluarga maupun masyarakat sekitarnya dan

peningkatan gairah hidup serta kehidupan beragama sehingga lansia

dapat menikmati sisa hidupnya.

3. Meningkatnya rasa percaya diri kemandirian semangat hidup dan

produktifitas para lansia.

4. Meningkatkan hubungan antara lansia dengan generasi muda yang

selaras dan serasi baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan

masyarakat.

b. Bagi keluarga dan masyarakat :

1. Terlestarikannya dan makin kuatnya nilai sosial budaya masyarakat

yang menghargai, menghormati dan membela para lansia sehingga

makin meningkatkan jumlah keluarga dan masyarakat yang dengan

penuh kesadaran dan tanggung jawab memelihara dan

membahagiakan orang tuannya yang telah lansia serta makin

banyaknya keluarga dan masyarakat yang memberikan santunan

kepada lansia.

33

Page 34: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

2. Meningkatnya kemauan dan kemempuan keluarga untuk

memperhatikan kebutuhan lansia seperti :Kebutuhan pangan, papan,

sandang, rekreasi dan kasih sayang serta tanggap terhadap

permasalahan lansia yang berada dilingkungannya.

3. Meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang mampu dan mau

menyantuni para lansia.

4. Semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam meningkatkan

mutu pelayanan kesejahteraan sosial lansia dengan meluasnya

penyediaan dan meningkatnya mutu sarana dan fasilitas khusus bagi

para lansia.

C. Pelayanan lansia dalam UPT.

1. Sasaran pelayanan :

Sasaran pelayanan kesejahteraan sosial lansia melalui Panti Sosial

Lanjut Usia adalah :

a. Berusia lanjut

Berusia 60 tahun ke atas.

Tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya.

Tidak mempunyai keluarga dan atau memiliki kelurga tapi tidak

mampu memelihara orang tuanya yang lansia.

b. Keluarga, yaitu keluarga yang karena sesuatu hal tidak dapat memelihara

orang tua yang telah lansia.

c. Masyarakat yaitu masyarakat yang mau dan mampu untuk berpartisipasi

dalam pembinaan kesejahteraan sosial lansia.

d. Instansi terkait seperti Dep. Agama. Depkes, Depdagri dll.

2. Jenis pelayanan

34

Page 35: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

UPT sebagai lembaga pengganti keluarga memberikan peyanan

kesejahteraan sosial lansia tidak hanya di tujukan kepada lansia tetapi juga

kepada keluarga lansia dan juga masyarakat.

Jenis pelayanan yang di berikan meliputi :

a. Pelayanan kepada lanjut usia :

1) Pelayanan kebutuhan makan dengan pengaturan menu, kebutuhan

gizi lansia. Pemberian makanan oleh petugas panti kepada lansia

menurut jadwal yang telah ditetapkan.

2) Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan melalui pemeriksaan rutin,

pengobatan saat menderita sakit.

3) Pemberian bimbingan rohani berupa bimbingan mental keagamaan

dan bimbingan kemasyarakatan oleh petugas panti atau petugas instansi

terkait.

4) Pemberian bimbingan ketrampilan untuk mengisi waktu luang

oleh tenaga instruktur di bantu petugas panti.

b. Pelayanan kepada keluaraga dan masyarakat

1) Pemberian bimbingan dan penyuluhan.

Agar keluarga asuh lansia mau menerima kehadiran lansia

kedalam lingkungan keluarga dan memberi kesempatam menikmati hari

tuanya dengan penuh ketentraman lahir bathin.

2) Pemeberian pelatihan

Dalam upaya peningkatan kondisi ekonomi keluarga lansia

maka perlu di selenggarakan pelatihan sehingga dapat memenuhi

kebutuhan lansia secara layak.

3) Penyajian data dan imformasi

Penyajian data dan imformasi mengenai sistem dan

mekanisme pelayanan dan panti, kebijaksanaan dan tingkat

keberhasilan yang telah di capai UPT.

35

Page 36: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

3. Proses Pelayanan

Pelayanan kesejahteraan sosial pada lansia di UPT melalui tiga

tahapan, yaitu : tahap pendekatan awal, tahap pelaksanaan dalam panti,

dan tahap resosialisasi.

a. Tahap pendekatan awal.

Untuk memperkenalkan dan mempermudah pelaksanaan

program pelayanan kesejahteraan sosial lansia kepada instansi terkait

organisasi soial dan masyarakat dilakukan melalui tiga kegiatan.

1) Orientasi dan konsultasi mengenai berbagai hal tentang lansia,

dengan instansi terkait, organisasi sosial dan masyarakat untuk

mempermudah pelaksanaan program kesejahteraan lansia.

2) Identifikasi terhadap lansia yang akan menerima pelayanan untuk

kesediaannya ikut dalam program pelaksanaan kesejahteraan sosial

lanjut usia.

3) Seleksi atau penetapan lanjut usia sebagai penerima pelayanan

kesejahteraan sosial dalam panti, dilakukan oleh petugas panti.

Adapun persyaratan bagi calon penerima pelayanan adalah :

Lansia berusia 60 tahun keatas.

Lansia tidak lagi memiliki atau tidak di ketahui sanak

saudaranya.

Lanjut usia yang nyata-nyata tidak diurus sebagai mana

layaknya lansia yang lain.

Lanjut usia yang tidak mau hidup dilingkungan keluarga.

b. Tahap pelaksanaan pelayanan

Tahap mulai di laksanakan kegiatan pemberian pelayanan

kesejahteraan sosial usia lanjut oleh UPT. Penerimaan lanju usia yang

sudah di tetapkan atau di seleksi menjadi penerima pelayanan panti

dengan cara :

36

Page 37: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

1) Pencatatan atau registrasi yaitu pencatatan dalam buku induk,

pengisi formulir kesehatan, penerimaan surat keterangan lansia dari

instansi terkait.

2) Penelaan dan pengungkapan masalah tentang kondisi, kemauan

kemampuan lansia menerima pelayanan disesuaikan dalam

perolehan pelayanan panti.

3) Penempatan pada program pelayanan UPT dengan memenuhi

kebutuhan sandang, pangan dan papan, perawatan kesehatan dan

berbagai kegiatan untuk mengisi waktu luang.

Pemberian bimbingan ( fisik mental, sosial serta ketrampilan )

berdasarkan pada :

1) Penelaan kemampuan dan kemauan lansia.

2) Upaya pencegahan serta penyesuaian diri lansia dengan

lingkungan fisik dan sosialnya.

c. Tahap Resosialisasi

Yaitu tahap persiapan akhir dari suatu proses pelayanan bagi

para lanjut usia yang akan diambil keluarganya seperti :

1. Upaya mempersiapkan lanjut usia kembali kepada keluarga /

keluarga asuh.

2. Upaya mempertahankan kondisi lanjut usia setelah berada di luar

UPT.

3. Pemberian kepastian berakhirnya pelayanan kesejahteraan sosial

lanjut usia dari UPT berdasarkan pertimbangan keradaan / kondisi

terakhir lanjut usia.

