asidi alkalimetri

Upload: yuni-fajar-esti

Post on 16-Oct-2015

84 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kimia analisis

TRANSCRIPT

  • ASIDI ALKALIMETRI

    ASIDI ALKALIMETRI

    PENDAHULUAN

    Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian

    dan ketepatannya juga cukup tinggi.

    Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri

    adalah titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang

    biasanya dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri

    merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk

    menentukan asam.

    Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan

    indikator phenopthalein dan metil jingga, hal ini dilakukan karena jika meggunakan indikator yang lain,

    adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen.

    DASAR TEORI

    Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen

    yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air

    yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton

    (asam ) dengan penerima proton (basa).

    Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa yang

    bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan kadar

    senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.

    a. Asam dan basa

    Ada 3 pengertian mengenai apa yang disebut asam dan apa yang disebut basa :

    1. Menurut Arrhenius ,

    Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion hydrogen (H-)

    dan anion, sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan

    ion hidroksida (OH-) dan kation. Teori Arrhenius hanya berlaku untuk senyawa anorganik

    dalam pelarut air.

    2. Untuk dapat berlaku dalam segala pelarut, maka Bronsted pada tahun 1923 memberikan

    batasan yaitu : asam adalah senyawa yang cenderung melepaskan proton sedangkan basa

    adalah senyawa yang cenderung menangkap proton.

    A H + B

    Asam proton + basa konjugatnya

  • 3. Batasan lain diberikan oleh Lewis pada tahun 1938 yang menyatakan bahwa asam adalah

    akseptor (penerima ) pasangan electron sedangkan basa adalah donor (pemberi ) pasangan

    electron. Dengan batasan ini maka konsep mengenai asam-basa berubah sama sekali yaitu :

    senyawa asam itu tidak harus mengandung hydrogen. Menurut Lewis reaksi berikut adalah

    reaksi asam basa :

    NH3 + BF3 H3N:BF3

    Secara skematis ketiga teori di atas dapat digambarkan dalam skema berikut :

    Teori Asam Basa

    Arrhenius Donor proton Donor hidroksida

    Bronsted Donor proton Akseptor proton

    Lewis Akseptor pasangan

    electron

    Donor pasangan elektron

    Prinsip titrasi :

    Reaksi netralisasi

    Reaksi umum :

    Alkalimetri

    Zat uji bersifat asam lemah + larutan baku basa garam +air

    Contoh :

    CH3COOH + NAOH CH3COONA (garam) + H20 (air )

    Asidimetri

    Zat uji bersifat basa lemah + larutan baku asam garam + air

    Contoh :

    NH4OH + HCL NH4CL + H20

    LARUTAN BAKU

    Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya. Terdapat 2

    macam larutan baku, yaitu:

    1. Larutan baku primer

    Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode gravimetri.

    Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti zat

    pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.

    Contoh: NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

    Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh dengan cara

    menimbang.

    Syarat-syarat larutan baku primer:

    - mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan

    disimpan dalam keadaan murni.

    - tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.

    - zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.

  • - sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga kesalahan

    karena penimbangan dapat diabaikan.

    - zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.

    - reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan langsung.

    kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat dan mudah.

    2. Larutan baku sekunder

    Adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan menggunakan

    larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.

    Contoh: NaOH

    Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara

    mentitrasi dengan larutan standar primer.

    Syarat-syarat larutan baku sekunder:

    - derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer

    - mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan

    - larutannya relatif stabil dalam penyimpanan

    Contoh pembuatan larutan baku

    1. Pembuatan Larutan Baku Asam Klorida

    Asam klorida yang sering digunakan untuk titrasi adalah dengan konsentrasi 1N; 0,5N; 0,1N.

    Sebelum membuat larutan baku HCl harus diperhatikan dulu berapa persen konsentrasi HCl yang

    tersedia karena akan berpengaruh terhadap perhitungan perubahan (konversi) dari persen HCl ke

    normalitas HCl.

