askep gastritis,
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi
dengan satu hal yaitu radang selaput perut . Peradangan ini (gastritis) sering kali adalah
hasil dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang perut yang
paling sering ditemukan. Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori
pada orang dewasa mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya
lebih tinggi lagi. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional
bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab
penyakit ini adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang. Namun,
banyak faktor lain seperti cedera traumatis, penggunaan obat penghilang rasa sakit
tertentu atau minum alkohol terlalu banyak, merokok, kafein lada, steroid , mekanis
iritasi bakterial, obat anti inflamasi terutama aspirin juga dapat berkontribusi untuk
terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa terjadi perlahan-
lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam beberapa kasus, gastritis dapat
menyebabkan ulkus pada lambung dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi
kebanyakan orang, gastritis tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan
sembuh dengan pengobatan.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik
Penyakit Dalam ( IPD jilid II Edisi 3). Gastritis akut merupakan penyakit yang sering
ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri ( Patofisiologi Sylvia & Wilson) dan
± 80 - 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Gastritis ?
2. Bagaimana patofisiologi dari Gastritis ?
3. Apa saja penyebab dari Gastritis ?
4. Apa tanda dan gejala dari Gastritis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Gastritis ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan Gastritis ?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Gastritis
2. Untuk mengetahui patofisiologi Gastritis
3. Untuk mengetahui apa saja penyebab dari Gastritis
4. Untuk mengetahui apa tanda dan gejala dari Gastritis
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pasien dengan Gastritis
6. Untuk mengetahui Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan
Gastritis.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai
mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai
penyebab serta upaya pencegahan penyakit gastritis agar terciptanya
kesehatan masyarakat yang lebih baik.
2. Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang penyakit
gastritis lebih dalam sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri
dari penyakit gastritis.
3. Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan dapat menambah wawasan dan informasi dalam
penanganan penyakit gastritis sehingga dapat meningkatkan pelayanan
keperawatan yang baik.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah informasi tentang penyakit gastritis serta dapat
meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2
A. Pengertian
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu gastro,
yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti inflamasi/peradangan. Gastritis adalah
inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492).
Gastritis adalah segala radang mukosa lambung ( Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah ,Edisi Kedelapan hal 1062). Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau
perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local.
(Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422). Gastritis adalah peradangan pada mukosa
lambung yang dapat bersifat akut kronik, difus atau lokal (Soepaman, 1998). Gastritis
adalah inflamasi dari mukosa lambung (Arif Mansjoer, 1999). Gastritis adalah radang
mukosa lambung (Sjamsuhidajat, R, 1998).
B. Anatomi Fisiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada bagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa mempunyai panjang berkisar
antara 10 inchi dan dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman
sebanyak 1 gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip
seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan
tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya
ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk ke dalam esophagus, sebuah cincin otot
yang berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter)
akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung. Setelah masuk ke
lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri dari lapisan lapisan otot yang kuat.
Ketika makanan berada di lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan
makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar – kelenjar yang berada di mukosa pada
dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim – enzim dan
asam lambung) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida. Asam ini sangat
korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi
3
oleh mukosa – mukosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion
bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung)
sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika
mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya
dinding lambung.
C. Klasifikasi Gastritis
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :
1. Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan
mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut dibagi menjadi dua
garis besar yaitu :
a. Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari luar,
seperti bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid ,
mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin
(aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa
lambung) ).
b. Gastritis Endogen akut (adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan
badan ).
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H.
Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan
tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun
sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan
penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi
antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik
tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi helicobacter pylori yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
D. Etiologi
Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinyagastritis antara lain :
1. Infeksi bakteri. Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori
yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung.
4
Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri tersebut dapat
ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau
akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat bertahan seumur
hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui
sebagai penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya
gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan pelindung
dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan
dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan
racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan
secara sempurna dari lambung sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari
kanker lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori kronis
tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan
terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesik anti
inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin
yang bertugas melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi
jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan
dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan. Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis
mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4. Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan
dan gastritis.
5. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada
lambung.
6. Kelainan autoimmune. Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal
5
ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung,
menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan menganggu
produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh
sistem dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7. Crohn’s disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis
pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan
peradangan pada dinding lambung. Ketika lambung terkena penyakit ini, gejala-
gejala dari Crohn’s disease (yaitu sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak
lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi and kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi
dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung yang selanjutnya dapat
berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika tubuh terkena sejumlah kecil
radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan
mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding
lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile reflux. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna
lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan,
empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan menuju ke usus kecil. Dalam
kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve)
akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10. Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan
lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati atau ginjal
E. Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia misalnya obat-
obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada para
yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus
vagus) yang akan meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam
lambung. Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa
6
mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia maupun makanan yang merangsang
akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan
mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa
lambung karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi
sel mukosa gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster
akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak HCl
dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi
mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster
akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat
erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat
mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses
regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah
perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel
dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar
dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan
sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka
elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan, lambung
melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis
maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan
lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan
mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan perdarahan
(Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999: 162).
