askep hiperbilirubin pdf.docx

25
Tugas kelompok K “ASUHAN KEPE AHMA ANDI AULY ERNA FITRI HART IRWA KHUM PRO F KEPERAWATAN MATERNITAS ERAWATAN NEONATUS HIPERB Disusun oleh: AD SAYUTI 70300111003 I BATARI OLA 70300111008 YA KARTINI DG. KARRA 70300111013 AWATI 70300111018 IANI 70300111024 TINA 70300111030 AN HADI WIRAWAN 70300111036 MAIRAH 70300111040 OGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2013 BILIRUBIN3 8 3 8 4 0 6 0

Upload: fitriani-fitri

Post on 22-Oct-2015

111 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

Tugas kelompok

KEPERAWATAN MATERNITAS

“ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS HIPERBILIRUBIN

AHMAD SAYUTI

ANDI BATARI OLA

AULYA KARTINI DG. KARRA

ERNAWATI

FITRIANI

HARTINA

IRWAN HADI WIRAWAN

KHUMAIRAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

KEPERAWATAN MATERNITAS

“ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS HIPERBILIRUBIN

Disusun oleh:

AHMAD SAYUTI 70300111003

ANDI BATARI OLA 70300111008

AULYA KARTINI DG. KARRA 70300111013

ERNAWATI 70300111018

FITRIANI 70300111024

HARTINA 70300111030

IRWAN HADI WIRAWAN 70300111036

KHUMAIRAH 70300111040

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2013

“ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS HIPERBILIRUBIN”

70300111003

008

70300111013

70300111018

70300111024

70300111030

70300111036

040

Page 2: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang

telah di berikan kepada saya selaku makhluk ciptaan-Nya sehingga Asuhan

Keperawatan Neonatus Hiperbilirubin ini dapat saya selesaikan sesuai dengan

waktu yang telah di tentukan. Dan tak lupa kami kirimkan shalawat dan salam

kepada Nabiullah Muhammad SAW sebagai sang pembawa kebenaran dimuka

bumi ini serta para sahabat-sahabatnya.

Dan tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada ibu telah

membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini serta teman-teman yang

turut berpartisipasi.

Namun kami menyadari bahwa ini masih jauh dari kesempurnaan maka

dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk

penyempurnaan laporan ini. Dan semoga bermanfaat bagi kita semua dan

mendapat pahala di sisi Allah SWT. Amin.

Samata, 02 Desember 2013

Kelompok III

Page 3: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

DAFTAR ISI

HAL

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang 1

B. Tujuan penulisan 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian 3

B. Klasifikasi 3

C. Etiologi 5

D. Manifestasi klinis 5

E. Patofisiologi 6

F. Pemeriksaan penunjang 7

G. komplikasi 9

H. Penatalaksanaan 9

I. Pencegahan 11

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian 13

B. Diagnosa keperawatan 13

C. Intervensi keperawatan 14

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 21

B. Saran 21

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu keadaan yang menyerupai penyakit hati yang terdapat

pada bayi baru lahir adalah terjadinya hiperbillirubinemia yang merupakan

salah satu kegawatan pada bayi baru lahir karena dapat menjadi penyebab

gangguan tumbuh kembang bayi. Kelainan ini tidak termasuk kelompok

penyakit saluran pencernaan makanan, namun karena kasusnya banyak

dijumpai maka harus dikemukakan.

Kasus ikterus ditemukan pada ruang neonatus sekitar 60% bayi

aterm dan pada 80 % bayi prematur selama minggu pertama kehidupan.

Ikterus tersebut timbul akibat penimbunan pigmen bilirubin tak

terkonjugasi dalam kulit. Bilirubin tak terkonjugasi tersebut bersifat

neurotoksik bagi bayi pada tingkat tertentu dan pada berbagai keadaan.

Ikterus pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis atau

patologis. Ikterus fisiologis terdapat pada 25-50% neonatus cukup bulan

dan lebih tinggi lagi pada neonatus kurang bulan sebesar 80%. Ikterus

tersebut timbul pada hari kedua atau ketiga, tidak punya dasar patologis,

kadarnya tidak membahayakan, dan tidak menyebabkan suatu morbiditas

pada bayi. Ikterus patologis adalah ikterus yang punya dasar patologis

atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut

hiperbilirubinemia. Dasar patologis yang dimaksud yaitu jenis bilirubin,

saat timbul dan hilangnya ikterus, serta penyebabnya.