    Cara membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 1000 ml dari HCl 37% adalah sebagai berikut ; Pipet 8,3

    ml HCl 37% encerkan dengan aquadest ad 1000 ml.

    2. Pembuatan Larutan Baku Asam Sulfat

    Larutan baku asam sulfat 0,1 N dibuat denga cara mengencerkan 4,904 gram asam sulfat dengan air

    secukupnya hingga diperoleh 1000 ml larutan. Dengan mempertimbangkan berapa persen asam

    sulfat yang tersedia dengan berat jenisnya maka dapat diketahui berapa ml asam sulfat yang setara

    dengan 4,904 gram asam sulfat.

    3. Pembuatan Larutan Baku Natrium Hidroksida

    Pembuatan NaOH 0,1 N dilakukan dengan cara melarutkan 4,001 gram natrium hidroksida sebanyak

    1000 ml.

    Dimuka juga sudah disebutkan bahwa larutan baku basa harus bebas karbonat, oleh karena itu

    Farmakope Indonesia juga memuat cara pembuatan larutan bebas karbonat sebagai berikut : larutan

    natrium hidroksida pekat dalam air hingga diperoleh larutan hingga 40 60 % b/v, biarkan. Pipet

    beningan sambil dicegah peresapan karbondioksida encerkan dengan air bebas karbondioksida

    pekat hingga normalitasnya diketahui.

    Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi asam basa, dimana jumlah asam yang mengandung

    1 mol H+ akan selalu bereaksi secara sempurna dengan jumlah basa yang mengandung 1 mol OH-.

    Titik dalam titrasi dimana jumlah asam dan basa berada dalam jumlah yang sama dan disebut titik

    ekivalen.

    Penentuan konsentrasi larutan asam melalui perhitungan volume titrasi larutan basa dan garam dari

    asam lemah dengan larutan baku asam disebut asidimetri.

  • Dalam hal ini jumlah asam yang tepat ekivalen ditentukan dengan jumlah basa yang ada. Penentuan

    konsentrasi larutan basa melalui perhitungan volume titrasi larutan asam dan garam dari basa lemah

    dengan larutan baku basa disebut alkalimetri. Disini jumlah basa yang tepat ekivalen secara kimia

    ditentukan dengan jumlah asam yang ada.

    .

    STANDARISASI

    Asidimetri adalah salah satu teknik titrasi yang yang menggunakan asam sebagai titran.

    Asam yang sering dipakai dalam analisis asidimetri adalah HCl. Asam ini harus

    distandardisasi dengan larutan baku primer. Larutan baku primer yang sering digunakan

    untuk standardisasi HCl adalah larutan boraks. HCl harus distandardisasi karena larutan ini

    mudah menguap dan mudah bereaksi dengan senyawa lain di udara

    Asam klorida (HCl) merupakan asam kuat yang berbentuk cair dan biasanya mempunyai kadar 39,1

    % dan density 1,2 g/ml. HCl digunakan pada titrasi netralisasi, yaitu suatu proses yang tidak

    mengakibatkan terjadinya perubahan, baik perubahan valensi maupun terbentuknya endapan dan

    atau terjadinya suatu senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi.

    Larutan standar HCl biasanya dinyatakan dengan besaran normal, yaitu larutan 1 N (1 N) adalah

    larutan yang mengandung 1 grek suatu zat tertentu dalam volume 2 liter. Untuk 1 grek HCl adalah

    banyaknya mol asam tersebut yang dapat melepaskan 1 gram ion H+.

