askep gastritis 1
DESCRIPTION
DIARETRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke-9 dari 50
peringkat utama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh indonesia
dengan jumlah kasus 218.500 (Depkes RI, 2004).
Dari berbagai penelitian berbasis populasi (systematic review of
population-based study) menyimpulkan angka bervariasi dari 11-41%. Jika
keluhan terbakar di ulu hati dikeluarkan maka angkanya berkisar 4-14%.
Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam
praktek sehari – hari. Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum
dan 60% pada praktek gastroenterologis merupakan kasus dispepsia.
(Farida, 2010).
Di Indonesia menunjukkan prevalensi 36-41% dengan usia
termuda adalah 5 bulan. Pada kelompok usia muda dibawah 5 tahun, 5,3-
15,4% telah terinfeksi, dan diduga infeksi pada usia dini berperan sebagai
faktor resiko timbulnya degenerasi maligna pada usia yang lebih lanjut.
Asumsi ini perlu diamati lebih lanjut, karena kenyataannya prevalensi
kanker lambung di Indonesia relatif rendah, demikian pula prevalensi
tukak peptik. Agaknya selain faktor bakteri, faktor pejamu dan faktor
lingkungan yang berbeda akan menentukan terjadinya kelainan patologis
akibat infeksi (Farida, 2010 b).
Secara umum telah diketahui bahwa infeksi Helicobacter pylori
merupakan masalah global, tetapi mekanisme transmisi apakah oral atau
fekal oral belum diketahui dengan pasti. Studi di Indonesia menunjukkan
adanya hubungan antara tingkat sanitasi lingkungan dengan prevalensi
infeksi Helicobacter pylori, sedangkan data diluar negeri menunjukkan
hubungan antara infeksi dengan penyediaan atau sumber air minum
(Farida, 2010 a).
1
Data penelitian klinis di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi
tukak peptik pada pasien dispepsia di Jakarta yang telah diendoskopi
berkisar antara 5,78%. Sedangkan di Medan sekitar 16,91%. Pada
kelompok pasien dispepsia non ulkus, prevalensi dari infeksi H.pylori
yang dilaporkan berkisar antara 20 – 40% , dengan metoda diagnostik
yang berbeda yaitu serologi, kultur dan histopatologi. Angka tersebut
memberi gambaran bahwa pada infeksi di Indonesia tidak terjadi pada usia
dini tetapi pada usia yang lebih lanjut tidak sama dengan pola negara
berkembang lain seperti di Afrika. Tingginya prevalensi infeksi dalam
masyarakat tidak sesuai dengan prevalensi penyakit saluran cerna bagian
atas ( SCBA ) seperti tukak peptik ataupun karsinoma lambung.
Diperkirakan hanya sekitar 10 -20% saja yang kemudian menimbulkan
penyakit gastroduodenal (Farida, 2010).
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis akut) atau bisa
terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis). Dalam
beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul ( ulkus )pada lambung
dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis
tidaklah serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan
pengobatan.
2. Ruang Lingkup
Dalam penulisan ini, penulis membatasi masalah pada satu pasien
saja yaitu “Asuhan Keperawatan pada Tn.WD Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Mandailing Natal.
3. Tujuan Penulisan
3.1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan gambaran dalam pelaksanaan Asuhan Keperawatan
pada Tn.K Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.
2
3.2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan Pengkajian Asuhan Keperawatan pada Tn.K
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.
b. Mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan Keperawatan pada Tn.K
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.
c. Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Tn.K Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.
d. Mampu melaksanakn Asuhan Keperawatan pada Tn.K Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan Keperawatan pada Tn.K
Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.
4. Metode Penulisan
a. Studi Keperpustakaan
Membaca dan mempelajari daftar referensi yang berhubungan
dengan kasus penulisan.
b. Studi Kasus
Mengadakan pengamatan secara langsung/melaksanakan Asuhan
Keperawatan langsung kepada pasien melalui :
Wawancara : Yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan
pasien asuhan keperawatan di ruangan untuk memperoleh keterangan yang
jelas.
Observasi : Yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan
melakukan tanya jawab kepada pasien dan keluarga pasien.
Pemeriksaan fisik terdiri dari :
1) Inspeksi (melihat)
2) Palpasi (meraba)
3
3) Perkusi (mengetuk)
4) Auskultasi (Mendengar)
Dokumentasi : Yaitu dengan mempelajari data pasien dan catatan
perawatan dan catatan dokter yang ada dalam status pasien.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep dasar Gastritis
A. Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani
yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti
inflamasi/peradangan. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga , 1999). Gastritis adalah segala radang
mukosa lambung. Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau
perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local
(Sylvia A Price, 2006).
Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas, gastritis dapat juga
diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa
lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-
sel radang pada daerah tersebut. Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal,
tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan
peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat
dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan
borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan
sel darah putih menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan
pada bagian tersebut.
B. Klasifikasi
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu: (David Ovedorf, 2002)
1) Gastritis akut
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut
dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a. Gastritis eksogen akut, biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari
luar, seperti bahan kimia. Misalnya lisol, alkohol, merokok, kafein
lada, steroid, mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi
5
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung).
b. Gastritis endogen akut, adalah gastritis yang disebabkan oleh kelainan
badan.
2) Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus
benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory.
Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A dan tipe B.
Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan imun sendiri.
Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan
mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi.
Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini. Gastritis kronik tipe B
lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi Helicobacter pylori yang
menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
C. Etiologi
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya
sebagai berikut :
1) Gastritis Akut
Penyebabnya adalah stres psikologi, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan
erosi mukosa lambung), makanan, bahan kimia misalnya lisol, alkohol,
merokok, kafein lada, steroid dan digitalis.
2) Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui,
biasanya disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung
Helicobacter pylori. Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua,
tapi di duga pada peminum alkohol, dan merokok.
