askep insufisiensi katub aorta(1).docx

Upload: buyung-tegar-aribowo

Post on 02-Jun-2018

255 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    1/23

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh kita karena berfungsi

    mengantarkan oksigen,nutrien,dan substansi lain ke jaringan dan membuang sisa

    metabolisme selular melalui pompa jantung,sistem vaskular sirkulasi dan integrasi

    sistem lainnya. Jantung terdiri dari beberapa ruang yang dibatasi oleh katub

    diantaranya adalah katub atrioventricular dan katub semilunar. Katub

    atrioventricular (mitral dan trikuspid) terbuka dan darah mengalir dari atrium

    dengan tekanan yang lebih tinggi ke dalam venrtikel yang relaksasi. Setelah

    pengisian ventricular,maka akan dimulai fase sistole. Saat tekanan intraventrikularsistolik meningkat,maka katub atrioventrikular akan menutup, sehingga mencegah

    aliran darah kembali ke dalam atrium dan kemudian kontraksi ventrikular dimulai.

    Selama fase sistolik, tekanan ventrikular meningkat menyebabkan katub semilunar

    (aorta dan pulmonar) terbuka. Saat ventrikel mengeluarkan darah, maka tekanan

    intraventrikular menurun dan katub semilunar tertutup sehingga mencegah aliran

    balik ke dalam ventrikel. Klien yang mengalami penyakit valvular mengalami

    aliran balik atau regurgitasi darah melalui katub yang tidak kompeten,sehingga

    menyebabkan suara murmur ketika sedang melakukan auskultasi.

    Gangguan pada katub yang sering selama ini adalah insufisiensi aorta dan

    stenosis mitral.insufisiensi aorta adalah sustu keadaan dimana terjadi refluk (aliran

    balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi. Sedangkan

    stenosis mitral adalah terhambatnya aliran darah dalam jantung akibat perubahan

    struktur katub mitral yang menyebabkan tidak membukanya katub mitral secara

    sempurna pada saat diastolik. Insufisiensi aorta disebabkan karena lesi peradangan

    yang merusak bentuk bilah katub aorta,sehingga masing-masing bilah tidak bisa

    menutup lumen aorta dengan selama diastole dan mengakibatkan aliran balik darah

    dari aorta ke ventrikel kiri. Selain itu juga bisa disebakan oleh endokarditis,

    kelainan bawaan atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang

    menyebabkan dilatasi atau robekan aorta asenden.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    2/23

    Penderita insufisiensi aorta biasanya pasien mengeluh dada terasa

    berat,nafsu makan berkurang,muntah dan sesak saat beraktivitas. Sebagai perawat

    kita harus memahami dan mengetahui tentang asuhan keperawatan terhadap pasien

    yang mengalami insufisiensi aorta agar kita dapat memberikan upaya medikasi

    yeng terbaik sehingga pasien dapat sembuh atau dapat mengurangi risiko tinggi

    semakin parahnya penyakit.

    1.2. Rumusan masalah

    1.2.1 Bagaimanakah konsep pada insufisiensi aorta?

    1.2.2 Bagaimanakah asuhan keperawatan pada insufisiensi aorta?

    1.3.Tujuan

    1.3.1. Tujuan umum

    Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan pada insufisiensi aorta.

    1.3.2. Tujuaan khusus

    Mahasiswa mampu memperoleh gambaran tentang :

    1. Definis dari insufisiensi aorta.

    2.

    Etiologi dari insufisiensi aorta.

    3. Patifisiologi dari insufisiensi aorta.

    4. Manifestasi klinis pada insufisiensi aorta.

    5. Pemeriksaan penunjang pada insufisiensi aorta .

    6. Penatalaksanaan medis pada insufisiensi aorta.

    7. Komplikasi pada insufisiensi aorta.

    8. Prognosis pada insufisiensi aorta

    9.

    Asuhan keperawatan pada insufisiensi aorta.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    3/23

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    4/23

    BAB 2

    TINJAUAN TEORI

    2.1 Definisi Insufisiensi Aorta

    Insufisiensi adalah suatu keadaan dimana katup kehilangan fungsi yang normal

    dan gagal menghambat kembali darah setelah kontraksi dari setiap ruang jantung

    atau refluks darah dari aorta ke dalam ventrikel selama diastole (trinoval, 2009).