4. Ketenagaan

Kebutuhan tenaga di UPT sebaiknya berimbang antara tenaga

pelaksanaan pelayanan dengan penerima pelayanan. Tenaga pelaksana

yang memenuhi persyaratan pendidikan sesuai dengan bidang tenaga,

37

Page 38: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

secara umum ketenagaan dibagi dalam dua bidang yaitu tenaga

administrasi dan tenaga teknis.

5. Peralatan pelayanan

Peralatan yang diperlukan oleh lanjut usia meliputi :

a. Peralatan penginapan.

b. Peralatan makan.

c. Peralatan ketrampilan.

d. Peralatan pembinaan mental spiritual.

e. Peralatan olah raga.

f. Peralatan terapi.

g. Peralatan hiburan.

h. Peralatan pelayanan kesehatan.

6. Mekanisme pelayanan

a. Hubungan dengan instansi terkait.

Masyarakat lanjut usia mencakup aspek fisik psikologis dan

sosial, oleh karenanya pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia

memerlukan pelayanan secara terpadu dengan beberapa instansi

terkait, antara lain :

Kerjasama dengan departemen kesehatan dalam memberikan

pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang memerlukan.

Kerjasama dengan departemen agama dalam memberikan

pelayanan pendidikan mental agama yang diselenggarakan

dengan para petugas kantor agama setempat.

Kerjasama dengan departemen perindustrian dalam kerja sama

pelaksanaan kegiatan ketrampilan untuk mengisi waktu luang

sesuai dengan ketrampilan yang dibutuhkan para lanjut usia.

Kerjasama dengan pemerintah daerah setempat dalam hal yang

berkaitan dengan pemakaman.

38

Page 39: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

b. Hubungan dengan panti lain termasuk pelimpahan

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan panti maka perlu dijalin

hubungan kerja sama dengan panti lain yang antara lain dalam hal :

Saling tukar-menukar pengalaman dan pengetahuan dalam

pengelolaan panti-panti, pemberian pelayanan kesejahteraan

sosial pada lanjut usia.

Melaksanakan reveral pada sosial lain apabila lanjut usia

mempunyai kasus-kasus yang membutuhkan penanganan oleh

panti sosial lain.

Melaksanakan kerja sama dalam pelaksanaan seleksi untuk

menjamin hasil yang optimal.

Hubungan dalam rangka proses penyaluran dan proses

pelayanan.

39

Page 40: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

BAB III

PENGKAJIAN

3.1 Pengkajian Kelompok Usia Lanjut UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Banyuwangi

Langkah pertama dalam kegiatan pelaksanaan praktek keperawatan

gerontik di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi adalah menganalisa

situasi. Hasil analisa situasi dapat menggambarkan situasi umum tempat praktek

yang selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalam merencanakan tindakan

berikutnya, data yang diperoleh dalam pelaksanaan analisa situasi adalah

indentitas panti, latar belakang pendirian panti, misi, visi dan motto panti, tujuan

panti, struktur panti, kapasitas panti, sarana dan prasarana panti, kegiatan dalam

panti, hubungan lintas sektoral dan lintas sektor, distribusi pendanaan, data

kesehatan yang disajikan dalam bentuk analisa SWOT.

3.1.1 Identitas Panti

Nama Panti : UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi

Alamat : Jl. Raya Jember No. 186

Pengelola : Pemerintah Daerah Tk I Jawa Timur

3.1.2 Latar Belakang Pendirian Panti

Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan

makmur berdasarkan pancasila dan UUD 1945, telah menghasilkan kondisi

masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin meningkat,

sehingga jumlah lanjut usiapun makin bertambah.

Dengan bertambahnya jumlah lanjut usia, permasalahan yang

dihadapi bertambah pula, meskipun banyak diantara lanjut usia yang masih

produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat,

40

Page 41: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

berbangsa dan bernegara namun karena faktor usianya akan banyak

menghadapi keterbatasan sehingga memerlukan bantuan untuk peningkatan

taraf kesejahteraannya dan penanganan yang profesional agar terpenuhi

kebutuhan hidup baik jasmani, rohani dan sosial yang memungkinkan bagi

mereka memikirkan menuju lanjut usia sejahtera, tua berguna dan

berkualitas sehingga mereka aman, tentram dan sejahtera.

Upaya pelayanan kesejahteraan sosial dan rehabilitasi sosial bagi

para lanjut usia yang terlantar, telah dilaksanakan melalui UPT Pelayananan

Sosial Lanjut Usia Krikilan Banyuwangi yang merupakan UPT Dinas Sosial

Provinsi Jawa Timur sejak 01 Januari 2009 yang dahulunya merupakan UPS

“Bina Karya” Banyuwangi yang mengangani orang gelandangan dan

pengemis yang induknya berada di Pasuruan.

3.1.3 Visi, Misi, dan Motto Panti

1) Visi

Terwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan dan perlindungan sosial

bagi lanjut usia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Misi

a. Melaksanakan tugas pelayanan dan penyantunan serta rehabilitasi

sosial bagi lanjut usia dalam upaya memenuhi kebutuhan jasmani,

rohani dan sosial sehingga di hari tua diliputi dengan rasa

kebahagiaan, ketentraman lahir batin.

b. Mengembangkan sumber potensi bagi lanjut usia sehingga dapat

berfungsi sosial secara layak.

c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut

usia terlantar.

3) Motto

“Tua Berguna dan Berkualitas”

41

Page 42: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

3.1.4 Tujuan

1) Tersedianya pedoman kerja bagi para pengurus dan petugas di lingkungan

Panti Sosial Lanjut Usia dalam melaksanakan program pelayanan

kesejahteraan lanjut usia

2) Meningkatkan komitmen dan profesionalisme pengurus dan petugas Panti

Sosial Lanjut Usia dalam merancang, mengimplementasikan dan

mengontrol program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia.

3) Terwujudnya Pemberian pelayanan sosial yang profesional di Panti Sosial

Lanjut Usia.

4) Terciptanya mekanisme kerja yang efektif dan efisien untuk menjamin

mutu dan hasil pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia di Panti Sosial

Lanjut Usia.

5) Meningkatkan mutu pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia di Panti

Sosial Lanjut Usia.

3.1.5 Keberhasilan

Untuk merealisasikan tujuan di maksud, maka perlu adanya upaya

keberhasilan program kegiatan yang dilaksanakan UPT meliputi :

1) Pendekatan awal meliputi kegiatan

Orientasi dan konsultasi

Sosialisasi

Identifikasi

Motivasi dan seleksi

2) Kegiatan penerimaan meliputi :

Pemanggilan

Penerimaan, meliputi :

o Pendaftaran

o Bimbingan orientasi

o Pemahaman masalah (assesment)

42

Page 43: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

3) Merencanakan program pelayanan

Yaitu untuk menetapkan jenis pelayanan yang di butuhkan klien

dalam mendapatkan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan

Memberikan bimbingan, meliputi :

Bimbingan fisik dan kesehatan

o Melaksanakan kerja bakti bersama

o Melaksanakan senam pagi pada hari jumat

o Melaksanakan pemeriksaan kesehatan klien

o Melakukan pengobatan bagi klien yang sakit

Bimbingan ketrampilan

o Pembuatan keset kain

o Pembuatan kemoceng

o Olahan pangan

o Pertanian

Bimbingan sosial dan mental

Bimbingan lanjut

Keberhasilan dari pelaksanaan pelayanan pada UPT Pelayanan Sosial

Lnjut Usia Banyuwangi dapat dilihat dari indikator antara lain :

Klien lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman,

tentram, dan layak

Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani, rohani serta

sosial

Meningkatnya peran serta dari masyarakat dan lembaga sosial

yang menangani lanjut usia

43

Page 44: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

Terlaksananya pelayanan sosial bagi lanjut usia di UPT

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi sesuai dengan

standart yang telah ditentukan.