6
D. Patofisiologi
1) Gastritis Akut
Pengaruh efek samping obat-obat NSAIDs atau Non-Steroidal Anti
Inflamatory Drug seperti aspirin juga dapat menimbulkan gastritis. Obat
analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuproven dan
naproxen dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemakaian obat-obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika
pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau pemakaian yang
berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer. Pemberian
aspirin juga dapat menurunkan sekresi bikarbonat dan mukus oleh
lambung, sehingga kemampuan faktor defensif terganggu.
Alkohol berlebih, terlalu sering memakan makanan yang
mengandung nitrat (bahan pengawet) atau terlalu asam (cuka), kafein
seperti pada teh dan kopi serta kebiasaan merokok dapat memicu
terjadinya gastritis. Karena bahan-bahan tersebut bila terlalu sering kontak
dengan dinding lambung akan memicu sekresi asam lambung berlebih
sehingga dapat mengikis lapisan mukosa lambung.
Kemudian stress psikologis maupun fisiologis yang lama dapat
menyebabkan gastritis. Stress seperti syok, sepsis, dan trauma
menyebabkan iskemia mukosa lambung. Iskemia mukosa lambung
mengakibatkan peningkatan permeabilitas mukosa akibatnya terjadi difusi
balik H+ ke dalam mukosa. Mukosa tidak mampu lagi menahan asam
berlebih menyebabkan edema lalu rusak
2) Gastritis Kronik
Gastritis kronis dapat diklasifikasikan tipe A atau tipe B. Tipe A
(sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel
parietal, yang menimbulkan atropi dan infiltrasi sel. Hal ini dihubungkan
dengan penyakit otoimun, seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada
fundus atau korpus dari lambung.
7
Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H. pylory) Ini
dihubungkan dengan bakteri H. pylory, faktor diet seperti minum panas
atau pedas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refluks isi
usus kedalam lambung. H. Pylori termasuk bakteri yang tidak tahan asam,
namun bakteri jenis ini dapat mengamankan dirinya pada lapisan mukosa
lambung. Keberadaan bakteri ini dalam mukosa lambung menyebabkan
lapisan lambung melemah dan rapuh sehingga asam lambung dapat
menembus lapisan tersebut.
Dengan demikian baik asam lambung maupun bakteri
menyebabkan luka atau tukak. Sistem kekebalan tubuh akan merespon
infeksi bakteri H. Pylori tersebut dengan mengirimkan butir-butir leukosit,
selT-killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian semuanya tidak
mampu melawan infeksi H. Pylori tersebut sebab tidak bisa menembus
lapisan lambung.
Akan tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan
terus meningkat dan tumbuh. Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa
perusak radikal superoksida pada sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra
dikirim untuk menguatkan sel leukosit, namun nutrisi itu juga merupakan
sumber nutrisi bagi H. Pylori. Akhirnya, keadaan epitel lambung semakin
rusak sehingga terbentuk ulserasi superfisial dan bisa menyebabkan
hemoragi (perdarahan). Dalam beberapa hari gastritis dan bahkan tukak
lambung akan terbentuk.
8
E. Manifestasi Klinis
1) Gastritis Akut
a. Anoreksia
b. Mual
c. Muntah
d. Nyeri epigastrum
e. Perdarahan saluran cerna pada Hematemasis melena, tanda lebih lanjut
yaitu anemia.
2) Gastritis Kronik
Pada tipe A, biasanya asimtomatik, klien tidak mempunyai
keluhan. Namun pada gastritis tipe B, pasien biasanya mengeluh :
a. Nyeri ulu hati
9
b. Anorexia
c. Nausea
d. Anemia
F. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang gastritis menurut Hudak dan Gallo, 1996,
seperti di bawah ini :
1) Nilai haemoglobin dan hematokrit untuk menentukan adanya anemia
akibat perdarahan.
2) Kadar serum gastrin rendah atau normal, atau meninggi pada gastritis
kronik yang berat.
3) Pemeriksaan rontgen dengan sinar X barium untuk melihat kelainan
mukosa lambung.
4) Endoskopi dengan menggunakan gastrocopy untuk melihat kelainan
mukosa lambung.
5) Pemeriksaan asam lambung untuk mengetahui ada atau tidak peningkatan
asam lambung
6) Pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam
darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak
dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
7) Pemeriksaan feses tes ini untuk memeriksa apakah terdapat bakteri H.
Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan
terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
8) Analisa lambung tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan
tekhnik penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu
tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi
isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal
acid output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan
10
diagnosis sindrom Zolinger- Elison (suatu tumor pankreas yang
menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
G. Penatalaksanaan
Pengobatan gastritis meliputi :
1) Mengatasi kedaruratan medis yang terjadi.
2) Mengatasi atau menghindari penyebab apabila dapat dijumpai.
3) Pemberian obat-obat antasid atau obat-obat ulkus lambung yang lain
(Soeparman,1999)
Pada gastritis, penatalaksanaanya dapat dilakukan dengan (medis
dan non medis), yaitu sebagai berikut
1) Gastritis Akut
a. Intruksikan pasien untuk menghindari alkohol.
b. Bila pasien mampu makan melalui mulut, anjurkan diet mengandung gizi.
c. Bila gejala menetap, cairan perlu diberi secara parenteral.
d. Bila perdarahan terjadi, lakukan penatalaksanaan untuk hemoragi saluran
gastrofestinal.
e. Untuk menetralisir asam gunakan antasida umum.
f. Untuk menetralisir alkhali gunakan jus lemon encer atau cuka encer.
g. Pembedahan darurat mungkin diperlukan untuk mengangkat gangren atau
perforasi.
h. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk
yang encer atau cuka yang di encerkan.
i. Reaksi lambung diperlukan untuk mengatasi obstruksi polirus.