    Insufisiensi aorta adalah kembalinya darah ke ventrikel kiri dari aorta selama

    diastole (vanvid, 2011).

    Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan dimana terjadi refluk (aliran balik)

    darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu relaksasi (wajan, 2010).

    Insufisiensi aorta adalah penyakit katup jantung dimana katup aorta atau balon

    melemah, mencegah katup menutup erat-erat. Hal ini menyebabkan mundurnya

    aliran darah dari aorta (pembuluh darah terbesar) ke dalam ventrikel kiri (evan,

    2010).

    Insufisiensi katub Aorta (Regurgitasi ) adalah kembalinya darah ke ventrikel

    kiri dari aorta selama diastol ( relaksasi ). Insufisiensi aorta adalah suatu keadaan

    dimana terjadi refluk ( aliran balik ) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri

    sewaktu relaksasi. Insufisiensi aortaadalah penyakit katub jantung di mana katub

    aorta atau balon melemah, mencegah katub menutup erat-erat. Hal ini

    menyebabkan mundur aliran darah dari aorta (pembuluh darah terbesar) ke dalam

    ventrikel kiri (ruang bawah kiri jantung).

    2.2 Etiologi

    Penyebab terbanyak adalah demam rematik . Kelainan katub dan pangkal

    aorta juga bisa menimbulkan insufisiensi aorta. Pada insufisiensi aorta kronik

    terlihat fibrosis dan retraksi daun-daun katub atau tanpa kalsifikasi, yang umumnya

    merupakan sekuele dari demam rematik.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    5/23

    Insufisiensi darah dari aorta ke ventrikel kiri dapat terjadi dalam 3 macam kelainan

    artifisial, yaitu:

    1. Dilatasi pangkal aorta seperti yang ditemukan pada:

    a.

    Penyakit kolagen

    b. Aortitis sifilitika

    c. Diseksi aorta

    2. Penyakit katup artifisial

    a. Penyakit jantung reumatik

    b. Endokarditis bakterialis

    c. Aorta artificial congenital

    d. Ventricular septal defect (VSD)

    e. Ruptur traumatik

    f. Aortic left ventricular tunnel

    3. Genetik

    a.

    Sindrom marfan

    Mukopolisakaridosis

    1. Demam reumatik

    Rheumatic fever(demam rhematik) adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh

    infeksi oleh kelompok streptococcalbacteriayang tidak dirawat . Kerusakan pada

    kelopak-kelopak klep akibat dari demam rhematik menyebabkan pergolakan yang

    meningkat di seluruh klep dan lebih banyak kerusakan. Penyempitan dari demam

    rhematik terjadi dari peleburan dari tepi-tepi (commissures) dari kelopak-kelopak

    klep.

    Dalam keadaan normal, katub aorta menutup untuk mencegah darah di aorta

    dari mengalir balik ke ventricle kiri. Pada aortic regurgitation, klep yang sakit

    mengizinkan kebocoran dari darah balik ke dalam ventricle kiri ketika otot-otot

    ventricle mengendur derajat dari kerusakan rhematik pada klep mitral. Penyakit

    jantung rhematik adalah suatu kejadian yang relatif tidak umum di Amerika,

    kecuali pada orang-orang yang telah berimigrasi dari negara-negara kurang maju.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    6/23

    2. Kelainan bawaan (kongenital)

    Kelainan bawaan yang dibawa bayi sejak lahir, misalnya kelainan katub yang

    tidak bisa menutup secara sempurna saat dalam kandungan, menyebabkan aliran

    darah dari ventrikel kiri tidak bisa mengalir secara sempurna.

    3. Proses penuaan

    Dengan penuaan, protein collagen dari kelopak-kelopak klep dihancurkan, dan

    kalsium mengendap pada kelopak-kelopak. Pergolakan diseluruh klep-klep

    meningkatkan penyebab luka parut, dan penebalan. Penyakit yang progresif yang

    menyebabkan kalsifikasi aorta tidak ada sangkut pautnya dengan pilihan-pilihan

    gaya hidup yang sehat, tidak seperti kalsium yang dapat mengendap pada arteri

    koroner untuk menyebabkan serangan jantung.

    2.3 Patofisiologi

    Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusak bentuk bilah

    katub aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan

    rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari aorta ke

    ventrikel kiri .