3.1.6 Struktur Organisasi

Struktur organisasi UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi

sebagai berikut :

Ketenagaan :

Jumlah tenaga yang ada di panti ada 23 pegawai dengan perincian sebagai berikut :

1. Tenaga organik ( PNS ) 17 orang terdiri dari :

a. Pejabat Eselon III : 1 orang

b. Pejabat Eselon IV : 3 orang

44

KEPALA UPTDrs. PUJI RIYANTO

NIP. 19560921 198203 1 004

SUB BAGIAN TATA USAHAEDY MOELYONO, A.Ks, M.Si

NIP. 19661101 198901 1002

SEKSI PELAYANAN SOSIALPURWANTO PRIJATMOJO, S.Sos

NIP. 19610402 198401 004

SEKSI BIMBINGAN DAN PEMBINAAN LANJUT

SUKARYANTO, SE, MSiNIP. 19640625 199403 1 008

Page 45: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

c. Pejabat fungsional : 0 orang

d. Staf : 10 orang

e. Satpol PP : 3 orang

2. Tenaga non PNS ada 4 orang terdiri dari :

a. Pesuruh kantor : 1 orang

b. Tukang kebun : 1 orang

c. Pembimbing/pengasuh : 2 orang

3. Tenaga outsourcing :

a. Perawat : 2 orang

Jumlah hunian yang berada di wisma berdasarkan jenis kelamin

Nama Wisma

Jumlah Hunian

Laki-laki Perempuan

Wisma Sri tanjung 0 12

Wisma Sayu Wiwit 22 4

Wisma Minak Jinggo I 7 3

Wisma Minak Jinggo II 2 8

Ruang Perawatan

Khusus

1 11

Total hunian 32 38

Berdasarkan hasil pendataan pada tanggal 09 Agustus 2012

3.1.7 Sarana dan Prasarana Panti

1) Bangunan perumahan

Bangunan panti merupakan bangunan permanen dengan dinding tembok,

lantai keramik, atap genting, ventilasi dan pencahayaan cukup, yang

terdiri dari :

a. Wisma sebanyak : 3 buah

b. Kantor : 1 buah

45

Page 46: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

c. Aula : 1 buah

d. Musholla : 1 buah

e. Ruang keterampilan : 1 buah

f. Ruang poliklinik : 1 buah

g. Gudang : 1 buah

h. Pos Penjagaan : 1 buah

i. Ruang perawatan khusus : 1 buah

j. Rumah pembimbing : 1 buah

k. Garasi : 1 buah

l. Dapur : 1 buah

(Sumber data sekunder UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia 2012).

2) Sarana Air bersih

Sumber air bersih dari sumur tandon

3) Jamban

Jamban sejumlah 20 buah, Hampir Keseluruhan jamban masih baik,

jamban ada yang menggunakan kloset jongkok dan kloset duduk

4) Sarana Pembuangan air limbah

Pengelolaan pembuangan air limbah menggunakan SPAL tertutup dengan

septik tank menjadi satu dengan jamban.

5) Sarana Ibadah

Sarana ibadah berupa masjid

6) Model tempat tidur

Tempat tidur tinggi kurang lebih 30 cm, panjang 1,5 m, lebar 1 m tanpa

pengaman atau pembatas tempat tidur

7) Lampu penerangan

Lampu penerangan cukup.

46

Page 47: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

8) Lantai

Kondisi lantai baik, kebersihan perlu dijaga untuk mencegah resiko

cedera.

9) Kamar mandi dan WC

Kondisi kamar mandi dan WC kotor dan perlu ditambahkan pegangan

tangan untuk menuju kamar mandi.

10) Ruang keterampilan

Menjadi satu dengan aula.

11) Tempat Olah Raga

Olah raga dilaksanakan di depan Kantor Panti, pelaksanaan senam lansia

dimulai pukul 07.00 – 07.30 WIB. Setiap hari jumat

12) Ruang makan

Ruang makan bersama sudah ada, beberapa lansia ada yang makan di

ruang makan atau di kamarnya

13) Transportasi

Mobil phanter : 1 buah

Sepeda motor : 3 buah

47

Page 48: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

3.1.8 Kegiatan dalam Panti

Jadwal kegiatan lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi adalah sebagai berikut :

No Nama Materi HariMinggu

Jumlah jamI II III IV V

1 M. ImronBimbingan sumber daya manusia

Senin13.00-14.00 13.00-14.00 13.00-14.00 13.00-14.00

8 jam14.00-15.00 14.00-15.00 14.00-15.00 14.00-15.00

2 Hasan tamami Bimbingan sosialSelasa

09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00 -8 jam

10.00-11.00 10.00-11.00 10.00-11.00 10.00-11.003 Slamet suhermanto Pembinaan Sosial

Rabu08.00-09.00 08.00-09.00 08.00-09.00 08.00-09.00

12 jam09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00 -10.00-11.00 10.00-11.00 10.00-11.00 10.00-11.00

4 Jatim Bimbingan MentalKamis

18.00-19.00 18.00-19.00 18.00-19.00 18.00-19.008 jam

19.00-20.00 19.00-20.00 19.00-20.00 19.00-20.005 Ummu azizah Ketrampilan keset kain

Jumat09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00

8 jam10.00-11.00 10.00-11.00 10.00-11.00 10.00-11.00 10.00-11.00

6 Jama’ati Ketrampilan kemucingSenin

08.00-09.00 08.00-09.00 08.00-09.00 08.00-09.00 8 jam09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00

7 Imam TS Ketrampilan pertanian/perkebunan

Sabtu15.00-16.00 15.00-16.00 15.00-16.00 15.00-16.00

8 jam16.00-17.00 16.00-17.00 16.00-17.00 16.00-17.00

8 Swaibatun Ketrampilan olahan pangan

Selasa13.00-14.00 13.00-14.00 13.00-14.00 13.00-14.00

8 jam14.00-15.00 14.00-15.00 14.00-15.00 14.00-15.00

9 Ansori Bimbingan spiritualRabu

18.00-19.00 18.00-19.00 18.00-19.00 18.00-19.008 jam

19.00-20.00 19.00-20.00 19.00-20.00 19.00-20.0010 Sarman Bantu diri Selasa 07.00-08.00 07.00-08.00 07.00-08.00 07.00-08.00 24 jam

48

Page 49: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

08.00-09.00 08.00-09.00 08.00-09.00 08.00-09.00

Kamis08.00-09.00 08.00-09.00 08.00-09.00 08.00-09.0009.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00

Sabtu09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.00 09.00-10.0010.00-11.00 10.00-11.00 10.00-11.00 10.00-11.00

Catatan : Disesuaikan dengan hari kalender setiap bulannya

49

Page 50: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

2) Jadwal kegiatan pengurus panti

a. Perhari

Perawatan pada lansia, pemenuhan kebutuhan lansia, kegiatan rutin

administrasi dan bimbingan sosial

b. Perminggu

Olah raga dan rapat koordinasi

c. Bulanan

Rapat bulanan

d. Tahunan

Rapat tahunan

3.1.9 Distribusi pendanaan

Distribusi pendanaan di tanggung oleh pemerintah propinsi jawa

timur. Biaya dari Pemerintah Propinsi Jawa Timur sebesar Rp. 15.000,-

untuk makan satu orang serta kebutuhan lainnya belum terhitung pajak.