2) Gastritis Kronik
a. Dapat diatasi dengan memodifikasi diet pasien, diet makan lunak
diberikan sedikit tapi lebih sering.
b. Mengurangi stress
c. H.pylori diatasi dengan antibiotik (seperti tetraciklin ¼, amoxillin) dan
gram bismuth (pepto-bismol).
11
H. Komplikasi
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas berupa hematimesis dan melena yang
dapat berakhir sebagai syok hemoragie.
2) Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamin
B12 (Mansjoer, Arief 1999)
2. Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Anamnese meliputi :
1) Nama :
2) Usia : lebih banyak pada anak-anak
3) Jenis kelamin : lebih banyak laki-laki
4) Jenis pekerjaan : tidak dipengaruhi jenis pekerjaan
5) Alamat : -
6) Suku/bangsa : Indonesia
7) Agama : islam
8) Tingkat pendidikan : bagi orang yang tingkat pendidikan rendah/minim
mendapatkan pengetahuan tentang gastritis, maka akan menganggap remeh
penyakit ini, bahkan hanya menganggap gastritis sebagai sakit perut biasa
dan akan memakan makanan yang dapat menimbulkan serta memperparah
penyakit ini.
9) Riwayat sakit dan kesehatan
a. Keluhan utama : Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan
bawah.\
b. Riwayat penyakit saat ini : Meliputi perjalan penyakitnya, awal dari gejala
yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau
bertahap, faktor pencetus, upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
c. Riwayat penyakit dahulu : Meliputi penyakit yang berhubungan dengan
penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit, dan riwayat pemakaian obat.
2. Pemeriksaan fisik, yaitu Review of system (ROS)
Keadaan umum : tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat
nyeri tekan di kwadran epigastrik.
12
a. B1(breath) : takhipnea
b. B2 (blood) : takikardi, hipotensi, disritmia, nadi perifer
lemah, pengisian perifer lambat, warna kulit pucat.
c. B3 (brain) : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat
terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum.
d. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
e. B5 (bowel) : anemia, anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati,
tidak toleran terhadap makanan pedas.
f. B6 (bone) : kelelahan, kelemahan
3. Fokus Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan
Tanda : takikardia, takipnea / hiperventilasi (respons terhadap
aktivitas)
b. Sirkulasi
Gejala : kelemahan, berkeringat
Tanda :
hipotensi (termasuk postural)
takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia)
nadi perifer lemah
pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi)
warna kulit pucat, sianosis (tergantung pada jumlah
kehilangan darah)
kelemahan kulit / membran mukosa, berkeringat
(menunjukkan status syok, nyeri akut, respons psikologik)
c. Integritas ego
Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan kerja),
perasaan tak berdaya.
Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
13
d. Eliminasi
Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan
dengan GE, misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah
gaster, iradiasi area gaster. Perubahan pola defekasi / karakteristik
feses.
Tanda :
nyeri tekan abdomen, distensi
bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif
setelah perdarahan.
karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau
kadang-kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea),
konstipasi dapat terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
haluaran urine : menurun, pekat.
e. Makanan / Cairan
Gejala : - anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang
diduga obstruksi pilorik bagian luar sehubungan dengan luka
duodenal).
- masalah menelan : cegukan
- nyeri ulu hati, sendawa bau asam, mual atau muntah
Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah cerah,
dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering,
penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
f. Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar,
kelemahan.
Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma
(tergantung pada volume sirkulasi / oksigenasi).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
14
nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa
ketidaknyamanan / distres samar-samar setelah makan banyak
dan hilang dengan makan (gastritis akut).
nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan
antasida (ulkus gaster).
nyeri epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung
terjadi kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong
dan hilang dengan makanan atau antasida (ulkus duodenal).
tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat-
obatan tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor
psikologis.
Tanda : wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit.
h. Keamanan
Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA
Tanda : peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar
(menunjukkan sirosis / hipertensi portal)
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori
dalam darah. Hasil tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah
kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak
menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga
dilakukan untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan
lambung karena gastritis.
b. Uji napas urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah
oleh urease H. Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan
15
karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung
dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses
atau tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.
Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini
menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.
d. Endoskopi saluran cerna bagian atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran
cerna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini
dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang kecil yang
fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung
dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi
sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan pasien merasa nyaman
menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat
mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium
untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.
Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi
harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu
atau dua jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang
sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan
endoskop.
e. Rontgen saluran cerna bagian atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit
pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih
dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik
penting untuk menegakkan diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung
16
nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi
lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO( basal acid
output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan
diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor pankreas yang
menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).
g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal
(MAO, maximum acid output) setelah pemberian obat yang merangsang
sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini untuk mengetahui
teradinya aklorhidria atau tidak.
B. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress
psikologi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan
intake asupan gizi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, nyeri.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Intervensi keperawatan
NoDIAGNOSA
KEPERAWATANINTERVENSI RASIONAL
1. Kekurangan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan output cair yang berlebih (mual dan muntah)
Tujuan:
Penuhi kebutuhan individual.
Anjurkan klien untuk minum (dewasa : 40-60 cc/kg/jam).
Berikan cairan tambahan IV sesuai indikasi.
Awasi tanda-tanda
Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko dehidrasi pasien.
Mengganti kehilangan cairan dan memperbaiki keseimbangan cairan dalam fase segera.
Menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan
17
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam intake cairan adekuat.
Kriteria Hasil: Mukosa bibir lembab Turgor kulit baik Pengisian kapiler baik Input dan output
seimbang
vital, evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan membran mukosa.