    Karena kebocoran katub aorta saat diastole, maka sebagian darah dalam aorta,

    yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ventrikel kiri, sehingga ventrikel

    kiri harus mengatasi keduanya, yaitu mengirim darah yang secara normal diterima

    dari atrium kiri maupun darah yang kembali dari aorta. Ventrikel kiri kemudian

    melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatan volume ini, demikian

    juga akibat tenaga mendorong yang lebih dari normal untuk memompa darah,

    menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat. Sistem kardiovaskuler berusaha

    mengkompensasi melalui refleks dilatasi pembuluh darah dan arteri perifer

    melemas, sehingga tahanan perifer menurun dan tekanan diastolik turun drastis .

    Perubahan hemodinamik keadaan akut dapat dibedakan dengan keadaan

    kronik. Kerusakan akut timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi sebelumnya.

    Ventrikel kiri tidak punya cukup waktu untuk beradaptasi terhadap insufisiensi

    aorta. Peningkatan secara tiba-tiba dari tekanan diastolik akhir ventrikel kiri bisa

    timbul dengan sedikit dilatasi ventrikel .

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    7/23

    2.4 Manifestasi Klinis

    Klien datang dengan keluhan dengan adanya pulsasi arteri karotis yang

    nyata serta denyut pada apeks pada saat klien berbaring ke sebelah kiri. Bisa juga

    timbul denyut jantung prematur, oleh karena isi sekuncup besar setelah sistolik

    yang panjang. Pada klien insufisiensi aorta kronik bisa timbul gejala gejala gagal

    jantung, termasuk dypsnea saat beraktifitas, ortopnea, dypsnea noptural paroksimal,

    edema paru dan kelelahan. Angina cenderung timbul waktu istirahat saja timbulnya

    bradikardi dan lebih lama menghilang dari pada angina akibat penyakit koroner

    saja.

    Pada pemeriksaan fisik ditemukandenyut arteri karotis yang cepat dan

    perbedaan tekanan darah yang besar bisa timbul pada keadaan hiperdinamik dengan

    pulsus bisferiens. Jika insufisiensi berat, timbul efek nyata pada pulsasi arteri

    perifer. Jika gagal jantung berat, tekanan diastolik bisa normal akibat peningkatan

    tekanan diastolik pada ventrikel kiri. Jantung bisa berukuran normal jika bila

    insufisiensi aorta kronik ringan atau jika insufisensinya akut. Pada klien dengan

    insufisiensi sedang atau berat,jantung tampak membesar, impuls apeks bergeser ke

    inferolateral dan bersifal hiperdinamik.

    Bunyi jantung yang pertama menurunkan intesitasnya terutama jika interval

    PR memanjang. Bunyi ejeksi sistolik bisa terdengar sepanjang perbatasan sternum

    kiri akibat distensi tiba-tiba dari aorta. Sekunder dan insufisiensi bisa timbul bising

    diastolik aorta di sela iga 2 kiri, bising sistolik di apeks, bising austi flint (diastolic

    rumble/Bising diastolis pada apeks mirip pada stenosis mitral) di apeks dan bising

    sisitolik trikuspid. Karakteristik bising diastoliknya adalah bunyi bernada tinggi,

    paling jelas terdengar diperbatasan sternum kiri, menggunakan diafragma stetoskop

    dengan penekanan yang cukup dan klien condong ke depan setelah ekspirasi. Jika

    terdapat penyakit pangkal aorta, bising paling jelas terdengan di sternum kanan.

    Bisisng diastolik nada tinggi bisa terdengar jika daun katubitu terbuka, timbul

    lubang karena endokarditis. Bising tersebut sering terdengar pada insufisiensi aorta

    akut. Biasanya bunyi melemah karena penutupan dini katub mitral. Irama derap

    ventrikel yang terdengar di apeks biasanya merupakan tanda disfungsi ventrikel

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    8/23

    kiri. Bising austin flint timbul akibat pergeseran aliran balik aorta terhadap daun

    katub interior dari katub mitral, yang menimbulkan stenosis mitral fungsional.