3.1.10 Data kesehatan pertahun

1) Jumlah kematian

Pada tahun 2009 : 3 orang

Pada tahun 2010 : 3 orang

Pada tahun 2011 : 13 orang

Pada tahun 2012, bulan Januari – 09 Agustus 2012 : 3 orang

50

Page 51: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

2) Jumlah kesakitan

Pada bulan Januari – Agustus 2012 sebagai berikut :

Jenis Penyakit Jumlah

Rheumatik 14 orang

Hipertensi 11 orang

Diare 10 orang

Katarak 4 orang

Asma 1 orang

Jumlah 40 orang

3) Masalah yang berhubungan dengan kesehatan klien dipanti

Pola kebiasaan klien yang salah misalnya merokok.

Kebersihan diri yang kurang

Istirahat klien yang tidak teratur

Klien yang cenderung sulit untuk dinasehati /diberitahu

Keterbatasan penyediaan obat

3.1.11 Urutan 5 penyakit terbanyak pada lanjut usia mulai Januari s/d 09

Agustus 2012:

1) Rheumatik

2) Hipertensi

3) Diare

4) Katarak

5) Asma

6) Dermatitis

7) Stroke

8) Epilepsi

3.1.12 Tempat pelayanan kesehatan dan perawatan

51

Page 52: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

1) Rumah sakit

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Bekerja sama dengan Rumah Sakit

Rustida Krikilan apabila ada pasien yang membutuhkan perawatan yang

lebih lanjut.

2) Puskesmas

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia juga bekerjasama dengan Puskesmas

setempat sebagai rujukan lansia yang sakit dengan pemeriksaan kesehatan

serta pengobatan dan perawatan kesehatan secara rutin.

3) Panti

Terdapat tenaga keperawatan lulusan D3 Keperawatan yang memberikan

pelayanan kesehatan dan keperawatan

3.1.13 Bentuk pelayanan kesehatan

Disamping melakukan kegiatan lintas sektoral, UPT pelayanan sosial

lanjut usia mengadakan kegiatan pembinaan internal tingkat panti, berupa

penyediaan tenaga kesehatan lulusan D3 Keperawatan. Secara Umum

kegiatan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia meliputi :

a. Pemeriksaan kesehatan rutin yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan

setiap pagi yaitu berupa pemeriksaan tekanan darah, nadi, dan

temperatur.

b. Pencatatan hasil pemeriksaan usia lanjut secara sederhana meliputi :

nama, umur, dan hasil pemeriksaan umum masalah kesehatan fisik

(tanda vital, keluhan umum, gejala dan tanda penyakit).

c. Pengobatan sederhana bagi lanjut usia yang mengalami sakit dengan

memberikan obat generik esensial dasar untuk mengatasi gejala (obat

simptomatik)

52

Page 53: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

d. Perawatan bagi lanjut usia yang mengalami sakit dimana kegiatan

yang dilakukan berupa pemantauan umum kondisi kesehatan setelah

mendapatkan obat simptomatik, berupa perkembangan penyakit.

e. Pendidikan kesehatan pada lanjut usia dengan gangguan kesehatan

tertentu.

f. Penyelenggaraan rujukan medis bagi lansia, paling tidak

menyelenggarakan rujukan medis ke puskesmas

3.2 Analisa SWOT Dan Rencana Strategi Pemecahan Masalah

Pada bab ini akan dibahas dan diuraikan hasil analisa kelompok setelah melihat

teori dan membandingkan dengan hasil pengamatan yang dilakukan UPT

pelayanana sosial lanjut usia. Dalam menganalisa akan diuraikan secara

sistematika mengenai keadaan panti secara umum yang dilanjutkan dengan

keadaan ideal yang diharapkan berdasarkan permasalahan yang ada :

3.2.1. Keadaan umum

1) Kondisi geografis panti

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang terletak di Jln. Jember no.186

Krikilan Banyuwangi merupakan lokasi yang sangat strategis, karena

mudah untuk dicapai seluruh lapisan masyarakat dan lokasinya dekat

dengan jalan raya. Luas tanah 8,450 m2, kondisi cuaca kecamatan

Glenmore yang sejuk sepanjang tahun, merupakan faktor yang sangat

mendukung bagi lansia untuk mempertahankan kenyamanan lansia,

mudahnya sumber-sumber pendukung bagi kelangsungan panti, seperti

sumber air, sumber listrik, dan transportasi yang memadai akan sangat

mendukung dalam operasional panti.

2) Dukungan pemerintah

Dukungan pemerintah terhadap keberadaan UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia ini sangat besar, hal ini terlihat dari Perda Pemprov Jawa Timur

53

Page 54: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

yang menjadikan panti ini sebagai suatu lembaga sosial yang berada

langsung dibawah pemerintah propinsi dengan pertimbangan untuk

mempermudah pengembangan terutama yang berhubungan dengan

pendanaan dan pengembangan sumber daya manusia.

3) Sumber daya manusia

Sumber daya manusia tenaga pengelola panti seluruhnya berjumlah 23

orang, terdiri dari pegawai negeri sebanyak 17 orang dan 6 orang

berstatus honorer.

4) Sarana dan prasarana

Secara umum sarana dan prasarana di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

sudah cukup, namun perlu peningkatan. Ada beberapa hal yang masih

perlu menjadi perhatian khusus yaitu :

Belum adanya tempat atau tanah pemakaman

Tempat tidur tidak ada pengaman atau pembatas tempat tidur

terutama di ruang khusus sehingga mengakibatkan resiko cedera

pada lansia.

Belum adanya ruang khusus untuk ketrampilan

Belum adanya mobil ambulance

Tidak adanya besi pegangan di jalan menuju kamar mandi.

5)Lampu penerangan

Lampu penerangan yang digunakan sudah cukup terang. namun perlu

adanya pengawasan lebih lanjut untuk menindak lanjuti beberapa kamar

yang lampunya redup. Hal ini sangat mempengaruhi lansia dimana terjadi

penurunan penglihatan yang memungkinkan terjadi resiko cedera.

6)Lantai kamar

Lantai kamar klien dan sebagian besar lantai diseluruh ruangan berbahan

keramik, dimana pada satu sisi sebenarnya memudahkan perawatannya

karena mudah dibersihkan, namun bagi lansia sendiri keadaan lantai

54

Page 55: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

berbahan keramik tersebut kurang sesuai karena akan menjadi sangat

licin bila tertumpahi air yang akan menimbulkan resiko cidera yang sangat

tinggi pada klien lansia. Karena kondisi ini perlu mendapat perhatian lebih

agar kekhawatiran lansia cidera tidak terjadi.

