askep hiperbilirubin

22
askep hiperbilirubin A. Pengertian 1. Ikterus Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan ikterus sinonim dengan jaundice. 2. Ikterus Fisiologis Ikterus fisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam Schwats (2005) adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Timbul pada hari kedua – ketiga b. Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % per hari pada kurang bulan c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari d. Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg % e. Ikterus hilang pada 10 hari pertama f. Tidak mempunyai dasar patologis 3. Ikterus Pathologis/ hiperbilirubinemia Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak

Upload: joecupidh

Post on 05-Aug-2015

128 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: askep hiperbilirubin

askep hiperbilirubin

A.  Pengertian

1.    Ikterus

Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane mukosa, sclera dan organ lain yang

disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan ikterus sinonim dengan

jaundice.

2.    Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon (1996) dalam Schwats (2005) adalah

ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a.       Timbul pada hari kedua – ketiga

b.      Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan

dan 10 mg % per hari pada kurang bulan

c.       Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari

d.      Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg %

e.       Ikterus hilang pada 10 hari pertama

f.       Tidak mempunyai dasar patologis

3.    Ikterus Pathologis/ hiperbilirubinemia

Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin

dalam darah mencapai nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau

tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis.

Ikterus yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik

sebagai berikut :

a.       Menurut Surasmi (2003) bila :

1)      Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran

2)      Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau > setiap 24 jam

3)      Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada neonatus < bulan dan 12,5 % pada neonatus

cukup bulan

4)      Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis)

Page 2: askep hiperbilirubin

5)      Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom

gangguan pernafasan, infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.

b.      Menurut tarigan (2003)

Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai

potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai

hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar

bilirubin mencapai 12 mg % pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi yang kurang bulan.

Utelly menetapkan 10 mg % dan 15 mg %.

4.    Kern Ikterus

Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak. Kern ikterus ialah

ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat

(bilirubin lebih dari 20 mg %) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan

bercak bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf simpatis yang

terjadi secara kronik.

      Jenis Bilirubin

Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjadi dua jenis yaitu:

a.       Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin tidak larut

dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas larut dalam lemak

serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak.

b.      Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut dalam air dan

tidak toksik untuk otak.

      Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:

1.      Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.

Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun

sbb:

  Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.

  Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang Bakteri)

  Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

Page 3: askep hiperbilirubin

2.      Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.

  Biasanya Ikterus fisiologis.

  Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau golongan lain. Hal ini diduga

kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.

  Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.

  Polisetimia.

  Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis, pendarahan Hepar, sub kapsula dll).

3.      Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.

  Sepsis.

  Dehidrasi dan Asidosis.

  Defisiensi Enzim G6PD.

  Pengaruh obat-obat.

  Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.

4.      Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:

  Karena ikterus obstruktif.

  Hipotiroidisme

  Infeksi.

  Hepatitis Neonatal.

  Galaktosemia.

B.  Etiologi

1.      Peningkatan produksi

a.       Hemolisis, misalnya pada inkompalibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan

darah dan anak pada penggolongan rhesus dan ABO.

b.      Perdarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran

c.       Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang terdapat pada bayi

hipoksia atau asidosis

d.      Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phostat Dehidrogenase)

e.       Breast milk jaundice yang disebabkan oleh kekurangannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta), diol

(steroid)

f.       Kurangnya enzim glukoronil transferase, sehingga kadar bilirubin indirek meningkat misalnya

pada BBLR

Page 4: askep hiperbilirubin

g.      Kelainan congenital

2.      Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya hipoalbuminemia

atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya sulfadiazine.

3.      Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin yang dapat

langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, toksoplasmasiss, syphilis.

4.      Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ektra hepatic.

5.      Peningkatan sirkulasi enterohepatik, misalnya pada ileus obstruktif.

C.  Patofisiologi

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan. Keadaan yang sering

ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan.

Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.

Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin

tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia,

asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila

ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi

misalnya sumbatan saluran empedu.

Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas

terutama ditemukan ada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut

dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin

tadi dapat menembus darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada

umumnya dianggap bahwa kelainan pada syaraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila

kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati darah otak

ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek akan mudah melewati

darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah, dan hipoksia.

D.  Tanda dan gejala

Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi:

1.      Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah

letargi, tidak mau minum dan hipotoni.

Page 5: askep hiperbilirubin

2.      Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus

(bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis,

gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis).

Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit,

membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai

sekitar 40 µmol/l.

E.   Pemeriksaan Diagnostik

1.      Bilirubin Serum

Pemeriksaan bilirubin serum merupakan baku emas penegakan diagnosis ikterus neonatorum

serta untuk menentukan perlunya intervensi lebih lanjut. Beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan dalam pelaksanaan pemeriksaan serum bilirubin adalah tindakan ini merupakan

tindakan invasif yang dianggap dapat meningkatkan  morbiditas neonatus. Umumnya yang

diperiksa adalah bilirubin total. Sampel serum harus dilindungi dari cahaya (dengan aluminium

foil).

Beberapa sumber menyarankan pemeriksaan bilirubin direk, bila kadar bilirubin total > 20

mg/dL atau usia bayi > 2 minggu. 

2.      Bilirubinometer Transkutan

Bilirubinometer adalah instrumen spektrofotometrik yang bekerja dengan prinsip memanfaatkan

bilirubin yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang 450 nm. Cahaya yang dipantulkan

merupakan representasi warna kulit neonatus yang sedang diperiksa.

3.      Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO

Bilirubin bebas secara difusi dapat melewati sawar darah otak. Hal ini menerangkan mengapa

ensefalopati bilirubin dapat terjadi pada konsentrasi bilirubin serum yang rendah.

F.   Penatalaksanaan

Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan

untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai

tujuan :

1.      Menghilangkan anemia

2.      Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi

Page 6: askep hiperbilirubin

3.      Meningkatkan badan serum albumin

4.      Menurunkan serum bilirubin

Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse albumin dan

therapi obat.

a.       Fototherapi

Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk

menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a

bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin

dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin

tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak

terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan

ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan

albumin dan di kirim ke hati.

Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam duodenum untuk di

buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar

mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.

Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi tidak dapat

mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia.

Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Noenatus yang

sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi bilirubin

5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam

pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah.

b.      Transfusi Pengganti

Transfusi pengganti atau imediat didindikasikan adanya faktor-faktor :

1)      Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu

2)      Penyakit hemolisis berat pada bayi baru lahir

3)      Penyakit hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama

4)      Kadar bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama

5)      Serum bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama

Page 7: askep hiperbilirubin

6)      Hemoglobin kurang dari 12 gr/dl

7)      Bayi pada resiko terjadi kern Ikterus

Transfusi pengganti digunkan untuk:

1)      Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel darah merah

terhadap antibody maternal

2)      Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan)

3)      Menghilangkan serum ilirubin

4)      Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan bilirubin

Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh

negative whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B. setiap 4 -8

jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

c.       Therapi Obat

Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi

bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa

hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal

masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi

bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika.

G.  Komplikasi

1.      Bilirubin Encephalopathy ( komplikasi serius )

Ikterus neonatorum yang berat dan tidak ditata laksana dengan benar dapat menimbulkan

komplikasi ensefalopati bilirubin. Hal ini terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan

lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebelum yang menyebabkan

kematian sel. Pada bayi dengan sepsis, hipoksia dan asfiksia bisa menyebabkan kerusakan pada

sawar darah otak. Dengan adanya ikterus, bilirubin yang terikat ke albumin plasma bisa masuk

ke dalam cairan ekstraselular. Sejauh ini hubungan antara peningkatan kadar bilirubin serum

dengan ensefalopati bilirubin telah diketahui. Tetapi belum ada studi yang mendapatkan nilai

spesifik bilirubin total serum pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubinemia non hemolitik

yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada kecerdasan atau kerusakan neurologik yang

disebabkannya.