    Selama mekanisme kompensasi ventrikel kiri masih baik, gejala bersifat asimtomatik

    Adapun tanda dan gejala insufisiensi aorta adalah:

    1. Dyspnea saat aktivitas

    2. Palpitasi,fatigue

    3. Orthopena akibat edema paru

    4. Rasa Lelah

    5. Noktural angina dan diaforosis

    6. Angina dengan hipertropi ventrikel kiri

    7. Palpasi:

    a. Pulsus seller/denyut nadi meloncat

    b. Tekanan nadi melebar (tekanan sistolik meningkat dan tekanan diastolik

    menurun)

    c.

    Denyut apeks bergeser dan kuat

    8. EKG

    a. Hipertrofi ventrikel kiri

    b. Sinus takikardia

    9.

    Auskultasi

    a. Murmur diastolik, suara angin ribut (blowing)

    b. Intensitas murmur tinggi karena peningkatan volume ejeksi

    2.5 Pemeriksaan Penunjang

    1. Elektrokardiogram

    EKG jarang normal pada regurgitasi aorta kronis dan sering menunjukkan

    perubahan repolarisasi bermakna. Pada regurgitasi aorta akut EKG dapat normal.

    Terlihat gambaran hipertropi ventrikel kiri, amplitude QRS meningkat, ST-T

    berbentuk tipe diastolic overload artinya vector rata-rata menunjukkan ST yang

    besar dan dan gelombang T paralel dengan vector rata-rata kompleks QRS. Gambar

    menunjukkan interval P-R memanjang.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    9/23

    2. Radiografi Thorax

    Menunjukkan terjadinya pembesaran jantung progresif. Yaitu adanaya

    pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri, serta dilatasi aorta. Bentuk dan ukuran

    jantung tidak berubah pada insufisiensi akut tapi terlihat edema paru.

    3. Eko Transtorasik (TTE)

    Memperlihatkan bagian proximal pangkal aorta pada pencitraan.

    4. Aortography. Mencitrakan keadaan dilatasi pangkal aorta sehingga terlihat adanya

    flap intima

    5. Peningkatan cardiac iso enzim (cpk & ckmb)

    6. Kateterisasi jantung : Ventrikel kiri tampak opag selama penyuntikan bahan kontras

    kedalam pangkal aorta.

    7. Eko Transesofageal (TEE)

    Memvisualisasikan seluruh aorta.

    2.6 Penatalaksanan

    1. Terapi Umum

    a. Istirahat

    b. Medikamentosa

    Obat pertama:

    1) Obat gagal ginjal

    2) Diuretika

    3) vasolidator hidralazin

    4) ACEinhibitor

    2. Obat Alternatif

    Antibiotik preventif menjelang tindakan invasif

    3. Operasi

    Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk

    penggantian katup masih kontroversial. Pilihan untuk katup buatan ditentukan

    berdasarkan umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk koagulan, serta lamanya umur

    katup. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    10/23

    memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal

    jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukan

    pembedahan.

    Penggantian katub aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk

    penggantian katub masih kontroversial. Pilihan untuk katub buatan ditentukan

    berdasarkan umur, kebutuhan, kontraindikasi untuk koagulan, serta lamanya umur

    katub. Pembedahan dianjurkan pada semua pasien dengan hipertrofi ventrikel kiri tanpa

    memperhatikan ada atau tidaknya gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal

    jantung kongestif, harus diberikan penatalaksanaan medis sampai dilakukannya

    pembedahan.

    Penggantian katub prostetik dimulai pada tahum 1960-an, bila valvuloplasti atau

    perbaikan katub tidak bisa dilakukan seperti misalnya pada kalsifikasi, maka perlu

    dilakukan penggantian katub. Semua penggantian katub memerlukan anestesia umum

    dan pintasan kardiopulmonal. Kebanyakan prosedur ini dilakukan melalui sternotomi

    median ( insisi melalui sternum).

    Begitu katub terlihat, bilah-bilah dan struktur katub lainnya seperti chordae dan otot

    papilaris diangkat. Jahitan dilakukan di seputar anulus dan kemudian ke katub protesis.

    Katub pengganti ditekan ke bawah sesuai letak yang tepat dan jahitan dikencangkan.

    Insisi ditutup dan dokter bedah mengevaluasi fungsi jantung dan kualitas perbaikan

    protetik. Pasien mulai dilepaskan dari pintasan jantung paru dan pembedahan selesai.