7)Kamar mandi dan WC

Kondisi umum kamar mandi dan WC sudah cukup baik, hanya perlu

dilakukan pengawasan ketat dari pendamping wisma dan pekerja sosial

serta keseluruhan staf untuk menjaga kebersihan dan keamanan bagi lansia

pengguna kamar mandi dan WC tersebut. Dimana perlu diadakan

pembersihan sesering mungkin, karena tipe dan lantai kamar mandi cepat

sekali untuk menjadi licin.

8)Ruang sosialisasi

Ruang sosialisasi yang digunakan oleh lansia untuk kegiatan rekreatif serta

beberapa kegiatan lain sudah cukup memadai di dukung tempat duduk,

meja, serta sound sistem untuk mendukung kegiatan - kegiatan sosialisasi

yang rutin di adakan di panti.

9)Tempat sarana olah raga

Kegiatan senam lansia yang sering diadakan didepan kantor sudah cukup

baik.

10) Ruang makan

Ruang makan bagi lansia dimana keseluruhan lansia dapat berkumpul

bersama untuk makan sudah ada. Hal ini sangat bagus karena lansia dapat

bersosialisasi dan berkomunikasi dengan sesama rekannya lebih luas

11) Tempat ibadah

Tempat ibadah sudah cukup representatif dan bersih, akan tetapi letaknya

jauh dari wisma sehingga pada waktu hujan di khawatirkan jalanan yg

cukup licin dapat menimbulkan cidera bagi lansia dan membuat lansia

cepat lelah karena jaraknya yang cukup jauh.

55

Page 56: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

12) Sumber air minum

Sumber air minum berasal dari air sumur lalu di masak, dengan demikian

kondisinya sangat layak untuk dikomsumsi.

13) Kebersihan lingkungan kamar

Kebersihan lingkungan disekitar panti dan keseluruhan kamar pasien

sudah cukup baik hanya saja perlu dilaksanakan pengawasan oleh

pendamping wisma karena tidak semua klien lansia mempunyai persepsi

yang sama terhadap kualitas kebersihan kamar masing-masing. Dimana

sebagian besar aktivitas lansia dilaksanakan didalam kamar dan bila

kondisi kebersihan kamar kurang kondusif akan mempengaruhi keadaan

kesehatan lansia tertama di ruang khusus.

14) Pendanaan

Selama ini anggaran berasal dari sumber dana utama yaitu Pemprov Jawa

Timur ditambah dengan bantuan dari beberapa donatur yang sifatnya

tidak rutin sehingga dalam pengelolaan dana operasional menjadi sangat

berat.

3.2.2 Lansia

1) Populasi lansia

Kapasitas UPT Panti Sosial Lanjut Usia Banyuwangi adalah 70 orang

dimana saat ini terisi semua. Populasi lansia ini sangat potensial atau

rawan terhadap gangguan kesehatan sehingga klien mudah mengalami

kesakitan. Mengingat tenaga keperawatan yang tersedia hanya dua orang

sehingga kurang dapat melaksanakan perawatan secara komprehensif

secara keseluruhan dari penghuni panti.

2) Kegiatan lansia

Kegiatan yang dilaksanakan bagi lansia sudah cukup bervariasi dan

memberikan manfaat yang sangat positif bagi lansia, seperti kegiatan

bimbingan sosial, sumber daya manusia, pembinaan sosial, bimbingan

56

Page 57: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

mental, ketrampilan keset kain, ketrampilan kemucing, ketrampilan

pertanian/perkebunan, ketrampilan olah pangan dan agama, senam lansia.

Adanya kegiatan yang bersifat lintas program dan lintas sektoral yang

dirintis oleh pengelola panti merupakan bukti nyata bahwa pola aktivitas

yang diberikan bagi lansia bersifat komprehensif namun perlu kiranya

pengelola panti lebih aktif menggali potensi kerjasama dengan unit-unit

lain guna mendukung program kegiatan yang telah direncanakan oleh

panti.

3.2.3 Kebutuhan sehari-hari

1) Makan/minum

Secara garis besar kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi oleh

lansia sudah memenuhi standar gizi dengan adanya upaya dari pihak

pengelola panti untuk membuat variasi menu. Namun beberapa lansia

merasa jenuh dengan menu yang disediakan.

Dapur umum menyediakan 3 kali makan bagi lansia ditambah dengan 2

kali snack tambahan dengan teh dan kopi. Kebutuhan minum yang

disediakan oleh dapur dengan jumlah yang tidak terbatas sehingga lansia

bebas minum dan memungkinkan untuk mencegah masalah yang

berkaitan dengan hidrasi.

2) Kebersihan diri

Lansia secara umum mandi 2 kali sehari dengan air sumur tandon dengan

menggunakan peralatan mandi yang telah disediakan oleh pihak panti,

sedangkan di ruang khusus lansia mandi 1 kali sehari. Akan tetapi pihak

panti rupanya belum mempertimbangkan penggunaan air hangat untuk

mandi bagi lansia karena penggunaan air dingin yang berkepanjangan

merupakan suatu precursor terjadinya penurunan integritas kulit dan

mempengaruhi fungsi muskuloskeletal dan pernafasan klien.

57

Page 58: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

3) Berpakaian

Pihak pengelola panti menyediakan pakaian ganti sehari-hari, pakaian

olah raga dan pakaian sembahyang secara rutin serta adanya donatur yang

menyumbang pakaian membantu penyediaan kebutuhan sandang bagi

lansia.

4) Pola interaksi

Dari hasil pengamatan mahasiswa selama melakukan kegiatan praktek

terlihat bahwa pola interaksi antara lansia cenderung tertutup. Biasanya

masalah pribadi yang dirasakan dipendam sendiri sehingga hal ini jika

dibiarkan akan menjadi prekursor timbulnya komplik berkepanjangan dan

menggangu hubungan sosial bahkan timbul depresi. Pola komunikasi

yang diterapkan pendamping wisma dan pekerja sosial tidak selalu

menggunakan komunikasi 2 arah hal ini memungkinkan terjadinya

komunikasi yang tidak seimbang antara lansia dengan pekerja sosial

sehingga menyulitkan dalam menggali permasalahan pribadi yang

dimiliki klien.

5) Kebutuhan spiritual

Setiap 1 minggu sekali diadakan kegiatan pengajian di masjid UPT Panti

Sosial Lanjut Usia.

3.2.4. Analisa kondisi pelayanan kesehatan UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Banyuwangi

Adanya pelayanan kesehatan yang ditangani secara khusus

merupakan satu keuntungan tersendiri sehingga memungkinkan adanya

kepastian pelayanan kesehatan dan sekaligus menjadi indikator kasar

adanya jaminan pelayanan kesehatan dipanti. Pihak pengelola panti telah

menyediakan suatu fasilitas poliklinik kesehatan serta ketersediaan tenaga

keperawatan sebagai pengelola klinik dan bertanggung jawab terhadap

58

Page 59: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

kesehatan umum dari penghuni panti secara keseluruhan. Namun jumlah

tenaga kesehatan masih kurang mencukupi jika dibandingkan dengan

jumlah lansia.

