askep gastritis

26
GASTRITIS A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Pengertian Gastritis yaitu inflamasi atau peradangan pada dinding lambung terutama pada mukosa dan submukosa lambung. 2. Epidemiologi/ Insiden Penyakit Gastritis disebabkan oleh H. Pylori. Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan kusa gastritis yang sangat penting. Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa mendekati 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi Helicobacter pylori lebih tinggi lagi. Hal ini menunjukkan pentingnya infeksi pada masa balita. Di Indonesia, prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori yang dinilai dengan urea breath test pada pasien dispepsi dewasa, menunjukkan tendensi menurun. Di negara maju prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada anak-anak sangat rendah. Diantara orang dewasa prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori lebih tinggi dari pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara berkembang yakni 30%.

Upload: swarhy-lope

Post on 02-Aug-2015

66 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Gastritis

GASTRITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi Pengertian

Gastritis yaitu inflamasi atau peradangan pada dinding lambung terutama pada

mukosa dan submukosa lambung.

2. Epidemiologi/ Insiden Penyakit

Gastritis disebabkan oleh H. Pylori. Infeksi kuman Helicobacter pylori

merupakan kusa gastritis yang sangat penting. Di negara berkembang

prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa mendekati 90%.

Sedangkan pada anak-anak prevalensi infeksi Helicobacter pylori lebih tinggi

lagi. Hal ini menunjukkan pentingnya infeksi pada masa balita. Di Indonesia,

prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori yang dinilai dengan urea breath

test pada pasien dispepsi dewasa, menunjukkan tendensi menurun. Di negara

maju prevalensi infeksi Helicobacter pylori pada anak-anak sangat rendah.

Diantara orang dewasa prevalensi infeksi kuman Helicobacter pylori lebih

tinggi dari pada anak-anak tetapi lebih rendah dari pada di negara berkembang

yakni 30%.

Penggunaan antibiotika, terutama untuk infeksi paru dicurigai mempengaruhi

penularan kuman di komunitas karena antibiotika tersebut mampu

mengeradikasi infeksi Helicobacter pylori, walaupun presentase

keberhasilannya rendah.

3. Penyebab/Faktor Predisposisi

Infeksi Bakteri

Bakteri yang dapat menyebabkan Gastritis yaitu H. Pylori. H.Pylori ini

hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding

lambung. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui oral yaitu

dengan memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh

Page 2: Askep Gastritis

bakteri H.Pylori dan dapat juga melalui fekal oral (anus – mulut ).

H.Pylori ditularkan melalui alat – alat gastroskopi dan elektroda pH

yang tidak terkontaminasi dengan sempurna.

Pemakaian Obat penghilang nyeri secara terus – menerus

Obat Analgesic Anti Inflamasi NonSteroid (AINS), seperti, aspirin,

ibuprofen, dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada

lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas

melindungi dinding lambung. Pemakaian obat ini apabila dilakukan

secara terus – menerus dan berlebihan akan dapat menimbulkan

gastritis.

Penggunaan alkohol secara berlebihan

Alkohol ini dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada lambung dan

membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung

walaupun dalam kondisi normal.

Penggunaan kokain.

Penggunaan kokain dapat merusak dinding lambung dan

menyebabkan pendarahan.

Stress fisik.

Stress fisik abikat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau

infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta

pendarahan pada lambung.

Kelainan autoimun

Autoimun atrophik gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh

menyerang sel – sel yang sehat yang berada dalam dinding lambung.

Ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan

dinding lambung, menghancurkan kelenjar – kelenjar penghasil asam

lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik (sebuah zat yang

membantu tubuh mengabsorpsi vitamin B-12). Kekurangan Vitamin

B-12 ini dapat mengakibatkan pernicious anemia. Autoimun atrophik

gastritis terjadi terutama pada orang tua.

Page 3: Askep Gastritis

Crohn’s disease

Penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan pada saluran cerna,

namun kadang – kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada

dinding lambung.