7
F. Pathway
G. Komplikasi
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat
berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu
dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir
sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H. pylory,
sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak lambung.
Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis
akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung.
Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker lambung,
terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung
dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
H. Tanda Dan Gejala
1. Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan asimtomatik
sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus yang sangat
berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
a. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
8
b. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya
ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
c. Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
d. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
e. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
f. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat,
keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
2. Gastritis kronis
a. Bervariasi dan tidak jelas
b. Perasaan penuh, anoreksia
c. Distress epigastrik yang tidak nyata
d. Cepat kenyang
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah dan
letaknya tersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak
pernah melewati mukosa muskularis.
3. Pemeriksaan radiology.
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL
menurun pada klien dengan gastritis kronik.
6. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar vitamin
B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
7. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
8. Gastroscopy.Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan)
mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
9
9. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untuk perdarahan
GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat ulkus jaringan /
cedera.
10. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera dan
kemungkinan isi perdarahan.
11. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga
gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456).
J. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan. Namun
secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Gastritis Akut
1. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang;
ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
3. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan
sukralfat (untuk sitoprotektor).
4. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk
yang encer atau cuka yang di encerkan.
5. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
6. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan
atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi
gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung dan dapat
menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan cepat.
7. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi
rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat
seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau famotidin untuk mengurangi
jumlah asam lambung yang diproduksi.
b. Gastritis Kronis
10
1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
2. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus kecil.
Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan misoprostol. Jika
meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu sebab), dokter
biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini.
Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang
juga menghambat aktivitas H. Pylori.
3. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk mengurangi
asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa” asam dalam sel-sel
lambung penghasil asam. Penghambat pompa proton mengurangi asam
dengan cara menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat
golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan
esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
4. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi
H.Phylory. .Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen
dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan adalah
kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton. Terkadang
ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik berfungsi untuk
membunuh bakteri, penghambat pompa proton berfungsi untuk
meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan inflamasi dan
meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori
tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat
beragam, bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi
kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada kombinasi dua
obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama (terapi selama 2 minggu
dibandingkan dengan 10 hari) juga tampaknya meningkatkan efektifitas.
Untuk memastikan H. pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan
kembali setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan
pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai
untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan
menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan lebih
walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.
11
K. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas)
2. Sirkulasi
Gejala : hipotensi (termasuk postural), takikardia, disritmia (hipovolemia /
hipoksemia), kelemahan / nadi perifer lemah, pengisian kapiler lambar /
perlahan (vasokonstriksi), warna kulit : pucat, sianosis (tergantung pada
jumlah kehilangan darah), kelemahan kulit / membran mukosa = berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
3. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja), perasaan
tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misal : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena perdarahan
gastro interitis (GI) atau masalah yang berhubungan dengan GI, misal: luka
peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola
defekasi / karakteristik feses.
Tanda : nyeri tekan abdomen, distensi, bunyi usus sering hiperaktif selama
perdarahan, hipoaktif setelah perdarahan. Karakteristik feses : diare, darah
warna gelap, kecoklatan atau kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk
(steatorea). Konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida),
haluaran urine menurun, pekat.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
Masalah menelan : cegukan. Nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual /
muntah.
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah. Membran mukosa kering, penurunan produksi mukosa, turgor
kulit buruk (perdarahan kronis).
12
6. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung
pada volume sirkulasi / oksigenasi).
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres samar-
samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut). Nyeri epigastrum kiri sampai tengah
/ atau menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (ulus gaster). Nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke
punggung terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan
hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises
esofegeal atau gastritis).
Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu
(salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
L. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ( peradangan pada
mukosa lambung )
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
factor biologis
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
(muntah)
4. Hipertermi berhubungan dengan penyakit
5. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
M. Perencanaan
NOC NIC
Pain Control :
1. Mengenali faktor penyebab
Pain Management :
1. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
13
2. Mengenali onset (lamanya sakit)
3. Menggunakan metode
pencegahan untuk mengurangi
nyeri
4. Menggunakan metode
nonanalgetik untuk mengurangi
nyeri
5. Mengunakan analgesik sesuai
dengan kebutuhan
6. Mencari bantuan tenaga
kesehatan
7. Melaporkan gejala pada petugas
kesehatan
8. Mengenali gejala gejala nyeri
9. Melaporkan nyeri yang sudah
terkontrol
2. Kaji nyeri secara komprehensif
meliputi ( lokasi, karakteristik,
dan onset, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri )
3. Kaji skala nyeri
4. Gunakan komunikasi
terapeutik agar klien dapat
mengekspresikan nyeri
5. Kaji factor yang dapat
menyebabkan nyeri timbul
6. Anjurkan pada pasien untuk
cukup istirahat
7. Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri
8. Monitor tanda tanda vital
9. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi (relaksasi)
untuk mengurangi nyeri
10. Jelaskan factor factor yang
dapat mempengaruhi nyeri
11. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat
Nutritional Status
1. Intake nutrisi baik
2. Intake makanan baik
3. Asupan cairan cukup
4. Peristaltic usus normal
5. Berat badan meningkat
Nutrion Management
1. Monitor catatan masukan
kandungan nutrisi dan kalori.