Kolaborasi pemberian cimetidine dan ranitidine
kebutuhan untuk peningkatan penggantian cairan.
Cimetidine dan ranitidine berfungsi untuk menghambat sekresi asam lambung
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress psikologi
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam nyeri dapat berkurang, pasien dapat tenang dan keadaan umum cukup baik
Kriteria Hasil:Klien mengungkapakan
nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
Klien tidak menyeringai kesakitan
TTV dalam batasan normal
Intensitas nyeri berkurang (skala nyeri berkurang 1-10)
Menunjukkan rileks, istirahat tidur, peningkatan aktivitas dengan cepat
Selidiki keluhan nyeri, perhatikan lokasi, itensitas nyeri, dan skala nyeri
Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat mulai
Pantau tanda-tanda vital Jelaskan sebab dan
akibat nyeri pada klien serta keluarganya
Anjurkan istirahat selama fase akut
Anjurkan teknik distruksi dan relaksasi
Berikan situasi lingkungan yang kondusif
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian tindakan
Untuk mengetahui letak nyeri dan memudahkan intervensi yang akan dilakukan
Intervensi dini pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot dengan menurunkan tegangan otot
Respon autonomik meliputi, perubahan pada TD, nadi, RR, yang berhubungan dengan penghilangan nyeri
Dengan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
Mengurangi nyeri yang diperberat oleh gerakan
Menurunkan tegangan otot, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa kontrol dan kemampuan koping
Memberikan dukungan (fisik, emosional, meningkatkan rasa kontrol, dan kemampuan koping)
Menghilangkan atau mengurangi keluhan nyeri klien
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan
Anjurkan pasien untuk makan dengan porsi yang sedikit tapi sering
Berikan makanan yang
Menjaga nutrisi pasien tetap stabil dan mencegah rasa mual muntah
Untuk mempermudah
18
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil: Keadaan umum cukup Turgor kulit baik BB meningkat Kesulitan menelan
berkurang
lunak Lakukan oral hygiene Timbang BB dengan
teratur Observasi tekstur, turgor
kulit pasien Observasi intake dan
output nutrisi
pasien menelan Kebersihan mulut dapat
merangsang nafsu makan pasien
Mengetahui perkembangan status nutrisi pasien
Mengetahui status nutrisi pasien
Mengetahui keseimbangan nutrisi pasien
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian, nyeri.
Tujuan:Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat menunjukkan kecemasan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil: Mengungkapkan
perasaan dan pikirannya secara terbuka
Melaporkan berkurangnya cemas dan takut
Mengungkapkan mengerti tentang peoses penyakit
Mengemukakan menyadari terhadap apa yang diinginkannya yaitu menyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya
Awasi respon fisiologi misalnya: takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi kesemutan.
Dorong pernyataan takut dan ansietas, berikan umpan balik.
Berikan informasi yang akurat.
Berikan lingkungan yang tenang untuk istirahat.
Dorong orang terdekat untuk tinggal dengan pasien.
Tunjukan teknik relaksasi.
Dapat menjadi indikator derajat takut yang dialami pasien, tetapi dapat juga berhubungan dengan kondisi fisik atau status syok.
Membuat hubungan terapeutik
Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang ketidaktahuan.
Memindahkan pasien dari stresor luar, meningkatkan relaksasi, dapat meningkatkan keterampilan koping.
Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.
Belajar cara untuk rileks dapat membantu menurunkan takutdan ansietas
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan
Beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang
Memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat
19
kurangnya informasi.
Tujuan:Klien mendapatkan informasi yang tepat dan efektif.
Kriteria hasil: Klien dapat
menyebutkan pengertian Penyebab Tanda dan gejala Perawatan dan
pengobatan.
penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan klien.
Evaluasi tingkat pengetahuan klien
membuat pilihan informasi tentang kontrol masalah kesehatan.
Pengkajian / evaluasi secara periodik meningkatkan pengenalan / pencegahan dini terhadap komplikasi seperti ulkus peptik dan pendarahan pada lambung.
BAB 3
20
TINJAUAN KASUS
Tanggal masuk : 8 Mei 2013
Ruang : Rawat Inap RSUD Mandailing natal
Tanggal Pengkajian : 8 Mei 2013, Pukul : 08.30 WIB
Metode : Anamnesa, Observasi, Pemeriksaan Fisik, Studi Dokumentasi
Sumber : Pasien, Keluarga Pasien, Tim Kesehatan
1. Identitas klien
Nama : Tn.WD
Umur : 35 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Panyabungan
Pekerjaan : karyawan
Suku bangsa : Indonesia
Tanggal masuk : 08 Mei 2013
No. RM :
Dx medis :Gastritis
Penanggung jawab
Nama : Ny. M
Umur : 30 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Alamat : Panyabungan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Hubungan dengan pasien : Istri
21
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang
Klien mengatakan bahwa pernah dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Mandailing Natal dengan penyakit yang sama (gastritis),
klien tidak mempunyai penyakit keturunan (DM, Hipertensi), maupun
penyakit menular.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengeluh pusing dan perut (ulu hati) terasa perih dan panas. klien
terlihat meringis saat epigastrium ditekan, nyeri seperti diremas-remas,
di ulu hati / epigastrium, skala 7 (skala nyeri 0 – 10), nyeri hilang timbul
saat epigastrium ditekan. Status kesehatan saat ini : pada tanggal 8 Mei
2013 klien dibawa ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Mandailing Natal dengan keluhan I minggu yang lalu perutnya terasa
perih, panas dan muntah, TD : 110/80 mmHg, N : 120 x/menit, S : 36oC,
RR : 22 x/menit, dengan kesadaran composmentis. Klien mendapat
pertolongan pertama dengan infus RL 20 tpm (tetes per menit)
kemudian klien mendapat perawatan di ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
seperti yang diderita klien dan tidakada yang mempunyai penyakit
menular atau keturunan (DM, Hipertensi).