    Komplikasi yang khas pada penggantian katub adalah yang berhubungan dengan

    perbahan tekanan intrakardial yang mendadak akibat kompensasi jantung yang telah

    secara bertahap menyesuaikan dengan kelianan yang terjadi, namun dengan tiba-tiba

    aliran darah dalam jantung membaik setelah dilakukan pembedahan.

    Macam katub Prostetik ada 4 yaitu:

    1. Katub mekanis

    Dapat berbentuk bola dan kurungan atau cakram. Katub mekanis dianggap

    lebih kuat dibanding katub prostetik lainnya dan biasnya digunakan pada pasien

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    11/23

    muda. Tromboemboli merupakan komplikasi yang bermakna pada katub

    mekanis, sehingga perlu diberikan antikoagulan jangka panjang dengan warfarin.

    2. Katub xenograf

    adalah katub jaringan (bioprostesis, heterograf) biasanya dari babi (porsin)

    tapi dapat pula dipakai katub dari sapi (bovin). Viabilitasnya bisa mencapai 7

    sampai 10 tahun. Tidak menyebabkan trombus sehingga tidak memerlukan

    antikoagulan jangka panjang. Digunakan pada wanita usia subur karena

    mempunyai komplikasi potensial pemberian antikoagulan jangka panjang

    sehubungan dengan menstruasi dan pemindahan melalui plasenta ke janin dan

    hubungannya dengan persalinan.

    Xenograf juga digunakan untuk pasien di atas 70 tahun, pasien dengan

    riwayat ulkus peptikum, dan mereka yang tidak bisa mentoleransi antikoagulan

    jangka panjang ( khusus katub trikuspidalis)

    3. Katub homograf ( katub dari manusia )

    Diperoleh dari donor jaringan kadaver. Katub aorta dan sebagian aorta atau

    katub pulmonal atau arteri pulmonalis diambil dan disimpan secara kriogenik.

    Homograf sulit di dapat dan sangat mahal. Homograf dapat bertahan 10

    sampai 15 tahun, sedikit lebih banyak dibanding xenograf. Homograf tidak

    bersifat trombogenik dan tahan terhadap endokarditis bakterial subakut.

    Homograf digunakan untuk penggantian katub aorta dan pulmonal.

    4. Katub otograf (katub otolog)

    diperoleh dengan memotong katub pulmonal pasien yang bersangkutan dan

    sebagian arteri pulmonalis untuk digunakan sebagai katub aorta. Tidak

    memerlukan antikoagulan karena berasal dari jaringan pasien sendiri dan tidak

    bersifat trombogenik. Otograf merupakan pilihan bagi anak-anak, wanita usia

    subur, dewasa muda, pasien dengan riwayat penyakit ulkus peptikum dan

    mereka yang tidak mentoleransi antikoagulan. Otograf katub aorta dapat tetap

    hidup sampai labih dari 20 tahun. Kebanyakan pembedahan otograf katub aorta

    merupakan prosedur penggantian katub ganda, karena juga dilakukan homograf

    pada penggantian katub pulmonal.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    12/23

    2.7 Komplikasi

    Perubahan hemodinamika yang mendadak, selain prosedurnya sendiri,

    menyebabkan pasien dapat mengalami komplikasi setelah pembedahan.

    Komplikasi tersebut meliputi perdarahan, tromboembolisme, infeksi, gagal

    jantung kongestif, hipertensi, disritmia, hemolisis, dan sumbatan mekanis.

    2.8 Prognosis

    70 % klien dengan insufisiensi aorta kronik dapat bertahan 5 tahun,

    sedangkan 50 % mampu bertahan 10 tahun setelah diagnosis ditegakkan. Klien

    mampu hidup secara normal, tetapi rentan terhadap endokarditis infekif. Jika

    timbul gagal jantung , bisa bertahan 2 tahundan setelah timbul gejala angina

    biasanya bertahan 5 tahun. Klien dengan insufisiensi aorta akut dan edema paru

    memiliki prognosis buruk dan, biasanya harus operasi.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    13/23