2. Anjurkan masukan kalori yang
tepat sesui dengan tipe tubuh dan
gaya hidup.
3. Berikan makanan pilihan.
4. Anjurkan penyiapan dan
penyajian makanan dengan
teknik yang aman.
5. Berikan informasi yang tepat
tentang kebutuhan nutrisi dan
14
bagaimana cara memperolehnya
6. Kaji adanya alergi makanan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
8. Yakinkan diet yang
dimakan mengandungtinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
9. Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
10. Mon i to r adanya
penu runan BB dan
gu l a darah
11. Monitor lingkungan selama
makan
12. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidakselama jam
makan
13. Monitor turgor kulit
14. Monitor kekeringan,
rambut kusam,
totalprotein, Hb dan kadar
Ht
15. Monitor mual dan muntah
16. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
17. Monitor intake nuntrisi
Fluid Balance
1. Tekanan daran rentang normal
Fluid Management
15
2. Denyut nadi kuat
3. Intake dan output dalam 24 jam
seimbang
4. Berat badan stabil
5. Mata tidak cowong
6. Mukosa bibir lembab
7. Hidrasi kulit baik
1. Timbang berat badan tiap hari
2. Jaga keakuratan catatan intake
dan output
3. Monitor status hidrasi
(kelembapan mukosa membran,
denyut nadi, tekanan darah
ortostatikl)
4. Monitor vital signs
5. Monitor status nurtrisi
6. Berikan cairan
7. Berikan terpai intravena jika
diresepkan
8. Tingkatkan masukan oral
9. Berikan snack
10. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Thermoregulation
1. Tidak menggigil
2. Nadi dbn ( 60-100 x/ menit)
3. RR dbn ( 16-24 x/ menit)
4. Suhu dbn (36-37°C)
Temperature regulation
1. Monitor suhu min tiap 2 jam
2. Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
3. Monitor TD nadi dan RR
4. Monitor tanda tanda
hipertermi
5. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
6. Berikan anti piretik bila
perlu
7. Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
8. Berikan kompres hangat
9. Monitor TTV
Sleep Sleep enhancement
16
1. Jam tidur labih cepat.
2. Kebiasan tidur kembali seperti
semula.
3. Kualitas tidur 7 – 8 jam.
4. Tidur nyenyak.
5. Tidak gelisah
6. Tidur teratur setiap malam secara
konsisten.
1. Instruksikan pasien untuk
tidur pada waktunya
2. Monitor waktu tidur pasien
3. Identifikasi penyebab
kekurangan tidur pasien.
4. Menambah waktu tidur
pasien.
5. Diskusi dengan pasien dan
keluarga pasien untuk
meningkatkan tekhnik tidur.
6. Menentukan pola tidur
pasien
BAB III
TINJAUAN KASUS
17
Tanggal masuk : 17 Juli 2012
Jam : 06.45 WIB
No. RM : 12011891
Tanggal Pengkajian : 27 Juli 2012
Dx. Medis : Gastritis
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien dan penanggung jawab
Identitas pasien Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. M
Umur : 63 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bajulan
Suku/ bangsa : Jawa/indonesia
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SD
Status : Kawin
Nama : Ny. N
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Bajulan
Suku/ bangsa : Jawa/indonesia
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SMA
Status : Kawin
Hubungan dengan pasien : Anak
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan “nyeri di ulu hati”
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Waktu Terjadinya Sakit
Anak pasien mengatakan pasien mengeluh nyeri sejak 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit. (9 Juli 2012)
2) Proses Terjadinya Sakit
Anak pasien mengatakan pasien mengeluh nyeri di ulu hati setelah
makan, kemudian pasien hanya diberi minyak kayu putih. Keesokan
harinya baru dibawa kerumah sakit karena pasien terus mengeluh nyeri.
18
3) Upaya Yang Telah Dilakukan
Anak pasien mengatakan pasien hanya diberi minyak kayu putih dan
keesokn harinya langsung dibawa ke rumah sakit.
4) Hasil Pemeriksaan Sementara
Tekanan darah : 80/48 mmHg, nadi : 108x/menit, RR : 26x/menit, suhu :
36,6°C. nyeri tekan di daerah ulu hati. Terdapat luka di bagian bokong
atas.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
1. Penyakit Dahulu
Anak pasien mengatakan pasien pernah menderita asam urat.
2. Perlukaan
Anak pasien mengatakan tidak ada daerah bekas luka pada tubuh ibunya.
3. Di rawat di RS
Anak pasien mengatakan pasien pernah dirawat di RS. Sudono karena
penyakit asam uratnya.
4. Alergi obat/makanan
Anak pasien mengatakan pasien tidak mempunyai alergi obat ataupun
makanan.
5. Obat obatan sekarang
Tidak ada
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Anak pasien mengatakan suami dari pasien mempunyai darah
tinggi.