Kondisi tersebut diatas merupakan suatu bukti adanya perhatian

khusus dari pemerintah khususnya penanggung jawab pengelolaan panti

serta pihak pengelola panti sendiri bahwa ada niat yang sangat serius untuk

meningkatkan derajat kesehatan penghuni panti.

Dari sumber kekuatan yang dimiliki oleh panti tersebut perlu

kirannya dipikirkan untuk pengembangan sumber daya manusia yang ada.

Kebutuhan akan pengembangan staf khususnya dalam bidang

kesehatan/keperawatan merupakan suatu kebutuhan yang mendesak. Hal

ini disebabkan oleh karena para lansia yang ada sangat rentan dan

potensial terjadi gangguan kesehatan.

Status kesehatan lansia tidak saja dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, faktor keturunan, namun juga perlu diperhatikan faktor

perilaku dari lansia tersebut. Faktor perilaku ini meliputi pola aktivitas,

pola makan, istirahat serta pola yang lainnya. Oleh sebab itu perlu

pengawasan secara ketat terhadap perilaku para lansia sehingga dapat

memenuhi syarat kesehatan. Untuk itu perlu kirannya dipikirkan pelatihan

bagi pendamping wisma dan pekerja sosial, sehingga pengawasan tidak

hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan/perawatan. Tapi lebih ditekankan

dan dilakukan secara komprehensif serta terfokus pada permasalahan

kesehatan yang ada.

Modifikasi lingkungan fisik perlu ada untuk menunjang kesehatan

lansia juga merupakan suatu standar bagi panti yang harus segera

direalisasikan guna mendukung peningkatan derajat kesehatan lansia.

59

Page 60: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

3.2.5. Analisa SWOT

Berdasarkan analisa data yang telah dilaksanakan maka kami mencoba membuat analisa SWOT baik (Strength) kekuatan, Wea kness (kelemahan),

opportunity (sumber peluang) serta threatened (ancaman). Yang dapat dilihat di bawah ini.

Strength (S) Weakness (W) Opportunity(O) Threatened (T)

Pendirian panti berdasarkan dasar

hukum yang kuat;

Memiliki visi dan misi yang jelas;

Type panti : Eselon III/UPT;

SDM (Sumber Daya Manusia)

terdiri dari 17 orang PNS, 4 orang

honorer/non PNS dan 2 orang

tenaga outsourching;

Adanya jiwa pengabdian yang

tinggi dari petugas

Adanya dukungan dari kepala

Jumlah tenaga perawat yang kurang;

Dana pengelolaan panti sangat

minim untuk mencukupi kebutuhan

panti;

Belum ada tenaga profesional dalam

bidang kesehatan (SI perawat atau

dokter);

Kurang adanya interaksi sosial bagi

lansia yang memiliki keterbatasan

gerak;

Angka harapan hidup

semakin meningkat;

Adanya potensi

pengembangan ke arah orientasi

profit;

Adanya donatur dari luar;

Menjadi lahan praktek

keperawatan gerontik di

Banyuwangi;

Adanya petugas kesehatan;

Adanya kerjasama dengan

Adanya kondisi krisis

ekonomi yang

berkepanjangan;

Peningkatan pengeluaran

akibat pengaruh krisis

moneter;

Banyak masyarakat yang

tidak tahu visi, misi panti

sehingga muncul persepsi

yang salah;

Mulai bermunculan

60

Page 61: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

panti dan staf terhadap mahasiswa

yang praktek;

Adanya kerjasama lintas sektoral

dan lintas program;

Adanya sarana dan prasarana yang

mendukung;

Sudah mulai mencoba klien

swadana;

Adanya sumber dan tempat

penampungan air;

Tempat tinggal penghuni panti

permanent;

Adanya fasilitas tempat ibadah,

olah raga, keterampilan, ruang

pertemuan dan hiburan;

Banyak lansia yang masih

Mayoritas lansia buta huruf;

Tempat fasilitas umum untuk

kegiatan lansia yang lokasinya lebih

tinggi dari wisma;

Ada beberapa lansia (laki-laki dan

perempuan ) yang merokok;

Lansia di perawatan khusus belum

mendapat pelayanan yang optimal;

Sosialisasi yang kurang antar

penghuni wisma;

Sosialisasi petugas panti dengan

lansia masih kurang;

Belum menggunakan APD (Alat

Pelindung Diri) bagi petugas di

ruangan perawatan khusus;

Belum adanya peralatan emergency

pihak luar panti untuk

meningkatkan mutu pelayanan

panti;

Adanya kebijakan untuk

pengembangan SDM (Sumber

Daya Manusia);

Kerjasama panti dengan

instansi lain misalnya puskesmas,

rumah sakit dan instansi

pendidikan;

Adanya lahan kosong yang

dapat digunakan untuk

pengembangan panti;

Tersedia berbagai tanaman

yang bisa dimanfaatkan untuk

pendirian panti swasta;

Lokasi panti yang jauh dari

perkotaan sehingga belum

banyak yang tahu;

Lokasi dekat dengan jalan

raya sehingga resiko terjadi

kecelakaan lalu lintas tinggi;

Tuntutan dari masyarakat

terhadap mutu pelayanan

panti;

61

Page 62: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

mempunyai kemandirian;

Penerangan panti dan lingkungan

cukup.

(oksigen, bag Valve Masker /

ambubag)

Latar belakang lansia sebagian

terlantar;

Belum ada petugas gizi yang

mengawasi kualitas dan kuantitas

makanan bagi lansia;

Jalan dalam panti naik turun dan

bertangga;

Kamar mandi dan sebagian besar

lorong hunian tidak ada pegangan

dan licin;

Kemauan penghuni panti yang

menurun untuk interaksi social;

Sistem pendokumentasi

penghuni panti.

62

Page 63: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

keperawatan yang belum memadai;

Letak penyedot udara diatas

sehingga tidak mampu

mengeluarkan bau yang ada didalam

karena sumber bau berada dibawah;

Belum ada petugas perawat yang

berjaga selama 24 jam;

Belum ada peralatan gawat darurat

seperti tabung oksigen;

Belum adanya tempat/tanah

pemakaman;

Kondisi almari klien yang belum

mencukupi terutama di ruang

khusus;

Belum ada pengaman tempat tidur

63

Page 64: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

terutama di ruang khusus.

64

Page 65: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

Berdasarkan analisa SWOT tersebut diatas tampak beberapa garis besar

permasalahan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia yaitu :

a. Pelayanan untuk penghuni ruang perawatan khusus perlu ditingkatkan.

b. Keadaan sumber daya manusia profesional dibidang-bidang ilmu yang berkaitan

dengan kesehatan lansia yang masih kurang.

c. Pendokumentasian tiap lansia sebaiknya ada di masing-masing wisma.

d. Adanya resiko injuri (jatuh) pada lansia penghuni panti.

e. Interaksi sosial yang kurang antar penghuni panti.

f. Interaksi social masih belum tampak antar petugas dengan penghuni panti / lansia.

g. Sistem ventilasi perlu dimodifikasi letaknya.