    Rheumatic Fever

    Infeksi streptococal

    bacterial

    Kerusakan Pada katub

    Proses Penuaan

    Penurunan Elastisitas

    Kelainan

    Konginetal

    Katub tidak menutup

    sempurna

    Kegagalan aorta

    mempertahankan

    darah

    Aliran balik darah

    dari aorta ke

    ventrikel kiri

    Penurunan

    stroke volume

    Akumulasi cairan di

    ventrikel kiri

    Dekompensasi

    Ventrikel Kiri

    Edema Paru

    Gangguan

    Pertukaran Gas

    Hipertrofi Ventrikel

    Komplikasi Gagal

    Jantung

    Peningkatan Beban

    Kerja Jantung

    Nyeri dada

    Ansietas Anoreksia

    Pemenuhan

    nutrisi kurang

    dari kebutuhan

    Peningkatan kontriksi

    Dilatasi pembuluh darah

    Peningkatan TD Sistole

    Penurunan TD diasstole

    Penurunan volume

    sirkulasi

    Gangguan

    metabolisme

    Kelelahan

    Intoleransi aktfitas

    Penuruban

    GFROliguri

    Retensi Na+dan air

    Edema

    WOC

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    14/23

    BAB 3

    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

    TRIGER CASE

    Pasien datang ke RSUD dengan diantar oleh istrinya dengan keluhan utama lemah,

    dan tidak bisa melakukkan aktifitas berat. Pasien cepat lelah dan merasa sesak saat

    melakukan aktifitas. Berdebar-debar dan nyeri dada ringan, pasien juga mengatakan sesak

    ringan terutama pada saat tidur, sesak seperti ada tekanan pada daerah dada.

    3.1 Pengkajian

    1. Identitas pasien

    a. Nama pasien : Tn. H

    b. Umur : 31 Th

    c. Suku/bangsa : Jawa

    d. Agama : Islam

    e.

    Pendidikan : Perguruan Tinggi

    f. Pekerjaan : Guru

    g. Alamat : Surabaya

    2. Keluhan Utama

    Pasien mengatakan lemah, tidak bisa melakukan aktifitas yang berat.

    3. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang ke RSUD dengan diantar oleh istrinya dengan keluhan utama lemah,

    dan tidak bisa melakukkan aktifitas berat. Pasien cepat lelah. Berdebar-debar dan

    nyeri dada ringan. Pasien juga mengatakan sesak ringan terutama pada saat tidur.

    Sesak seperti ada tekanan pada daerah dada.

    4. Riwayat Penyakit sebelumnya

    Pasien mengatakan tidak pernah mengalami operasi. Pasien memiliki riwayat

    hipertensi

    5.

    Riwayat Keluarga

    Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai penyakit yang

    sama dengan klien.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    15/23

    3.2 Observasi

    1. Keadaan umum : Lemah

    a. Suhu : 367o

    C

    b. Nadi : 79x/menit

    c. Tekanan darah : 160/70 mmHg

    d. Respyratory Rate : 30x/menit

    2. Pemeriksaan Persistem

    1. B1 ( Breathing )

    Gejala : Dispnea (kerja, ortopnea, paroksismal, nokturnal). Batuk menetap atau

    nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).

    Tanda : Takipnea, bunyi napas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak

    dan berbercak darah (edema pulmonal), gelisah/ketakutan (pada adanya edema

    pulmonal.

    2. B2 ( Blood )

    Gejala : Riwayat kondisi pencetus, contoh demam reumatik, endokarditis

    bakterial subakut, infeksi streptokokal; hipertensi, kondisi kongenital (contoh

    kerusakan atrial-septal, sindrom Marfan), trauma dada, hipertensi pulmonal,

    riwayat murmur jantung, palpitasi,

    Tanda :1. Sistolik TD menurun

    2. Tekanan nadi: Melambat.

    a. Bunyi jantung: S1 keras, pembukaan yang keras (SM). Penurunan atau tak ada

    S1, bunyi robekan luas, adanya S3, S4 (IM berat). Bunyi ejeksi sistolik (SA).

    Bunyi sistolik, ditonjolkan oleh berdiri/jongkok (MVP).

    b.

    Kecepatan: takikardi (MVP); takikardi pada istirahat (SM).

    c. Irama: tak teratur, fibrilasi atrial (SM dan IM). Disritmia dan derajat pertama

    blok AV (SA). Murmur: bunyi rendah, murmur diastolik gaduh (SM). Murmur

    sistolik terdengar baik pada dasar dengan penyebaran ke leher (SA). Murmur

    diastolik (tiupan), bunyi tinggi dan terdengar baik pada dasar (IA).

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    16/23

    3. B3 ( Brain )

    Gejala : Episode pusing/pingsan berkenaan dengan beban kerja.