19
e. Genogram
Keterangan :
: laki-laki : Laki laki meninggal
: perempuan : Perempuan meninggal
: Hipertensi (Meninggal)
: pasien
3. Pola Fungsi Kesehatan
a) Pola Menejemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
1. Tingkat pengetahuan kesehatan/penyakit
Pasien mengatakan pasien tidak mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya.
2. Perilaku un tuk mengatasi masalah kesehatan
Anak pasien mengatakan jika sakit selalu berobat ke puskesmas.
3. Factor factor resiko sehubungan dengan kesehatan
Anak pasien mengatakan pasien sering tidak mau makan.
b) Pola Aktivitas Latihan
20
Sebelum sakit :
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulansi √
Naik tangga √
Selama sakit :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulansi √
Naik Tangga √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu sebagian
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang dan alat
4 : Ketergantungan/tidak mampu
c) Pola Istirahat Tidur
Sebelum Sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit kebutuhan tidur
pasien tidak terganggu. Tidur ±7-8 jam. Mulai pukul 21.00-05.00, tidur
dengan nyenyak, tidak gelisah, dan tidak sering terjaga pada malam hari.
21
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan selama sakit kebutuhan tidur pasien
terganggu. Tidurnya tidak teratur, mulai pukul 19.00, kadang hanya 1-2 jam
kemudian terbangun, lalu tidur lagi. Pasien sering merasa gelisah, tidurnya
tidak nyenyak, dan sering terjaga pada malam hari karena nyeri pada
perutnya dan pasien merasa nyei pada luka di bokongnya.
d) Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit makan dan minum
pasien tidak mengalami masalh. Makan 3x/hari dengan nasi, sayur, dan lauk
dan habis 1 porsi. Tidak mula dan tidak muntah. Minum ± 6-8 gelas/hari.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit nafsu makan pasien
menurun. Makan 3x/hari namun sedikit sedikit dan tidak habis. Kadang
pasien mengeluh mual dan ingin muntah. Minum hanya sedikit, 3-4
gelas/hari.
e) Pola Eliminasi
Sebelum Sakit :Anak pasien mengatakan, sebelum sakit BAB pasien teratur,
1x/hari, tidak keras dan tidak cair. BAK sering, 5-6x/hari dan tidak nyeri saat
BAK.
Selama Sakit :Anak pasien mengatakan, selama sakit BAB pasien tidak
teratur, kadang 3 hari baru BAB. BAK hanya sedikit.
Pasien terpasang kateter, urin hanya sekitar 300 cc/hari.
f) Pola Kognitif Perseptual
Sebelum sakit :Anak pasien mengatakan pasien dapat berkomunikasi dengan
baik dengan orang lain, dan mengerti apa yang dibicarakan ,berespon dan
berorientasi dengan baik dengan orang-orang sekitar”.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien masih dapat
berkomunikasi dan berespon dengan baik. Akan tetapi selama sakit pasien
jarang berbicara, berbicara hanya seperlunya saja.
g) Pola Konsep Diri
Gambaran diri : Anak pasien mengatakan pasien tidak pernah mengeluh
dengan kondisi tubuhnya.
Identitas diri : Anak pasien mengatakan pasien masih dapat mengenali
dirinya sendiri.
Peran diri : Anak pasien mengatakan pasien berperan sebagai ibu rumah
tangga dan bekerja sebagai pedagang.
22
Ideal diri : Anak pasien mengatakan pasien selalu mengatakan ingin hidup
dengan baik, sehat, dan ingin melihat anaknya bahagia. Dan saat ini ibu
berharap ingin cepat sembuh.
Harga diri : Anak pasien mengatakan di rumah pasien sangat dihargai oleh
anak, menantu, dan keluarga.
h) Toleransi Stres Koping
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan jika mengalami masalah pasien
selalu bercerita dengan anak anaknya atau keluarganya dan menyelesaikan
masalah secara bersama sama.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit jika mengalami
masalah masih selalu bercerita pada anaknya. Dan jika merasa tidak nyaman
atau sakit pasien selalu mengatakan pada anaknya.
i) Pola reproduksi-seksualitas
Pasien berjenis kelamin perempuan. Suami pasien sudah meninggal. Pasien
memiliki 2 anak perempuan.
j) Pola Hubungan peran
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak
anaknya maupun keluarga lainnya sangat baik dan tidak ada masalah. Pasien
berperan sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai pedagang.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan hubungan pasien dengan anak dan
keluarganya tetap baik dan tidak ada masalah. Selama sakit pasien dirawat di
rumah sakit sehingga tidak bisa bekerja seperti biasanya.
k) Pola Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : Anak pasien mengatakan sebelum sakit pasien selalu sholat
5 waktu.
Selama sakit : Anak pasien mengatakan selama sakit pasien belum pernah
sholat karena kondisi sakitnya.
4. Pemeriksaan Fisik
b. Penampakan Umun
Keadaan Umum : Lemah, gelisah, wajah terlihat menahan nyeri .