    Pembuata larutan standar dari zat yang berbentuk cair sering disebut cara pengenceran, yaitu dari

    zat cair yang lebih pekat menjadi lebih cair.cara ini dapat dilakukukan pada cairan yang telah

    diketahui normalitasnya. Apabila suatu larutan standar dibuat dari zat cair yang telah diketahui

    normalitasnya, maka untuk menentukan banyaknya volume yang akan diencerkan digunakan rumus :

    V1 x N1 = V2 x N2

    Tetapi bila larutan tersebut dibuat baru suatu zat cair yang tidak/belum diketahui normalitasnya,

    maka untuk menetukan banyaknya volume yang akan diencerkan digunakan rumus :

    Vx = N x V x BM

    10 x n x K x L

    dengan : Vx = volume

    n = valensi

    K = kadar

    L = density

    N = normalitas larutan yang akan dibuat

    BM = berat molekul zat cair tersebut

    V = volume zat cair yang akan dibuat

    Boraks digunakan sebagai bahan baku dalam penetapan normalitas HCl karena mudah diperoleh

    dalam keadaan murni, cukup stabil, dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi. Reaksi yang terjadi

    adalah :

    Na2B4O7 + 7H2O 2NaOH + 4H3BO3

    2NaOH + 2HCl 2NaCl + 2H2O

    Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O 2NaCl + 4H3BO3

    Hasil akhir titrasi adalah terbentuknya campuran NaCl dengan otoborat (H3BO3) bebas,

    sehingga pH larutan dapat dihitung, tanpa melihat perubahan volume dalam titrasi, di mana pK asam

    borat = 9,24, maka pH adalah :

    pKa log Ca = (9,24/2) + 0,5 = 5,1

    Adapun indikator yang paling cocok adalah Metil Merah (MM).

  • Penetapan kadar Natrium Bikarbonat (NaHCO3) dapat dilakukan dengan menggunakan larutan

    standar HCl menurut reaksi :

    NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2

    Alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan basa sebagai titran. Basa yang sering dipakai dalam

    analisis alkalimetri adalah NaOH. Larutan baku primer yang sering digunakan untuk standardisasi

    NaOH adalah larutan asam oksalat. NaOH perlu distandardisasi karena senyawa ini bersifat

    higroskopis sehingga mudah mengikat air dan bereaksi dengan CO2 di udara

    Larutan baku primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat) adalah zat padat , halus, putih,

    larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk

    garam normalnya. .berat ekivalen asam oksalat adalah 63. Larutan baku sekunder adalah larutan

    baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer.

    Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium hidroksida

    (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida

    membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni

    berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%.

    NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat

    larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan

    metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH.

    NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non polar lainnya.

    Pembuata larutan standar dari zat yang berbentuk cair sering disebut cara pengenceran, yaitu

    dari zat cair yang lebih pekat menjadi lebih cair.cara ini dapat dilakukukan pada cairan yang telah

    diketahui normalitasnya. Apabila suatu larutan standar dibuat dari zat cair yang telah diketahui

    normalitasnya, maka untuk menentukan banyaknya volume yang akan diencerkan digunakan rumus :

    V1 x N1 = V2 x N2

    Tetapi bila larutan tersebut dibuat baru suatu zat cair yang tidak/belum diketahui normalitasnya,

    maka untuk menetukan banyaknya volume yang akan diencerkan digunakan rumus :

    Vx = N x V x BM

    10 x n x K x L

    dengan : Vx = volume

    n = valensi

    K = kadar

    L = density

    N = normalitas larutan yang akan dibuat

    BM = berat molekul zat cair tersebut

    V = volume zat cair yang akan dibuat

    Standarisasi larutan NaOH

    Dengan Asam Oksalat (H2 C2 O4 . 2H2O)

    0,2 1,25 gr asam oksalat dimasukkan ke dalam elenmeyer 250 ml. Bilas dengan aquadest dan

    larutkan sampai volume 50 ml. Tambah 2 atau 3 tetes indikator Phenol Phtalein (PP). Titrasi dengan

    larutan NaOH dari buret sampai warna merah muda

    INDIKATOR

    Berdasarkan sifat asam dan basa, larutan dibedakan menjadi tiga golongan yaitu : bersifat asam,

    basa, dan netral. Sifat larutan tersebut dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam-basa,

    yaitu zat-zat warna yang menghasilkan warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Cara

  • menentukan senyawa bersifat asam, basa atau netral dapat menggunakan kertas lakmus, larutan

    indikator atau larutan alami. Misal, lakmus merah dan biru. Berikut pengelompokkan jenis indikator

    asambasa dalam larutan yang bersifat asam, basa dan netral. Lihat tabel 2.5 di bawah ini.