Page 5: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

Neonatus yang mengalami ikterus dapat mengalami komplikasi

akibat gejala sisa yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangannya. Oleh sebab itu perlu kiranya penanganan yang intensif

untuk mencegah hal-hal yang berbahaya bagi kehidupannya dikemudian

hari. Perawat sebagai pemberi perawatan sekaligus pendidik harus dapat

memberikan pelayanan yang terbaik dengan berdasar pada ilmu

pengetahuan yang dimilikinya.

B. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui

tinjauan teori dari neonatus hiperbilirubin dan asuhan keperawatan dari

mola hedatidosa.

Page 6: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

BAB II TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam

darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum.

Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin

dalam darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus.

Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin

dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek

patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kulit,

membrane mukosa dan cairan tubuh.

Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum

(hiperbilirubinemia) yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat

menimbulkan ikterus.

Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan

efek pathologis.

B. KLASIFIKASI

1. Ikterus prehepatik

Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat

hemolisis sel darah merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan

konjugasi terbatas terutama pada disfungsi hati sehingga

menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.

Page 7: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

2. Ikterus hepatic

Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat

kerusakan hati maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi

masuk ke dalam hati serta gangguan akibat konjugasi bilirubin yang

tidak sempurna dikeluarkan ke dalam doktus hepatikus karena terjadi

retensi dan regurgitasi.

3. Ikterus kolestatik

Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga

empedu dan bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus

halus. Akibatnya adalah peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam

serum dan bilirubin dalam urin, tetapi tidak didaptkan urobilirubin

dalam tinja dan urin.

Page 8: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

4. Ikterus neonatus fisiologi

Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada

hari ke-7. penyebabnya organ hati yang belum matang dalam

memproses bilirubin

5. Ikterus neonatus patologis

Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu

badan yang tinggi dan berat badan tidak bertambah.

C. ETIOLOGI

1. Pembentukan bilirubin yang berlebihan.

2. Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati

3. Gangguan konjugasi bilirubin.

4. Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel

darah merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula

timbul karena adanya perdarahan tertutup.

5. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan,

misalnya Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan

tertentu.

6. Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme

atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah

seperti : infeksi toxoplasma. Siphilis.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Kulit berwarna kuning sampe jingga

2. Pasien tampak lemah

Page 9: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

3. Nafsu makan berkurang

4. Refleks hisap kurang

5. Urine pekat

6. Perut buncit

7. Pembesaran lien dan hati

8. Gangguan neurologik

9. Feses seperti dempul

10. Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.

11. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.

a. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit

hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk

atau infeksi.

b. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak

pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya

merupakan jaundice fisiologi.

E. PATOFISIOLOGI

Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa

keadaan. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban

bilirubin pada sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila

terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia.

Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan

peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar

protein berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. Keadaan lain yang

Page 10: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

memperlihatkan peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan

gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan

ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.

Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak

jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang

bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini

memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin

tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak

disebut kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kadar bilirubin

indirek lebih dari 20mg/dl.

Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak

ternyata tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin indirek

akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat

badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia. (Markum, 1991)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan bilirubin serum

a. Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl

antara 2-4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl

tidak fisiologis.

b. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12

mg/dl antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari

14mg/dl tidak fisiologis.

Page 11: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

2. Pemeriksaan radiology

Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau

peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati

atau hepatoma

3. Ultrasonografi

Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic

dengan ekstra hepatic.

Page 12: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

4. Biopsy hati

Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang

sukar seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra

hepatic selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis,

serosis hati, hepatoma.

5. Peritoneoskopi

Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto

dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada

penderita penyakit ini.

6. Laparatomi

Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto

dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada

penderita penyakit ini.

G. KOMPLIKASI

1. Retardasi mental - Kerusakan neurologis

2. Gangguan pendengaran dan penglihatan

3. Kematian.

4. Kernikterus

H. PENATALAKSANAAN

1. Tindakan umum

Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil

Mencegah truma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru

lahir yang dapat menimbulkan ikhterus, infeksi dan dehidrasi.

Page 13: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai

dengan kebutuhan bayi baru lahir. Imunisasi yang cukup baik di

tempat bayi dirawat.

2. Tindakan khusus Fototerapi

Dilakukan apabila telah ditegakkan hiperbilirubin patologis dan

berfungsi untuk menurunkan bilirubin dalam kulit melalui tinja dan

urine dengan oksidasi foto.

3. Pemberian fenobarbital

Mempercepat konjugasi dan mempermudah ekskresi. Namun

pemberian ini tidak efektif karena dapat menyebabkan gangguan

metabolic dan pernafasan baik pada ibu dan bayi.