Analisa Data Masalah Keperawatan

Dari hasil pengkajian terhadap 7 klien lansia yang menjadi sasaran asuhan

keperawatan mahasiswa Program Pendidikan Ilmu Keperawatan STIKES

Banyuwangi, didapatkan sebagian besar permasalahan adalah :

1) Personal hygine/kebersihan diri;

2) Interaksi Sosial;

3) Risiko Injury atau Cedera;

4) Total Care di Ruang Perawatan Khusus.

No Masalah Data Solusi

1. Personal

hygine/kebersihan

diri

1. Sebelum dan sesudah

makan tidak mencuci

tangan pakai sabun;

2. Pasien yang mengalami

total care hanya di

mandikan 1 kali dalam

sehari;

1. Perlu

adanya wastafel/tempat cuci

tangan;

2. Perlu

adanya penambahan tenaga

perawat;

3. Pada

saat mandi petugas

65

Page 66: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

3. Oral hygine yang kurang. seharusnya melakukan oral

hygine.

2 Interaksi Sosial 1. Jad

wal dan pelaksanaan untuk

sosialisasi bagi lansia sudah

ada di Panti;

2. Kli

en mengikuti kegiatan yang

ada di Panti, namun sebatas

hanya mengikuti saja

kemudian saat kegiatan

selesai masalah Interaksi

sosial kembali muncul.

1. Perlu untuk

mengadakan kegiatan

sosialisasi secara terus

menerus tidak hanya secara

keseluruhan Panti tetapi juga

di tiap Wisma;

2. Dalam

mengadakan kegiatan

sosialisasi perlu

memperhatikan klien secara

individu bagi klien yang

mengalami masalah ini.

3 Risiko Injury /

Cedera

1. Penurunan fungsi

system penglihatan, system

musculoskeletal;

2. Keadaan jalan di Panti

yang naik turun dan

bertangga;

3. Lantai bila basah akan

licin;

4. WC Jongkok belum ada

pegangan.

1. Meni

ngkatkan pengawasan dan

memberikan bantuan dalam

klien beraktifitas;

2. Meni

ngkatkan peran serta klien

lain terutama yang relative

sehat;

3. Mem

asang pegangan pada jalan

menuju kamar mandi;

4. Menj

aga kebersihan lantai agar

tidak basah, memasang keset

66

Page 67: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

yang tidak licin;

5. Mem

asang pegangan pada WC,

terutama yang WC jongkok.

4 Total Care pada

Klien di ruang

Perawatan

Khusus.

1. Perawatan total

terhadap klien belum

optimal ( hanya pada jam

kerja saja );

2. Universal Pre Caution

bagi petugas yang belum

optimal;

1. Perlu

ada petugas yang piket

menjaga di Perawatan

khusus selama 24 jam,

dengan diatur siftnya;

2. Pengad

aan dokumentasi

perkembangan klien berada

di ruangan dengan petugas

mengisi perkembangan klien

secara rutin;

3. Pengad

aan dan pemakaian alat

pelindung diri bagi petugas

yang piket di ruang

Perawatan Khusus, seperti :

sepatu karet, kaos tangan,

masker, skort, dan

Pengadaan Standar

Operasional Prosedur untuk

petugas dalam mewaspadai

67

Page 68: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

universal Pre Caution;

4. Diadak

an perawatan dekubitus

setelah selesai mandi

68

Page 69: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

BAB IV

PERENCANAAN

Berdasarkan permasalahan yang didapatkan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Banyuwangi, sesuai dengan pengkajian yang sudah dilakukan dengan analisa SWOT maka

dibuat perencanaan sebagai berikut :

A. PENGORGANISASIAN

Pembimbing Lahan : Edy Moelyono, A.Ks.,M.Si

Pembimbing Teknis:

1) Purwanto Prijatmojo, S.Sos

2) Sukaryanto, SE, M.Si

Ketua : Achmad Efendi

Sekretaris : Saiful Efendi

Bendahara : Ari Kuswanto

Anggota :1) Rindi Amanda Sari

2) Purtiningtyas

3) Levi Aprilian Mustika

B. RENCANA STRATEGI :

Masalah Rencana jangka pendek Rencana jangka panjang

Pelayanan untuk penghuni

ruang perawatan khusus

perlu ditingkatkan

1) Membuat jadwal dinas

di ruang perawatan

khusus;

2) Memberi peralatan

minimal yang

dibutuhkan di ruang

perawatan khusus;

3) Pengawasan petugas

wisma pada lansia

dalam menjaga

kebersihan diri.

1) Mengoptimalkan SDM

(Sumber Daya Manusia)

yang ada melalui seminar,

pelatihan dan pendidikan

berkelanjutan;

2) Membuat jadwal dinas di

ruang perawatan khusus

selama 24 jam dalam

bentuk shif.

Tenaga profesional bidang Mengoptimalkan SDM 1) Penambahan dan

69

Page 70: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

pelayanan keperawatan

yang masih kurang

(Sumber Daya Manusia)

yang ada melalui

1) Seminar

2) Pelatihan

pengembangan sesuai

dengan kebutuhan

(1 perawat 10 klien);

2) Pendidikan berkelanjutan.

Pendokumentasian tiap

lansia harus ada di masing

- masing wisma

Pengisian buku

laporan setiap hari

Pengadaan KMS

lansia

Resiko Injuri pada lansia Tersedianya

sarana dan prasarana

yang menunjang

keamanan penghuni

panti dalam

beraktifitas baik diluar

ataupun di dalam

wisma misalnya

tongkat, sandal yang

tidak licin, keset;

Meningkatkan

penga wasan dan

keterlibatan staf panti

dalam membantu

lansia.

Pengadaan alat - alat

pengaman untuk

penataan/modifikasi

lingkungan ( pegangan di tiap

wisma).

Interaksi sosial yang

kurang antar penghuni

panti

Meningkatkan

kerjasama antar

penghuni wisma;

Sering melibatkan

klien dalam kegiatan

bersama di wisma;

Sering melakukan

terapi kelompok;

meningkatkan kualitas

kegiatan yang melibatkan

kerjasama kelompok.

Sistem ventilasi perlu

dimodifikasi letaknya

Menyalakan

system penyedot

udara setiap hari

Memodifikasi system

penyedot udara

BAB V

70

Page 71: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

PELAKSANAAN

Selama menjalankan praktek klinik keperawatan Gerontik selama 10 hari

mahasiswa STIKES Banyuwangi Angkatan I Program Profesi Kelompok A, selain

mengikuti kegiatan yang sudah terjadwal oleh panti mahasiswa juga membuat program

beberapa kegiatan antara lain :

1. Pemeriksaan kesehatan

Jadwal kegiatan pemeriksaan kesehatan bagi lansia di UPT Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Banyuwangi. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan oleh mahasiswa

dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Senin, 09 Juli 2012

Tempat : Di wisma masing – masing lansia

Jumlah lansia : 70 orang

Dalam kegiatan ini mahasiwa melakukan pemeriksaan kesehatan yang

meliputi pengukuran Tekanan darah dan menanyakan keluhan.