Page 8: askep hiperbilirubin

2.      Kernikterus

3.      Retardasi mental - Kerusakan neurologis

4.      Gangguan pendengaran dan penglihatan

H.  Pencegahan

Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :

1.        Pengawasan antenatal yang baik 

2.        Mengh inda r i oba t yang dapa t men ingka tkan i k t e ru s pada bay i dan

masa kehamilan dan kelahiran, contoh: sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.

3.        Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.

4.        Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.

5.        Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir 

6.        Pemberian makanan yang dini.

7.        Pencegahan infeksi

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI HIPERBILIRUBIN

A.  Pengkajian

1.      Anamnese orang tua/keluarga

Ibu dengan rhesus ( - ) atau golongan darah O dan anak yang mengalami neonatal ikterus yang

dini, kemungkinan adanya erytrolastosisfetalis ( Rh, ABO, incompatibilitas lain golongan darah).

Ada sudara yang menderita penyakit hemolitik bawaan atau ikterus, kemungkinan suspec

spherochytosis herediter kelainan enzim darah merah. Minum air susu ibu , ikterus kemungkinan

karena pengaruh pregnanediol

a.    Riwayat kelahiran

•       Ketuban pecah dini, kesukaran kelahiran dengan manipulasi berlebihan merupakn predisposisi

terjadinya infeksi

•       Pemberian obat anestesi, analgesik yang berlebihan akan mengakibatkan gangguan nafas

(hypoksia), acidosis yang akan menghambat konjugasi bilirubin.

•       Bayi dengan apgar score renddah memungkinkan terjadinya (hypoksia), acidosis yang akan

menghambat konjugasi bilirubn.

•       Kelahiran Prematur berhubungan juga dengan prematuritas organ tubuh (hepar).

Page 9: askep hiperbilirubin

b.    Pemeriksaan fisik

1)   Keadaan umum tampak lemah, pucat dan ikterus dan aktivitas menurun

2)   Kepala leher

•       Bisa dijumpai ikterus pada mata (sclera) dan selaput / mukosa pada mulut. Dapat juga

diidentifikasi ikterus dengan melakukan Tekanan langsung pada daerah menonjol untuk bayi

dengan kulit bersih ( kuning)

•       Dapat juga dijumpai cianosis pada bayi yang hypoksia

3)   Dada

•       Selain akan ditemukan tanda ikterus juga dapat ditemukan tanda peningkatan frekuensi nafas.

•       Status kardiologi menunjukkan adanya tachicardia, kususnya ikterus yang disebabkan oleh

adanya infeksi

4)   Perut

•       Peningkatan dan penurunan bising usus /peristaltic perlu dicermati. Hal ni berhubungan dengan

indikasi penatalaksanaan photo terapi. Gangguan Peristaltik tidak diindikasikan photo terapi.

•       Perut membuncit, muntah , mencret merupakan akibat gangguan metabolisme bilirubun

enterohepatik

•       Splenomegali dan hepatomegali dapat dihubungkan dengan Sepsis bacterial, tixoplasmosis,

rubella

5)   Urogenital

  Urine kuning dan pekat.

•       Adanya faeces yang pucat / acholis / seperti dempul atau kapur merupakan akibat dari

gangguan / atresia saluran empedu

6)   Ekstremitas

Menunjukkan tonus otot yang lemah

7)   Kulit

•       Tanda dehidrasi titunjukkan dengan turgor tang jelek. Elastisitas menurun.

•       Perdarahan baah kulit ditunjukkan dengan ptechia, echimosis.

8)   Pemeriksaan Neurologis

Adanya kejang, epistotonus, lethargy dan lain – lain menunjukkan adanya tanda – tanda kern -

ikterus

c.    Pemeriksaan Penunjang

Page 10: askep hiperbilirubin

1)   Darah : DL, Bilirubin > 10 mg %

2)   Biakan darah, CRP menunjukkan adanya infeksi

3)   Sekrening enzim G6PD menunjukkan adanya penurunan

4)   Screnning Ikterus melalui metode Kramer dll

5)   Skreening ikterus melalui matode kremer.