    Lakmus

    Lakmus digunakan sebagai indikator asam-basa, sebab lakmus memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

    1. Lakmus dapat berubah warna dengan cepat saat bereaksi dengan asam ataupun basa.

    2. Lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara sehingga dapat tahan lama.

    3. Lakmus mudah diserap oleh kertas, sehingga digunakan dalam bentuk lakmus kertas. Lakmus

    adalah sejenis zat yang diperoleh dari jenis lumut kerak.

    Lakmus adalah asam lemah. Lakmus memiliki molekul yang sungguh rumit yang akan kita

    sederhanakan menjadi HLit. "H" adalah proton yang dapat diberikan kepada yang lain. "Lit" adalah

    molekul asam lemah.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa akan terjadi kesetimbangan ketika asam ini dilarutkan dalam air.

    Pengambilan versi yang disederhanakan kesetimbangan ini:

    Lakmus yang tidak terionisasi adalah merah, ketika terionisasi adalah biru.

    Sekarang gunakan Prinsip Le Chatelier untuk menemukan apa yang terjadi jika anda menambahkan

    ion hidroksida atau beberapa ion hidrogen yang lebih banyak pada kesetimbangan ini.

    Penambahan ion hidroksida:

    Penambahan ion hidrogen:

  • Jika konsentrasi Hlit dan Lit- sebanding:

    Pada beberapa titik selama terjadi pergerakan posisi kesetimbangan, konsentrasi dari kedua warna

    akan menjadi sebanding. Warna yang anda lihat merupakan pencampuran dari keduanya.

    Alasan untuk membubuhkan tanda kutip disekitar kata "netral" adalah bahwa tidak terdapat alasan

    yang tepat kenapa kedua konsentrasi menjadi sebanding pada pH 7. Untuk lakmus, terjadi

    perbandingan warna mendekati 50 / 50 pada saat pH 7 hal itulah yang menjadi alasan kenapa

    lakmus banyak digunakan untuk pengujian asam dan basa. Seperti yang akan anda lihat pada bagian

    berikutnya, hal itu tidak benar untuk indikator yang lain.

    Fenolftalein

    Fenolftalein adalah senyawa kimia dengan rumus C20H14O4 dan sering ditulis sebagai "Hin"

    atau"phph" dalam notasi steno. Sering digunakan dalam titrasi, ternyata tidak berwarna dalam larutan

    asam dan merah muda dalam solusi dasar. Jika konsentrasi indikator sangat kuat, dapat

    munculungu. Dalam solusi sangat dasar, warna pink fenolftalein yang mengalami

    reaksi memudar agak lambat dan menjadi tidak berwarna lagi.

    Reaksi memudar agak lambat yang menghasilkan InOH3-ion tak berwarna kadang-kadang

    digunakandi kelas untuk studi kinetika reaksi.

    Fenolftalein tidak larut dalam air dan biasanya dilarutkan dalam alkohol untuk digunakan dalam

    percobaan. Itu sendiri merupakan asam lemah, yang dapat kehilangan ion H + dalam

    larutan. Molekulfenolftalein tidak berwarna. Namun, ion fenolftalein adalah

    pink. Ketika basa ditambahkan kefenolftalein, molekul ion kesetimbangan bergeser ke kanan,

    menyebabkan ionisasi lebih sebagaiion H + dihapus. Hal ini diprediksi oleh prinsip Le Chatelier.