Kesadaran : Composmentis
GCS : Eye : 4, Verbal : 5, Motorik : 6
TD : 91/61 mmHg, Suhu : 38,8°C, Nadi : 95x/menit, RR : 32x/menit
BB :
23
P : nyeri timbul saat makan Q: nyeri terasa seperti mau muntah R: nyeri di ulu
hati S: 4 T: hilang timbul.
c. Head to Toe
KEPALA dan LEHER
Rambut : Rambut panjang, warna putih, tidak berketombe, tidak ada lesi pada kulit
kepala, tidak ada tanda-tanda inflamasi pada kulit kepala.
Mata : Bentuk mata kanan dan kiri simetris, sclera tidak ikterik, pupil isokor,
konjungtiva tidak anemis.
Telinga: Simetris, tidak ada nyeri tekan pada telinga dan tidak terdapat penumpukan
serumen, tidak ada tanda-tanda infllamasi, tidak ada penurunan pendengaran.
Hidung: lubang hidung simetris, warna kuning langsat, tidak ada lesi dan tanda-tanda
inflamasi, tidak ada nyeri tekan pada area hidung, tidak ada pendarahan.
Mulut: bibir kering, tidak ada pembengkakan tonsil, tidak ada stomatitis , membrane
mukosa pucat.
Gigi: warna gigi putih, tidak ada nyeri pada gigi, gigi berlubang.
Leher: warna leher sama dengan warna kulit di sekitarnya, tidak ada tanda-tanda
inflamasi, tidak ada distensi vena jugularis, tidak ada nyeri tekan pada leher.
DADA
Inspeksi :simetris, warna dada sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak ada lesi ,
irama napas irreguler, frekuensi napas 32x/menit
Palpasi : pergerakan dada simetris, tidak ada nyeri tekan, tactil fremitus (+)
Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada paru
Auskultasi :suara napas vesikuler
JANTUNG
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat di intracosta ke 5 mid clavicula sinistra.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ictus cordis teraba
Perkusi : terdengar bunyi redup pada area jantung.
Auskultasi : S1 dan S2 terdengar rentang normal ( lub....dub....)
ABDOMEN
24
Inspeksi : warna kulit kuning langsat, tidak ada lesi dan tanda-tanda inflamasi,tidak
ada asites.
Auskultasi : peristaltic usus 5x/menit
Perkusi : terdengar bunyi timpani pada perkusi
Palpasi : nyeri tekan pada daerah ulu hati
INGUINAL & GENETALIA
Inspeksi : pasien berjenis kelamin perempuan
Palpasi : tidak terkaji / keluarga keberatan
EKSTRIMITAS
Inspeksi :
Pasien terpasang infuse pada tangan
dextra, warna kulit kuning langsat,
terdapat luka di daerah bokong atas,
luka lembab, kemerahan di daerah
luka. Tidak ada edema.
Kekuatan Otot:
4 4
4 4
Palpasi:
Akral hangat, tidak ada nyeri tekan, tidak ada pitting edema, kulit kering.
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tgl
dan
Jenis pemeriksaan Hasil
pemeriksaan
Nilai normal
25
jam
17
Juli
2012
18
juli
2012
Hematologi :
Hb
Leukosit
Trombosit
Hematocrit / PCV
Faal hati :
SGOT
SGPT
Faal ginjal :
Serum creatinin
Urea
BUN
Hematologi :
Hb
Urine lengkap :
Warna urin
Ph
BD
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Kristal
8,0 g/dl
25.100 cmm
366.000 cmm
26 vol %
38 mg/dl
13 mg/dl
1,58 mg/dl
49 mg/dl
22,9 mg/dl
7,3 g/dl
Kuning keruh
5
1.010
8-10/plp
4-5/plp
2-3/plp
Uric acid +
Lk : 13,5-18,09 g/dl
Pr : 11,5-16,09 g/dl
4000-10000/cmm
150.000-450000/cmm
Lk : 40-48 vol %
Pr: 37-43 vol %
Lk : <37 mg/dl
Pr : <31 mg/dl
Lk : <42 mg/dl
Pr : <31 mg/dl
Lk : 0,6-1,1 mg/dl
Pr : 0,5-0,9 mg/dl
10-50 mg/dl
4,7-23,4 mg/dl
26
19
juli
2012
20
Juli
2012
Bakteri
Albumin
Hematologi :
Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit /POV
Hematologi :
Hb
+
+
7,3 g/dl
18.100/cmm
281.000/cmm
20 vol%
8,0 g/dl
C. TERAPI OBAT
Tgl
dan
jam
Jenis obat dosis
27
Juli
2012
28
juli
2012
Inf. Kaen
Inj. Ceftriaxone
N.Be
Inj. Ranitidin
Inj. Furosemid
Tripanzym
Antacid
Inj. Spironolacton
Inf. Kaen
Inj.ceftriaxon
Inj. Ranitidin
Inj. Furosemid
Antasid
1 fls/hari
1 gram/hari dalam Ns 100 cc
2 x 1
2 x 25 mg
2 x 20mg
3 x 1
3 x 1 tab
2 x 50 mg
1 fls/hari
1 gram/ hari dalam Ns 100 cc
2 x 25 mg
2 x 20 mg
3 x 1 tab
27
D. DATA FOKUS
Data Subyektif ( DS ) Data Obyektif ( DO )
Pasien mengatakan “nyeri di ulu
hati”
Pasien mengatakan pasien tidak
mengetahui tentang penyakit yang
dideritanya
Anak pasien mengatakan selama
sakit aktivitasnya dibantu sebagian,
di bantu orang lain, dan alat
Anak pasien mengatakan selama
sakit kebutuhan tidur pasien
terganggu. Tidurnya tidak teratur,
mulai pukul 19.00, kadang hanya 1-2
jam kemudian terbangun, lalu tidur
lagi. Pasien sering merasa gelisah,
tidurnya tidak nyenyak, dan sering
terjaga pada malam hari karena nyeri
pada perutnya dan pasien merasa
nyeri pada luka di bokonnya.