3. Pemeriksaan Fisik
a. KU : lemah, kesadaran composmentis.
b. Kepala : bentuk mesocepal, bersih tidak ada lesi.
c. Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik.
d. Hidung : bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan
pada hidung. Telinga : bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
22
e. Leher : tidak terdapat pembesaran tiroid.
f. Mulut : bibir tampak kering dengan gigi bersih, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan gusi.
g. Abdomen : 1 : simetris, datar, Au : peristaltik ± 4 x/mnt, Pa : adanya
nyeri tekan pada abdomen (ulu hati), Pe : tympani.
h. Paru : 1 : simetris Pa : teraba gerakan takstil premitus sama, Pe : sonor,
Au : vesikuler. Jantung : 1 : ictus cordis tidak tampak, Pa : ictus cordis
teraba, ICS (intercostals) 5 Pe : pekak, Au : terdengar suara murni 1, 2.
i. Muskuloskeletal : ekstremitas atas, klien terpasang infus RL 20 tpm
(tetes per menit) pada tangan kiri, tidak terdapat oedem, ekstremitas
bawah : tidak terdapat oedem.
4. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium tanggal 10 Januari 2008,
- WBC (SEL DARAH PUTIH) : 9,51 . 103 m/l (4,00 – 10,00),
- RBC (eritrosit) : 5,39 . 106 m/l (3,50 – 5,50),
- HGB (hemoglobin) : 14,3 g/dl (11,0 – 16,0),
- HCT (hemotokrit) : 42,8% (37,0 – 50,0),
- MCV (Volume Korpuskular rerata) : 79,4 fl (80,0 – 50,0),
- MCH : 26,5 pg (27,0 – 100,0),
- MCHC : 33,0 g/dm (32,0 – 31,0),
- RDW : 12,9% (1,5 – 36,0),
- PLT : 207 . 103m/l (150 – 450), MPV : 7,0 fl (7,0 – 11,0),
- PDW : 16,1 (15,0 – 17,0).
- Therapy yang diberikan tanggal 13 Januari 2008, infus RL 20 tpm,
injeksi cefo 1 gr, obat oral : Ranitidine 2 x 1 mg, antasid 3 x 500 mg.
5. Pola aktivitas
a. Kebutuhan nutrisi : sebelum sakit : klien mengatakan makan 3X sehari
dengan komposisi nasi, lauk dan sayur. Makan selalu habis dalam 1
porsi. Klien mengatakan tidak mempunyai pantangan terhadap makanan,
klien minum 6-7 gelas jenis air putih setiap hari. Selama sakit : klien
23
mengatakan pagi ini klien makan bubur habis 1 porsi (makanan dari
rumah sakit : nasi tim, sayur dan lauk pauk tidak dimakan). Klien minum
air putih habis 5-6 gelas / hari.
b. Kebutuhan eliminasi : sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1 X sehari
pada waktu pagi dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas dan
tidak ada keluhan dalam BAB. Klien BAK ± 2-6 X sehari dengan warna
kuning, bau khas, dan klien tidak ada kesulitan dalam BAK. Selama
sakit : klien mengatakan selama dirawat di rumah sakit klien BAB
dengan frekuensi 1 X sehari, konsistensi keras (berbentuk bulat-bulat
kecil), warna hitam, bau khas dan klien mengeluh sulit untuk BAB.
Untuk eliminasi BAK nya, klien mengatakan BAK dengan frekuensi 5-6
X sehari warna kekuningan, bau khas dan tidak ada keluhan dalam BAK.
c. Kebutuhan istirahat dan tidur : sebelum sakit : klien mengatakan tidur
malam mulai pukul 22.00 dan bangun pukul 05.00 WIB. Klien jarang
tidur siang. Selama sakit : klien mengatakan tidur malam mulai pukul
21.00, kalau malam sering terbangun karena suasana yang panas, klien
bangun pukul 06.00 WIB.
d. Kebutuhan aktivitas dan latihan : sebelum sakit : klien dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa bantuan orang lain maupun alat bantu. Selama
sakit : klien mengatakan bisa melakukan aktivitas seharihari sesuai
kemampuan, klien ke kamar mandi dibantu oleh keluarga, klien tidak
mengalami kesulitan dalam melakukan personal hygiene, klien
mengatakan lebih banyak berbaring di tempat tidur karena perut terasa
sakit saat bergerak.
e. Persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang dipikirkan klien terhadap
penyakitnya adalah penyakit jantung karena di ulu hati terasa perih,
panas dan kemeng-kemeng, klien terlihat bingung terhadap penyakit
yang dideritanya sekarang. Dan yang dipikirkan klien saat ini adalah
kesembuhan klien.
B. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
24
NO PENGKAJIAN ETIOLOGI MASALAH
1 DS:
1. Tn.WD mengatakan kalau daerah ulu
hatinya terasa panas dan terbakar
2. Tn.WD mengatakan kalau nyerinya
hilang timbul jika epigastrium di
tekan
3. Tn.WD mengeluh di sering merasa
mual dan muntah
DO:
1. Diagnosa medis dari Tn.WD adalah
gastritis
2. Skala nyeri klien 7 dari skal 0-10
3. Nyeri tekan pada daerah ulu hati
(epigastrium) Tn.WD
Peradangan pada
dinding mukosa
lambung (gaster)
Gangguan rasa
nyaman : Nyeri
dengan skala 7 dari
rentang skala (0-10)
2 DS:
1. Tn.WD sering merasa mual dan
muntah
2. Tn.WD mengatakan kalau dia hilang
selera makan
3. Tn.WD sering merasa kenyang
DO:
1. Diagnosa Medis dari Tn.WD adalah
Gastritis
2. Tn.WD tampak lemah dan tidak
berenergi
3. Kesadaran Tn.WD Compos mentis
Pemenuhan
nutrisi tidak
adekuat
Gangguan pola
makan: kurang dari
kebutuhan tubuh
3 DS: Kurang Aktivitas Konstipasi
25
1. Tn.WD mengatakan di rumah sakit
BAB dengan konsistensi feses keras,
2. Tn.WD mengatakan lebih banyak
berbaring di tempat tidur karena perut
terasa sakit saat bergerak.