    Fenolftalein disintesis oleh kondensasi anhidrida ftalat dengan dua setara fenol dalam

    kondisi asam

    Fenolftalein digunakan sebagai indikator asam atau basa dimana dalam kontak atau kehadiran asam

    itu akan berubah berwarna dan dengan dasar, itu akan berubah menjadi merah muda warna violet.

    Ini juga merupakan komponen dalam indikator universal, solusi yang terdiri dari campuran indikator

    pH (biasanya fenolftalein, metil merah, bromothymol biru, dan timol biru)

    MetilOrange

    Metil Orange (Methyl Orange) MO adalah senyawa organik dengan rumus C14H14N3NaO3S

    dan biasanya dipakai sebagai indikator dalam titrasi asam basa. Indikator MO ini berubah warna

    dari merah pada pH dibawah 3.1 dan menjadi warna kuning pada pH diatas 4.4 jadi warna

    transisinya adalah orange. Struktur indikator ini adalah sebagai berikut:

    Jingga metil adalah salah satu indikator yang banyak digunakan dalam titrasi. Pada larutan yang

    bersifat basa, jingga metil berwarna kuning dan strukturnya adalah:

  • Pada faktanya, ion hidrogen tertarik pada salah satu ion nitrogen pada ikatan rangkap nitrogen-

    nitrogen untuk memberikan struktur yang dapat dituliskan seperti berikut ini:

    Metil Merah

    Metil Merah (Methyl Red ) adalah senyawa organik yang memiliki rumus kimia C15H15N3O2,

    senyawa ini banyak dipakai untuk indikator titrasi asam basa. Indikator ini berwarna merah pada pH

    dibawah 4.4 dan berwarna kuning diatas 6.2.

    Pemilihan indikator untuk titrasi

    Harus diingat bahwa titik ekivalen titrasi yang mana yang memiliki campuran dua zat pada

    perbandingan yang tepat sama. Dibutuhkan pemilihan indikator yang perubahan warnanya mendekati

    titik ekivalen. Indikator yang dipilih bervariasi dari satu titrasi ke titirasi yang lain.

    a. Asam kuat vs basa kuat

    Diagram berikut menunjukkan kurva pH untuk penambahan asam kuat pada basa kuat. Bagian yang

    diarsir pada gambar tersebut adalah rentang pH untuk jingga metil dan fenolftalein.

    dapat dilihat bahwa tidak terdapat perubahan indikator pada titik ekivalen.

    Akan tetapi, gambar menurun tajam pada titik ekivalen tersebut yang menunjukkan tidak terdapat

    perbedaan pada volume asam yang ditambahkan apapun indikator yang anda pilih. Akan tetapi, hal

    tersebut berguna pada titrasi untuk memilih kemungkinan warna terbaik melalui penggunaan tiap

    indikator.

  • Jika menggunakan fenolftalein, maka titrasi dilakukan sampai fenolftalein berubah menjadi tak

    berwarna (pada pH 8,8) karena itu adalah titik terdekat untuk mendapatkan titik ekivalen.

    Dilain pihak, dengan menggunakan metil jingga, titrasi dilakukan sampai bagian pertama kali muncul

    warna jingga dalam larutan. Jika larutan berubah menjadi merah, anda mendapatkan titik yang lebih

    jauh dari titik ekivalen.

    b. Asam kuat vs basa lemah

    Kali ini adalah sangat jelas bahwa fenolftalein akan lebih tidak berguna. Akan tetapi jingga metil mulai

    berubah dari kuning menjadi jingga sangat mendekati titik ekivalen.

    c. Asam lemah vs basa kuat

    Kali ini, jingga metil sia-sia! Akan tetapi, fenolftalein berubah warna dengan tepat pada tempat yang

    anda inginkan.

    d. lemah vs basa lemah

    Kurva berikut adalah untuk kasus dimana asam dan basa keduanya sebanding lemahnya sebagai

    contoh, asam etanoat dan larutan amonia. Pada kasus yang lain, titik ekivalen akan terletak pada pH

    yang lain.