B.  Diagnosa keperawatan

1.    Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan

diare.

2.    Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek fototerapi

3.    Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare

4.    Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan

5.    Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi

6.    Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi

7.    Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar

C.  Rencana keperawatan

1.      Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan

diare.

Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat

Intervensi :

Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake output, beri air diantara

menyusui atau memberi botol.

2.      Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan efek fototerapi

Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan

Intervensi :

Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5° - 37° C, cek tanda-tanda vital

tiap 2 jam.

3.      Gangguan integritas kulit sehubungan dengan hiperbilirubinemia dan diare

Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan

Intervensi :

Page 11: askep hiperbilirubin

Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah posisi setiap 2 jam, masase

daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan kelembabannya.

4.      Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan

Tujuan : Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua dapat

mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.

Intervensi :

Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk stimulasi sosial dengan ibu,

anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya, libatkan orang tua dalam perawatan bila

memungkinkan, dorong orang tua mengekspresikan perasaannya.

5.      Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang diberikan pada bayi.

Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala untuk

menyampaikan pada tim kesehatan

Intervensi :

Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi

dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah.

6.      Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi

Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat fototherapi

Intervensi :

Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan neonatus dalam keadaan

telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat

memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata tida menutupi hidung dan bibir; matikan

lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis tiap 8 jam; buka penutup mata

setiap akan disusukan; ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan.

7.      Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar

Tujuan : Tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi

Intervensi :

Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan NaCl

selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam sebelum tindakan,

Page 12: askep hiperbilirubin

pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan Rhesus serta darah yang akan

ditranfusikan adalah darah segar; pantau tanda-tanda vital; selama dan sesudah tranfusi; siapkan

suction bila diperlukan; amati adanya ganguan cairan dan elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang;

monitor pemeriksaan laboratorium sesuai program.

D.  Prinsip Tindakan

Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang meliputi tindakan-tindakan yang

direncakan oleh perawat. Dalam melaksanakan proses keperawatan harus kerjasama dengan tim

kesehatan yang lain, keluarga klien, dan dengan klien sendiri, yang meliputi 3 hal :

1.    Melaksanakan tindakan keperawatan dengan memperhatikan kode etik dengan standar praktek

dan sumber-sumber yang ada.

2.    Mengidentifikasi respon klien.

3.    Mendokumentasikan/mengevaluasi pelaksanaan tindakan keperawatan dan respon pasien.

E.   Prinsip Evaluasi

Evaluasi merupakan pengukuran dari keberhasilan rencana keperawatan dalam memenuhi

kebutuhan klien. tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan dalam menggunakan proses

keperawatan.

Adapun evaluasi bayi dengan hiperbilirubin dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya dan asuhan keperawatan dikatakan berhasil apabila dalam evaluasi terlihat

pencapaian kriteria tujuan perencanaan yang diberikan pada bayi dengan hiperbilirubin.

 Daftar Pustaka

FKUI .1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta: EGC.

Ladewig, patricia,dkk.2006. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu Bayi Baru Lahir Edisi 5.

Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan

Bidan.Jakarta: EGC.

Page 13: askep hiperbilirubin

Mansjoer, A dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI.

Ngatisyah.2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.

Surasmi,Asrining,dkk.2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Jakarta: EGC.

Page 14: askep hiperbilirubin

Penyakit Kuning Pada Bayi Baru Lahir (Hiperbilirubin)Di buat pada 10 October 2011 oleh admin

Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua. Ini merupakan proses normal yang terjadi seumur hidup kita. Setelah itu bilirubin menuju ke usus dan ginjal lalu keseluruh tubuh. Jika terlalu banyak bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh bayi maka itu menyebabkan warna kuning yang disebut hiperbilirubin.