    Tanda : -

    4. B4 ( Bladder )

    Gejala : -

    Tanda : Oliguri

    5. B5 ( Bowel )

    Gejala : Disfagia (IM kronis), perubahan berat badan, penggunaan diuretik.

    Tanda : Penurunan BB

    6. B6 (Bone )

    Gejala : Kelemahan, kelelahan.

    Tanda : Pucat, berkeringat,

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    17/23

    3. Pemeriksaan Penunjang

    1. Elektrokardiogram

    Terlihat gambaran hipertropi ventrikel kiri, amplitude QRS meningkat, ST-T

    berbentuk tipe diastolic overload artinya vector rata-rata menunjukkan ST yang

    besar dan dan gelombang T paralel dengan vector rata-rata kompleks QRS.

    Gambar menunjukkan interval P-R memanjang.

    2. Radiografi Thorax

    Menunjukkan terjadinya pembesaran jantung progresif. Yaitu adanaya

    pembesaran ventrikel kiri, atrium kiri, serta dilatasi aorta. Bentuk dan ukuran

    jantung tidak berubah pada insufisiensi akut tapi terlihat edema paru.

    3.3 Analisa Data

    Data Fokus Etiologi Symtom

    DS :

    DO :

    Penurunan Kontraktilitas

    Ventrikel

    Penurunan Curah Jantung

    DS :

    DO :

    Perubahan Membran

    Kapiler Alveoli

    Pola Nafas tidak efektif

    DS :

    DO :

    Gangguan suplai oksigen Intoleransi Aktivitas

    3.4 Diagnosa Keperawatan

    1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel

    kiri.

    2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli

    dan retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.

    3.

    Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen

    dan kebutuhan.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    18/23

    3.4 Intervensi Keperawatan

    1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktilitas ventrikel

    kiri.

    Tujuan : Menunjukkan penurunan episode dispnea, dan nyeri dada.

    Kriteria Hasil : Frekuensi Nadi 90x/mnt.

    Tekanan Darah 140/80 mmHg

    Tidak ada dypsnea

    No Intervensi Rasional

    1.

    2.

    3.

    Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer.

    Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi

    (misal: berjalan) bila pasien mampu

    turun dari tempat tidur atur posisi saat

    istirahat dengan posisi semi fowler .

    Berikan oksigen suplemen dan obat-

    obatan sesuai indikasi. Pantau

    DGA/nadi oksimetri.

    1. Indikator klinis dari

    keadekuatan curah jantung.Pemantauan memungkinkan

    deteksi dini/tindakan terhadap

    dekompensasi.

    2. Melakukan kembali aktivitas

    secara bertahap mencegah

    pemaksaan terhadap cadangan

    jantung. Posisi semifowler

    memudahkan oksigenasi.

    3. Memberikan oksigen untuk

    ambilan miokard dalam upaya

    untuk mengkompensasi

    peningkatan kebutuhan oksigen

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    19/23

    2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveoli

    dan retensi cairan interstitial akibat sekunder dari edema paru.

    Tujuan : Dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi perubahan pola napas.

    Kriteria hasil : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal (16- 20x/

    menit), respons batuk berkurang.

    Intervensi Rasional

    Mandiri

    1. Auskultasi bunyi napas (krekels)

    2. Ukur intake dan output cairan

    3. Timbang berat badan

    4. Pertahankan pemasukan total cairan

    2000ml/ 24 jam dalam toleransi

    kardiovaskuler

    1. Indikasi adanya edema paru;

    sekunder akibat dekompensasi

    jantung

    2. Penurunan curah jantung

    mengakibatkan tidak efektifnya

    perfusi ginjal, retensi natrium/ cairan,

    dan penurunan output urine

    .

    3. Perubahan tiba- tiba dari berat badan

    menunjukkan gangguan

    keseimbangan cairan.

    4. Memenuhi kenutuhan cairan tubuh

    orang dewasa, tetapi memerlukan

    pembatasan dengan adanya

    dekompensasi jantung.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    20/23

    Kolaborasi

    1. Berikan diet tanpa garam

    2. Berikan diuretik, contoh: Furosemide,

    sprinolakton, hidronolakton

    3. Pantau data laboratorium elektrolit

    kalium

    1. Natrium meningkatkan

    retensi cairan dan

    meningkatkan volume plasma

    yang berdampak terhadap

    peningkatan beban kerja

    jantung dan akan

    meningkatkan kebutuhan

    miokardium.