  • Dapat dilihat melihat bahwa kedua indikator tidak dapat digunakan. Fenolftalein akan berakhir

    perubahannya sebelum tercapai titik ekivalen, dan jingga metil jauh ke bawah sekali.

    Ini memungkinkan untuk menemukan indiaktor yang memulai perubahan warna atau mengakhirinya

    pada titik eqivalen, karena pH titik ekivalen berbeda dari kasus yang satu ke kasus yang lain, anda

    tidak dapat mengeneralisirnya.

    Larutan natrium karbonat dan asam hidroklorida encer

    Berikut ini adalah kasus yang menarik. Jika anda menggunakan fenolftalein atau jingga metil,

    keduanya akan memberikan hasil titirasi yang benar akan tetapi harga dengan fenolftalein akan

    lebih tepat dibandingkan dengan bagian jingga metil yang lain.

    Hal ini terjadi bahwa fenolftalein selesai mengalami perubahan warnanya pada pH yang tepat dengan

    titik ekivalen pada saat untuk pertamakalinya natrium hidrogenkarbonat terbentuk.

    Perubahan warna jingga metil dengan tepat terjadi pada pH titik ekivalen bagian kedua reaksi.

    PENETAPAN KADAR

    Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat

    dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah

  • untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula

    dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.

    Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara asidi dan alkalimetri dalam Farmakope

    Indonesia Edisi IV diantaranya adalah:

    1. Amfetamin sulfat dan sediaan tabletnya

    2. Amonia

    3. Asam asetat

    4. Asam benzoat

    5. Asam klorida

    6. Asam salisilat

    7. Asam sitrat

    8. Asam sulfat

    9. Asam tartrat

    10. Butil paraben

    11. Efedrin dan sediaan tabletnya

    12. Etil paraben

    13. Eukinin

    14. Furosemide

    15. Glibenklamide

    16. Ketoprofen

    17. Kloralhidrat

    18. Linesterol

    19. Magnesium hidroksida

    20. Meprobamat

    21. Metil paraben

    22. Naproksen

    23. Natrium tetraborat

    24. Neostigmin metilsulfat

    25. Propil paraben

    26. Propil tiouracil

    27. Sakarin natrium

    28. Zink oksida

    Contoh penetapan kadar

    Larutan Baku pada titrasi asam basa

  • Larutan asam yang sering digunakan dalam asidi-alkalimetri umumnya dibuat dari asam

    klorida dan asam sulfat. Kedua asam ini dapat digunakan pada hampir semua titrasi,

    akantetapi asam klorida lebih disukai daripada asam sulfat terutama untuk senyawa-

    senyawa yang memberikan endapan asam sulfat seperti barium hidroksida. Asam sulfat

    lebih disukai untuk titrasi yang menggunakan pemanasan karena kemungkinan terjadinya

    penguapan pada pemanasan asam klorida yang dapat menimbulkan bahaya. Asam nitrat

    selalu tidak digunakan karena mengandung asam nitrit yang dapat merusak beberapa

    indikator.

    Untuk larutan baku alkali umumnya digunakan natrium hidroksida, kalium hidroksida, dan

    barium hidroksida. Larutanini mudah menyerap karbondioksida dari udara, oleh karena

    itukonsentrasinya dapat berubah degan cepat. Dengan demikian larutan baku alkali dibuat

    bebas karbonat dan untuk melindungi itu dari pengaruh karbondioksida dari udara maka

    penyimpanan dilengkapi degan soda lime tube. Semua larutan baku harus sering

    dibakukan lagi.

    Daftar Pustaka :

    Anonim, 1972, Farmakope Indonesia, Edisi II, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

    Vogel, A.I., 1978, A Text Book of Quantitative Inorganic Analysis, 4 Ed., Longmans, Green

    and Co. London, New York, Toronto.