Anak pasien mengatakan, selama
sakit nafsu makan pasien menurun.
Makan 3x/hari namun sedikit sedikit
dan tidak habis. Kadang pasien
mengeluh mual dan ingin muntah.
Minum hanya sedikit, 3-4 gelas/hari.
Anak pasien mengatakan, selama
sakit BAB pasien tidak teratur,
kadang 3 hari baru BAB. BAK hanya
sedikit.
Anak pasien mengatakan selama
sakit pasien belum pernah sholat
Keadaan Umum :Lemah, gelisah,
wajah terlihat menahan nyeri.
TD : 91/61 mmHg, Suhu : 38,8°C,
Nadi : 95x/menit, RR : 32x/menit.
Irama nafas irregular
P : nyeri timbul saat makan Q: nyeri
terasa seperti mau muntah R: nyeri di
ulu hati S: 4 T: hilang timbul.
Pasien terpasang kateter, urin hanya
sekitar 300 cc/hari.
Bibir kering, membrane mukosa
pucat
kulit kering
Pasien terpasang infuse pada tangan
dextra
Nyeri tekan pada daerah ulu hati
Terdapat luka di daerah bokong atas,
luka lembab, kemerahan di daerah
sekitar luka.
Akral hangat
Leukosit 18.100/cmm
28
karena kondisi sakitnya.
E. ANALISA DATA
Waktu Symptom/Signs Etiologi Problem
Tgl/Jam
27 juli
2012
DS :
Pasien mengatakan
“nyeri di ulu hati”
Anak pasien mengatakan
selama sakit kebutuhan
tidur pasien terganggu.
Tidurnya tidak teratur,
mulai pukul 19.00,
kadang hanya 1-2 jam
kemudian terbangun, lalu
tidur lagi. Pasien sering
merasa gelisah, tidurnya
tidak nyenyak, dan sering
terjaga pada malam hari
karena nyeri pada
perutnya
DO :
Keadaan Umum :
Lemah, gelisah, wajah
terlihat menahan nyeri.
RR : 32x/menit.
Irama nafas irregular
P : nyeri timbul saat
makan Q: nyeri terasa
seperti mau muntah R:
Agen cedera
biologis
(Peradangan pada
mukosa lambung)
Nyeri akut
29
nyeri di ulu hati S: 4 T:
hilang timbul.
Nyeri tekan pada daerah
ulu hati
Leukosit 18.100/cmm
DS :
pasien merasa nyeri pada
luka di bokonnya.
DO :
TD : 91/61 mmHg,
Suhu : 38,8°C , RR :
32x/menit.
Terdapat luka di daerah
bokong atas, luka
lembab, kemerahan di
daerah sekitar luka.
Akral hangat
Leukosit 18.100/cmm
Pertahanan tubuh
primer yang tidak
adekuat (integritas
kulit tidak utuh)
Risiko infeksi
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ( peradangan pada
mukosa lambung )
b. Risiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak
adekuat ( integritas kulit tidak utuh )
G. PERENCANAAN
30
Waktu No
.
Dx
Tujuan Keperawatan
( NOC )
Rencana Tindakan
( NIC )
TTD/
NamaTgl Jam
27
juli1
2
14.0
0
1. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …x 24 jam,
diharapkan nyeri
berkurang sampai
dengan hilang dengan
criteria hasil :
Pain Control :
8. Pasien dapat
mengontrol nyeri
9. Pasien melaporkan
nyeri berkurang atau
hilang
10. Frekuensi nafas dbn
(16-24x/menit)
11. Skala 0-1 dari 4
12. Pasien tidak gelisah
13. Leukosit dbn (4000-
10.000 /cmm)
Pain Management :
12. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
13. Kaji nyeri secara
komprehensif meliputi (
lokasi, karakteristik, dan
onset, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
)
14. Kaji skala nyeri
15. Gunakan komunikasi
terapeutik agar klien
dapat mengekspresikan
nyeri
16. Kaji factor yang dapat
menyebabkan nyeri
timbul
17. Anjurkan pada pasien
untuk cukup istirahat
18. Control lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
19. Monitor tanda tanda
vital
20. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
(relaksasi) untuk
mengurangi nyeri
21. Jelaskan factor factor
yang dapat
Afkar
31
mempengaruhi nyeri
22. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat
27
juli
12
2. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama …x 24 jam,
diharapkan tidak terjadi
infeksi, dengan criteria
hasil :
Risk Control :
1. Suhu tubuh dbn ( 36-
37°C )
2. Frekuensi nafas dbn (
!6-24x/menit )
3. Tidak terjadi infeksi
lebih laanjut
4. Tidak ada tanda
tanda inflamasi
( rubor, dolor, kalor,
tumor, fungsiolesa )
5. Pasien dan keluarga
mengetahui tindakan
yang tepat untuk
mencegah infeksi
6. Pasien dan keluarga
dapat mengetahui
tanda dan gejala
infeksi
7. Pasien dan keluarga
dapat mengetahui
cara perawatan luka
yang tepat
Infection Control :
1. Observasi dan laporkan
tanda dan gejala infeksi
seperti kemerahan,
panas, nyeri, tumor.