Memberi substrat yang kurang untuk transportasi/ konjugasi

misalnya pemberian albumin karena akan mempercepat keluarnya

bilirubin dari ekstravaskuler ke vaskuler sehingga bilirubin lebih

mudah dikeluarkan dengan transfuse tukar.

Melakukan dekomposisi bilirubin dengan fototerapi

untuk mencegah efek cahaya berlebihan dari sinar yang ditimbulkan

dan dikhawatirkan akan merusak retina. Terapi ini juga digunakan

untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus dengan

hiperbilirubin jinak hingga moderat.

4. Terapi transfuse

digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi.

Page 14: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

5. Terapi obat-obatan

misalnya obat phenorbarbital/luminal untuk meningkatkan

bilirubin di sel hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct,

selain itu juga berguna untuk mengurangi timbulnya bilirubin dan

mengangkut bilirubin bebas ke organ hari.

I. PENCEGAHAN

Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan:

1. Pengawasan antenatal yang baik

2. Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan

masa kehamilan dan kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin,

oksitosin.

3. Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.

4. Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.

5. Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir

Page 15: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

6. Pemberian makanan yang dini.

7. Pencegahan infeksi.

Page 16: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat orang tua:

Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO,

Polisitemia, Infeksi, Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.

2. Pemeriksaan Fisik:

Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking,

refleks menyusui yang lemah, Iritabilitas.

3. Pengkajian Psikososial:

Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang

tua merasa bersalah, masalah Bonding, perpisahan dengan anak.

4. Pengetahuan Keluarga meliputi:

Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah

mengenal keluarga lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan,

kemampuan mempelajari Hiperbilirubinemia (Cindy Smith

Greenberg. 1988)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko/defisit volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya

intake cairan, serta peningkatan Insensible Water Loss (IWL) dan

defikasi sekunder fototherapi.

2. Risiko/gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi

bilirubin, efek fototerapi.

Page 17: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

3. Risiko hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi.

4. Gangguan parenting (perubahan peran orang tua) berhubungan dengan

perpisahan dan penghalangan untuk gabung.

5. Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan

pada bayi.

6. Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi

7. Risiko tinggi komplikasi (trombosis, aritmia, gangguan elektrolit,

infeksi) berhubungan dengan tranfusi tukar.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

DX 1: Risiko/defisit volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan

serta peningkatan IWL dan defikasi sekunder fototherapi

Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam

diharapkan tidak terjadi deficit volume cairan dengan kriteria :

1. Jumlah intake dan output seimbang

2. Turgor kulit baik, tanda vital dalam batas normal

3. Penurunan BB tidak lebih dari 10 % BB

Intervensi:

1. Kaji reflek hisap bayi

Rasional: mengetahui kemampuan hisap bayi

2. Beri minum per oral/menyusui bila reflek hisap adekuat

Rasional: menjamin keadekuatan intake

3. Catat jumlah intake dan output , frekuensi dan konsistensi faeces

Rasional: mengetahui kecukupan intake.

Page 18: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

4. Pantau turgor kulit, tanda- tanda vital ( suhu, HR ) setiap 4 jam

Rasional: turgor menurun, suhu meningkat HR meningkat adalah

tanda-tanda dehidrasi.

5. Timbang BB setiap hari

Rasional: mengetahui kecukupan cairan dan nutrisi.

DX 2: Risiko/hipertermi berhubungan dengan efek fototerapi

Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan

tidak terjadi hipertermi dengan kriteria suhu aksilla stabil antara 36,5-37 0

Intervensi:

1. Observasi suhu tubuh ( aksilla ) setiap 4 - 6 jam

Rasional: suhu terpantau secara rutin.

2. Matikan lampu sementara bila terjadi kenaikan suhu, dan berikan

kompres dingin serta ekstra minum.

Rasional: mengurangi pajanan sinar sementara.

3. Kolaborasi dengan dokter bila suhu tetap tinggi

4. Memberi terapi lebih dini atau mencari penyebab lain dari hipertermi.

DX 3: Risiko/Gangguan integritas kulit berhubungan dengan ekskresi

bilirubin, efek fototerapi.

Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam

diharapkan tidak terjadi gangguan integritas kulit dengan kriteria:

Page 19: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

1. Tidak terjadi decubitus

2. Kulit bersih dan lembab

Intervensi:

1. Kaji warna kulit tiap 8 jam

Rasional: mengetahui adanya perubahan warna kulit.

2. Ubah posisi setiap 2 jam

Rasional: mencegah penekanan kulit pada daerah tertentu dalam

waktu lama .

3. Masase daerah yang menonjol

Rasional: melancarkan peredaran darah sehingga mencegah luka tekan

di daerah tersebut.