DO:
1. Pa lpasi abdomen : teraba keras di
perut sebelah kiri bawah,
2. Auskultasi pada abdomen :
peristaltik ± 4x/mnt,
4 DS:
1. Tn.WD mengatakan hal yang
dipikirkan terhadap penyakitnya
adalah penyakit jantung karena di ulu
hati terasa perih, panas.
DO:
1. Klien tampak bingung terhadap
penyakitnya
Kurang Informasi Kurang Pengetahuan
Berdasarkjan analisa data diatas maka diagnosa prioritas dari Tn.WDS adalah :
1. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Pemenuhan nutrisi tidak adekuat
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)
berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
3. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi
26
C. INTERVENSI
NODIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN/ KRITERIA
HASILINTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan rasa nyaman :
Nyeri berhubungan dengan
Peradangan pada dinding
mukosa lambung (gaster)
Rasa Nyeri klien berkurang
dengan tidak ada
peradangan atau iritasi
pada mukosa lambung
Tn.WD dalam waktu 2 x
24 jam dengan kriteria:
1. Skala Nyeri Tn.WD
berkurang
2. Tn.WD tidak merasa
nyeri pada epigastrium
(ulu hati)
3. Tn.WD tidak meringis
(tidak nyeri tekan
abdomen)
1. Catat keluhan nyeri, termasuk
lokasi, lamanya, intensitas
(skala 0-10)
2. Kaji ulang faktor yang
meningkatkan atau
menurunkan nyeri
3. Berikan makanan sedikit tapi
sering sesuai indikasi untuk
pasien
4. Bantu latihan rentang gerak
aktif / pasif
5. Berikan perawatan oral sering
dan tindakan kenyamanan
(pijatan punggung, perubahan
posisi)
1. nyeri tidak selalu ada tetapi bila
ada harus dibandingkan dengan
gejala nyeri pasien sebelumnya,
dimana dapat membantu
mendiagnosa etiologi perdarahan
dan terjadinya komplikasi.
2. membantu dalam membuat
diagnosa dan kebutuhan terapi.
3. makanan mempunyai efek
penetralisir asam, juga
menghancurkan kandungan gaster.
Makan sedikit mencegah distensi
dan haluaran gastrin.
4. menurunkan kekakuan sendi,
meminimalkan nyeri
ketidaknyamanan.
27
Kolaborasi
1 Berikan obat sesuai indikasi,
misal : Antasida
2 Antikolinergik (misal :
belladonna, atropin)
5. Napas bau karena tertahanya sekret
mulut menimbulkan tak nadsu
makan dan dapat meningkatkan
mual. Gingivitis dan masalah gigi
dapat meningkat
6.
1. menurunkan keasaman gaster
dengan absorbsi atau dengan
menetralisir kimia
2. diberikan pada waktu tidur untuk
menurunkan motilitas gaster,
menekan produksi asam,
memperlambat pengosongan
gaster, dan menghilangkan nyeri
nokturnal sehubungan
2 Gangguan pola makan:
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
Pemenuhan nutrisi tidak
Pola Makan dari Tn.WD
teratur dengan cukup
memenuhi kebutuhan
nutrisi dalam waktu 2 x 24
1. Timbang berat badan sesuai
indikasi
2. Aukultasi bising usus
3. Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan dalam waktu
1. mengevaluasi keefektifan atau
kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi.
2. membantu dalam menentukan
respon untuk makan atau
28
adekuat jam dengan kriteria:
1. klien tidak mual
2. Klien tidak merasa
nyeri akibat gastritis
atau iritasi dari mukosa
lambung
yang sering dan teratur
4. Tentukan makanan yang Tidak
membentuk gas.
5. Berikan perawatan oral teratur,
sering dan teratur termasuk
minyak untuk bibir
berkembangnya komplikasi
3. meningkatkan proses pencernaan
dan toleransi pasien terhadap
nutrisi yang diberikan dan dapat
meningkatkan kerjasama pasien
saat makan.
4. dapat mempengaruhi nafsu
makan / pencernaan dan
membatasi masukan nutrisi
5. Mencegah ketidak nyamanan
karena mulut kering dan bbibir
pecajh yang disebabkan oleh
pembatasan cairan
3 Konstipasi berhubungan
dengan Kurang Aktivitas
BAB dari Tn.WD lancar
dengan bisa melakukan
aktivitas (banyak gerak) di
Tempat Tidur dealam
waktu 2 x 24 jam dengan
1. ajarkan alih baring setiap 2 jam sekali,
2. anjurkan pada klien untuk minum banyak (10-12 gelas),
3. anjurkan pada klien untuk makan tinggi serat (pepaya)
4. kolaborasi pemberian obat laksatif.