Radiasi dan kemoterapi

Perawatan terhadap pasien kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat

mengakibatkan peradangan pada dinding lambung dan selanjutnya

dapat terjadi gastritis dan peptik ulcer. Radiasi dalam jumlah yang

besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan

dapat mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar – kelenjar

penghasil asam lambung.

Refluks usus lambung

Membaliknya makanan yang sudah masuk ke usus kembali ke

lambung. Keadaan ini tentu saja menggangu keseimbangan asam

lambung, sehingga lama – kelamaan bisa menyebabkan gastritis.

4. Klasifikasi

Gastritis dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Gastritis Akut

Adalah peradangan (inflamasi mukosa lambung) yang diakibatkan

diet yang sembrono, alkohol, aspirin, refluk, empedu.

b. Gastritis Kronik

Adalah inflamasi yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna,

atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri helicobaster pylory (H.

Pylory).

(Brunner & Suddart : 1062)

Gastritis Akut dibagi lagi menjadi 2 yaitu :

Gastritis Eksogen Akut

Page 4: Askep Gastritis

Gastritis Eksogen disebabkan oleh factor – factor dari luar,

seperti bahan kimia, oleh termis, mekanis iritasi bacterial, dll.

Gastritis Endogen Akut

Gastritis yang disebabkan oleh kelainan badan.

Gastritis Kronik dibagi menjadi 2 yaitu :

Gastritis Kronik Tipe A

Tipe A sering disebut dengan Gastritis autoimun diakibatkan

dari perubahan sel pariental, yang menimbulkan atrofi dan

infiltrasi seluler.

Gastritis Kronik Tipe B

Tipe B disebut juga gastritis H.Pylori mempengaruhi antrum

dan pylorus (ujung bawah lambung dekat duodenum).

5. Gejala Klinis

Pada gastritis akut manifestasi klinisnya sindrom dispepsia berupa nyeri

epigastrium, mual, kembung, muntah, anoreksia, rasa asam dimulut.

Ditemukan pula pendarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena

kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca pendarahan.

Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya

sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada

pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan.

6. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Melihat abdomen bagian kiri atas. Dilihat dari segi bentuknya.

Auskultasi

Pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop (untuk mendengar

peristaltik lambung atau organ pencernaan yang lain). Apabila gerakan

peristaltik cepat dan sering, Maka kemungkinan besar pasien

mengalami gejala gastritis.

Page 5: Askep Gastritis

Palpasi

Menekan atau meraba bagian perut. apakah kondisi perutnya

kembung, sakit kalau ditekan dsb.

Perkusi

Perkusi dilakukan di abdomen bagian atas sebelah kiri, disana kita

mengamati apakah ada gas atau cairan di lambung.

7. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang

Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas

Tes ini dapat melihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna

bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-X. Tes ini dilakukan

dengan cara memasukkan selang kecil yang fleksibel (endoskop)

melalui mulut dan masuk kedalam esophagus, lambung dan bagian

atas usus kecil.Tenggorokan sebelumnya diamati dan dirasakan

(anestesi) sebelum endoskopi dimasukkan untuk memastikan pasien

merasa nyaman menjalani tes ini.

Biopsi Mukosa Lambung

Tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel (biopsy) pada

mukosa lambung. Dan sampel ini kemudian dibawa ke labotarium,

untuk menentukan apakah terjadi gastritis atau tidak.

Pemeriksaan Darah

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibody H.Pylori dalam

darah. Jika hasil tes positif (+), menunjukkan pasien pernah kontak

pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa

pasien tersebut terkena infeksi.Tes darah juga dilakukan untuk

memeriksa anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung.

Pemeriksaan Barium

Pemeriksaan Barium enema gastrointestinal atas, meliputi instilasi

cairan Barrium ke dalam lambung dan kombinasi dari empat teknik:

Page 6: Askep Gastritis

evaluasi barium, double contras, gambaran mukosa lambung dan

gambaran kompresi lambung. Prosedur ini memungkinkan ditandainya

gambaran iregulitas mukosa.