Evaluasi :

Struktur

Seluruh anggota dapat melakukan tugasnya dengan baik sehingga kegiatan dapat

berlangsung dengan lancar

Proses

Kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana di wisma masing – masing lansia.

Hasil

Dari hasil pemeriksaan kesehatan sebagain besar klien mengalami hipertensi.

2. Terapi Aktifitas Kelompok dan kesenian

71

Page 72: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

Kegiatan rekreasi bagi lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Bayuwangi dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Rabu, 11 Juli 2012

Tempat : Aula UPT Panti Sosial Lanjut Usia

Jenis kegiatan : Karaoke

Jumlah peserta : 40 orang ( Tidak semua lansia mengikuti karena ada

sebagian lansia yang mengalami penurunan fisik)

Semua peserta mengikuti sampai akhir kegiatan dan tampak senang.

3. Penyuluhan Kesehatan

Kegiatan penyuluhan kesehatan dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Rabu, 11 Juli 2012

Tempat : Aula UPT Panti Sosial Lanjut Usia

Topik : Asma dan TBC

Jumlah peserta : 30 orang

Semua peserta mengikuti sampai akhir kegiatan dan tampak antusias.

4. Olahraga

Dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 13 Juli 2012 Pukul 07.00 – 07.30

WIB melalui senam lansia (terra) yang dipandu oleh penanggung jawab olahraga

panti dan mahasiswa.

BAB VI

72

Page 73: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Setelah mahasiswa STIKES Banyuwangi Angkatan I Program Profesi Kelompok A,

melaksanakan Praktek Klinik Keperawatan Gerontik di UPT Pelayanan Sosial Lanjut

Usia, maka dapat kami simpulkan sebagai berikut :

1. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi dalam proses berubah masih

banyak keterbatasan antara lain, SDM, sarana dan prasarana

2. Masih kurang optimalnya perawatan terhadap lansia, terutama yang berada di ruang

Perawatan Khusus

3. Masalah keperawatan yang sebagian besar muncul dari 1 klien yang diberikan

asuhan keperawatan oleh mahasiswa adalah gangguan interaksi sosial dan risiko

injury atau cedera

4. Mengingat keterbatasan waktu mahasiswa, hasil dari intervensi untuk mengatasi

masalah yang muncul tidak optimal

5. Masih kurangnya system pengamanan/pegangan besi untuk mencegah resiko

injury.

6.2 Saran

1. Perlu pengawasan dan perbedaan dalam penatalaksanaan menu terutama untuk

lansia yang menderita penyakit tertentu misalnya tekanan Darah Tinggi, Kencing

Manis;

2. Sangat perlu ditingkatkan interaksi sosail antara petugas panti dengan lansia, tidak

hanya salah satu petugas tapi semua petugas agar lebih mengenal tentang

kebutuhan lansia;

3. Komposisi, variasi dan cara penyajian menu tetap perlu perhatian untuk

menghindari kebosanan;

73

Page 74: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

4. Perlu ada dokumentasi tentang perkembangan klien di masing masing Wisma yang

secara rutin di isi oleh pembina Wisma;

5. Perlu adanya pengaturan petugas yang jaga di ruang Perawatan Khusus selama 24

jam.

6. Perlu adanya Alat Pelindung Diri bagi petugas di ruang Perawatan Khusus agar

terhindar dari penyakit yang menular;

7. Pelayanan kesehatan lansia perlu ditingkatkan dengan cara :

a. Pelayanan dari Puskesmas perlu diusulkan tidak saja bersifat kuratif, tetapi

perlu juga pelayanan yang bersifat promotif dan preventif;

b. General Chek Up para lansia dilakukan minimal setiap 6 bulan sekali;

c. Pelayanan keperawatan perlu diprioritaskan pada aktivitas kehidupan sehari-

hari (ADL) meliputi :

Makan

Minum

Mandi

Ganti pakaian

Berdandan

Toileting

8. Pelayanan keperawatan terhadap lansia yang mengalami sakit perlu :

Observasi tanda vital (Tekanan Darah/Nadi/Pernapasan/Suhu);

Kolaborasi tentang terapi dengan Medis / terapi yang didelegasikan;

Melaksanakan terapi keperawatan secara mandiri dan kolaboratif;

Melaksanakan perawatan diri (Personal Hygiene) bagi lansia.

9. Melaksanakan Health Education tentang perawatan mandiri dan cara hidup sehat

bagi lansia baik secara individu maupun kelompok;

10. Untuk menghindari mal function tugas/peran perawat panti perlu diatur jadwal

kegiatan rutin dan jam kerja dalam sehari;

74

Page 75: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

11. Untuk jangka panjang perlu adanya penambahan fasilitas penunjang kesehatan

(pegangan dikamar mandi) untuk kesehatan lansia keseluruhan dan didirikan balai

pengobatan lansia yang dapat melayani lansia di Panti dan masyarakat umum

disekitar Panti :

Perlu ditambahkan tenaga perawat di Panti dengan menghitung ratio : Jumlah

lansia dengan perawat yang dibutuhkan ( 1 : 10 ).

Perlu diusulkan atau dipertimbangkan tentang alokasi dana / biaya kesehatan

yang dianggarkan untuk setiap lansia per hari.

Bila memungkinkan diperlukan mencari pihak Sponsor (sebagai Donatur untuk

Panti) bila tidak bertentangan dengan etika, visi dan misi Panti.

Bimbingan rohani tetap perlu ditingkatkan mencakup semua agama yang dianut

oleh setiap lansia dengan berkerjasama dengan Depag (Rohaniawan).

75

Page 76: Askep Kelompok 10 Agustus 2012

DAFTAR PUSTAKA

Annette G. Lueckenotte, 1996. Gerontologic Nursing, Sint louis Mosby Year Book.

Inc.

Barbara C. Long, 1989. Perawatan Medical Bedah (Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan) Sint Louis. Mosby Year Book. Inc.

Darmojo, Boedhi dan Martono Hadi. 2000. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan

Usia Lanjut). Jakarta: FKUI.

Depkes RI. 1994. Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: PPNI.

Depkes RI. 1994. Pedoman Penerapan Proses Keperawatan Rumah

Sakit. Jakarta: PPNI

Effendy Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Gaffar, La Ode Jumadi. 1997. Pengantar Keperawatan Profesional.

Hardywinoto dan Setiabudhi, Tony. 1999. Panduan Gerontologi; Tinjauan dari

Berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Hudak and Gallo, 1994. Keperawatan Kritis, Philadelphia Lippincott Company.

Lueckenotte, 1998. Pengkajian Gerontologi. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran,

EGC.

Lumbantobing. 1995. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta:

FKUI.

Nugroho, Wahjudi. 1992. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC.

Priharjo, Robert. 1995. Praktek Keperawatan Profesional, Konsep Dasar dan

Hukum. Jakarta: EGC.

Susilo, Madyo Eko dan Bambang Triyanto. 1991. Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah. Semarang: Effhar.

Untari, Salinan Penerbit Lansia, UNAIR S

Wahjudi Nugroho, 1992. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta, Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

76