1. Banyak aktivitas bisa merangsang
gerakan peristaltik
2. Banyak minum untuk mencairkan
feses
3. Serat sangat berfungsi untuk
melancarkan proses defekasi
karena serat bisa melunakan
29
kriteria :
1. Feses lunak (normal)
2. mudah proses defekasi
konsistensi feses
4. untuk melancarkan proses defekasi
4 Kurang Pengetahuan
berhubungan dengan
Kurang Informasi
Tn.WD mengetahui
masalah yang dia alami
dengan memberikan
informasi terhadap masalah
dari Tn.WD dengan dalam
waktu 1 x 24 jam dengan
kriteria :
1. Tn.WD tahu tentang
penyakit dan tidak
salah persepsi
2. Tn.WD tidak bingung
terhadap masalah
kesehatan yang dia
alami
1. Kaji tingkat pengetahuan
tentang penyakitnya
2. Berikan pendidikan kesehatan
tentang penyakitnya,
3. motivasi klien untuk
melakukan anjuran dalam
pendidikan kesehatan,
4. beri kesempatan untuk klien
bertanya tentang penyakitnya.
1. Untuk mengetahui sam[ai man
pengetahuan klien sehingga
memudahkan untuk memeberikan
penyuluhan
2. Untuk menambah informasi
3. Untuk menambah semangat dan
harapanya klien mau melakukan
hal positif untuk kesehatan
4. Untuk menambah pengetahuan
klien
30
Catatan Perkembangan
Nama : Tn.WD Diagnosa : Gastritis
Umur : 35 Tahun
Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Rabu/8 Mei 2013
Dx 1 S: Tn.WD mengatakan kalau daerah ulu hatinya
terasa panas dan terbakar
Tn.WD mengatakan kalau nyerinya hilang
timbul jika epigastrium di tekan
Tn.WD mengeluh di sering merasa mual dan
muntah
O: Skala nyeri klien 6 dari skal 0-10
Nyeri tekan pada daerah ulu hati (epigastrium) Tn.WD
A : Masalah Gangguan Rasa nyaman : Nyeri Belum Teratasi
P : Intervensi Di lanjutkan6. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi,
lamanya, intensitas (skala 0-10)
7. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau
menurunkan nyeri
8. Berikan makanan sedikit tapi sering sesuai
indikasi untuk pasien
9. Bantu latihan rentang gerak aktif / pasif
10. Berikan perawatan oral sering dan tindakan
kenyamanan (pijatan punggung, perubahan
posisi)
Kolaborasi
3 Berikan obat sesuai indikasi, misal : Antasida
4 Antikolinergik (misal : belladonna, atropin)
Dx 2
Dx 3
S :Tn.WD sering merasa mual dan muntah
Tn.WD mengatakan kalau dia hilang selera
makan
Tn.WD sering merasa kenyang
O: Tn.WD tampak lemah dan tidak berenergi
Kesadaran Tn.WD Compos mentisA : Masalah Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh Belum teratasiP : Intevensi Dilanjutkan6. Timbang berat badan sesuai indikasi
7. Aukultasi bising usus
8. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
dalam waktu yang sering dan teratur
9. Tentukan makanan yang Tidak membentuk
gas.
10. Berikan perawatan oral teratur, sering dan
teratur termasuk minyak untuk bibir
S : Tn.WD mengatakan di rumah sakit BAB
dengan konsistensi feses keras,
Tn.WD mengatakan lebih banyak berbaring di
tempat tidur karena perut terasa sakit saat
bergerak.
O : Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah, Auskultasi pada abdomen : peristaltik ± 4x/mnt,A : Masalah Konstipasi Belum TeratasiP : Intervensi Di lanjutkan1. ajarkan alih baring setiap 2 jam sekali,
2. anjurkan pada klien untuk minum banyak
(10-12 gelas),
3. anjurkan pada klien untuk makan tinggi serat
(pepaya)
4. kolaborasi pemberian obat laksatif.
32
Kamis/9 Mei 2013
Dx 4
Dx 1
Dx 2
S: Tn.WD mengatakan Sudah mengetahui
kondisi penyakitnya
O :Klien tampak tidak cemas dan tidak bingung
terhadap penyakitnya
A : Masalah Kurang Pengetahuan Tentang
Penyakitnya teratasi
P : Intervensi Dihentikan
S: Tn.WD mengatakan kalau daerah ulu hatinya
Tidak lagi terasa panas dan terbakar.
Tn.WD mengatakan kalau nyerinya hilang jika
epigastrium di tekan
Tn.WD mengatakan tidak lagi mual dan muntah
O: Skala nyeri klien 3 dari skal 0-10
Klien tidak meringis
A : Masalah Gangguan Rasa nyaman : Nyeri Teratasi
P : Intervensi Dihentikan
S :Tn.WD mengatakan tidak lagi merasa mual
dan muntah
Tn.WD mengatakan selera makan tapi sedikit
Tn.WD sering merasa kenyang
O: Tn.WD tampak lemah
Kesadaran Tn.WD Compos mentisA : Masalah Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh Belum teratasiP : Intevensi Dilanjutkan1. Timbang berat badan sesuai indikasi
2. Aukultasi bising usus
3. Berikan makanan dalam jumlah kecil dan
33
Jumat/10 Mei 2013
Dx 3
Dx 2
dalam waktu yang sering dan teratur
4. Tentukan makanan yang Tidak membentuk
gas.
5. Berikan perawatan oral teratur, sering dan
teratur termasuk minyak untuk bibir
S : Tn.WD mengatakan di rumah sakit BAB
dengan konsistensi feses lunak,
Tn.WD mengatakan sudah bisa bergerak meski
terkadang masih merasa sakit diperut.