Radiologi

Radiologi, misalnya Rontgen, tes ini akan melihat adanya tanda –

tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya pasien akan

diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dilakukan

rontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlebih jelas

ketika di Rontgen.

Pemeriksaan Feces

Tes ini memeriksa apakah ada H.Pylori dalam feces atau tidak. Hasil

yang positif dapat mengidentifikasi terjadinya infeksi. Pemeriksaan

juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feces. Hal ini

menunjukkan adanya pendarahan pada lambung.

Pemeriksaan pernafasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri

H.Pylori atau tidak.

8. Diagnosis/Kriteria Diagnosis

Diagnosis Gastritis Akut

Tiga cara dalam menegakkan diagnosis, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi

mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi

rata pada endoskopi, dan gambaran radiologi. Dengan kontras tunggal sukar

untuk melihat lesi permukaan yang superfisial, karena itu sebaiknya

digunakan kontrol ganda. Secara umum peranan endoskopi saluran cerna

bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.

Diagnosis Gastritis Kronik

Diagnosis gastritik kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan

dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung. Perlu

pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter pylori

Page 7: Askep Gastritis

apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum,

mengingat angka kejadian cukup tinggi yaitu hampir mencapai 100%.

Dilakukan pula rapid ureum test (CLO). Kriteria minimal untuk menegakkan

diagnosis H.pylori jika hasil CLO dan atau PA positif. Dilakukan pula

pemeriksaan serologi untuk H.pylori sebagai diagnosis awal.

9. Terapi/Tindakan Penanganan

Terapi terhadap asam lambung antara lain melibatkan obat – obatan yang

mengurangi dan menetralkan asam lambung seperti :

Antasida

Merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan

merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan.

Antasida menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa

sakit akibat asam lambung dengan cepat.

Penghambat asam

Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatai rasa sakit tersebut,

maka akan direkomendasikan obat seperti, cimetidin, ranitidin,

nizatidin atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang

diproduksi.

Penghambat pompa proton

Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung adalah

dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel – sel lambung

penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan

cara menutup kerja dari “pompa - pompa” ini. Yang termasuk obat

golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan

esomeprazole. Obat – obat ini menghambat kerja H.Pylori.

Cytoprotective agents

Obat – obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringan yang

melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk di dalamnya adalah

sucraflate dan misoprostol.

Page 8: Askep Gastritis

Terapi terhadap H.Pylori

Terdapat beberapa regimen untuk mengatasi infeksi H.Pylori. Yang

paling sering digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat

pompa proton. Terkadang ditambahkan dengan bismuth subsalycilate.

Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton

berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan

meningkatkan efektifitas antibodi.

Terapi terhadap infeksi H.Pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk

membunuh kuman H.Pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang

digunakan. Akan tetapi kombinasi dari 3 obat tampaknya lebih efektif

daripada kombinasi 2 obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi

selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya

meningkatkan efektifitas.

Untuk memastikan H.Pylori sudah hilang, dapat dilakukan

pemeriksaan kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernafasan dan

pemeriksaan feces adalah 2 jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk

memastikan sudah tidak adanya bakteri H.Pylori.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Dalam pengkajian yang dikaji pada pasien yaitu, data dasar (identitas pasien),

riwayat keperawatan (alasan pasien masuk rumah sakit atau alasan pasien

mencari pengobatan), data bio-psiko-sosial-spiritual (disini digunakan

berdasarkan kebutuhan dasar Virginia Henderson), riwayat kesehatan masa

lalu, riwayat kesehatan keluarga.

Page 9: Askep Gastritis

DATA DASAR

A.IDENTITAS PASIEN

Nama, umur, jenis kelamin, status, agama, suku bangsa, pendidikan,

bahasa yang digunakan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis

B.RIWAYAT KEPERAWATAN

a. Alasan masuk rumah sakit

Pasien datang ke rumah sakit dalam keadaan sadar dengan keluhan

nyeri pada ulu hati, mual, dan muntah.