4. Jaga kebersihan kulit bayi dan berikan baby oil atau lotion pelembab

Rasional: mencegah lecet.

5. Kolaborasi untuk pemeriksaan kadar bilirubin, bila kadar bilirubin

turun menjadi 7,5 mg% fototerafi dihentikan

Rasional: untuk mencegah pemajanan sinar yang terlalu lama

DX 4: Gangguan parenting ( perubahan peran orangtua) berhubungan

dengan perpisahan dan penghalangan untuk gabung.

Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan

orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua

dapat mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.

Page 20: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

Intervensi :

1. Bawa bayi ke ibu untuk disusui

Rasional: mempererat kontak sosial ibu dan bayi.

2. Buka tutup mata saat disusui

Rasional: untuk stimulasi sosial dengan ibu

3. Anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya

Rasional: mempererat kontak dan stimulasi sosial

4. Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan

Rasional: meningkatkan peran orangtua untuk merawat bayi.

5. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya

Rasional: mengurangi beban psikis orangtua

DX 5: Kecemasan meningkat berhubungan dengan therapi yang diberikan

pada bayi.

Tujuan: Setelah diberikan penjelasan selama 2x15 menit diharapkan orang

tua menyatakan mengerti tentang perawatan bayi hiperbilirubin dan

kooperatif dalam perawatan.

Intervensi :

1. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit pasien

Rasional: mengetahui tingkat pemahaman keluarga tentang penyakit

2. Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan

perawatannya.

Rasional: Meningkatkan pemahaman tentang keadaan penyakit

Page 21: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

3. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah

Rasional: meningkatkan tanggung jawab dan peran orang tua dalam

erawat bayi

DX 6: Risiko tinggi injury berhubungan dengan efek fototherapi

Tujuan: Setelah diberikan tindakan perawatan selama 3x24 jam diharapkan

tidak terjadi injury akibat fototerapi (misal; konjungtivitis, kerusakan

jaringan kornea)

Intervensi:

1. Tempatkan neonatus pada jarak 40-45 cm dari sumber cahaya

Rasional: mencegah iritasi yang berlebihan.

2. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang, kecuali pada mata dan

daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain yang dapat

memantulkan cahaya usahakan agar penutup mata tidak menutupi

hidung dan bibir.

Rasional: mencegah paparan sinar pada daerah yang sensitif.

3. Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya

konjungtivitis tiap 8 jam.

Rasional: pemantauan dini terhadap kerusakan daerah mata.

4. Buka penutup mata setiap akan disusukan.

Rasional: memberi kesempatan pada bayi untuk kontak mata dengan

ibu.

5. Ajak bicara dan beri sentuhan setiap memberikan perawatan

Rasional: memberi rasa aman pada bayi.

Page 22: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

DX 7: Risiko tinggi terhadap komplikasi berhubungan dengan tranfusi

tukar

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam

diharapkan tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi

Intervensi:

1. Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan

Rasional: menjamin keadekuatan akses vaskuler.

2. Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan

tindakan.

Rasional: mencegah trauma pada vena umbilical.

3. Puasakan neonatus 4 jam sebelum tindakan

Rasional: mencegah aspirasi

4. Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama dan setelah prosedur

Rasional: mencegah hipotermi.

5. Catat jenis darah ibu dan Rhesus memastikan darah yang akan

ditranfusikan adalah darah segar.

Rasional: mencegah tertukarnya darah dan reaksi tranfusi yang

berlebihan.

6. Pantau tanda-tanda vital, adanya perdarahan, gangguan cairan dan

elektrolit, kejang selama dan sesudah tranfusi.

Rasional: Meningkatkan kewaspadaan terhadap komplikasi dan dapat

melakukan tindakan lebih dini.

Page 23: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

7. Jamin ketersediaan alat-alat resusitatif

Rasional: dapat melakukan tindakan segera bila terjadi kegawatan

Page 24: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Hiperbilirubin adalah keadaan icterus yang terjadi pada bayi baru

lahir, yang dimaksud dengan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir

adalah meningginya kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler

sehingga terjadi perubahaan warna menjadi kuning pada kulit,

konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya. (Ngastiyah, 2000) Nilai

normal: bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.

B. Saran

Kita sebagai tenaga kesehatan (keperawatan ) harus meningkatkan

kualitas pelayanan pada maternal maupun neonatal sehingga dapat

mengurangi insiden terjadinya hiperbilirubin.

Page 25: Askep Hiperbilirubin PDF.docx

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC.

Doengoes, M. E. 1999. Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.

Santosa,Budi.2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta: Prima Medika.