Hiperbilirubin terjadi 60% pada bayi baru lahir dan biasanya bukan merupakan hal yang berbahaya apabila dapat dikendalikan

Penyebab  Bayi  bisa terkena penyakit Hiperbilirubin

Siklus sel darah merah pada bayi lebih pendek daripada orang dewasa. Ini berarti lebih banyak bilirubin yang dilepaskan melalui organ hati bayi anda. Kadang-kadang hati bayi belum cukup matang untuk mengatasi jumlah birubin yang berlebih.

Hiperbilirubin terjadi ketika organ hati bayi tidak bisa menghilangkan bilirubin dari darah secara cepat. Bilirubin yang berlebih yang tidak dapat keluar dari tubuh kemudian berkumpul pada kulit bagian putih bola mata.

Kejadian ini umum terjadi pada bayi dengan keadaan berikut:

Tersering pada bayi yang memiliki golongan darah yang berbeda dengan ibunya, misalnya ibu memiliki rhesus positif sedangkan bayi memiliki rhesus negatif atau ibu memiliki golongan darah O sedangkan bayi memiliki golongan darah A, B, atau AB.

o Bayi yang lahir prematur, karena kurang matangnya fungsi hatio Bayi yang memiliki kelainan pada hati dan gangguan kesehatan lainnya.o Bayi yang mengalami infeksi juga dapat mengalami gangguan fungsi hatio Bayi yang kekurangan cairan.

Bayi mengalami kekurangan enzym G6PD (Glukosa 6 Phospate Dehidrogenase), yaitu enzim Yang bertugas memperkuat dinding sel darah merah

Waktu sebaiknya dilakukan pemeriksaan Hiperbilirubin

Biasanya jumlah bilirubin meningkat pada 3 – 4 hari pertama setelah lahir. Oleh karena itu biasanya tiga hari setelah lahir, di RSIA Tambak dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan bilirubin, kecuali terdapat kecurigaan kuning sebelumnya.

Ciri-ciri bayi yang terkena Hiperbilirubin

Page 15: askep hiperbilirubin

Cara sederhana untuk mengetahui apakah bayi hiperbilirubin adalah : tekan kulit bayi perlahan pada bagian dada dengan jari dan ini terlihat terdapat perbedaan warnanya. Lampu neon yang putih biasanya menyulitkan kita untuk melihat perbedaan warnanya, jadi sebaiknya cek pada waktu siang hari.

Berikut beberapa gejala bila bayi anda terkena hiperbilirubin:

Kulit bayi dan bagian putih bola mata berwarna kekuningan. Bayi juga mungkin mengalami kekuningan pada membrane mukosa, seperti pada gusi dan lidah atau pada kuku tangan dan kaki.

Urine yang berwarna kuning pekat Kelihatan lelah dan agak rewel Bayi anda kurang cairan/minum

Pengobatan penyakit Hiperbilirubin:

Jika kadar bilirubin tidak terlalu tinggi biasanya tidak perlu pengobatan. Biasanya dokter menyarankan untuk memberikan ASI atau susu formula lebih sering, serta dijemur pada saat pagi hari pukul 7 sampai 9 pagi.

Namun bila kadar bilirubin cukup tinggi (di atas 10 mg/dl), maka harus dilakukan foto terapi. Bila kadar bilirubin sangat tinggi terdapat kemungkinan dilakukan tranfusi tukar, karena dapat

menyebabkan bayi mengalami kerusakan otak.

Fototerapi adalah :

Tindakan dimana bayi disinar dengan sinar biru yang diarahkan ke kulit sehingga terjadi perubahan kimia pada molekul bilirubin di dalam jaringan bawah kulit, oleh karena itu bilirubin dapat segera dibuang tanpa perlu dimetabolisme terlebih dahulu oleh hati.

Pada saat dilakukan fototerapi, baju bayi dilepas, mata ditutup untuk menghindari paparan sinar yang terlalu terang, dan posisi tidur bayi diubah beberapa kali supaya seluruh tubuh terpapar sinar.

Untuk  informasi lebih lanjut dan pendaftaran konsultasi  silakan menghubungi RSIA Tambak 021 2303444