    2. Diuretik bertujuan untuk

    menurunkan volume plasmadan menurunkan retensi cairan

    di jaringan sehingga

    menurunkan risiko terjadinya

    edema paru.

    3. Hipokalemia dapat membatasi

    keefektifan terapi.

    3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan

    kebutuhan.

    Tujuan : Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.

    Kriteria Hasil : Tidak dypsnea saat aktifitas.

    TTV normal

    No. Intervensi Rasional

    1. Kaji toleransi pasien terhadap

    aktivitas menggunakan parameter

    berikut: frekuensi nadi 20/menit

    diatas frekuensi istirahat; catat

    1.

    Parameter menunjukkan

    respons fisiologis pasien

    terhadap stress aktivitas dan

    indikator derajat pengarh

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    21/23

    2.

    3.

    4.

    5.

    peningkatan TD, dispnea atau nyeri

    dada; kelelahan berat dan kelemahan;

    berkeringat; pusing; atau pingsan.

    Kaji kesiapan untuk meningkatkan

    aktivitas contoh penurunan

    kelemahan/kelelahan, TD

    stabil/frekuensi nadi, peningkatan

    perhatian pada aktivitas dan

    perawatan diri.

    Dorong memajukan

    aktivitas/toleransi perawatan diri

    Berikan bantuan sesuai kebutuhan

    dan anjurkan penggunaan kursi

    mandi, menyikat gigi/rambut dengan

    duduk dan sebagainya.

    Dorong pasien untuk berpartisipasi

    dalam memilih periode aktivitas.

    kelebihan kerja/jantung.

    2. Stabilitas fisiologis pada

    istirahat penting untuk

    memajukan tingkat aktivitas

    individual.

    3. Konsumsi oksigen miokardia

    selama berbagai aktivitas dapat

    meningkatkan jumlah oksigen

    yang ada. Kemajuan aktivitas

    bertahap mencegah peningkatan

    tiba-tiba pada kerja jantung.

    4.

    Teknik penghematan energi

    menurunkan penggunaan energi

    sehingga membantu

    keseimbangan suplai dan

    kebutuhan oksigen.

    5. Seperti jadwal meningkatkan

    toleransi terhadap kemajuan

    aktivitas dan mencegah

    kelemahan.

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    22/23

    BAB 4

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Insufisiensi aorta dan stenosis mitral.insufisiensi aorta adalah sustu keadaan

    dimana terjadi refluk (aliran balik) darah dari aorta ke dalam ventrikel kiri sewaktu

    relaksasi. Sedangkan stenosis mitral adalah terhambatnya aliran darah dalam jantung

    akibat perubahan struktur katub mitral yang menyebabkan tidak membukanya katub

    mitral secara sempurna pada saat diastolik. Insufisiensi aorta disebabkan karena lesi

    peradangan yang merusak bentuk bilah katub aorta,sehingga masing-masing bilah

    tidak bisa menutup lumen aorta dengan selama diastole dan mengakibatkan aliran

    balik darah dari aorta ke ventrikel kiri. Selain itu juga bisa disebakan oleh

    endokarditis, kelainan bawaan atau penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma

    yang menyebabkan dilatasi atau robekan aorta asenden.

    Penderita insufisiensi aorta biasanya pasien mengeluh dada terasa

    berat,nafsu makan berkurang,muntah dan sesak saat beraktivitas. Sebagai perawat kita

    harus memahami dan mengetahui tentang asuhan keperawatan terhadap pasien yang

    mengalami insufisiensi aorta agar kita dapat memberikan upaya medikasi yeng

    terbaik sehingga

  • 8/11/2019 Askep Insufisiensi Katub Aorta(1).docx

    23/23

    DAFTAR PUSTAKA

    http://www.mayoclinic.com/health/aortic-valve-regurgitation/DS00419/DSECTION=tests-

    and-diagnosis

    Rilantono, Lili Ismudiati, dkk. 2002.Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia

    Gray, Huon H, dkk. 2003.Lectures Notes: Kardiologi. Surabaya: Erlangga

    Muttaqin, Arif. 2009.Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem

    Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

    http://jovandc.multiply.com/journal/item/32/LAPORAN_PENDAHULUAN