O : Palpasi abdomen : teraba keras di perut sebelah kiri bawah, Auskultasi pada abdomen : peristaltik ± 4x/mnt,A : Masalah Konstipasi Belum TeratasiP : Intervensi Di lanjutkan1. ajarkan alih baring setiap 2 jam sekali,
2. anjurkan pada klien untuk minum banyak
(10-12 gelas),
3. anjurkan pada klien untuk makan tinggi serat
(pepaya)
4. kolaborasi pemberian obat laksatif
S :Tn.WD mengatakan tidak lagi merasa mual
dan muntah
Tn.WD mengatakan selera makan
O: Tn.WD tampak Baik
Kesadaran Tn.WD Compos mentis
A : Masalah Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
P : Intevensi Dihentikan
34
Dx 3
S : Tn.WD mengatakan di rumah sakit BAB
dengan konsistensi feses lunak,
Tn.WD mengatakan sudah bisa bergerak banyak
O : Palpasi abdomen : teraba luank di perut sebelah kiri bawah, Auskultasi pada abdomen : peristaltik ± 4x/mnt,
A : Masalah Konstipasi Teratasi
P : Intervensi Dihentikan
B AB 4
35
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan dan menerapkan Asuhan Keperawatan pada
Tn.WD Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Mandailing Natal penulis menemukan beberapa hal
yang mendukung dan menghambat kelancaran penerapan upaya keperawatan pasien
dalam keperawatan perawat berperan sebagai perawat asuhan keperawatan tersebut
bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya.
Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan-kesenjangan yang penulis
jumpai antara tinjauan kasus dan tinjauan teoritis yang penulis laporkan dalam
menerapkan Asuhan Keperawatan pada Tn.WD Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan Gastritis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Mandailing Natal. Selanjutnya penulis akan menerapkan hubungan maupun
hambatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pada tahap pengkajian pada proses keperawatan merupakan langkah awal yang
dilaksanakan dalam pengumpulan dan mengnenai keadaan pasien melalui observasi,
wawancara dengan pasien maupun keluarga pasien. Penulis tidak menemui kesulitan
dalam hal pengkajian, karena keluarga pasien mau bekerjasama sehingga penulis
memperoleh kemudahan dalam hal pengumpulan data.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dijumpai pada tinjauan teoritis adalah :
36
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress
psikologi.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake
asupan gizi.
4. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, nyeri.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus adalah :
1. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Pemenuhan nutrisi tidak adekuat
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)
berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
3. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi
Diagnosa keperawatan yang muncul pada tinjauan teoritis tetapi tidak muncul pada
tinjauan kasus :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
dan output cair yang berlebih (mual dan muntah).
2. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa lambung sekunder karena stress
psikologi.
3. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman
kematian, nyeri.
Diagnosa yang muncul pada tinjauan kasus tetapi tidak ada di tinjauan teoritis adalah
1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)
berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
37
2. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas
3. Intervensi
Pada tahap perencanaan penulis bekerja sama dengan perawat dan keluarga pasien.
Dalam perencanaan asuhan keperawatan ini keluarga pasien mendukung rencana
tindakan penulis yang penulis buat untuk menyembuhkan dan mengatasi masalah
yang dihadapi pasien sehingga tidak ada hambatan dan kesulitan.
4. Implementasi
Pada dasarnya tahap pelaksanaan tetap mengacu pada rencana tindakan yang telah
dibuat dalam menyelesaikan kondisi dan kebutuhan pasien serta fasilitas pendukung.
Pada tahap pelaksanaan penulis tidak menemukan hambatan, karena semua tindakan
yang dilaksanakan sudah tertulis di perencanaan asuhan keperawatan.
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi proses keperawatan yang diberikan mendapat respon terhadap
tindakan keperawatan yang diberikan. Adapun factor penunjang keberhasilan asuhan
keperawatan yang diberikan adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis
dengan perawat lain dan tim medis lainnya serta peran aktif keluarga dalam proses
asuhan keperawatan pada Tn.WD.
BAB 5
38
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke-9 dari 50
peringkat utama pasien rawat jalan di rumah sakit seluruh indonesia dengan
jumlah kasus 218.500 (Depkes RI, 2004).
Dari berbagai penelitian berbasis populasi (systematic review of
population-based study) menyimpulkan angka bervariasi dari 11-41%. Jika
keluhan terbakar di ulu hati dikeluarkan maka angkanya berkisar 4-14%.
Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam
praktek sehari – hari. Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum
dan 60% pada praktek gastroenterologis merupakan kasus dispepsia. (Farida,
2010).
Di Indonesia menunjukkan prevalensi 36-41% dengan usia termuda
adalah 5 bulan. Pada kelompok usia muda dibawah 5 tahun, 5,3-15,4% telah
terinfeksi, dan diduga infeksi pada usia dini berperan sebagai faktor resiko
timbulnya degenerasi maligna pada usia yang lebih lanjut. Asumsi ini perlu
diamati lebih lanjut, karena kenyataannya prevalensi kanker lambung di
Indonesia relatif rendah, demikian pula prevalensi tukak peptik. Agaknya
selain faktor bakteri, faktor pejamu dan faktor lingkungan yang berbeda akan
menentukan terjadinya kelainan patologis akibat infeksi (Farida, 2010 b).
Diagnosa keperawatan yang terdapat pada tinjauan kasus adalah :
1. Gangguan pola makan: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Pemenuhan nutrisi tidak adekuat
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri dengan skala 7 dari rentang skala (0-10)
berhubungan dengan Peradangan pada dinding mukosa lambung (gaster)
3. Konstipasi berhubungan dengan Kurang Aktivitas
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang Informasi
39
B. Saran
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system
pencernaan : Gastritis..
40
41
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J, 2000, Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Pada praktik Klinis, alih bahasa Tim Penerjemah PSIK – UNPAD, Edisi 6 – edisi 8, EGC, Jakarta.
Doenges M.E, 1999 – 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Alih bahasa 1 Made Kariasa, dkk, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Guyton, Arthur, C, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, alih bahasa Irawati Setiawan, EGC, Jakarta.
Long, C.B, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 3, Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.
Mansjoer, A, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Pertama, FKUI, Jakarta.
Smeltzer, C.S, 2001, Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, Vol.2, EGC, Jakarta.
Wilkinson, Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC, 2007
42