2. Kaji tanda tanda vital
3. Lakukan teknik
perawatan luka yang
tepat
4. Tingkatkan nutrisi dan
cairan
5. Monitor temperature
tubuh
6. Gunakan srategi untuk
mencegah infeksi
nosokomial
7. Anjurkan untuk istirahat
yang adekuat
8. Batasi pengunjung bila
perlu
9. Ajarkan pada klien dan
keluarga cara perawatan
luka yang tepat
10. Jelaskan pada klien dan
keluarga bagaimana
mencegah infeksi
11. Jelaskan pada klien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
12. Anjurkan dan ajarkan
Afkar
32
8. Integritas kulit
membaik
pada klien dan keluarga
mencuci tangan dengan
sabun
13. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
terapi obat
H. PELAKSANAAN TINDAKAN
Waktu No.
DxImplementasi Respon
TTD/
NamaTgl Jam
27
juli
2012
14.00
14.15
14.30
1
1&2
1
1
1&2
Menanyakan keluhan yang
dirasakan klien
Mengukur TD, Suhu,
menghitung nadi, RR
Melihat ekspresi wajah nyeri
klien untuk menentukan skala
nyeri
Mengajarkan teknik relaksasi
nafas dalam pada pasien untuk
mengurangi nyeri
Menganjurkan klien untuk
beristirahat
DS : pasien mengatakan
nyeri pada perutnya
DO : pasien terlihat
lemah dan wajah terlihat
menahan nyeri
DO : TD : 91/61 mmHg
Nadi : 95x/menit
Suhu : 38,8°C
RR : 32x/menit
DO : skala nyeri 4
DS : Pasien mengatakan
nyeri sedikit berkurang
DS : pasien mengatakan
“iya”
DO : pasien terlihat
gelisah
Afkar
Afkar
Afkar
Afkar
Afkar
33
16.00
17.00
18.00
19.00
19.30
2
2
2
Memberikan injeksi ranitidin
25 mg
Menganjurkan pada keluarga
untuk memberikan makan
pasien sedikit sedikit tapi
sering dan menganjurkan
untuk minum yang cukup
Melihat luka di bokong pasien,
mencatat adanya kemerahan di
sekitar luka atau adanya tanda
tanda inflamasi lainnya
Menjelaskan pada pasien dan
keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi serta bagaimana
cara mencegah terjadinya
infeksi
Mengukur TD, suhu,
menghitung nadi dan RR
Mengecek urin output
Memberikan injeksi furosemid
20 mg
DO : obat ranitidine 25
mg masuk melalui
inj.selang infus
DS : keluarga pasien
mengatakan pasien
hanya mau makan
sedikit karena perutnya
merasa nyeri dan mual
DS : keluarga pasien
mengatakan “mbak ini
lukanya lembab”
DS : pasien mengatakan
nyeri pada lukanya
DO :luka lembab,
kemerahan di daerah
sekitar luka
DS : keluarga pasien
mengatakan “iya mbak,
saya mengerti.