C. DATA BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL

a. Bernafas

Pasien mengatakan sebelum dan sesudah masuk rumah sakit tidak

mengalami gangguan pernafasan, tidak ada sesak nafas dan batuk.

b. Makan

Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien sering

makan tidak teratur ( makan hanya habis 1/3 porsi ) dan setelah

masuk rumah sakit pasien tidak bias makan karena mual.

c. Minum

Sebelum masuk rumah sakit pasien minum + 1600 ml, setelah

masuk rumah sakit minum + 1500 ml

d. Eliminasi(BAB dan BAK)

Pasien mengatakan sebelum dan sesudah masuk Rumah Sakit

pasien 1 x sehari, konsistensi lembek, darah tidak ada, warna

kekuningan.

Pasien mengatakan sebelum dan sesudah masuk rumah sakit BAK

3 - 4 x sehari, tidak ada darah, warna kekuningan

e. Gerak/Aktivitas

1. Kemampuan untuk ADL

Page 10: Askep Gastritis

a. Kemampuan untuk makan; pasien mampu untuk

makan sendiri

b. Kemampuan untuk mandi; pasien tidak mampu

mandi sendiri, mandi hanya dilap oleh keluarga

c. Kemampuan untuk toileting; pasien memerlukan

bantuan untuk kegiatan toileting

d. Kemampuan untuk berpakaian; pasien tidak mampu

berpakaian sendiri hanya mampu berpakaian jika

dibantu

2. Kemampuan untuk mobilisasai

Pasien mampu merubah posisi di tempat tidur

Pasien mampu duduk di tempat tidur

Pasien mampu berpindah namun dengan bantuan

f. Istirahat

Pasien mengatakan sebelum masuk Rumah Sakit biasa tidur pukul

22.00, namun setelah masuk Rumah sakit tidak bisa tidur karena

merasa nyeri pada ulu hati.

g. Pengaturan suhu tubuh

Saat pengkajian suhu tubuh pasien 360C

h. Kebersihan Diri

Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit, pasien bisa mandi

2x sehari namun setelah masuk rumah sakit hanya dilap.

i. Rasa Aman

a. Aman psikis; pasien mengatakan tidak senang dengan

suasana di RS

b. Aman fisik; pasien mengatakan terhuyung dan pusing

Page 11: Askep Gastritis

j. Rasa Nyaman

Pasien mengatakan merasa mual dan muntah, tidak nyaman

dengan kondisinya yang seperti ini, nyeri pada ulu hati

membuatnya gelisah.

k. Pengetahuan atau Belajar

Pasien mengatakan mengerti tindakan perawat, cara minum obat,

dan diit yang harus dipatuhi dan bersedia melaksanakan prosedur

keperawatan.

l. Sosial

Komunikasi pasien dengan keluarga dan perawat baik, orientasi

terhadap orang dan lingkungan baik.

m. Rekreasi

Pasien mengisi waktu luang di RS dengan berbincang-bincang

dengan keluarga.

n. Spiritual

Pasien percaya bahwa penyakit yang dideritanya murni masalah

medis.

Data Subjektif : Pasien mengeluh nyeri ulu hati, mual, tidak mampu makan.

Data obyektif : Pasien tampak meringis, muntah, porsi makan yang

disediakan tidak dapat habis.

2. Diagnosis Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan ulkus pada lambung dan spasme otot abdomen.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.

3. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.

4. Pola tidur terganggu berhubungan dengan nyeri.

Page 12: Askep Gastritis

POHON MASALAH

3. Rencana Tindakan

Dari diagnosa diatas dapat disusun perencanaan sebagai berikut :

a. Diagnosis : Nyeri berhubungan dengan ulkus pada lambung

dan spasme otot abdomen.

- Tujuan : Nyeri berkurang/ terkontrol

- Outcome :

Pasien tidak mengeluh kesakitan

Raut muka tenang dan tidak meringis

Skala nyeri 0-1 dari 0-10 skala nyeri.

- Intervensi :

Page 13: Askep Gastritis

Instruksikan untuk menghindari makanan dan

minuman yang dapat mengiritasi mukosa

lambung

Kaji derajat nyeri dan dapatkan kenyamanan

melalui penggunaan obat dan menghindari

substansi pengiritasi.

Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi.

- Rasional :

Agar lambung tidak teriritasi, apabila teriritasi

mengakibatkan nyeri.

Untuk mengetahui seberapa besar nyeri yang

dirasakan.

Untuk mengalihkan perhatian pasien agar tidak

terfokus pada nyeri sehingga nyeri berkurang.

b. Diagnosis : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual dan muntah

- Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi

- Outcome :

Pasien mampu menghabiskan porsi yang

disediakan

Nafsu makan meningkat

Tidak mual dan muntah

Tidak terjadi penurunan berat badan

- Intervensi :

Berikan pasien makan porsi kecil tapi sering

Motivasi pasien untuk makan

Timbang berat badan pasien 3 hari sekali.

Konsultasikan dengan ahli gizi melalui diet.

- Rasional

Page 14: Askep Gastritis

Meningkatkan hasrat pada makanan dan jumlah

masukan

Pasien dapat menghabiskan porsi makanan yang

diberikan

Untuk mengetahui berat badan pasien.

Untuk mengetahui diet yang cocok untuk

pasien.

c. Diagnosis : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan

dengan muntah

- Tujuan : Kebutuhan cairan dapat terpenuhi

- Outcame :

Mukosa bibir lembab

Turgor kulit baik

Masukan dan keluaran cairan seimbang

- Intervensi

Pantau masukan dan keluaran cairan

Anjurkan pasien untuk minum 8 gelas sehari

Pantau turgor kulit dan kelembaban mukosa

Timbang berat badan.

- Rasional

Untuk mengetahui keseimbangan cairan

Untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh

Untuk mengetahui keseimbangan, karena

merupakan indikator langsung

Untuk mengetahui berat badan pasien.

d. Diagnosis : Pola tidur terganggu berhubungan dengan nyeri.

- Tujuan : Kebutuhan tidur pasien terpenuhi

- Outcame :

Pasien tidur 8 jam sehari

Pasien tidak mengeluh kesulitan tidur

Page 15: Askep Gastritis

- Intervensi

Kurangi kebisingan

Membuat suasana ruangan yang sejuk

Batasi jumlah penunggu

Berikan pengertian bahwa tidur penting bagi

proses penyembuhan.

- Rasional

Agar pasien dapat tidur dengan tenang

Ruangan yang sejuk dapat membuat pasien tidur

nyenyak

Agar suasana ruangan tidak ribut

Agar pasien berusaha untuk tidur.

4. Evaluasi

Diagnosis 1 : Nyeri berhubungan dengan ulkus pada lambung dan spasme otot

abdomen.

Evaluasi :

S : Pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berkurang dari

sebelumnya.

O : Pasien tampak tidak meringis

A : Tujuan tercapai sebagian

P : Lanjutkan intervensi, anjurkan pada pasien untuk relaksasi saat

nyeri timbul.

Diagnosis 2 : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

dan muntah

Page 16: Askep Gastritis

Evaluasi :

S : Pasien mengatakan sudah bisa makan, nafsu makan meningkat.

O : Makan habis 1 porsi, mual berkurang, muntah berkurang

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan kondisi.

Diagnosis 3 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah

Evaluasi :

S : Pasien mengatakan muntah berkurang

O : Pasien dapat mengkonsumsi minum 8 gelas per hari

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan kondisi.

Diagnosis 4 : Pola tidur terganggu berhubungan dengan nyeri.

Evaluasi :

S : Pasien mengatakan bisa tidur pada malam hari.

O : Pasien tidak tidur/mengantuk siang hari, pasien tampak segar.

A : Tujuan tercapai

P : Pertahankan kondisi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Askep Gastritis

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah. Jakarta :

EGC.

Carpenito, Linda Jual. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Holdstock G, Okight. Gastrointerologi dan Penyakit Hati. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia, Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit.

Jakarta : EGC.