Terimakasih”
DO : TD : 124/89
mmHg
Suhu : 36,4°C
Nadi : 68x/menit
RR : 28x/menit
Urin : 300 cc
DO : Obat furosemid 20
Afkar
Afkar
Afkar
Afkar
Afkar
Afkar
34
20.00
20.30
21.00
1&2
Melihat kondisi pasien dan
menanyakan keluhan yang
dirasakan pasien
Menganjurkan pada pasien
untuk segera tidur
Menanyakan pada keluarga
pasien kondisi dan keluhan
pasien
Memberikan pengertian pada
keluarga pasien, mengakhiri
tindakan (mengucapkan
terimakasih dan salam)
Menutup tirai dan membatasi
pengunjung
mg masuk melalui
inj.selang infuse
DS : keluarga pasien
mengatakan
“terimakasih mbak”
DS : keluarga pasien
mengatakan pasien
sering terlihat gelisah
dan mengatakan pasien
sering mengeluh merasa
tidak nyaman/nyeri pada
perutnya
DO : skala nyeri 3,
pasien terlihat gelisah
DS : pasien mengatakan
“iya”
DS : keluarga pasien
mengatakan pasien
masih terlihat gelisah
dan sulit tertidur. Pasien
juga mengeluh perutnya
masih terasa tidak
nyaman dan kadang
nyeri pada luka di
bokongnya
DS : keluarga pasien
mengatakan “sama sama
mbak, dan terimakasih
juga’
Afkar
Afkar
Afkar
Afkar
Afkar
35
28
juli
2012
07.00
08.00
1&2
2
2
Mengukur TD, suhu,
menghitung nadi dan RR
Menayakan kondisi dan
keluhan pasien
Menanyakan pada keluarga
makan dan minum pasien
Melakukan perawatan luka
pada pasien
Mengajarkan pada keluarga
teknik perawatan luka yang
tepat
DO : TD: 127/88 mmHg
Nadi : 71x/menit
Suhu : 37,1°C
RR : 26x/menit
DS : pasien mengatakan
perutnya kadang kadang
masih terasa nyeri, dan
lukanya perih
DS : keluarga pasien
mengatakan tadi malam
pasien terlihat gelisah
dan beberapa kali
terbangun
DS : keluarga pasien
mengatakan pasien
sudah makan, namun
hanya sedikit karena
pasien masih mengeluh
mual, minum sudah 1
gelas (240 cc)
DS : pasien mengeluh
nyeri
DO : luka masih lembab,
masih kemerahan di
sekitar luka
DS : keluarga pasien
mengatakan “iya mbak,
saya mengerti.
Afkar
Afkar
Afkar
Afkar
Afkar
Afkar
36
09.30
10.00
10.25
1 Menjelaskan pada pasien dan
keluarga mengenai factor
factor yang dapat
menimbulkan nyeri dan
memperparah nyeri
Memberikan injeksi ranitidin
25 mg
Persiapan pasien akan
dipindahkan
Terimakasih”
DS : pasien mengatakan
“Iya”
DO : obat ranitidin 25
mg masuk melalui
inj.selang infus
DS : Keluarga pasien
mengatakan
“terimakasih mbak”
I. EVALUASI
WaktuDx. Keperawatan Evaluasi
TTD/
NamaHari/Tgl Jam
28 juli
2012
10.25 Nyeri akut berhubungan
dengan agen cedera biologis
( peradangan pada mukosa
lambung )
DS : Pasien mengatakan
perutnya kadang masih
terasa nyeri
DS : P : nyeri timbul
ketika makan Q : nyeri
seperti mau muntah R:
nyeri di daerah ulu hati
T : nyeri hilang timbul
DO : Skala : 3
Wajah terlihat gelisah
A : Tujuan belum
tercapai
P : lanjutkan intervensi
( 1-11)
Afkar
37
Risiko Infeksi berhubungan
dengan pertahanan tubuh
primer tidak adekuat
( integritas kulit tidak utuh )
DS : pasien mengatakan
lukanya masih terasa
perih
DO : luka lembab dan
masih kemerahan di
daerah sekitar luka
A : Tujuan belum
tercapai
P : Lanjutkan intervensi
(1, 2, 3, 4, 5, 13)
Afkar
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local. (Patofisiologi, Sylvia A Price hal 422).
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu gastritis akut dan gastritis kronis.
Gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat menyebabkan
mukosa menjadi gangren atau perforasi. Sedangkan gastritis kronis Inflamasi lambung
yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh
bakteri Helicobacter pylory (H. Pylory).
B. SARAN
Berikut beberapa saran untuk dapatmengurangi resiko terkena gastritis:
1. Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan
yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan
pemilihan jenismakanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara
memakannya. Makanlahdengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan
dengan santai.
38
2. Hindari alkohol. Penggunaan alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapisan
mukosadalam lambung dan dapat mengakibatkan peradangan dan pendarahan.
3. Jangan merokok. Merokok mengganggu kerja lapisan pelindung lambung,
membuatlambung lebih rentan terhadap gastritis dan borok. Merokok juga
meningkatkan asamlambung, sehingga menunda penyembuhan lambung dan
merupakan penyebab utamaterjadinya kanker lambung. Tetapi, untuk dapat
berhenti merokok tidaklah mudah,terutama bagi perokok berat. Konsultasikan
dengan dokter mengenai metode yang dapatmembantu untuk berhenti merokok.
4. Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan
pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga
membantu mengeluarkanlimbah makanan dari usus secara lebih cepat.
5. Kendalikan stress. Stress meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke,
menurunkansistem kekebalan tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan
kulit. Stress jugameningkatkan produksi asam lambung dan melambatkan
kecepatan pencernaan. Karenastress bagi sebagian orang tidak dapat dihindari,
maka kuncinya adalahmengendalikannya secara effektif dengan cara diet yang
bernutrisi, istirahat yang cukup,olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6. Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan AINS,
obat-obatgolongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan
membuat peradanganyang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan
penghilang nyeri yang mengandungacetaminophe
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
39
Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby
Mc Closkey Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC).
America : Mosby
Mansjoer, arif. Dkk.2009, kapita selekta kedokteran . Jakarta. Media aesculapius
Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit edisi 6
volume II. ECG. Jakarta : 2006
Doengoes M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
40